FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU"

Transkripsi

1 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu FUNGSI ETERANGAN DALAM ALIMAT MAJEMU BERTINGAT DALAM OMPAS MINGGU TRULI ANJAR YANTI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas eguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas atolik Widya Mandala Madiun ABSTRACT This study analysis the functions of adverbs in compound sentences in ompas Minggu. Compound sentence is a combination of two or more sentences which the position and relation are equal or unequal. This researrch is qualitative research becouse it describes the data in the from ompas Minggu from April to June 03. Based on the result of the study the type of main clause-subordinate clause consists of patterns, they are as follows () S-P-Adv, () S-P-O-Adv, (3) S-P- Pel-Adv, (4) S-P-O-Pel-Adv, (5) S-P-Adv-Adv, (6) S-P-O-Adv-Adv, (7) S-P- Comp-Adv-Adv, (8) S-Adv-P-Adv, (9) P-S-Adv, (0) P-Adv-S-Adv, () P-Adv, dan() P-S-Comp-Adv. Furthemore, subordinate clause-main clause consists of patterns, they are () Adv-S-P, () Adv-S-P-O, (3) Adv-S-P-Comp, (4) Adv-S- P-O-Comp,(5) Adv-S-P-Comp, (6) Adv-S-Adv-P, (7) Adv-S-P-O-Adv, (8) Adv- P, (9) Adv-P-S, (0) Adv-P-S-Comp, dan () Adv-P-O. Function of adverbs in subordinate clauses there are 7 patterns they are as follows () Conj-S-P, () Conj-P, (3) Conj-P-O, (4) Conj-P-S, (5) Conj-P-Adv, (6) Conj-S-P-O, (7) Conj-S-P-Adv, (8) Conj-P-Comp, (9) Conj-S-P-Comp, (0) Conj-S-P-O-Adv, () Conj-P-O-Adv, () Conj-S-Adv-P, dan (3) Conj-S- Comp. While the types of adverb used in compound sentences are of types namely () adverb of time, () adverb of purpose, (3) adverb of effect, (4) adverb of couse, (6) adverb of manner, (7) adverb of condition, (7) adverb of exception, (8) adverb of means, (9) adverb of comparison, (0) adverb of result, () certainty, and () adverb of modifier. ey words : compound sentence, sentence pattern, and function of adverb as subordinate clause. Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 0

2 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu ABSTRA Penelitian ini menganalisis fungsi keterangan dalam kalimat majemuk bertingkat dalam ompas Minggu. alimat majemuk beringkat adalah gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal yang sifat hubungan atau kedudukannya masing-masing tidak setara atau sederajat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena mendeskripsikan data berupa kalimat bertingkat. Sumber data ompas Minggu dari April sampai dengan Juni 03. Berdasarkan hasil penelitian tipe klausa utama klausa bawahan terdiri atas pola, yaitu () S-P-, () S-P-O-, (3) S-P-Pel-, (4) S-P-O-Pel-, (5) S-P-- (6) S-P-O--, (7) S-P-Pel--, (8) S--P-, (9) P-S-, (0) P--S-, () P-, dan() P-S-Pel-. Selanjutnya tipe klausa bawahan klausa utaama terdiri atas pola, yaitu () -S-P, () -S-P-O, (3) -S-P-Pel, (4) -S-P-O-Pel,(5) - S-P-, (6) -S--P, (7) -S-P-O-, (8) -P, (9) -P-S, (0) -P-S-Pel, dan () -P-O. Fungsi keterangan sebagai klausa bawahan ada 7 pola, yaitu () onj-s-p, () onj-p, (3) onj-p-o, (4) onj-p-s, (5) onj-p-, (6) onj-s-p-o, (7) onj- S-P-, (8) onj-p-pel, (9) onj-s-p-pel, (0) onj-s-p-o-, () onj-p-o-, () onj-s--p, dan (3) onj-s-pel Terdapat jenis keterangan dalam kalimat majemuk bertingkat, yaitu () keterangan waktu, () keterangan tujuan, (3) keterangan akibat, (4) keterangan sebab, (5) keterangan cara, (6) keterangan syarat, (7) keterangan perkecualian, (8) keterangan alat, (9) keterangan perbandingan, (0) keterangan hasil, () keterangan kesungguhan, dan () keterangan penerang. ata kunci: kalimat majemuk bertingkat, pola kalimat, dan fungsi keterangan sebagi klausa bawahan. A. Pendahuluan. Latar Belakang Bahasa adalah salah satu komponen yang paling penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan untuk keperluan komunikasi antara sesama manusia. Dengan bahasa kita dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan serta dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kemauannya kepada orang lain. Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 03

3 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu Berdasarkan sarananya, bahasa dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis adalah bahasa yang ditulis atau dicetak, misalnya berupa suatu wacana, sedangkan bahasa lisan adalah bahasa yang diucapkan atau dituturkan, misalnya berupa pidato atau percakapan (Ramlan, 993: ). usno (985: 5) mengungkapkan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang di dalamnya mengandung pola kalimat lebih dari satu, yang merupakan hasil gabungan dari beberapa kalimat, yang memungkinkan terjadinya pola baru di dalamnya. Berdasarkan sifat hubungan pola-pola kalimat, kalimat majemuk dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu () kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang sifat hubungan masing-masing kalimat pembentuknya setara atau sederajat, () kalimat majemuk bertingkat adalah gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal yang sifat hubungan atau kedudukannya masing-masing tidak setara atau sederajat, dan (3) kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk yang sekurang-kurangnya memiliki tiga pola kalimat. Dalam buku Tata Bahasa Indonesia untuk SMA, eraf (984: 6) mengungkapkan bahwa kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajat. Salah satu pola (atau lebih) menduduki fungsi tertentu dari pola lain. Bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat, sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat. Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 04

4 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu Surat kabar berfungsi sebagai media pemberi informasi yang akurat dan penggunakan kalimat majemuk bertingkat sebagai upaya mencapai fungsinya. Selain itu surat kabar menjadikan kalimat majemuk bertingkat sebagai peranan penting dalam merangkai informasi. Penelitian ini menggunakan ompas Minggu karena pada ompas Minggu berita yang digunakan berupa berita kisah dan ringan. Selain itu terdapat penggunaan kalimat majemuk dibandingkan dengan berita harian yang lebih banyak berita langsung. alimat majemuk bertingkat memiliki perluasan salah satu fungsi kalimatnya, yaitu fungsi keterangan. Fungsi keterangan dalam kalimat majemuk bertingkat ini terdapat banyak jenisnya. arena alasan itulah maka dilakukan penelitian tentang Fungsi eterangan Dalam alimat Majemuk Bertingkat Dalam ompas Minggu.. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana analisis fungsi, pola fungsi keterangan, dan jenis keterangan yang terdapat dalam kalimat majemuk bertingkat dalam ompas Minggu? 3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui analisis fungsi, pola fungsi keterangan, dan jenis keterangan yang terdapat dalam kalimat majemuk bertingkat dalam ompas Minggu. Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 05

5 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu B. ajian Pustaka. Pengertian alimat alimat (sentences) merupakan konstruksi gramatikal yang terdiri dari satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu dan dapat berdiri sendiri sebagai satu kesatuan (ridalaksana, 98: 7).. Jenis alimat Alwi, (998: 336) dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia menyebutkan jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas () kalimat tunggal dan () kalimat majemuk. a. alimat Tunggal alimat tunggal adalah kalimat yang proposinya satu dan karena itu predikatnya pun satu (Alwi, 998: 338). Dalam kalimat tunggal terdapat semua unsur inti, tetapi dapat pula dilengkapi dengan unsur tambahan seperti objek, keterangan tempat, waktu, dan alat (Moeliono, 988: 68). b. alimat Majemuk alimat majemuk adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan arti (eraf, 984: 4). Sugono berpendapat bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua kalimat dasar atau lebih serta struktur kalimat yang di dalamnya terdapat beberapa kalimat dasar (997: 4). Selanjutnya Chaer (003: 43) dan Ramlan (98: 5) mengemukakan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. emudian Alwi (998: 40) menyatakan kalimat majemuk adalah kalimat yang Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 06

6 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu terdiri atas lebih dari satu proposisi sehingga mempunyai paling tidak dua predikat yang tidak dapat dijadikan suatu kesatuan. ) alimat Majemuk Setara alimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama, setara, atau sederajat (Chaer, 003: 43). Menurut Ramlan (98: 8) kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa yang hubungannya setara dan merupakan klausa inti semua. Sedangkan menurut Alwi (998: 40) kalimat majemuk setara adalah kalimat yang hubungan antara klausa yang satu dengan klausa yang lain dalam satu kalimat itu menyatakan hubungan koordinatif. ) alimat Majemuk Bertingkat alimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti utama atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat itu, misalnya keterangan, subjek, atau objek (Sugono, 997: 5-53). Chaer mengungkapkan bahwa kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang hubungan antarklausa-klausanya tidak setara atau sederajat. lausa yang satu merupakan klausa atasan dan klausa yang lain merupakan klausa bawahan. edua klausa itu biasanya dihubungkan dengan konjungsi subordinatif seperti kalau, ketika, meskipun, dan karena (003: 44). Ciri-ciri kalimat majemuk bertingkat antara lain: a) alimat yang digunakan merupakan gabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang kedudukannya berbeda. Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 07

7 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu b) Terdapat unsur klausa utama dan klausa bawahan. c) Terdapat beberapa konjungsi yang digunakan. d) Gabungan itu membentuk pertalian makna. alimat majemuk bertingkat dapat dikelompokkan menjadi delapan belas jenis antara lain: () kalimat majemuk bertingkat menyatakan waktu, () kalimat majemuk bertingkat menyatakan perbandingan, (3) kalimat majemuk bertingkat menyatakan sebab, (4) kalimat majemuk bertingkat menyatakan akibat, (5) kalimat majemuk bertingkat menyatakan syarat, (6) kalimat majemuk bertingkat menyatakan pengandaian, (7) kalimat majemuk bertingkat menyatakan tujuan atau harapan, (8) kalimat majemuk bertingkat menyatakan penerang, (9) kalimat majemuk bertingkat menyatakan isi, (0) kalimat majemuk bertingkat menyatakan cara, () kalimat majemuk bertingkat menyatakan perkecualian, () kalimat majemuk bertingkat menyatakan kegunaan, (3) kalimat majemuk bertingkat menyatakan kesungguhan, (4) kalimat majemuk bertingkat menyatakan hasil, (5) kalimat majemuk bertingkat menyatakan alat. 3. Unsur Fungsional alimat Unsur fungsional dalam kalimat terdiri atas Subjek, Presikat, Objek, Pelengkap, dan keterangan. Sugono (997: 36-73) dalam bukunya Berbahasa Indonesia dengan Benar menerangkan bahwa: a. Subjek dalam pengenalan ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan ini bukan semata-mata untuk menganalisis/menguraikan kalimat atau unsur-unsurnya itu, melainkan untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata bahasa karena kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Berikut dikemukakan beberapa ciri unsur kalimat tersebut. Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 08

8 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu Sugono (997: 37) mengungkapkan bahwa subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat yang berada di samping unsur predikat. Dengan mengenali subjek kita dapat mengenali kalimat-kalimat yang gramatikal dan kalimat tidak gramatikal. Berikut ciri ciri penanda subjek: ) Jawaban atas pertanyaan Apa atau Siapa. Contoh: ) Disertai kata itu. Contoh: 3) Didahului kata bahwa. Contoh 4) Mempunyai keterangan pewatas yang. Contoh: 5) Tidak didahului preposisi. Contoh: 6) Berupa nomina atau frasa nomina. Contoh: b. Predikat Sugono (997: 48) mengungkapkan bahwa predikat merupakan unsur utama suatu kalimat dan merupakan unsur klausa yang selalu ada dan merupakan pusat klausa karena memiliki hubungan dengan unsur-unsur lainnya, yaitu Subjek, Objek, Pelengkap, dan eterangan. Ciri-ciri predikat adalah sebagai berikut: ) Jawaban atas pertanyaan Mengapa atau Bagaimana. Contoh: ) ata adalah atau ialah yang digunakan jika Subjek kalimat berupa unsur yang panjang. Contoh: 3) Dapat diingkarkan artinya ditandai dengan kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Contoh: 4) Dapat disertai kata-kata aspek dan modalitas. Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektifa dapat disertai kata-kata telah, sudah, belum, akan, dan sedang. Biasanya kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Contoh: Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 09

9 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu 3. Objek Alwi, dkk (998: 38) mengungkapkan bahwa objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh Predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu langsung setelah Predikatnya. Sugono (997: 63-65) dalam bukunya yang berjudul Berbahasa Indonesia dengan Benar menyebutkan ciri-ciri Objek sebagai berikut: ) Langsung di belakang predikat. Dalam hal ini, jelas menunjukkan bahwa objek tidak mempunyai kebebasan tempat, selalu menempati posisi di belakang predikat, baik pada urutan dasar maupun variasi. ) Dapat menjadi subjek kalimat pasif. 3) Tidak didahului preposisi artinya objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat itu tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi. d. Pelengkap Orang sering mencampuradukkan pengertian Objek dan Pelengkap, yang juga dinamakan komplemen. Baik Objek maupun Pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya sering menduduki tempat yang sama, yaitu di belakang verba (Moeliono, dkk, 988: 63). 4. eterangan Menurut Sugono (997: 73) keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat. Misalnya saja memberikan informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. eterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau klausa bawahan. eterangan Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 0

10 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, misalnya: di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. eterangan yang berupa klausa bawahan ditandai dengan kata penghubung, misalnya ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Ciri-ciri keterangan adalah sebagai berikut: a. Bukan unsur utama artinya kehadiran keterangan dalam kalimat tidak wajib. Sehingga tanpa keterangan pun kalimat tersebut masih gramatikal asalkan syarat utamanya terpenuhi, yaitu adanya unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. b. Tidak terikat posisi D. Fungsi eterangan eterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. eterangan dapat berada di akhir, di tengah, dan bahkan di awal kalimat. Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka. onstituen keterangan dapat berupa kata, frasa nominal, frasa preposional. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Alwi (998: 33) mengungkapkan beberapa jenis keterangan yang lazim dikenal dalam tata bahasa dalam bentuk daftar sebagai berikut. Tabel Jenis eterangan Jenis eterangan Preposisi/Penghubung Contoh. Tempat di ke dari (di) dalam Pada di kamar, di kota ke Medan, ke rumahnya dari Manado, dari sawah (di) dalam rumah Pada saya Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun

11 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu. Waktu - Pada Dalam Se- Sebelum Sesudah Selama Sepanjang Sekarang, kemarin Pada hari ini Dalam minggu ini Setiba di rumah Sebelum pukul duabelas Sesudah makan Selama dua minggu Sepanjang hari 3. Alat Dengan Dengan (memakai) 4. Tujuan Agar/supaya Untuk Bagi Demi 5. Cara Dengan Secara Dengan cara Dengan jalan 6. Penyertaan Dengan Bersama Beserta 7. Perbandingan/ kemiripan Seperti Bagaikan Laksana gunting, dengan mobil Agar/supaya kamu pintar Untuk kemerdekaan Bagi masa depanmu Demi kekasihmu Dengan diam-diam Secara hati-hati Dengan cara damai Dengan cara berunding Dengan adiknya Bersama orang tuanya Beserta saudaranya Seperti angin Bagaikan seorang dewi Laksana bintang di langit 8. Sebab arena arena perempuan itu Sebab Sebab kecerobhannya 9. esalingan - Saling (mencintai) emudian Ramlan (98: 98) mengungkapkan bahwa dari pengamatan yang dilakukan terhadap makna atau fungsi yang dinyatakan oleh keterangan diperoleh makna-makna sebagai berikut: a. eterangan menyatakan makna tempat b. eterangan menyatakan makna waktu c. eterangan menyatakan makna cara d. eterangan menyatakan makna sebab e. eterangan yang menyatakan makna tujuan Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun

12 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu f. eterangan menyatakan makna perbandingan g. eterangan yang menyatakan makna perkecualian h. eterangan yang menyatakan makna akibat i. eterangan yang menyatakan makna syarat j. eterangan yang menyatakan makna perlawanan 5. Jenis eterangan Menurut Sugono (997: 63-70) keterangan dibedakan berdasarkan peranannya di dalam kalimat. Ada keterangan yang menyatakan waktu, sebab, akibat, syarat, tujuan, cara, pewatas, perbandingan, penerang, konsetif dan pengganti nomina. (a) eterangan Waktu, (b) eterangan Perbandingan, (c) eterangan Sebab (d) eterangan Akibat (onsekutif), (e) eterangan Syarat, (f) eterangan Pengandaian, (g) eterangan Tujuan (final), (h) eterangan Penerang, (i) eterangan Penjelas Isi, (j) eterangan cara, (k) eterangan Perkecualian, (l) eterangan egunaan, (m) eterangan esungguhan, (n) eterangan Hasil, (o) eterangan Alat (b) Pola kalimat dalam alimat Majemuk Bertingkat Rustiati, (996: 48) menerangkan bahwa dalam kalimat majemuk bertingkat mempunyai tipe yang sama dengan kalimat mayor. Perbedaannya pada kalimat majemuk bertingkat terdapat pada salah satu fungsinya. Dalam penelitian ada empat tipe atau pola dalam kalimat majemuk bertingkat. () Tipe S P S- P - et Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 3

13 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu O () Tipe S - P S - P - (3) Tipe S P Pel S - P - O (4) Tipe S P O Pel S- P C. Metode Penelitian. Bentuk Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan masalah dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif.. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tentang Fungsi eterangan pada alimat Majemuk dalam ompas Minggu ini dilakukan di perpustakaan Unika Widya Mandala Madiun dan di rumah. Pengambilan tempat ini semata-mata berdasarkan atas pertimbangan praktis dalam melaksanakan penelitian ini. Pelaksanaan penelitian mulai April 03 sampai dengan selesainya penyusunan skripsi ini. 3. Data dan Sumber data Dalam penelitian ini berupa data tertulis yaitu kalimat majemuk bertingkat dengan data yang dipergunakan berjumlah 5 kalimat. Sumber data penelitian ini adalah kalimat majemuk bertingkat yang terdapat dalam ompas edisi Minggu April sampai dengan Juni 03. Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 4

14 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu 4. Instrumen Penelitian Arikunto (989: ) berpendapat bahwa instrumen adalah alat pengumpulan data. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti sendiri yang berlaku sebagai instrumen. Sebagai instrumen, peneliti menjaring data-data tentang kalimat majemuk bertingkat dalam ompas Minggu dan menganalisisnya. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data digunakan teknik simak tidak libat cakap yang dilanjutkan dengan teknik catat. 6. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data, ada empat hal yang dilakukan oleh peneliti yaitu: a. Menganalisis kalimat majemuk bertingkat berdasarkan fungsi yang berupa Subjek, Predikat, Objek, Pelengkap, dan eterangan. b. Menganalisis fungsi keterangan dalam kalimat majemuk bertingkat sebagai anak kalimat. c. Menganalisis jenis keterangan yang terdapat dalam kalimat majemuk bertingkat. d. Menarik kesimpulan. D. Hasil Analisis dan Pembahasan. lausa Utama Mendahului lausa Bawahan Terdapat 83 data dalam tipe dapat dilihat dalam tabel Tabel Tipe U-B No Tipe Pola Jumlah Data Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 5

15 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu 3 S P S P O S P Pel S P onj - P - S S P onj - S - P S P onj - S - P - S P onj - P S P onj - P - O S P onj - P - Pel S P onj - S - P - O S P onj - S - P - Pel S P O onj - S - P - S P O onj - P - Pel S P O onj - S - P S P O onj - P S P O onj - P - O S P Pel onj - S - P - S P Pel onj - S - - P S P Pel onj - P - S P Pel onj - S - P - O - S P Pel onj - S - P - O S P Pel onj - S - P Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 6

16 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu S P S P onj - P S P onj - P - S P onj - P - O S P onj -S - P S P O S P O onj - P - O - Pel S P O onj - P S P O onj - P - O S P Pel S P Pel onj - S - P S P S P onj - S - P - S P - O S P - O S - P P S P S onj - P - Pel P S onj - P - P S onj - S - P P Pel P Pel onj - P - O P P onj - S - P P S - Pel P S - Pel onj -S - P Jumlah Data 83. lausa Bawahan Mendahului lausa Utama Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 7

17 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu Terdapat 3 data dalam tipe dapat di lihat dalam tabel 3. Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 8

18 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu Tabel 3Tipe B-U NO POLA JENIS JUMLAH DATA S P S P onj S P S P onj S P - O S P onj P - Pel S P - O S P onj P - O S P - O onj - P - S P - O onj - S - P 3 S P - O onj - P - Pel S P - O onj - P 3 S P - Pel S P - O onj - S - P - O S P - Pel onj - P - S S P - Pel onj - S - P Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 9

19 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu 4 S P - O - Pel 5 S P - 6 S P 7 S P - O - 8 P 9 P - S S P - O - Pel konj - P S P - O - Pel onj - P - S S P - onj - S - P S P - onj - S - P - S P - onj - P S P - onj - P - O - S P onj S P Pel S P onj -S - P S P onj - P - S P - O - onj - S - P S P - O - onj - P - O P onj - S - P P - S onj - P - Pel Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 0

20 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu 0 P - S - Pel P - O P - S - Pel onj - P - Pel P - O onj - P Jumlah Data 3 3. Pola eterangan sebagai lausa Bawahan Pola keterangan sebagai anak kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat mempunyai 3 tipe, diantaranya sebagai berikut. Tabel 4 Tipe eterangan NO TIPE JUMLAH DATA 36 onj -S - P 8 onj - P 3 8 onj - P - O 4 6 onj - P - S 5 7 onj - P - et 6 6 onj -S - P - O 7 8 onj - S - P - et 8 9 onj - P - Pel 9 onj - S - P - Pel 0 onj -S - P - O - et Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun

21 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu onj - P - O - et onj - S - et - P 3 onj - S - Pel Jumlah Data 5 4. Jenis eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat Jenis keterangan dalam kalimat majemuk bertingkat dalam ompas Minggu ada jenis, diantaranya sebagai berikut. Tabel 5 Jenis eterangan No Jenis eterangan Jumlah Data eterangan Waktu 36 eterangan Tujuan 4 3 eterangan Akibat 4 4 eterangan Sebab 3 5 eterangan Cara 6 eterangan Syarat 7 eterangan Perkecualian 4 8 eterangan Alat 4 9 eterangan Perbandingan 4 0 eterangan Hasil eterangan esungguhan eterangan Penerang Jumlah Data 5 E. esimpulan dan Saran. esimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan yang berhubungan dengan penelitian mengenai Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas. Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun

22 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu a. alimat majemuk bertingkat terdiri atas tipe yaitu tipe klausa utama klausa bawahan dan tipe klausa bawahan klausa utama. Tipe klausa utama klausa bawahan ada pola dan tipe klausa bawahan klausa utama ada pola. b. Tipe klausa utama klausa bawahan terdiri atas pola, yaitu () S-P-, () S- P-O-, (3) S-P-Pel-, (4) S-P-O-Pel-, (5) S-P-- (6) S-P-O--, (7) S-P- Pel--, (8) S--P-, (9) P-S-, (0) P--S-, () P-, dan() P-S-Pel-. Selanjutnya tipe klausa bawahan klausa utaama terdiri atas pola, yaitu () -S-P, () -S-P-O, (3) -S-P-Pel, (4) -S-P-O-Pel, (5) -S-P-, (6) -S-- P, (7) -S-P-O-, (8) -P, (9) -P-S, (0) -P-S-Pel, dan () -P-O. c. Fungsi keterangan sebagai klausa bawahan ada 3 pola, yaitu () onj-s-p, () onj-p, (3) onj-p-o, (4) onj-p-s, (5) onj-p-, (6) onj-s-p-o, (7) onj-s-p-, (8) onj-p-pel, (9) onj-s-p-pel, (0) onj-s-p-o-, () onj- P-O-, () onj-s--p, (3) onj-s-pel. d. Terdapat jenis keterangan yang terdapat dalam kalimat majemuk bertingkat, yaitu () eterangan waktu, dengan menggunakan konjungsi ketika, setelah, dan saat, () keterangan tujuan, dengan menggunakan konjungsi agar dan untuk, (3) keterangan akibat, dengan menggunakan konjungsi akibat, karena, dan sehingga, (4) keterangan sebab, dengan menggunakan konjungsi karena dan sebab, (5) keterangan cara, dengan menggunakan konjungsi cara, (6) keterangan syarat, dengan menggunakan konjungsi jika dan kalau, (7) keterangan perkecualian, dengan menggunakan konjungsi selain, (8) keterangan alat, dengan menggunakan konjungsi dengan, (9) keterangan perbandingan, konjungsi yang digunakan seperti dan bagai, (0) keterangan Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 3

23 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu hasil, dengan menggunakan konjungsi sehingga dan hingga, () keterangan kesungguhan, dengan menggunakan konjungsi meskipun, () keterangan penerang, dengan menggunakan konjungsi yang. B. Saran Pada akhir penelitian ini dikemukakan saran-saran sebagai berikut. a. Bagi para guru bahasa Dalam mengajarkan S-P-O-Pel- dalam kalimat majemuk bertingkat guru disarankan menggunakan contoh kalimat yang memiliki unsur fungsi yang lengkap sehingga dapat diterapkan dalam analisis kalimat secara nyata, seperti analisis dalam penelitian ini. b. Bagi peneliti lain Disarankan agar dapat melakukan penelitian lebih lengkap, bisa mengembangkan lebih dari penelitian ini. c. Bagi pembaca Pembaca disarankan dapat memahami fungsi keterangan dalam kalimat majemuk bertingkat karena dalam penelitian ini sudah dirinci dan dianalisis secara lengkap dan terperinci sehingga mudah dipahami dan dimengerti. Selain itu pembaca dapat menangkap informasi atau pesan yang disampaikan penulis atau narasumber secara tepat dan cepat F. Daftar Pustaka Alwi, Hasan, dkk Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara. Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 4

24 Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu Chaer, Abdul Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. eraf, Gorys Tata Bahasa Indonesia untuk SMA. Ende, Flores: Nusa Indah. ridalaksana, Harimurti. 98. amus Linguistik. Jakarta: Gramedia. usno, B. S Pengantar Tata Bahasa Indonesia. Bandung: CV Rosda. Moeliono, Anton M. dkk Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ramlan, M Paragraf: Alur Pikiran dan epaduannya dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset. Rustiati Tipe dan Pola alimat dalam Bahasa Indonesia. Madiun: Universitas atolik Widya Mandala Madiun. Sugono, Dendy Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Educatio Vitae, Vol. /Tahun/04 FIP-Universitas atolik Widya Mandala Madiun 5

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE Pelesapan Fungsi. (Satya Dwi) 128 PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE Oleh: Satya Dwi Nur Rahmanto,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

(Simple and Compound Sentence Variation in Car Advertising Discourse in Kedaulatan Rakyat)

(Simple and Compound Sentence Variation in Car Advertising Discourse in Kedaulatan Rakyat) VARIASI ALIMAT TUNGGAL DAN MAJEMU DALAM WACANA ILAN MOBIL DI EDAULATAN RAYAT (Simple and Compound Sentence Variation in Car Advertising Discourse in edaulatan Rakyat) Aji Prasetyo Balai Bahasa Daerah Istimewa

Lebih terperinci

TOTOBUANG Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 Halaman 13 25

TOTOBUANG Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 Halaman 13 25 TOTOBUANG Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 Halaman 13 25 VARIASI ALIMAT TUNGGAL DAN MAJEMU DALAM WACANA ILAN MOBIL DI EDAULATAN RAYAT (Simple and Compound Sentence Variation in Car Advertising Discourse in

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence

Lebih terperinci

PERFORMA BAHASA INDONESIA DARI SEGI PENGGUNAAN STRUKTUR KALIMAT BUPATI DI SUMATERA BARAT DALAM YOUTUBE

PERFORMA BAHASA INDONESIA DARI SEGI PENGGUNAAN STRUKTUR KALIMAT BUPATI DI SUMATERA BARAT DALAM YOUTUBE PERFORMA BAHASA INDONESIA DARI SEGI PENGGUNAAN STRUTUR ALIMAT BUPATI DI SUMATERA BARAT DALAM YOUTUBE Feni Alvionita 1, Ermanto 2, Agustina 3 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP oleh: Eliza Ratna Asih Wulandari Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016

ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016 ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016 Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh RIZKI SETYO WIDODO 1201040076 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Astri Saraswati, Martono, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI

KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI p-issn 2086-6356 e-issn 2614-3674 Vol. 8, No. 2, September 2017, Hal. 59-63 KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI Rahmad Hidayat 1,

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik.

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik. PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik Abstract The language change could occur at all levels, both phonology,

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat adalah gabungan dari beberapa kata yang dapat berdiri sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu maksud dari pembicara. Secara tertulis,

Lebih terperinci

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF Kalimat Tanya Peserta (Dewi Restiani) 1 KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF INTERROGATIVE SENTENCE OF SMART GENIUS TUTORING CENTER S STUDENTS

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory),

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar atau tabloid adalah lembaran-lembaran kertas yang tertuliskan berita (Alwi, 2007: 1109). Berita sendiri dapat diartikan sebagai laporan tercepat

Lebih terperinci

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI Fitri Rahmawati Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR oleh Nunung Sitaresmi Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian jenis kalimat bahasa Indonesia dalam buku teks Sekolah

Lebih terperinci

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penggabungan klausa koordinatif maupun subordinatif bahasa Indonesia sering mengakibatkan adanya dua unsur yang sama atau pengulangan unsur dalam sebuah

Lebih terperinci

HUBUNGAN SEMANTIS ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA KUMPULAN CERPEN BERJUANG DI TANAH RANTAU KARYA A. FUADI, DKK.

HUBUNGAN SEMANTIS ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA KUMPULAN CERPEN BERJUANG DI TANAH RANTAU KARYA A. FUADI, DKK. Hubungan semantis antarklausa (Siti Maghfirotun M) 85 HUBUNGAN SEMANTIS ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA KUMPULAN CERPEN BERJUANG DI TANAH RANTAU KARYA A. FUADI, DKK. THE INTER-CLAUSE SEMANTIC RELATION

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA SURAT PEMBACA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH SKRIPSI

ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA SURAT PEMBACA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH SKRIPSI ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA SURAT PEMBACA DI HARIAN KOMPAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH SKRIPSI Disusun Oleh : ADE NURUL ROSYIDA 0801055004 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia. Sumpah ini membuktikan bahwa berbangsa satu, bertanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Konjungsi yang Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro moejid70@gmail.com Abstract Conjunctions are derived from the basic + affixes, broadly grouped into two, namely the coordinative

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana pembelajaran yang dapat diperoleh baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pendidikan yang utama diperoleh melalui sebuah lembaga

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT DALAM KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 15 KERINCI

KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT DALAM KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 15 KERINCI KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT DALAM KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 15 KERINCI Oleh: Reri Oktarina 1, Erizal Gani 2, Emidar 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas

Lebih terperinci

KONSTRUKSI KALIMAT DALAM KARANGAN MAHASISWA TRANSFER KREDIT YUNNAN MINZU UNIVERSITY (YMU) DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA ARTIKEL E-JOURNAL

KONSTRUKSI KALIMAT DALAM KARANGAN MAHASISWA TRANSFER KREDIT YUNNAN MINZU UNIVERSITY (YMU) DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA ARTIKEL E-JOURNAL KONSTRUKSI KALIMAT DALAM KARANGAN MAHASISWA TRANSFER KREDIT YUNNAN MINZU UNIVERSITY (YMU) DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis)

FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis) FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis) Diyah Permana (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak Kajian tentang Frasa Nominal dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS KESALAHAN KEBAHASAAN PADA HASIL KARANGAN SISWA KELAS X SMK TAMTAMA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menurut Harimurti Kridalaksana (Sumarlam,2009: 11), wacana merupakan satuan bahasa terlengkap: dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.) Pada Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

SUBORDINATOR RELASI TEMPORAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT

SUBORDINATOR RELASI TEMPORAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT SUBORDINATOR RELASI TEMPORAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT Andi Haris Prabawa PBSID-FKIP-UMS JL. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos I Surakarta 57102 Email: andi hp @ums.ac.id ABSTRACT The study describes

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KONJUNGSI DALAM WACANA DESKRIPSI SISWA KELAS V SD NEGERI 51 BANDA ACEH. RahmiArianti, Adnan, M.Yamin.

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KONJUNGSI DALAM WACANA DESKRIPSI SISWA KELAS V SD NEGERI 51 BANDA ACEH. RahmiArianti, Adnan, M.Yamin. KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KONJUNGSI DALAM WACANA DESKRIPSI SISWA KELAS V SD NEGERI 51 BANDA ACEH RahmiArianti, Adnan, M.Yamin Rahmiarianti24@gmail.com ABSTRAK Pengajaran konjungsi diperlukan oleh siswa guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat Matakuliah Tahun : 2010 : Bahasa Indonesia dalam Psikologi Kalimat Pertemuan 04 Tujuan 1. Menjelaskan pengertian dan ciri-ciri kalimat. 2. Menggunakan kata dan frasa sebagai pembentuk kalimat, 3. Memahami

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi) Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2 SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2 1. (1).Aku sudah selesai belajar. (2).Besok aku siap pulang (3).Karena ingin mendapat nilai yang baik,aku lebih Lama belajar dan lebih

Lebih terperinci

THE CORRELATIVE CONJUNGTION IN HEADLINES OF PEKANBARU TRIBUN NEWSPAPER

THE CORRELATIVE CONJUNGTION IN HEADLINES OF PEKANBARU TRIBUN NEWSPAPER 1 THE CORRELATIVE CONJUNGTION IN HEADLINES OF PEKANBARU TRIBUN NEWSPAPER Mintari J. E. Sirait 1, Charlina 2, Mangatur Sinaga 3 mintarisirait74@gamil.com, charlinahadi@yahoo.com, mangatur.sinaga83162@gmail.com.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI DAN TANDA BACA DALAM TEKS LHO PADA SISWA SMA KELAS X

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI DAN TANDA BACA DALAM TEKS LHO PADA SISWA SMA KELAS X P ISSN 2614-624X E ISSN 2614-6231 DOI: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i2p%25p.128 ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI DAN TANDA BACA DALAM TEKS LHO PADA SISWA SMA KELAS X Bella Novita 1, Endri Luki Pauji 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai pedoman hidup. Anwar, dkk. (2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya ilmiah merupakan salah satu bentuk wacana tulis yang dilakukan berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang dihasilkan oleh seseorang

Lebih terperinci

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang Oleh: Murliaty 1, Erizal Gani 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

KONJUNGSI ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN

KONJUNGSI ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN KONJUNGSI ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi.di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Kesalahan penggunaan struktur frasa dalam karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG Mutoharoh Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

PELESAPAN UNSUR KALIMAT RAGAM BAHASA TULIS PADA BUKU HARIAN SISWA KELAS VII A2 SMP N 4 SINGARAJA oleh Pande Putu Sona Putra, NIM Jurusan

PELESAPAN UNSUR KALIMAT RAGAM BAHASA TULIS PADA BUKU HARIAN SISWA KELAS VII A2 SMP N 4 SINGARAJA oleh Pande Putu Sona Putra, NIM Jurusan PELESAPAN UNSUR KALIMAT RAGAM BAHASA TULIS PADA BUKU HARIAN SISWA KELAS VII A2 SMP N 4 SINGARAJA oleh Pande Putu Sona Putra, NIM 0912011079 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari manusia dan selalu diperlukan dalam setiap kegiatan. Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418 APA DAN MANA DALAM KALIMAT DEKLARATIF Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRACT Kalimat merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. Dalam masyarakat moderen, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian dari kehidupan

Lebih terperinci

Analisis Kontaminasi Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia dalam Iklan Surat Kabar Tribun BATAM Tanggal 17 Januari serta 5 Februari 2015

Analisis Kontaminasi Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia dalam Iklan Surat Kabar Tribun BATAM Tanggal 17 Januari serta 5 Februari 2015 Analisis Kontaminasi Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia dalam Iklan Surat Kabar Tribun BATAM Tanggal 17 Januari serta 5 Februari 2015 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh PUTRA PRASETIYO NIM 100388201301 JURUSAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013 ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT 1 CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN Dina Oktavia¹, Putri Dian Afrinda², Risa Yulisna² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA

KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA B.B.Dwijatmoko b.b.dwijatmoko@gmail.com Universitas Sanata Dharma 1. PENDAHULUAN Sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia mempunyai satuan-satuan yang lengkap untuk menyampakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap bangsa tentunya memiliki bahasa sebagai identitas, seperti Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak hanya

Lebih terperinci

KONJUNGSI DALAM KALIMAT MAJEMUK SISWA KELAS X SMK (STUDI KASUS MULTISITUS)

KONJUNGSI DALAM KALIMAT MAJEMUK SISWA KELAS X SMK (STUDI KASUS MULTISITUS) Tersedia secara online EISSN: 2502-471X Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 2 Bulan Februari Tahun 2016 Halaman: 214 221 KONJUNGSI DALAM KALIMAT MAJEMUK SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA

FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA Suher M. Saidi Universitas Muhammadiyah Surabaya, Suher_msaidi@yahoo.com ABSTRACT Function actors in Indonesian passive sentences often escape discussion

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO Ni Kadek Nomi Dwi Antari Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, atau lebih namun

LANDASAN TEORI. Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, atau lebih namun 7 II. LANDASAN TEORI 2.1 Kalimat Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, atau lebih namun yang menentukan satuan kalimat bukannya banyakanya kata yang menjadi unsurnya, melainkan

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT MAJEMUK SETARA RUBRIK SUPERSOCCER PADA KORAN SATELITEPOST

ANALISIS KALIMAT MAJEMUK SETARA RUBRIK SUPERSOCCER PADA KORAN SATELITEPOST ANALISIS KALIMAT MAJEMUK SETARA RUBRIK SUPERSOCCER PADA KORAN SATELITEPOST SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) oleh HARIYANTO 1101040107 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalin interaksi dengan orang lain, manusia

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat

Lebih terperinci

5 Universitas Indonesia

5 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu penjelasan tentang teori Lexical Functional Grammar (subbab 2.1) dan penjelasan tentang struktur kalimat dalam bahasa Indonesia (subbab

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI KALIMAT TUNGGAL DAN MAJEMUK DALAM WACANA IKLAN BANK PADA SURAT KABAR

ANALISIS VARIASI KALIMAT TUNGGAL DAN MAJEMUK DALAM WACANA IKLAN BANK PADA SURAT KABAR ANALISIS VARIASI ALIMAT TUNGGAL DAN MAJEMU DALAM WACANA ILAN BAN ADA SURAT ABAR Naskah ublikasi Untuk Memenuhi Sebagian ersyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 rogram Studi edidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci