Agribusiness Review ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Agribusiness Review ISSN"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KARET PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN BATUJAMUS/KERJOARUM KARANGANYAR Isti Khomah, Endang Siti Rahayu, Mohd. Harisudin Magister Agribisnis Program Pascasarjana UNS Abstrak Karet berasal dari tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) yang diusahakan perkebunan besar dan rakyat. Indonesia mempunyai potensi besar menjadi produsen utama karet. Karet sebagai bahan baku industri memerlukan sistem jaminan mutu yang baik. Salah satu aktivitas menciptakan kualitas yaitu menerapkan sistem pengendalian kualitas. Pengendalian kualitas dengan alat bantu statistik bermanfaat pula mengawasi tingkat efisiensi. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas karet PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Batujamus/Kerjoarum, mengetahui faktor-faktor utama yang mempengaruhi kualitas karet, mengetahui proses bisnis, dan mengetahui perbaikan sistem mutu. Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan data time series. Data yang diambil adalah data produksi karet RSS bulan Maret 2012-Februari Berdasarkan hasil penelitian diketahui (1) Kualitas karet RSS yang dihasilkan menurut analisis check sheet belum mencapai standar perusahaan sebesar 94% karena ada 6 bulan yang belum memenuhi standar; (2) Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kualitas karet RSS adalah faktor man, method, material, machine, dan environment; (3) Proses bisnis diketahui bahwa masih banyak titik yang berada di luar batas pengendalian; dan (4) Usulan perbaikan meliputi: (a) Faktor Man: pengecekan dan penggantian bambu yang rusak, pekerja menjaga kebersihan ruang pengasapan dan peralatan, dan menghitung benar saat pengenceran, (b) Faktor Method: melakukan pencucian sampai bersih, segera dilakukan pembalikan sheet, dan melakukan penyaringan busa sampai bersih, (c) Faktor Material: penanganan pada saat penyaringan busa dengan baik dan proses penghitungan pembekuan dengan tepat, (d) Faktor Machine: menjaga kebersihan peralatan dan mesin serta mengecek mesin sebelum bekerja, dan (e) Faktor Environment: Menjaga kebersihan di ruang sortasi dan pengasapan agar kelembaban udara stabil, serta melakukan penyemprotan di ruang sortasi dengan anti jamur. Kata kunci: Pengendalian Kualitas, SQC, Kualitas Karet RSS, PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) PENDAHULUAN Karet berasal dari tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) yang diusahakan perkebunan besar dan rakyat. Sistem perkebunan besar dicirikan penggunaan teknologi dan manajemen modern serta mengintegrasikan usaha perkebunan dengan unit pengolahan atau disebut agroindustri (Haris, 2006:5). Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk menjadi produsen karet. Selain iklim dan lingkungan memenuhi syarat bagi pertumbuhan dan perkembangan, Indonesia juga mempunyai 90

2 tenaga kerja yang banyak (Abednego, sekarang ini menurut Nancy (1997:442), 1978:1). semakin tinggi persaingan antar negara Memanfaatkan potensi usaha karet produsen dan tingginya tuntutan konsumen dan mengatasi masalah dalam pengusahaan akan mutu produk yang konsisten dan bebas karet di Indonesia serta melihat adanya kontaminasi. Melalui peningkatan produktivitas kecenderungan meningkatnya konsumsi dan mutu diharapkan dapat me- karet dunia di masa mendatang merupakan ningkatkan pendapatan dan daya saing di peluang dan tantangan Indonesia dalam pasar dunia, serta mampu memenuhi meningkatkan produksi karet alamnya. permintaan konsumen yang semakin Menghadapi persaingan antar negara meningkat. produsen, produk ekspor karet harus ditingkatkan Salah satu aktivitas dalam mutunya disesuaikan dengan menciptakan kualitas sesuai standar yaitu permintaan konsumen. menerapkan sistem pengendalian kualitas Perkembangan ekonomi karet baik yang tepat, mempunyai tujuan dan tahapan produksi maupun konsumsi karet relatif yang jelas, serta memberikan inovasi, dan terus mengalami peningkatan. Peningkatan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi konsumsi karet alam dunia terjadi karena oleh perusahaan. Kegiatan pe- perkembangan industri-industri barang jadi ngendalian kualitas ini menurut Suparman karet. Hal ini juga dipengaruhi faktor harga (2008:20), berupa pengembangan usahausaha karet yang terus membaik. Menurut yang berkesinambungan bertujuan Supriadi (2009:77), faktor-faktor yang terhadap mutu, ongkos, penampilan, keamanan, mempengaruhi harga karet seperti proporsi dan keandalan terhadap produk permintaan produksi, stok, harga minyak yang dibuat perusahaan. dunia, harga karet sintetik, dan nilai tukar Penentuan seberapa besar tingkat mata uang. Secara umum strategi yang kerusakan produk yang dapat diterima perlu ditempuh untuk mempertahankan perusahaan dengan menentukan batas eksistensi industri karet adalah melalui toleransi dari cacat produk yang dihasilkan upaya peningkatan produktivitas kebun dan tersebut dapat menggunakan pengendalian efisiensi usaha. kualitas dengan menggunakan alat bantu Karet sebagai bahan baku industri statistik, yaitu Statistical Quality Control memerlukan sistem jaminan mutu yang (SQC). Pengendalian kualitas dengan alat baik, biasanya penentuan mutu dilakukan bantu statistik bermanfaat pula mengawasi berdasarkan uji produk akhir. Padahal di era tingkat efisiensi. Jadi, dapat digunakan 91

3 sebagai alat untuk mencegah kerusakan 3. Mengetahui proses bisnis yang dilakukan dengan cara menolak dan menerima PTPN IX (Persero) Kebun berbagai produk yang dihasilkan, sekaligus Batujamus/Kerjoarum. sebagai upaya efisiensi. 4. Mengetahui perbaikan (rekomendasi) sistem mutu yang dilakukan PTPN IX Rumusan Masalah (Persero) Kebun Batujamus-Kerjoarum 1. Apakah produk yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar kualitas yang METODE PENELITIAN telah ditetapkan PTPN IX (Persero) Tempat dan Waktu Penelitian Kebun Batujamus-Kerjoarum? Lokasi penelitian bertempat di PT. 2. Faktor-faktor apa saja yang dapat Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun mempengaruhi kualitas karet di PTPN Batujamus/Kerjoarum Karanganyar. Waktu IX (Persero) Kebun Batujamus- penelitian ini selama 1 bulan (18 Februari Kerjoarum? Maret 2013). 3. Apakah pengendalian kualitas karet yang dilakukan PTPN IX (Persero) Jenis Penelitian Kebun Batujamus/Kerjoarum telah Metode dasar yang digunakan adalah berhasil meminimalkan kerusakan metode deskriptif analisis menggunakan produk yang dihasilkan? data berkala (time series). Menurut 4. Bagaimana cara menekan terjadinya Kuncoro (2003:172), analisis merupakan kerusakan produk karet cacat di PTPN kegiatan mengelompokkan atau IX (Persero) Kebun Batujamus/ memisahkan bagian yang relevan dari Kerjoarum? keseluruhan data mentah untuk dijadikan data yang mudah dikelola sehingga hasilnya Tujuan Penelitian dapat ditafsirkan. 1. Mengetahui kualitas karet yang dihasilkan di PTPN IX (Persero) Metode Penentuan Lokasi Penelitian Kebun Batujamus/Kerjoarum. Penentuan lokasi penelitian dilakukan 2. Mengetahui faktor-faktor utama yang secara sengaja (purposive) yaitu di PT. mempengaruhi kualitas karet yang Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun dihasilkan PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus/Kerjoarum Kabupaten Batujamus/Kerjoarum. Karanganyar. Penentuan secara purposive didasarkan pada pertimbangan-per- 92

4 timbangan tertentu, yaitu bahwa PTPN IX sheet. Check sheet ini digunakan untuk (Persero) Kebun Batujamus/Kerjoarum mengetahui jumlah cacat produk yang merupakan karena mempunyai areal lahan dihasilkan sehingga dapat diketahui yang paling luas diantara PTPN IX kualitas karet yang dihasilkan oleh PT. (Persero) lainnya. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Batujamus - Kerjoarum Metode Penentuan Data Penelitian Karanganyar. Data utama dalam penelitian ini adalah data 2. Analisis Histogram yang terkait dengan proses produksi, yaitu Histogram ini berguna untuk jumlah produksi karet RSS yang dihasilkan memudahkan dalam melihat jenis cacat PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus/ yang paling banyak terjadi sesuai dengan Kerjoarum selama Bulan Maret 2012 check sheet. Data produk yang cacat Februari disajikan dalam bentuk grafik balok yang dibagi berdasarkan jenis cacat Pembatasan Masalah masing-masing produk sehingga lebih 1. Jenis karet yang diteliti adalah jenis jelas dalam membacanya. Rubber Smoked Sheet (RSS). 3. Analisis Peta Kendali p (Control p 2. Penelitian ini terbatas pada unit Chart) pengolahan lateks menjadi karet RSS Peta kendali p (peta kendali proporsi yang berada pada PTPN IX (Persero) kerusakan) sebagai alat untuk Kebun Batujamus/Kerjoarum di Pabrik pengendalian proses secara statistik. Kerjoarum. Penggunaan peta kendali p ini 3. Data produksi karet yang diambil untuk dikarenakan pengendalian kualitas penelitian selama 1 tahun, yaitu bulan bersifat atribut, serta data yang diperoleh Maret 2012 Februari yang dijadikan sampel pengamatan tidak 4. tetap dan produk yang mengalami Teknik Analisis Data kerusakan (cacat). Peta kendali p 1. Analisis Check Sheet menujukkan perubahan data dari waktu Data yang diperoleh dari perusahaan ke waktu sehingga dengan pencantuman berupa data produksi karet RSS dan data batas maksimum dan minimum yang kerusakan produk yang kemudian merupakan batas daerah pengendalian. disajikan dalam bentuk tabel secara rapi dan terstruktur menggunakan check 4. Analisis Pareto Chart 93

5 Diagram pareto (Pareto Chart) 1. RSS 1: bebas kontaminasi yang tembus digunakan untuk mengidentifikasi, bandela/ pandang; tidak boleh: berbintik/ mengurutkan, dan bekerja menyisihkan bergaris, kurang matang, buram/ kerusakan secara permanen. Suatu hangus; kondisi kering, bersih, dan gambaran yang dapat dilihat klasifikasi kekar; tidak cacat; bergelembung data dari kiri ke kanan menurut tingkat maksimal sebesar kepala jarum; dan kegagalan yang paling besar ke paling bersih, matang, dan warna cerah. kecil. Dengan diagram pareto ini, maka 2. RSS 3: bebas kontaminasi; tidak dapat diketahui jenis produk cacat yang mengandung cacat, lepuh- lepuh, pasir/ paling dominan/terbesar sehingga dapat benda asing; kondisi kering, bersih, dan diketahui prioritas perbaikan. kekar; kondisi diperkenankan kurang 5. Analisis Fishbone Chart dari 10%: sedikit cacat warna, Fishbone Chart adalah suatu diagram gelembung udara kecil, dan noda kecil. yang menunjukkan hubungan sebab dan 3. RSS 4: bebas kontaminasi; tidak akibat yang berkaitan dengan mengandung: cacat, lepuh- lepuh, pasir/ pengendalian proses statistikal dan benda asing; kondisi kering, bersih, dan dipergunakan untuk menunjukkan kekar;, kondisi diperkenankan kurang faktor-faktor penyebab (sebab) dan dari 20%: karat, lengket, cendawan kecil, karakteristik kualitas (akibat) yang gelembung udara, cacat warna, dan disebabkan oleh faktor-faktor penyebab kelebihan asap tersebut. Dalam hal ini menggunakan 4. Cutting A: produk ini adalah karet yang fishbone chart sehingga dapat dihasilkan dari potongan-potongan karet. menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab kerusakan. Analisis Check Sheet Berdasarkan hasil Analisis Check Sheet HASIL PENELITIAN setiap bulannya, maka akan dapat diketahui PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) dalam setahun berproduksi pada bulan Kebun Batujamus/Kerjoarum merupakan mana yang dapat berproduksi sesuai perusahaan penghasil produk karet, untuk standar. hasil produk yang berkualitas baik yang akan diekspor (RSS 1). Berdasarkan kriteria kualitas produk karet RSS, dapat dibedakan sebagai berikut: 94

6 Tabel 1. Jumlah Produksi Karet RSS Berdasarkan Kualitas (RSS 1) dan Cacat di PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus/ Kerjoarum, Maret 2012-Februari 2013 Bulan Tahun Jumlah Produksi Ratarata (kg) Produk RSS 1 Ratarata (kg) RSS 1 (%) Produk Cacat (kg) Produk Cacat (%) Produk Cacat RSS 3 RSS 4 Cut A Ratarata (kg) Produk Cacat (%) Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Total Rata-rata Sumber: Analisis Data, 2013 (Lampiran 1) Berdasarkan Tabel 1. diketahui jumlah produksi karet RSS 1 yang mencapai target perusahaan pada bulan Juli, Agustus, September, Oktober, Desember, dan Januari. Jumlah produksi yang tertinggi pada bulan Agustus sebesar 95,80%. Sedangkan pada bulan Mei merupakan jumlah produksi karet RSS 1 yang terendah sebesar 89,94%. Jumlah produksi karet setiap harinya masih ditemukan karet yang kembali ke ruang asap untuk dilakukan pengolahan ulang. Selain itu, jumlah produksi karet RSS 1 dan juga produk cacat juga cenderung mengalami penurunan. Namun, pada bulan Februari 2013 diketahui bahwa jumlah produk cacat dari bulan Januari semakin meningkat. Jumlah produk cacat RSS 3 RSS 4 Cut A terjadi pada bulan Maret, April, Mei, Juni, November, dan Februari Jumlah produksi karet cacat tertinggi bulan Mei 2012 sebesar 10,06%. Sedangkan bulan Agustus merupakan jumlah produksi karet cacat terendah sebesar 4,20%. Selama satu tahun diketahui bahwa rata-rata produksi karet jenis RSS 1 sebesar 93,66%. Sedangkan karet yang termasuk golongan cacat sebesar 6,34%. Hal ini berarti bahwa produksi karet RSS perusahaan selama satu tahun belum dapat memenuhi standar kualitas perusahaan, yaitu 94% karena dalam satu tahun masih ada enam bulan yang belum dapat mencapai standar perusahaan, yaitu bulan Maret, April, Mei, Juni, November 2012, dan Februari

7 Analisis Histogram Berdasarkan Analisis Check Sheet dapat dibuatkan Diagram Histogram sehingga lebih mudah untuk membacanya Gambar 2. Histogram Jenis Karet RSS Cacat, Maret Februari 2013 Analisis Peta Kendali p (Control p Chart) Berdasarkan perhitungan batas kendali dengan bantuan Program SPSS 18 dapat Peta Kendali p selama Produksi Maret 2012 Februari 2013 tidak beraturan disebabkan karena banyaknya produk cacat yang Gambar 3. Peta Kendali p Produk Cacat, Maret 2012 Februari 2013 dihasilkan. Hal ini menunjukkan dihasilkan Control p Chart sebagai berikut. bahwa pengendalian kualitas untuk produk Berdasarkan Gambar diatas karet RSS 1 yang sesuai dengan standar menunjukkan bahwa produksi karet RSS selama satu tahun mulai Maret 2012 sampai Februari 2013 berada di luar batas kendali. Pola titik-titik dalam Peta Kendali p ini masih mengalami banyak penyimpangan. Penyimpangan yang terjadi ke luar batas kendali karena produk yang dihasilkan setiap harinya masih dalam jumlah yang berfluktuasi dan tidak beraturan. Terdapat banyak dari produk yang dihasilkan 75 titik yang berada dalam batas kendali dibawah standar RSS 1. Adanya dan 290 titik berada dalam luar batas penyimpangan ini dikarenakan adanya kendali. Perubahan titik-titik yang secara mendadak ke luar batas dari garis pusat dan permasalahan pada proses produksi 96

8 sehingga menghasilkan produk cacat yang apa yang pertama akan dipecahkan untuk melebihi standar perusahaan. menghilangkan kerusakan dan memperbaiki Permasalahan yang ada di operasi pada produksi selanjutnya. perusahaan ini disebabkan oleh variasivariasi Berdasarkan Diargam Pareto penyebab khusus tersebut meliputi produksi selama satu tahun dari Maret 2012 faktor pekerja, bahan baku, mesin, metode Februari 2013 diketahui bahwa cara kerja, dan lingkungan. Oleh sebab itu, permasalahan dominan cacat yang terjadi masih diperlukan analisis lebih lanjut dari setiap bulannya adalah permasalahan mengapa terjadi penyimpangan yang sudah noda kecil dan gelembung pada karet RSS terlihat pada peta kendali p di atas. 3. Oleh karena itu, permasalahan paling Selanjutnya faktor-faktor penyebab khusus dominan yaitu kerusakan noda kecil dan ini akan dianalisis dengan menggunakan gelembung pada RSS 3. Jadi perbaikan diagram sebab-akibat untuk mengetahui terlebih dahulu dilakukan, yaitu penyebab dari penyimpangan/kerusakan permasalahan noda kecil dan gelembung dari produk tersebut. Dengan demikian, pada produk RSS 3. akan dapat diketahui apa saja permasalahan yang menyebabkan produksi belum dapat Analisis Diagram Sebab Akibat terkendali. (Fishbone Chart) Alat bantu untuk mencari penyebab Analisis Diagram Pareto adanya permasalahan menggunakan Diagram Pareto adalah sebuah diagram diagram sebab akibat (Fishbone Chart) yang digunakan untuk mengidentifikasi, yang mengaitkan penyebabnya dengan mengurutkan, dan menunjukkan masalah faktor-faktor yang mempengaruhinya. Method Pencucian sheet kurang bersih Lateks mengalami goncangan selama perjalanan Pembalikan sheet tidak segera dilakukan Man Respon pekerja dalam menjaga kebersihan ruang pengasapan dan peralatan Cuaca dan suhu yang kurang mendukung Kelalaian dalam mengganti bambu di ruang pengasapan Permasalahan Noda dan Gelembung Kecil Material Environment Gambar 4. Fishbone Chart untuk Permasalahan Sebab Akibat untuk Permasalahan Noda dan Gelembung Kecil 97

9 a. Man (Pekerja) dengan air yang mengalir sehingga 1) Kelalaian pekerja dalam hal sisa-sisa serum tersebut tidak penggantian bambu tertinggal di lembaran. Metode Pekerja di ruang pengasapan pencucian yang perlu diperhatikan seharusnya setiap hari harus yakni dengan air bersih yang mengecek setiap bambu yang mengalir. Akibat pencucian yang digunakan untuk menjemur sheet. kurang bersih ini nantinya akan Setiap bambu mempunyai tingkat menyebabkan lembaran mudah kena kekuatan yang berbeda dalam hal jamur. Pekerja dalam bagian ini harus ketahanan. Bambu yang sudah tidak melihat benar apakah lembaranlembaran layak dipakai ini nantinya akan yang dicuci sudah bersih menjadikan sheet yang dijemur akan dan sebaiknya pencucian ini dikenai jamur. dilakukan secara berulang-ulang agar 2) Respon pekerja dalam menjaga lembaran-lembaran karet benar-benar kebersihan terjamin kebersihannya. Selain kebersihan dari diri pekerja, 2) Pembalikan lembaran (sheet) yang kebersihan ruang pengasapan dan tidak segera dibalik peralatan sehari-hari yang digunakan Pembalikan sheet dilakukan pada hari harus terbebas dari kotoran agar tidak ke-2 pada saat pengasapan. menghambat proses pengolahan. Terkadang pembalikan sheet ini tidak Sebelum peralatan digunakan untuk segera dilakukan oleh para pekerja proses pengolahan, maka peralatan dikarenakan sheet yang masih panas sebaiknya harus terlebih dahulu sehingga terjadinya kondensasi uap dibersihkan agar sisa-sisa bahan yang air di dalam ruangan dan mengenai diolah sebelumnya tidak ikut sheet tersebut. Hal inilah yang tercampur. Hal ini nantinya juga akan menyebabkan sheet terkena nodanoda mempengaruhi kualitas lembaran kecil (cendawan). Maka, dalam karet yang dihasilkan. metode kerja di ruang pengasapan b. Method (Instruksi Kerja) perlu adanya penekanan untuk 1) Pencucian lembaran (sheet) yang perlakuan tindakan pembalikan kurang bersih lembaran-lembaran karet dengan Pencucian lembaran yang dihasilkan segera pada hari ke-2. setelah proses giling harus dicuci c. Material (Bahan Baku) 98

10 1) Bahan baku lateks yang mengalami para pekerja pada bagian selanjutnya goncangan juga waspada dan paham apa yang harus Lateks yang dikirim dari Afdelling yang dilakukan nantinya. jaraknya jauh dari pabrik pengolahan ini d. Environment (Lingkungan) juga mempengaruhi kualitas dari lateks 1) Cuaca dan suhu yang kadang kurang itu sendiri. Lateks yang seperti ini mendukung banyak berbusa sehingga dalam Pada pertengahan Bulan Februari terjadi pengolahannya harus perlu tenaga ekstra hujan deras dan inilah yang menyebabkan untuk menyaring busa-busa tersebut. kelembaban yang berlebih di ruang Akibat dari teragulasinya bahan baku pengasapan maupun ruang sortasi. Akibat lateks dengan cepat yang dapat dari kelembaban udara ini timbul adanya menyebabkan terjadinya gelembunggelembung bercak/noda kecil seperti jamur/cendawan. udara dalam tiap sheet. Jadi, Perlu dilakukan pencegahan untuk sebaiknya petugas penerimaan bahan berkembangbiaknya cendawan seperti baku memberikan informasi kepada menyemprot dengan anti-jamur pada ruang petugas bagian pengolahan selanjutnya bagian sortasi. tentang kondisi bahan baku tersebut agar Method Man Penyaringan busa kurang bersih Lateks mengalami goncangan dalam perjalanan Pekerja kurang telit dalam proses pembekuan lateks Peralatan dan mesin kurang settingan dan kurang bersih Permasalahan Banyaknya Gelembung Material Machine Gambar 5. Fishbone Chart untuk Permasalahan Sebab Akibat untuk Permasalahan Banyaknya Gelembung a. Man (Pekerja) Pekerja kurang teliti dalam hal proses pembekuan lateks Kualitas lateks yang diproses/diolah selama proses pengolahan ini membutuhkan ketelitian dalam penanganan. Pekerja yang bekerja pada masing-masing bagian proses pengolahan harus paham mengenai apa dan bagaiman proses mengolahan yang akan dikerjakan dalam masingmasing bagian pengolahan. Pada saat 99

11 pembekuan, kualitas lateks yang Bahan baku lateks yang mengalami berasal dari Afdelling yang jauh goncangan berbeda penanganannya dengan yang Lateks yang dikirim dari Afdelling dekat pabrik. Lateks yang berasal dari yang jauh dari pabrik pengolahan ini Afdelling yang jauh lebih segera juga mempengaruhi kualitas dari menggumpal sehingga menyebabkan lateks itu sendiri. Lateks yang seperti banyaknya gelembung udara pada ini mengandung banyak berbusa setiap sheet yang dihasilkan. Pada sehingga dalam pengolahannya harus kondisi bahan baku lateks seperti ini perlu tenaga ekstra untuk menyaring sebaiknya pekerja pada bagian busa-busa tersebut. Akibat dari penerimaan bahan baku memberikan teragulasinya bahan baku lateks informasi kepada pekerja di bagian dengan cepat yang dapat selanjutnya agar para pekerja pada menyebabkan terjadinya gelembunggelembung bagian pembekuan dapat lebih teliti udara dalam tiap sheet. dalam melakukan mengukur tingkat Jadi, sebaiknya petugas penerimaan keenceran dan koagulannya. bahan baku memberikan informasi b. Method (Instruksi Kerja) kepada petugas bagian pengolahan Penyaringan busa yang kurang bersih selanjutnya tentang kondisi bahan Lateks yang berasal dari Afdelling baku tersebut agar para pekerja pada yang jaraknya jauh dari pabrik bagian selanjutnya juga waspada dan pengolahan harus segera ditangani paham apa yang harus dilakukan dengan teliti karena mempengaruhi nantinya. kualitas dari lateks itu sendiri. d. Machine (Mesin) Banyaknya busa pada lateks yang Peralatan dan mesin yang kurang akan diolah ini sehingga perlu metode settingan dan kurang bersih kerja pada saat penyaringan yang Peralatan dan mesin sebelum dan lebih teliti. Akibat dari ini timbul sesudah digunakan proses produksi gelembungan udara yang banyak di harus kembali dicek dan dibersihkan setiap helai lembaran karet yang dengan baik. Peralatan yang kurang dihasilkan. bersih ini nantinya dapat menghambat proses pengolahan. Selain itu, mesin c. Material (Bahan Baku) harus dilakukan pengontrolan dengan settingan yang benar sebelum proses 100

12 pengolahan dimulai. Pembersihan lembaran. Adanya kondisi seperti itu peralatan ini seharusnya dengan yang tidak beraturan sehingga di menggunakan air bersih yang lembaran itu ada kondisi yang baik mengalir agar benar-benar tidak ada yang dapat dipotong/digunting pada sisa kotoran yang menempel pada bagian yang rusak. Bagian yang rusak peralatan yang kemudian hari akan ini dibuang dan sisa potonganpotangan digunakan. karet yang masih baik ini Permasalahan pada jenis dikumpulkan dalam bak cutting produk Cutting A ini secara otomatis sehingga terkumpul pula jenis karet ada karena dalam permasalahan jenis cutting A. produk RSS 3 dan 4 ada permasalahan. Secara keseluruhan per- Pada produk jenis RSS 3 masalahan yang ada dalam produk mapun RSS 4 banyak yang terkena RSS 3, RSS 4, dan Cutting A ini noda kecil maupun adanya dapat dilihat pada fishbone chart gelembung udara pada setiap helai berikut ini: Method Man Penyaringan busa kurang bersih Lateks mengalami goncangan selama perjalanan Pembalikan sheet tidak segera dilakukan Pencucian sheet kurang bersih Respon pekerja dalam menjaga kebersihan ruang pengasapan dan peralatan Peralatan dan mesin kurang settingan dan kurang bersih Pekerja kurang teliti pada proses pembekuan lateks Kelalaian dalam mengganti bambu pada ruang pengasapan Peralatan dan mesin kurang settingan dan kurang bersih Permasalahan Adanya Gelembung dan Noda Kecil Material Machine Gambar 6. Fishbone Chart untuk Permasalahan Sebab Akibat untuk Permasalahan Adanya Gelembung dan Noda Kecil Solusi atas permasalahan ini lebih Pabrik sehingga mengandung banyak busa, ditekankan pada prosedur kerja yang jelas bagi pekerja di setiap bagian pengolahan meliputi: bagaimana cara pekerja bersikap dan bertindak dalam hal menjaga kebersihan diri dan peralatan, metode kerja yang jelas khususnya untuk bahan baku lateks yang kurang baik misalnya lateks yang berasal dari Afdeling yang jauh dari Environment perlu penggantian mesin yang sudah tua dengan yang baru agar proses produksi juga dapat berjalan dengan lancar dan perlu men-settting mesin sesuai dengan aturannya agar dihasilkan ketebalan sheet yang sama, serta untuk lingkungan dengan mengkondisikan agar tetap stabil dan jika perlu penyemprotan anti jamur segera 101

13 dilakukan agar jamur tidak segera peralatan, metode kerja yang jelas berkembang biak. khususnya untuk bahan baku lateks yang kurang baik misalnya lateks yang berasal KESIMPULAN dari Afdeling yang jauh dari Pabrik, Kesimpulan yang dapat diambil dari perlu penggantian mesin yang sudah tua penelitian ini adalah sebagai berikut: dengan yang baru agar proses produksi 1. Kualitas karet jenis RSS menurut check juga dapat berjalan dengan lancar dan sheet jumlah produk RSS 1 dalam perlu men-settting mesin sesuai dengan setahun ini masih terdapat 6 bulan yang aturannya agar dihasilkan ketebalan tergolong belum dapat memenuhi target sheet yang sama, serta untuk lingkungan perusahaan (94%). dengan mengkondisikan agar tetap stabil 2. Permasalahan paling dominan yang dan jika perlu penyemprotan anti jamur mempengaruhi kualitas karet jenis RSS segera dilakukan agar jamur tidak segera adalah jenis RSS 3. Faktor-faktor utama berkembang biak. yang mempengaruhi kualitas karet RSS adalah faktor man, methode, material, Saran machine, dan environment. 1. Hendaknya mendokumentasikan 3. Proses bisnis yang dilakukan PTPN IX kegiatan setiap proses produksi yang (Persero) Kebun Batujamus-Kerjoarum dilakukan pada setiap masing-masing dengan analisis Control p Chart bagian pengolahan sehingga dapat dievaluasi diketahui bahwa masih banyak titik yang setiap kegiatan dan dapat berada di luar pengendalian dalam dilakukan tindakan perbaikan untuk produksi setiap bulannya yang proses produksi selanjutnya. disebabkan oleh permasalahan dominan 2. Memberikan pengarahan dan jenis RSS 3. Apabila produksi RSS 3 ini pengawasan kepada pekerja di setiap dapat ditekan dan dijadikan kualitas RSS masing-masing bagian pengolahan agar 1, maka perusahaan akan lebih untung dapat memberikan hasil dengan kualitas dan efisien. yang baik. 4. Solusi lebih ditekankan pada prosedur 3. Diharapkan para pekerja di setiap bagian kerja yang jelas bagi pekerja di setiap pengolahan sebelum bekerja melakukan bagian pengolahan meliputi: bagaimana pengecekan pada setiap bagian masingmasing.. cara pekerja bersikap dan bertindak dalam hal menjaga kebersihan diri dan 102

14 Sebaiknya apabila musim penghujan, untuk mengantisipasi segera dilakukan penyemprotan anti-jamur pada ruang sortasi. Rekomendasi (Usulan Perbaikan) Sistem Mutu Perusahaan Tabel 2. Usulan Perbaikan untuk Permasalahan Noda Kecil dan Banyaknya Gelembung 3. Material a. Bahan baku lateks yang mengalami goncangan di perjalanan akibat a. Penanganan pada saat penyaringan busa dengan baik dan pada proses pembekuan harus dihitung dengan tepat dari Afdelling jauh 4. Machine a. Peralatan dan mesin yang kurang setting-an dan kurang bersih a. Menjaga kebersihan peralatan dan mesin dan selalu mengecek mesik sebelum bekerja 5. Environm ent a. uaca dan suhu yang kadang kurang a. enjaga kebersihan di ruang sortasi dan ruang pengasapan agar No. Faktor Masalah yang Tindakan Perbaikan mendukung kelembaban udara yang yang diamati terjadi terjadi tidak menurun b. Melakukan 1. Man a. Kelalaian pekerja dalam hal penggantian bambu di ruang pengasapan yang tidak layak b. Respon pekerja dalam menjaga kebersihan ruang pengasapan dan peralatan c. Pekerja kurang teliti dalam hal pembekuan lateks a. Pengecekan dan penggantian bambu yang sudah rusak (tidak layak) dengan yang baru dan tidak menunggu untuk penggantian secara serentak b. Pekerja menjaga kebersihan ruang pengasapan dan peralatan yang digunakan c. Menghitung dengan benar pada saat pengenceran dan berapa jam seharusnya lateks harus dibekukan penyemprotan di ruang sortasi dengan anti jamur 2. Method a. Pencucian lembaran (sheet) karet yang kurang bersih b. Pembalikan lembaran (sheet) karet yang tidak segera dilakukan c. Penyaringan busa yang kurang bersih pada saat akan dilakukan pembekuan a. Melakukan pencucian berulang kali sampai benar-benar bersih dengan air bersih dan mengalir b. Pada saat karet masuk ruang pengasapan yang hari kedua untuk segera dilakukan pembalikan dengan serentak agar tidak terjadi kondensasi di ruang pengasapan. c. Melakukan penyaringan busa sampai benar-benar bersih DAFTAR PUSTAKA Abednego, J. G Situasi Industri Pengolahan Karet Dewasa ini di Indonesia. Pertemuan Teknis Pengendalian Mutu Bahan Olah Karet yang Bekerja Sama dengan Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian. Bogor: Juni Haris, U Rekayasa Model Aliansi Strategis Sistem Agroindustri Crumb Rubber. Disertasi Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Kuncoro, M Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta. Nancy, C Peran Komoditas Karet Alam dalam Mendukung Perkonomian Nasional selama 103

15 Pembangunan Jangka Panjang I ( ). Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia Volume XLV Nomor 3 Hal , September Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Singarimbun, M. dan S. Effendi Metode Penelitian Survey Edisi Revisi. Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta. Suparman, L Penerapan Metoda Gugus Kendali Mutu dalam Mengurangi Tingkat Kecacatan pada Produk Hausing. Profitabilitas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi Akuntansi Volume 2 Nomor 3 Januari Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP Unpas. Bandung. Supriadi, M Implementasi Model Peremajaan Partisipatif dalam Program Revitalisasi Perkebunan Karet. Warta Perkaretan 28(1): Pusat Penelitian Karet. Bogor. 104

ABSTRACT PENDAHULUAN ISTI KHOMAH, ENDANG SITI RAHAYU

ABSTRACT PENDAHULUAN ISTI KHOMAH, ENDANG SITI RAHAYU ISTI KHOMAH, ENDANG SITI RAHAYU Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Email: istikhomah071@yahoo.com Aplikasi Peta Kendali p Sebagai Pengendalian Kualitas Karet di PTPN IX Batujamus/Kerjoarum Control

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas merupakan salah satu yang menjadi daya tarik pembeli. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas merupakan salah satu yang menjadi daya tarik pembeli. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kualitas merupakan salah satu yang menjadi daya tarik pembeli. Jika kualitas produk yang ditawarkan baik (berkualitas tinggi) tentu banyak orang yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan pengendalian kualitas produk dalam proses produksinya sampai pengendalian kualitas produk

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 23 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Pertama berdirinya PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera di Tangerang adalah melalui tahapan yang begitu kecil. Dalam awal pendiriannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Debora Anne Y. A., Desy Gunawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 35 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode dasar analisis deskriptif analitis. Metode ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berguna untuk memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK PT Sahabat Buana adalah perusahaan yang memproduksi bijih-bijih plastik dimana terdapat banyak pesaing, untuk itu perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya yang semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik (Agroplas). Variabel yang diteliti adalah metode pengendalian kualitas yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi BAB V ANALISA HASIL Dalam bab ini akan membahas tentang analisa hasil pengendalian proses yang sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi pada proses powder coating

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti putu_hrs@yahoo.com Jurusan Teknik industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhitama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam (natural rubber, Hevea braziliensis), merupakan komoditas perkebunan tradisional sekaligus komoditas ekspor yang berperan penting sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia industry manufaktur maupun jasa semakin ketat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia industry manufaktur maupun jasa semakin ketat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia industry manufaktur maupun jasa semakin ketat dengan memasuki era globalisasi, karena persaingan bukan hanya dengan perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian dilakukan pada PT Tirta Agung Wijaya yang merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan di area Jawa Tengah. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream

BAB V ANALISA HASIL. membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Histogram Histogram pada tahap ini digunakan untuk mengidentifikasi peluang cacat, membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream 30gr dan Lightening

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terigu, dibuat dengan proses pemanggangan. Biskuit memiliki kadar air kurang

BAB I PENDAHULUAN. terigu, dibuat dengan proses pemanggangan. Biskuit memiliki kadar air kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biskuit merupakan salah satu produk pangan yang berbahan dasar tepung terigu, dibuat dengan proses pemanggangan. Biskuit memiliki kadar air kurang dari 5%, kondisi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran 6

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran 6 ABSTRAK PT Dhaya Tuhumitra adalah perusahaan penghasil sepatu sandal wanita dengan orientasi pasar ekspor sehingga harus dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya agar dapat memenangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2009, hlm.38), menyatakan bahwa objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini persaingan usaha semakain ketat, seperti halnya dalam usaha garment. Agar perusahaan dapat bertahan dalam persaingan, pengendalian kualitas merupakan suatu kegiatan yang sangat perlu dilakukan

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Produk SIR 3L di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu

Analisis Pengendalian Kualitas Produk SIR 3L di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu Jurnal Agro Industri Perkebunan Analisis Pengendalian Kualitas Produk SIR 3L di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu (Analysis of Quality Control SIR 3L Product on PT Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini tuntutan pelanggan terhadap kualitas produk semakin meningkat, sehingga perusahaan perlu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya agar mampu bersaing di pasar dan mempertahankan

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FAILURE MODE AND EFFECT (FMEA) PADA PRODUK RIBBED SMOKE SHEET DI PABRIK KARET PTPN. II KEBUN BATANG SERANGAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 80 N < N, (25.69 < 30 ) maka jumlah data dianggap cukup karena jumlah data atau pengamatan yang teoritis sudah dilampaui oleh jumlah data yang sebenarnya atau aktual. BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara langsung dan mendapatkan data lengkap. Kemudian penulis melakukan analisa masalah

Lebih terperinci

Magrobis Journal 18 ANALISIS USAHA PENGOLAHAN LATEKS KARET PADA PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOA KULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Magrobis Journal 18 ANALISIS USAHA PENGOLAHAN LATEKS KARET PADA PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOA KULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Magrobis Journal 18 ANALISIS USAHA PENGOLAHAN LATEKS KARET PADA PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOA KULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Oleh : Arista Damayanti 1) dan Sundari 2) ABSTRAK Karet merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kebun Batang Serangan dibuka pada tahun 1910 yang dikelola oleh pemerintahan Belanda dengan nama perusahaan NV.BDM (Breningde Deli Maatscappinjen).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi. merupakan tanaman unggulan yang sudah dikembangkan dan juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi. merupakan tanaman unggulan yang sudah dikembangkan dan juga menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi (Coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi merupakan tanaman unggulan yang sudah dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Batujamus RSS Kerjoarum merupakan salah satu dari dua pabrik pengolahan getah karet menjadi karet setengah jadi di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semakin kompetitif ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan persaingan akan memberikan perhatian penuh pada mutu atau kualitas.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian Indonesia berada pada tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian Indonesia berada pada tingkat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan perekonomian Indonesia berada pada tingkat pertumbuhan yang kurang menggembirakan, hal ini merupakan dampak dari adanya resesi perekonomian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRAK. Kata Kunci : Pengendalian Kualitas, Peta kendali P, Histogram, Pareto, diagram sebab- akibat. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK ABSTRAK. Kata Kunci : Pengendalian Kualitas, Peta kendali P, Histogram, Pareto, diagram sebab- akibat. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK ABSTRAK PD Jaya Sentosa adalah perusahaan manufaktur yang harus berjuang untuk mempertahankan produknya laku dipasaran. Upaya yang dilakukan selama ini adalah dengan mempertahankan kualitas produk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Djarum adalah salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Untuk tetap mempertahankan predikatnya, PT Djarum berusaha untuk selalu memberikan produk yang bermutu dan memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwarnai dengan revolusi di segala bidang, yang membuat faktor-faktor produksi

BAB I PENDAHULUAN. diwarnai dengan revolusi di segala bidang, yang membuat faktor-faktor produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perekonomian telah memasuki era globalisasi yang akan diwarnai dengan revolusi di segala bidang, yang membuat faktor-faktor produksi seperti manusia,

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java Arkan Addien 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry garmen, dimana perusahaan memproduksi kemeja pria dewasa. Bahan dasar untuk produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman seperti sekarang ini dengan kemajuan industri yang didukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman seperti sekarang ini dengan kemajuan industri yang didukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman seperti sekarang ini dengan kemajuan industri yang didukung dengan perkembangan teknologi yang pesat telah memberikan dampak terhadap persaingan industri pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat bersaing dan meningkatkan keunggulan kompetitif dengan perusahaan lain yang sejenis,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, akan dijelaskan terlebih dahulu bagaimana cara kerja sistem pengendalian kualitas yang dilakukan pada saat paling awal yaitu mulai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada proses produksi wafer stick selama 3 bulan. Maka diketahui data sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI KAYU LAPIS MENGGUNAKAN STATISTICAL QUALITY CONTROL

ANALISIS PRODUKSI KAYU LAPIS MENGGUNAKAN STATISTICAL QUALITY CONTROL Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 1 (2016), hal 1-8 ANALISIS PRODUKSI KAYU LAPIS MENGGUNAKAN STATISTICAL QUALITY CONTROL Awaliyah, M. Novitasari Mara, Shantika Martha INTISARI

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk 228 Seminar Nasional Teknik Industri [SNTI2017] ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk Heri Wibowo 1, Sulastri 2 dan Ahmad

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang semakin pesat. Dampaknya adalah persaingan antar industri semakin ketat, terutama industri

Lebih terperinci

ANALISA CACAT PADA KEMASAN GARAM MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL

ANALISA CACAT PADA KEMASAN GARAM MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL ANALISA CACAT PADA KEMASAN GARAM MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL Dwi Hadi Sulistyarini 1) 1) Teknik Industri, Universitas Brawijaya Jl. M.T. Haryono 167 Email : dwihadi@ub.ac.id Abstrak. UD Podo

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS KEBUN KARET

PELUANG BISNIS KEBUN KARET PELUANG BISNIS KEBUN KARET STMIK AMIKOM YOGYAKARTA N a m a : I s n a i n i M a r u f N i m : 1 1. 1 2. 6 0 5 4 P r o g r a m S t u d y : S 1 J u r u s a n : S i s t e m I n f o r m a s i KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah I.1 Latar Belakang Masalah orientasi BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dunia usaha yang terjadi pada saat ini bukan hanya ber kepada seberapa tinggi tingkat produktifitas dari usaha tersebut melainkan lebih

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lateks Segar. Bahan baku Brown Crepe (Compo) Lump mangkok Lump busa Scraps Serpihan sisa pengolahan RSS (Slab Basah) Penerimaan.

LAMPIRAN. Lateks Segar. Bahan baku Brown Crepe (Compo) Lump mangkok Lump busa Scraps Serpihan sisa pengolahan RSS (Slab Basah) Penerimaan. LAMPIRAN Lateks Segar Penerimaan Pengenceran Bahan baku Brown Crepe (Compo) Lump mangkok Lump busa Scraps Serpihan sisa pengolahan RSS (Slab Basah) Pembekuan Penerimaan bahan baku Pencucian bahan baku

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan CV. Multi Karya Prima adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri yang memproduksi pagar beton (panel). Ukuran panel yang diproduksi adalah

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini perekonomian di dunia telah memasuki era globalisasi. Semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini perekonomian di dunia telah memasuki era globalisasi. Semua BAB 1 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini perekonomian di dunia telah memasuki era globalisasi. Semua faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, bahan baku, uang, informasi, telekomunikasi, pendidikan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton) A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Tanaman karet merupakan tanaman tahunan dengan bentuk pohon batang lurus. Bagian yang dipanen dari tanaman karet adalah getah atau lateks. Lateks tanaman karet banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 1.1 Tahap Analyze 1.1.1 Diagram Pareto Pada tahapan Analyse diagram pareto berguna untuk membantu mengurutkan prioritas penyelesaian masalah yang harus dilakukan. Yaitu melakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... xiii. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... xiii. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PERNYATAAN SARJANA ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari pengolahan data pada bab sebelumnya diperoleh hasil mengenai jumlah produk, jumlah produk cacat, dan jenis cacat yang ada antara lain : gosong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini telah membawa banyak dampak ke semua negara, termasuk Indonesia khususnya karena banyak sekali industri baik yang berskala besar maupun

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

EVALUASI PERBAIKAN KUALITAS MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II BATANG SERANGAN.

EVALUASI PERBAIKAN KUALITAS MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II BATANG SERANGAN. EVALUASI PERBAIKAN KUALITAS MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II BATANG SERANGAN TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. PIMS Indonesia, Jl. Ciputat Raya No. 5, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12240, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan proses pengumpulan data dan pengolahannya diperoleh data dalam bentuk diagram pareto, dari diagram pareto tersebut dapat diketahui bahwa orhanisasi/perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada industri manufaktur mesin/peralatan yang telah tersedia dan siap

BAB I PENDAHULUAN. Pada industri manufaktur mesin/peralatan yang telah tersedia dan siap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada industri manufaktur mesin/peralatan yang telah tersedia dan siap pakai dibutuhkan pada setiap saat ketika proses produksi akan dimulai. Fungsi mesin/peralatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Botol Kemasan Sabun Lifebuoy Bahan baku utama untuk pembuatan botol kemasan sabun lifebuoy adalah biji plastik berwarna putih yang sudah memenuhi standar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam proses penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet merupakan tanaman yang memiliki peran penting di bidang industri terutama sebagai bahan baku di bidang industri ban dan otomotif (Sinaga, 2011). Indonesia

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) Produk Kue Astor untuk Meminimumkan Produk Rusak Pada PT. Prima Jaya A.M.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI KARET PADA PTPN IX BATU JAMUS KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI KARET PADA PTPN IX BATU JAMUS KABUPATEN KARANGANYAR ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI KARET PADA PTPN IX BATU JAMUS KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh derajat gelar sarjana pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran penting di sektor pertanian, khususnya sub sektor perkebunan dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode Statistical Process Control (SPC)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan pembahasan tentang Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Pada PTP Nusantara

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan data Observasi dilakukan pada lantai Produksi dan dikhususkan pada proses pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan buku,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agroindustri adalah salah satu subsistem yang bersama-sama subsistem lain

I. PENDAHULUAN. agroindustri adalah salah satu subsistem yang bersama-sama subsistem lain I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi menitikberatkan pada bidang pertanian dan industri yang berbasis pertanian atau biasa disebut agroindustri. Dalam sistem agribisnis, agroindustri adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Studi Pendahuluan Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, dilakukan studi pendahuluaan terlebih dahulu. Studi pendahuluan dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri Hijau INDUSTRI PENGASAPAN KARET (RIBBED SMOKED SHEET RUBBER) Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba yang maksimal dengan modal yang tersedia. Dengan demikian perusahaan akan mencari

Lebih terperinci

HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN

HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN DAFTAR ISI Hal. HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN MOTTO...... iv HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN... v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi ABSTRAKSI... vii ABSTRACT... viii KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis dan Pembahasan Pengendalian Kualitas Statistik Pada PT. X Graphy Semarang mempunyai bagian Quaility Control yang bertugas melakukan pengecekan terhadap hasil produksi.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam proses penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Karet di Provinsi Lampung Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian penting di lingkungan Internasional dan juga Indonesia. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. batas kendaliatas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL). Garis Pusat ini

BAB V ANALISA HASIL. batas kendaliatas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL). Garis Pusat ini BAB V ANALISA HASIL 5.1 Menghitung Garis Pusat atau Central Line (CL) Garis pusat atau Central Line adalah garis tengah yangberada diantar batas kendaliatas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL). Garis Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak perusahaan lebih memfokuskan diri kepada kepuasan pelanggan melalui persaingan dalam hal kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan. Oleh

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya minat masyarakat pedesaan di Daerah Riau terhadap usaha tani kelapa sawit telah menjadikan Daerah Riau sebagai penghasil kelapa sawit terluas di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia dan era perdagangan bebas, di Indonesia juga dapat diharapkan menjadi salah satu pemain penting. Dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada cepatnya perubahan selera konsumen terhadap suatu produk. Oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada cepatnya perubahan selera konsumen terhadap suatu produk. Oleh sebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi saat ini, persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar nasional maupun di pasar internasional. Meningkatnya persaingan bisnis

Lebih terperinci