BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Profil PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (PT. ITP, Tbk) adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk produk semen kusus dan satu-satunya produsen semen putih di Indonesia. PT. Indocement Tunggal Prakarsa didirikan pada tahun perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan produksi semen cap tiga roda. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memulai usahanya pada tahun 1975 melalui PT. Distinc Indonesia Cement Enterprise (PTICE) dan memiliki plant 1-2, plant 1 dioperasikan pada tanggal 18 Juli 1975, sedangkan plant 2 mulai beroperasi pada tanggal 14 Juli 1976 dengan kapasitas 3200 ton per hari dan ton per tahun. Pada tanggal 1 Januari 1985 dilakukan penggabungan keenam perusahaan Indocement Group yaitu terdiri dari : 1. PT. Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE) 2. PT. Perkasa Indonesia Cement Enterprise (PICE) 3. PT. Perkasa Indah Indonesia Enterprise (PIICE) 42

2 43 4. PT. Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PAUICE) 5. PT. PerkasaInti Abadi Indonesia Cement Enterprise (PIAICE) 6. PT. PerkasaAbdi Mulia Indonesia Cement Enterprise(PAMICE) Berikut ini adalah gambar struktur organisasi pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk :

3 44 CORPORATE HUMAN RESOURCE STRATEGY CORPORATE HUMAN RESOURCE DEVELOPOMENT PUBLIC AND GENERAL AFFAIRS DIVISION PAPER BAG DIV UTILITY DIV GENERAL ENGINEERING & CONSTRUCTION DIVISION PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk THE SAREHOLDERS GENERAL MEETING BOARD OF COMMISSIONERS BOARD OF DIRECTORS PRESIDENT DIRECTOR HUMAN RESOURCE NON EXECUTIVE TECHNICAL NON EXECUTIVE COMMERCIAL NON EXECUTIVE DIRECTOR DIRECTOR PPC/ DEPUTY TECHNICAL DIRECTOR PPC/ GM OPERATION TARJUN PPC/ GM OPERATION CIREBON GM OPERATION CITEUREUP PPC/ READY MIX DIV LOGISTIC DIVISION SALES & MARKETING DIV MARKET DEVELOPMENT DIVISION INTERNAL AUDIT DIVISION PLANT 12 OP. SUPPLY DIV HR / GA PLANT ACCOUNTING OP. SUPPLY DIV COMM. DEV HR / GA PLANT ACCOUNTING DEPUTY GM OPERATION PLANT 9/10 TECH SERV DIV QAR DIV SPPLY DIV MINING DIV HR / GA COMM DEV PLANT ACCOUNTING CORPORATE SECRETAIAT DIV FINANCE DIRECTOR CORPORATE LEGAL MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM DIV. ACCOUNTING & CONTROLLING DIVISION DEPUTY FINANCIAL DIRECTOR CORPORATE FINANCE TAXATION & TREASURY DIVISION PLANT 1,2,5 PLANT 3,4 PLANT 7,8 PLANT 6,11 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan Sumber : Dokumen file PT. Indocemen Tunggal Prakarsa, Citeureup

4 Visi Misi dan Motto Perusahaan Visi Perusahaan Adapun visi pada PT. inducement tunggal prakarsa Tbk yaitu Pemimpin pasar semen dan agregat yang berkualitas di dalam negeri. Misi Perusahaan Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, semen dan bahan bangunan yang terkait serta jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan. Motto yang diterapkan perusahaan Adapun Motto yang di terapkan oleh PT. Tunggal prakarsa Tbk adalah Turut membangun kehidupan bermutu Lokasi Pabrik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk. memiliki 12 pabrik yang tersebar di tiga lokasi, yaitu: 1. Citeureup-Bogor dengan 9 plant dan luas area 200 Ha. 2. Palimanan- Cirebon dengan 2 plant dan luas area 37 Ha. 3. Tarjun-Kalimantan Selatan dengan 1 plan dan luas area 580 Ha. Pemilihan lokasi pabrik merupakan faktor yang sangat penting untuk mendukung keberhasilan dan kelangsungan suatu pabrik. Dengan pemilihan lokasi yang tepat dan strategis dapat meningkatkan efisiensi dan daya guna pabrik. Lokasi yang di pilih adalah Jl. Mayor Oking Jaya Atmadja, Citeureup Bogor- Jawa Barat.

5 Produk Semen PT. ITP Berikut ini adalah jenis-jenis semen yang di produksi PT. Indocement tunggal prakarsa, Tbk : 1. Ordinary Portland Cement (OPC) Dikenal sebagai semen abu-abu, berfungsi memberikan ketahanan terhadap sulfat yang ada di air dan tanah. Gambar 4.2 Ordinary Portland Cement (OPC) 2. Portland Composite Cement (PPC) Semen untuk berbagai macam konstruksi beton baik rumah, jembatan, dan jalan. Gambar 4.3 Portland Composite Cement (PCC) 3. Oil Well Cement (OWC) Semen yang digunakan pada pengeboran sumur minyak dan gas.

6 47 Gambar 4.4 Oil Well Cement (OWC) White Cement (WC) Digunakan pada pembuatan ubin teraso, patungpatung, dan dekorasi lainnya, serta sebagai pengisi (filter) lantai/tembok dan keramik. Produk ini merupakan satu-satunya yang di produksi di Indonesia Gambar 4.5 White Cement 4. White Mortar TR30 Semen yang digunakan proses aci pada dinding bangunan sehingga hasil dinding menjadi lebih terlihat halus dan rapi. Gambar 4.6 White Mortar TR30

7 Proses Produksi semen di PT. ITP Proses produksi semen di PT. Indocement Tunggal Prakarsa dibagi dalam beberapa tahap : 1. Penambangan dan Penyediaan Bahan Baku (Unit Mining) Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan semen adalah batu kapur (limestone), sedangkan tanah liat (clay), pasir silica, pasir besi dan gypsum sebagai bahan aditif. Bahan baku utama penambangan batu kapur berupa limestone ditambang sendiri di bukit Kromong. Tambang ini terdiri dari lima area penambangan atau Quarry A, B, C, D dan E pembongkarannya dengan cara peledakan. Kegiatan penambangan batu kapur melalui beberapa tahap sebagai berikut: a. Clearing (pembersihan) atau stripping. Dilakukan pembersihan dengan menghilangkan lapisan tanah 30 cm dengan menggunakan bulldozer. Tujuan untuk menjaga agar batu kapur tidak tercampur dengan tanah liat yang dapat menurunkan kadar CaO-nya. b. Drilling (pemboran) Kegiatan pemboran ini dimaksudkan untuk membuat lobang tembak, dimana dalam lobang tembak dimasukkan bahan peledak. 2. Pengeringan dan Penggilingan Bahan Baku (Unit Raw Mill) a. Pengeringan bahan aditif Pengeringan dilakukan untuk bahan aditif yaitu berupa clay dan silica sand. Bahan aditif dari masing-masing storage diambil

8 49 dengan menggunakan reclaimer, kemudian diangkut dengan belt conveyor untuk diumpankan ke dalam rotary dryer untuk dikeringkan. Sebagai media pemanas digunakan gas panas dari stabilizer yang berasal dari Reinforced Suspension Preheater (RSP). Proses berlangsung dengan menggunakan system aliran material searah dengan aliran gas panas (cocurrent). Proses pengeringan berlangsung hingga didapatkan kondisi material keluar dari rotary dryer kandungan airnya kurang lebih 1%. Adanya putaran dan kemiringan rotary dryer menyebabkan material akan berjalan sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan dan di sepanjang rotary dryer akan terjadi proses pengeringan. Produk rotary dryer diangkut melalui belt conveyor ke bucket elevator untuk dimasukkan ke dalam hopper aditif. b. Penggilingan bahan baku Dari hopper masing-masing high lime, low lime, aditif dan pasir besi dikeluarkan dan ditimbang dengan empat weighting feeder. Banyaknya masing-masing material yang dikeluarkan diatur dengan mengatur kecepatan masing-masing weighting feeder tersebut. Kemudian material tersebut diumpankan ke dalam alat penggiling (raw mill) yang berbentuk silinder horisontal. Di dalam alat ini, material digiling dengan menggunakan bola-bola baja (steel ball) dengan ukuran tertentu sambil diputar. Ruang pertama diisi dengan bola-bola baja dengan diameter 90 mm, 80 mm, 70 mm, 60 mm, dan 50 mm, sedangkan ruang kedua diisi dengan

9 50 diameter 40 mm, 30 mm, dan 20 mm. Proses ini menggunakan gas panas yang diambil dari RSP sehingga dalam proses ini berlangsung pula proses pengeringan. Putaran silinder akan mengangkat umpan bola baja pada ketinggian optimum sehingga terjadi tumbukan antara bola baja dengan material sehingga material dapat hancur menjadi halus. Selama proses berlangsung, udara panas yang ditarik oleh fan melewati raw mill akan menarik material halus ke air separator untuk dipisahkan dengan material kasar. Di dalam airseparator terdapat classifying blade dan centrifugal blade yang berfungsi untuk membentuk pusaran udara untuk memisahkan material halus dan kasar. Partikel halus terbawa oleh udara yang kemudian dipusingkan dalam 4 siklon untuk dipisahkan dari udaranya. Partikel halus dari siklon dibawa oleh ATC (Air Truck Conveyor) ke air lift yang akan disimpan dalam HomogenizingSilo, debu sisanya masuk kedalam EP. Debu hasil pemisahan EP dimasukkan ke dalam Homogenizing Silo diangkut dengan screw conveyor sedangkan gas buang dari EP dibuang melalui cerobong (chimney). Partikel yang kasar dikembalikan lagi ke Raw Mill sebagai tailing. c. Pencampuran bahan baku Raw Meal yang dibawa dari bagian penggilingan dimasukkan ke dalam dua buah Homogenizing Silo (HS) dengan kapasitas masing-masing ton. Raw mealdihomogenisasi dengan proses aerasi sehingga terjadi fluidisasi dan pada akhirnya

10 51 raw meal akan homogen. Raw meal masuk ke homogenizing silo pada suhu 85 0 C dan keluar dari homogenizing silo pada suhu 85 0 C juga. Pada homogenizing silo dilengkapi dengan enam buah gate opening continues adjusment (flow control gate). Tetapi gate yang dibuka hanya dua saluran atau gate yang saling berhadapan dengan pengaturan bergantian selama 15 menit. Dengan adanya udara dari blower sehingga raw meal akan tertekan ke bawah dan mengalami proses aerasi maka raw meal ini akan mengalami pencampuran sehingga material terdistribusi secara merata. Semakin banyak lapisan atau layer maka semakin homogen materialnya. Setelah 15 menit control gate akan menutup dan digantikan oleh dua control gate lain yang berlawanan arah Raw Meal kemudian ditransportasikan ke feed bin (hopper) melalui air sliding conveyor, bucket elevator kemudian air sliding conveyor. Raw meal dari feed bin masuk ke weighting feeder untuk ditimbang. Dari weighting feeder, raw meal diangkut dengan air sliding conveyor lalu ke air lift menuju RSP dengan cara dihembuskan dengan udara dari blower. 3. Pembakaran Raw Meal dan Pendinginan Clinker (Unit Burning) Proses pembakaran raw meal dalam pembuatan semen merupakan tahap yang paling penting karena pada tahap inilah terbentuk mineralmineral yang diperlukan dalam semen. Proses pembakaran di preheater (proses prekalsinasi) dan proses pembakaran di kiln menjadi klinker.

11 52 Preheater yang digunakan adalah Reinforced Suspension Preheater (RSP) yang terdiri dari cyclone preheater empat tahap. Pada tahap keempat (yang paling atas) preheater terdiri dari empat buah siklon (C411, C412, C421, C422). Sedangkan tahap ketiga terdiri dari dua siklon (C31 dan C32). Tahap kedua terdapat dua buah (C21 dan C22) dan tahap pertama (yang paling bawah) terdiri dari dua buah siklon (C11 dan C12). Raw meal yang diumpankan ke preheater masuk ke connecting duct antara C3 dan C4. Raw meal akan mengikuti aliran gas panas yang berasal dari clinker cooler dan kiln. Gas panas ini kemudian ditarik oleh SP Fan. Karena adanya tarikan dari SP Fan, material akan masuk ke C4 dan mengalami proses pemusingan. Material akan jatuh ke duct diantara C2 dan C3 dan mengalami proses pemusingan lagi, dan seterusnya. Sedangkan gas panas yang membawa sebagian material yang tidak terpusingkan akan keluar melalui bagian atas siklon, dan masuk ke siklon berikutnya, demikian seterusnya. Akhirnya material akan memasuki precalciner dan kemudian ke kiln. Pada tahap ini % material telah terkalsinasi. Gas panas yang keluar dari RSP mempunyai temperatur berkisar 380 C. Gas panas ini dapat dimanfaatkan untuk proses pengeringan di unit raw mill, rotary dryer dan coal mill. Untuk rotary dryer, gas panas terlebih dahulu dilewatkan melalui sebuah stabilizer untuk menurunkan temperatur gas untuk menjaga efisiensi penangkapan debu dalam EP. Temperatur dijaga konstan dengan cara menyemprotkan (spraying air). Setelah mengalami proses kalsinasi di RSP, material kemudian masuk ke

12 53 dalam Rotary Kiln. Kiln yang digunakan panjangnya 78 m.klinker masuk ke dalam cooler sudah terbentuk padatan dan bersuhu kurang lebih C. Dalam proses pendinginan terdapat beberapa parameter penting yang harus diperhatikan agar klinker yang dihasilkan memiliki sifat-sifat yang memenuhi persyaratan, diantaranya yaitu meningkatnya grindability (kemudahan digiling), mudah transport, dan panas yang dimiliki dapat dimanfaatkan ulang untuk pemanasan udara yang dibutuhkan dalam pembakaran. Laju kecepatan pendinginan klinker menentukan komposisi akhir klinker. Jika klinkerterbentuk selama pembakaran didinginkan perlahan maka beberapa reaksi yang telah terjadi di kiln akan berbalik (reverse), sehingga C 3 S yang telah terbentuk di kiln akan berkurang dan larut dalam klinker cair yang belum sempat memadat selama proses pendinginan. Dengan pendinginan cepat, fasa cair akan memadat dengan cepat sehingga mencegah berkurangnya C 3 S. Klinker didinginkan dengan proses pendinginan cepat atau mendadak di dalam Air Quenching Cooler (AQC) jenis Grate Cooler. AQC ini terdiri dari tiga buah grate yang masing-masing digerakkan oleh sebuah motor. Pendinginan dilakukan dengan menghembuskan udara dari enam buah cooling fan. Udara dihembuskan kedalam chamber yang berjumlah 9 buah untuk mendinginkan klinker yang berada di atas grate plate.

13 54 AQC ini dilengkapi juga dengan sebuah clinker breaker pada bagian keluaran (output). Ukuran klinker yang keluar tidak boleh melebihi 5 cm. Klinker yang terlalu besar akan dihancurkan terlebih dahulu dalam clinker breaker. Klinker kemudian dibawa dengan apron conveyor ke clinker silo. Perpindahan panas antara klinker dengan udara pendingin mengakibatkan udara menjadi panas. Udara panas ini digunakan sebagai udara sekunder (Secondary Air) yang digunakan untuk pembakaran di kiln dan sebagai udara tersier (Tertiary Air) digunakan untuk pembakaran di RSP dan sebagian lagi dibuang ke cerobong. Gas buang ini terlebih dahulu dilewatkan pada EP untuk memisahkan debu yang terbawa oleh gas buang. Debu klinker ini dikumpulkan dan diangkut ke clinker silo. Klinker yang agak halus akan jatuh menembus lubang-lubang kecil pada grate cooler dan dibawa dengan drag chain conveyor (DCC). Selanjutnya melalui apron conveyor masuk kedalam clinker silo. 4. Penggilingan Akhir (Unit Finish Mill) Proses penggilingan klinker bertujuan untuk mencampur dan menggiling klinker dengan gypsum sampai tingkat kehalusan tertentu sehingga terbentuk produk semen. Gypsum yang ditambahkan berkisar 3-5% dari berat klinker. Kehalusan semen yang dihasilkan merupakan salah satu faktor penentu kualitas semen. Selain gypsum, kadang-kadang ditambahkan additive lain berupa limestone atau trass. Dari additive storage, limestone diangkut menggunakan wheel loader dimasukkan ke dalam unloading hopper kemudian diangkut dengan belt feeder menuju

14 55 bucket elevator, menuju additive hopper selanjutnya ditimbang oleh weighting feeder menuju belt conveyor dan limestone tersebut ditaburkan dari atas pada apron conveyor sebelum masuk ke clinker silo. Trass ini memiliki keistimewaan yaitu memiliki SiO 2 aktif yang akan bereaksi dengan CaO bebas (free lime) sehingga membentuk CS (CaSiO 2 ) yang akan bereaksi pada saat ditambahkan air. CS ini dapat membantu kekuatan akhir semen. Selain tujuan diatas, penambahan trass ini dilakukan untuk menambah jumlah semen yang dihasilkan namun kualitas akhir semen masih memenuhi standar semen yang ditetapkan SII, sehingga hal ini akan menghemat jumlah bahan bakar yang digunakan. Klinker yang keluar dari AQC disimpan dalam dua buah clinker silo yang masing-masing berkapasitas ton. Dibagian bawah silo terdapat saluran pengeluaran yang terdiri dari dua set gravity feeder yang digerakkan oleh motor dan empat set gravity feeder tipe manual. Klinker dikeluarkan dari silo melalui gravity feeder dan kemudian diangkut dengan belt conveyor dan bucket elevator menuju ke clinker hopper. Gypsum dari storage yard dimuat ke dalam loading hopper dengan menggunakan wheel loader. Selanjutnya gypsum dibawa ke gypsum hopper dengan belt feeder. Selanjutnya klinker dan gypsum ditimbang secara proporsional dalam weighting feeder sehingga menghasilkan campuran dengan kadar gypsum sekitar 3-5% berat. Ada empat hopper yang terdiri dari dua hopper untuk klinker dan dua hopper untuk gypsum. Setelah itu material dialirkan menuju alat penggilingan akhir yang disebut cementmill. Inlet cement mill dilengkapi spray water sebagai

15 56 pendingin untuk mencegah terjadinya dehidrasi gypsum. Dehidrasi gypsum ini perlu dihindari karena dapat mengganggu fungsi gypsum sebagai retarder yang berfungsi untuk memperlambat setting time (waktu pengikatan). Air akan menyemprot bila suhu mencapai 120 C sehingga suhunya dapat dipertahankan C. Material yang keluar dari cement mill akibat adanya putaran dari cement mill dan hiasapan dari EP fan dibawa oleh ATC (Air Truck Conveyor) dan bucket elevator kemudian dipusingkan kedalam Air Separator. Dalam air separator terjadi dua gaya yaitu gaya sentrifugal dan gravitasi sehingga produk yang halus masuk ke siklon dan produk yang masih kasar masuk kembali ke cement mill sebagai tailing. Debu dan produk dihisap oleh separator fan, sebagian masuk ke separator lagi dan sebagian naik masuk ke dust collector dan terjadi pemisahan antara debu dan gas oleh bag filter dan EP, gas buang keluar melalui chimney. Debu dan produk ini jatuh ke screw conveyor menuju TCC (Truck Chain Conveyor), kemudian bersama-sama produk dari separator diangkuat oleh ATC dan air sliding conveyor dengan bantuan air lift menuju cement silo. 5. Pengantongan Semen (Unit Packing) Semen disimpan dalam dua buah cement silo dengan kapasitas masing-masing ton. Semen dari silo dibawa dibawa ke bagian pengepakan (packing) dengan menggunakan air sliding conveyor dan bucket elevator. Dari bucket elevator, semen dilewatkan ke vibrating

16 57

17 Macam-macam Mesin dibagian Unit Burning / Klin Dalam proses unit burning/unit kiln ini terdapat beberapa mesin yang digunakan dari tahap awal proses pembakaran klinker hingga tahap akhir proses pendinginan. Berikut mesin-mesin dibagian unit Burning / Klin: A. Mesin Suspension Preheater (Sp) Mesin suspension preheater merupakan mesin yang berfungsi sebagai pemanas pendahuluan tepung baku sebelum masuk kedalam rotary kiln dan tempat prekalsinasi. Gambar 4.8 Mesin Suspension Preheater (SP) Spesifikasi alat: Tipe Kapasitas Material umpan Urutan stage Diameter siklon Diameter precalciner : ILC-SLC : 7500 ton / hari : tepung baku : 1,2,3,4,5 (dari atas) : 6,9 m ; 69 m ; 7,2 m ; 7,2 m : 5,7 m (ILC), 7,2 m (SLC)

18 59 B. Mesin Rotary Kiln Mesin rotary kiln merupakan mesin yang berfungsi untuk proses kalsinasi lanjutan (± 15% ) sampai proses terbentuknya clinker. Semua proses yang terjadi di rotary kiln sangat menentukan mutu clinker yang di hasilkan. Gambar 4.9 Mesin Rotary Kiln Spesifikasi alat : Jenis Customer Tipe Kapasitas Diameter dalam Diameter luar Panjang Kemiringan Shell Kecepatan perputaran Penggerak utama Konsumsi daya : Rotary Kiln : F. L. Smith : SDNL : 7500 ton/ hari : 5,5 m : 5,8 m : 87 m : 3,5 o : 3,4 rpm : motor listrik : kw

19 60 Tipe kopling penggerak utama : RUPEX RWN 500 Tipe kopling penggerak tambahan : N-EUPEX A 440 Actual ratio gear : 45,245 Input speed : 977 min -1 Output speed : 21,6 min -1 Lama pengoperasian : 24 jam per hari Siklus pengoperasian : 100% Arah rotasi motor (input side) : searah jarum jam Arah rotasi unit pergerakan tambahan: berlawanan arah jarum jam Arah rotasi OUTPUT SIDE Penumpu : searah jarum jam : 6 hall C. Mesin Air Quenching Cooler (grate cooler) Mesin Air quenching cooler merupakan mesin yang berfungsi untuk mendinginkan clinker secara mendadak dengan udara yang dihembuskan dari fan dan untuk menghasilkan udara pembakaran sekunder (untuk proses pembakaran di kiln) dan udara pembakaran tersier (untuk proses kalsinasi awal di SP).

20 61 Gambar 4.10 Mesin Air Quenching Cooler (grate cooler) Spesifikasi alat : Tipe Kapasitas Jumlah Chamber Jumlah Fan Daya : CFG system grate cooler : 7500 ton klinker/hari : 3 grate : 26 buah : 3 75 kw Cooling Area : 171 m 2 D. Clinker silo Mesin pasteurizer merupakan mesin yang berfungsi untuk menampung Clinker setelah melewati air quenching cooler, sebelum di giling menjadi semen.

21 62 Gambar 4.11 MesinClinker Silo Spesifikasi alat Jumlah Kapasitas Diamater silo Tinggi : 2 buah : ton : 34 m : 69,3 m 4.3 Jam Kerja Karyawan PT. ITP Untuk jam kerja karyawan, PT. Indocement Tunggal prakarsa,tbk. memberlakukan lima hari kerja, waktu kerja karyawan di bagi menjdi dua, yaitu jam kerja normal dan jam kerja shiff karena pabrik beroperasi 24 jam. Karyawan yang terkena shift, masing masing shift bekerja selama enam hari.

22 63 Tabel 4.1 Jam Kerja Normal Departemen Mining dan Packing Hari Waktu Keterangan Jam kerja Senin-Kamis Istirahat Jam kerja Jam kerja Senin-Kamis Istirahat Jam kerja Tabel 4.2 Jam Kerja Normal selain Departemen Mining dan Packing Hari Waktu Keterangan Jam kerja Senin-Kamis Istirahat Jam kerja Jam kerja Senin-Kamis Istirahat Jam kerja

23 64 Tabel 4.3 Jam Kerja Shift Mechanic, Electric, Production dan QC Departement Shift Jam Kerja A B C Tabel 4.4 Jam Kerja Shift Paper Bag Departement Hari Waktu Keterangan Jam kerja A Istirahat Jam kerja Jam kerja B Istirahat Jam kerja 4.4 Pengendalian Produksi Pengendalian produksi merupakan pengendalian yang diawali dari ketersediaan bahan baku hingga ketersediaan barang jadi maka ini menjadi hal penting bagi kelancaran proses produksi. Pengendalian produksi meliputi pengendalian bahan baku, pengendalian proses produksi dan pengendalian barang jadi.

24 Pengendalian Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan semen berasal dari penambangan dan pembelian dari distributor. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan Ordinary Portland Cement (OPC) adalah klinker 64% yang terdiri dari 85% lime stone, 13,5% sandy clay, 1,5 Iron sand, lalu klinker dicampur menggunakan bahan additive lain seperti 2,20% gypsum, 16,60% add limestone dan 17,02 trass. PT. Indocement tunggal Prakarsa Tbk mempunyai lahan pertambangan bahan baku kapur di Quarry D yang berjarak sekitar 7 km dari plant dan tanah liat di Hambalang yang berjarak 45 km dari plant, untuk pasir besi dibeli dari suplier PT. Aneka Tambang Cilacap, pasir silika, trass diperoleh dari daerah Brobos, Palimanan, Cirebon. Trass yang diperoleh sudah berukuran seragam sehingga dapat langsung disimpan dalam storage beratap. dari Sukabumi dan Serang dan gypsum diimport dari Thailand, Jepang dan Aussie. Untuk bahan baku import PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk melakukan pemesanan tiga bulan sebelumnya sedangkan bahan baku dari dalam negeri perusahaan menetapkan stok selama satu bulan untuk menghindari keterlambatan atau terjadi kekurangan stok dari suplier. sedangkan bahan baku yang berasal dari penambangan didatangkan setiap hari langsung menggunakan belt conveyor ke dalam plant. Berikut adalah tata cara pemesanan bahan baku yang dilakukan PT. Indocement tunggal Prakarsa Tbk : a. Bahan baku lokal PPIC pada plant mengirim Purchase Requestion (PR) kepada bagian Purchase yang selanjutnya akan dibuatkan Purchase Order (PO).

25 66 b. Bahan baku impor PPIC pada plant membuat Purchase requestion (PR) lalu diberikan kepada bagian Purchase yang selanjutnya akan dibuatkan Purchase Order (PO) dan dikirim kebagian impor di kantor pusat melalui Fax Letter of Credit (LC) untuk melakukan pembayaran kepada supplier. c. Bahan baku penambangan PPIC plant hanya meminta Purchase Requestionjika terdapat material yang kurang, karena minning setiap hari mengirim barang keseluruh plant tanpa adanya permintaan khusus seperti kepada suplier dari dalam dan dari luar negeri. Suplier mengirim barang pesanan langsung ke pabrik disertai dengan surat pengiriman barang (SPB) atau biasa disebut Delivery Order (DO) Pengendalian Proses Produksi Pada setiap tahapan proses produksi Raw mill, burning, finish mill dan pengepakan terdapat petugas Quality control (QC) yang melakukan pemeriksaan terhadap kualitas hasil dengan standar yang telah ditentukan dikarenakan setiap kali dalam proses produksinya mempunyai komposisi yang berbeda-beda untuk percampuran bahan baku. Hanya hasil yang sesuai standar yang akan dikirim ke proses selanjutnya, sedangkan yang tidak memenuhi standar akan diproses ulang Pengendalian Produk Jadi Barang yang diproduksi yang telah disetujui bagian Quality Control (QC) untuk diterima dan disimpan di silo, pengeluaran barang dari gudang dilakukan

26 67 secara First In First Out (FIFO) lalu diproses pengepakan semen dan langsung dikirim kepada customer menggunakan truk semen dari perusahaan pendistribusian yang dibawah naungan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Pengendalian Mutu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk telah berusaha memperbaiki proses produksi yang sedang berlangsung melalui continuous improvement index yang terdiri dari dua indikator yaitu jumlah laporan TULTA dan Peningkatan Mutu Praktek (PQI). TULTA merupakan singkatan dari Tujuh Langkah Tujuh Alat, TULTA merupakan sebuah metode alat untuk mengendalikan kualitas mutu yakni terdiri dari Cause and effect, check sheet, control chart, histogram, pareto chart, scatter diagram dan graphs. Semakin banyak laporan TULTA yang dihasilkan maka akan memberikan kontribusi yang besar terhadap perbaikan dan perkembangan. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memeriksa bahan baku yang telah diproduksi sudah memenuhi standar atau kurang memenuhi standarnya di bagian Quality Control (QC) dan Quality Asurance and Research Development (QARD). PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk selalu mengutamakan standar mutu kualitas dan kuantitas dalam menentukan suatu produk yang dipasarkan secara global dan memiliki mutu standar internasional, sehingga memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan maupun investor, oleh karena itu PT. ITP Tbk berhasil memperoleh ISO 9001 pada bulan Maret 1995 untuk produk yang dihasilkan dan menyadari penerapan ISO 9001 secara konsisten meningkatkan kepuasan

27 68 pelanggan. Selain itu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berhasil mendapatkan ISO yakni sebagai berikut : 1) ISO 9001 Manajemen Mutu 2) ISO Manajemen Lingkungan 3) API Sistem Manajemen untuk Oil Well Cement (OWC) 4) ISO Sistem Manajemen untuk pengelolaan laboratorium 5) OHSAS ) Sistem Manajemen K3 Permenaker No.05/MEN/ Manajemen Rantai Pemasok PT. Indocement Tunggal Prakarsa tbk menggunakan telefon dan dengan website asli PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam melakukan pemesanan bahan baku maupun untuk menjual produknya kepada gerai-gerai pemasok semen dan konsumen yang membutuhkan clinker. Pengiriman semen dilakukan oleh anak perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk oleh PT. Indomix Perkasa dan PT. Pionir beton. Manajemen Rantai Pasok merupakan konsep dalam persoalan penyaluran barang dari supplier hingga sampai kepada konsumen. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menggunakan pemasok bahan baku dari lokal maupun dari luar, jadwal pemasok sudah dijadwal 3 bulan sebelumnya agar produk yang dihasilkan sesuai dengan pengiriman yang dibutuhkan. Berikut adalah jaringan rantai pasok PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.

28 69 Lime Stone Quarry D Sandy Clay Hambalang Minning Division Konsumen masyarakat Indonesia Plant Manufaktur Marketing Gerai-gerai pemasok semen Pasir Besi PT. Aneka Tambang Cilacap Warehouse Plant Konsumen yang membutuhkan clinker Konsumen Masyarakat Luar Indonesia Trass PT. Petrokimia gresik & Sukabumi Supply Division Gypsum Brobos Palimanan Cirebon & Thailand Keterangan Aliran Bahan Aliran Biaya Gambar 4.12 Rantai Pasok 4.6 Manajemen Perawatan Fasilitas Dengan sistem produksi yang otomatis maka diperlukan juga untuk perawatan mesin-mesin di Indocement agar mesin tersebut dapat bekerja secara optimal. Maintenance yang baik sangat perlu dilakukan agar semua mesin dan peralatan produksi semen yang sangat banyak jumlahnya tersebut bisa dijaga dan dirawat. Adapun beberapa kegiatan maintenance yang digunakan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah: 1. Preventive Maintenance (PM) 2. Condition Based Maintenance (CBM) / Predictive Maintenance 3. Corrective Maintenance

29 70 Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya Breakdown Maintenance yaitu maintenance yang terjadi secara tidak terprediksi dikarenakan terjadi kerusakan mesin secara mendadak, sehingga tuntutan target produksi secara continue tidak bisa tercapai. Dari beberapa tindakan maintenance yang dilakukan dalam proses produksi semen di PT. Indocement Tunggal Prakasa khususnya plant 1-2, dilakukan kegiatan preventive maintenance dengan periode satu tahun dua kali, Condition Based Maintenance (CBM) atau Predective maintenance dengan melakukan inspeksi serta pengukuran beberapa parameter yang dapat dijadikan informasi kondisi mesin atau peralatan produksi pada saat ini sehingga kerusakan yang lebih besar bisa dicegah. Inspeksi dan pengukuran mesin tersebut antara lain dengan pengecekan fisik mesin, noise yang ditimbulkan, suhu mesin, kondisi pelumasan, serta parameter lain yang bisa menggambarkan kondisi mesin. Kegiatan Corrective yang dilakukan Junior Inspector bertujuan untuk mencegah kerusakan yang akan bertambah fatal dengan mengembalikan fungsi mesin dengan cara memperbaikinya. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menerapkan sistem IIMS (Integrated Indocement Maintenance System) hal ini ditandai dengan adanya pendokumentasian data-data mesin dan prosedur perawatan, IIMS-Maximo adalah keterhubungan antar system Enterprise Resource Planning (ERP) dengan Maximo tujuannya adalah untuk mempermudah proses perawatan fasilitas yang terhubung ke berbagai divisi mulai dari penyediaan sparepart mesin, material yang digunakan dalam perawatan dan penyedia jasa dalam perbaikan perawatan fasilitas. Sistem ini adalah salah satu penerapan autonomous maintenance

30 71 (perawatan mandiri) karena setiap operator memeriksa dan melaporkan kerusakan mesin kedalam system IIMS-Maximo, jika dalam suatu kondisi dapat diperbaiki maka segera dilakukan perbaikan oleh operator itu sendiri. Penerapan 5S sudah diterapkan namun belum ada program khusus 5S. Perhitungan MTBF dan MTTR diterapkan dalam PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk namun perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) sudah tidak digunakan lagi karena masih terdapat kendala-kendala dalam penerapannya Pelaksanaan Autonomous Maintenance Penerapan autonomous maintenance yang semakin ditingkatkan akan menghasilkan keuntungan-keuntungan bagi perusahaan. Keuntungan penerapan AM diantaranya pengurangan kecelakaan kerja yang berhubungan dengan mesin, penurunan produk gagal, waktu breakdown mesin berkurang, set up time mesin berkurang dan keterlambatan delivery berkurang. 1) Patroller Tujuan umum jabatan: Melakukan pemeriksaan keliling dan memperbaiki kerusakan ringan yang bersifat minor pada mesin-mesin produksi plant 6-11 secara shift dan berkesinambungan. Menjaga kelancaran operasi sesuai dengan Quality Manual dengan memperhatikan aspek K3. Tugas Pokok : a. Mempelajari laporan kerja harian shift sebelumnya b. Melakukan inspeksi mesin / peralatan yang sedang beroperasi c. Mendeteksi lebih awal indikasi gangguan / kelainan mesin

31 72 d. Mengevaluasi dan mencatat data hasil inspeksi pada buku checklist sesuai kondisi mesin e. Memperbaiki kerusakan kecil pada mesin f. Menjaga kebersihan dan perawatan panel g. Membuat laporan shift pemeriksaan mesin h. Menyerahterimakan pekerjaan pada shift berikutnya 2) Junior Inspektor Tujuan umum jabatan: Melakukan pemeriksaan sekaligus melakukan perbaikan mesin yang bersifat major pada mesin-mesin produksi plant 1-2 dalam kerja normal. Menjaga kelancaran operasi sesuai dengan Quality Manual dengan memperhatikan aspek K3. Tugas pokok : a. Melakukan inspeksi mesin/ perlatan yang sedang beroperasi b. Menganalisis dan memperbaiki kerusakan yang bersifat major pada mesin-mesin produksi pada plant 1-2 c. Membuat form permohonan material, alat-alat maupun tenaga kerja dari luar divisi untuk repair dalam sistem IIMS-Maximo d. Membuat penjadwalan preventive maintenance dan periodic maintenance. e. Mengevaluasi dan mencatat data hasil inspeksi pada buku checklist sesuai kondisi mesin f. Mendeteksi lebih awal dan memperbaiki kerusakan kecil pada mesin.

32 Implementasi Penggunaan Dokumentasi 1. Defect Map Komponen-komponen yang dianggap riskan dan diharuskan untuk segera mengganti dan memperbaikinya jika ditemukan suatu keabnormalan pada mesin, dalam unit rotary kiln pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada plant 1-2. a) Shim Plate. Komponen shim plate masuk dalam kategori preventive maintenance dengan memprediksi umur shim plate selama setahun duakali, sangatjarang sekali ditemukannya kerusakan pada shimplatejika terdapat kerusakan dalam komponen shim plate dapat disebabkan karena bahan produsen seperti retaknya shim plate baik kasar maupun halus ataupun karna kesalahan dalam pemasangan shim plate. Gambar 4.13 Pergantian Shim Plate b) Kiln Shell. Akibat temperatur dan feed terlalu banyak sehingga menyebabkan temperatur naik dari 8000ºC dapat menyebabkan kiln red spot, permasalahan dimasukkan dalam kategori kesalahan bahan material yang tidak dapat diprediksi standard freelimenya, operator

33 74 bagian produksi harus selalu memantau kelainan pada freelime agar dapat dinormalkan kembali sehingga tidak terjadi red spot.pemantauan migrasi kiln harus dilakukan setiap 2 minggu sekali oleh bagian mekanik agar dapat mengetahui kondisi kiln pada saat running dengan mendapatkan temperature dari burner tip dan harus mengetahui standar temperature dan migrasi terhadap kiln shell, jika terdapat migrasi yang di atas toleransi maka harus diperhatikan pergerakan kiln terhadap tyre dalam satu putaran, kiln harus berbeda kecepatan dengan tyre, jika kecepatan kiln sama dengan tyre maka harus diberikan pelumasan terhadap shell kiln agar shell kiln tidak ngejam pada saat melakukan expansi terhadap tyre. PT. Indocment Tunggal Prakarsa Tbk sudah melakukan pemantauan dan perawatan dengan baik secara berkala, dengan pemantauan shell kiln ini akan menciptakan sebuah sistem peringatan dini untuk batu tahan api dan kemungkinan kerusakan pada refraktori dalam rotary kiln. Keausan pada refraktori dalam rotary kiln dapat membuat "hot spot" pada shell kiln. Ini akan membuat kerusakan besar pada rotary kiln itu sendiri dan menyebabkan distorsi dari shell kiln. Pemantauan suhu shell akan memberikan sebuah sistem peringatan temperature di dalam rotary kiln. Kerusakan akibat red spot dapat dilihat pada Gambar 4.14.

34 75 Gambar 4.14 Kiln Shell Red Spot c) Bearing merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang peranan cukup penting karena fungsi dari bearing yaitu untuk menumpu sebuah poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan. Bearing harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Komponen bearing masuk dalam kategori preventive maintenance dengan memprediksi umur bearing selama setahun duakali, sangat jarang sekali ditemukannya kerusakan pada bearing. Adapun kerusakan bearing terdapat disebabkan karena : Kerusakan yang terjadi dikarenakan kesalahan bahan (faktor produsen), dapat rusak dengan beberapa faktor seperti retaknya bantalan setelah produksi baik retak halus maupun berat, kesalahan toleransi ataupun kesalahan celah bantalan. Kesalahan pada saat pemasangan bearing, pemasangan yang terlalu longgar yang akibatnya cincin dalam atau cincin luar yang

35 76 berputar yang menimbulkan gesekan denga housing/poros, pemasangan yang terlalu erat yang akibatnya ventilasi atau celah yang kurang sehingga pada saat berputar suhu bantalan akan cepat meningkat dan terjadi konsentrasi tegangan yang lebih. Terjadi kerusakan pada jalur jalan atau pada roll sehingga bantalan saat berputar akan tersendat-sendat. Kesalahan pemberian bahan pelumas, karena yang tidak sesuai akibatnya akan terjadi korosi atau penggumpalan pelumas yang dapat menghambat berputarnya bantalan, pengotoran dari debu atau daerah sekitarnya yang akibatnya bantalan akan mengalami keausan dan berputarnya dengan bushing dan pemasangan yang tidak sejajar maka akan menimbulkan vibrasi pada saat berputar yang dapat merusak bantalan. Gambar 4.15 Penggantian Metal Bearing Girth gear dan pinion gear adalah unit yang memutar rotary kiln. Supporting roller dan tyre adalah pendukung yang sangat penting untuk kiln beroperasi/berputar. Oleh karena itu perawatan yang tepat

36 77 sangat penting pada saat ini selama fase penutupan berikut harus diperiksa dantindakan korektif yang diambil, ini terjadi jika inspeksi tidak dijalankan dengan tepat. (semua pengaturan yang harus dilakukan untuk mengakomodasi keadaan panas rotary kiln) untuk meminimalkan kerusakan selama fase menjalankan rotary kiln. d) Tyredigunakan untuk mendukung kiln pada saat berotasi dan menahan beban material semen dengan laju hingga 1500 ton perhari, periode heating-up minimum ditentukan oleh waktu yang diperlukan untuk menstabilkan perbedaan suhu antara shell kiln dan tyre, karena shell akan memanas lebih cepat dari pada tyre. Untuk mencegah kerusakan pada tyre seperti kegagalan tyre (patah) dan retak harus dipantau selama pemanasan awal namun tyre di daerah zona pembakaran adalah yang paling kritis dan rentan terhadap perubahan suhu suhu pada tyre berkisar 200ºC-300ºC. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menjalankan perawatan sudah cukup baik ini dibuktikan dari data tahunan jarang yang menyebabkan tyre rusak. Tyre diganti pada overhaull yaitu satu tahun sekali, tyre difabrikasi secara job order atau sesuai permintaan oleh karena itu proses penggantian tyre memerlukan waktu lama.

37 78 Gambar 4.16 Tyre e) Grate Cooler merupakan komponen pada mesin pendingin klinker secara mendadak, tidak dapat diketahui dengan pasti kerusakan yang terjadi dikarenakan kesalahan bahan (faktor produsen), dapat rusak dengan beberapa faktor seperti retaknya grate cooler setelah produksi, baik retak halus maupun berat, kesalahan toleransi ataupun kesalahan lainnya. Komponen grate cooler masuk dalam kategori preventive maintenance dengan memprediksi umur grate cooler selama setahun dua kali, sangat jarang sekali ditemukannya kerusakan pada grate cooler.

38 79 Gambar 4.17 Kerusakan Grate Cooler f) Kiln Burner merupakan salah satu komponen penting dalam unit rotary kiln karena kiln burner adalah tempat titik api untuk memancarkan api dari sumbu agar pembakaran dapat sempurna maka kiln burner diharuskan dalam kondisi yang optimal, kiln burner dilakukan pengecekan selama satu tahun duakali, pada penerapannya PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sudah melakukan pengecekkan dan penggantian kiln burner selama satu tahun sekali dengan memprediksi umur komponen dan diganti pada saat penjadwalan preventive maintenance sehingga dapat dikatakan jarang jika kiln burner mengalami kerusakan yang parah. Kerusakan kiln burner terdapat pada gambar berikut ini. Gambar 4.18 Kerusakan Kiln Burner

39 80 2. Cleaning Map Komponen-komponen yang dianggap harus dilakukan pembersihan dalam unit rotary kilnpada Plant 1-2. Pernggantian bata dan penggantian oli adalah kegiatan jadwal preventive maintenance, pada mesin rotary kiln jadwal preventive maintenance dilakukan dalam periode satu tahun dua kali. a. Penggantian bata dalam mesin rotary kilndapat dilakukan pada saat penjadwalan preventive maintenance pada bagian produksi yaitu dengan memprediksi umur bata selama satu tahun dua kali untuk mengurangi konsekuensi dari kerusakan pelapisan, seringkali penggantian tahan api akan menyebabkan pengurangan efisiensi panas dan banyak mengeluarkan Industrial Diesel Oil (IDO) selama start up. Pada kondisi ini teknisi harus benar-benar memasang bata dengan tanpa celah karena proses penempelan bata tidak menggunakan bahan untuk menempelkan melainkan dengan cara mengepress bata agar rapat tanpa celah satu sama lainnya, teknisi harus memiliki skill dalam pemasangan dan mengikuti prosedur pemasangan bata jika tidak maka akan berakibat fatal dan menimbulkan bata berjatuhan dan tercampur klinker pada saat mesin kiln dioperasikan dan menyebabkan downtime panjang.

40 81 Gambar 4.19 Penggantian Bata pada Unit Rotary Kiln b. Penggantian oli (Kiln Maindrive) dapat dilakukan pada bagian mekanik saat penjadwalan preventive maintenance yaitu selama satu tahun dua kali, oli harus diganti bertujuan agar gear box tetap tahan lama dan tidak terjadi kerusakan pada komponen gear box sehingga dapat mempertahankan kinerja mesin rotary kiln. Gambar 4.20 Penggantian Oli pada Mesin Kiln Maindrive 3. Failure-Tags PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menjalankan sistem preddictive maintenance dengan mengecek umur komponen-komponen

41 82 yang akan digunakan pada line burning, penggantian/overhaull dilakukan setahun dua kali yang sudah diprediksi sebelumnya oleh bagian mekanik. Ini dibuktikan dengan jarang adanya komponen yang rusak secara berulang pada data failure-tags. Kategori f-tags 2013 pada burning area dapat dilihat pada lampiran Pengolahan Data Pengukuran Overall Equipment Effectiveness (OEE) pada penerapan Total Productive Maintenance (TPM) yang ditetapkan oleh Seichi Nakajima akan memberitahukan efisiensi mesin atau peralatan yang digunakan selama proses operasi. OEE memiliki tiga parameter ukur dimana terdapat variable terkait dalam pembentukan tiap parameter tersebut yang meliputi Availability, Performance dan Quality Rate. Pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk belum menerapkan perhitungan OEE dengan optimal, data yang digunakan dalam perhitungan adalah data bulan Januari dan bulan Febuari 2014 pada mesin rotary kiln di area plant 1-2. Mesin dioperasikan selama 24 jam dalam satu hari kerja yang terbagi menjadi 3 shift yaitu shift A mulai pukul , shift B pukul , dan Shift C pukul Kapasitas produksi mesin pada plant 1-2 berbedabeda, tetapi memiliki jenis produk yang sama dan waktu siklus yang diperoleh berbeda setiap bulannya. Berikut ini adalah tabel data produksi dan data mesin pada plant 1 dan plant 2.

42 83 Tabel 4.5 Data Produksi Mesin Rotary Kiln Jumlah Defect Gross Bagian Bulan (2014) Produksi Clinker Produksi (Ton) (Ton) (Ton) Plant 1 Januari , ,8 Februari , ,2 Plant 2 Januari , ,1 Februari , ,8 Sumber : PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Tabel 4.6 DataWaktu Operasi dan Delay Mesin Rotary Kiln Bagian Bulan (2014) Waktu Operasi (Menit) Planned Downtime (Menit) Failur & Repair (Menit) Setup & adj (Menit) Plant 1 Januari Februari Plant 2 Januari Februari Sumber : PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

43 Pengukuran Nilai Availability Rate Availability Rate adalah ratio yang menunjukan penggunaan waktu yang tersedia untuk kegiatan operasi mesin atau peralatan. Berikut adalah perhitungan Availability Rate bulan Januari pada plant 1. Rumus Availability Rate yang digunakan sebagai berikut : Perhitungan: Waktu Operasi = Menit Planned downtime = Menit Loading time = Waktu Operasi- Planned downtime = = Menit Failure & Repair = Menit Setup & Adjustment = Menit Downtime = Failure & Repair + Setup &Adjustment = = Menit = 53,36%

44 85 Tabel 4.7 Perhitungan Availability Rate Loading Bagian Bulan (2014) Time (Menit) Downtime(Menit) Availability(%) Plant 1 Januari ,36 Februari ,22 Plant 2 Januari ,90 Februari , Pengukuran Nilai Performance Rate Perhitungan Performance Rate dimulai dengan perhitungan ideal cycle time. Ideal cycle time merupakan waktu siklus ideal mesin, untuk menghitung ideal cycle time maka perlu diperhatikan jam kerja terhadap delay. Dimana rumusnya sebagai berikut: Perhitungan: Failure & Repair = Setup &Adjustment =12.990

45 86 Planned downtime = Total Delay = Failure & Repair + Setup &Adjustment + Planned downtime = = Waktu Operasi = Menit = 48% Loading time = Jumlah produksi = = 1,82 Menit = 0,87

46 87 Tabel 4.8 Perhitungan Jam Kerja Efektif dan Waktu Siklus Bagian Bulan (2014) Waktu Operasi (Menit) Total Delay (Menit) Jam Kerja (%) Cycle Time (Menit) Ideal Cycle Time (Menit) Plant 1 Januari ,82 0,87 Februari ,4 1,0 0,82 Plant 2 Januari ,2 0,87 0,72 Februari ,2 0,82 0,57 Performance Rate adalah ratio yang menunjukan kemampuan peralatan dalam menghasilkan suatu barang. Berikut adalah perhitungan Performance Rate bulan Januari pada plant 1. Rumus Performance Rate yang digunakan sebagai berikut: Perhitungan: Jumlah produksi = Ideal cycle time = 0,87 Loading time= Downtime = Operating time = Loading time- Downtime =

47 88 = = 89,7% Tabel 4.9 Perhitungan Performance Rate Bagian Bulan (2014) Jumlah Produksi (Ton) Ideal Cycle Time(Menit) Operating Time (Menit) Performance (%) Plant 1 Januari , ,67 Februari , ,50 Plant 2 Januari , ,51 Februari , , Pengukuran Nilai Quality Rate Quality Rate adalah ratio yang menunjukan kemampuan peralatan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan standar. Berikut ini adalah perhitungan Quality Rate bulan Januari pada plant 1. Rumus Quality Rate yang digunakan sebagai berikut :

48 89 Perhitungan: Jumlah produksi = Ton Defect Clinker = 6.638,2 Ton = 69,9% Tabel 4.10 Perhitungan Quality Rate Bagian Bulan (2014) Jumlah Produksi (Ton) Defect Clinker (Ton) Quality (%) Plant 1 Januari ,2 69,93 Februari ,8 76,11 Plant 2 Januari ,9 79,15 Februari ,2 83, Pengukuran Nilai OEE Setelah nilai Availability Rate, Performance Rate, dan Quality Rate didapatkan maka selanjutnya adalah menghitung nilai OEE. Berikut ini adalah

49 90 perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)bulan Januari plant 1. Rumus yang digunakan dalam pengukuran nilai OEE sebagai berikut : Perhitungan: Availability= 53,36% Performance= 89,67% Quality = 69,93% = 33.46% Tabel 4.11 Perhitungan Nilai OEE Bagian Bulan (2014) Availability Performance Quality OEE Plant 1 Januari 53,36% 89,67% 69,93% 33,46% Februari 85,22% 92,5% 76,11% 60% Plant 2 Januari 84,9% 97,51% 79,15% 65,52% Februari 74,35% 92,92% 83,07% 57,39%

50 Pengukuran Nilai Losses Perhitungan ini berguna untuk mengidentifikasi kerugian, seperti kerugian karena kerusakan alat, kerugian persiapan dan penyesuaian, kerugian kerusakan produk. Di dalam perhitungan OEE, yang termasuk dalam downtime losses adalah equpiment failur dan setup & adjustment losses, selain itu pengukuran nilai losses antara lain Defect losses, Reduced Speed losses, Idle & Minor Stoppages. 1. Equpiment Failur Losses besarnya persentase efektifitas mesin yang hilang diakibatkan oleh equipment failure, dihitung dengan rumus : = 14, 27% Tabel 4.12 Perhitungan Equpiment Failur Losses Bagian Bulan (2014) Failur & Repair (Menit) Loading Time (Menit) Equipment Failur Losses Plant 1 Januari ,27% Februari ,02% Plant 2 Januari ,04% Februari ,32%

51 92 2. Setup & adjustment Losses besarnya persentase efektifitas mesin yang hilang diakibatkan oleh setup & adjustment, dihitung dengan rumus : % = 32, 36% Tabel 4.13 Perhitungan Setup & Adjustment Losses Bagian Bulan (2014) Setup & adj (Menit) Loading Time (Menit) Setup & Adj Losses Plant 1 Januari ,36% Februari ,74% Plant 2 Januari ,04% Februari ,32% 3. Perhitungan Defect Losses dihitung dengan menggunakan rumus : % = 14,38%

52 93 Tabel 4.14 Perhitungan Defect Losses Bagian Bulan (2014) Defect Clinker (Ton) Ideal Cycle Time (Menit) Loading Time (Menit) Defect Losses Plant 1 Januari 6.638,2 0, ,38% Februari 8.952,8 0, ,82% Plant 2 Januari 9.298,9 0, ,26% Februari 6.584,2 0, ,69% 4. Perhitungan Reduced Speed Losses dihitung dengan menggunakan rumus : ( - ) m roduk i oadin ime ( ) 00 = 52,25%

53 94 Tabel 4.15 Perhitungan Reduced Speed Losses Bagian Bulan (2014) Actual Cycle Time (Menit) Ideal Cycle Time (Menit) Jumlah Produksi (Ton) Loading Time (Menit) Reduce Speed Losses Plant 1 Januari 1,82 0, ,25% Februari 1,0 0, ,3% Plant 2 Januari 0,87 0, ,24% Februari 0,82 0, ,30% 5. Idle & Minor Stoppages untuk mengetahui persentase dari faktor Idle & Minor Stoppages dalam mempengaruhi efektifitas mesin, maka dihitung dengan rumus : = ,7 Ton

54 95 Tabel 4.16 Perhitungan Target Produksi Bagian Bulan (2014) Operating Time (Menit) Ideal Cycle Time (Menit) Target Produksi (Ton) Plant 1 Januari , ,7 Februari , Plant 2 Januari , ,9 Februari , ,6 ar et- m roduk i oadin ime 00 % = 5,51%

55 96 Tabel 4.17 Perhitungan Idle & Minor Stoppages Bagian Bulan (2014) Target Produksi (Ton) Jumlah Produksi (Ton) Ideal Cycle Time (Menit) Loading Time (Menit) Idle & Minor Stoppage Plant 1 Januari , , ,51% Februari , ,39% Plant 2 Januari , , ,11% Februari , , ,26%

LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : LAPORAN TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DAN ANALISA NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA PROSES UNIT BURNING (Studi Kasus PT. Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk) Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat

Lebih terperinci

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN KESNI SAVITRI 0807121210 1. ALAT UTAMA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS RIAU 2010 2. BLENDING SILO ( Pencampuran dan Homogenisasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan menjelaskan latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly Ash dengan Proses Kering Oleh : Palupi Nisa 230 030 04 Hikmatul

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI..... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii iii iv vi xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah

Lebih terperinci

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT Semen Padang merupakan salah satu produsen semen terkemuka di Indonesia. PT Semen Padang menjadi industri semen pertama di Indonesia yang dibangun pada

Lebih terperinci

48 juta ton naik 17,7%

48 juta ton naik 17,7% KESIMPULAN PERSAINGAN INDUSTRI KEBUTUHAN KONSUMEN KEPUASAN PELANGGAN 48 juta ton naik 17,7% PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk. ORDINARY PORTLAND CEMENT UNIT RAW MILL P 1-2 KUALITAS RAW MEAL PENYIMPANGAN

Lebih terperinci

: ALDI MAULANA NPM : JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI PEMBIMBING : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT

: ALDI MAULANA NPM : JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI PEMBIMBING : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT MEMPELAJARI SISTEM PERAWATAN MESIN ROTARY PACKER PADA DIVISI PENGEPAKAN PRODUK SEMEN PCC (POTRLAND COMPOSITE CEMENT) DI PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK PLANT 3-4 NAMA : ALDI MAULANA NPM : 30413601 JURUSAN

Lebih terperinci

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban Tofiq Dwiki Darmawan *1) dan Bambang Suhardi 2) 1,2) Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Semen Tiga Roda adalah sebuah merek semen yang diproduksi oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa. Perusahaan ini menjadi salah satu produsen utama semen

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV Dibuat Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Syarat Yang Diperlukan Pada Kurikulum Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapantahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun bagian yang

Lebih terperinci

Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering. Oleh : Lailatus Sa adah ( ) Sunu Ria P. ( )

Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering. Oleh : Lailatus Sa adah ( ) Sunu Ria P. ( ) Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering Oleh : Lailatus Sa adah (2308 030 025) Sunu Ria P. (2308 030 035) Latar Belakang Peneliti Jepang Abu Sampah Semen Pabrik Ekosemen di Indonesia Pabrik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menyebabkan hasil produksi menjadi berkurang sehingga perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menyebabkan hasil produksi menjadi berkurang sehingga perusahaan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan dan pengendalian persediaan adalah unsur yang sangat penting bagi suatu perusahaan industri. Tanpa adanya persediaan yang cukup maka dapat menghambat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Sejarah singkat perusahaan Didirikan pada tahun 1951 yang terletak di Tanggerang, Banten. PT Gajah Tunggal Tbk. memulai usaha produksinya dengan ban sepeda. Sejak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTREPETASI

BAB V ANALISA DAN INTREPETASI 73 BAB V ANALISA DAN INTREPETASI 5.1 Analisa Proses Produksi Semen Proses produksi dari semen ini dibagi menjadi 6 proses bagian yang besar. Keenam proses ini adalah sebagai berikut : 7. Proses Penambangan

Lebih terperinci

C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF

C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF INDUSTRI SEMEN Khamdi Mubarok, M.Eng Definisi Semen merupakan komoditi strategis yang memanfaatkan potensi sumber daya alam bahan galian non logam berupa batu kapur, tanah liat, pasir besi dan gipsum (diimpor)

Lebih terperinci

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES PT Semen Padang: Studi Kasus Perusahaan PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN PT. Semen Padang didirikan pada tahun 1910 dan merupakan pabrik semen tertua di Indonesia. Pabrik berlokasi di Indarung, Padang,

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Struktur Organisasi Departemen FSBP FSBP FLOUR SILO AND BULK FLOUR PACKING & BY PRODUCT PACKING

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Struktur Organisasi Departemen FSBP FSBP FLOUR SILO AND BULK FLOUR PACKING & BY PRODUCT PACKING Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Saat ini dunia telah memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Hal tersebut menyebabkan persaingan bisnis yang semakin ketat di bidang

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI SEMEN

SKEMA SERTIFIKASI SEMEN 1/10/2014 : 1 dari 5 SKEMA Semen Portland (SNI 15-2049-2004) ; Semen Portland Komposit (SNI 15-7064-2004); Semen Portland Pozolan (SNI 15-0302-2004); Semen Portland Campur (SNI 15-3500-2004); Semen Portland

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah tingkat keefektifan fasilitas secara menyeluruh yang diperoleh dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA 4.1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan overall equipment effectiveness di PT. Sulfindo Adi Usaha dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang dibentuk dengan tujuan ekonomi dalam melakukan kegiatan usahanya. Untuk mencapai tujuan ekonomi tersebut maka perusahaan

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri INDUSTRI SEMEN PORTLAND Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Total Productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan Overall Equipment Effectiveness di PT. Gramedia Printing Group dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada PT. Kakao Mas Gemilang dan pengambilan data dilakukan pada department teknik dan produksi. 3.2. Pelaksanaan Penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LADASA TEORI Dalam penulisan tugas akhir ini diperlukan teori-teori yang mendukung, diperoleh dari mata kuliah yang pernah didapat dan dari referensi-referensi sebagai bahan pendukung. Untuk mencapai

Lebih terperinci

Analisis Availability Mesin Kompressor Dengan Penerapan TPM Dalam Produksi Blowing Agent Di PT. Dong Jin

Analisis Availability Mesin Kompressor Dengan Penerapan TPM Dalam Produksi Blowing Agent Di PT. Dong Jin Analisis Availability Mesin Kompressor Dengan Penerapan TPM Dalam Produksi Blowing Agent Di PT. Dong Jin http://www.gunadarma.ac.id/ Randy Kusmandanu 30405591 Pendahuluan Latar Belakang Agar Perusahaan

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Seminar Nasional Teknik IV STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS () MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Didik Wahjudi, Soejono Tjitro, Rhismawati Soeyono Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Mesin atau peralatan yang menjadi objek penelitian adalah pada bagian pengeringan di PT. XYZ yaitu pada mesin Dryer Twind. Karena mesin ini bersifat

Lebih terperinci

Bab III CUT Pilot Plant

Bab III CUT Pilot Plant Bab III CUT Pilot Plant 3.1 Sistem CUT Pilot Plant Skema proses CUT Pilot Plant secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa sistem CUT dibagi menjadi beberapa

Lebih terperinci

Laporan Kerja Praktek PT. Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk Cirebon BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kerja Praktek PT. Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk Cirebon BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembuatan semen diperlukan alat transportasi untuk mengangkut atau memindahkan material dari satu tahap proses ke tahap yang lain sesuai dengan waktu yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... DAFTAR ISI Judul... i Pengajuan... ii Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x Daftar Lampiran... xii Abstrak... xiii Abstract... xiv Bab I. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Perusahaan Gambaran umum ini akan membahas mengenai sejarah singkat dan perkembangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk., visi dan misi, lokasi, struktur organisasi,

Lebih terperinci

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email: teknik.industri@uii.ac.id ABSTRAK

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email: teknik.industri@uii.ac.id ABSTRAK Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) Aldila Samudro Mukti 1, Hudaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN: Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun 201 4 ISBN: 978-602-1180-04-4 ANALISIS PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) MENGGUNAKAN OVERALL EQUIPMENT EFECTIVENESS (OEE) DAN SIX BIG LOSSES PADA MESIN CAVITEC DI

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam) BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN 5.1 Analisa Nilai Availability Table 5.1 Nilai Availability Mesin Steam Ejector Planned Equipment Loss Time Availability Januari 42 6 36 85.71 Februari 44 7 37 84.09 Maret

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3 FASA DENGAN STATIC SCHERBIUS DRIVE PADA SUSPENTION PREHEATER FAN PLANT 9

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3 FASA DENGAN STATIC SCHERBIUS DRIVE PADA SUSPENTION PREHEATER FAN PLANT 9 MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3 FASA DENGAN STATIC SCHERBIUS DRIVE PADA SUSPENTION PREHEATER FAN PLANT 9 Gafur Nugroho¹, Bambang Winardi² Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan macam-macam langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. 3.1 Studi Literatur Studi literatur merupakan tahapan penyusunan landasan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk Disusun Oleh : Nama : Gabriella Aningtyas Varianggi NPM : 33412072 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Kadujaya Perkasa didirikan pada tahun 1982 dan berlokasi di Tangerang. PT. Kadujaya Perkasa merupakan perusahaan yang memproduksi barang barang

Lebih terperinci

BAB IV PENGENALAN MESIN KILN

BAB IV PENGENALAN MESIN KILN BAB IV PENGENALAN MESIN KILN 4.1 Deskripsi Mesin Kiln Mesin Kiln pada proses produksi keramik melalui beberapa tahapan yang salah satunya adalah pembakaran. Pembakaran bertujuan mengubah material keramik

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PEMICUAN METODE INTERMITENT ENERGIZATION PADA RAWMILL ELECTROSTATIC PRECIPITATOR PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. PLANT 9 Hardian Yanuar W¹, Karnoto, ST, MT² Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III PROSES PRODUKSI

BAB III PROSES PRODUKSI BAB III PROSES PRODUKSI 3.1 PROSES PRODUKSI 3.1.1 Urutan Proses Produksi dari Awal Sampai Jadi a. Persiapan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi lantai keramik adalah jeldspar dan pasir

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL 5.1.Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan OEE di PT. XYZ dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan mesin di mesi reaktor R-102

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. ABSTRACT... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. ABSTRACT... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v INTISARI... vi ABSTRACT... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE).

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE). BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE). Analisis perhitungan overall equipment effectiveness pada PT. Selamat Sempurna Tbk. dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) 48 BAB V ANALISA HASIL 5.1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisis perhitungan overall equipment effectiveness di PT. Inkoasku dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

Kesimpulan dan Saran BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan Saran BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dengan penerapan total productive maintenance (TPM) menggunakan pengukuran efektivitas dengan melakukan pengukuran dengan cara overall equipment effectiveness

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RAW GRIDING MILL PADA PROSES PEMBUATAN SEMEN

ANALISIS EFISIENSI RAW GRIDING MILL PADA PROSES PEMBUATAN SEMEN ANALISIS EFISIENSI RAW GRIDING MILL PADA PROSES PEMBUATAN SEMEN Budi Setiyana 1) Abstract Raw grinding mill sebagai salah satu bagian dari alat produksi semen mempunyai peranan yang cukup penting. Selain

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Maintenance

Sistem Manajemen Maintenance Sistem Manajemen Maintenance Pembukaan Yang dimaksud dengan manajemen maintenance modern bukan memperbaiki mesin rusak secara cepat. Manajemen maintenance modern bertujuan untuk menjaga mesin berjalan

Lebih terperinci

Nama Kelompok. 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi. dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT

Nama Kelompok. 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi. dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT Nama Kelompok 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT Masyarakat Kebutuhan Pasar bisnis properti Bencana Alam Lumpur Lapindo Bahan baku yang belum termanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR...

BAB II KAJIAN LITERATUR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i PERNYATAAN KEASLIAN... ii LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN....iii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...iv LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN...vi HALAMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih mengarah kepada pertumbuhan yang positif, sehingga hal ini memicu terjadinya persaingan yang sangat ketat baik dari investor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu yang didasarkan pada cirri-ciri keilmuan yang rasional, empiris dan sistematis. 3.1 Gambaran

Lebih terperinci

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) Achmad Nur Fauzi Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai bahan bakar tungku alternatif baik skala kecil maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai bahan bakar tungku alternatif baik skala kecil maupun BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Semua jenis industri khususnya industri manufaktur membutuhkan suatu kelancaran proses produksi dalam memenuhi tuntutan yang harus dipenuhi untuk menjaga kinerja

Lebih terperinci

BAB III PROSES PRODUKSI

BAB III PROSES PRODUKSI BAB III PROSES PRODUKSI 3.1 Proses Produksi 3.1.1 Urutan Proses Produksi dari Awal Sampai Jadi a. Persiapan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi lantai keramik adalah feldspar dan pasir

Lebih terperinci

OPTIMASI JARAK ADJUSTMENT TENSIONING DEVICE PADA DRAG CHAIN CONVEYOR

OPTIMASI JARAK ADJUSTMENT TENSIONING DEVICE PADA DRAG CHAIN CONVEYOR OPTIMASI JARAK ADJUSTMENT TENSIONING DEVICE PADA DRAG CHAIN CONVEYOR Budi Setiyana 1) Abstrak Drag Chain Conveyor (DCC) adalah salah satu jenis alat transport untuk memindahkan material baik powder maupun

Lebih terperinci

PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH

PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH Dibuat untuk memenuhi persyaratan permohonan Kerja Praktek di PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. Plant Cilacap Jawa Tengah Oleh: AHMAD

Lebih terperinci

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance Program perawatan yang melibatkan semua pihak yang terdapat dalam suatu perusahaan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan komparatif yang didukung oleh sumber daya alam dalam pembangunan sektor pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 110 MINIMISASI LIMBAH PADA INDUSTRI SEMEN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 (Studi Kasus PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk., CiteureupBogor, Jawa Barat) Oleh: Febrianti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat serta penyedia pelayanan purna jual baik berupa suku cadang maupun servis dengan cabang-cabang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.("Indocement") adalah salah satu

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.(Indocement) adalah salah satu BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV.1 Sejarah PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.("Indocement") adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi

Lebih terperinci

BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran

BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran 3.1. Pengertian Asphalt Mixing Plant ( AMP ) Asphalt Mixing Plant (AMP) atau unit produksi campuran beraspal adalah seperangkat perlalatan mekanik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance 2.1.1. Pengertian Maintenance Maintenance merupakan suatu fungsi dalam suatu industri manufaktur yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit) BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Availability Rate Availability Rate mencerminkan seberapa besar waktu loading time yang tersedia yang digunakan disamping yang terserap oleh down time losses. Berikut adalah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 57 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Inkoasku merupakan salah satu perusahaan industri otomotif yang bergerak dalam bidang Wheel Rim Manufakturing.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskritif yaitu penelitian yang berusaha untuk memaparkan pemecahan masalah terhadap

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 48 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian perlu dibuat urut-urutan proses pengerjaan yang dilakukan. Urut-urutan proses pengerjaan tersebut disebut Metodologi Penelitian. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri konstruksi merupakan bagian utama dalam kelancaran dan perkembangan pembangunan di suatu negara maju maupun negara berkembang. Semakin meningkatnya pembangunan

Lebih terperinci

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance Program perawatan yang melibatkan semua pihak yang terdapat dalam suatu perusahaan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya perusahaan. Semakin berkembangnya industri semakin banyak pula teknologi yang dikembangkan. Salah satu

Lebih terperinci

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September PRESENTASI SIDANG SKRIPSI 1 ANALISIS KINERJA DAN KAPABILITAS MESIN DENGAN PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) DI PT. X Disusun oleh Nama : Teguh Windarto NPM : 30408826 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

Analisis OEE (Overall Equipment Effectiveness) pada Mesin Discmill di PT Tom Cococha Indonesia

Analisis OEE (Overall Equipment Effectiveness) pada Mesin Discmill di PT Tom Cococha Indonesia Analisis OEE (Overall Equipment Effectiveness) pada Mesin Discmill di PT Tom Cococha Indonesia Heru Winarno 1) dan Setiyawan 2) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Serang Raya Banten

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing Sebagai yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa konsentrasi perhatian konsep JIT adalah pada aspek manusia, kualitas,

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengukuran Performansi Pengukuran performansi sering disalah artikan oleh kebanyakan perusahaan saat ini. Indikator performansi hanya dianggap sebagai indikator yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang menghasilkan pelumas (oli). PT. Federal Karyatama berusaha untuk tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Industri dalam bidang kesehatan mengalami perkembangan yang sangat baik, pasar farmasi pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 12% serta perkiraan perkembangan

Lebih terperinci

Nama : Teguh Windarto NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr.Ir Rakhma Oktavina, MT

Nama : Teguh Windarto NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr.Ir Rakhma Oktavina, MT PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PROSES PERAWATAN MESIN POTONG VELEG RODA DUA DENGAN METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) DI PT. ENKEI INDONESIA Nama : Teguh Windarto NPM : 30408826 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Pengantar Manajemen Pemeliharaan P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Topik Bahasan Perkembangan manajemen pemeliharaan Sistem pemeliharaan Preventive maintenance (PM) Total

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan

Lebih terperinci

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI)

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI) PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI) Fitri Agustina Jurusan Teknik Industri, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Po Box 2 Kamal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terhentinya suatu proses pada lantai produksi sering kali di sebabkan adanya masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

Lebih terperinci

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Mesin Electric Resistance Welding Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Mesin Electric Resistance Welding Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Penerapan Total Productive Maintenance Pada Mesin Electric Resistance Welding Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Friendy Negarawan 1, Ja far Salim 2, Wahyu Susihono 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI

PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI LATAR BELAKANG STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SLAG DAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN ADITIF DI FINISH MILL PABRIK SEMEN KOMPOSIT Diusulkan oleh : Eka Partana 2305 100 008 Aries Purijatmiko

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida dari Bauksit dengan Proses Bayer Kapasitas Ton / Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida dari Bauksit dengan Proses Bayer Kapasitas Ton / Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 74 3.1. Size Reduction 1. Crusher 01 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES Kode : SR-01 : Mengecilkan ukuran partikel 50 mm menjadi 6,25 mm : Cone Crusher Nordberg HP 500 : 2 alat (m) : 2,73 Tinggi (m)

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFEKTIVITAS LINI PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI KONTINYU DENGAN PENDEKATAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

PENINGKATAN EFEKTIVITAS LINI PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI KONTINYU DENGAN PENDEKATAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) PENINGKATAN EFEKTIVITAS LINI PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI KONTINYU DENGAN PENDEKATAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) (Studi Kasus pada PT. Petrokimia Gresik) IMPROVING THE PRODUCTION LINE EFFECTIVENESS

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat 81 BAB V PEMBAHASAN Pada pengujian kualitas batubara di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, menggunakan conto batubara yang diambil setiap ada pengiriman dari pabrik. Conto diambil sebanyak satu sampel

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi 5 BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahaluan Total Produktive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci