Perkembangan Mutakhir Ekonomi Triwulan Indonesia Bersiap untuk menghadapi masa sulit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perkembangan Mutakhir Ekonomi Triwulan Indonesia Bersiap untuk menghadapi masa sulit"

Transkripsi

1 I N D O N E S I A E C O N O M I C B R I E F I N G N O T E IEB Perkembangan Mutakhir Ekonomi Triwulan Indonesia Bersiap untuk menghadapi masa sulit 10 December 2008 Tiga bulan terakhir merupakan masa yang menentukan dan penuh cobaan bagi Indonesia. Seperti banyak negara berkembang lainnya, Indonesia harus menghadapi dampak langsung yang ditimbulkan oleh gejolak dan krisis kepercayaan yang telah mengacaukan sistem keuangan global sejak pertengahan bulan September. Pada waktu yang bersamaan, Indonesia juga mempersiapkan diri untuk menghadapi perlambatan pertumbuhan yang telah diantisipasi sebelumnya, serta menghadapi pengetatan likuiditas pada beberapa triwulan mendatang. Indonesia memasuki krisis ekonomi global pada triwulan terakhir tahun 2008 dalam posisi yang menguntungkan. Pertumbuhan PDB riil berhasil mencapai tingkat tertinggi 6,3 persen dalam kurun waktu sepuluh tahun pada tahun Dan Indonesia adalah satu-satunya perekonomian besar di Asia Timur yang tidak mengalami perlambatan pertumbuhan pada semester pertama tahun 2008, walaupun kondisi pasar global tidak stabil dan perekonomian dunia mulai melamban. Sebelumnya memang diperkirakan bahwa Indonesia akan mampu melampaui perlambatan ekonomi global berskala moderat. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara besar yang memiliki tingkat permintaan domestik yang cukup mantap, perbedaan sistem ekspor dan tujuan ekspor, serta memiliki sejarah pengelolaan fiscal yang bijaksana. Akan tetapi, krisis ekonomi global sejak pertengahan bulan September yang lalu, telah mempengaruhi pasar keuangan dan harapan ekonomi Indonesia yang merugikan. Dengan perhitungan modal yang relatif terbuka, jumlah investor asing yang signifikan dalam pasar saham dan obligasi, dengan warisan krisis tahun 1998 (yang mengakibatkan para investor Indonesia sensitif terhadap pergerakan nilai tukar dan rentan terhadap pelarian modal) Indonesia tergantung pada modal eksternal yang aktif. Pemaparan keuangan lebih besar, digabung dengan harga komoditi yang menukik tajam dan kebutuhan pembiayaan bruto yang besar, telah menampakkan diri dalam pasar saham yang memburuk, hasil obligasi dan pertukaran kredit gagal dalam negeri dan internasional yang meningkat secara dramatis maupun depresiasi nilai tukar. Dalam konteks suatu krisis likuiditas global, memuncaknya penghindaran risiko dan daya gejolak dalam pasar-pasar keuangan, pemaparan tersebut mengakibatkan Indonesia rentan terhadap arus keluar modal yang mendadak. Menghadapi risiko-risiko yang meningkat tersebut tim manajemen perekonomian Indonesia telah bergerak secara pro-aktif. Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah pencegahan untuk mengantisipasi masalah-masalah termasuk memberi wewenang hukum kepada Pemerintah untuk mengintervensi lembaga-lembaga keuangan, menaikkan batas asuransi deposito, dan mengurangi tekanan pembiayaan anggaran, maupun langkah-langkah cepat untuk menyediakan likuiditas yang diperlukan baik di pasar dolar maupun di pasar rupiah. Keadaan ekonomi Indonesia memasuki triwulan terakhir tahun 2008 Selama satu setengah tahun sampai pertengahan tahun 2008, Indonesia telah mencapai kinerja ekonomi terbaik sejak krisis pada akhir tahun 1990an, sedangkan hasil triwulan ketiga 2008 melampaui harapan. Angka PDB naik 6,1 persen dalam 1 tahun sampai triwulan September 2008, sesudah pertumbuhan 6,4 persen dalam semester pertama tahun 2008 dan kenaikan 6,3 persen tahun Berbeda dengan negara-negara lain, Indonesia tidak mengalami perlambatan pertumbuhan selama semester pertama tahun 2008, dan pertumbuhannya berlandasan luas. Permintaan dalam negeri, terutama dalam hal investasi swasta, merupakan pemacu pertumbuhan utama, dengan jumlah ekspor bersih yang memberi kontribusi yang memasuki tahun Walaupun tetap masih di bawah tingkat-tingkat pra-krisis, investasi naik hampir 26 persen dari PDB. Data triwulan ketiga tetap menunjukkan pertumbuhan berlandasan luas.

2 Neraca pembayaran Indonesia tetap terus menunjukkan surplus secara berurutan di tahun ketiga selama tiga triwulan pertama tahun 2009, dan cadangan bertambah secara signifikan sebelum kembali ke tingkat tahun 2007 baru-baru ini. Indonesia menikmati surplus neraca pembayaran sebesar 2,5 persen PDB pada tahun 2007, dan 1,8 persen PDB selama tiga triwulan pertama tahun Rekening koran mencatat surplus kecil untuk tahun ini, walaupun ada defisit-defisit kecil dalam triwulan kedua dan ketiga yang disebabkan harga minyak yang tinggi yang mempengaruhi nilai-nilai perdagangan. Indonesia tetap mengakumulasi cadangan luar negeri selama semester pertama tahun 2008, mencapai puncak sebesar USD 60 milyar pada pertengahan tahun sebelum jatuh menjadi USD 50 milyar pada akhir bulan Oktober karena Bank Sentral melakukan intervensi untuk menjaga nilai rupiah terhadap daya gejolak di pasar-pasar keuangan internasional. Total utang eksternal jatuh di bawah 35 persen dari PDB (berdasarkan nilai tukar awal Desember) pada bulan Oktober 2008, dengan 16 persen dari PDB jatuh tempo dalam satu tahun. Indonesia telah memelihara defisit anggaran menyeluruh pada tingkat-tingkat yang rendah menurut standar internasional. Pemerintah telah merealisasikan defisit anggaran sedikit dibawah 1,3 persen PDB pada tahun 2007, sedikit lebih kurang daripada yang diproyeksikan. Pada tahun fiskal 2008, proyeksi-proyeksi terakhir pemerintah menyarankan defisit jatuh mencapai 1,0 persen dari PDB, dibandingkan dengan 2,1 persen defisit yang diproyeksi lebih awal dalam tahun ini. Anggaran yang diusulkan untuk tahun fiskal 2009 memproyeksikan defisit sebesar 1,0 persen dari PDB karena pemerintah berusaha meminimalkan pembiayaan. Daya gejolak saat ini pada komoditi dan devisa di pasar internasional, ditambah dengan ketidakpastian yang signifikan mengelilingi harapan ekonomi global yang mengakibatkan marjin kekeliruan yang lebih besar daripada biasa. 10% Indonesia mendekati krisis dengan pertumbuhan kuat yang berbasis luas (Pertumbuhan dan kontribusi dari tahun ke tahun) Pemerintah memproyeksi defisit anggaran yang rendah untuk tahun 2008 dan 2009 (Persentase dari PDB) 24% 9% 8% 6% 21% Expenditure (LHS) 6% 4% 2% 0% 18% 15% Revenue (LHS) 3% 0% -2% -4% Private consumption Gov't consumption Investment Statistical discrepancy Net exports -6% Sources: BPS and World Bank 12% 9% Proposed deficit (RHS) Realized deficit (RHS) Balance (RHS) * * Latest projection Sources: Ministry of Finance, BPS and World Bank -3% -6% Perbaikan dalam keuangan publik Indonesia mencerminkan disiplin fiskal menyeluruh serta pergerakan kebijakan spesifik untuk menyikapi subsidi energi. Dalam bulan Mei 2008 pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi dengan rata-rata 29 persen, yang meringankan sebagian dari beban anggaran akibat harga-harga yang melambung. Sebagian dari penghematan yang dicapai mendanai suatu program transfer tunai yang dirancang untuk mengimbangi biaya BBM dan pangan yang lebih tinggi bagi 70 juta penduduk miskin dan prasejahtera di Indonesia. Dalam usulan anggaran untuk tahun 2009, pemerintah mengambil langkah inovatif lebih lanjut untuk memagari biaya anggaran untuk subsidi energi. Dengan persetujuan DPR, pemerintah, mulai tahun 2009, akan menurunkan basis efektif untuk transfer regional dengan jumlah total subsidi yang disediakan. Langkah ini secara efektif akan menurunkan biaya subsidi 26 persen untuk pemerintah pusat, sementara menyejajarkan insentif pemerintah-pemerintah daerah, yang kemudian akan berbagi dalam pendapatan yang diperoleh dari pengurangan subsidi BBM 2

3 dan subsidi lain di masa datang. Langkah ini penting karena harga BBM yang diregulasi di Indonesia (minyak tanah, gas dengan kandungan oktan rendah, dan diesel untuk angkutan) merupakan yang paling rendah di Kawasan. Sesungguhnya, kebanyakan negara memajaki BBM untuk menyerap eksternalitas lingkungan dan eksternalitas lainnya. Jatuhnya harga minyak secara tajam selama bulan November mengantar harga BBM internasional di bawah tingkat harga BBM yang diregulasi di Indonesia, dan sebagai respon pada tanggal 1 Desember pemerintah menurunkan harga bensin dalam negeri sebanyak 8 persen, menjadi Rp5.500 per liter. Pemerintah saat ini sedang mempertimbangkan berbagai mekanisme untuk mengaitkan harga domestik yang diregulasi dengan pergerakan harga pasar BBM, dengan demikian memajukan penerimaan pasar akan harga BBM yang berubah-ubah. Suatu perbaikan menakjubkan dalam sistem pengumpulan pajak pemerintah juga telah memperkuat keuangan Indonesia. Total pendapatan pajak selama sepuluh bulan pertama tahun 2008 hampir 50 persen lebih tinggi daripada selama kurun waktu yang sama pada tahun 2007 dan kenaikan ini tampaknya berbasis luas. Bukti-bukti anekdotal menyatakan pertumbuhan luar biasa ini adalah akibat serangkaian faktor, termasuk kantor pajak menargetkan para wajib pajak dalam berbagai sektor komoditi yang sangat menguntungkan dan memperbaiki manajemen kepegawaian internalnya. Inflasi, kekhawatiran terbesar dari pembuat kebijakan untuk pertengahan tahun, memuncak dalam triwulan ketiga tahun 2008, setelah respon kebijakan BI dan tekanan harga batas atas yang berkurang. Laju inflasi Indonesia selama satu tahun sampai bulan November 2008 adalah 11,7 persen. Dengan barang pangan yang merupakan lebih dari 40 persen IHG Indonesia, harga pangan yang lebih tinggi ini menjelaskan sebagian besar dari kenaikan tersebut terjadi dari akhir tahun 2007 sampai pertengahan tahun Kemudian inflasi menjadi berbasis lebih luas karena kenaikan rata-rata 28,7 persen dalam harga BBM oleh pemerintah pada akhir bulan Mei mempunyai dampak langsung yang diharapkan tetapi juga menyebabkan penyesuaian harga secara umum. Sejak bulan Mei 2008, BI bergerak untuk memperlambat pertumbuhan kredit yang semakin cepat dan menaikkan harapan inflasi dengan menggeser kebijakan moneter ke arah landasan berkontraksi. BI menaikkan tarif polisnya dalam enam angsuran bulanan sebesar 25 basis points (bps), dari 8,00 menjadi 9,50 persen pada bulan Oktober, dan pengumuman-pengumuman publiknya mengaitkan kenaikan tingkat dengan kekhawatiran mengenai tekanan inflasi yang dipacu oleh permintaan. Walaupun tingkat inflasi tahun ini akan melampaui target BI, Bank mengindikasikan bahwa mereka tetap berfokus pada target jangka panjang inflasi 3.5 persen di tahun Harapan inflasi ini sekarang telah kembali pada tingkat-tingkat akhir tahun 2007, dengah harga komoditi, harga produsen batas atas dan pertumbuhan dalam suplai uang semuanya menyarankan bahwa tekanan-tekanan inflasi telah berkurang. Berkurangnya tekanan inflasi, pengurangan yang tampak dalam tekanan ke bawah terhadap rupiah dan lingkungan pertumbuhan eksternal yang melemah dengan pesat (dibahas di bawah ini) menyebabkan BI untuk menurunkan tarif polisnya dengan 25 bps menjadi 9,25 persen pada rapat bulan Desember. Percepatan pertumbuhan selama tiga tahun terakhir dicerminkan dalam angka kemiskinan dan pekerjaan Indonesia. Tingkat kemiskinan Indonesia, diukur menurut garis kemiskinan nasional, jatuh dari 16,6 persen pada bulan Maret 2007 menjadi 15,4 persen pada bulan Maret Penurunan tersebut tetap mengikuti tren tingkat pernurunan kemiskinan yang bertahap. Dalam tingkat kemiskinan perkotaan dan pedesaan menurun dalam tahun 2008 dan penurunan ini terjadi bersamaan, bahkan daerah-daerah termiskin mencacat penurunan dalam tingkat kemiskinan mereka. Simulasi-simulasi menyarankan bahwa mengingat pertumbuhan mantap pada tahun 2007 dan tahun 2008, kemiskinan seharusnya akan berkurang lebih banyak lagi, mungkin sebanyak dua poin presentase tambahannya yang seandainya tidak terjadi kenaikan hampir 16 persen dalam harga pangan antara bulan April 2007 dan April Pasar perburuhan Indonesia juga tampak menuju ke arah yang membaik dan fenomena pertumbuhan tanpa pekerjaan mulai berkurang. Angka-angka pekerjaan dari survai angkatan perburuhan nasional terakhir (bulan Februari 2008) menunjukkan adanya perbaikan hasil-hasil pasar perburuhan, meneruskan tren perbaikan sejak tahun Dalam tingkat pekerjaan, pangsa angkatan buruh dalam pekerjaan non-tani, maupun pangsa pekerjaan angkatan kerja di sektor formal semuanya naik, sedangkan angka pengangguran terbuka berkurang. 3

4 Akan tetapi krisis global sejak pertengahan September telah mempengaruhi pasar-pasar keuangan Indonesia dan harapan ekonomi Pasar-pasar keuangan Indonesia telah dipengaruhi secara negatif oleh krisis global sejak pertengahan September, walaupun kecuali pasar-pasar efek, tidak lebih menonjol daripada negara-negara lain. Pada awal bulan Desember 2008, bursa efek Indonesia telah jatuh 56 persen sejak permulaan tahun, tipikal bagi pasar-pasar lain di kawasan. Saham pertambangan dan pertanian telah menukik tajam sejak awal tahun 2008 mencerminkan adanya harapan menurun bagi harga-harga komoditi. Saham sektor keuangan rata-rata jatuh tidak sebanyak pasar menyeluruh, mencerminkan pemaparan langsung terbatas dari bank-bank Indonesia terhadap perkembangan-perkembangan terutama di pasar-pasar keuangan Amerika Serikat, ditambah landasan modal yang kuat dan tingkat-tingkat kredit macet (kredit macet sebesar 3,9 persen pada bulan September 2008). Rupiah mengalami tekanan sejak awal bulan Oktober. Rupiah bergerak ke sisi terhadap dolar AS selama 12 bulan sampai bulan Agustus. Tetapi pada bulan Oktober 2008, Rupiah terus terdepresiasi, kehilangan 29 persen nilainya terhadap Dolar AS pada awal bulan Desember. Bank Indonesia mengintervensi di pasar spot terutama pada bulan September dan bulan Oktober. Intervensi dini sebagian dipacu oleh kekhawatiran untuk membiarkan Rupiah meliwati berbagai ambang (misalnya, Rp 10,000 per USD) yang bisa memicu pelarian modal dalam negeri. Intervensi bersih BI tampak minimal pada bulan November, dengan cadangan devisa Bank Sentral sebesar USD 50,182 milyar pada akhir November, hanya USD 400 di bawah tingkat-tingkat akhir bulan Oktober. Setelah melebihi prestasi pasar-pasar lain selama tahun 2006, pasar efek Indonesian telah jatuh dengan pasar-pasar global pada tahun 2008 (USD index, 1 January 2006=100) Index ,000 Rupiah mengalami tekanan sejak awal Oktober Depreciate EUR 250 Indonesia 14, ,000 USD ,000 Developing economies 100 8,000 AUD Source: World Bank Appreciate 6, Source: CEIC Dampak-dampak langsung dari krisis keuangan Amerika Serikat terhadap sistem perbankan dalam negeri, yang memegang hampir 80 persen dari aset-aset finansial, sejauh ini terbatas. Rasio NPL sebesar 3,9 persen pada bulan September 2008, relatif rendah. Akan tetapi, bank-bank Indonesia menghadapi tantangan-tantangan. Selama setahun terakhir, pertumbuhan pinjaman, lebih dari 36 persen, adalah sangat luar biasa cepatnya. Dengan deposito bertumbuh kurang dari separuh kecepatan ini, rasio pinjamandeposito meningkat pesat dan mengurangi likuiditas memasuki krisis. Depresiasi dan pengrusakan permintaan akan mempengaruhi pendapatan korporasi dan mengakibatkan peningkatan NPL dan erosi modal bank ke depan. Pemaparan (exposure) sektor korporasi non-finansial terhadap krisis global sejauh ini terbatas kecuali untuk beberapa kasus khusus dan laporan-laporan yang 4

5 meningkat tentang kesulitan di bidang keuangan perdagangan. Titik-titik rentan neraca sektor korporasi Indonesia telah berkurang selama dasawarsa terakhir. Korporasikorporasi Indonesia kebanyakan membiayai investasi mereka melalui pendapatan yang ditahan, dan rasio-rasio pinjaman di sektor korporasi telah turun.tetapi bila perusahaan meminjam, mereka sering kali memilih melakukan hal tersebut dari sumber-sumber luar negeri. Pada tahun 2007 perusahaan-perusahaan Indonesia memperoleh hampir separuh dari pembiayaan ekstern mereka dari sumber luar negeri dan pemaparan tersebut terhadap sumber luar negeri untuk pendanaan menyebabkan perusahaan rentan terhadap syarat-syarat pasar keuangan global ketika pinjaman jatuh tempo. Ada juga kasus korporasi Indonesia, terutama yang padat komoditi, yang memperoleh keterdadahan signifikan terhadap pasar utang luar negeri setelah menggadai saham sebagai agunan untuk perluasan. Akan tetapi, keterdadahan utang ekstern jangka pendek menyeluruh dari sektor swasta maupun sektor publik tampaknya dapat ditangani USD 22,8 milyar jatuh tempo dalam waktu satu tahun sejak bulan Oktober 2008 mengingat cadangan internasional sebesar USD 50 milyar (pada tgl 28 November). Ada juga laporan yang semakin banyak oleh eksportir dan importir bahwa bank-bank Indonesia tidak melunasi L/C dari bank luar negeri, dan timbal balik, akibat masalah likuiditas dolar dan persepsi risiko rekanan yang meningkat. Pasar-pasar utang pemerintah terutama terpukul cukup keras oleh krisis yang meluas, dengan hasil-hasil atas obligasi dalam Rupiah maupun USD naik tajam. Pasar obligasi Rupiah dalam negeri khususnya rentan terhadap perubahan-perubahan dalam perasaan. Kecenderungan-kecenderungan tersebut jelas kelihatan dalam bulan Maret dan April, ketika, dalam konteks harga minyak yang meningkat dan kekhawatiran mengenai permintaan pembiayaan untuk subsidi yang melambung, hasil-hasil melonjak dan omset anjlok. Sesudah kenaikan harga BBM oleh pemerintah, sikap anti-inflasi BI yang lebih kuat, dan penerbitan obligasi USD yang sukses, perdagangan kembali pada tingkat normal selama bulan Juli dan bulan Agustus, dan harga-harga obligasi naik. Akan tetapi, hasil-hasil atas obligasi dalam negeri Indonesia tetap terangkat dan naik bahkan lebih tajam dan signifikan daripada di tempat lain dengan krisis keuangan global pada bulan September dan Oktober Akhir November harga-harga tampak sedikit memulih, dan penjualan oleh pemegang obligasi luar negeri melamban, tetapi pasar tetap rapuh dan hasil obligasi berada lebih dari sepertiga di atas tingkat-tingkat satu tahun yang lalu. Keuangan pemerintah terutama rapuh terhadap kenaikan dalam penghindaran risiko global dan keterjangkitan oleh pasar ekstern karena kebutuhan pembiayaan bruto Indonesia besar. Struktur termin obligasi Indonesia mengakibatkan omset yang jauh lebih tinggi dalam tahun 2007 dan tahun 2008, dan amortisasi diproyeksikan akan berada pada tingkat tinggi sepanjang tahun 2011 (dengan asumsi tidak banyak perubahan dari nilai tukar dan suku bunga pada bulan September 2008). Indonesia berhasil mengerahkan lebih dari USD 12 milyar dari pasar-pasar dalam negeri dan internasional pada tahun 2007 dan tahun 2008 masing-masing. Akan tetapi pengetatan likuiditas global dan premi risiko lebih tinggi bergabung dengan kebutuhan pembiayaan bruto tinggi untuk menaikkan suku bunga atas utang Indonesia dibandingkan dengan perekonomian-perekonomian lain di Kawasan. Strategi pembiayaan pemerintah untuk tahun kalender 2009 berimplikasi pinjaman ekuivalen USD 10,6 milyar dari pasar-pasar. Akan tetapi, Indonesia proaktif mendekati para mitra pembangunan dan meminta bantuan tambahan untuk pembiayaan anggaran apabila pasar-pasar tetap tidak likuid. 5

6 21 % Hasil-hasili atas obligasi pemerintah Indonesia naik lebih tajam daripada di tempat lain selama puncak crisis finansial saat ini, dan sejak itu sedikit memulih Hasil-hasli obligasi dlm mata uang dalam negeri Sebaran obligasi negara dlm USD 1200 bps Indonesia Philippines 6 Thailand Source: CEIC Indonesia stripped spreads (USD bonds) Indonesian spreads less E. Asia average Sources: JP Morgan and World Bank Ada konsensus bahwa ekonomi-ekonomi maju sedang menuju ke arah resesi yang panjang dan perlambatan pertumbuhan yang lebih menonjol di Indonesia pada tahun 2009 juga diharapkan saat ini. Pertumbuhan lebih lambat pada para mitra dagang penting Indonesia diharapkan akan berdampak melalui ekspor yang menurun. Dan ketika harga-harga komoditi menukik tajam ke tingkat-tingkat tahun 2006 (proyeksiproyeksi saat ini), hal itu akan mengurangi perangsang yang juga mereka berikan kepada pertumbuhan Indonesia. Akhirnya, faktor multiplikasi darpada pengaruh-pengaruh tersebut ditambah likuiditas ketat dan ketidakpastian secara umum akan mengurangi investasi dan permintaan barang tahan lama konsumen di Indonesia sama seperti di tempat lain. Dengan asumsi resesi global panjang yang dapat dibandingkan dengan resesi tahun 1982 (yang paling buruk bagi komposit mitra dagang Indonesia dari tahun 1970an sampai saat ini), pertumbuhan Indonesia diproyeksi akan jatuh dari 6 persen pada tahun 2008 menjadi kira-kira 4,4 persen pada tahun 2009 sebelum memulih ke arah 6 persen pada tahun Investasi dan ekspor diharapkan paling banyak terpengaruh oleh krisis ekonomi saat inil. Investasi diharapkan rata dalam tahun 2009, sebelum memulih pada tahun 2010 sekitar 7 persen. Pertumbuhan volume ekspor diproyeksikan melamban dari laju 14 persen tahun 2008 menjadi 1-2 persen pada tahun 2009, sebelum memulih ke arah 8 persen pada tahun Satu-satunya dampak positif dari kejadian-kejadian global ialah perlambatan menonjol dalam inflasi, yang akan memberi sedikit dukungan kepada penghasilan riil rumah tangga. Sesudah laju inflasi rata-rata per tahun dalam tahun 2008 mendekati 10 persen, inflasi diharapkan mencapai kira-kira 7 persen pada tahun 2009 dan 6 persen pada tahun Rumah rangga miskin, yang relatif mengkonsumsi lebih banyak makanan, akan melihat perlambatan leibh menonjol lagi dalam biaya hidup. Ketidakpastian yang mengelilingi harapan global, dan transmisi kejadian-kejadian global ke ekonomi lokal, membuat proyeksi-proyeksi ini jauh lebih tidak pasti daripada biasa. Di samping itu hasil-hasil triwulan ke tiga dari mitra dagang terpenting Indonesia di bawah harapan, dan serangkaian indikator menyarankan bahwa kegiatan akan lebih lemah lagi dalam triwulan ke-empat. Di samping itu, harga-harga komoditi telah jatuh secara dramatis. Bersama-sama, perkembangan-perkembangan tersebut menyarankan risiko negatif yang signifikan. Sementara modal ekstern sudah meninggalkan pasar-pasar finansial Indonesia, Indonesia tetap rentan terhadap pelarian modal. Indonesia merupakan perekonomian finansial terbuka dengan sejumlah holding luar negeri, terutama di pasar-pasar saham dan utang pemerintah. Warisan krisis 1998 membuat para investor Indonesia sensitif terhadap gerakan nilai tukar dan peka terhadap pelarian modal. Indonesia dengan demikian rentan, sama seperti perekonomian-perekonomian yang baru muncul terhadap penghindaran risiko yang lebih tinggi, dan arus keluar modal mendadak. Sementara dana menghilang akibat permintaan likuiditas dan penghindaran risiko, tekanan-tekanan atas 6

7 suku bunga dan nilai tukar juga meningkat. Korporasi-korporasi Indonesia diyakini cukup berdiversifikasi dari segi finansial dan tidak akan terungkit signifikan, tetapi, pasar-pasar modal dalam negeri bergejolak dan tergantung pada perubahan tiba-tiba dalam perasaan. Di samping itu, depresiasi rupiah dan perusakan permintaan melalui ekonomi dalam negeri yang melamban akan mempengaruhi profitabilitas korporasi dan mengakibatkan bertambahnya kredit macet dan erosi modal perbankan. Ringkasnya resesi panjang dengan erosi terkait dari surplus rekening koran Indonesia dan kejadian-kejadian lebih lanjut dari penghindaran risiko yang meningkat tetap merupakan tantangan terhadap stabilitas makroekonomi. Perkembangan-perkembangan sejak pertengahan bulan November, khususnya stabilisasi simpanan cadangan devisa BI, menguatnya Rupiah dan suku bunga yang menurun digabung dengan penurunan tingkat polis BI menyarankan bahwa untuk saat ini, mungkin telah tercapai ekuilibrium baru. Pemerintah sangat menyadari kerentanan tersebut dan telah mengambil sejumlah langkah pencegah dan proaktif untuk mengurangi kemungkinan pelarian modal, untuk meringankan kendala-kendala pembiayaan pemerintah, dan untuk memelihara pengeluaran publik yang menentukan dalam menghadapi perlambatan pertumbuhan. Kebijakan moneter sekarang telah bergeser ke arah penampungan pertumbuhan dengan menambahkan likuiditas, dan paling akhir, memangkas suku bunga. Pemerintah juga telah mendirikan regulasi-regulasi yang dapat memungkinkannya untuk memberi jaminan kepada sistem perbankan, dan menaikkan plafon jaminan deposito menjadi Rp 2 milyar (sekitar 200,000 USD), sementara menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti UU yang dapat memungkinnya melakukan intervensi terhadap lembaga-keuangan lembaga yang kesulitan (seperti telah dilakukan di tempat lain). Kendati posisi fiskal konservatif Indonesia, pemerintah telah menyepakati dengan DPR untuk merevisi anggaran tahun 2009 untuk menargetkan defisit sebesar 1 persen dari PDB pada tahun Pemerintah merencanakan melakukan hal tersebut dengan mengurangi belanja rutin departemen teknis sebanyak 5 persen sampai 15 persen, sementara memelihara belanja infrastruktur dan meningkatkan belanja sektor sosial, khususnya untuk program pengurangan kemiskinan berbasis masyarakat yang merupakan lambang negara. Notes This note was written as part of the regular economic monitoring work being undertaken by the World Bank in Indonesia. For further information about this work, and about the World Bank s activities in Indonesia please visit the website of the World Bank s Indonesia country office: For specific questions or comments, or to be included in a distribution list for future Notes, please contact tbulman@worldbank.org, ffitrani@worldbank.org, or madriani@worldbank.org 7

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sangat penting dalam perekonomian setiap negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Krisis ekonomi yang terjadi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Indonesia sedang mengalami penyesuaian ekonomi yang cukup berarti yang didorong oleh perlemahan neraca eksternalnya yang membawa perlambatan pertumbuhan dan peningkatan

Lebih terperinci

Bernavigasi melewati Kerentanan

Bernavigasi melewati Kerentanan Bernavigasi melewati Kerentanan Agus D.W. Martowardojo Gubernur Bank Indonesia (sebagaimana disusun untuk diserahkan, Indonesia Fixed Income and High Yield Bond Forum 2015) 22 September 2015, Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman serta sebagai lembaga perantara interaksi antara pihak yang kelebihan dana dan kekurangan

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE 2014-2015 A. Analisis Fundamental Nilai Tukar Rupiah 1. Faktor Ekonomi Faktor Ekonomi yaitu hal-hal yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara masih menjadi acuan dalam pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi perekonomian negara dimana pertumbuhan

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi tahun 1997 di Indonesia telah mengakibatkan perekonomian mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah Indonesia terbelit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uang memegang peranan yang sangat penting di sepanjang kehidupan manusia. Uang digunakan sebagai alat tukar yang dapat diterima secara umum, yang dimana alat tukarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah meningkatkan arus perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan mengacu pada Trilogi Pembangunan (Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

Diskusi Terbuka INFID

Diskusi Terbuka INFID Diskusi Terbuka INFID Dr. Edi Prio Pambudi Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 10 September 2015 PERSOALAN SAAT INI Tantangan Global Pemulihan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis ekonomi Amerika Serikat yang disebabkan oleh kredit macet sektor perumahan, lalu membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kompleknya keterkaitan dan hubungan antarnegara didalam kancah internasional menyebabkan pemerintah juga ikut serta dalam hal meregulasi dan mengatur

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah meningkatkan

Lebih terperinci

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama beberapa dekade terakhir, banyak negara di dunia ini mengalami krisis yang didorong oleh sistem keuangan mereka yang kurang dikembangkan, votalitas kebijakan

Lebih terperinci

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, ketersediaan sumber daya, teknologi,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999 SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Moneter Periode 1997-2 1999 2. Arah Kebijakan 1997-1999 3 3. Langkah-Langkah Strategis 1997-1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7

I. PENDAHULUAN. rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang hebat, yang berdampak pada semua aktivitas bisnis di sektor riil. Selama dua tiga tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang tidak sedikit. Sumber dari luar tidak mungkin selamanya diandalkan untuk pembangunan.

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro tahun 2005 sampai dengan bulan Juli 2006 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi membaik dari

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang akan dicapai dalam tahun 2004 2009, berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... i iii iv vi vii BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF... I-1 A. PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003... I-1 B. TANTANGAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan fiskal pemerintah. Pada dasarnya, kebijakan fiskal mempunyai keterkaitan yang erat dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor perdagangan di Indonesia. Istilah tekstil yang dikenal saat ini berasal dari bahasa latin, yaitu texere

Lebih terperinci

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia Andri Helmi M, SE., MM Sistem Ekonomi Indonesia Pemerintah bertugas menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan sosial budaya kesejahteraan seluruh masyarakat. Siapa itu pemerintah? Bagaimana stabilitas di

Lebih terperinci