PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA"

Transkripsi

1 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Menembus Badai Juni 2009

2

3 PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Juni 2009

4 Kata Pengantar The Indonesian Economic Quarterly (perkembangan triwulanan perekonomian Indonesia) melaporkan dan mensintesis pada perkembangan kunci perekonomian Indonesia selama tiga bulan terakhir. Ikhtisar ini menempatkan berbagai perkembangan tersebut dalam konteks jangka yang lebih panjang dan global, dan mengkaji berbagai implikasi yang ada bagi kemungkinan perekonomian dan kesejahteraan sosial Indonesia. Ikhtisar ini mencakup perekonomian makro sampai pasar-pasar finansial hingga indikator kesejahteraan manusia dan pembangunan. Ikhtisar ini ditujukan kepada publik luas, termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, peserta pasar keuangan, dan komunitas analis serta kalangan profesional yang terlibat dalam perekonomian Indonesia yang terus berevolusi. Laporan perkembangan perekonomian Indonesia ini dipersiapkan dan dikompilasi oleh tim analisis perekonomian makro di Bank Dunia, Jakarta: Tim Bulman, Ekonom, di bawah bimbingan Shubham Chaudhuri, Ekonom Senior, dan William E. Wallace, Ekonom Kepala. Tim-tim lain di kelompok Pengentasan Kemiskinan dan Manajemen Perekonomian Bank Dunia, juga memberi kontribusi kepada pembaharuan ini: Matt Wai-Poi, bersama Vivi Alatas dan Edgar Janz, mempersiapkan analisa dampak melambatnya prospek masa depan kesempatan kerja Indonesia dan kesejahteraan warga termiskinnya. Lebih banyak lagi tentang pasar tenaga kerja Indonesia bisa ditemukan di Indonesian Jobs Report yang akan segera terbit. Sjamsu Rahardja bersama Fitria Fitrani memberi kontribusi berbagai bagian yang berfokus pada dampak perdagangan selama krisis global, dan mempersiapkan analisis harga perdagangan di Indonesia dan prakiraan arus perdagangan nominal Indonesia. Sarah Horrignan menyumbang analisis tentang anggaran pembayaran pemerintah Indonesia, berdasarkan kerja bersama Hari Purnomo dan Vijay Ramachandran; analisis oleh Dhaine Nugroho juga berkontribusi kepada fokus bagian ini. Dokumen ini diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh Arfan Achyar dan diedit oleh Magda Adriani. Lebih jauh lagi analisa Bank Dunia membahas perekonomian Indonesia Tim perekonomian makro Indonesia yang ada di Bank Dunia telah memulai melakukan blogging. Nalar Ekonomi Indonesia, berbagai komentar terkini di Indonesia tentang perkembangan perekonomian Indonesia, ikuti diskusi yang ada melalui tautan Untuk ikut serta dalam daftar distribusi untuk seri Quarterly ini dan publikasi terkait, silakan hubungi Untuk menyampaikan pertanyaan dan komentar terkait publikasi ini, silakan hubungi Untuk informasi tentang Bank Dunia dan aktifitasnya di Indonesia, silakan kunjungi i

5 Daftar Isi Kata Pengantar...i Rangkuman Eksekutif: Indonesia menembus badai... i A. PEMBAHARUAN PEREKONOMIAN Prospek perekonomian global di masa depan telah memburuk dengan cepat dan perekonomian Indonesia mulai merasakan dampak buruknya... 3 a. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) melambat di akhir tahun b. Perlambatan global ini menghantam arus perdagangan Indonesia... 4 c. Bersama dengan melemahnya permintaan dan aktifitas, dan merosotnya harga komoditas yang mengurangi keuntungan, berbagai perusahaan mengurangi investasi dan mulai merumahkan karyawan mereka... 6 d. Pertumbuhan produksi melambat baik di industri yang memproduksi barang yang diperdagangkan (tradables) maupun yang tidak (non-tradables) Setelah menjadi bulan-bulanan gejolak pasar global, pasar-pasar keuangan Indonesia membaik sejak bulan Maret... 9 a. Pasar-pasar keuangan kembali menaruh kepercayaan pada mata uang rupiah... 9 b. Pasar saham ini merupakan yang terkuat di kawasan ini c. Pengembalian obligasi domestik telah membaik dari gejolak yang baru saja dialaminya d. Secara keseluruhan, sektor perbankan tetap dalam kondisi sehat walaupun harga-harga komoditas global yang lebih rendah memperlambat inflasi a. Harga-harga yang lebih rendah, termasuk harga bahan bakar yang telah ditetapkan b. telah menyebabkan inflasi yang lebih rendah c. terutama untuk rumah tangga yang lebih miskin d. dan mendorong BI menurunkan tingkat kebijakannya sebanyak 225 basis points dari Desember sampai Mei Posisi eksternal Indonesia tetap tidak berubah walaupun lebih lemah daripada tahun a. Neraca pembayaran Indonesia mencatat defisit kecil di tahun 2008, dan kembali surplus di awal b. Pemaparan hutang eksternal, walaupun signifikan, tampaknya bisa dipertahankan Anggaran pemerintah Indonesia memiliki posisi baik untuk menanggapi penurunan yang terjadi a. Angka realisasi awal mengindikasikan keseimbangan neraca hampir tercapai di tahun 2008, jauh lebih rendah daripada yang diproyeksikan b. Sebagai antisipasi terhadap penurunan pendapatan dan kebutuhan akan stimulus fiskal, Parlemen menyetujui revisi anggaran dengan target defisit sebesar 2,5% c. Kebutuhan keuangan pemerintah Indonesia akan meningkat di tahun B. DAMPAK KRISIS GLOBAL TERHADAP INDONESIA: MEMANDANG KE DEPAN Penurunan tajam yang dialami oleh berbagai mitra perdagangan besar perekonomian Indonesia digabungkan dengan penurunan harga komoditas memiliki implikasi penurunan tajam dalam hal ekspor a. Prospek global semakin memburuk sejak Desember, mempengaruhi sektor eksternal yang dimiliki Indonesia b. Ekspor-ekspor Indonesia sepertinya akan menjadi stabil c. Penurunan ekspor berpengaruh lebih besar terhadap sebagian sektor dan wilayah Pertumbuhan kredit domestik, karena telah melambat, sepertinya akan menjadi stabil Neraca pembayaran Indonesia sepertinya akan lebih lemah daripada tahun-tahun sebelumnya a. Prospek neraca berjalan ini hampir seimbang b. Kebutuhan pembiayaan eksternal yang lumayan besar menyatakan ada kemungkinan larinya modal lebih lanjut Inflasi akan semakin turun, terutama untuk kalangan miskin Pemerintah menanggapi perlambatan global a. Pemerintah telah menanggapi dengan paket stimulus fiskal b. dan berusaha menangani dan mengatasi tantangan secara langsung demi mencapai pembayaran yang penuh dan cepat... 33

6 c. Akses kepada pembiayaan perdagangan telah menjadi problem bagi eksportir, dan pemerintah memberi dukungan d. Pemerintah juga telah bertindak mengendalikan penyelundupan dan penimbunan barang Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) diproyeksikan melambat, dikarenakan berbagai efek melambatnya ekspor dan menurunnya harga komoditas, ditambah lebih ketatnya kredit domestik Ketersediaan lapangan kerja, terutama di sebagian wilayah dan sektor, akan terpengaruh oleh perlambatan tersebut a. Selama krisis Asia , tingkat pengangguran di Indonesia meningkat tidak terlalu besar, di mana pekerja yang kehilangan pekerjaan yang bergaji lumayan beralih ke sektor informal dan pertanian b. tetapi rumah tangga berpendapatan rendah, secara umum, lebih rentan terhadap gejolak c. dan sebagian dari hal-hal yang paling rentan dari krisis yang ada sekarang d. Cara rumah tangga miskin menangani gejolak bisa menjadi hal yang mahal dalam jangka panjang Setelah peningkatan signifikan, kemiskinan akan berkurang dengan laju yang tidak terlalu cepat, dan pemerintah menanggapi DAFTAR GRAFIK Grafik 1: Produksi industri melesu secara global sejak akhir 2008, dan ada pemulihan di bulan Maret Grafik 2: yang membawa kontraksi perdagangan yang lebih besar, terutama di Asia Timur 2 Grafik 3: Setelah gejolak di tahun 2008, harga-harga komoditas stabil di awal Tabel 2 dan Grafik 4: Permintaan domestik, baik dari konsumen dan pemerintah, telah mendukung perekonomian, sementara volume perdagangan telah anjlok dan investasi melemah 3 Grafik 5: Penurunan pertumbuhan Indonesia terjadi kemudian, dan bersifat moderat, dibanding negara lain di kawasan ini 4 Grafik 6: Ekspor Indonesia merupakan pangsa perekonomian yang lebih kecil, dan belum berkembang secepat perekonomian lain di kawasan ini 4 Grafik 7: Nilai ekspor Indonesia turun cukup besar di triwulan pertama setelah di triwulan keempat tidak mengalami perubahan 5 Grafik 8: Penurunan harga minyak mengembangkan surplus perdagangan 5 Grafik 9: Indikator perdagangan eceran (Retail) telah stabil sejak akhir 2008 dan kepercayaan konsumen hampir mendekati titik tertinggi dalam sejarah 7 Grafik 10: Penjualan kendaraan bermotor turun tajam di akhir 2008, tetapi setelahnya kembali stabil 7 Grafik 11: Kedua pertumbuhan output yang bisa diperdagangkan (tradables) maupun yang tidak (non-tradables) melambat, tetapi perbedaan pertumbuhannya tetap besar 8 Grafik 12: Setelah terpukul oleh penurunan ekonomi global pada bulan Februari, rupiah kembali ke level di bawah per USD pada pertengahan Mei 10 Grafik 13: dimana ini adalah salah satu pergerakan terkuat di kawasan ini 10 Grafik 14: Setelah masuk ke pasar saham Indonesia selama masa puncak gejolak pasar, investor asing penjual netto di awal tahun 2009, dan kemudian kembali ketika risiko global berkurang sejak akhir Maret 11 Grafik 15: Pasar saham Indonesia menunjukan kinerja baik dibanding pasar saham lain setelah India, dan menjadi salah satu yang terkuat di dunia sejak tanggal 1 Desember 11 Grafik 16: Walaupun telah membaik sejak Maret, pengembalian obligasi asing Indonesia tetap lebih tinggi dan lebih mudah berubah dibanding tempat lain di kawasan ini 12 Grafik 17: Walaupun perbedaan antara obligasi asing dolar dan rupiah telah membaik sejak gejolak di bulan Desember, pengembalian obligasi dolar di Indonesia tetap tinggi kalau dilihat dari standar sejarah 12 Grafik 18: Kurva pengembalian menjadi begitu rata di bulan Desember, tetap sejak bulan itu kembali ke bentuk kurva yang lebih normal 13 Grafik 19: Walaupun banyak tingkat hutang asing telah diturunkan, tingkat hutang Indonesia tetap tidak berubah 13 Grafik 20: Para pemilik deposit beralih ke deposito berjangka yang tidak terlalu likuid (tetapi lebih mahal bagi bank) 15

7 Grafik 21: Persetujuan bank umum terhadap pinjaman kepada berbagai bisnis berkurang tajam di triwulan terakhir tahun Grafik 22: Satu indikator pinjaman antar bank dalam bentuk Rupiah kembali ke level normal di awal tahun Grafik 23: Harga bensin sekarang ini berada di dekat ongkos ekonomis bahan bakar: harga solar dan minyak tanah yang diregulasi tetap berada di bawah ongkos ekonomisnya 17 Grafik 24: Inflasi telah berkurang tajam selama 8 bulan terakhir, terutama untuk rumah tangga miskin 17 Grafik 25: Kesenjangan antara bunga dan laju inflasi telah mengecil, walaupun Bi telah menerapkan kebijakan moneter yang cepat sejak Desember Grafik 26: Arus keluar modal menarik neraca pembayaran ke posisi surplus di triwulan keempat 19 Grafik 27: Obligasi eksternal jangka pendek Indonesia sejalan dengan perekonomian lain di kawasan ini 21 Grafik 28: Setelah defisit neraca yang terus terjadi selama beberapa tahun terakhir, neraca 2008 yang hampir seimbang adalah sebuah kontraksi 22 Grafik 29: Di tahun 2008, seperti tahun 2005, pemerintah tidak menghabiskan anggaran semua belanja - selain dari subsidi energi 22 Grafik 30: Pengeluaran publik untuk subsidi menggelembung di tahun 2008; pengeluaran ini dianggarkan untuk dialihkan ke pendidikan, pertanian, infrastruktur dan pengeluaran "lain-lain" di tahun Grafik 31: Prospek pertumbuhan global telah memburuk lumayan besar selama beberapa bulan terakhir 27 Grafik 32: Hanya pemulihan kecil diproyeksi di dalam berbagai harga komoditas global, dan harga ekspor Indonesia 27 Grafik 33: Ekspor tekstil, perikanan, dan perikanan Indonesia sangat bergantung pada pasar berpendapatan tinggi 28 Grafik 34: Ukuran rencana stimulus Indonesia, walaupun moderat, mirip dengan perekonomian lain di kawasan ini 32 Grafik 35: tetapi potongan pajak menjadi bagian terbesar dari rencana Indonesia dibanding perekonomian negara tetangga 32 Grafik 36: pengeluaran pemerintah Indonesia terkonsentrasi pada akhir tahun ini 34 Grafik 37: terutama pengeluaran infrastruktur. 34 Grafik 38: Penyebaran kredit perdagangan meningkat 37 Grafik 39: dan volume pembiayaan perdagangan menyusut 37 Grafik 40: Walaupun Indonesia mengalami perlambatan yang lumayan besar, perlambatan itu termasuk yang terkecil di kawasan ini 41 Grafik 41: Pengangguran meningkat cukup besar selama krisis ekonomi 1997/98 dan perlambatan di tahun Grafik 42: Rekor jumlah wanita masuk pasar tenaga kerja untuk membantu berkurangnya penghasilan keluarga 44 Grafik 43: sementara masyarakat miskin menunjukkan gerakan keluar dari pekerjaan nonpertanian dan pekerjaan formal 44 Grafik 44: Kalimantan Barat dan sebagian besar wilayah Sulawesi sepertinya sangat terpengaruh oleh perlambatan global 46 Grafik 45: Sejumlah besar pekerja berada di sektor-sektor ekspor yang rentan, melambangkan bagian besar di Sumatra dan Kalimantan 46 DAFTAR TABEL Tabel 1: Arus modal, lemah sejak akhir 2008, masih belum membaik 2 Tabel 2 dan Grafik 4: Permintaan domestik, baik dari konsumen dan pemerintah, telah mendukung perekonomian, sementara volume perdagangan telah anjlok dan investasi melemah 3 Tabel 3: Perlambatan output manufaktur dan konstruksi cukup signifikan 8 Tabel 4: Arus keluar Portfolio investasi menggerakkan neraca pembayaran Indonesia ke wilayah defisit di akhir 2008; neraca berjalan yang ada sekarang mendekati seimbang 18 Tabel 5: Hutang eksternal jangka pendek Indonesia 21 Tabel 6: Bagian PDB pemerintah dianggarkan berkurang di tahun 2009, bahkan dengan pengeluaran yang lebih tinggi untuk aktifitas pemerintah 23

8 DRAFTER KONTAK Tabel 7: Setelah mencapai surplus keuangan di tahun 2008, kebutuhan pembiayaan pemerintah meningkat kembali di tahun Tabel 8: Berbagai kawasan yang sangat terpapar dengan sektor komoditas adalah kawasan yang paling keras terkena dampak perlambatan ini 29 Tabel 9: Indonesia membutuhkan sekitar $AS 30 miliar untuk pembiayaan eksternal di tahun Tabel 10: Tingkat pajak marjinal telah dikurangi dan batasan pajak penghasilan dinaikkan 33 Tabel 11: Terutama untuk barang-barang konsumsi, ada bukti cukup besarnya jumlah impor ilegal 39 Tabel 12: Pertumbuhan PDB Indonesia diproyeksikan melambat ke angka 3,4 persen di tahun 2009, membaik di tahun 2010, menurut prakiraan mendasar untuk pertumbuhan global dan harga, serta kebijakan domestik 41 Tabel 13: Penurunan global yang lebih mendalam atau lama juga akan memperpanjang perlambatan yang dialami Indonesia, sementara stimulus kebijakan yang efektif akan mendorong permintaan domestik dan mengangkat pertumbuhan 42 Tabel 14: tetapi upah real (sesungguhnya) berkurang secara substansial 43 Tabel 15: Rumah tangga miskin dan hampir miskin lebih mungkin menderita karena gejolak perekonomian 44 Tabel 16: Pekerja yang paling berisiko selama krisis yang ada sekarang adalah mereka yang kurang berpendidikan dan tinggal di kawasan pinggiran kota 45 Tabel 17:...dan kemungkinan besar menjadi pekerja informal dan menghasilkan uang lebih sedikit dengan tunjangan yang lebih kecil 45 Tabel 18: Rumah tangga yang lebih miskin lebih mungkin mengurangi konsumsi dan meminta anggota keluarganya mencari pekerjaan selama terjadinya pengurangan penghasilan 47 Kotak 1: Paket stimulus pemerintah 33 Kotak 2: Mengklasifikasikan jenis-jenis pengeluaran apa arti istilah tersebut 35 Kotak 3: Sesuatu yang utama untuk pembiayaan perdagangan 37

9 Rangkuman Eksekutif: Indonesia menembus badai Kemunduran perekonomian global telah mempengaruhi pertumbuhan Indonesia, tetapi tidak langsung terjadi dan tidak sebesar di tempat lain. Pasar-pasar keuangan Indonesia terpengaruh oleh gejolak keuangan global, tetapi belakangan ini telah menunjukan pemulihan yang kuat. Sektor perbankan tetap berada dalam kondisi sehat, tetapi peminjaman baru menurun. Dan, harga-harga komoditas global serta berkurangnya permintaan global telah berdampak buruk bagi ekspor...dan impor Indonesia. Perlambatan yang dialami Indonesia terjadi relatif belakangan dan, lebih moderat dibanding banyak negara lain tetapi dampak buruk dari perlambatan perekonomian global tersebut sekarang sedang berlangsung. Pertumbuhan PDB melambat di triwulan keempat 2008 sampai triwulan pertama 2009, ke angka 4,4 persen y-o-y, dari angka 6,4 persen di triwulan ketiga tahun itu. Untuk tahun 2008 secara keseluruhan, perekonomian Indonesia berkembang sebesar 6,1 persen, hanya sedikit di bawah angka tahun 2007, 6,3 persen. Namun, semua sektor perekonomian terkena pengaruh selama masa puncak gejolak pasar keuangan global di akhir tahun Sampai triwulan pertama 2009, berbagai sektor yang berfokus eksternal terus terkena dampak perlambatan global, sementara permintaan domestik kembali meningkat dikarenakan rasa kepercayaan konsumen yang bertambah, harga eceran yang stabil, dan kembalinya kepercayaan investor. Sektor yang cukup kuat adalah dalam peningkatan dalam bidang produksi pertanian sebesar 4,8 persen di tahun 2008, pertumbuhan tercepat sejak Walaupun pertanian sekarang merupakan 14,4% dari total output, pertanian terus memberikan sebagian besar atau semua dukungan bagi 42% rumah tangga yang ada. Pasar-pasar keuangan Indonesia mengikuti naik dan turunnya trend global terkini, walaupun dengan amplitudo yang lebih besar. Setelah terpuruk di bulan Oktober dan awal November, pasar-pasar keuangan itu menguat dengan membaiknya kepercayaan global sejak akhir November, sebelum melemah kembali di pertengahan Januari ketika persepsi peserta pasar terhadap situasi global melemah. Belum lama ini, pasar-pasar Indonesia kembali menguat sebagai tanggapan terhadap pergeseran kebijakan di dalam berbagai perekonomian besar, dan pasar-pasar Indonesia bergerak untuk meningkatkan pembiayaan termasuk pembiayaan cadangan untuk anggaran dari mitra-mitra pembangunan, dan persetujuan pertukaran bersama Jepang dan Cina. Setelah berada di angka per $AS di bulan Desember, rupiah terdepresiasi perlahan-lahan melebihi angka , sebelum membaik kembali baru-baru ini ke angka kurang dari Di akhir tahun, pengembalian obligasi pemerintah Indonesia telah membaik dari penurunan yang terjadi selama Oktober dan November (ketika, contohnya, pengembalian obligasi lima tahun naik melebihi 20%), tetapi kemudian berkurang kembali sejalan dengan keengganan risiko global yang kembali muncul. Pengembalian ini telah pulih kembali belum lama ini dan pengembalian lima tahun itu sekarang berada di angka 10,9 persen. Demi memenuhi kebutuhan pembiayaannya, Indonesia menerbitkan $AS 2 miliar dalam bentuk obligasi 10 tahun dan $AS 1 miliar dalam bentuk obligasi 5 tahun di bulan Februari di angka 11,75 persen dan 10,5 persen, dan sejak saat itu mampu menjual obligasi bertempo panjang dengan tingkat pengembalian yang perlahan-lahan mengecil. Walaupun Indonesia tidak terlalu terpapar oleh bank-bank Amerika dan Eropa, para bankir Indonesia semakin konservatif sesuai dengan pengetatan kondisi keuangan global. Hanya sedikit saja pinjaman yang disetujui, dan berbagai laporan tidak resmi mengatakan kalau para nasabah baru mengalami kesulitan mendapatkan kredit. Walaupun peminjaman antar bank telah membaik sejak November dan ada cukup likuiditas rupiah di dalam sistem, likuiditas itu tidak terdistribusi di mana bank-bank yang lebih besar biasanya bersifat likuid sementara yang lebih kecil mengalami masalah pembiayaan. Namun demikian, berbagai indikator sektor perbankan terus menunjukan kondisi yang relatif baik, dan bank-bank terbesar negara ini melaporkan laba bersih yang lebih tinggi di triwulan pertama Setelah mengalami beberapa tahun yang diwarnai oleh pertumbuhan kuat dan berkelanjutan, kemunduran global ini menghantam arus perdagangan Indonesia di akhir tahun Total ekspor Indonesia mencapai $AS 136 miliar di tahun 2008, 20 persen lebih tinggi dibanding ekspor tahun Tetapi, penurunan harga komoditas dan, walaupun lebih kecil, pengurangan permintaan global berdampak, seperti yang diramalkan, terhadap ekspor di triwulan terakhir Di bulan Januari, nilai ekspor turun sebesar 36,1 persen (y-o-y), penurunan bulanan terbesar dalam satu dekade. Penurunan drastis dalam harga minyak dan penurunan harga komoditas lain yang terkait dengannya turut mendorong penurunan nilai ini. Ekspor nyata (dalam ukuran volume PDB) hampir seperlima di bawah tingkat tahun sebelumnya di akhir triwulan pertama Impor sangat berhubungan dengan ekspor dan telah turun lebih cepat: nilainya turun sekitar 30 persen di triwulan pertama 2009 dibanding setahun sebelumnya dan hampir seperempat

10 lebih rendah dalam hal (volume) PDB. Efek netto dari penurunan ini adalah berkurangnya surplus barang Indonesia yang menurun dari $AS 5,8 miliar di Q3 (Triwulan 3) ke $AS 4,6 miliar di Q4 (Triwulan 4), tetapi kemudian meningkat di bulan-bulan pertama tahun dan tingkat laba berbagai perusahaan, menyebabkan pengurangan investasi, pekerja, dan permintaan masyarakat. Harga-harga konsumsi telah stabil, memudahkan BI melonggarkan kebijakan moneter. Walaupun ada penurunan global, posisi ekternal Indonesia tetap baik, kewajiban keuangan eksternal negara yang lebih besar telah terpenuhi, dan cadangan pun bertambah Keuangan publik Indonesia ada dalam posisi kuat, membuat pembuat kebijakan bergerak cepat mengimbangi efek-efek penurunan global terhadap Indonesia Dengan lebih rendahnya harga komoditas yang mengurangi laba dan melemahnya permintaan, berbagai perusahaan mengurangi investasi dan mulai merumahkan karyawan mereka. Seperti yang ada, pertumbuhan konsumsi dan investasi melambat sedangkan investasi naik 3,5 persen y-o-y di triwulan pertama 2009 sementara investasi peralatan dan permesinan turun; aktifitas konstruksi meningkat 6,3 persen, lebih dari agregat permintaan. Permintaan untuk barang-barang konsumsi yang bersifat tahan lama (durables), terutama sepeda dan sepeda motor, anjlok di triwulan keempat dan terus turun sampai bulan Januari sebelum membaik sejenak di bulan Februari - di bulan April, penjualan mobil turun 23% dan sepeda motor turun 29% dibanding April Bersama dengan berkurangnya laba dan pemesanan, terutama di sektor ekspor, perumahan karyawan pun terjadi. Para pemilik usaha di sektor formal telah melaporkan sekitar pengurangan karyawan permanen dari sebuah angkatan kerja formal yang berjumlah sekitar 36 juta di awal 2009 (angka total angkatan kerja adalah 105 juta), walaupun berbagai surat kabar melaporkan kalau angka tersebut mungkin saja lebih besar daripada , termasuk pekerja kontrak. Walaupun ada pengurangan karyawan semacam itu, pengangguran di bulan Februari 2009 adalah sebesar 8,14 persen, turun 0,3 percentage points di banding setahun sebelumnya. Inflasi telah jauh berkurang dengan turunnya harga-harga komoditas. Pengurangan harga-harga internasional merembet ke harga-harga domestik dan harga-harga yang telah ditetapkan (ketika harga bahan bakar dikurangi). Harga-harga konsumsi telah stabil: tidak berubah sejak November 2008 sampai April, mengurangi laju inflasi year-on-year ke angka 7,3 persen dari puncaknya 12 persen di bulan September. Laju inflasi terus turun bagi rumah tangga yang lebih miskin yang memiliki beban konsumsi pangan lebih besar. Harapan inflasi konsumen sekarang ini berada di angka terendah sejak awal tahun 2005, ketika inflasi aktual mendekati angka 5 persen. Inflasi yang lebih rendah dan memburuknya perekonomian global mendorong BI mengurangi kebijakan suku bunganya sebesar 125 basis points dari Desember sampai Mei, setelah mengambil posisi anti inflasi proaktif di triwulan ketiga Posisi eksternal Indonesia tetap baik walaupun lebih lemah daripada tahun 2007 Berbagai perkembangan di dalam komoditas global dan pasar-pasar keuangan mengombangambingkan neraca pembayaran Indonesia selama tahun Walaupun neraca berjalan ini berakhir dengan surplus kecil sebesar $AS 0,6 miliar, arus keluar portofolio di akhir tahun itu menggerakkan semuanya ke arah defisit sebesar $AS 1,9 miliar, yang pertama sejak tahun Baik neraca terkini maupun arus modal memiliki surplus yang cukup substansial di triwulan pertama 2009, mengangkat surplus neraca pembayaran ke $AS 4,0 miliar. Setelah merosot mendekati $AS 10 miliar di bulan September dan October, cadangan devisa asing setelahnya berada di posisi relatif stabil, naik perlahan dari $AS 50 miliar ke $AS 54,8 miliar di akhir Maret, setara dengan 4 bulan impor dan pembayaran utang pemerintah. Pemerintah Indonesia memiliki posisi baik untuk menanggapi penurunan yang terjadi Di tahun 2008, defisit anggaran hanya sebesar 0,1 persen dari PDB, dibanding 2,1 persen yang diproyeksikan di awal tahun ketika harga minyak dunia dan subsidi energi Indonesia melambung tinggi. Pendapatan berada di angka 9,6 persen di atas tingkat anggaran, dikarenakan tingginya harga komoditas dan perbaikan administrasi kantor pajak sementara pengeluaran di bawah standar (under spending) terus berlangsung seperti tahun-tahun lalu. Walapun ada depresiasi nilai tukar mata uang, rasio hutang terhadap PDB terus menurun dan berada di posisi 33 persen di akhir tahun. Sebagai antisipasi terhadap penurunan pendapatan dan kebutuhan akan stimulus fiskal, Parlemen menyetujui revisi perbaikan dengan target defisit sebesar 2,5% dan paket stimulus 1,5 persen. Revisi anggaran ini berusaha menstimulasi permintaan, mengembangkan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur, dan mengurangi pajak untuk sektor tertentu, sebagai tambahan bagi pengurangan pajak pendapatan yang telah diprogram. Stimulus ini akan menambah kebutuhan pembiayaan pemerintah di tahun 2009, yang direncanakan pemerintah dipenuhi melalui surplus pembiayaan tahun 2008,

11 dan menghasilkan $AS 12,5 miliar dari pasar-pasar lokal dan global. Di akhir bulan Mei, pemerintah telah berhasil mengumpulkan sekitar empat perlima dari jumlah ini, selain dari penerbitan obligasi internasional (di atas), pemerintah juga telah menerbitkan $AS 4,2> miliar dalam bentuk pembiayaan domestik. Kalau Pemerintah tidak mampu mengakses pasar, pemerintah bisa mendapatkan dukungan dari para mitra pembangunannya. Penurunan global akan terus memperlambat pertumbuhan Indonesia dan membatasi pertumbuhan indikator sosial, terutama pengurangan kemiskinan Penurunan global, harga komoditas global yang lebih rendah, dan pembiayaan global yang lebih ketat akan terus memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2009 dan Penurunan tajam perekonomian global digabung dengan turunnya hargaharga komoditas bermakna permintaan eksternal yang lebih rendah dan berkurangnya pendapatan di berbagai sektor dan wilayah yang terpapar. Berbagai kondisi kredit domestik yang kian sulit dan ketidakpastian yang semakin besar tentang prospek global di masa depan mengurangi investasi dan pembelian produk konsumsi durable. Bersamasama, semua faktor ini diduga memperlambat pertumbuhan ke antara angka 3 dan 4 persen di tahun 2009, sebelum pulihnya perekonomian global secara perlahan di tahun 2010 mendorong pertumbuhan kembali ke angka 5 persen. Krisis ini diduga semakin memperbesar kemiskinan tetapi perlindungan diberikan oleh harga makanan yang lebih rendah, pertumbuhan pertanian dan program-program pemerintah yang kuat termasuk transfer tunai dan program bantuan masyarakat yang mencapai skala nasional di tahun Terus tersedianya pekerjaan dan hilangnya penghasilan bisa membahayakan kemajuan ini di tahun 2010, walaupun Pemerintah telah berusaha keras membuat sebuah sistem pengawasan dan tanggap krisis.

12 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indones ia A. PEMBAHARUAN PEREKONOMIAN 1. Prospek perekonomian global di masa depan telah memburuk dengan cepat Pertumbuhan yang buruk di akhir tahun 2008 terjadi di mana-mana, disebabkan oleh penurunan produksi industri yang luar biasa Hasil-hasil PDB di akhir tahun 2008 dan 2009 juga sama buruknya. PDB global hampir tidak bertumbuh di tahun 2008, dan sepertinya merosok sampai awal triwulan pertama 2009 di tingkat paritas daya beli, sebuah penurunan luar biasa dari pertumbuhan 4 dan 5 persen yang terus berlanjut selama beberapa tahun sampai pertengahan Semua perekonomian maju sekarang ini menunjukkan kompresi PDB yang besar, dan Jepang menjadi negara yang paling kesulitan dengan penurunan SAA sebesar 12,7% di triwulan keempat yang didasari oleh kehancuran ekspornya. Di triwulan pertama 2009, gambaran yang ada menjadi lebih beragam. Penurunan SAA PDB triwulan pertama AS sebesar 6,1 persen PDB triwulan pertama bahkan lebih buruk daripada yang diduga; di kawasan ini, penurunan PDB Singapura sebesar 19,7 persen dan Thailand sebesar 7,3 persen juga di bawah dugaan, sedangkan output Korea tetap stabil. Pengurangan produksi industri terjadi secara global Dengan menurunnya produksi global, arus perdagangan global terutama di Asia pun ambruk Penurunan PDB global disebabkan oleh produksi industri dunia. Sampai Maret 2009, hasil industri global lebih dari 13 persen di bawah puncak bulan Februari 2008 (SA). (Grafik 1) Penurunan tajam terjadi baik bagi perekenomian berpenghasilan tinggi (-18,3 persen di bawah puncah bulan Februari 2008) dan perekonomian negara berkembang (-4,5 persen dari puncak bulan Juni 2008). Kemunduran ini memang terjadi di mana-mana, tetapi produser berbagai produk modal, Jepang (-35 persen dari puncak tahun 2008 sampai pengamatan terakhir), Jerman (-22 persen), dan Korea (-22 persen), kawasan Eropa Timur dan Asia Tengah yang rentan mendapat hantaman yang teramat keras. Di akhir Mei, berbagai kondisi ini telah membaik, sebagian hasil industri berbagai negara meningkat, dan berbagai indikator utama, seperti JPMorgan s Global All-Industry PMI, naik tingkatan paling rendah walaupun secara umum masih di bawah cakupan "output yang berkurang." Kontraksi perdagangan internasional menyebarkan penurunan ini secara global, yang pada akhirnya mengurangi perdagangan, dan proses ini sangat terasa di Asia Timur. Penurunan awal yang tajam dalam permintaan impor AS membawa dampak buruk terhadap ekspor dan aktifitas para mitranya di Jepang dan Eropa. Permintaan OECD, sekarang terperangkap dalam irama tersingkronisasi, mempengaruhi ekspor dari berbagai negara berkembang terutama di Asia Timur, dan pada gilirannya membatasi permintaan impor negara-negara yang baru muncul, yang kemudian menghasilkan lebih banyak lagi tekanan terhadap ekspor negara-negara maju. Dan seterusnya. Impor OECD tiba-tiba anjlok di triwulan terakhir 2008, dengan volume impor AS mengecil dengan laju tahunan sebesar 16,0 persen; di Perancis sebesar 10 persen, sedangkan impor Jepang baru-baru ini meningkat dengan menguatnya yen. Perdagangan lintas Asia Timur turun tajam, dan jaringan produksi kawasan ini memapar semua perekonomian yang ada kepada penurunan permintaan dari negara-negara maju. Ekspor di berbagai perekonomian besar di kawasan ini anjlok paling tidak 50 persen per tahun sampai bulan Januari Sejak saat itu, arus perdagangan mengikuti stabilisasi, dan dalam sebagian kasus pemulihan parsial dalam hal produksi industri. (Grafik 2) 1

13 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indones ia Grafik 1: Produksi industri melesu secara global sejak akhir 2008, dan ada pemulihan di bulan Maret 2009 (produksi industri global, perubahan persentase, SAA) 8% 4% 0% -4% -8% -12% -16% -20% -24% Sumber: Thomson/Datastream dan Bank Dunia Grafik 2: yang membawa kontraksi perdagangan yang lebih besar, terutama di Asia Timur (nilai ekspor, $AS, perubahan persentase year-on-year) 50% 25% 0% -25% -50% China Korea Taiwan (PC) Japan Jan 07 Jul 07 Jan 08 Jul 08 Jan 09 Sumber: National Statistical Agencies via Haver Analytics Kondisi kredit internasional tetap ketat dan arus-arus modal terbatas, walaupun keduanya telah sedikit membaik sejak akhir 2008, dan berbagai negara mampu mendapatkan pembiayaan baru Setelah jatuh habishabisan di paruh kedua 2008, harga-harga komoditas menjadi stabil atau bahkan meningkat sedikit di awal 2009 Setelah arus modal yang sangat terbatas di triwulan terakhir 2008, sebagian likuiditas kembali di bulan-bulan pertama 2009, didukung oleh peningkatan penerbitan obligasi. (Tabel 1) Walaupun total penerbitan sebesar $AS 19 miliar di bulan Januari masih jauh lebih kecil daripada penerbitan rata-rata selama empat kali Januari sebesar $30 miliar, angka ini masih lebih tinggi daripada total penerbitan triwulan keempat, $AS 4,9 miliar. Obligasi asing terus mendominasi penerbitan baru ini ($AS 5,8 miliar penerbitan oleh negara - dibanding $AS 2,8 miliar penerbitan oleh korporat di bulan Januari 2009, sebagai contoh), ketika banyak pihak memanfaatkan permintaan yang besar dan kondisi pasar yang membaik. Sementara itu, peminjaman oleh bank masih lemah di awal 2009; dan tidak ada aktifitas tercatat untuk penerbitan ekuitas selama tiga bulan berturut-turut. Kemunculan peringkat kredit milik negara secara umum telah dikurangi, terutama di Eropa timur, meningkatkan biaya peminjaman dan membatas akses pasar. Harga-harga komoditas menjadi stabil di awal 2009, sekitar 40 persen di bawah puncaknya di pertengahan 2008, walaupun dari sudut pandang jangka yang lebih panjang, harga-harga itu tetap relatif tinggi di posisi hampir 60 persen di atas posisi rendah di akhir 1990-an. (Grafik 3) Harga-harga energi juga tidak stabil. Mengikuti turunnya harga dari $AS 100 per barrel di awal Juli sampai awal Desember 2008, harga minyak mentah stabil di kisaran $AS 30-an sampai pertengahan 40-an ketika pemotongan produksi oleh OPEC secara besar-besaran mengimbangi turunnya permintaan. Tabel 1: Arus modal, lemah sejak akhir 2008, masih belum membaik (miliaran $AS) USD billion Total Q1 H1 H2 Total Q1 H1 H2 Dec Q1 Jan Feb Mar Total Bonds Banks Equity Latin America Bonds Eastern Europe Bonds Asia Bonds Others Sumber: Bank Dunia Grafik 3: Setelah gejolak di tahun 2008, harga-harga komoditas stabil di awal 2009 (indeks, Januari 2005 = 100) Index Metals & minerals Energy 130 Food Sumber: Bank Dunia 2

14 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indones ia 2. dan perekonomian Indonesia mulai merasakan dampak buruknya Pertumbuhan PDB Indonesia berkurang tajam di triwulan keempat 2008 a. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) melambat di akhir tahun 2008 Pertumbuhan PDB Indonesia mengalami kemandekan di triwulan keempat 2008 dan sedikit tumbuh di triwulan pertama 2009 tampaknya sebagian besarnya dipengaruh oleh berbagai faktor temporer. Laju pertumbuhan year-on-year turun ke angka 4,4 persen di triwulan pertama 2009 dari revisi 6,4 persen sampai triwulan ketiga Selama tahun 2008, perekonomian Indonesia berkembang sebesar 6,1 persen, hanya sedikit di bawah angka tahun 2007, 6,3 persen. Laju perlambatan di triwulan terakhir 2008, selama masa puncak guncangan pasar keuangan global, ternyata lebih besar daripada yang diduga sebelumnya. Laju ini didasarkan pada berbagai kategori pengeluaran swasta yang luas, dan hasil-hasil industri yang tradables maupun tidak tumbuh lebih perlahan lagi; sebagian penyeimbang datang dari penambahan pengeluaran pemerintah (4 dan Tabel 2). Di triwulan pertama 2009, sebagian besar bagian yang berorientasi eksternal di dalam perekonomian Indonesia terus terkena dampak kondisi global yang semakin suram. Tetapi permintaan domestik sepertinya telah meningkat, dipimpin oleh konsumsi swasta dan pemerintahan dan oleh berbagai industri yang memasok semua permintaan tersebut, walaupun sepertinya paling tidak dikarenakan oleh pengeluaran yang berhubungan dengan pemilu legislatif. Satu perkembangan paling positif adalah pertumbuhan produksi pertanian di tahun 2008 sebesar 4,8 persen, terbesar sejak Tabel 2 dan Grafik 4: Permintaan domestik, baik dari konsumen dan pemerintah, telah mendukung perekonomian, sementara volume perdagangan telah anjlok dan investasi melemah (perubahan persentase dan kontribusi year-on-year) % Q2 Q3 Q4 Q1 8 Annual % Year-on-year percentage GDP change change 6 Total GDP Domestic Private consumption Government consumption Investment (Construction) External Exports Imports Sumber: BPS dan Bank Dunia Perlambatan yang dialami Indonesia terjadi belakangan, dan sejauh ini, tidak terlalu besar, dibanding kawasan lain, karena pangsa ekspor Indonesia yang relatif kecil. -4 Private cons'n Gov't cons'n Net exports Investment Discrepancy Indonesia adalah salah satu dari sedikit perekenomian di dunia yang mampu mempertahankan momentumnya sampai triwulan ketiga 2008; pertumbuhan di sebagian besar perekonomian yang ada di kawasan ini mulai melambat di akhir 2007 (Grafik 5). Selama beberapa tahun terakhir, pertumbuhan Indonesia tidak terlalu bergantung pada penambahan ekspor. Bagian dari output Indonesia yang diekspor adalah yang terkecil dri berbagai perekonomian besar di Asia Tenggara, dan walaupun hal ini telah tumbuh, laju pertumbuhan ini tidak terlalu cepat. (Grafik 6) Juga, produksi Indonesia yang bisa diperdagangkan (dibanding dengan produksi yang tidak mudah diperdagangkan, seperti utilitas atau jasa pemerintah) menyumbang sekitar sepertiga dari pertumbuhan output Indonesia selama lima tahun terakhir, sebanding dengan Malaysia, tetapi selain itu yang terkecil di tengah perekonomian Asia Tenggara. Ini artinya, walaupun Indonesia tidak menikmati cakupan pertumbuhan yang dipimpin ekspor seperti yang dinikmati perekonomian lain, Indonesia terkena dampak kompresi permintaan global belakangan dan lebih kecil dibanding berbagai perekonomian lain di kawasan ini. Di tempat lain di kawasan ini, terhentinya permintaan eksternal menghancurkan ekspor, mencegah ekspor netto membuat kontribusi signifikan ke dalam pengurangan signifikan dari pertumbuhan agregat (kecuali Korea, di mana ada perlambatan signifikan dalam hal permintaan domestik, mengurangi permintaan impor).

15 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indones ia Grafik 5: Penurunan pertumbuhan Indonesia terjadi kemudian, dan bersifat moderat, dibanding negara lain di kawasan ini (pertumbuhan year-on-year) 15% Grafik 6: Ekspor Indonesia merupakan pangsa perekonomian yang lebih kecil, dan belum berkembang secepat perekonomian lain di kawasan ini (pangsa ekspor dari PDB dan perubahan % point change dalam bagian PDB) Change in exports' share of GDP: Malaysia -3.5% 12% China 9% Thailand 10.7% India 6% 2003 Taiwan 17.4% Indo. 3% Korea Philip % 0% Malay. Philippines -11.7% -3% Korea Indonesia 8.1% -6% Thail. India 6.4% -9% Mar 07 Sep 07 Mar 08 Sep 08 Mar 09 0% 40% 80% 120% Sumber: Otorita statistika nasional via CEIC, dan Bank Dunia Ekspor Indonesia mencapai pertumbuhan yang kuat dan berkesinambungan sampai 2008, terbantu oleh pertumbuhan mitra perdagangan dan meningkatnya hargaharga komoditas b. Perlambatan global ini menghantam arus perdagangan Indonesia Sampai pertengahan 2008, harga-harga komoditas meroket dan kemunculan mitra perdagangan Indonesia, Cina, Malaysia, dan India tumbuh kuat. Hal ini mengangkat ekspor Indonesia ke tingkatan baru. Ekspor total mencapai $AS 136 miliar, 20 persen di atas ekspor 2007, dan 13 persen di atas tingkatan Produk-produk pertanian dan sumber daya alam memberi sumbangan terbesar kepada pertumbuhan ekspor - terutama minyak sawit mentah (crude palm oil/cpo), karet, biji tambang, mineral, minyak bumi, dan gas alam. Ekspor produk manufaktur tertentu seperti pakaian, alas kaki, dan komponen otomotif juga meningkat cukup besar, karena Indonesia membangun relung khusus sebagai produser pasar menengah....dan jatuhnya hargaharga komoditas dan penurunan global sekarang menghantam ekspor Indonesia dengan keras Sebagai sumber pertumbuhan sebelumnya, jatuhnya harga-harga komoditas dan kompresi permintaan global memberi dampak yang telah diantisipasi terhadap ekspor Indonesia sejak dari triwulan terakhir Nilai ekspor total di triwulan keempat jatuh sebesar 6,2 persen y-o-y atau sebesar 22 persen relatif dengan triwulan ketiga, dan nilai ekspor hanya mulai stabil di bulan Maret Di bulan Januari, nilai ekspor berada di posisi 36,1 persen di bawah tingkat tahun sebelumnya, penurunan bulanan terbesar dalam satu dekade; walaupun ada pemulihan di bulan Maret, angka itu masih 29 persen lebih rendah dibanding setahun sebelumnya (Grafik 7). Volume ekspor yaitu pengendalian terhadap keruntuhan harga komoditas - mulai turun di triwylan ketiga 2008, dan di triwulan pertama 2009 hampir sepertlima lebih rendah dibanding setahun sebelumnya. Namun hal ini mungkin melebih-lebihkan penurunan volume ekspor yang sebenarnya. Semua data ini diambil dari neraca nasional, yang juga melaporkan kalau nilai ekspor nominal turun hanya sebenar 13 persen sampai triwulan pertama, berarti harga ekspor Indonesia adalah 9,4 persen lebih tinggi daripada tahun lalu, berbeda dengan penuruan tajam harga komodistas dalam jangka waktu ini. Penurunan harga minyak sebesar lebih dari dua pertiganya ke hampir $AS 30 mendorong sebagian besar penurunan nilai ekspor Indonesia: nilai ekspor minyak dan gas berkontraksi sebesar 31 persen di triwulan keempat 2008 y-o-y, sedangkan volume ekspornya berubah sedikit saja. Harga komoditas yang lebih tinggi dan penurunan yang dialami seluruh mitra dagang utama Indonesia juga menyebabkan penurunan besar nilai ekspor pertanian, mineral, dan pertambangan. Dan ekspor sumber daya bukan hanya satu-satunya sektor yang terpengaruh oleh berbagai kejadian global ini. Penurunan permintaan global dan kompresi volume perdagangan juga mempengaruhi nilai ekspor produk manufaktur, yang jatuh sebesar 21 persen sampai bulan Maret. tetapi tidak seburuk bagian lain kawasan ini Walaupun ekspor Indonesia menurun tajam, tempat lain di kawasan yang sama mengalami penurunan yang jauh lebih tajam (Grafik 2). Ekspor Jepang dan negara- 4

16 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indones ia negara industrialisasi baru (the new industrialized economies/nies) di Asia Timur terpukul lebih hebat daripada Indonesia oleh dua hantaman perlambatan permintaan untuk manufaktur pasar-pasar Eropa dan Amerika Utara, ditambah penurunan permintaan komponen mesin dan suku cadang mesin dari Cina, Malaysia, dan Thailand. Ketika rantai produksi terfragmentasi di seluruh kawasan ini, berbagai negara tersebut menjadi basis produksi perakitan produk untuk pasar-pasar negara maju, dan sehingga penurunan permintaan di luar kawasan itu berhasil memotong perdagangan antar kawasan. Ekspor Malaysia dan Singapura pun mengalami hantaman lebih keras dibanding Indonesia dikarenakan penurunan permintaan terhadap produk-produk elektronika dan manufaktur lainnya di pasar-pasar Eropa dan Amerika. Impor telah merosot paling tidak setajam ekspor, dikarenakan harga-harga global yang lebih rendah dan berkurangnya proses untuk barang-barang ekspor Baik nilai dan kuantitas impor juga menurun, paling tidak secepat penurunan ekspor. Laju penurunan impor mungkin awalnya mengejutkan, dikarenakan Indonesia memiliki pertumbuhan yang relatif stabil. Sebagiannya dikarenakan lebih rendahnya harga-harga komoditas, terutama untuk minyak terproses, yang mengurangi nilai produk-produk yang diimpor. Pada saat yang sama, permintaan eksternal untuk produk yang dibuat di Indonesia telah turun dan para manufaktur ini secara umum menggunakan input produk manufaktur dari luar. Perkiraan Bank Dunia menyatakan bahwa penurunan permintaan ekspor total Indonesia sebesar 10 persen mengurangi total permintaan impor sebesar 4 persen dan impor produk-produk modal sebesar 9 persen. Nilai impor total di triwulan pertama turun lebih dari sepertiga persen dibanding setahun sebelumnya. Total import values in the first quarter were down over one-third percent compared to a year earlier. Dalam hal volume - yaitu setelah mengendalikan pergerakan harga - impor turun 28 persen. Penurunan tajam dalam hal impor minyak dan gas, produk-produk perantara, dan juga, produk-produk modal dan transport sampai bulan Februari turut menyumbang penurunan tersebut. Impor-impor produk konsumen dan lainnya, yang merupakan kurang dari 5 persen impor total, terus tumbuh secara signifikan sampai awal Penurunan harga minyak dan lebih rendahnya impor telah memperbesar surplus perdagangan Indonesia Dalam hal Neraca Pembayaran (tidak termasuk ongkos pengiriman dan penjaminan impor ke Indonesia, biaya yang turun tajam di triwulan keempat 2008), impor dan ekspor produk jadi turun sebesar sekitar seperlima di antara triwulan ketiga dan keempat tahun Di awal 2009, nilai ekspor terus turun di laju ini, sementara nilai ekspor turun lebih cepat, sebesar 31 persen. Hal ini memberi efek bertambahnya surplus perdagangan ke angka $AS 6,2 miliar di triwulan pertama 2009, terbesar dalam waktu satu tahun. Selama tahun 2008, peningkatan harga-harga energi menekan surplus perdagangan (dalam hal bea, termasuk biaya pengapalan impor), dan penurunan harga bahan bakar sekarang ini memberi dampak memperbesar total surplus perdagangan Indonesia (Grafik 8). Grafik 7: Nilai ekspor Indonesia turun cukup besar di triwulan pertama setelah di triwulan keempat tidak mengalami perubahan (perubahan persentase year-on-year) 80 % Oil & gas Non-oil & gas Total Grafik 8: Penurunan harga minyak mengembangkan surplus perdagangan (miliar $AS) USD 5 bn Non-oil & gas Total -60 Mar-07 Sep-07 Mar-08 Sep-08 Mar-09 Sources: BPS and World Bank 0 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 5

17 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indones ia c. Bersama dengan melemahnya permintaan dan aktifitas, dan merosotnya harga komoditas yang mengurangi keuntungan, berbagai perusahaan mengurangi investasi dan mulai merumahkan karyawan mereka Permintaan swasta terkena gejolak keuangan global di akhir 2008, tetapi konsumen sejak saat itu telah kembali mendapatkan sebagian kepercayaan yang sebelumnya hilang Semua kategori permintaan swasta domestik melambat selama masa puncak gejolak pasar keuangan di triwulan keempat Tetapi berbagai rumah tangga tampaknya telah mendapatkan kembali sebagian kepercayaan di triwulan pertama ketika berbagai harga menjadi stabil dan penghasilan didukung oleh bantuan langsung tunai, pembelanjaan yang berhubungan dengan pemilu legislatif, dan, untuk rumah tangga pedesaan, panen yang bagus. Konsumsi swasta naik ke 5,8 persen di tahun itu sampai triwulan pertama, laju tercepat dalam dekade ini; konsumsi non pangan naik sebesar 7,0 persen. Sebaliknya, pengeluaran investasi semakin melambat di triwulan pertama, ke angka 3,5 persen y-o-y, ketika berbagai perusahaan mengurangi pembelian mesin dan peralatan. Pertumbuhan konstruksi terus melambat dari laju di awal 2008 menurut data triwulanan, walaupun data year-on-year melaporkan pertumbuhan yang stabil. Pengurangan pengeluaran investasi sepertinya terkonsentrasi di investasi mesin dan peralatan, yang 8,6 persen lebih rendah dibanding triwulan pertama Pengeluaran peralatan transport dikurangi lebih besar lagi, walaupun hal ini sekitar seperti ukuran investasi mesin. Walaupun konsumen mengurangi pembelian benda-benda mahal, kepercayaan tetap kuat Berbagai indikator konsumsi yang mengisi berbagai presentasi rekening nasional memberikan angka yang beragam. Di satu sisi, daya beli konsumen didukung oleh stabilisasi harga eceran sejak November, oleh pengeluaran calon anggota legislatif, oleh musim panen padi yang bagus, dan untuk rumah tangga yang lebih miskin, oleh pemberian bantuan langsung tunai oleh pemerintah, dan semua faktor ini telah memberikan tanggapan yang lebih positif bagi para surveyor kepercayaan. Setelah turun mengikuti merebaknya inflasi di paruh pertama 2008, faktor-faktor ini membaik di triwulan ketiga dan di bulan Maret 2009, keseimbangan responden memberikan prospek positif, untuk pertama kalinya sejak akhir walaupun ada arus berita perekonomian negatif sejak Oktober. Sementara itu, indeks penjualan BI menjadi stabil di awal 2009 dan tetap berada di atas gejolak akhir 2005 setelah turun di akhir triwulan ketiga 2008 (Grafik 9) Perlambatan yang relatif besar dalam hal pertumbuhan konsumsi non pangan sangat kontras dengan penurunan tajam penjualan sepeda motor dan kendaraan bermotor di akhir Angka penjualan meluncur turun pada bulan Januari, sebelum membaik di bulan Februari dan Maret, di kisaran 30 persen dibanding setahun sebelumnya (Grafik 10). Berbagai laporan mengatakan kalau kelesuan permintaan ini terjadi paling tinggi di luar pulau Jawa, di berbagai area yang paling terpengaruh oleh penurunan komoditas. Yang lain mengatakan kalau penurunan tersebut disebabkan oleh berbagai perusahaan pembiayaan yang memperketat peminjaman mereka karena kondisi kredit menjadi lebih terbatas sejak bulan September. Yang mengimbangi konsumen Indonesia yang relatif kuat, di Maret 2009, adalah jumlah pengunjung asing yang tidak berubah sejak setahun sebelumnya, dibanding dengan laju pertumbuhan di atas 10 persen dua tahun sebelumnya. Lebih jauh lagi, berbagai laporan mengatakan kalau rata-rata turis yang berkunjung ke Indonesia di awal 2009 lebih hemat dibanding yang berkunjung di pertengahan tahun

18 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indones ia Grafik 9: Indikator perdagangan eceran (Retail) telah stabil sejak akhir 2008 dan kepercayaan konsumen hampir mendekati titik tertinggi dalam sejarah (Indeks) Index BI consumer confidence index (LHS) BI retail sales index (SA; RHS) Index Grafik 10: Penjualan kendaraan bermotor turun tajam di akhir 2008, tetapi setelahnya kembali stabil (Pertumbuhan quarter-on-quarter, berdasarkan tahun) 90% 60% Motorcycles (LHS) Vehicles (LHS) 200 % % % Danarakesa consumer survey (LHS) Catatan dan sumber: * faktor-faktor eksperimental musiman Bank Dunia. BI via CEIC dan Danarakesa -30% Consumer -60% credit approvals (RHS) Sumber: Astra dan BI via CEIC, Bank Dunia tetapi berbagai bisnis mengurangi pengeluaran investasi Berbagai bisnis mengurangi pengeluaran juga. Investasi nyata turun di triwulan pertama 2009, berbeda dengan 12 sampai 14 persen laju pertumbuhan tahunan yang terjadi hampir di sepanjang 2007 dan awal Pengeluaran untuk mesin, peralatan, dan perlengkapan transportasi lebih rendah, yang secara bersamaan merupakan 20 persen dari investasi total yang dilaporkan di dalam berbagai neraca nasional. Perlambatan ini disokong oleh turunnya impor produk modal (dalam definisi luas), 5,4 persen lebih rendah di bulan Maret dibanding setahun sebelumnya dan sekitar dua pertiga lebih rendah dibanding tingkatan di bulan Desember, walaupun pembelian pesawat terbang menggelembungkan impor Oktober dan Impor. Bagian investasi dalam PDB nominal naik ke 27,6 persen di tahun 2008 dari 25,0 persen di 2007, paska puncak krisis 1997/98. Pertumbuhan aktifitas konstruksi telah melambat sejak pertengahan 2008, menurut data musiman yang disesuaikan setiap triwulannya, tetapi perlambatan ini belum besar dan pengeluaran masih 6,3 persen lebih tinggi daripada triwulan pertama Aktifitas ini mungkin menstabilkan triwulan kedua, dengan penjualan semen, sebuah indikator investasi untuk bangunan, pabrik, dan infrastruktur berskala besar baru, turun 5,5 persen di bulan April dibanding setahun sebelumnya, walaupun penurunan ini mungkin dikarenakan berkurangnya permintaan ekspor dan pinjaman berkurang Peningkatan pengeluaran pemerintah mendukung permintaan swasta Berbagai bisnis juga mengurangi pinjaman untuk investasi walaupun tidak jelas apakah hal ini mencerminkan lebih rendahnya permintaan kredit karena bisnis mengurangi rencana pengeluaran atau apakah bank memperketat pemberian pinjaman mereka. Peminjaman oleh berbagai bank umum kepada berbagai perusahaan berkurang di bulan Januari dari puncaknya di tahun 2008, tetapi sepertinya kembali membaik di bulan Februari dan Maret. Peminjaman kepada bidang tambang, konstruksi, dan manufaktur dikurangi, walaupun di bulan Maret, para penambang kembali mengembangkan peminjaman mereka. Pinjaman sepertinya akan terus turun, dimana persetujuan untuk pinjaman baru demi keperluan investasi dan modal kerja turun besar-besaran sebesar 50 sampai 60 persen di bulan Maret dibanding setahun sebelumnya. Pembelanjaan sektor publik mengimbangi sebagian kelemahan yang ada di dalam investasi swasta. Pengeluaran konsumsi nyata oleh semua tingkatan pemerintah melaju ke 19,2 persen di tahun itu sampai triwulan keempat, menyumbang 1,2 percentage points terhadap keseluruhan pertumbuhan Indonesia. Berdasarkan tahun, konsumsi nyata pemerintah naik sebesar 10.4 persen di tahun 2008, dibanding 3,9 persen di tahun 2007, pertumbuhan tercepat sejak Pengeluaran untuk barang-barang yang lebih tinggi dibanding dengan pengeluaran untuk karyawan mendorong peningkatan secara keseluruhan. Momentum ini sepertinya akan terus berlanjut sampai triwulan pertama 2009, dengan lebih banyak lagi pengeluaran untuk barang dan pengeluaran yang lebih cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya. 7

A. PEMBAHARUAN PEREKONOMIAN

A. PEMBAHARUAN PEREKONOMIAN A. PEMBAHARUAN PEREKONOMIAN 1. Prospek perekonomian global di masa depan telah memburuk dengan cepat Pertumbuhan yang buruk di akhir tahun 28 terjadi di mana-mana, disebabkan oleh penurunan produksi industri

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Indonesia sedang mengalami penyesuaian ekonomi yang cukup berarti yang didorong oleh perlemahan neraca eksternalnya yang membawa perlambatan pertumbuhan dan peningkatan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan I 29 Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-29 dan selama tahun 29 diperkirakan masih akan berlanjut sebagaimana kondisi perekonomian dunia yang belum menunjukkan

Lebih terperinci

Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Desember Ndiame Diop Lead Economist & Economic Advisor, Indonesia Bank Dunia

Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Desember Ndiame Diop Lead Economist & Economic Advisor, Indonesia Bank Dunia Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Desember 212 Menyoroti kebijakan Ndiame Diop Lead Economist & Economic Advisor, Indonesia Bank Dunia 18 Desember 212 World Bank and The Habibie Center Joint

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Terbitlah Terang September 9 Pengantar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: menjaga ketahanan. P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a

Ringkasan eksekutif: menjaga ketahanan. P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a Ringkasan eksekutif: Menjaga ketahanan Tantangan dalam menjaga ketahanan di tengah melambatnya perekonomian dunia, yang mendorong pembaruan ekspansi moneter Di tengah lemahnya permintaan eksternal dan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan yang sangat drastis. Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan yang sangat drastis. Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian tidak selamanya dapat terus menerus berkembang dengan baik, ada kalannya mengalami pertumbuhan bahkan terkadang mengalami penurunan yang sangat drastis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012) Economic and Market Watch (February, 9 th, 2012) Ekonomi Global Rasio utang Eropa mengalami peningkatan. Rasio utang per PDB Eropa pada Q3 2011 mengalami peningkatan dari 83,2 persen pada Q3 2010 menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian dunia saat ini dihadapkan pada suatu perubahan drastis yang tak terbayangkan sebelumnya. Krisis kredit macet perumahan beresiko tinggi (suprime mortgage)

Lebih terperinci

Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Kembali Melaju? Desember 29 Pengantar Perkembangan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor properti. Pada umumnya banyak masyarakat yang tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 World Economic Report, September 2001, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 hanya mencapai 2,6% antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di dunia. Suatu negara dengan tingkat pertumbuhan industri yang tinggi menandakan tingkat

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 No. 20/04/32/Th XIX, 3 April 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI 2017 MENCAPAI USD 2,21

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan III 2010 Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diperkirakan sebesar 6,1%. Inflasi berada pada kisaran 6,1-6,5% Perkembangan ekonomi global dan domestik yang semakin membaik, kinerja

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan I 2010 Inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 diperkirakan berada pada kisaran 5,1-5,5%. Mayoritas responden (58,8%) optimis bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. 45 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah Perminyakan Indonesia Minyak bumi merupakan salah satu jenis sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Minyak

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen)

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen) 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini pertumbuhan ekonomi dunia mengalami

Lebih terperinci

Perkembangan Mutakhir Ekonomi Triwulan Indonesia Bersiap untuk menghadapi masa sulit

Perkembangan Mutakhir Ekonomi Triwulan Indonesia Bersiap untuk menghadapi masa sulit I N D O N E S I A E C O N O M I C B R I E F I N G N O T E IEB-2008-01 Perkembangan Mutakhir Ekonomi Triwulan Indonesia Bersiap untuk menghadapi masa sulit 10 December 2008 Tiga bulan terakhir merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi perekonomian global, ditandai dengan meningkatnya harga minyak dunia sampai menyentuh harga tertinggi $170

Lebih terperinci

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

Ikhtisar Perekonomian Mingguan 18 May 2010 Ikhtisar Perekonomian Mingguan Neraca Pembayaran 1Q-2010 Fantastis; Rupiah Konsolidasi Neraca Pembayaran 1Q-2010 Fantastis, Namun Tetap Waspada Anton Hendranata Ekonom/Ekonometrisi anton.hendranata@danamon.co.id

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 25/05/32/Th.XIX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2017 MENCAPAI USD 2,49 MILYAR

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 No. 38/07/32/Th.XIX, 3 Juli 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2017 MENCAPAI USD 2,45 MILYAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang hebat, yang berdampak pada semua aktivitas bisnis di sektor riil. Selama dua tiga tahun terakhir

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.25/05/32/Th.XVIII, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$ 2,12 MILYAR Nilai ekspor

Lebih terperinci

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang akan dicapai dalam tahun 2004 2009, berdasarkan

Lebih terperinci

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia Andri Helmi M, SE., MM Sistem Ekonomi Indonesia Pemerintah bertugas menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan sosial budaya kesejahteraan seluruh masyarakat. Siapa itu pemerintah? Bagaimana stabilitas di

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan II 2008 Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2008 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan triwulan III-2007, tingkat inflasi diperkirakan diatas 10%, dan nilai tukar

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2016 No. 51/09/32/Th.XVIII, 01 September 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2016 MENCAPAI USD 1,56

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2016 No. 42/08/32/Th.XVIII, 01 Agustus 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2016 MENCAPAI USD 2,48

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB

Lebih terperinci

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist Isi Presentasi Mengapa perlu kenaikan harga BBM? Beban Anggaran Kemiskinan dan BLSM Benarkah keputusan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE 2014-2015 A. Analisis Fundamental Nilai Tukar Rupiah 1. Faktor Ekonomi Faktor Ekonomi yaitu hal-hal yang

Lebih terperinci