UJI SPESIFISITAS PROTEIN GDF-9 DENGAN METODE WESTERN BLOTTING PADA OOSIT SAPI DARI FOLIKEL PREANTRAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI SPESIFISITAS PROTEIN GDF-9 DENGAN METODE WESTERN BLOTTING PADA OOSIT SAPI DARI FOLIKEL PREANTRAL"

Transkripsi

1 ARTIKEL ILMIAH UJI SPESIFISITAS PROTEIN GDF-9 DENGAN METODE WESTERN BLOTTING PADA OOSIT SAPI DARI FOLIKEL PREANTRAL Oleh: E L I Z A FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2010

2 SPECIFICITY TEST FOR GDF-9 PROTEIN BY USING WESTERN BLOTTING METHOD IN BOVINE OOCYTES FROM PREANTHRAL FOLLICLES Eliza 1), Lianny Nangoi 2), Widjiati 3) 1) Mahasiswa, 2) Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, 3) Bagian Embriologi Veteriner ABSTRACT Growth Differentiation Factor 9 (GDF-9) is one of many growth factors which take part in reproduction cycles. GDF-9 is a member of Transforming Growth Factor Beta (TGFß) superfamily and has an influence as specific ligand of TGFß on oocyte in vitro maturation process. GDF-9 s molecular weight is 51 kda. Bovine oocytes were collected from preanthral follicles then maturated by in vitro process. The bovine oocyte protein was isolated and runned through Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS PAGE) method. GDF-9 was tested by using monoclonal antibody of GDF-9 in Western Blotting method. The result shows a band of specific GDF-9 protein which was isolated from bovine oocytes. Key words: GDF-9, bovine oocyte, preanthral follicles, Western Blotting Surabaya, 1 Juli 2010 Menyetujui Menyetujui Mahasiswa: Dosen Pembimbing I: Dosen Pembimbing II: (Eliza) (Lianny Nangoi, M.S., drh) (Dr. Widjiati, M.Si, drh) NIM NIP NIP Menyetujui Menyetujui Menyetujui Dosen Terkait I: Dosen Terkait II: Dosen Terkait III: (Dr. Rr. Sri Pantja M., M.Si, drh) (Dr. Suherni Susilowati, M.Kes, drh) (Gracia Angelina H., M.Si, drh) NIP NIP NIP

3 UJI SPESIFISITAS PROTEIN GDF-9 DENGAN METODE WESTERN BLOTTING PADA OOSIT SAPI DARI FOLIKEL PREANTRAL Eliza 1), Lianny Nangoi 2), Widjiati 3) 1) Mahasiswa, 2) Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, 3) Bagian Embriologi Veteriner ABSTRAK Growth Differentiation Factor 9 (GDF-9) merupakan salah satu growth factor yang berperan dalam proses reproduksi. GDF-9 merupakan anggota dari Transforming Growth Factor Beta (TGFß) dan berperan sebagai ligan spesifik TGFß dalam proses maturasi oosit secara in vitro. GDF-9 memiliki berat molekul 51 kda. Dalam penelitian ini oosit sapi dikoleksi dari folikel preantral, kemudian dimaturasi secara in vitro. Selanjutnya protein dari oosit sapi diisolasi lalu dilakukan metode Sodium Dodecyl Sulfate Polyacryl Amide Gel Electrophoresis (SDS PAGE). Kemudian GDF-9 diuji spesifisitasnya dengan metode Western Blotting menggunakan antibodi monoklonal anti-gdf-9. Hasil penelitian menunjukkan adanya band protein GDF-9 yang diisolasi dari oosit sapi. Kata kunci: GDF-9, folikel preantral, oosit sapi, Western Blotting

4 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat ditemui hampir pada semua bidang, termasuk bidang kedokteran hewan. Salah satu contohnya adalah dalam hal memperoleh bibit unggul. Untuk memperoleh bibit unggul ternak dapat dilakukan proses fertilisasi in vitro. Teknologi fertilisasi in vitro terdiri dari beberapa tahap, yaitu maturasi oosit, inseminasi in vitro dan kultur embrio in vitro. Keberhasilan maturasi oosit in vitro sangat menentukan keberhasilan fertilisasi in vitro, karena hanya oosit yang matang yang akan berhasil dibuahi oleh sel spermatozoa (Mahaputra dan Mustofa, 2000). Metode fertilisasi in vitro masih belum mampu memproduksi embrio in vitro dengan kualitas optimum. Masalah tersebut perlu dikaji secara biologi molekuler, mengingat pada proses maturasi oosit banyak protein yang diduga berperan dan sampai saat ini sintesis dan fungsi protein tersebut secara molekuler masih belum banyak diketahui (Pawshe et al., 1996) Pemilihan folikel juga sangat berpengaruh terhadap kualitas oosit yang dihasilkan selama maturasi secara in vitro. Selain memperhatikan ukuran oosit, perlu juga diperhatikan peranan hormon dan growth factor dalam proses maturasi oosit (Widjiati dkk, 2001). Oosit yang heterogen menyebabkan pertumbuhan oosit secara in vitro tidak dapat mencapai perkembangan yang seragam. Kondisi ini mempengaruhi proses perkembangan selanjutnya, oleh karena itu perlu dilakukan penyeragaman ukuran oosit pada saat melakukan kultur in vitro (Pawshe et al., 1996). Ukuran oosit ditentukan oleh tingkat kematangan folikel. Pada penelitian kali ini oosit dikoleksi dari folikel preantral. Folikel preantral adalah folikel pada ovarium yang memiliki diameter µm dan belum terbentuk antrum (Van den Hurk et al., 1998).

5 Ada berbagai macam protein yang berperan dalam proses maturasi oosit, salah satunya adalah Transforming Growth factor Beta (TGFβ). TGFβ berperan sebagai protein intrafolikular yang mengatur perkembangan folikel. Salah satu protein dari superfamili TGFβ adalah GDF-9. GDF-9 dapat meningkatkan maturasi oosit lewat transduksi sebagai ligan spesifik TGFβ. GDF-9 dapat ditemukan pada semua tahap perkembangan folikel, kecuali pada folikel primordia. GDF-9 diekspresikan pertama kali dalam folikel primer dan menghilang pada hari kedua setelah fertilisasi (Jinwen et al., 1996; McGrath et al., 1995). GDF-9 merangsang produksi sel granulosa dan menstimulir perkembangan kumulus. GDF-9 dapat meningkatkan maturasi oosit lewat transduksi sebagai ligan spesifik TGFβ. GDF-9 diekspresikan pertama kali dalam folikel primer dan menghilang pada hari kedua setelah fertilisasi (Roelen et al., 1998; Elvin et al., 1999). GDF-9 terbukti dapat merangsang pertumbuhan folikel preantral dan dapat meningkatkan kualitas oosit. Kualitas oosit perlu diperhatikan karena akan berpengaruh pada kualitas embrio yang dihasilkan untuk penyediaan embrio secara in vitro (Vitt et al., 2002). GDF-9 memiliki berat molekul 51 kda. Pengaruh GDF-9 pada folikel preantral dapat dilihat dari peningkatan jumlah sel dan juga peningkatan sintesis DNA. Pada folikel yang lebih besar, GDF-9 hanya berpengaruh sedikit atau bahkan tidak ada pengaruhnya terhadap proliferasi sel ataupun produksi steroid (Spicer et al., 2008). METODE PENELITIAN Pengambilan ovarium Ovarium sapi yang diperoleh dari Rumah Potong Hewan dibersihkan terlebih dahulu dari darah. Ovarium kemudian dimasukkan pada botol yang berisi NaCl

6 fisiologis dan dibawa menggunakan termos yang sudah diberi air hangat dengan suhu ºC. Di laboratorium, ovarium dicuci menggunakan NaCl fisiologis sebanyak 3 kali atau sampai air cucian menjadi bening. Ovarium yang telah dicuci dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi NaCl fisiologis yang telah diberi BSA dan antibiotika gentamisin sulfat 40 µl. Koleksi oosit dan maturasi oosit Pengambilan oosit dilakukan secara aspirasi dengan menggunakan jarum ukuran 18G yang dihubungkan dengan spuit 5 ml berisi 1 ml TCM. Aspirasi dilakukan pada folikel preantral, selanjutnya oosit dicuci sebanyak 3 kali didalam medium TCM. Untuk proses maturasi oosit digunakan medium TCM 199. Maturasi oosit dilakukan pada suhu 38,5ºC didalam inkubator CO 2 5% selama jam. Oosit yang telah dimaturasi dimasukkan ke dalam tabung Ependorff dan disimpan ke dalam freezer. Proses ini dilakukan berulang-ulang sehingga diperoleh cukup oosit (kurang lebih 200 oosit) untuk diisolasi. Isolasi protein Sampel oosit ditambah dengan larutan Phospate Buffer Saline Tween (PBST) yang mengandung 0.05 M Phenyl Metile Sulfonil Flouride (PMSF) sampai lima kali volume sampel. Sampel disonifikasi selama 10 menit. Selanjutnya lakukan sentrifugasi rpm pada suhu 4 C selama 15 menit. Supernatan yang dihasilkan ditambahkan etanol absolut dengan perbandingan 1:1, kemudian dimasukkan ke dalam refrigerator selama 12 jam. Sampel disentrifugasi kembali dengan kecepatan 6000 rpm pada suhu 4ºC selama 10 menit. Endapan yang diperoleh dimasukkan ke dalam freezer selama lima menit. Endapan yang dihasilkan ditambah larutan Tris HCl 50µL dan disimpan di freezer.

7 Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrilamid Gel Electrophoresis (SDS-PAGE) Sampel protein ditambah dengan larutan buffer dan disimpan pada suhu -10ºC. Selanjutnya siapkan separating gel pada comb. Tambahkan butanol kurang lebih 1 ml dan biarkan selama 30 menit. Selanjutnya keluarkan comb. Sampel protein µl dimasukkan ke dalam lubang cetakan pada stacking gel. Selanjutnya plate yang telah berisi sampel dimasukan ke alat biorad yang telah berisi running buffer. Power supply dihubungkan dengan arus listrik 28 ma dan tegangan 110V. Proses pemisahan protein dihentikan setelah warna biru indikator mencapai ketinggian ±0,5 cm dari batas bawah plate gel. Gel diambil lalu dicuci dengan aquadest dan direndam dalam blotting buffer. Sementara itu membran Nitro Cellulose (NC) dipotong sesuai ukuran plate dan direndam dalam PBS dan direndam lagi dalam blotting buffer. Spons dan 15 lembar kertas saring yang telah berukuran sama juga direndam dalam blotting buffer. Western Blotting Protein yang terdapat pada gel ditransfer ke membran NC. Proses transfer dilakukan dengan menyusun sandwich dengan urutan: black side, spons, kertas saring (6 lembar), gel, membran NC, kertas saring (9 lembar), spons, dan red side. Lakukan transfer dalam transfer buffer dengan tegangan 25 V selama 12 jam pada suhu 4 C. Hasil transfer diperiksa dengan larutan ponceau. Selanjutnya membran NC direndam dalam blocking buffer selama 1 jam sambil diagitasi kemudian dicuci dengan PBST. Membran NC diinkubasi dalam antibodi primer selama semalam, lalu dicuci dengan TBS. Setelah itu membran diinkubasi dalam antibodi sekunder yang telah dilabel alkaline fosfatase selama 1 jam, lalu dicuci dengan PBST. Membran diinkubasi dengan Western blue substrate solution dalam ruang gelap sampai terlihat warna band atau selama semalam, lalu cuci dengan aquadest. Kemudian membran dikeringkan pada suhu ruang.

8 HASIL DAN PEMBAHASAN M S Band yang terbentuk akibat reaksi spesifik antara GDF-9 dengan antibodi GDF-9. Band ini menunjukkan bahwa fraksi protein memiliki berat molekul 51 kda. Hasil analisis sampel protein dengan metode Western Blotting. M : protein marker S : sampel protein oosit Untuk memisahkan protein berdasarkan berat molekulnya digunakan metode SDS PAGE. Setelah sampel protein melewati tahap SDS PAGE, didapatkan protein dengan berbagai berat molekul. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa GDF-9 yang teridentifikasi memiliki berat molekul 51 kda (Mustakim, 2008). Tetapi pada penelitian kali ini protein dengan berat molekul 51 kda tersebut belum dipastikan dan belum tentu merupakan protein GDF-9, karena protein tersebut dapat merupakan protein lain dengan berat molekul sama atau mendekati 51 kda. Oleh karena itu sampel protein perlu diuji spesifisitasnya untuk memastikan bahwa protein hasil SDS PAGE mengandung protein spesifik GDF-9. Uji spesifisitas yang banyak digunakan adalah metode Western Blotting karena dapat mendeteksi protein tertentu dengan ketepatan yang tinggi. Western Blotting merupakan suatu metode immunoblotting yang digunakan untuk menguji adanya protein spesifik di dalam sampel. Prinsip kerja Western Blotting

9 adalah mereaksikan antigen dengan antibodi yang kemudian divisualisasikan dengan pewarnaan khusus (Rantam, 2003). Antigen yang direaksikan adalah sampel protein yang diisolasi dari oosit sapi yang telah dimaturasi yang dikoleksi dari folikel preantral. Antibodi yang digunakan dalam Western Blotting dapat berupa antibodi monoklonal maupun antibodi poliklonal. Dalam penelitian ini digunakan antibodi monoklonal, yaitu Rabbit Monoclonal Antibody GDF-9 yang hanya dapat berikatan dengan protein GDF-9 saja. Pada penelitian ini, sampel protein hasil SDS PAGE ditransfer ke membran Nitro Cellulose (NC) untuk digunakan sebagai antigen. Kemudian membran diblok dengan blocking buffer untuk mencegah protein non-spesifik berikatan dengan antibodi. Kemudian membran diinkubasi dengan antibodi primer. Antibodi primer adalah antibodi yang hanya berikatan dengan protein spesifik, yaitu protein GDF-9. Tetapi ikatan antara antigen-antibodi belum dapat divisualisasikan, sehingga selanjutnya membran diinkubasi dengan antibodi sekunder. Antibodi sekunder adalah antibodi yang dapat berikatan dengan fragmen antibodi primer dan telah diberi label horseradish peroxidase atau alkaline fosfatase yang berfungsi untuk berikatan dengan zat warna sehingga hasil Western Blotting pada membran NC dapat divisualisasikan. Dari hasil pengujian dengan Western Blotting, terbentuk band berwarna biru pada berat molekul 51 kda. Band ini terbentuk karena ada reaksi spesifik antara antigen dengan antibodi. Pertama-tama antigen berikatan dengan antibodi primer. Kemudian antibodi primer berikatan dengan antibodi sekunder yang telah dilabel dengan enzim alkalin fosfatase. Enzim alkalin fosfatase kemudian berikatan dengan western blue substrat sehingga muncul band berwarna biru gelap keunguan pada antigen yang berikatan.

10 Karena antibodi yang digunakan adalah antibodi monoklonal GDF-9, maka antigen yang berikatan mengandung protein spesifik GDF-9. Berdasarkan penjelasan di atas mengenai uji spesifisitas dengan metode Western Blotting maka isolat protein yang berasal dari oosit sapi yang telah dimaturasi dan dikoleksi dari folikel preantral dinyatakan positif mengandung protein GDF-9. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada pengujian sampel menggunakan metode Western Blotting, protein yang diisolasi dari oosit sapi yang dikoleksi dari folikel preantral dan telah dimaturasi mengandung protein spesifik growth factor GDF-9 dengan berat molekul 51 kda. UCAPAN TERIMA KASIH 1) Hendra Jinata dan Luso Kien selaku kedua orangtua penulis, 2) Prof. Hj. Romziah Sidik, Ph.D., drh. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan selama masa studi penulis, 3) Lianny Nangoi, M.S., drh. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, 4) Dr. Widjiati, M.Si, drh. selaku dosen pembimbing dan dosen penelitian yang telah membimbing, mengarahkan dan banyak menolong dalam penyelesaian skripsi, 5) Dr. Rr. Sri Pantja Madyawati, M.Si, drh., Dr. Suherni Susilowati, M.Kes., drh., dan Gracia Angelina H., M.Si., drh. selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi.

11 DAFTAR PUSTAKA Dukes, H. H Dukes Physiology Of Domestic Animals 12 th Ed. Comstock Publishing Associates. Elvin, J. A., C. Yan and M. M. Matzuk Oocyte-expressed TGFβ superfamily members in female fertility. Molecular and Cellular Endocrinology 159 (1-2): 1-5. Jinwen, D., D. F. Albertini, K. Nishimori, T. R. Kumar, N. Lu and M. M. Matzuk GDF-9 is required during early ovarian folliculogenesis. Nature 383, Mahaputra L. dan I. Mustofa Pemanfaatan Teknologi Bayi Tabung Untuk Mengembangkan Bank Embrio Sapi Madura. Surabaya: Media Kedokteran Hewan. McGrath S. A., A. F. Esquela, and S. J. Lee Oocyte-specific expression of growth differentiation factor-9. Baltimore: Mol Endocrinol. (1): Mustakim, Z Identifikasi Growth Differentiation Factor 9 (GDF9) pada Oosit Sapi yang Dimaturasi secara In vitro dengan Metode Elektroforesis. Surabaya: Skripsi FKH Universitas Airlangga. Pawshe, C. H., A. Palanisamy, Taniju, S. K. Jain and S. M. Totey Comparison of Various Maturation Treatment on In Vitro Maturation of Good Oocyte and Their Early Embryonic Development and Cell Number. J. Theriogenology 46: Rantam, F. A Metode Imunologi. Surabaya: Airlangga University Press. Roelen B.A., M. J. Van Eijk, M. A. Van Rooijen, M. M. Bevers, J. H. Larson, H. A. Lewin, and C. L. Mummery Molecular cloning, genetic mapping, and developmental expression of a bovine transforming growth factor beta (TGF-beta) type I receptor. Molecular Reproduction Dev 49(1):1-9. Spicer, L. J., Y. A. Pauline, T.A Dustin, S. Mazerbourg, A. H. Payne, and A. J. Hsueh Growth Differentiation Factor 9 (GDF-9) Stimulates Proliferation and Inhibits Steroidogenesis by Bovine Theca Cells: Influence of Follicle Size on Responses to GDF-9. Biology Of Reproduction 78: Van den Hurk, R., E.R. Spek, W.J. Hage, T. Fair, J.H. Ralph, and K. Schotanus Ultrastructure And Viability Of Isolated Bovine Preantral Follicles. Human Reproduction Update vol. 4. Vitt U.A., S. Mazerbourg, C. Klein and A. J. W. Hsueh Bone morphogenetic protein receptor for Growth Differentiation Factor-9. Biol of Reprod. 67 : Widjiati, Rimayanti dan Budiarto Pengaruh Seleksi Ukuran Folikel Terhadap Profil Transformasi Kromosom Pada Oosit Kambing Dalam Proses Maturasi In vitro. Surabaya: Media Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

12 Lampiran: Diagram Western Blotting Gel Membran NC Kertas Whatman dan spons Cuci dengan aquadest Rendam dalam PBS Rendam dalam blotting buffer Rendam dalam blotting buffer Rendam dalam blotting buffer Disusun sandwich dengan urutan sebagai berikut: Black side (atas) Spons Kertas saring (6 lembar) Gel Membran NC Kertas saring (9 lembar) Spons Red side (bawah) Transfer dalam transfer buffer, dengan tegangan konstan 25 V, selama 12 jam pada suhu 4 C Cek hasil transfer dengan larutan pre staining menggunakan ponceau Blok dengan blocking buffer (PBS skim milk 5%) 1 jam, sambil digoyang Cuci dengan PBST, 3 x 5 menit Inkubasi antibodi primer selama semalam sambil diagitasi (4 C) Cuci dengan TBS, 3 x 5 menit Inkubasi antibodi sekunder AP conjugated sambil diagitasi (60 menit, suhu ruang) Cuci dengan PBST, 4 x 5 menit Ditambahkan substrat untuk blotting sampai terlihat warna band Cuci dengan aquadest untuk menghentikan reaksi

Identifikasi Growth Differentiation Factor-9 (GDF-9) Pada Oosit Sapi Yang Dimaturasi Secara In Vitro Dengan Metode Elektroforesis

Identifikasi Growth Differentiation Factor-9 (GDF-9) Pada Oosit Sapi Yang Dimaturasi Secara In Vitro Dengan Metode Elektroforesis Jurnal Ilmu Peternakan, Desember 2008, hal. 64 71 ISSN 1907 2821 Vol. 3 No.2 Identifikasi Growth Differentiation Factor-9 (GDF-9) Pada Oosit Sapi Yang Dimaturasi Secara In Vitro Dengan Metode Elektroforesis

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PROFIL PROTEIN OOSIT KAMBING PADA LAMA MATURASI IN VITRO YANG BERBEDA DENGAN SDS-PAGE. Nurul Isnaini. Abstrak

IDENTIFIKASI PROFIL PROTEIN OOSIT KAMBING PADA LAMA MATURASI IN VITRO YANG BERBEDA DENGAN SDS-PAGE. Nurul Isnaini. Abstrak IDENTIFIKASI PROFIL PROTEIN OOSIT KAMBING PADA LAMA MATURASI IN VITRO YANG BERBEDA DENGAN SDS-PAGE Nurul Isnaini Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Abstrak Penelitian tentang

Lebih terperinci

Veterinaria Medika Vol 7, No. 2, Juli 2014

Veterinaria Medika Vol 7, No. 2, Juli 2014 Veterinaria Medika Vol 7, No. 2, Juli 2014 Uji Spesifisitas dengan Dot lotting terhadap Epidermal Growth Factor (EGF) yang Diisolasi dari Oosit Kumulus Komplek Sapi Setelah Dimaturasi Secara In Vitro Spesifisity

Lebih terperinci

RPMI 1640 medium. Kanamisin 250 µg. Coomassie brilliant blue G-250

RPMI 1640 medium. Kanamisin 250 µg. Coomassie brilliant blue G-250 86 Lampiran 1. Larutan yang digunakan pada medium RPMI 1640 RPMI 1640 medium 10,4 g Penisilin G 100.000 IU Streptomisin 100 mg Gentamisin 5 mg Kanamisin 250 µg Semua bahan tersebut dilarutkan kedalam 1000

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian telah dilaksanakan di laboratorium BKP Kelas II Cilegon untuk metode pengujian RBT. Metode pengujian CFT dilaksanakan di laboratorium

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Unair

ADLN - Perpustakaan Unair BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan populasi kuda di Indonesia belum mencapai keadaan yang menggembirakan bahkan Di Jawa Timur pada tahun 2001 terjadi penurunan populasi ternak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green House dan Laboratorium Genetika dan Molekuler jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Rotofor

Lampiran 1 Prosedur Rotofor Lampiran 1 Prosedur Rotofor Kalibrasi Membran Ion Membran ion terdiri dari membran kation yang berkorelasi dengan elektrolit H 3 PO 4 0,1 N terpasang pada elektroda anoda sebagai pembawa ion positif, sedangkan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Avian Influenza-zoonosis Research

Lebih terperinci

s - soluble fraction i - insoluble fraction p - post-ni 2+ column

s - soluble fraction i - insoluble fraction p - post-ni 2+ column METODE SDS- PAGE Oleh: Susila Kristianingrum susila.k@uny.ac.id SDS-PAGE Trx-STS Trx-CHS s i p s i p 97 66 45 60 K 31 22 14 s - soluble fraction i - insoluble fraction p - post-ni 2+ column Langkah SDS-PAGE

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, IPB, dari bulan Oktober 2011 Mei 2012. Bahan Isolasi untuk memperoleh isolat B. thuringiensis

Lebih terperinci

FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN OOSIT SAPI HASIL IVF DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN

FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN OOSIT SAPI HASIL IVF DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN OOSIT SAPI HASIL IVF DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN (Fertilization and Development of Oocytes Fertilized in Vitro with Sperm after Sexing) EKAYANTI M. KAIIN, M. GUNAWAN, SYAHRUDDIN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang 11 MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan di kandang FKH-IPB. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005)

Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005) 36 LAMPIRAN 37 Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005) Nilai toksisitas Non-Manusia : Rat LD50 oral 5,3 g / kg; Mouse LD50 oral 2 g / kg; Ip Mouse LD50 0,9-1,3 g / kg; LD50

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 Disusun oleh : Ulan Darulan - 10511046 Kelompok 1 Asisten Praktikum : R. Roro Rika Damayanti (10510065)

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembuatan Medium Kultur DMEM Lampiran 2 Pembuatan Larutan PBS Lampiran 3 Prosedur Pewarnaan HE

Lampiran 1 Pembuatan Medium Kultur DMEM Lampiran 2 Pembuatan Larutan PBS Lampiran 3 Prosedur Pewarnaan HE LAMPIRAN Lampiran 1 Pembuatan Medium Kultur DMEM Medium kultur DMEM merupakan medium Dulbecco s Modified Eagle s Medium (DMEM; Sigma) yang telah dimodifikasi dengan penambahan asam amino non-esensial (AANE;

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2009 hingga Februari 2010. Penelitian dilakukan di kandang pemeliharaan hewan coba Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Lebih terperinci

I. Tujuan Menentukan berat molekul protein dengan fraksinasi (NH 4 ) 2 SO 4 Teori Dasar

I. Tujuan Menentukan berat molekul protein dengan fraksinasi (NH 4 ) 2 SO 4 Teori Dasar I. Tujuan II. Menentukan berat molekul protein dengan fraksinasi (NH 4 ) 2 SO 4 Teori Dasar Penamabahan garam pada konsentrasi rendah dapat meningkatkan kelarutan protein (salting in). tetapi protein akan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Korelasi antara Oosit Domba yang Dikoleksi dari Rumah Pemotongan Hewan dengan Tingkat Fertilitasnya setelah Fertilisasi in vitro

Korelasi antara Oosit Domba yang Dikoleksi dari Rumah Pemotongan Hewan dengan Tingkat Fertilitasnya setelah Fertilisasi in vitro Korelasi antara Oosit Domba yang Dikoleksi dari Rumah Pemotongan Hewan dengan Tingkat Fertilitasnya setelah Fertilisasi in vitro Teguh Suprihatin* *Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI SPERMATOZOA PASCA KAPASITASI TERHADAP TINGKAT FERTILISASI IN VITRO

PENGARUH KONSENTRASI SPERMATOZOA PASCA KAPASITASI TERHADAP TINGKAT FERTILISASI IN VITRO PENGARUH KONSENTRASI SPERMATOZOA PASCA KAPASITASI TERHADAP TINGKAT FERTILISASI IN VITRO (The Effects of Spermatozoa Concentration of Postcapacity on In Vitro Fertilization Level) SUMARTANTO EKO C. 1, EKAYANTI

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP PENGAMATAN EKSPRESI PROTEIN DENGAN METODE IMUNOSITOKIMIA

PROSEDUR TETAP PENGAMATAN EKSPRESI PROTEIN DENGAN METODE IMUNOSITOKIMIA Halaman 1 dari 7 FARMASI UGM Dokumen nomor : 0201200 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Aditya Fitriasari

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memproduksi dan meningkatkan produktivitas peternakan. Terkandung di

I. PENDAHULUAN. memproduksi dan meningkatkan produktivitas peternakan. Terkandung di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bioteknologi reproduksi merupakan teknologi unggulan dalam memproduksi dan meningkatkan produktivitas peternakan. Terkandung di dalamnya pemanfaatan proses rekayasa fungsi

Lebih terperinci

3 METODE. Bahan. Alat

3 METODE. Bahan. Alat 9 3 METODE Penelitian ini dilaksanakan selama 14 bulan, yaitu dari April 2013 sampai Mei 2014 di Laboratorium Biokimia Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, Seafast Center, Pusat Studi Satwa Primata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya 10 MATERI DAN METODA Waktu Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu FKH-IPB, Departemen Ilmu Penyakit Hewan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Hal. 1 dari 13 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf CCRC Staf CCRC Supervisor CCRC Pimpinan CCRC Paraf Nama Tanggal PROTOKOL WESTERN BLOT DAFTAR ISI HALAMAN DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan Laboratorium Biomolekuler Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

TEKNIK IMUNOLOGI. Ika Puspita Dewi

TEKNIK IMUNOLOGI. Ika Puspita Dewi TEKNIK IMUNOLOGI Ika Puspita Dewi 1 ELISA Enzyme Linked Immuno-Sorbent Assay 2 ELISA ELISA Test yang dirancang berdasarkan prinsip imunologi (Antigen antibodi) mengunakan label enzim yang dapat ditujukan

Lebih terperinci

Hilman Nurmahdi, Aulanni am*, Chanif Mahdi

Hilman Nurmahdi, Aulanni am*, Chanif Mahdi KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 2, No. 2, pp.587-593 - UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received, 9 Oktober 2013, Accepted,10 Oktober 2013, Published online, 16 Oktober 2013. Labelling Antibodi Anti-TPO Menggunakan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Januari 2009 dan selesai pada bulan November 2009. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Bioteknologi II, Departemen

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan 39 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan buffer Asetat 20 mm ph 5,4. Larutan buffer asetat 10

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai Maret 2010 sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Terpadu Bagian Mikrobiologi Medik dan laboratorium Bakteriologi

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Hal. 1 dari 7 Dokumen nomor : 0301201 Tanggal : Mengganti nomor : 0201200 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 14 bulan, dimulai dari bulan Juni 2009 sampai Agustus 2010 bertempat di Laboratorium Riset Anatomi dan Laboratorium Embriologi,

Lebih terperinci

Z. Udin, Jaswandi, dan M. Hiliyati Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang ABSTRAK

Z. Udin, Jaswandi, dan M. Hiliyati Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN HEMIKALSIUM DALAM MEDIUM FERTILISASI IN VITRO TERHADAP VIABILITAS DAN AGLUTINASI SPERMATOZOA SAPI [The Usage effect of Hemicalcium in a Medium of In Vitro Fertilization on Viability

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April November 2011 di laboratorium Biokimia Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, laboratorium Bioteknologi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian Posttest Only Control Design ( Gliner,2000 ) dengan kultur in

BAB IV METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian Posttest Only Control Design ( Gliner,2000 ) dengan kultur in BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian Eksperimental, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian Posttest Only Control Design ( Gliner,2000

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Pembuatan Reagen Bradford dan Larutan Standar Protein

LAMPIRAN 1. Pembuatan Reagen Bradford dan Larutan Standar Protein 49 7. LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Pembuatan Reagen Bradford dan Larutan Standar Protein 1.1. Pembuatan Reagen Bradford Commasive Blue sebanyak 0,01 gram dilarutkan ke dalam 5 ml etanol 95% kemudain ditambah asam

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose

Laporan Praktikum Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose Laporan Praktikum Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose Hari / Tanggal Praktikum : Kamis / 1 November dan 22 November 2012 Nama Praktikan : Rica Vera Br. Tarigan dan Jekson Martiar Siahaan

Lebih terperinci

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Immunologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kandang Terpadu, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Nopember 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetik Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak,

Lebih terperinci

PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR

PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR Tujuan: i) Mengerti metode umum mengisolasi DNA ii) Mengisolasi DNA dari buah dan sel-sel epithelial mulut iii) Mengerti dan mempraktek teknik PCR dengan sempel DNA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat 17 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen IPTP Laboratorium Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (Laboratorium Terpadu Analisis Hasil

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III. (HCl), 40 gram NaOH, asam fosfat, 1M NH 4 OH, 5% asam asetat (CH 3 COOH),

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III. (HCl), 40 gram NaOH, asam fosfat, 1M NH 4 OH, 5% asam asetat (CH 3 COOH), BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu penelitian akan dilakukan selama 6 (enam) bulan. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pusat Bioamterial dan Bank Jaringan Rumah Sakit Umum

Lebih terperinci

3 Metode Penelitian Alat

3 Metode Penelitian Alat 3 Metode Penelitian 3.1. Alat Penelitian dilakukan di Laboratorium KBK Protein dan Enzim dan Laboratorium Biokimia, Program Studi Kimia ITB. Peralatan gelas yang digunakan terdiri atas labu erlenmeyer,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid LAMPIRAN 9 Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid Satu ruas tungkai udang mantis dalam etanol dipotong dan dimasukkan ke dalam tube 1,5 ml. Ruas tungkai yang telah dipotong (otot tungkai)

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Januari 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Januari 2016 di 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 - Januari 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian, dan Laboratorium Terpadu Universitas

Lebih terperinci

SUPLEMENTASI FETAL BOVINE SERUM (FBS) TERHADAP PERTUMBUHAN IN VITRO SEL FOLIKEL KAMBING PE

SUPLEMENTASI FETAL BOVINE SERUM (FBS) TERHADAP PERTUMBUHAN IN VITRO SEL FOLIKEL KAMBING PE SUPLEMENTASI FETAL BOVINE SERUM (FBS) TERHADAP PERTUMBUHAN IN VITRO SEL FOLIKEL KAMBING PE S.N Rahayu dan S. Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

UJI ALERGENITAS PROTEIN UMBI PORANG (Amorphophallus muelleri Blume.) DENGAN METODE WESTERN BLOT SKRIPSI. Oleh Aru Mahendra Wibowo NIM

UJI ALERGENITAS PROTEIN UMBI PORANG (Amorphophallus muelleri Blume.) DENGAN METODE WESTERN BLOT SKRIPSI. Oleh Aru Mahendra Wibowo NIM UJI ALERGENITAS PROTEIN UMBI PORANG (Amorphophallus muelleri Blume.) DENGAN METODE WESTERN BLOT SKRIPSI Oleh Aru Mahendra Wibowo NIM 092210101049 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2014 UJI ALERGENITAS

Lebih terperinci

PENGARUH LOGAM BERAT PB TERHADAP PROFIL PROTEIN ALGA MERAH ( (Gracillaria

PENGARUH LOGAM BERAT PB TERHADAP PROFIL PROTEIN ALGA MERAH ( (Gracillaria TUGAS AKHIR SB 1358 PENGARUH LOGAM BERAT PB TERHADAP PROFIL PROTEIN ALGA MERAH ( (Gracillaria sp.) OLEH: HENNY ANDHINI OKTAVIA (1504 100 022) DOSEN PEMBIMBING: 1. KRISTANTI INDAH.P.,S.si.,M.si 2. TUTIK

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN DARAH KERBAU LOKAL

ANALISIS PROTEIN DARAH KERBAU LOKAL ANALISIS PROTEIN DARAH KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DI WILAYAH LUMAJANG DAN BANGKALAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SDS PAGE (Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrylamide Gel Electrophoresis) SEBAGAI PENDEKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Sampel yang akan diuji kemudian dimasukkan ke dalam sumuran-sumuran cawan ELISA sesuai dengan pola yang telah ditentukan. Setiap sumuran cawan berisi sebanyak 100 μl sampel. Cawan ELISA kemudian diinkubasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

Beberapa definisi berkaitan dengan elektroforesis

Beberapa definisi berkaitan dengan elektroforesis Prof.Dr..Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL Beberapa definisi berkaitan dengan elektroforesis Elektroforesis : pergerakan partikel terdispersi secara relatif

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR) serta analisis penciri Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. tumefaciens LBA4404 yang membawa gen xyloglucanase, gen nptii, dan

BAHAN DAN METODE. tumefaciens LBA4404 yang membawa gen xyloglucanase, gen nptii, dan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium Biologi Molekuler Tanaman, Pusat Penelitian Bioteknologi - LIPI, Cibinong, mulai bulan Agustus 2006 sarnpai dengan Agustus 2007.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat 21 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, mulai Maret sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Mikrobiologi Medis, laboratorium Terpadu unit pelayanan mikrobiologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Survei dan Identifikasi Virus yang Menginfeksi Mentimun Pengambilan Sampel

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Survei dan Identifikasi Virus yang Menginfeksi Mentimun Pengambilan Sampel 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan sejak Februari 2011 sampai Agustus 2011. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Institut Pertanian Bogor di Cikabayan, Dramaga dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

Lebih terperinci

(In Vitro Quality of Filial Ongole Bovine Oocytes Collected from Ovary after Transported in Different Transportation Period) ABSTRAK

(In Vitro Quality of Filial Ongole Bovine Oocytes Collected from Ovary after Transported in Different Transportation Period) ABSTRAK ACTA VETERINARIA INDONESIANA ISSN 2337-3202, E-ISSN 2337-4373 Vol. 1, No. 1: 15-19, Januari 2013 Penelitian Kualitas Morfologi Oosit Sapi Peranakan Ongole yang Dikoleksi secara In Vitro Menggunakan Variasi

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Perlakuan Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan yang masing-masing diberi 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa perendaman dengan dosis relhp berbeda yaitu

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE)

LAMPIRAN. Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE) 51 LAMPIRAN Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE) Pewarnaan HE adalah pewarnaan standar yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai struktur umum sel dan jaringan normal serta perubahan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini viabilitas sel diperoleh dari rerata optical density (OD) MTT assay dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Viabilitas sel (%) = (OD perlakuan / OD kontrol)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian peran vitamin E (alpha tokoferol) terhadap proliferasi kultur primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 21 Mei 2015 Mengganti nomor : - Tanggal : -

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 21 Mei 2015 Mengganti nomor : - Tanggal : - Hal. 1 dari 17 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf CCRC Staf CCRC Supervisor CCRC Pimpinan CCRC Paraf Nama Sri Handayani Edy Meiyanto Tanggal 21 Mei 2015 PROTOKOL

Lebih terperinci

Uji Potensi Bakteri dan Resistensi terhadap Antibiotik

Uji Potensi Bakteri dan Resistensi terhadap Antibiotik MODUL 7 Uji Potensi Bakteri dan Resistensi terhadap Antibiotik POKOK BAHASAN : 1. Uji Resistensi Bakteri terhadap Antibiotik 2. Uji potensi bakteri sebagai penghasil enzim ekstraseluler (proteolitik, celulase,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. 4.2 Alur Penelitian Kultur Sel dari Penyimpanan Nitrogen Cair Inkubasi selama 48 jam dalam inkubator dengan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 17 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Produksi dan Karakterisasi Enzim Transglutaminase dari Streptoverticillium ladakanum dengan Media yang Disubstitusi Limbah Cair Surimi dilaksanakan

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. Gambar 19. Kurva Standar Protein

7. LAMPIRAN. Gambar 19. Kurva Standar Protein 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Kurva Standar Protein Larutan Bardfrod Commasive blue ditimbang sebanyak 0,01 gram kemudian dilarutkan ke dalam 5 ml etanol 95% dan ditambah dengan 10 ml asam fosfor. Larutan selanjutnya

Lebih terperinci

DIKTAT EMBRIOLOGI HEWAN

DIKTAT EMBRIOLOGI HEWAN DIKTAT EMBRIOLOGI HEWAN Tim Penyusun: Dr. Agung Pramana W.M., MS. Dr. Sri Rahayu, M.Kes. Dr. Ir. Sri Wahyuningsih, MS. Drs. Aris Soewondo, MS. drh. Handayu Untari drh. Herlina Pratiwi PROGRAM KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Male immunocontraception Based on Protein Membrane Sperm. Aulanni am Laboratory of Biochemistry Faculty Of Sciences BRAWIJAYA UNIVERSITY

Male immunocontraception Based on Protein Membrane Sperm. Aulanni am Laboratory of Biochemistry Faculty Of Sciences BRAWIJAYA UNIVERSITY Male immunocontraception Based on Protein Membrane Sperm Aulanni am Laboratory of Biochemistry Faculty Of Sciences BRAWIJAYA UNIVERSITY Presented, Konggres PANDI, 2009 Fertilization involves cell-cell

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 21 Mei 2015 Mengganti nomor : - Tanggal : -

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 21 Mei 2015 Mengganti nomor : - Tanggal : - Hal. 1 dari 8 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf CCRC Staf CCRC Supervisor CCRC Pimpinan CCRC Paraf Nama Sri Handayani Edy Meiyanto Tanggal 21 Mei 2015 PROTOKOL

Lebih terperinci

Peran Transforming Growth Factorβ terhadap Tingkat Kematangan dan Kejadian Apoptosis Oosit Sapi pada kultur In Vitro

Peran Transforming Growth Factorβ terhadap Tingkat Kematangan dan Kejadian Apoptosis Oosit Sapi pada kultur In Vitro ISSN : 1411-8327 Peran Transforming Growth Factorβ terhadap Tingkat Kematangan dan Kejadian Apoptosis Oosit Sapi pada kultur In Vitro THE ROLES OF TRANSFORMING GROWTH FACTOR β ON IN VITRO MATURATION AND

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sel-sel pulpa hasil subkultur dari kultur primer sel pulpa gigi sehat. Gambaran mikroskopis kultur sel primer dan subkultur sel-sel

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, Viabilitas, dan Abnormalitas Kultur Primer Sel Paru-Paru Fetus Hamster Yang Dipapar Etanol

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN DARAH KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DI WILAYAH MALANG DAN BANGKALAN SEBAGAI STUDI AWAL PENINGKATAN MUTU GENETIK

ANALISIS PROTEIN DARAH KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DI WILAYAH MALANG DAN BANGKALAN SEBAGAI STUDI AWAL PENINGKATAN MUTU GENETIK ANALISIS PROTEIN DARAH KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DI WILAYAH MALANG DAN BANGKALAN SEBAGAI STUDI AWAL PENINGKATAN MUTU GENETIK Dian Sofi Anisa, Moh. Amin, Umie Lestari Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi Pengambilan Sampel Tanaman Sakit Deteksi Virus dengan Indirect-Enzyme-Linked Immunosorbent Assay

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi Pengambilan Sampel Tanaman Sakit Deteksi Virus dengan Indirect-Enzyme-Linked Immunosorbent Assay BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, rumah kaca Kebun Percobaan

Lebih terperinci

METODE. A. Peremajaan Salmonella sp. B. Verifikasi Salmonella sp.

METODE. A. Peremajaan Salmonella sp. B. Verifikasi Salmonella sp. METODE Alur Penelitian Alur penelitian dan metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 6 tahapan, yaitu: peremajaan bakteri Salmonella sp., verifikasi bakteri Salmonella sp., isolasi fage,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

III. Bahan dan Metode

III. Bahan dan Metode III. Bahan dan Metode A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Mei-Juli 2011 yang dilakukan di LPPT UGM Yogyakarta. B. Bahan Penelitian Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga September 2012. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengembangan Teknologi Industri Agro dan Biomedika

Lebih terperinci