2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan pada bagian ini.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan pada bagian ini."

Transkripsi

1 4 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan pada bagian ini. 2.1 Klausa Subordinatif Klausa Satuan sintaksis dalam bahasa Indonesia yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah klausa. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang mengandung unsur predikasi (Alwi et al. 2003). Klausa mempunyai struktur internal, yaitu unsur predikat dengan atau tanpa subjek, objek, pelengkap, atau keterangan. Contoh klausa antara lain 1) dia cantik (subjek + predikat), 2) anak itu makan kue (subjek + predikat + objek). Pada umumnya, klausa tidak banyak berbeda dengan kalimat. Hal ini terlihat dari kesamaan struktur internalnya. Perbedaannya ada pada kelengkapan intonasi atau tanda baca akhir. Agar lebih mudah, konstruksi sintaksis tanpa intonasi atau tanda baca akhir kita sebut sebagai klausa, sedangkan konstruksi sintaksis dengan intonasi atau tanda baca akhir kita sebut sebagai kalimat. Agar beda dengan kalimat, dalam penelitian ini, perlu dibuat kesepakatan penulisan kalimat dan klausa. Berikut ini adalah contoh kalimat dan klausa. 1) Apakah sekarang ia harus mengulangi melamar Tantri? (kalimat). 2) mereka berbicara tentang politik (klausa) Klausa Subordinatif Kalimat Majemuk atau kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih (Ramlan 2001). Salah satu cara untuk menghubungkan klausa dalam sebuah kalimat majemuk adalah dengan cara subordinasi. Subordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih sehingga terbukti kalimat majemuk yang salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Dengan kata lain, kalimat majemuk yang disusun dengan cara subordinatif itu disebut kalimat majemuk bertingkat (Alwi et al. 2003). Klausa yang merupakan bagian dari

2 5 klausa lainnya dalam kalimat majemuk bertingkat disebut klausa bawahan atau klausa subordinatif atau anak kalimat (Ramlan 2001). Hubungan subordinasi dapat digambarkan sebagai berikut. Kalimat Klausa 1 Klausa 2 Gambar 1 Bagan subordinasi. Klausa 2 berkedudukan sebagai konstituen atau satuan-satuan yang membentuk konstruksi klausa 1. Klausa 2 disebut sebagai klausa subordinatif atau biasa kita kenal sebagai anak kalimat. Klausa 1, tempat dilekatkannya klausa 2, disebut klausa utama. Contoh penggabungan dua buah klausa dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat pada kalimat berikut. Dia pergi ketika saya sedang mandi. Klausa ketika saya mandi disebut klausa subordinatif atau anak kalimat, sedangkan klausa dia pergi disebut klausa utama atau induk kalimat Jenis Klausa Subordinatif 1 Klausa Adverbial Klausa adverbial merupakan klausa subordinatif yang berfungsi sebagai keterangan dalam kalimat majemuk bertingkat (Alwi et al. 2003). Konjungsi atau subordinator yang digunakan untuk menggabungkan klausa adverbial dengan klausa utama dapat dikelompokkan berdasarkan jenis klausa adverbialnya. a. Hubungan Waktu Klausa adverbial ini menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa utama. Hubungan waktu ini dibedakan menjadi :

3 6 i. Hubungan Waktu Batas Permulaan Klausa adverbial dengan hubungan waktu batas permulaan biasanya ditunjukkan dengan kata penghubung (konjungsi) sejak dan sedari. Contoh klausa adverbial dengan hubungan waktu batas permulaan ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut. (1) Sejak anak kami lahir, perangai suami saya berubah (Nardiati et al. 1996). (2) Semua usulan akan dipertimbangkan oleh pemerintah sedari peraturan itu diberlakukan (Nardiati et al. 1996). ii. Hubungan Waktu Bersamaan Klausa adverbial dengan hubungan waktu bersamaan biasanya ditunjukkan dengan kata penghubung (konjungsi) (se)waktu, ketika, seraya, serta, sambil, sementara, selagi, tatkala, dan selama (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan waktu bersamaan terdapat dalam kalimat berikut. (3) Pesawat menunjukkan tidak ada kelainan ketika mesin pesawat dipanaskan (Nardiati et al. 1996). (4) Wanita itu menyapu sambil menggendong anaknya (Nardiati et al. 1996). (5) Dia memeluk kemurungannya sementara penghuni kota berpacu dengan kesibukannya (Ramlan 2001). (6) Memang daun cemara ini tak akan habis selama pohon cemara masih berdiri di sini (Ramlan 2001). iii. Hubungan Waktu Berurutan Klausa adverbial dengan hubungan waktu berurutan biasanya ditunjukkan dengan kata penghubung (konjungsi) sebelum, setelah, sesudah, seusai, begitu, dan sehabis (Alwi et al. 2003). Menurut Ramlan (2001), kata penghubung sebelum digunakan apabila apa yang dinyatakan pada klausa utama lebih dahulu terjadi daripada apa yang dinyatakan pada anak kalimat. Apabila yang tersebut pada klausa utama terjadi lebih kemudian daripada apa yang tersebut pada anak kalimat, maka digunakan kata penghubung setelah, sesudah, dan sehabis. Menurut Nardiati et al. (1996), konjungsi begitu menyatakan hubungan makna waktu dimana klausa anak menyatakan tindakan yang dilakukan setelah

4 7 melaksanakan tindakan yang disebutkan oleh klausa induknya. Konjungsi setelah, sesudah, seusai, begitu, dan sehabis adalah semakna. Contoh klausa adverbial dengan hubungan waktu berurutan ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut. (7) Sebelum ayahku meninggal, aku telah menanam tiga batang pohon kelapa (Ramlan 2001). (8) Irlandia terlempar setelah tampil di babak delapan besar (Nardiati et al. 1996). (9) Suatu suara terdengar dari pintu begitu nyanyian selesai (Ramlan 2001). iv. Hubungan Waktu Batas Akhir Klausa adverbial dengan hubungan waktu batas akhir biasanya ditunjukkan dengan kata penghubung (konjungsi) sampai dan hingga (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan waktu batas akhir ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut. (10) Ia belajar sampai lonceng berdentang di pagi hari (Nardiati et al. 1996). b. Hubungan Syarat Klausa adverbial ini menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebut dalam klausa utama. Kata penghubung (konjungsi) yang biasa dipakai adalah jika(lau), kalau, asal(kan), (apa)bila, dan bilamana (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan syarat ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut. (11) Jikalau aku dapat lulus dari SMA, aku akan melanjutkan pelajaranku ke fakultas Sastra (Ramlan 2001). c. Hubungan Pengandaian Klausa adverbial ini menyatakan andaian terlaksananya apa yang dinyatakan klausa utama. Kata penghubung (konjungsi) yang lazim dipakai adalah seandainya, andaikata, andaikan, sekiranya, jangan-jangan, dan kalau-kalau (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan pengandaian ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut. (12) Sekiranya ia seorang dokter, tentu akan dapat menolongnya (Ramlan 2001).

5 8 d. Hubungan Tujuan Klausa adverbial ini menyatakan suatu tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa utama. Kata penghubung (konjungsi) yang biasa dipakai adalah agar, supaya, untuk, dan biar (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan tujuan ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut. (13) Dokter itu memberi isyarat agar Anton mengikutinya (Ramlan 2001). e. Hubungan Konsesif Klausa adverbial ini mengandung pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Kata penghubung (konjungsi) yang biasa dipakai adalah walau(pun), meski(pun), sekalipun, biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun), sekalipun, dan biarpun (Alwi et al. 2003). Konjungsi tersebut juga termasuk golongan kata penghubung yang menyatakan hubungan makna perlawanan (Ramlan 2001). Selain itu, konjungsi betapapun, siapa pun, ke mana pun, dan apa pun dapat dipakai pula sebagai penghubung konsesif (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan konsesif ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut. (14) Kendati sudah di atas angin, Brasil tidak mau mengendorkan serbuannya (Nardiati et al. 1996). f. Hubungan Pembandingan atau Kemiripan Konjungsi dalam klausa adverbial ini menyatakan pembandingan, kemiripan, atau preferensi antara apa yang dinyatakan pada klausa utama dengan apa yang dinyatakan pada klausa adverbial. Konjungsi yang biasa dipakai adalah seperti, bagaikan, laksana, ibarat, sebagaimana, daripada, dan alih-alih (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan pembandingan ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut. (15) Kamandanu meniupkan Aji Puyuhnya laksana topan yang dahsyat menumbangkan pepohonan (Nardiati et al. 1996).

6 9 g. Hubungan Penyebaban Klausa adverbial ini menyatakan sebab atau alasan terjadinya apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi (subordinator) yang biasa dipakai adalah sebab, karena, akibat, dan oleh karena (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan penyebaban ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut. (16) Percakapan-percakapan hadirin kadang-kadang tidak kutangkap oleh karena pikiranku tidak ada di sana (Ramlan 2001). h. Hubungan Hasil Klausa adverbial ini menyatakan hasil atau akibat dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Hubungan hasil ini biasanya dinyatakan dengan memakai subordinator sehingga, sampai(-sampai), dan maka (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan hasil ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut. (17) Bangunan rumah itu besar dan megah sehingga biaya perawatannya cukup banyak (Nardiati et al. 1996). i. Hubungan Cara Klausa adverbial ini menyatakan cara pelaksanaan dari apa yang dinyatakan oleh klausa utama. Subordinator (konjungsi) yang sering dipakai adalah dengan dan tanpa (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan cara ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut. (18) Faisal duduk di hadapannya dengan tangan kanannya dalam saku piyama (Ramlan 2001). j. Hubungan Alat Klausa adverbial ini menyatakan alat yang dinyatakan oleh klausa utama. Subordinator (konjungsi) yang sering dipakai sama dengan yang dipakai untuk hubungan cara, yakni dengan dan tanpa (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan alat ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut.

7 10 (19) Mereka membersihkan Monas tanpa memakai peralatan modern (Alwi et al. 2003). 2 Klausa Nominal Klausa subordinatif disebut sebagai klausa nominal jika klausa subordinatif ini menduduki fungsi yang biasa diduduki oleh nomina (Alwi et al. 2003). Hubungan antara klausa nominal dan klausa utama juga biasa disebut hubungan komplementasi, artinya klausa nominal ini melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama atau oleh nomina subjek. Contoh klausa nominal ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut. (20) Rudini mengatakan bahwa lulusan IPDN mendapat pangkat golongan IIb dalam jajaran PNS (Nardiati et al. 1996). Pembentukan kalimat majemuk bertingkat (20) di atas digambarkan dalam bagan sebagai berikut. Klausa utama Rudini S mengatakan P sesuatu O bahwa konj lulusan IPDN S mendapat P pangkat golongan IIb Gambar 2 Bagan pembentukan klausa nominal pada kalimat (20). O dalam jajaran PNS Ket 3 Klausa Relatif Klausa perluasan dengan konjungsi yang yang disematkan dalam klausa utama disebut sebagai klausa relatif dan berfungsi sebagai keterangan bagi sintaksis (S, P, O, atau Ket) tertentu. Biasanya konjungsi yang merupakan penanda adanya hubungan subordinatif atributif. Ada dua macam hubungan atributif, yaitu hubungan atributif restriktif dan hubungan atributif takrestriktif (Alwi et al. 2003). Berikut ini adalah contoh klausa relatif dengan hubungan atributif restriktif dan takrestriktif.

8 11 (21) Istri saya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin. (22) Istri saya, yang tinggal di Bogor, meninggal kemarin. Klausa relatif pada kalimat (21) tidak diapit tanda koma, sedangkan klausa relatif pada kalimat (22) diapit tanda koma. Makna kedua kalimat itupun berbeda. Klausa relatif pada kalimat (21) merupakan bagian tak terpisahkan dari frasa istri saya, sehingga klausa tersebut merupakan klausa relatif dengan hubungan atributif restriktif dan kalimat (21) menyiratkan bahwa si pembicara mempunyai lebih dari satu istri dan yang meninggal adalah istri yang ada di Bogor. Klausa relatif pada kalimat (22) hanya memberikan sekadar tambahan informasi pada frasa istri saya, sehingga klausa tersebut merupakan klausa relatif dengan hubungan atributif takrestriktif dan kalimat (22) menyiratkan bahwa istrinya hanya satu. 4 Klausa Perbandingan Kalimat majemuk bertingkat dapat pula terbentuk bila dua klausa diperbandingkan, satu dinyatakan pada klausa utama dan satunya lagi dinyatakan pada klausa subordinatif atau anak kalimat. Anak kalimat ini disebut sebagai klausa perbandingan. Ada dua macam hubungan pada klausa perbandingan, yaitu hubungan ekuatif dan hubungan komparatif (Alwi et al. 2003). a. Hubungan Ekuatif Hubungan ekuatif muncul bila hal atau unsur pada klausa perbandingan dan klausa utama yang diperbandingkan sama tarafnya. Bentuk yang digunakan adalah sama... dengan atau bentuk se.... Contoh klausa perbandingan ekuatif ada dalam kalimat berikut. (23) Kapitalisme sama berbahayanya dengan komunisme (Alwi et al. 2003). b. Hubungan Komparatif Hubungan komparatif muncul bila hal atau unsur pada klausa perbandingan dan klausa utama yang diperbandingkan berbeda tarafnya. Bentuk yang digunakan adalah lebih... dari(pada) atau kurang... dari(pada). Contoh klausa perbandingan komparatif ada dalam kalimat berikut.

9 12 (24) Mereka lebih suka memiliki uang daripada menyimpan barang (Ramlan 2001). 2.2 Pelesapan Pelesapan atau elipsis adalah penghilangan unsur tertentu dari satu kalimat atau teks (Alwi et al. 2003). Contoh pelesapan pada klausa subordinatif dan klausa utama terdapat dalam kalimat berikut. (25) Saat membintangi sebuah film di Hollywood 35 tahun yang lalu, Nancy Reagan mulai menjalin cinta (Nardiati et al. 1996). Kalimat (25) merupakan kalimat yang klausa subordinatifnya sudah dilesapkan. Unsur yang dilesapkan adalah unsur yang menduduki fungsi subjek yaitu Nancy Reagan. Bentuk utuh kalimat (25) adalah sebagai berikut. (26) Saat Nancy Reagan membintangi sebuah film di Hollywood 35 tahun yang lalu, Nancy Reagan mulai menjalin cinta. 2.3 Fungsi Sintaksis Unsur-Unsur Klausa Fungsi merupakan suatu tempat dalam struktur kalimat dengan unsur pengisi berupa bentuk bahasa yang tergolong dalam kategori tertentu dan mempunyai peran semantis tertentu pula (Alwi et al. 2003). 1 Fungsi Predikat (P) Predikat merupakan konstituen pokok. Predikat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival. Predikat pada klausa yang berpola S P berupa frasa nominal, frasa numeral, frasa preposisional, frasa verbal atau frasa adjektival. Contohnya adalah sebagai berikut. (27) Ayahnya guru bahasa Inggris. (28) Adiknya dua. (29) Ibu sedang ke pasar. (30) Dia sedang tidur. (31) Gadis itu cantik sekali.

10 13 2 Fungsi Subjek (S) Subjek merupakan fungsi terpenting kedua setelah predikat (Alwi et al. 2003). Umumnya, subjek berupa kata benda dan frasa nominal seperti tampak pada contoh berikut. (32) Harimau binatang liar. Subjek sering juga berupa frasa verbal seperti tampak pada contoh berikut. (33) Membangun gedung bertingkat mahal sekali. 3 Fungsi Objek (O) Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif (Alwi et al. 2003). Objek biasanya berupa kata benda atau frasa nominal. Jika objek tergolong kata benda atau frasa nominal tak bernyawa, atau person ketiga tunggal, nomina objek dapat diganti dengan pronominal nya, dan jika berupa pronominal aku atau kamu, bentuk ku dan mu dapat digunakan. Contohnya adalah sebagai berikut. (34) Adi mengunjunginya. 4 Fungsi Pelengkap (Pel) Orang sering mencampuradukkan pengertian objek dan pelengkap. Hal itu dapat dimengerti karena antara kedua konsep itu memang terdapat kemiripan. Menurut Alwi et al. (2003) persamaan dan perbedaan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri ciri berikut. Tabel 1 Ciri-ciri yang membedakan objek dan pelengkap Objek Pelengkap Berwujud frasa nominal Berwujud frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa preposisional Berada langsung di belakang predikat Berada langsung di belakang predikat jika tak ada objek dan di belakang objek kalau unsur ini hadir. Dapat diganti dengan pronominal nya. Tidak dapat diganti dengan nya kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari, dan akan.

11 14 5 Fungsi Keterangan Fungsi keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Konstituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, atau frasa adverbial. Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam keterangan. Berikut ini didaftarkan beberapa jenis keterangan yang lazim dikenal dalam tata bahasa. Tabel 2 Jenis keterangan beserta preposisi yang mendahuluinya Jenis Keterangan Preposisi Contoh Tempat di ke dari di (dalam) pada di kamar, di kota ke Medan dari Manado, dari sawah di (dalam) rumah pada saya, pada permukaan Waktu - pada dalam sesebelum sesudah selama sepanjang sekarang, kemarin pada pukul 5 dalam dua hari ini setiba di rumah sebelum pukul 12 sesudah pukul 10 selama 2 minggu sepanjang tahun Alat dengan dengan gunting, dengan mobil Tujuan agar/supaya untuk bagi demi agar/supaya kamu pintar untuk kemerdekaan bagi masa depanmu demi kekasihnya Cara dengan secara dengan cara dengan jalan dengan diam-diam secara hati-hati dengan cara damai dengan jalan berunding Penyerta dengan dengan adiknya

12 15 bersama beserta Perbandingan/ seperti Kemiripan bagaikan laksana Sebab karena sebab Sumber: Alwi et al. (2003) bersama orang tuanya beserta saudaranya seperti angin bagaikan seorang dewi laksana bintang di langit karena perempuan itu sebab kecerobohannya 2.4 Knowledge Graph Teori KG merupakan sebuah pendekatan baru yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan bahasa manusia yang lebih terfokus pada aspek semantik daripada aspek sintatik. Keuntungan menggunakan KG adalah lebih bisa menggambarkan dan mengekspresikan aspek semantik lebih dalam, menggunakan relasi yang minimum, dapat meniru pengamatan manusia, dan sebagainya. Pendekatan ini merupakan jalan baru untuk penelitian pemahaman komputer terhadap bahasa manusia. KG terdiri atas concept (token, type, dan name) dan relationship (Zhang 2002). 1 Concept Token adalah suatu node pada KG yang ditandai dengan, yang menyatakan suatu pengalaman pada dunia nyata atau konsep yang ada pada dunia kita. Faktanya, pengamatan seseorang atas suatu hal menandakan ada hal seperti itu pada dunia kita. Oleh karena itu, dalam KG segala sesuatu akan berkorespondensi dengan token. Type menyatakan concept umum yang ditentukan oleh himpunan atribut yang melekat padanya (James 1992). Contohnya buah, binatang, dan sebagainya. Name adalah suatu yang bersifat individual dan unik (van den Berg 1993). Contohnya Yani adalah sebuah name dari seorang perempuan.

13 16 2 Relationships Menurut Zhang (2002) serta Nurdiati dan Hoede (2009), ontologi word graph terdiri atas token (yang direpresentasikan dengan node), sembilan macam relasi biner, dan empat macam relasi n-ary atau disebut juga relasi frame. Kesembilan relasi biner tersebut adalah Equality (EQU), Subset relationships (SUB), Alikeness (ALI), Disparateness (DIS), Causality (CAU), Ordering (ORD), Attribution (PAR), Information dependency (SKO) dan Ontology Focus (F), sedangkan keempat relasi frame adalah Focusing on a situation (FPAR), Negation of a situation (NEGPAR), Possibility of a situation (POSPAR), dan Necessity of a situation (NECPAR). Berikut ini adalah penjelasan kesembilan macam relasi biner. a) Relasi Alikeness (ALI) Relasi ALI digunakan untuk menghubungkan token dengan type, tujuannya untuk mengekspresikan bahwa token tersebut mempunyai type tertentu. ALI Gambar 3 Relasi ALI. b) Relasi Causality (CAU) Relasi ini menyatakan hubungan di antara penyebab dan akibat, atau sesuatu hal yang memengaruhi hal lainnya. CAU Gambar 4 Relasi CAU. c) Relasi Equality (EQU) Relasi ini menyatakan penamaan concept melalui arc dari label menuju concept. Relasi ini juga dapat digunakan untuk memberi nilai pada sesuatu hal, contohnya merah pada pemberian nilai warna. Pada relasi simetris, misalnya relasi kesamaan pada teori himpunan, kita gunakan relasi EQU simetris untuk menggabungkan himpunan A dan himpunan B. Relasi EQU simetris juga dapat digunakan untuk menunjukkan dua buah konsep yang sama.

14 17 EQU EQU Relasi EQU Relasi EQU simetris Gambar 5 Relasi EQU. d) Relasi Subset (SUB) Jika ada dua token yang berturut-turut menyatakan dua buah himpunan, dan yang satu merupakan himpunan bagian dari yang lain, maka terdapat relasi SUB di antara dua token tersebut. Jika a SUB b, maka terdapat dua penafsiran yang berbeda. 1) Concept a adalah bagian dari concept b. Contohnya, ekor SUB kucing. Ini menyatakan bahwa ekor kucing dapat dianggap sebagai bagian dari kucing karena molekul dari ekor membentuk suatu himpunan bagian dari molekul dari kucing. 2) Concept a lebih umum daripada concept b. Oleh karena itu, concept b berisi sedikitnya semua karakteristik dari concept a. Contohnya, mamalia SUB kucing. Ini menyatakan bahwa kucing adalah jenis dari mamalia. SUB Gambar 6 Relasi SUB. e) Relasi Disparateness (DIS) Relasi DIS membandingkan dua konsep yang tidak sama. DIS Gambar 7 Relasi DIS. f) Relasi Ordering (ORD) Relasi ORD menyatakan bahwa dua hal mempunyai urutan tertentu satu sama lain. Relasi ini selain digunakan untuk menunjukkan urutan waktu dan tempat, juga dapat digunakan untuk menyatakan relasi < pada matematika. Ketika menggunakan relasi ORD, tanda panah ORD biasanya mengarah dari token yang mempunyai nilai concept rendah menuju token dengan nilai concept tinggi.

15 18 ORD Gambar 8 Relasi ORD. g) Relasi Attribution (PAR) Relasi PAR menyatakan bahwa sesuatu hal merupakan atribut (sifat) dari hal lainnya. Representasi grafiknya, relasi ini dari concept atribut menuju entity concept. PAR Gambar 9 Relasi PAR. h) Relasi Information dependency (SKO) Sebuah token pada KG menerima relasi SKO dari token lainnya jika token tersebut informasinya bergantung pada token lainnya. Misalnya y bergantung pada x digambarkan grafnya sebagai berikut. x SKO y Gambar 10 Relasi SKO. i) Ontology Focus (F) Ontology F digunakan untuk menunjukkan fokus dari suatu graf (Nurdiati and Hoede 2009). Fokus digambarkan dengan pemberian tanda tertentu berupa arsiran atau warna hitam pada token. Penggunaan ontologi ini, misalnya graf ulat memakan daun dengan fokus terletak pada token ulat dapat dinyatakan sebagai berikut. memakan ALI ulat ALI CAU CAU ALI daun ALI makan Gambar 11 Contoh penggunaan ontology F pada suatu token.

16 19 Berikut ini adalah penjelasan mengenai keempat frame relationships. Misalkan suatu graf merepresentasikan pernyataan p : hari ini hujan yang dinyatakan dengan frame (Gambar 12 a). Negasi dari p dengan graf yang sama diberi frame relasi NEGPAR (NEG), menjadi pernyataan hari ini tidak hujan (Gambar 12 b). Possibility dari p dinyatakan dengan graf yang sama dan diberi frame relasi POSPAR (POS) menjadi pernyataan mungkin hari ini hujan (Gambar 12 c). Necessity dari p dinyatakan dengan graf yang sama dan diberi frame relasi NECPAR (NEC) menjadi pernyataan seharusnya hari ini hujan (Gambar 12 d). NEG POS NEC p p p p (a) (b) (c) (d) Gambar 12 Contoh penggunaan empat buah frame relationships. 2.5 Logic Word Logika simbolik diawali oleh ahli matematika dan telah diaplikasikan pada banyak cabang ilmu pengetahuan. Pierce telah memberikan representasi grafik untuk logika simbolik. Misalnya p, q, dan r adalah proposisi pada logika simbolik, maka grafik simbol dari p, q, dan r adalah sebagai berikut. Tabel 3 Grafik logika simbolik Grafik simbolik p q r Standar Logika Simbolik p q r p q r ( p q r ) p q r ( ( p q r )) Ket: p, q, dan r adalah proposisi (Zhang 2002). Berikut ini adalah representasi bahasa logika ke dalam bentuk frame, seperti bahasa logika and, or, dan if... then (Zhang 2002).

17 20 AND Gambar 13 Frame bahasa logika and. NEG NEG NEG Gambar 14 Frame bahasa logika or. NEG AND NEG Gambar 15 Frame bahasa logika if... then. 2.6 Klausa Bentuk Aktif dan Pasif dalam Knowledge Graph Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya (dari sudut pandang sintaks) berkedudukan sebagai penerima aksi atau dikenai pekerjaan (dari sudut pandang semantik) (Rusiyamti 2008). Dengan demikian, sebaliknya pada kalimat aktif subjeknya berkedudukan sebagai yang melakukan aksi atau yang melakukan pekerjaan. Begitu juga klausa bentuk pasif dan klausa bentuk aktif, keduanya satu pengertian dengan kalimat pasif dan kalimat aktif, karena pada intinya klausa dan kalimat merupakan satu satuan sintaksis yang minimal terdiri atas subjek dan predikat. Contoh klausa aktif dan pasif terdapat dalam kalimat berikut. (35) Ali makan pisang ketika Nenek pergi. (36) Pisang dimakan Ali ketika Nenek pergi. Klausa pada kalimat (35) yaitu Ali makan pisang, merupakan klausa aktif, sedangkan klausa pada kalimat (36) yaitu pisang dimakan Ali, merupakan klausa pasif. Knowledge graph lebih banyak memperhatikan aspek semantik daripada aspek sintaksis, sehingga perlu dibuat kesepakatan bahwa klausa aktif dan pasif pada knowledge graph mengacu pada sudut pandang semantik. Subjek (S)

18 21 merupakan pelaku kejadian atau pekerjaan sedangkan objek (O) merupakan penerima aksi atau yang dikenai pekerjaan, baik pada klausa aktif maupun pasif. Klausa Ali makan pisang dan pisang dimakan Ali, keduanya mempunyai subjek Ali, karena Ali merupakan pelaku kejadian, predikatnya (P) adalah makan atau dimakan dalam klausa pasif, sedangkan objeknya adalah pisang, karena pisang merupakan penerima aksi makan. Berdasarkan paper Nurdiati dan Hoede (2009), kedua klausa tersebut bisa direpresentasikan fungsi sintaksnya ke dalam sebuah graf sebagai berikut. S ALI CAU CAU ALI O ALI Gambar 16 Graf klausa aktif atau graf klausa pasif. P

II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Kata Keterangan Batasan dan Ciri Kata Keterangan Kata Keterangan dari Segi Bentuknya

II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Kata Keterangan Batasan dan Ciri Kata Keterangan Kata Keterangan dari Segi Bentuknya II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa penjelasan yang akan digunakan pada babbab selanjutnya. 2. 1 Kata Keterangan 2.1.1 Batasan dan Ciri Kata Keterangan Menurut tatarannya kata keterangan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kata Benda Batasan dan Ciri Kata Benda yang + kata sifat Kata Benda Dasar

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kata Benda Batasan dan Ciri Kata Benda yang + kata sifat Kata Benda Dasar 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Ada dua masalah yang menjadi tinjauan dalam menganalisis pembentukan kata benda pada bahasa Indonesia menggunakan teori knowledge graph. Pertama, masalah aturan pembentukan kata benda

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN II TINJAUAN PUSTAKA I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cara termudah untuk mendapatkan informasi dari sebuah teks adalah dengan meringkasnya, karena membaca sebuah ringkasan tidak memerlukan waktu lama, dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa penjelasan yang akan digunakan pada bab-bab selanjutnya. 1. Kelas Kata Semantik (Yunani : semanein = berarti, bermaksud; semanticos = makna) adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Berkembangnya teknologi komputer semakin menarik minat para insan ilmiah untuk berkreasi dan berkarya. Berbagai penelitian yang dilakukan telah melahirkan metode atau teknologi

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WORD GRAPH PREPOSISI BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH

PEMBENTUKAN WORD GRAPH PREPOSISI BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH PEMBENTUKAN W GRAPH PREPOSISI BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH Wulan Anggraeni Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Teknik, Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indraprasta

Lebih terperinci

2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Concept Relations

2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Concept Relations 2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Knowledge graph adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis teks dan merepresentasikannya ke dalam bentuk graf (Zhang dan Hoede 2000). Menurut Zhang

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN POLA GRAF PADA KALIMAT BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH YASIN YUSUF

ANALISIS PEMBENTUKAN POLA GRAF PADA KALIMAT BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH YASIN YUSUF i ANSIS PEMBENTUKAN POLA GRAF PADA KMAT BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH YASIN YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

KONSTRUKSI ATURAN PENGGABUNGAN DUA GRAF KALIMAT (The Construction of a Rule to Combine Two Sentence Graphs)

KONSTRUKSI ATURAN PENGGABUNGAN DUA GRAF KALIMAT (The Construction of a Rule to Combine Two Sentence Graphs) SNGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 1 Edisi Juni 2014 (16 25) KONSTRUKSI ATURAN PENGGABUNGAN DUA GRAF KMAT (The Construction of a Rule to Combine Two Sentence Graphs) Ayu Amanah, Sri

Lebih terperinci

ANALISIS TEKS BERBAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH RUSIYAMTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

ANALISIS TEKS BERBAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH RUSIYAMTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 i ANSIS TEKS BERBAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH RUSIYAMTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH RUSIANA SAMBA

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH RUSIANA SAMBA ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH RUSIANA SAMBA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH FRASA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH ZIKRI SULISTIAWAN

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH FRASA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH ZIKRI SULISTIAWAN ANSIS PEMBENTUKAN W GRAPH FRASA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH ZIKRI SULISTIAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT ANSIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PEMBENTUKAN WORD GRAPH UNTUK TEKS BERBAHASA INDONESIA

PENGEMBANGAN SISTEM PEMBENTUKAN WORD GRAPH UNTUK TEKS BERBAHASA INDONESIA PENGEMBANGAN SISTEM PEMBENTUKAN WORD GRAPH UNTUK TEKS BERBAHASA INDONESIA Sri Nurdiati, Deni Romadoni Department Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini sa mentakan bahwa tesis Analisis Pembentukan Word Graph Preposisi Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Knowledge Graph adalah kar sa dengan arahan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH RUSIANA SAMBA

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH RUSIANA SAMBA ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH RUSIANA SAMBA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

KONSTRUKSI POLA GRAF KLAUSA BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH ARDIAN AWALUDDIN

KONSTRUKSI POLA GRAF KLAUSA BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH ARDIAN AWALUDDIN KONSTRUKSI OLA GRAF KLAUSA BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAH ARDIAN AWALUDDIN SEKOLAH ASCASARJANA INSTITUT ERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu FUNGSI ETERANGAN DALAM ALIMAT MAJEMU BERTINGAT DALAM OMPAS MINGGU TRULI ANJAR YANTI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH ANSIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya dengan disertai data-data yang akurat serta kepustakaan yang lengkap sebagai buku acuan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE KNOWLEDGE GRAPH DAN METODE CONCEPTUAL GRAPH SEBAGAI TEKNIK REPRESENTASI TEKS BERBAHASA INDONESIA KUNEDI

PERBANDINGAN METODE KNOWLEDGE GRAPH DAN METODE CONCEPTUAL GRAPH SEBAGAI TEKNIK REPRESENTASI TEKS BERBAHASA INDONESIA KUNEDI PERBANDINGAN METODE KNOWLEDGE GRAPH DAN METODE CONCEPTUAL GRAPH SEBAGAI TEKNIK REPRESENTASI TEKS BERBAHASA INDONESIA KUNEDI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PEMBENTUKAN WORD GRAPH UNTUK TEKS BERBAHASA INDONESIA DENI ROMADONI

PENGEMBANGAN SISTEM PEMBENTUKAN WORD GRAPH UNTUK TEKS BERBAHASA INDONESIA DENI ROMADONI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBENTUKAN WORD GRAPH UNTUK TEKS BERBAHASA INDONESIA DENI ROMADONI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KONJUNGSI DAN PREPOSISI

KONJUNGSI DAN PREPOSISI KONJUNGSI DAN PREPOSISI BAYU DWI NURWICAKSONO, M.PD. MATA KULIAH BAHASA INDONESIA LITERASI PROGRAM STUDI PENERBITAN POLITEKNIK NEGERI MEDIA KREATIF 2017 Definisi Konjungsi kata hubung Kata yang bertugas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan

Lebih terperinci

Unsur-unsur Pengait Paragraf 1. KONJUNGSI 2. KATA GANTI

Unsur-unsur Pengait Paragraf 1. KONJUNGSI 2. KATA GANTI Unsur-unsur Pengait Paragraf 1. KONJUNGSI 2. KATA GANTI Definisi Konjungsi kata hubung Kata yang bertugas menghubungkan atau menyambungkan ide atau pikiran yang ada dalam sebuah kalimat dengan ide atau

Lebih terperinci

PENAMBAHAN MODUL PEMBENTUKAN KAMUS WORD GRAPH KATA BENDA PADA SISTEM APLIKASI BOGORDELFTCONSTRUCT ARIFA DESFAMITA

PENAMBAHAN MODUL PEMBENTUKAN KAMUS WORD GRAPH KATA BENDA PADA SISTEM APLIKASI BOGORDELFTCONSTRUCT ARIFA DESFAMITA PENAMBAHAN MODUL PEMBENTUKAN KAMUS WORD GRAPH KATA BENDA PADA SISTEM APLIKASI BOGORDELFTCONSTRUCT ARIFA DESFAMITA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. 1. KALIMAT 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. Perbedaan kalimat dan klausa Klausa : gabungan kata yang

Lebih terperinci

KONSTRUKSI POLA WORD GRAPH FRASA KATA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH MAHMUDA

KONSTRUKSI POLA WORD GRAPH FRASA KATA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH MAHMUDA KONSTRUKSI POLA WORD GRAPH FRASA KATA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH MAHMUDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Analisis Kalimat Majemuk Setara Rubrik Super Soccer pada Koran Satelite Post karya Haryanto mahasiswa PBSI Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu 1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial

Lebih terperinci

Oleh Ratna Novita Punggeti

Oleh Ratna Novita Punggeti KALIMAT DLM BI Oleh Ratna Novita Punggeti STRUKTUR KALIMAT 1. SUBJEK Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku/masalah. Menjawab pertanyaan: siapa, apa. Biasanya berupa kata benda/frasa (kongkret/abstrak)

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH AKHMAD MUSLIK

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH AKHMAD MUSLIK ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH AKHMAD MUSLIK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS Oleh Suci Sundusiah 1. Klausa sebagai Pembentuk Kalimat Majemuk Dalam kajian struktur bahasa Indonesia, kumpulan dua kluasa

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini dijelaskan beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini dijelaskan beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini dijelaskan beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya. 2.1 Kata Kerja Kelas kata dalam bahasa Indonesia yang akan

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

PENAMBAHAN MODUL PEMBANGKITAN WORD GRAPH PREPOSISI PADA APLIKASI BOGOR_DELFT_CONSTRUCT ANDY JULIADI

PENAMBAHAN MODUL PEMBANGKITAN WORD GRAPH PREPOSISI PADA APLIKASI BOGOR_DELFT_CONSTRUCT ANDY JULIADI PENAMBAHAN MODUL PEMBANGKITAN WORD GRAPH PREPOSISI PADA APLIKASI BOGOR_DELFT_CONSTRUCT ANDY JULIADI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH AKHMAD MUSLIK

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH AKHMAD MUSLIK ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH AKHMAD MUSLIK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENDAHULUAN Metode KG merupakan suatu metode barn dalarn bidang ilmu NLP. Penelitian tentang metode ini diawali oleh para peneliti yang berbasis di Universitas Twente dan Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAKSI TEKS BERBAHASA INDONESIA MENGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH DIMAS FEBRIATMOKO

ABSTRAKSI TEKS BERBAHASA INDONESIA MENGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH DIMAS FEBRIATMOKO ABSTRAKSI TEKS BERBAHASA INDONESIA MENGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH DIMAS FEBRIATMOKO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK DIMAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kata Berikut ini adalah pendapat dari para ahli bahasa mengenai konsep kata. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.1. Ayah pergi ke bandung,paman datang dari medan, Ibu menyambutnya dengan ramah.

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.1. Ayah pergi ke bandung,paman datang dari medan, Ibu menyambutnya dengan ramah. 1. 1. Ayah pergi ke Bandung 2. Paman datang dari Medan 3. Ibu menyambutnya dengan ramah Hasil penggabungan tiga kalimat tersebut yang Tepat adalah... SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan

Lebih terperinci

bahasa indonesia Kelas X TEKS LAPORAN K-13 Semester 1 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Kurikulum 2013

bahasa indonesia Kelas X TEKS LAPORAN K-13 Semester 1 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Kurikulum 2013 K-13 Kelas X bahasa indonesia TEKS LAPORAN Semester 1 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Kurikulum 2013 Standar Kompetensi 1. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan

Lebih terperinci

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan FRASA Pengertian Satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. Satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, seperti S, P, O, Pel, KET.

Lebih terperinci

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Konjungsi yang Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro moejid70@gmail.com Abstract Conjunctions are derived from the basic + affixes, broadly grouped into two, namely the coordinative

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h BAHAN AJAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA (FRASA) 4 SKS Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok

Lebih terperinci

LINGUA. Abstrak. InfoArtikel. Abstract. Sejarah Artikel :

LINGUA. Abstrak. InfoArtikel. Abstract. Sejarah Artikel : Lingua X (1)(2014) LINGUA http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lingua FAKULTA BAHAA DAN ENI UNIVERITA NEGERI EMARANG ANI EMBENTUKAN OLA GRAF ADA KMAT BAHAA INDONEIA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAH

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL SINTAKSIS

PEMBAHASAN SOAL SINTAKSIS PEMHSN SOL SINTKSIS 1. Perbedaan Frase dengan Kata Majemuk Frasa adalah frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan dan menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat (subjek,

Lebih terperinci

ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016

ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016 ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016 Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh RIZKI SETYO WIDODO 1201040076 PROGRAM

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata

Lebih terperinci

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian

Lebih terperinci

TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI

TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI 1. Pengertian Verba 2. Verba Dasar 3. Verba Turunan 4. Verba Majemuk VERBA . Pengertian Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun,

BAB 1 PENDAHULUAN. Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun, pemerian mengenai klausa tidak ada yang sempurna. Satu sama lain pemerian klausa saling melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penggabungan klausa koordinatif maupun subordinatif bahasa Indonesia sering mengakibatkan adanya dua unsur yang sama atau pengulangan unsur dalam sebuah

Lebih terperinci

REPRESENTASI WORD GRAPH FRASA KETERANGAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN XML CIPTA WIRASWASTA

REPRESENTASI WORD GRAPH FRASA KETERANGAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN XML CIPTA WIRASWASTA REPRESENTASI WORD GRAPH FRASA KETERANGAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN XML CIPTA WIRASWASTA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 REPRESENTASI

Lebih terperinci

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA )

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S.Pd. M.Pd. Disusun oleh : Kelompok

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Kehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri.

Kehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri. A. PERLUASAN KALIMAT TUNGGAL 1. Keterangan Kehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri. Contoh : Ziona sedang menguji cinta Putra. Walaupun

Lebih terperinci

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT?

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT? KALIMAT? Kalimat merupakan bentuk bahasa atau wacana yang digunakan sebagai sarana untuk menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar dapat dikomunikasikan kepada orang lain (Mustakim, 1994). Kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menurut Harimurti Kridalaksana (Sumarlam,2009: 11), wacana merupakan satuan bahasa terlengkap: dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi

Lebih terperinci

PENAMBAHAN REPRESENTASI WORD GRAPH MENGGUNAKAN XML UNTUK FRASA PREPOSISIONAL DALAM BAHASA INDONESIA RESTI SINTYA ERVINA

PENAMBAHAN REPRESENTASI WORD GRAPH MENGGUNAKAN XML UNTUK FRASA PREPOSISIONAL DALAM BAHASA INDONESIA RESTI SINTYA ERVINA PENAMBAHAN REPRESENTASI WORD GRAPH MENGGUNAKAN XML UNTUK FRASA PREPOSISIONAL DALAM BAHASA INDONESIA RESTI SINTYA ERVINA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA

NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA Suhandano Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Tulisan ini membahas bagaimana nomina ditata dalam sistem tata bahasa Indonesia. Pembahasan dilakukan

Lebih terperinci

5 Universitas Indonesia

5 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu penjelasan tentang teori Lexical Functional Grammar (subbab 2.1) dan penjelasan tentang struktur kalimat dalam bahasa Indonesia (subbab

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Struktur Frasa Keterangan Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatannya. Frasa dibentuk dari

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, atau lebih namun

LANDASAN TEORI. Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, atau lebih namun 7 II. LANDASAN TEORI 2.1 Kalimat Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, atau lebih namun yang menentukan satuan kalimat bukannya banyakanya kata yang menjadi unsurnya, melainkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Pola Hubungan Peran Semantik dalam Kalimat Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kalimat Tunggal Bahasa jawa Siswa SLTP 2 Maos Cilacap (suatu Tinjauan Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis).

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kalimat Tunggal Bahasa jawa Siswa SLTP 2 Maos Cilacap (suatu Tinjauan Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis). 24 BAB II LANDASAN TEORI E. Penelitian yang Relevan 1. Kalimat Tunggal Bahasa jawa Siswa SLTP 2 Maos Cilacap (suatu Tinjauan Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis). Dari judul diketahui bahwa perbedaan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pengujian aturan pembentukan graf struktur klausa subordinatif bahasa Indonesia

Lampiran 1 Pengujian aturan pembentukan graf struktur klausa subordinatif bahasa Indonesia LAMIRAN 124 125 Lampiran 1 engujian aturan pembentukan graf struktur klausa bahasa Indonesia 1. Input : Jika Andi Malarangeng mau mundur dari jabatan Menpora, ia mau mundur dari jabatan Ketua Umum I (Wahono

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

RELASI FINAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA

RELASI FINAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA RELASI FINAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia. Sumpah ini membuktikan bahwa berbangsa satu, bertanah

Lebih terperinci

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2 SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2 1. (1).Aku sudah selesai belajar. (2).Besok aku siap pulang (3).Karena ingin mendapat nilai yang baik,aku lebih Lama belajar dan lebih

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence

Lebih terperinci

Perhatikan kalimat di bawah ini!

Perhatikan kalimat di bawah ini! KLAUSA Perhatikan kalimat di bawah ini! 1) Kamu harus menjadi orang pintar, harus tetap bersemangat, rajin belajar supaya disayang keluarga. 2) Akan belajar. (Jawaban atas pertanyaan Kamu akan apa?) 3)

Lebih terperinci

10 Jenis Kata Menurut Aristoteles

10 Jenis Kata Menurut Aristoteles Nomina (Kata Benda) 10 Jenis Kata Menurut Aristoteles Nomina adalah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak. Contohnya, kata rumah adalah nomina

Lebih terperinci

FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis)

FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis) FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis) Diyah Permana (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak Kajian tentang Frasa Nominal dalam

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. yang dapat menampilkan intisari suatu pengetahuan secara otomatis. 1.2 Tujuan Penelitian

II TINJAUAN PUSTAKA. yang dapat menampilkan intisari suatu pengetahuan secara otomatis. 1.2 Tujuan Penelitian Dalam karya ilmiah ini, batasan objek pengetahuan adalah stres pada mahasiswa. Objek ini dipilih dengan alasan bahwa mahasiswa merupakan salah satu sumber daya manusia yang penting. Apabila seorang mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KNOWLEDGE GRAPH DAN CONCEPTUAL GRAPH SEBAGAI METODE REPRESENTASI TEKS MUHAMMAD SYAHRUL ANWAR

PERBANDINGAN KNOWLEDGE GRAPH DAN CONCEPTUAL GRAPH SEBAGAI METODE REPRESENTASI TEKS MUHAMMAD SYAHRUL ANWAR PERBANDINGAN KNOWLEDGE GRAPH DAN CONCEPTUAL GRAPH SEBAGAI METODE REPRESENTASI TEKS MUHAMMAD SYAHRUL ANWAR DETEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke BAB IV SIMPULAN Dan sebagai konjungsi menduduki dua kategori sekaligus yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Posisi konjungsi dan berada di luar elemen-elemen bahasa yang dihubungkan.

Lebih terperinci