MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK"

Transkripsi

1 MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PEMICUAN METODE INTERMITENT ENERGIZATION PADA RAWMILL ELECTROSTATIC PRECIPITATOR PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. PLANT 9 Hardian Yanuar W¹, Karnoto, ST, MT² Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH Tembalang, Semarang Abstrak: Pada proses pembuatan semen, salah satu proses penting yang dilakukan adalah penggilingan bahan baku di rawmill. Pada proses penggilingan bahan baku ini, raw meal yang telah halus dihisap dari proses grinding menggunakan udara bertekanan, dipisahkan bahan baku yang telah halus. Dan limbah gas yang dihasilkan dihisap menggunakan fan, menuju ke electrostatic precipitator untuk kembali disaring debunya sebelum dilepaskan ke udara bebas. Pada laporan kerja praktek ini dibahas mengenai alat penyaring debu, yaitu electrostatic precipitator, dan simulasi suplai dayanya. Kata kunci : Electrostatic precipitator,rawmill,,intermitent energization I. PENDAHULUAN Latar Belakang PT. Indocement, Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri semen. Semen yang dihasilkan di PT. Indocement, Tbk. merupakan semen PCC, dan PT. Indocement, Tbk. adalah satu-satunya industry semen yang memproduksi semen putih di Indonesia. Pada proses pembuatan semen, proses pengolahan bahan baku memiliki peran sangat penting karena mempengaruhi kualitas dan karakteristik hasil akhir produksi. Pada proses pengolahan baku ini salah satunya adalah rawmill yang bertugas menghalusakan dan menyeragamkan bahan baku dimana limbah keluarannya berupa gas yang mengandung partikel debu, yang harus disaring terlebih dahulu partikel debunya sebelum dibuang ke udara bebas. Proses penyaringan ini dilakukan oleh electrostatic precipitator.jadi, electrostatic precipitator memiliki peran sangat penting sebagai ujung tombak proses penanganan limbah keluaran rawmill. Tujuan Makalah kerja praktek ini bertujuan untuk mengetahui secara umum proses pembuatan semen, serta pembahasan mengenai electrostatic precipitator pada unit rawmil. Batasan Masalah Dalam laporan kerja praktek ini membahas hal-hal yang bersifat umum tentang penggunaan electrostatic precipitator untuk penyaringan debu pada rawmill di plant 9 PT. Indocement, Tbk. Cirebon. ¹Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Undip ²Dosen Jurusan Teknik Elektro Undip DASAR TEORI Langkah-langkah Proses Pembuatan Semen Secara garis besar proses pembuatan semen di PT. Indocement Tunggal Prakarsa dibagi dalam beberapa tahap : 1. Penambangan dan Penyediaan Bahan Baku (Unit Mining) Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan semen adalah batu kapur (lime stone), sedangkan tanah liat (clay), pasir silica, pasir besi dan gypsum sebagai bahan aditif. 2. Pengeringan dan Penggilingan Bahan Baku (Unit Raw Mill) Tahapan ini terdiri dari : a. Pengeringan bahan aditif Bahan aditif dari masing-masing storage diambil untuk kemudian diumpankan ke dalam rotary dryer untuk dikeringkan. Media pemanasnya adalah gas panas yang berasal dari Reinforced Suspention Preheater (RSP). Proses pengeringan berlangsung hingga didapatkan kondisi material memiliki kandungan air kurang lebih 1%. b. Penggilingan bahan baku High lime, low lime, aditif dan pasir besi diumpankan ke dalam alat penggiling (raw mill). Di dalam alat ini, material digiling dengan menggunakan bola-bola baja dengan ukuran tertentu sambil diputar. Proses ini menggunakan gas panas dari stabilizer yang diambil dari RSP sehingga dalam proses ini berlangsung pula proses pengeringan. c. Pencampuran bahan baku 1

2 Raw meal di homogenisasi dengan proses aerasi di dalam Homogenizing Silo (HS). 3. Pembakaran Raw Meal dan Pendinginan Clinker (Unit Burning) Proses pembakaran raw meal dalam pembuatan semen merupakan tahap yang paling penting karena pada tahap inilah terbentuk mineral-mineral yang diperlukan dalam semen. Proses pembakaran di preheater (proses prekalsinasi) dan proses pembakaran di kiln menjadi klinker. Klinker yang keluar dari kiln dan masuk ke dalam cooler sudah terbentuk padatan dan bersuhu kurang lebih C. Klinker yang masih panas ini perlu didinginkan karena : a. klinker yang panas sulit diangkut b. klinker panas mempunyai pengaruh negatif pada proses penggilingan c. udara panas hasil pendinginan klinker dapat dimanfaatkan, sehingga dapat menurunkan biaya produksi d. pendinginan yang tepat akan meningkatkan kualitas semen Conveyor dan Bucket Elevator. Dari bucket elevator, semen dilewatkan ke vibrating screen untuk memisahkan material asing yang terdapat didalam semen. Lalu semen dimasukkan ke dalam feed bin dan dikeluarkan melalui mesin pengepakan. Dari mesin pengepakan, semen yang sudah dikemas diangkut dengan belt conveyor menuju ke dua buah bag loader untuk dimuat ke atas truk dan siap untuk dipasarkan. ELECTROSTATIC PRECIPITATOR Pada laporan kerja praktek ini, dibahas mengenai electrostatic precipitator yang terletak di unit rawmill plant 9 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. ESP rawmill ini bertugas mengolah limbah gas keluaran dari grinding mill, sebelum dikeluarkan ke udara bebas. Grinding mill sendiri berfungsi menghancurkan (menghaluskan) limestone sebelum masuk ke homogenizing silo. Prinsip Kerja Gambar 2 Peletakan electrostatic precipitator Gambar 1 Alur produksi 4. Penggilingan Akhir (Unit finish Mill) Proses penggilingan klinker bertujuan untuk mencampur dan menggiling klinker dengan gypsum sampai tingkat kehalusan tertentu sehingga terbentuk produk semen. Material digiling di dalam cement mill. Material yang keluar dari cement mill dibawa oleh ATC (Air Truck Conveyor) kemudian dipusingkan kedalam Air Separator. Dalam air separator terjadi dua gaya yaitu gaya sentrifugal dan gravitasi sehingga produk yang halus masuk ke siklon dan produk yang masih kasar masuk kembali ke cement mill sebagai tailing. 5. Pengantongan Semen (Unit Packing) Semen disimpan dalam cement silo. Semen dari silo dibawa ke bagian pengepakan (packing) dengan menggunakan air sliding Prinsip kerja electrostatic precipitator didasarkan atas partikel bermuatan listrik yang dilewatkan dalam satu medan elektrostatik, Sistem filter ini terdiri dari dua buah elektroda yaitu elektroda pelepasan (discharge electrode atau emiting) yang berupa kawat baja (steel wire) dan elektroda pengumpul (collecting electrode) yang berupa plat baja (steel plate). Discharge electrode / emitting bermuatan negatif ( ) berfungsi menghasilkan elektron bebas yang digunakan untuk memberikan muatan (charging) pada partikel debu, Collecting electrode berfungsi untuk menarik partikel bermuatan sehingga partikel debu dalam gas akan terakumulasi pada platnya. Dengan tegangan yang cukup besar diantara kedua elektroda, maka disekitar emitting electrode timbul korona. Elektron-elektron ini akan mengionisasi gas di sekitarnya sehingga akan terbentuk ion-ion positif dan negatif dari gas. Karena pengaruh medan yang kuat maka ion ion positif bergerak menuju emitting electrode. 2

3 Dalam perjalanan ion negatif ke collecting electrode jika bertemu dengan partikel debu, maka ion tersebut akan melepaskan muatannya ke partikel tesebut sehingga muatan akan berpartikel negatif. Ion partikel ini kemudian tertarik ke collecting electrode. Pada electrode ini ion partikel ditangkap dan dinetralisir, disamping sebagian kecil partikel debu dimuati oleh ion positif sehingga partikel ini bermuatan positif yang kemudian bergerak menuju emiting electrode. Discharge electrode berada ditengah-tengah antara collecting plate dan dipasang secara berselang seling, Debu yang terbawa bersama gas dilewatkan melalui elektroda-elektroda tersebut dimana debu akan diberi muatan oleh discharge electrode. Kemudian debu yang bermuatan akan tertarik oleh collecting plate sedikit demi sedikit. Gambar 3 proses terjadinya korona Material yang diberi muatan negatif akan menempel pada collecting plate sebagai efek medan elektrostatis yang ada secara simultan antara discharge electrode dan collecting plate. Debu yang menempel pada collecting plate secara periodik dilepas dengan cara pemukulan menggunakan Rapper dengan berat 8.2 kg dan di setting selama 3 detik, sehingga debu tersebut jatuh dan ditampung ke dalam Hopper yang kemudian dikirim ke proses berikutnya melalui Belt Conveyor, sedangkan debu yang tidak tertangkap karena faktor tertentu akan dihisap melalui Chimney. Spesifikasi Rawmill ESP: Tipe : Steel Casing, Outdoor type Volume gas : 9800 m 3 /menit pada 135 C Kandungan debu keluaran : 0,08 g/nm 3 Faktor yang mempengaruhi Penangkapan Debu 1. Resistivitas partikel Resistivitas partikel atau debu mempunyai peranan penting dalam proses penangkapan debu dan besamya resistivity ini tergantung pada sifat-sifat dari debu tersebut, efesiensi EP yang tinggi dapat dicapai jika resistivitas paitikel/debu berada diantara Ω per cm. 2. Ukuran Partikel Dalam perjalanan ion gas menuju elektroda positif (collecting plate) akan bertemu dan menabrak partikel debu yang kemudian ion melepas muatannya ke partikel,dalam hal ini makin besar ukuran partikel debu makin besar kemungkinan ion gas menabraknya makin besar muatan yang dimilikinya. Suatu saat partikel ini akan mengalami kejenuhan sehingga ion lain yang mendekat akan menolaknya. Dengan demikian makin besar ukuran partikel muatannya akan lebih besar sehingga akan mendapat kecepatan yang besar untuk bergerak ke elektroda yang positif (collecting plate) dengan kata lain makin besar diameter partikel kecepatan untuk menuju elektroda positif juga makin besar, ini berlaku untuk partikel yang berukuran lebih dari 1 mikrometer. 3. Pengaruh Temperatur Jika temperatur naik maka sifat elektris dari gas akan terganggu, tegangan flash over maksimum akan turun sehingga tegangan operasi akan diturunkan. Konsekuensinya kuat medan listrik akan ikut turun dan daya penangkapan debu akan turun. Dari sini akan dapat diketahui, disamping menaikan resistivitas dari partikel maka temperatur tinggi maka akan menurunkan efesiensi dari EP dari segi melemahnya kekuatan penangkapan debu/partikel. Gambar 4 Prinsip Penangkapan Debu oleh EP 4. Pengaruh Spark Spark dapat timbul jika lapisan debu pada permukaan collecting electrode terlalu tebal, ini diakibatkan oleh: a. Resistivitas dari partikel debu terlalu tinggi b. Rapper bekerja tidak sempurna 3

4 Ada tiga fenomena yang dapat terjadi pada lapisan debu di collecting electrode akibat medan magnet yang timbul: a. Efek medan normal Medan ini mempertahankan debu yang menempel pada collecting electrode b. Efek medan yang sangat kuat Bila resistivitas partikel sangat besar maka medan yang terjadi pada lapisan debu akan lebih besar dari gaya normal untuk mempertahankan debu pada collecting electrode, menyebabkan pembersihan electrode akan terganggu. c. Efek back ionization Kuat medan yang besar pada lapisan debu dapat menimbulkan back ionization atau spark. akan menurun. Untuk meningkatkan efisiensi, pada saat trouble atau overhaul dilakukan pengecekan dan pemeliharaan pada bagianbagian dalam dari EP. Komponen penyusun Electrostatic Precipitator 1. Peralatan tegangan tinggi Gambar 6 Peralatan tegangan tinggi pada ESP Gambar 5 pengaruh tegangan terhadap efek korona Efisiensi Electrostatic precipitator (ESP) didesain untuk menangkap debu dengan efisiensi berkisar 90-95% sehingga tidak mengganggu lingkungan di sekitar pabrik. Efisiensi dari EP dapat dinyatakan dengan: Peralatan ini berfungsi menyuplai dan mengontrol kekuatan medan magnet listrik yang dibangkitkan diantara kedua elektroda. Hal ini dilakukan dengan menggunakan satu set peralatan tegangan tinggi yang terdiri atas tiga bagian: trafo tegangan tinggi, penyearah tegangan tinggi, dan peralatan kontrol serta pengukuran. Sistem kelistrikan menjaga tegangan pada level tertinggi tanpa menyebabkan spark yang berlebihan diantara discharge electrode dan collection plate. Keseluruhan peralatan ini biasa disebut Transformer Rectifier Set (T-R Set) 2. Rapper η = 1 e A V W Dengan e menyatakan bilangan napier, A adalah luas permukaan plate (m 2 ), V adalah laju aliran gas bekas (output m 3 /s) sedangkan W menyatakan kecepatan hanyut (m/s) yang dinyatakan dengan persamaan: W = A Eo Ep Q Dimana, A menyatakan jari-jari partikel, Eo adalah kuat medan listrik permukaan, Ep adalah kuat medan presipisasi dan Q menyatakan nilai resistansi dari gas. Efisiensi EP dipengaruhi oleh dust resistivity, makin tinggi dust resistivity makin sedikit dust yang terionisasi sehingga efisiensi Gambar 7 sistem rapping pada collection electrode metode hammer and anvil Debu yang telah terakumulasi pada discharge electrode dibuang dengan menggunakan mekanisme rapping. Deposit debu biasanya dapat dilepaskan dari elektroda menggunakan impuls mekanik atau getaran yang diaplikasikan pada elektroda. Sistem rapping didesain sedemikian sehingga intensitas dan 4

5 frekwensi rapping dapat diatur untuk kondisi operasi yang bervariasi. Setelah setting kondisi operasi didapatkan, maka sistem rapping ini harus dapat bekerja secara kontinyu dalam jangka waktu yang panjang. 5. Hopper discharge Gambar 8 Komponen penyusun hopper Sistem Kelistrikan pada Electrostatic Precipitator Sistem kelistrikan pada EP menggunakan tegangan DC dimana sisi primernya sebesar 415 Volt dua fasa dan sisi sekundernya merupakan penyearah gelombang penuh menghasilkan tegangan sebesar kv (dc), arus primer biasanya berkisar A dan arus sekunder berkisar dari 300 sampai 1200 ma. Untuk mengontrol berapa banyak tegangan yang dipakai oleh precipitator, back-to-back SCR dipasangkan pada line supply T/R set. Satu SCR mengontrol setengah gelombang positif (180 ) dan yang lain (reverse SCR) mengontrol setengah gelombang negatif. Saklar pengontrol tegangan SCR ini melewati SCR driver (SDl36) untuk mengontrol tegangan pada precipitator, seperti pada gambar di bawah ini : Proses pengeluaran debu dari dalam hopper dilakukan dengan screw conveyor yang depasang pada bagian dasar hopper. Screwing conveyor menggunakan as berputar yang pada permukaan terdapat alur seperti pada sekrup untuk mendorong dan mengeluarkan debu. Debu yang keluar dari EP akan dikumpulkan dalam sebuah terminal pengumpulan dan secara berkala terminal ini dikosongkan. 6. Shell Shell adalah bagian terluar dari EP yang bertugas melindungi dan menopang komponenkompnen lain dalam sebuah struktur yang kokoh dan sekaligus untuk menjaga letak dan konfigurasi elektrode melalui electrode frame yang terhubung dengan shell. Shell ini sangat penting karena pada aliran gas panas, komponen dalam sebuah EP dapat memuai dan mengakibatkan perubahan dimensi yang signifikan. Bila terjadi pemanasan yang terlalu tinggi pada sebuah EP maka dapat pula terjadi sambungan logam yang ada akan terlepas dan merusak EP. Gambar 10 Precipitator power supply SCR yang lain memindahkan aliran listrik ke tegangan 415 VAC gelombang penuh, menahan sampai SCR menjadi reverse bias. Hal ini terjadi ketika bentuk gelombang memotong titik nol (zero crossing point). Gambar di bawah menunjukan tegangan primer ketika SCR mengalirkan arus listrik pada sudut 90 dan menghasilkan tegangan sekunder serta bentuk gelombang arus Gambar 11 Primary V, Secondary I, Secondary V waveform Gambar 9 skematik shell sebuah ESP Waktu setting kerja SCR dinamakan sudut picu. SCR yang dipicu pada sudut pemicuan 0, maka arus tidak akan dihantarkan. Pada sudut 5

6 pemicuan SCR 180, maka arus akan dihantarkan untuk setengah siklus fasa, kedua SCR seharusnya disulut pada sudut kawat yang sama untuk mencegah kejenuhan dari T/R set. Kita dapat mengasumsikan hubungan sudut kawat dan arus sekunder seperti gambar dibawah ini: Kekurangannya dibandingkan sistem traditional DC yaitu: 1. Untuk debu dengan nilai resistansi tinggi, sistem ini kurang efektif 2. Dibutuhkan sistem kontrol yang lebih rumit 3. Kehandalan sistem secara keseluruhan lebih rendah 4. Diperlukan kalibrasi ulang untuk jenis debu yang berbeda Untuk menyimulasikan sistem pemicuan thyristor pada electrostatic precipitator, digunakan software PSIM dengan rangkaian sbb: Gambar 12 Hubungan sudut picu dan arus sekunder yang dihasilkan Pengontrolan dapat juga dilakukan seberapa sering SCR dipicu. Jika sekali tiap gelombang (20 ms untuk sistem 50 Hz) dinamakan Continous Energisation, jika tidak disulut pada tiap gelombang dinamakan Intermitent Energisation. Gambar 14 rangkaian simulasi pada PSIM Misal untuk nilai koefisien D=3 dengan sudut picuan 180, maka didapatkan output keluaran sbb: Gambar 13 Continuous dan intermittent energisation Intermittent Energisation Adalah sebuah metode pengontrolan picuan untuk suplai daya electrostatic precipitator, dimana tidak di setiap siklus dilakukan picuan untuk mengkonduksikan switching device (dalam hal ini SCR). Gambar Vprimer transformator pada D=3, sudut picu 180 Jumlah siklus ON dan OFF ditentukan dengan mengatur nilai koefisien D, yang dihitung sbb: D = jumla alf cycles dalam satu interval jumla alf cycles yang dipicu Jadi misal untuk pemicuan satu half cycles setiap empat half cycles, didapat nilai koefisien D = 4 Kelebihan sistem intermittent energization: 1. Lebih hemat daya, karena dilakukan pencacahan input daya yang masuk ke plant ESP 2. Lebih fleksibel, karena dapat diatur besarnya tegangan puncak maksimum 3. Dapat diatur nilai koefisien D nya sesuai nilai resistansi partikel debu Gambar V ESP pada D=3, sudut picu 180 Maka akan didapat nilai2 parameter hasil simulasi sbb: No Parameter Nilai Simulasi 1. V max x V min x V avg x V rms x

7 Untuk koefisien D =4 sudut picuan 180, didapat: No Parameter Nilai Simulasi 1. V max x V min x V avg x V rms x 10 5 Hasil akhir dapat dirangkum sbb: Gambar Vprimer transformator pada D=4, sudut picu 180 No Parameter α = 180 DC=3 DC=4 DC=5 1. V max V min V avg V rms Win Gambar V ESP pada D=4, sudut picu 180 No Parameter Nilai Simulasi 1. V max x V min x V avg x V rms x 10 5 Sedangkan untuk koefisien D = 5 sudut picuan 180, outputnya sbb: Dengan cara yang sama, dicari juga nilai parameter keluaran dengan variasi koefisien DC pada nilai alpha yang berbeda. Didapatkan hasil sbb: No Parameter α = 90 DC=3 DC=4 DC=5 1. V max V min V avg V rms Win Dari tabel diatas dapat dibuat grafik karakteristik sbb: Pengaruh nilai D terhadap V max Gambar Vprimer transformator pada D=5, sudut picu DC=3 DC=4 DC=5 Gambar grafik pengaruh nilai D terhadap V max pada sudut pemicuan = 180 Gambar V ESP pada D=5, sudut picu 180 7

8 Win Gambar pengaruh nilai koefien D terhadap besar Win Dari kedua grafik diatas, dapat disimpulkan beberapa karakteristik dasar pemicuan intermitent energisation sbb: 1. Pada pemicuan thyristor sudut picuan 180, nilai koefisien D tidak mempengaruhi besarnya peak voltage yang dicapai. 2. Pada pemicuan thyristor sudut picu 90, semakin besar koefisien D menghasilkan nilai peak voltage yang lebih tinggi. 3. Daya yang dibutuhkan untuk pemicuan intermitent energisation sudut α=180 berbanding terbalik dengan nilai D. 4. Daya yang dibutuhkan untuk pemicuan intermitent energisation sudut α=90 berbanding lurus dengan nilai D. II Pengaruh D terhadap besar Win 0 PENUTUP DC=3 DC=4 DC=5 alpha =180 alpha =90 Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Bahan yangdigunakan untuk pembuatan semen adalah limestone, clay, pasir sillika, pasir besi, dan gypsum dengan komposisi tertentu. Bahan-bahan ini harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh unit laboratorium. 2. Electrostatic Precipitator adalah salah satu alat yang digunakan untuk menyaring debu sebelum limbah gas dikeluarkan ke udara bebas 3. Dengan sistem intermittent energization, dapat diatur karakteristik tegangan tinggi yang dihasilkan sesuai dengan jenis debu yang dilewatkan. 4. Pada pemicuan thyristor sudut picuan 180, nilai koefisien D tidak mempengaruhi besarnya peak voltage yang dicapai. 5. Pada pemicuan thyristor sudut picu 90, semakin besar koefisien D menghasilkan nilai peak voltage yang lebih tinggi. 6. Daya yang dibutuhkan untuk pemicuan intermitent energisation sudut α=180 berbanding terbalik dengan nilai D. 7. Daya yang dibutuhkan untuk pemicuan intermitent energisation sudut α=90 berbanding lurus dengan nilai D. Saran Beberapa hal yang dapat diperhatikan diantaranya adalah : 1. Perlu adanya kalibrasi ulang setting pemicuan ESP untuk mendapatkan efiensi maksimum pada jenis debu aktual yang dilewatkan. 2. Penguasaan teknik perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) mutlak diperlukan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. 3. Perlu adanya tenaga khusus yang mempunyai tugas sebagai pembimbing kerja praktek. DAFTAR PUSTAKA [1] Parker, Ken Electrical Operation of Electrostatic Precipitator. London: The Institution of Engineering and Technology. [2] Parker, K. R. (Ed.) Applied Electrostatic Precipitation. London: Chapman & Hall. [3] Cooper and Alley Air Pollution Control a Design Approach (3rd edition). Waveland Press. 8

9 BIOGRAFI Hardian Yanuar Wibowo (L2F006046) Dilahirkan di Purworejo, 1 Januari 1989, menempuh pendidikan di SDN Purworejo 1, SLTPN 2 Purworejo, SMAN 1 Purworejo, dan saat ini sedang melanjutkan studi S1 di jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang angkatan 2006 dengan konsentrasi Teknik Energi Listrik. Mengetahui dan Mengesahkan, Pembimbing Ir. Karnoto, ST, MT NIP Tanggal : Juni 2010 l

Makalah Seminar Kerja Praktek PIACS DC SEBAGAI PENGATUR PARAMETER PADA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR DI PT HOLCIM INDONESIA TBK CILACAP PLANT

Makalah Seminar Kerja Praktek PIACS DC SEBAGAI PENGATUR PARAMETER PADA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR DI PT HOLCIM INDONESIA TBK CILACAP PLANT Makalah Seminar Kerja Praktek PIACS DC SEBAGAI PENGATUR PARAMETER PADA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR DI PT HOLCIM INDONESIA TBK CILACAP PLANT Gigih Mahartoto Pratama Mahasiswa Jurusan Teknik elektro, Fakultas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI..... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii iii iv vi xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian jenis gas dapat dipandang sebagai pencemar udara terutama apabila konsentrasi gas tersebut melebihi tingkat konsentrasi normal dan dapat berasal dari sumber

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3 FASA DENGAN STATIC SCHERBIUS DRIVE PADA SUSPENTION PREHEATER FAN PLANT 9

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3 FASA DENGAN STATIC SCHERBIUS DRIVE PADA SUSPENTION PREHEATER FAN PLANT 9 MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3 FASA DENGAN STATIC SCHERBIUS DRIVE PADA SUSPENTION PREHEATER FAN PLANT 9 Gafur Nugroho¹, Bambang Winardi² Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly Ash dengan Proses Kering Oleh : Palupi Nisa 230 030 04 Hikmatul

Lebih terperinci

BAB III ELECTROSTATIC PRECIPITATOR

BAB III ELECTROSTATIC PRECIPITATOR BAB III ELECTROSTATIC PRECIPITATOR 3.1 Gambaran Umum Elektrostatik merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang medan listrik statik. Elektrostatik diaplikasikan dalam dunia industri,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR SEBAGAI PENANGGULANGAN POLUSI UDARA PADA CEROBONG GAS BUANG BOILER OLEH : Nama : DEDY ADVENTO PASARIBU

PENGGUNAAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR SEBAGAI PENANGGULANGAN POLUSI UDARA PADA CEROBONG GAS BUANG BOILER OLEH : Nama : DEDY ADVENTO PASARIBU PENGGUNAAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR SEBAGAI PENANGGULANGAN POLUSI UDARA PADA CEROBONG GAS BUANG BOILER (Aplikasi Dept. Power Plant PT. CANANG INDAH) OLEH : Nama : DEDY ADVENTO PASARIBU Nim : 035203013

Lebih terperinci

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN KESNI SAVITRI 0807121210 1. ALAT UTAMA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS RIAU 2010 2. BLENDING SILO ( Pencampuran dan Homogenisasi)

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV Dibuat Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Syarat Yang Diperlukan Pada Kurikulum Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

TUGAS UO 1 ( PROSES MEKANIKA ) PENERAPAN ELEKTROSTATIK PRESIPITATOR DALAM INDUSTRI

TUGAS UO 1 ( PROSES MEKANIKA ) PENERAPAN ELEKTROSTATIK PRESIPITATOR DALAM INDUSTRI TUGAS UO 1 ( PROSES MEKANIKA ) PENERAPAN ELEKTROSTATIK PRESIPITATOR DALAM INDUSTRI KELOMPOK 22 AFIQ UBAIDAH (21030112130151) M DZIKRI HANIF (21030112130084) REZZA TAQWA P (21030112110058) JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES PT Semen Padang: Studi Kasus Perusahaan PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN PT. Semen Padang didirikan pada tahun 1910 dan merupakan pabrik semen tertua di Indonesia. Pabrik berlokasi di Indarung, Padang,

Lebih terperinci

BAB IV. PENGOPERASIAN dan PENANGANAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR

BAB IV. PENGOPERASIAN dan PENANGANAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR BAB IV PENGOPERASIAN dan PENANGANAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR 4.1 Pengoperasian Untuk mengoperasikan ESP, ada presedur yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Pemeriksaan sebelum start-up 2. Start-up 3. Pemeliharaan

Lebih terperinci

C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF

C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF INDUSTRI SEMEN Khamdi Mubarok, M.Eng Definisi Semen merupakan komoditi strategis yang memanfaatkan potensi sumber daya alam bahan galian non logam berupa batu kapur, tanah liat, pasir besi dan gipsum (diimpor)

Lebih terperinci

48 juta ton naik 17,7%

48 juta ton naik 17,7% KESIMPULAN PERSAINGAN INDUSTRI KEBUTUHAN KONSUMEN KEPUASAN PELANGGAN 48 juta ton naik 17,7% PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk. ORDINARY PORTLAND CEMENT UNIT RAW MILL P 1-2 KUALITAS RAW MEAL PENYIMPANGAN

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA 2.1. Peningkatan Kualitas Batubara Berdasarkan peringkatnya, batubara dapat diklasifikasikan menjadi batubara peringkat rendah (low rank coal) dan batubara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan sistem elektrosatik yang terdiri dari plat plat baja yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan sistem elektrosatik yang terdiri dari plat plat baja yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Cara Kerja Electrostatic Precipitator Electrostatic precipitator merupakan alat penangkap debu dengan menggunakan sistem elektrosatik yang terdiri dari plat plat baja yang

Lebih terperinci

PENGENDALI DEBU (PARTIKULAT)

PENGENDALI DEBU (PARTIKULAT) Teknologi Pengendalian Emisi 1 PENGENDALI DEBU (PARTIKULAT) Partikulat Apa itu Partikulat? adalah butiran berbentuk padat atau cair Ukuran dinyatakan dalam mikron (µm), 1µm = 10-6 m Contoh 2 > 100µm, cepat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian

Lebih terperinci

Noza Afrian*, Firdaus**, Edy Ervianto**

Noza Afrian*, Firdaus**, Edy Ervianto** ANALISA KINERJA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR () BERDASARKAN BESARNYA TEGANGAN DC YANG DIGUNAKAN TERHADAP PERUBAHAN EMISI DI POWER BOILER INDUSTRI PULP AND PAPER Noza Afrian*, Firdaus**, Edy Ervianto** *Alumni

Lebih terperinci

PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH

PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH Dibuat untuk memenuhi persyaratan permohonan Kerja Praktek di PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. Plant Cilacap Jawa Tengah Oleh: AHMAD

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat BAB III PERANCANGAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai perancangan dan realisasi Gravity Light nya. Bahasan perancangan dimulai dengan penjelasan alat secara keseluruhuan yaitu penjelasan singkat

Lebih terperinci

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA 3.1. Pendahuluan Setiap bahan isolasi mempunyai kemampuan menahan tegangan yang terbatas. Keterbatasan kemampuan tegangan ini karena bahan isolasi bukanlah

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN BAB III METODE PROSES PEMBUATAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya proses pembuatan dapur busur listrik, alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan dapur busur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk dalam satu dekade terakhir menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya konsumsi energi nasional. Seperti

Lebih terperinci

Bab III CUT Pilot Plant

Bab III CUT Pilot Plant Bab III CUT Pilot Plant 3.1 Sistem CUT Pilot Plant Skema proses CUT Pilot Plant secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa sistem CUT dibagi menjadi beberapa

Lebih terperinci

RANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP

RANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP DAFTAR ISI RANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP 220 V / 5 KV, 0,5 A, 50 Hz... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING.. Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... Error! Bookmark not defined. LEMBAR

Lebih terperinci

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen

Lebih terperinci

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton Waluyo 1, Syahrial 2, Sigit Nugraha 3, Yudhi Permana JR 4 Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

LUQMAN KUMARA Dosen Pembimbing :

LUQMAN KUMARA Dosen Pembimbing : Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum-Plat LUQMAN KUMARA 2205 100 129 Dosen Pembimbing : Dr.Eng I Made Yulistya Negara, ST,M.Sc IG Ngurah Satriyadi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004 ii iii iv UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004 PEMODELAN DINAMIK DAN SIMULASI PROSES PENGGILINGAN AKHIR PADA PABRIK SEMEN Hengky Suleman

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI SEMEN

SKEMA SERTIFIKASI SEMEN 1/10/2014 : 1 dari 5 SKEMA Semen Portland (SNI 15-2049-2004) ; Semen Portland Komposit (SNI 15-7064-2004); Semen Portland Pozolan (SNI 15-0302-2004); Semen Portland Campur (SNI 15-3500-2004); Semen Portland

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER 4.1 TUJUAN PENGUJIAN Tujuan dari pengujian Cigarette Smoke Filter ialah untuk mengetahui seberapa besar kinerja penyaringan yang dihasilkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI

PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI LATAR BELAKANG STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SLAG DAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN ADITIF DI FINISH MILL PABRIK SEMEN KOMPOSIT Diusulkan oleh : Eka Partana 2305 100 008 Aries Purijatmiko

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui 6 tahapan, yaitu raw material extraction, raw material preparation,

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui 6 tahapan, yaitu raw material extraction, raw material preparation, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri semen membutuhkan jumlah energi yang besar untuk berproduksi. Hampir sekitar 50% biaya produksi berasal dari pembelian energi yang terdiri dari 75% dalam bentuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dilakukan, pembuatan sampel mentah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi

III. METODE PENELITIAN. dilakukan, pembuatan sampel mentah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dibeberapa tempat berbeda berdasarkan proses kegiatan yang dilakukan, pembuatan sampel mentah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

Pengukuran RESISTIVITAS batuan.

Pengukuran RESISTIVITAS batuan. Pengukuran RESISTIVITAS batuan. Resistivitas adalah kemampuan suatu bahan atau medium menghambat arus listrik. Pengukuran resistivitas batuan merupakan metode AKTIF, yaitu pengukuran dengan memberikan

Lebih terperinci

SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA

SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA Wahyono Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jalan Prof. Sudarto, SH, Tembalang, kotak pos6199/sms/sematang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terbentur pada permasalahan penggunaan teknologi. Dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI. terbentur pada permasalahan penggunaan teknologi. Dengan semakin BAB II LANDASAN TEORI II.1. Parameter Pencemar Udara Selama ini teknologi pengolahan limbah kurang mendapatkan perhatian serius di Indonesia. Padahal, tidak sedikit permasalahan limbah cair maupun gas

Lebih terperinci

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 )

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 ) No FISIKA 2015 TIPE C SOAL 1 Sebuah benda titik dipengaruhi empat vektor gaya yang setitik tangkap seperti pada gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. Besar resultan gayanya adalah. A. 60 N

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Laporan Praktikum Proses Pemisahan & Pemurnian Dosen Pembimbing : Ir. Ahmad Rifandi, MSc 2 A TKPB Kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT Semen Padang merupakan salah satu produsen semen terkemuka di Indonesia. PT Semen Padang menjadi industri semen pertama di Indonesia yang dibangun pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Gambar 3.1 menunjukkan blok diagram sistem secara keseluruhan. Mekanik Turbin Generator Beban Step

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RAW GRIDING MILL PADA PROSES PEMBUATAN SEMEN

ANALISIS EFISIENSI RAW GRIDING MILL PADA PROSES PEMBUATAN SEMEN ANALISIS EFISIENSI RAW GRIDING MILL PADA PROSES PEMBUATAN SEMEN Budi Setiyana 1) Abstract Raw grinding mill sebagai salah satu bagian dari alat produksi semen mempunyai peranan yang cukup penting. Selain

Lebih terperinci

Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering. Oleh : Lailatus Sa adah ( ) Sunu Ria P. ( )

Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering. Oleh : Lailatus Sa adah ( ) Sunu Ria P. ( ) Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering Oleh : Lailatus Sa adah (2308 030 025) Sunu Ria P. (2308 030 035) Latar Belakang Peneliti Jepang Abu Sampah Semen Pabrik Ekosemen di Indonesia Pabrik

Lebih terperinci

UN SMA IPA Fisika 2015

UN SMA IPA Fisika 2015 UN SMA IPA Fisika 2015 Latihan Soal - Persiapan UN SMA Doc. Name: UNSMAIPA2015FIS999 Doc. Version : 2015-10 halaman 1 01. Gambar berikut adalah pengukuran waktu dari pemenang lomba balap motor dengan menggunakan

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain daya angin, daya turbin angin, TSR (Tip Speed Ratio), aspect ratio, overlap ratio, BHP (Break Horse

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad ABSTRAK Untuk mendapatkan hasil pembumian yang baik harus

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 25 BAB IV PENGUJIAN ALAT Pembuatan alat pengukur sudut derajat saat pengapian pada mobil bensin ini diharapkan nantinya bisa digunakan bagi para mekanik untuk mempermudah dalam pengecekan saat pengapian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D.

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D. 1. Perhatikan gambar. Jika pengukuran dimulai pada saat kedua jarum menunjuk nol, maka hasil pengukuran waktu adalah. A. 38,40 menit B. 40,38 menit C. 38 menit 40 detik D. 40 menit 38 detik 2. Perhatikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam jarak yang tidak

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran 1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah.... A B. C D E 2. Sebuah perahu menyeberangi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI RDF

TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI RDF TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI RDF Emenda Sembiring, ST,MT,MEngSc, PhD Disampaikan pada Training Pengelolaan Sampah: Admire Cement NAMAs 28 Juli 2016 PENGINGAT Properti/Karakteristik yang mudah terbakar

Lebih terperinci

TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya!

TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya! TUGAS DAN EVALUASI 1. Apa yang dimaksud dengan elektronika daya? Elektronika daya dapat didefinisikan sebagai penerapan elektronika solid-state untuk pengendalian dan konversi tenaga listrik. Elektronika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem serta realisasi perangkat keras pada perancangan skripsi ini. 3.1. Gambaran Alat Alat yang akan direalisasikan adalah sebuah alat

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR 3.1 Prinsip Kerja Sensor LDR LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu komponen elektronik yang resistansinya berubah ubah tergantung pada intensitas cahaya. Jika intensitas

Lebih terperinci

BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran

BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran 3.1. Pengertian Asphalt Mixing Plant ( AMP ) Asphalt Mixing Plant (AMP) atau unit produksi campuran beraspal adalah seperangkat perlalatan mekanik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hasil dan analisis terhadap sistem yang telah dibuat secara keseluruhan. Pengujian tersebut berupa pengujian terhadap perangkat keras serta pengujian

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida dari Bauksit dengan Proses Bayer Kapasitas Ton / Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida dari Bauksit dengan Proses Bayer Kapasitas Ton / Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 74 3.1. Size Reduction 1. Crusher 01 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES Kode : SR-01 : Mengecilkan ukuran partikel 50 mm menjadi 6,25 mm : Cone Crusher Nordberg HP 500 : 2 alat (m) : 2,73 Tinggi (m)

Lebih terperinci

PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK

PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK 1.1 DASAR TEORI Tegangan tinggi bolak-balik banyak dipergunakan untuk pengujian peralatan listrik yang memiliki kapasitansi besar seperti

Lebih terperinci

Aji Prasetya Wibawa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang ABSTRAK

Aji Prasetya Wibawa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang ABSTRAK Pengaruh Perubahan Tegangan dan Jari-Jari Elektroda Pengion Pada Electrostatic Precipitator Silinder Konsentris Terhadap Efisiensi Penangkapan Partikel Gas Buang Kendaraan Bermotor Aji Prasetya Wibawa

Lebih terperinci

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya - 2 Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya Missa Lamsani Hal 1 SAP Semikonduktor tipe P dan tipe N, pembawa mayoritas dan pembawa minoritas pada kedua jenis bahan tersebut. Sambungan P-N, daerah deplesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan menjelaskan latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG

PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG Dwi Harjanto. 1, Dr. Ir. Joko Windarto, MT 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559 SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559 SOAL PEMBAHASAN 1. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. 1. Jawaban: DDD Percepatan ketika mobil bergerak semakin cepat adalah. (A) 0,5

Lebih terperinci

BAB III. Transformator

BAB III. Transformator BAB III Transformator Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsipprinsip

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 30 BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 4.1 UPAL-REK Hasil Rancangan Unit Pengolahan Air Limbah Reaktor Elektrokimia Aliran Kontinyu (UPAL - REK) adalah alat pengolah air limbah batik yang bekerja menggunakan proses

Lebih terperinci

MAKALAH OPTIMASI ANALISA UDARA FAN DENGAN JURNAL MODIFIKASI FAN SENTRIFUGAL. Disusun Oleh : : RAKHMAT FAUZY : H1F113229

MAKALAH OPTIMASI ANALISA UDARA FAN DENGAN JURNAL MODIFIKASI FAN SENTRIFUGAL. Disusun Oleh : : RAKHMAT FAUZY : H1F113229 MAKALAH OPTIMASI ANALISA UDARA FAN DENGAN JURNAL MODIFIKASI FAN SENTRIFUGAL NAMA NIM Disusun Oleh : : RAKHMAT FAUZY : H1F113229 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung dan dilaksanakan mulai bulan September

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros 46 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penggerak Poros Ulir Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros ulir sebagai pengubah gaya puntir motor menjadi gaya dorong pada meja kerja

Lebih terperinci

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR UBOH Banten 3 Lontar merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang memiliki kapasitas daya mampu 315 MW sebanyak 3 unit jadi total daya mampu PLTU Lontar 945 MW. PLTU secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem isolasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem tegangan tinggi yang berguna untuk memisahkan dua buah penghantar listrik yang berbeda potensial, sehingga

Lebih terperinci

PEMBUATAN POWER SUPPLY TEGANGAN TINGGI SEARAH DENGAN MENERAPKAN METODE INTERMITTENT ENERGISATION UNTUK PENGENDAP DEBU SECARA ELEKTROSTATIK

PEMBUATAN POWER SUPPLY TEGANGAN TINGGI SEARAH DENGAN MENERAPKAN METODE INTERMITTENT ENERGISATION UNTUK PENGENDAP DEBU SECARA ELEKTROSTATIK PEMBUAAN POWER SUPPL EGANGAN INGGI SEARAH DENGAN MENERAPKAN MEODE INERMIEN ENERGISAION UNUK PENGENDAP DEBU SECARA ELEKROSAIK Hardian anuar Wibowo 1, Agung Warsito 2, Abdul Syakur 3 Jurusan eknik Elektro,

Lebih terperinci

TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL

TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL FAKULTAS TEKNIK UNP JOBSHEET/LABSHEET JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO NOMOR : I PROGRAM STUDI : DIV WAKTU : 2 x 50 MENIT MATA KULIAH /KODE : ELEKTRONIKA DAYA 1/ TEI051

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. arus dan tegangan yang sama tetapi mempunyai perbedaan sudut antara fasanya.

BAB II DASAR TEORI. arus dan tegangan yang sama tetapi mempunyai perbedaan sudut antara fasanya. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sumber Tegangan Tiga Fasa Hampir semua listrik yang digunakan oleh industri, dibangkitkan, ditransmisikan dan didistribusikan dalam sistem tiga fasa. Sistem ini memiliki besar arus

Lebih terperinci

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa tebal keping adalah... A. 4,30 mm B. 4,50 mm C. 4,70

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan

Lebih terperinci

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto Putra Agus S, Putranto, Desain Sensorless (Minimum Sensor) Kontrol Motor Induksi 1 Fasa Pada DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI Toni Putra Agus Setiawan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isolasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem tegangan tinggi yang

I. PENDAHULUAN. Isolasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem tegangan tinggi yang I. PENDAHULUAN Isolasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem tegangan tinggi yang berguna untuk memisahkan dua buah penghantar listrik yang berbeda potensial, sehingga hubung singkat atau percikan

Lebih terperinci

ANALISA PERPATAHAN RODA GIGI TERHADAP MISSLIGNMENT GEAR BOX KILN INDARUNG V PT. SEMEN PADANG

ANALISA PERPATAHAN RODA GIGI TERHADAP MISSLIGNMENT GEAR BOX KILN INDARUNG V PT. SEMEN PADANG ANALISA PERPATAHAN RODA GIGI TERHADAP MISSLIGNMENT GEAR BOX KILN INDARUNG V PT. SEMEN PADANG Nusyirwan Jurusan Teknik Mesin Universitas Andalas ABSTRAK Gear box merupakan suatu peralatan yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

: ALDI MAULANA NPM : JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI PEMBIMBING : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT

: ALDI MAULANA NPM : JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI PEMBIMBING : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT MEMPELAJARI SISTEM PERAWATAN MESIN ROTARY PACKER PADA DIVISI PENGEPAKAN PRODUK SEMEN PCC (POTRLAND COMPOSITE CEMENT) DI PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK PLANT 3-4 NAMA : ALDI MAULANA NPM : 30413601 JURUSAN

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

I D. Gambar 1. Karakteristik Dioda

I D. Gambar 1. Karakteristik Dioda KEGIATAN BELAJAR 1 A. Tujuan a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami karakteristik switching dari dioda b. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i diode c. Mahasiswa diharapkan

Lebih terperinci

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI FAKULTAS TEKNIK UNP PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI JOBSHEET/LABSHEET JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO NOMOR : VI PROGRAM STUDI :DIV WAKTU : x 50 MENIT MATA KULIAH /KODE : ELEKTRONIKA DAYA / TEI05 TOPIK : PENYEARAH

Lebih terperinci

KLASIFIKASI MESIN LAS BERDASARKAN POWER SOURCE

KLASIFIKASI MESIN LAS BERDASARKAN POWER SOURCE WELDING SUPERVISOR COURSE Ir Winarto, MSc, PhD DEPARTEMEN METALURGI & MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA KLASIFIKASI MESIN LAS BERDASARKAN POWER SOURCE Contoh Mesin Las PERBANDINGAN POWER SOURCE

Lebih terperinci

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada.

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada. SISTIM PENGAPIAN Pada motor bensin, campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan di dalam silinder harus untuk menghasilkan tenaga. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA

PERALATAN INDUSTRI KIMIA PERALATAN INDUSTRI KIMIA (SIZE REDUCTION, STORAGE, REACTOR ) Penyusun: Lely Riawati, ST., MT. Agustina Eunike, ST., MT., MBA. PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II III Size Reduction

Lebih terperinci