Bab III CUT Pilot Plant
|
|
- Fanny Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab III CUT Pilot Plant 3.1 Sistem CUT Pilot Plant Skema proses CUT Pilot Plant secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa sistem CUT dibagi menjadi beberapa subsistem, yaitu subsistem persiapan dan transportasi batubara (coal preparation and transportation plant), subsistem penyedia panas (hot utility plant), subsistem pengeringan (drying plant), subsistem pembriketan batubara (briquetting plant), dan subsistem pengolahan air (water treatment plant). Gambar 3.1 Skema proses CUT[1] Batubara yang tersimpan pada stockpile pertama-tama diproses pada subsistem persiapan dan transportasi batubara. Pada subsistem ini batubara dihancurkan hingga ukuran yang sesuai untuk proses pengeringan fludisasi. Setelah itu, batubara dialirkan ke subsistem pengeringan untuk dilakukan proses pengeringan. Panas yang digunakan untuk pengeringan batubara ini diperoleh dari subsistem penyuplai panas yang menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Batubara yang kering kemudian diproses pada subsistem pembriketan. Pada
2 subsistem ini, selain dibriketkan, batubara juga didinginkan sebelum kemudian diangkut. Sementara itu, uap yang dihasilkan oleh subsistem pengeringan dikondensasikan dan kemudian diolah pada subsistem pengolahan air. Penjelasan mengenai masing-masing subsistem pada CUT Pilot Plant ini akan dituliskan secara rinci pada Subbab 3.2 hingga 3.6. Sementara itu, gambar PFD dan PID dapat dilihat pada Lampiran A. 3.2 Subsistem Persiapan dan Transportasi Batubara (Coal Preparation and Transportation Plant) Tahapan pertama dari CUT Pilot Plant ini adalah subsistem persiapan dan transportasi batubara. Subsistem persiapan dan transportasi batubara merupakan subsistem pada CUT Pilot Plant yang berfungsi mempersiapkan batubara mentah sebelum masuk ke subsistem pengeringan. Pada proses persiapan tersebut, batubara mengalami proses penghancuran dan penyaringan agar didapat kriteria batubara yang sesuai dengan proses pengeringan yang akan dilakukan yaitu partikel dengan diameter 0,4 mm. Tujuan penghancuran batubara adalah agar proses pengeringan dapat berjalan maksimal. Semakin kecil diameter partikel, luas permukaan total seluruh partikel akan semakin besar sehingga bidang kontak antara partikel dengan udara pada unggun terfluidakan semakin luas, sehingga perpindahan panas yang terjadi akan semakin besar. Namun, ada batasan ukuran dalam sistem fluidisasi. Jika diameter partikel terlalu kecil, proses fluidisasi akan sulit dilakukan karena partikel menjadi terlalu ringan. Begitu juga jika diameter partikel terlalu besar, proses fluidisasi tidak akan terjadi. Untuk mendukung proses tersebut, subsistem ini terdiri dari beberapa komponen. Secara garis besar, komponen-komponen pada subsistem ini adalah: 1. Crusher 2. Cage Mill 3. Vibrating Screen 4. Conveyor 5. Bucket Elevator
3 Komponen-komponen tersebut bekerja secaara terintegrasi seperti pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Rangkaian subsistem persiapan dan transportasi batubara Pertama-tama, batubara mentah yang berukuran 50 mm dihancurkan menjadi ukuran 10 mm dengan menggunakan roll crusher. Pada komponen ini batubara dihancurkan menggunakan 2 roll yang berputar pada arah yang berlawanan. Sketsa konstruksi maupun cara kerja komponen roll crusher ini dapat dilihat pada Gambar 3.3. Gambar 3.3 Roll Crusher[1] Batubara kemudian dihancurkan menjadi ukuran 0,4 mm dengan menggunakan cage mill. Cage mill merupakan komponen size reduction yang bekerja dengan cara memukul komponen yang dihancurkan dengan batang yang berputar pada rotor. Cage mill yang dipakai pada subsistem persiapan dan pengeringan batubara ini terdiri dari dua buah rotor, yang masing-masing rotor digerakkan oleh motor. Kedua rotor tersebut berputar dalam arah yang berlawanan. Konstruksi rotor cage mill ini dapat dilihat pada Gambar 3.4.
4 Gambar 3.4 Cage Mill[7] Untuk memastikan bahwa batubara yang dihasilkan benar-benar memiliki diameter 0,4 mm, dilakukan proses screening pada batubara dengan menggunakan vibrating screen. Batubara yang tidak lolos proses screening disirkulasikan kembali untuk mengalami proses milling. Proses pengangkutan batubara dilakukan dengan conveyor dan bucket elevator (Gambar 3.5). Penggunaan bucket elevator diperlukan untuk mengangkut batubara dari subsistem persiapan dan transportasi batubara ini ke subsistem pengeringan yang perbedaan elevasinya hampir mencapai 20 m Gambar 3.5 Rangkaian sistem conveyor dan bucket elevator CUT Pilot Plant Batubara hasil dari subsistem persiapan dan transportasi batubara ini ditampung di hopper tank sebelum dilakukan proses pengeringan pada subsistem pengeringan.
5 3.3 Subsistem Penyuplai Panas (Hot Utility Plant) Sistem penyuplai panas merupakan subsistem dalam CUT Pilot Plant yang berfungsi menyuplai panas yang digunakan dalam proses pengeringan. Panas yang dihasilkan merupakan hasil pembakaran batubara, yang dibakar dengan metode pembakaran unggun tetap di dalam tungku. Panas yang dihasilkan dari pembakaran batubara ini kemudian ditransfer ke oli termal yang kemudian disirkulasikan. Skema sirkulasi subsistem penyuplai panas dapat dilihat pada Gambar 3.6. Gambar 3.6 Skema sirkulasi subsistem penyuplai panas (thermal oil heater) Sumber panas yang digunakan dalam proses pengeringan adalah oli termal yang dipanaskan pada subsistem penyedia panas ini. Oli termal merupakan oli yang digunakan khusus untuk pemindah panas. Oli jenis ini memiliki koefisien perpindahan panas yang tinggi[11]. Selain itu, oli jenis ini juga memiliki ketahanan oksidasi yang tinggi sehingga tidak mudah terbakar. Oli termal yang digunakan pada subsistem penyuplai panas ini adalah jenis Termo-22 yang mampu dipanaskan hingga termperatur 320 o C.
6 Oli dingin dari subsistem pengeringan masuk ke tungku pembakaran. Oli ini dipanaskan dengan menggunkaan batubara yang dibakar. Gas hasil pembakaran dimanfaatkan untuk memanaskan udara yang akan masuk ke ruang bakar. Masuknya udara ke ruang bakar diatur oleh kecepatan FD Fan. Sementara itu, kecepatan aliran udara hasil pembakaran diatur oleh ID Fan. Setelah memanaskan udara bebas pada air preheater, gas hasil pembakaran disaring menggunakan baghouse filter untuk memisahkan partikel atau abu batubara yang ikut terbawa sebelum kemudian dibuang ke udara bebas melalui cerobong asap (chimney). Proses pensirkulasian oli ke dalam subsistem pengeringan dilakukan dengan menggunakan pompa. Pompa yang digunakan pada subsistem ini merupakan jenis pompa sentrifugal. Ada 2 pompa yang digunakan. Namun, kedua pompa tersebut bekerja secara bergantian untuk keperluan perawatan. Gambar pompa subsistem penyuplai panas ini dapat dilihat pada Gambar 3.7. Gambar 3.7 Pompa sentrifugal 3.4 Subsistem Pengeringan (Drying Plant) Subsistem pengeringan, sesuai dengan namanya, merupakan inti dari seluruh proses pengeringan batubara di CUT Pilot Plant. Pada subsistem ini, batubara yang telah diolah menjadi batubara halus di subsistem persiapan dan transportasi batubara masuk ke tangki-tangki pengeringan yang disusun secara seri untuk difluidisasi dengan medium uap superpanas untuk tangki pengeringan 2 dan 3, serta udara panas untuk tangki pengeringan 1. Diagram alir proses pengeringan pada subsistem ini dapat dilihat pada PFD pada Lampiran A.
7 Masing-masing tangki pengeringan memiliki kondisi operasi tersendiri. Tangki pengeringan pertama menggunakan medium fluidisasi udara pada temperatur 80 o C pada tekanan 1 Bar. Temperatur pada tangki pengeringan pertama dijaga rendah untuk menghindari kemungkinan terbakarnya batubara, mengingat medium yang digunakan adalah udara. Tangki pengeringan kedua dan ketiga menggunakan medium uap superpanas pada temperatur masing-masing 140 dan 220 o C pada tekanan 1,5 dan 4,761 Bar. Kondisi operasi pada tangki pengeringan ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Kondisi operasi proses pengeringan[12] Sistem Sistem Sistem Pengeringan 1 Pengeringan 2 Pengeringan 3 Temperatur [ o C] Tekanan [Mpa] 1 1,5 4,761 m batubara [kg/s] 2,084 1,924 1,683 Fluida pengering Udara Uap superpanas Uap superpanas m fluida [kg/s] 2,68 1,834 3,315 Kondisi operasi tersebut memungkinkan terjadinya pengeringan dengan penggunaan energi yang efisien. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan uap panas hasil pengeringan pada tangki pengering 3 untuk pemanas pada tangki pengering 2. Begitu pula pemanfaatan uap panas hasil pengeringan pada tangki pengering 2 yang dimanfaatkan juga pada pemanasan tangki pengering 1. Uap yang dihasilkan dari proses pengeringan di tangki pengeringan ketiga masih memiliki panas yang tinggi. Oleh karena itu, uap tersebut sebagian dialirkan ke tangki pengeringan kedua untuk menyuplai panas. Begitu pula dengan uap yang dihasilkan dari proses pengeringan pada tangki pengeringan kedua. Uap ini juga dialirkan ke tangki pengeringan pertama untuk menambah suplai panas. Dengan proses seperti ini, penggunaan panas dari subsistem penyuplai panas dapat diminimalkan. Skema pengeringan pada salah satu tangki pengeringan dapat dilihat pada Gambar 3.8. Satu sistem pengeringan terdiri dari tangki pengeringan (drying drum), siklon (cyclone), preheater, dan blower. Oli panas dialirkan melalui
8 internal heater (yang terdapat di dalam tangki pengeringan) dan preheater untuk memanaskan uap yang digunakan sebagai medium fluidisasi. Uap yang dipanaskan itu sendiri berasal dari kandungan air batubara yang menguap pada saat proses pengeringan yang kemudian disirkulasikan. Gambar 3.8 Skema pengeringan di salah satu tangki pengeringan Batubara yang telah kering, kecepatan terminalnya akan sama dengan kecepatan operasional medium fluidisasi, sehingga terangkat ke bagian freeboard tangki pengering. Pada bagian freeboard ini, terjadi reduksi kecepatan fluida karena adanya perubahan luas penampang. Reduksi kecepatan tersebut menyebabkan batubara jatuh menuju ke tangki pengering selanjutnya. Desain tangki pengeringan ini dapat dilihat pada Lampiran B. Sebagian partikel batubara yang ikut terbawa oleh fluida pengering dipisahkan lagi di siklon. Gambar rangkaian tangki pengeringan dan siklon dapat dilihat pada Gambar 3.9. Gambar 3.9 Rangkaian tangki pengering dan siklon
9 Transportasi partikel batubara antar tangki pengering menggunakan komponen rotary vane. Penggunaan rotary vane diperlukan untuk menahan beda tekanan antar tangki pengering. Gambar rotary vane dapat dilihat pada Gambar Gambar 3.10 Rotary Vane Sementara itu, medium fluidisasi disirkulasikan kembali dengan dialirkan ke blower. Setelah melalui blower, fluida pengering ini dipanaskan pada preheater sebelum masuk ke tangki pengering untuk proses fluidisasi. Blower yang digunakan pada CUT Pilot Plant ini merupakan blower sentrifugal sedangkan preheater yang digunakan adalah penukar kalor jenis shell and tube. Gambar rangkaian blower dan preheater yang digunakan pada CUT Pilot Plant ini dapat dilihat pada Gambar Blower Preheater Gambar 3.11 Rangkaian blower dan preheater
10 Setelah mengalami proses pengeringan pada subsistem ini, batubara yang telah kering dengan temperatur 220 o C keluar dari tangki pengering 3 dan kemudian dilakukan pembriketan. 3.5 Subsistem pembriketan batubara (coal briquetting plant) Subsistem pembriketan merupakan subsistem terakhir dari rangkaian proses CUT Pilot Plant. Subsistem ini dapat disebut juga subsistem paska pengeringan. Batubara yang keluar dari tangki pengeringan 3 masuk ke mesin briket untuk kemudian dilakukan pembriketan dengan menggunakan sistem roll press. Mesin briket yang digunakan harus dapat bekerja pada temperatur tinggi, mengingat batubara yang keluar dari tangki pengeringan 3 masih memiliki temperatur yang tinggi. Gambar mesin briket dapat dilihat pada Gambar 3.12, sedangkan spesifikasi mesin briket dapat dilihat pada Tabel 3.2. Gambar 3.12 Konstruksi mesin briket
11 Tabel 3.2 Spesifikasi mesin briket BRIQUETTING UNIT (BU-1) Type: Double-roll press Working material: Bituminous coal Sieve: Top size of 30 mesh (500 μm) Moisture: 5% Specific gravity: Particle shape: Irregular-round Temperature: 220 C Product: Briquette Binderless Shape: soap-like 35x25x15 mm Production rate per hour: 5.6 ton (normal), 7 ton (design) Operation hours per day: 24 hours Desired quality specification: pass drop and crush test Operational condition: Briquetting temperature: 220 C Briquetting pressure: psi (1724 bar) Ada dua tujuan utama pembriketan batubara, yaitu untuk menghindari masuknya kembali air ke partikel batubara dan untuk menghindari kemungkinan terbuangnya batubara dalam bentuk debu pada saat pengangkutan. Pada proses pembriketan, batubara dipadatkan oleh sepasang roll sehingga terbentuk butiranbutiran briket batubara dengan ukuran tertentu. Gambaran roll press mesin briket ini dapat dilihat pada Gambar Tekanan yang dihasilkan oleh roll mesin briket ini sangat tinggi sehingga tar batubara yang keluar pada proses pengeringan di tangki ketiga dapat mengisi rongga yang ditinggalkan air. Hal inilah yang menyebabkan air tidak dapat kembali ke batubara. Gambar 3.13 Roll Press mesin briket
12 Briket batubara yang keluar dari mesin briket kemudian diangkut dengan rangkaian conveyor menuju ke stockpile. Untuk mencegah terbakarnya briket batubara di stockpile, perlu ada proses pendinginan selama transportasi briket batubara dari mesin briket menuju ke stockpile. Untuk itu, rangkaian conveyor pada subsistem ini dilengkapi dengan exhaust fan untuk proses pendinginan tersebut. Selain itu, conveyor pada subsistem ini juga diberi cover, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.14, untuk menghindari kontak antara briket dengan udara yang dapat memicu terjadinya kebakaran. Gambar 3.14 Rangkaian conveyor subsistem pembriketan Batubara keluar dari rangkaian conveyor subsistem pembriketan pada temperatur 80 o C. Pada temperatur ini, kemungkinan terjadinya terbakarnya sendiri batubara sangat kecil. Briket yang keluar ini ditampung di stockpile sebelum kemudian diangkut untuk dijual. 3.6 Subsistem pengolahan air (water treatment plant) Subsistem pengolahan air merupakan komponen yang penting untuk menjaga kualitas air yang dihasilkan dari pengeringan batubara agar tidak mencemari lingkungan. Uap yang dihasilkan oleh batubara pada akhirnya akan dialirkan ke subsistem pengolahan air untuk dilakukan pengolahan kualitas air. Subsistem ini terdiri dari beberapa kolam penampungan dan satu buah clarifier (jika diperlukan) untuk mengolah limbah air agar sesuai dengan standar lingkungan.
13 Desain penanganan limbah pada CUT Pilot Plant ini adalah seperti pada Gambar Air kondensat pertama kali ditampung pada cooling pond, tempat pendinginan dan penampungan sementara air kondensat dengan temperatur sekitar 80 o C. Kondensat ini akan diproses dengan clarifier dengan air bersih dan sedimen. Air bersih dari clarifier akan ditampung pada clear water pond, sedangkan sedimen akan ditampung di settling pond, bercampur dengan air resapan dari stockpile batubara dan dari subsistem pengeringan. Endapan campuran ini akan diendapkan dengan tawas mulai dari settling pond 1, settling pond 2, dan settling pond 3. Kemudian air jernih yang didapat ditampung pada clear water pond. Sekat yang ada pada clear water pond berfungsi sebagai penyekat antara air jernih hasil dari clarifier dengan hasil dari settling pond 3. Gambar 3.15 Desain subsistem pengolahan air CUT Pilot Plant Dalam pengembangannya, penggunaan clarifier pada subsistem ini diputuskan menjadi suatu hal yang optional. Hal ini disebabkan oleh biaya yang perlu dikeluarkan untuk sebuah clarifier yang cukup mahal. Selain itu, keperluan
14 penggunaan clarifier terkait pula dengan kualitas air limbah yang dihasilkan. Apabila air limbah tersebut masih diluar standar yang diijinkan, pengadaan clarifier perlu dipertimbangkan lagi. Untuk sementara, subsistem pengolahan air yang ada hanya terdiri dari kolam-kolam penampungan seperti yang terlihat pada Gambar Gambar 3.16 Kolam-kolam penampungan pada subsistem pengolahan air
BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA
BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA 2.1. Peningkatan Kualitas Batubara Berdasarkan peringkatnya, batubara dapat diklasifikasikan menjadi batubara peringkat rendah (low rank coal) dan batubara
Lebih terperinciBab IV Proses Komisioning pada CUT Pilot Plant
Bab IV Proses Komisioning pada CUT Pilot Plant 4.1 Pengertian Umum 4.1.1 Definisi Secara definisi, komisioning adalah suatu proses yang sistematik dengan berorientasi pada kualitas untuk memverifikasi
Lebih terperinciBab V Analisis Hasil Komisioning CUT Pilot Plant
Bab V Analisis Hasil Komisioning CUT Pilot Plant 5.1 Hasil Komisioning dan Pengujian Subsistem 5.1.1 Analisis Kinerja Subsistem Persiapan dan Transportasi Batubara Subsistem persiapan dan transportasi
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PABRIK TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA SKALA KOMERSIAL KAPASITAS 150 TON/JAM
BAB III DESKRIPSI PABRIK TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA SKALA KOMERSIAL KAPASITAS 150 TON/JAM Pabrik teknologi peningkatan kualitas batubara skala komersial kapasitas 150 ton/jam (untuk selanjutnya
Lebih terperinciBab II Teknologi CUT
Bab II Teknologi CUT 2.1 Peningkatan Kualitas Batubara 2.1.1 Pengantar Batubara Batubara merupakan batuan mineral hidrokarbon yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah mati dan terkubur di dalam bumi
Lebih terperinciPRAKOMISIONING DAN PENGUJIAN SUBSISTEM CUT PILOT PLANT
PRAKOMISIONING DAN PENGUJIAN SUBSISTEM CUT PILOT PLANT TUGAS SARJANA Karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Institut Teknologi Bandung Oleh Bimo Prawisudho P.K.P
Lebih terperinciPROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC
Penulis: Datin Fatia Umar dan Bukin Daulay Batubara merupakan energi yang cukup andal untuk menambah pasokan bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup besar. Dalam perkembangannya, batubara diharapkan
Lebih terperinciBAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU
BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Aluminium Oksida dari Bauksit dengan Proses Bayer Kapasitas Ton / Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES
74 3.1. Size Reduction 1. Crusher 01 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES Kode : SR-01 : Mengecilkan ukuran partikel 50 mm menjadi 6,25 mm : Cone Crusher Nordberg HP 500 : 2 alat (m) : 2,73 Tinggi (m)
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT
BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Stirena Tangki Air Tangki Asam Klorida Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan air Menyimpan bahan baku stirena monomer proses untuk 15
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air
Lebih terperinciPERANCANGAN AWAL PABRIK TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA SKALA KOMERSIAL KAPASITAS 150 TON/JAM: UNIT PENGERING
PERANCANGAN AWAL PABRIK TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA SKALA KOMERSIAL KAPASITAS 150 TON/JAM: UNIT PENGERING TUGAS SARJANA Karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji
Lebih terperinciDESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES
DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciGambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013
1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan
Lebih terperinciBAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur
BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN PROSES
BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan
Lebih terperinciPERALATAN INDUSTRI KIMIA
PERALATAN INDUSTRI KIMIA (SIZE REDUCTION, STORAGE, REACTOR ) Penyusun: Lely Riawati, ST., MT. Agustina Eunike, ST., MT., MBA. PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II III Size Reduction
Lebih terperinciPengaruh Kandungan Air pada Proses Pembriketan Binderless Batubara Peringkat Rendah Indonesia
Pengaruh Kandungan Air pada Proses Pembriketan Binderless Batubara Peringkat Rendah Indonesia Toto Hardianto*, Adrian Irhamna, Pandji Prawisudha, Aryadi Suwono Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut
Lebih terperinciTUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN
TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN KESNI SAVITRI 0807121210 1. ALAT UTAMA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS RIAU 2010 2. BLENDING SILO ( Pencampuran dan Homogenisasi)
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan
Lebih terperinciSTEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai
STEAM TURBINE POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai PENDAHULUAN Asal kata turbin: turbinis (bahasa Latin) : vortex, whirling Claude Burdin, 1828, dalam kompetisi teknik tentang sumber daya air
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun waktu pelaksaan penelitian ini dilakukan dari bulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor Induksi 3 Fasa Motor induksi 3 fasa adalah mesin yang mengubah energi listrik arus bolak-balik (AC) 3 fasa menjadi energi mekanis berupa putaran. Motor induksi merupakan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT. Kode T-01 T-02 T-03
BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Metanol Tangki Asam Tangki Metil Sulfat Salisilat Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan asam Menyimpan metil metanol untuk 15 sulfat
Lebih terperinciSTUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER.
TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER. DOSEN PEMBIMBING: Dr. Eng. Ir. PRABOWO, M. Eng. AHMAD SEFRIKO
Lebih terperinciSteam Power Plant. Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU
Steam Power Plant Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU Siklus dasar yang digunakan pada Steam Power Plant adalah siklus Rankine, dengan komponen utama boiler, turbin
Lebih terperinciBAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR
27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai
Lebih terperinciPABRIK BIO-OIL DARI JERAMI PADI DENGAN PROSES PIROLISIS CEPAT TEKNOLOGI DYNAMOTIVE. Meiga Setyo Winanti Damas Masfuchah H.
PABRIK BIO-OIL DARI JERAMI PADI DENGAN PROSES PIROLISIS CEPAT TEKNOLOGI DYNAMOTIVE Meiga Setyo Winanti 2308 030 09 Damas Masfuchah H. 2308 030 08 LATAR BELAKANG Cadangan Minyak Bumi di Indonesia semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Integrated Steel Mill (ISM) adalah pabrik berskala besar yang menyatukan peleburan besi (iron smelting) dan fasilitas pembuatan baja (steel making), biasanya berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang digunakan sebagai penggerak mula dari generator
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. 2 Mei 214; 65-71 ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 Anggun Sukarno 1) Bono 2), Budhi Prasetyo 2) 1)
Lebih terperinciPENGENDALI DEBU (PARTIKULAT)
Teknologi Pengendalian Emisi 1 PENGENDALI DEBU (PARTIKULAT) Partikulat Apa itu Partikulat? adalah butiran berbentuk padat atau cair Ukuran dinyatakan dalam mikron (µm), 1µm = 10-6 m Contoh 2 > 100µm, cepat
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Lampiran II : Mesin-mesin dan Peralatan yang digunakan PTPN III PKS Rambutan A. Mesin Produksi Adapun jenis dari mesin- mesin produksi yang digunakan oleh PTPN III PKS Rambutan dapat dilihat pada tabel
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara
1 Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara Afrizal Tegar Oktianto dan Prabowo Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sebagaian besar bekerja sebagai petani, Oleh karena itu, banyak usaha kecil menengah yang bergerak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Indonesia sebagaian besar bekerja sebagai petani, mulai dari menanam padi, jagung, bahkan palawija atau emponempon. Oleh karena itu, banyak usaha kecil menengah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thermosiphon Reboiler Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida yang akan didihkan dan diuapkan dengan proses sirkulasi almiah (Natural Circulation),
Lebih terperinciPERHITUNGAN EFISIENSI BOILER
1 of 10 12/22/2013 8:36 AM PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat. Sedangkan efisiensi pada boiler adalah prestasi kerja
Lebih terperinciPrinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG
1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi
Lebih terperinciDESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO
DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO 4205 100 009 TUJUAN PENELITIAN Membuat desain alat penukar panas yang optimal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat
Lebih terperinci1. Bagian Utama Boiler
1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran
Lebih terperinciUNIVERSITAS GADJAH MADA PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI
Halaman : 1 dari 7 INCINERATOR Pasokan sampah organik dari kampus UGM ke PIAT UGM masih terdapat sampah anorganik sekitar 20%. Dari sisa sampah anorganik yang tidak bisa diolah menggunakan pirilosis, dibakar
Lebih terperinci- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia)
1.1 Latar Belakang Ketel uap sebagai sumber utama penghasil energi untuk pembangkit listrik yang menyuplai seluruh kebutuhan energi dalam pabrik. Dalam melakukan kerjanya, ketel uap membutuhkan adanya
Lebih terperinciPENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL
KEGIATAN IPTEK bagi MASYARAKAT TAHUN 2017 PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL Mohammad Nurhilal, S.T., M.T., M.Pd Usaha dalam mensukseskan ketahanan pangan nasional harus dibangun dari
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya
BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal
Lebih terperinciBAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER
BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER Alat-alat dipergunakan pada penelitian terdiri dari solvent extraction pilot plant, alat penyangrai dan boiler. ~. SOLVENT
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.
Lebih terperinciPenggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :
SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan
Lebih terperinciDESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES
DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dengan kapasitas terpasang 2 x 315 MW, tiap unit PLTU 1 Jawa Tengah Rembang memiliki satu buah boiler dengan 5 mill pulveriser yang mensuplai bahan bakar ke burner (ruang bakar).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Salah satu proses dalam sistem pembangkit tenaga adalah proses pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan ini memerlukan beberapa kebutuhan
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATUBARA PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA
SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATUBARA PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA DOSEN PEMBIMBING: Prof.Dr. Eng. PRABOWO,
Lebih terperinciTECHNOLOGY NEED ASSESMENT
1. PENINGKATAN FAKTOR DAYA MENGGUNAKAN KAPASITOR BANK Peningkatan faktor daya menggunakan kapasitor bank akan menurunkan pemakaian daya listrik sehingga efisiensi pemakaian energi dalam proses peleburan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biomassa merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau diubah ke dalam bentuk cair atau gas.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Renewable Energy Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di Laboratorium
Lebih terperinciBAB2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Secara umum pengolahan kelapa sawit terbagi menjadi dua hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan pengolahan inti sawit (kernel).
Lebih terperinciBAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM
52 BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik PEA adalah unit pengadaan air, unit
Lebih terperinciBAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran
BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran 3.1. Pengertian Asphalt Mixing Plant ( AMP ) Asphalt Mixing Plant (AMP) atau unit produksi campuran beraspal adalah seperangkat perlalatan mekanik
Lebih terperinciNama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.
KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Medan, Oktober Penulis
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang Pengolahan Inti Sawit (Kernel) dengan sebaik-baiknya.
Lebih terperinciPratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS
Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900
Lebih terperinciDESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE AES
DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE AES Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciPengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13 Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB. V SPESIFIKASI PERALATAN
BAB. V SPESIFIKASI PERALATAN A. Peralatan Proses Peralatan proses pabrik Dekstrosa dengan kapasitas 60.000 ton/tahun terdiri dari: 1. Tangki Penyimpanan Manihot U. (ST-101) Tabel. 5.1 Spesifikasi Tangki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. dengan globalisasi perdagangan dunia. Industri pembuatan Resin sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Industri kimia di Indonesia sudah cukup maju seiring dengan globalisasi perdagangan dunia. Industri pembuatan Resin sebagai bahan bakar cat yang
Lebih terperinciBAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI
BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI Waste-to-energy (WTE) merupakan konsep pemanfaatan sampah menjadi sumber energi. Teknologi WTE itu sendiri sudah dikenal di dunia sejak
Lebih terperinciGbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan
Lebih terperinciPENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK
TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TENTANG PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK disusun oleh Ganis Erlangga 08.12.3423 JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS
ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS Tri Tjahjono, Subroto, Abidin Rachman Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB III SPESIFIKASI ALAT
digilib.uns.ac.id 47 BAB III PROSES 3.1. Alat Utama Tabel 3.1 Spesifikasi Reaktor Kode R-01 Mereaksikan asam oleat dan n-butanol menjadi n-butil Oleat dengan katalis asam sulfat Reaktor alir tangki berpengaduk
Lebih terperinciLampiran 1: Mesin dan Peralatan
Lampiran 1: Mesin dan Peralatan 1. Mesin Mesin yang dipakai pada proses produksi kernel palm oil umumnya menggunakan mesin semi otomatis. Tenaga manusia digunakan untuk mengawasi jalannya proses produksi.
Lebih terperinciBAB III PROSES PEMBAKARAN
37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap
Lebih terperinciGLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK
GLOSSARY GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK Ash Handling Adalah penanganan bahan sisa pembakaran dan terutama abu dasar yang
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Gambar 1.1 Perbandingan biaya produksi pembangkit listrik untuk beberapa bahan bakar yang berbeda
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di tengah semakin langkanya persediaan minyak bumi, batubara seakan menjadi primadona. Banyak industri yang mulai meninggalkan minyak bumi dan beralih ke batubara sebagai
Lebih terperinciBAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES
47 BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Alat Utama Tabel 3.1 Spesifikasi Reaktor Kode R-01 Mereaksikan asam oleat dan n-butanol menjadi n-butil Oleat dengan katalis asam sulfat Reaktor alir tangki berpengaduk
Lebih terperinciANALISA PERFORMANSI BOILER DENGAN TYPE DG693/ PADA PLTU PANGKALAN SUSU LAPORAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI MEKANIK
ANALISA PERFORMANSI BOILER DENGAN TYPE DG693/13.43-22 PADA PLTU PANGKALAN SUSU LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III PROGRAM
Lebih terperinciPabrik Silika dari Fly Ash Batu Bara dengan Proses Presipitasi
Pabrik Silika dari Fly Ash Batu Bara dengan Proses Presipitasi Disusun oleh : Dina Febriarista 2310 030 015 Fixalis Oktafia 2310 030 085 Dosen Pembimbing : Ir. Imam Syafril, MT 19570819 198601 1 001 Pemanfaatan
Lebih terperinciBAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES
34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical
Lebih terperinciMekatronika Modul 11 Pneumatik (1)
Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari komponen Pneumatik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Percobaan Fluidisasi Penelitian gasifikasi fluidized bed yang dilakukan menggunakan batubara sebagai bahan baku dan pasir silika sebagai material inert. Pada proses gasifikasinya,
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI
BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI 3.1 Perancangan Reaktor Gasifikasi Reaktor gasifikasi yang akan dibuat dalam penelitian ini didukung oleh beberapa komponen lain sehinga membentuk suatu
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Radiator Radiator adalah alat penukar panas yang digunakan untuk memindahkan energi panas dari satu medium ke medium lainnya yang tujuannya untuk mendinginkan maupun memanaskan.radiator
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Lebih terperinciANALISA MESIN DUST COLLECTOR TIPE FABRIC FILTER/BAGHOUSE AMANO VNA 45 PADA RUANG MIXING ROOM.
Nama : Daniel Christian Bernardo N P M : 20408824 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Dr.Sri Poernomosari,ST., MT. ANALISA MESIN DUST COLLECTOR TIPE FABRIC FILTER/BAGHOUSE AMANO VNA 45 PADA RUANG MIXING
Lebih terperinciBAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah:
BAB VII LAMPIRAN Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: Ukuran buah jambu biji merah: - Diameter = + 10 cm - 1kg = 7-8 buah jambu biji merah (berdasarkan hasil pengukuran)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Boiler Longchuan Boiler Longchuan adalah boiler jenis thermal yang dihasilkan dari air, dengan sirkulasi untuk menyalurkan panasnya ke mesin-mesin produksi. Boiler Longchuan mempunyai
Lebih terperinci1. EMISI GAS BUANG EURO2
1. EMISI GAS BUANG EURO2 b c a Kendaraan Anda menggunakan mesin spesifikasi Euro2, didukung oleh: a. Turbocharger 4J 4H Turbocharger mensuplai udara dalam jumlah yang besar ke dalam cylinder sehingga output
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Energi Alamraya Semesta adalah PLTU yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Batubara yang digunakan adalah batubara jenis bituminus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak. Bentuk dari energi alternatif yang saat ini banyak dikembangkan adalah pada
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR KONDENSOR
BAB III TEORI DASAR KONDENSOR 3.1. Kondensor PT. Krakatau Daya Listrik merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Krakatau Steel yang berfungsi sebagai penyuplai aliran listrik bagi PT. Krakatau Steel
Lebih terperinciANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF
ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING 737-500 PK-GGF Eko Yuli Widianto 1, Herry Hartopo 2 Program Studi Motor Pesawat Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dengan cara penjemuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kebutuhan energi listrik pada zaman globalisasi ini, Indonesia melaksanakan program percepatan pembangkitan listrik sebesar 10.000 MW dengan mendirikan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas
BAB II DASAR TEORI. rinsip embangkit Listrik Tenaga Gas embangkit listrik tenaga gas adalah pembangkit yang memanfaatkan gas (campuran udara dan bahan bakar) hasil dari pembakaran bahan bakar minyak (BBM)
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA RADIATOR PADA SUMBER ENERGI PANAS PADA RANCANG BANGUN SIMULASI ALAT PENGERING
JURNAL LOGIC. VOL. 17. NO. 2. JULI 2017 104 STUDI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA RADIATOR PADA SUMBER ENERGI PANAS PADA RANCANG BANGUN SIMULASI ALAT PENGERING I Kadek Ervan Hadi Wiryanta Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari proses
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pemurnian Nira Setelah diperoleh larutan nira dari hasil proses pengilingan. Dilakukan proses pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari
Lebih terperinci