PERENCANAAN DAN PERANCANGAN JARINGAN IRIGASI CURAH (SPRINKLER)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN DAN PERANCANGAN JARINGAN IRIGASI CURAH (SPRINKLER)"

Transkripsi

1 PERENCANAAN DAN PERANCANGAN JARINGAN IRIGASI CURAH (SPRINKLER) 1 IRIGASI CURAH : Pemberian air irigasi dengan cara menyemprotkan air ke udara dan menjatuhkannya di sekitar tanaman seperti hujan Dengan mengalirkan air bertekanan melalui orifice kecil atau nozzle 2 1

2 KESESUAIAN Hampir semua tanaman, kecuali padi dan yute Hampir semua jenis tanah, kecuali liat halus (f < 4mm/jam) 3 KELEBIHAN: a) Efisiensi cukup tinggi (± 75 %) b)tidak memerlukan perataan lahan (land grading). c) Menekan erosi. d) Pemupukan, herbisida dan fungisida dapat dilakukan bersama-sama dengan air irigasi. e) Biaya tenaga kerja untuk operasi < irigasi permukaan f) Mengurangi lahan yang tidak dapat ditanami g)tidak mengganggu operasi alat dan mesin pertanian. 4 2

3 KELEMAHAN : a) Pola penyebaran air dipengaruhi kecepatan angin (kec. angin < 13 km/jam) a) Air irigasi harus cukup bersih c) Investasi awal cukup tinggi tanaman dg nilai ekonomi tinggi d) Diperlukan tenaga penggerak untuk menekan air ( kg/cm 2 ). 5 KLASIFIKASI A. Berdasarkan nozzle : a) Nozzle berputar (Rotating head) 6 3

4 b) Pipa berlubang (perporated pipe) 7 B. Berdasarkan portability : a) Portable 8 4

5 b) Semi portable : pompa tetap, lainnya portable 9 c) Semi permanent : pompa dan pipa utama tetap 10 5

6 d) Solid set : pompa, pipa utama dan pipa subutama tetap, pipa lateral dipindah pd musim lain 11 e) Permanent : semua unit tetap 12 6

7 KOMPONEN 1. Pompa air 2. Pipa utama 3. Pipa lateral 4. Sprinkler head 5. Komponen lain: a) Saringan b) Pompa boster c) Katup sadap d) Katup pengontrol aliran e) Katup pengaman f) Tangki injeksi Pompa air Mengangkat dan memberi tekanan Centrifugal atau turbin Tekanan kg/cm 2 (bar) Tenaga penggerak : - motor bakar - motor listrik 14 7

8 2. Pipa utama Besi, galvanis, semen, PVC (pralon), alumunium Ditanam atau dipermukaan tanah Permanen atau portable Pipa lateral Besi, galvanis, semen, PVC (pralon), alumunium Ditanam atau dipermukaan tanah Permanen, dipindah secara periodik atau kontinu (center pivot, wheeled) 16 8

9 Wheeled Center pivot Asep Sapei Pipa riser Utk memasang sprinkler head Besi, galvanis, PVC (pralon), alumunium 18 9

10 5. Sprinkler head Alat utk menyemprotkan air Karakteristik - Tekanan kg/cm 2 (bar) - Diameter pembasahan antara m - Kecepatan putar rpm - Spasi m - Debit lt/det Komponen lain Saringan Kolam pengendapan Pompa buster Katup sadap (pada lateral) Katup pengontrol aliran (pada pipa riser) Katup pengaman Tangki injeksi Dll 20 10

11 SPRINKLER HEAD single nozzle sprinkler pop up sprinkler giant sprinkler two nozzle sprinkler

12 23 LAJU APLIKASI(application rate), Laju siraman dari sekelompok sprinkler Tergantung : ukuran nozzle, tekanan operasional, spasi antar sprinkler, dan arah serta kecepatan angin Harus lebih kecil dari laju infiltrasi tanah Diameter nozzle (mm) Tekanan (bar) Diameter basah (m) Debit (m 3 /jam) Laju aplikasi (mm/jam) untuk spasing (m) 18 x x x ,0 29 1,02 3,2 5 3,0 32 1,67 5,2 3,8 6 3,0 35 2,44 7,5 5,7 4,2 8 4,0 43 4,96 15,3 11,4 8,6 10 4,5 48 8,13 25,1 18,9 14,

13 SEBARAN AIR Umumnya terbanyak berada di dekat sprinkler dan berkurang ke arah ujung. Pola sebaran berbentuk segitiga 25 Spasi sprinkler (kondisi normal) : 65 % dari diameter basah 26 13

14 Pengaruh angin Kecepatan angin (km/jam) Spasi dari diameter basah Spasi Spasi sepanjang sepanjang lateral pipa utama 0 50 % 65 % % 60 % % 50 % > % 30 % 27 Keseragaman Sebaran Air Dinyatakan dg Koefisien Keseragaman (Uniformity coefficient, CU) Cu yg baik ± 85 % Perhitungan CU : 1. Wilcox dan Swailes S U = x U: koefisien keseragaman distribusi, persen S: Standar deviasi, cc x : rata-rata volume air, cc S/x: koefisien variasi, Cv 28 14

15 2. Hart UCH: koefisien keseragaman distribusi, persen 3. Karmeli UCL: koefisien keseragaman linier b: kemiringan kurva regresi 4. Merrian dan Keller S UCH = x UCL = b rata rata dari DU = seperempat kedalaman terendah rata - rata kedalaman x100 DU: keseragaman distribusi Christiansen Xi x CU = X i CU: koefisien keseragaman, persen Xi : kedalaman air di wadah ke i, mm Hubungan CU dan DU CU DU ( DU ) ( CU ) 30 15

16 Pengaruh Nilai CU 31 Pengukuran Cu o menggunakan wadah-wadah o jarak 1 atau 2 m o air yg tertampung selama periode waktu tertentu diukur (a) (b) (c) 32 16

17 33 CONTOH Data pengukuran distribusi penyemprotan (mm) sebagai berikut: S S S S Xi = 178 mm x = 8.48 mm X i x = 17.4 mm maka CU = = %

18 EFISIENSI Kedalaman aplikasi VS luas (a) (b) 35 o Efisiensi distribusi, DE kedalaman minimal yang dibutuhkan 100G DE = x100 = x100% rata - rata kedalaman A + B o Efisiensi penyimpanan, E E = A B kedalaman perkolasi = 1 = % A + B A + B kedalaman pemberian o Efisiensi Penggunaan Air, Eap E ap = DEx Re xoe Re: proporsi air yg sampai ke permukaan tanah Oe : proporsi air efektif karena kehilangan dalam bentuk lain, dpt diasumsikan =

19 Asep Sapei 37 KEBUTUHAN AIR IRIGASI Air tersedia : kapasitas lapangan titik layu permanen No Tekstur tanah Air tersedia Selang (mm/m) Rata-rata (mm/m) Tekstur sangat kasar pasir sangat kasar Tekstur kasar pasir kasar, pasir halus dan pasir berlempung Tekstur agak kasar lempung berpasir Tekstur sedang lempung berpasir sangat halus, lempung dan lempung berdebu Tekstur agak halus lempung berliat, lempung liat berdebu dan lempung liat berpasir Tekstur halus liat berpasir, liat berdebu dan liat Gambut

20 MAD : defisit air yang dibolehkan MAD (%) Tanaman dan kedalaman akar Perakaran dangkal, tanaman sayuran dan buah-buahan bernilai tinggi Buah-buahan 1), perdu, berri dan tanaman dalam baris dengan perakaran sedang 50 Tanaman pakan, tanaman biji-bijian dan tanaman baris dengan perakaran dalam 39 Air irigasi yang dibutuhkan, dx (mm) d x = MAD W 100 a Z Wa : air tanah tersedia, mm/m Z : kedalaman perakaran, m Interval irigasi, f (hari) f = dn/ud dn : kebutuhan air irigasi bersih = dx + kehilangan, mm Ud : kebutuhan air tanaman, mm/hari 40 20

21 Laju pemberian air laju infiltrasi I = 60Q /( S e xsl ) I: laju pemberian air mm/mnt Q : debit curahan sprinkler, l/mnt Se : spasi sepanjang lateral, m, Sl : spasi antar lateral, m. No Tekstur dan profil tanah Pasir kasar sampai 2 m Pasir kasar di atas tanah yang lebih padat Lempung berpasir ringan sampai 2 m Lempung berpasir ringan di atas tanah yang lebih padat Lempung berdebu sampai 2 m Lempung berdebu di atas tanah yang lebih padat Liat berat atau lempung berliat Laju (cm/jam) pada kemiringan (%) Lama pemberian air, T (jam) T = d / d : kedalaman air total yang diberikan, mm I : laju pemberian, mm/jam Kapasitas sistem sprinkler I Q = Ad fte Q: kapasitas debit pompa (lt/det) A: luas areal yang akan diairi (hektar) d: kedalaman pemakaian air neto (mm) f: jumlah hari untuk 1 kali irigasi (periode atau lama irigasi) (hari) T: jumlah jam operasi aktual per hari (jam/hari) E : efisiensi irigasi 42 21

22 Contoh: Tentukan kapasitas sistem irigasi curah untuk mengairi 16 hektar tanaman jagung. Laju konsumsi air rencana (evapotranspirasi tanaman) = 5 mm/hari. Lengas tanah yang digantikan di daerah perakaran pada setiap irigasi = 6 cm. Efisiensi irigasi 70%. Periode (lamanya) irigasi adalah 10 hari, dengan selang irigasi 12 hari. Sistem ini dioperasikan untuk 20 jam operasi per hari. Penyelesaian : Diketahui A = 16, f = 10, T = 20, d = 6, E = 0,7 Kapasitas sistem Q = 2,78 x (A x d)/(f x T x E) = 2,78 x (16 x 60)/(10 x 20 x 0,7) = 19 lt/det. 43 HIDROLIKA IRIGASI CURAH HIDROLIKA NOZLE Debit Sprinkler : o q = Kd H q: debit sprinkler (l/menit) Kd: koefisien debit nozel sesuai dengan peralatan yang digunakan H: head operasi sprinkler (m) o Toricelli : q = C.a 2g.h q: debit nozzle (m 3 /det) a: luas penampang nozzle atau orifice (m 2 ) h: head tekanan pada nozzle (m); g: gravitasi (m/det 2 ) C: koefisien debit yang merupakan fungsi dari gesekan dan kehilangan energi kontraksi (C untuk nozzle yang baik berkisar antara 0,95-0,96)

23 Indeks pemecahan air h = (10q) P d 0.4 P d : indeks pemecahan air h: head tekanan pada nozzle (m) q: debit sprinkler (lt/det). Jika P d < 2, kondisi ukuran jatuhan termasuk baik P d = 4, kondisi ukuran jatuhan terbaik P d > 4, tekanan banyak yang hilang percuma 45 HIDROLIKA ALIRAN DALAM PIPA o Kehilangan head karena gesekan Hazen-William C: koefisien gesekan pipa L: panjang pipa (m) D: diameter dalam pipa (m) h f : kehilangan head (m) Q : debit aliran (m 3 /detik) 10,684. Q = C 1,85. D 4, 1,85 h f 87 L 1,9 Scobey (1930) KsLQ 6 H f = (4,10 x10 ) 4,9 D H f : kehilangan tekanan karena gesekan (m) K s : koefisien Scobey, L: panjang pipa (m) Q: debit pipa (lt/det) D: diameter dalam (mm). Nilai Ks = 0.40 untuk pipa besi dan alumunium dengan coupler; 0.42 untuk pipa galvanis dengan coupler 46 23

24 Jenis pipa Koefisien Kehalusan C Pipa besi cor, baru 130 Pipa besi cor, tua 100 Pipa baja, baru 120 ~ 130 Pipa baja, tua 80 ~ 100 Pipa dengan lapisan semen 130 ~ 140 Pipa dengan lapisan asphalt 130 ~ 140 Pipa PVC 140 ~ 150 Pipa besi galvanis 110 ~ 120 Pipa beton (baru, bersih) 120 ~ 130 Pipa beton (lama) 105 ~ 110 Alumunium 135 ~ 140 Pipa bambu (betung, wulung, tali) 70 ~ Kehilangan tekanan karena gesekan dari pipa alumunium Nominal diameter luar Lt/det ft 3 /de t 102 mm (4 in) 127 mm (5 in) 152 mm (6 in) 202 mm (8 in) 254 mm (10 in) G NG G NG G NG G NG G NG Kehilangan tekanan (m/100 m atau ft/100 ft) 10 0,35 1,88 1,80 0,65 0,62 0,27 0,26 0,07 0, ,52 4,07 3,86 1,40 1,31 0,59 0,55 0,15 0, ,71 6,94 6,57 2,41 2,26 1,01 0,94 0,26 0,24 0,09 0, ,06 14,86 14,02 5,16 4,82 2,18 2,01 0,57 0,52 0,20 0, ,41 8,87 8,26 3,74 3,45 0,98 0,89 0,35 0, ,77 5,71 5,25 1,50 1,35 0,54 0, ,65 12,24 11,23 3,24 2,92 1,16 1, ,53 5,57 5,00 2,01 1, ,41 8,54 7,65 3,08 2, ,30 12,02 10,74 4,35 3,82 Pipa 6 m, tambahkan 10 % untuk G dan 7 % untuk NG Pipa 12 m, kurangkan 5 % untuk G dan 4 % untuk NG G : berpintu, NG : tanpa pintu 48 24

25 Kehilangan tekanan karena gesekan dari pipa PVC Nominal diameter (iron pipe size ; Standar ratio diameter : 21) Debit 101,6 mm (4 in) 127,0 mm (5 in) 154,2 mm (6 in) 203,2 mm (8 in) 254,0 mm (10 in) 304,8 mm (12 in) Lt/det ft 3 /det Kehilangan tekanan (m/100 m atau ft/100 ft) 6,0 0,21 0,48 0,17 0,07 8,0 0,29 0,82 0,29 0,12 10,0 0,35 1,24 0,44 0,19 0,05 15,0 0,53 2,62 0,94 0,40 0,11 0,04 20,0 0,71 4,47 1,60 0,68 0,19 0,06 0,03 25,0 0,88 6,75 2,42 1,08 0,28 0,10 0,04 30,0 1,06 9,46 3,39 1,44 0,40 0,14 0,06 40,0 1,41 5,77 2,45 0,68 0,23 0,10 50,0 1,77 8,72 3,71 1,02 0,35 0,15 60,0 2,12 12,23 5,20 1,43 0,49 0,21 80,0 2,82 8,86 2,44 0,84 0,36 100,0 3,53 3,69 1,26 0,55 150,0 5,30 7,82 2,67 1,17 200,0 7,06 4,56 1,99 250,0 8,83 6,89 3,00 300,0 10,59 9,66 4,21 350,0 12,36 12,85 5,60 49 Contoh : Hitung kehilangan tekanan (head) karena gesekan pada pipa besi (baru) berdiameter 10 cm, panjang 120 m jika air mengalir dengan debit 10 liter/detik. Penyelesaian: Dari Tabel, C untuk pipa besi baru = 130 Menggunakan rumus : 1,85 h = 10,684(0,01) f 1,85 4, 130 (0,1) 87 L = 0,019 x 120 m = 2,3 m 50 25

26 Persamaan lain utk menghitung kehilangan head karena gesekan pada pipa plastik o Untuk pipa kecil (< 125 mm) o Untuk pipa besar ( 125 mm) 7 J = 7,89 10 ( Q 1,75 7 J = 9,58 10 ( Q 1,83 / D / D 4,75 ) 4,83 ) otanpa outlet hf = J (L /100 ) o Dengan multi outlet yang berjarak seragam hf = J F (L /100) o Untuk sambungan 4 hl = Kr 8,26 10 ( Q J: gradien kehilangan head (m/100 m) hf: kehilangan head akibat gesekan (m) hl: kehilangan head akibat adanya katup dan sambungan (m) Q: debit sistem(l/det), D: diameter dalam pipa (mm) F: koefesien reduksi Kr: koefesien resistansi L: panjang pipa (m). 2 / D 4 ) 51 Kehilangan head akibat gesekan untuk pipa PVC 52 26

27 Koefisien reduksi (F) untuk pipa multi outlet Jumlah F Jumlah F Outlet Ujung 1) Tengah 2) Outlet Ujung 1) Tengah 2) 1 1,00 1,00 8 0,42 0,38 2 0,64 0,52 9 0,41 0,37 3 0,54 0, ,40 0,37 4 0,49 0, ,39 0,37 5 0,46 0, ,38 0,36 6 0,44 0, ,37 0,36 7 0,43 0, ,36 0,36 1) Sprinkler pertama berjarak 1 interval dari pipa utama 2) Sprinkler pertama berjarak 1/2 interval dari pipa utama 53 Koefisien resistansi, Kr, untuk pipa plastik dan alumunium Nominal diameter, in Fitting/katup Coupler : - ABC 1,2 0,8 0,4 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 - Hook-latch 0,6 0,4 0,3 0,2 0,2 - Ring-lock 0,2 Elbow : - Radius besar 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 - Radius kecil 0,8 0,7 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,5 Tee : - Hidran 1,6 0,6 0,5 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 - Side outlet 0,8 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8 0,8 - Line flow 2,4 0,7 0,6 0,6 0,5 0,5 0,4 0,4 - Side inlet 1,9 1,7 1,5 1,4 1,2 1,1 1,1 Katup : - Butterfly 1,2 1,2 1,1 1,0 0,8 0,6 0,5 0,5 - Plate 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 - Check 2,2 2,0 1,8 1,5 1,5 1,3 1,2 1,1 - Hidran 8,0 7,5 7,0 6,7 Strainer 1,5 1,3 1,0 0,9 0,8 0,7 0,6 0,

28 Distribusi debit sepanjang pipa lateral Q = Pin x Pend x Pe x 100 Q: perbedaan debit sprinkler sepanjang lateral (%) Pin: tekanan pada inlet/pangkal lateral (m) Pend: tekanan pada outlet/ujung lateral (m) Pe: tekanan rata-rata pada sprinkler (m) x: eksponen debit sprinkler 55 Diameter pipa ditentukan berdasarkan kehilangan tekanan yang diijinkan Penentuan diameter pipa pada berbagai debit dan panjang pipa Panjang pipa (m) Debit (m 3 < /jam) Diameter pipa (mm) >

29 Pedoman (Rule of thumb) : o Variasi debit sepanjang lateral maks 10% o Kehilangan head pada sub unit ( Ps) dibatasi tidak lebih dari 20% dari tekanan operasi rata-rata sistem o Kehilangan head (hf) pada lateral Hl o Pada manifold (pembagi) kehilangan headnya (hf) Hm o Kehilangan tekanan karena gesekan di pipa utama maksimum sebesar 0.41 m/10 m o Tekanan inlet lateral yang tertinggi diambil sebagai outlet manifold pada sub unit. 57 Ps Hl = 20% x Ha = 0,55 Ps ± Z lateral Hm = 0,45 Ps ± Z manifold Ps: kehilangan head yang diijinkan pada sub-unit (m) Hl: kehilangan head yang diijinkan pada lateral (m) Ha: tekanan operasi rata-rata sprinkler (m) Hm: kehilangan head yang diijinkan pada manifold (m) Z lateral: perbedaan elevasi sepanjang lateral (m) Z manifold: perbedaan elevasi sepanjang manifold (m) -: elevasi menurun, +: elevasi menaik 58 29

30 Tekanan operasi rata-rata (Ha, m) : Ha = Ho + 0,25 Hf + 0,4 He Ho: tekanan operasi di nozzle terjauh (m) Hf: kehilangan tekanan karena gesekan (m) He: perbedaan ketinggian maksimum antara pangkal dan ujung lateral (m). Tekanan pada pangkal lateral (Hn, m): Hn = Ha + 0,75 Hf ± 0,6He + Hr Hr: tinggi pipa riser (m) Nilai H e akan positif apabila lateral terletak menaik lereng dan negatif apabila menuruni lereng 59 TEKANAN POMPA Tergantung : otekanan yang disarankan pada sprinkler o Kehilangan tekanan di pipa utama dan lateral, o Perubahan elevasi lahan 60 30

31 Persamaan lain: H t = H n + H m + H j + H s H t : total tekanan rencana yang diperlukan pompa untuk bekerja=tdh (m) H n : maksimum tekanan yang diperlukan pada pipa utama untuk menggerakan sprinkler pada lateral dengan tekanan operasional tertentu, termasuk tinggi raiser (m) H m : maksimum energi hilang karena gesekan pada pipa utama, tinggi hisap dan NPSH (net positive suction head) pompa (m) H j : beda elevasi antara pompa dengan titik sambung lateral dengan pipa utama (m) H s : beda elevasi antara pompa dengan muka air sesudah drawdown (m). 61 Tenaga pompa : Q TDH BHP = C Ep BHP: tenaga penggerak (kw) Q: debit pemompaan (l/detik) TDH: total dynamic head (m) C: faktor konversi sebesar 102,0, Ep: efisiensi pemompaan 62 31

32 RANCANGBANGUN IRIGASI CURAH PROSEDUR YANG DISARANKAN : 1. Kumpulkan informasi/data mengenai tanah, topografi, sumber air, sumber tenaga, jenis tanaman yang akan di tanam dan rencana jadwal tanam 2. Penentuan kebutuhan air irigasi : a) Prediksi jumlah atau kedalaman air irigasi yang diperlukan pada setiap pemberian air b) Tentukan kebutuhan air irigasi: puncak, harian, musiman atau tahunan c) Tentukan frekuensi atau interval irigasi d) Tentukan kapasitas sistem yang diperlukan e) Tentukan laju pemberian air yang optimal Desain sistem : a) Tentukan spasi, debit, ukuran nozle dan tekanan operasi dari sprinkler pada kondisi laju pemberian air yang optimal serta jumlah sprinkler yang dioperasikan secara bersamaan b) Desain tata-letak dari sistem yang terbaik yang memenuhi (a) Tata Letak Lateral Tergantung: - Jumlah sprinkler - Lateral yg dibutuhkan - Topografi - Kondisi angin - Jumlah sprinkler N n = Q s /q a N n : Jumlah sprinkler minimum yang dioperasikan secara simultan Q s : kapasitas debit total dari sistem, l/det q a : debit sprinkler rata-rata, l/det 64 32

33 Ukuran nozzle mm - Spasi sprinkler Tekanan Rata-rata kpa Debit Lt/det Diameter efektif D m Kecepatan angin, m/det ,18 x 2, , ,57 x 2, , ,97 x 3, , ,37 x 3, , ,76 x 3, , ,16 x 3, , ,56 x 3, , ,35 x 4, , ,14 x 4, , ,94 x 4, , ,73 x 4, , ,53 x 4, , ,53 x 6, , ,11 x 6, , ,70 x 6, , ,26 x 6, , ,88 x 6, , Jumlah lateral yang dioperasikan secara simultan Tergantung: o Jumlah sprinkler minimum yang dioperasikan secara simultan, atau o Jumlah lateral yang dipindahkan per hari dan lama pemberian air setiap kali pemberian - Pengaruh topografi o Variasi tekanan di lateral karena gesekan dan beda elevasi harus < 20 % dari tekanan operasi rencana, Pa o Panjang lateral dibatasi oleh variasi tekanan yang diperkenankan o Peletakan lateral menaiki bukit harus dihindari o Lateral yang menurun akan meningkatkan tekanan, shg dapat lebih panjang 66 33

34 - Jumlah lateral yang dioperasikan secara simultan Tergantung: o Jumlah sprinkler minimum yang dioperasikan secara simultan, atau o Jumlah lateral yang dipindahkan per hari dan lama pemberian air setiap kali pemberian 67 - Pengaruh topografi o Variasi tekanan di lateral karena gesekan dan beda elevasi harus < 20 % dari tekanan operasi rencana, Pa o Panjang lateral dibatasi oleh variasi tekanan yang diperkenankan o Peletakan lateral menaiki bukit harus dihindari o Lateral yang menurun akan meningkatkan tekanan, shg dapat lebih panjang o Tanaman dalam baris menurut kontur hand-move atau solid o System Lahan berteras lateral dapat paralel dan menurun 68 34

35 69 - Pengaruh angin Arah lateral tegaklurus dari arah angin Tata Letak Pipa Utama dan Stasiun Pompa o Pipa utama atau subutama/manifold diletakan searah lereng (menaik atau menurun) o Jika lateral diletakan menuruni bukit, maka pipa utama diletakan disepanjang punggung bukit o Pipa utama diletakan sedemikian rupa sehingga pipa lateral dapat dipindah-pindah secara split line o Stasiun pompa diusahakan diletakan dititik pusat dari areal rencana o Kadang-kadang diperlukan pompa kedua (booster pump)untuk meningkatkan tekanan 70 35

36 71 c) Bila diperlukan lakukan penyesuaian (adjusment) dari (2) dan (3a) d) Tentukan ukuran (diameter) dan tekanan pipa lateral e) Tentukan ukuran (diameter) dan tekanan pipa utama 4. Penentuan pompa : a) Tentukan total tenaga dinamik (TDH) yang diperlukan b) Tentukan pompa yang sesuai dengan debit dan TDH yang diperlukan 72 36

37 FAKTOR DESAIN

38 Tentukan rancang bangun sistim irigasi sprinkler berpindah untuk lahan seluas 16.2 ha. Laju pemberian maksimum = 15 mm/jam, laju pemberian 58 mm selama 8.1 hari atau seluas 2 ha per hari. Kecepatan angin = 6.7 km/jam, Ha = 276 kpa, Hj = 1,0 m, He = 0,6 m, Hs = 5.0 m, Hr = 0.8 m, NPSH = 2.0 m, Sl = 12 m dan Sm = 18 m. Variasi tekanan di lateral yang diijinkan = 20 % dari tekanan rata-rata. Sumur terletak di tengah lahan. 75 Penyelesaian: Tata letak dari sprinkler, lateral dan pipa utama adalah seperti berikut 76 38

39 Asumsi bahwa sprinkler pertama berjarak 12 m dari pipa utama, maka jumlah sprinkler per lateral = ( )/12 = 15,8, dibulatkan menjadi 16 buah Asumsi bahwa lateral pertama berjarak 12 m dari sisi, maka jumlah lateral = (402,5 12)/18 = 21,7, dibulatkan menjadi 22 buah. (1) Jumlah lateral yang beroperasi per hari : (2,0 ha x m 2 /ha)/(16 x 12 m x 18 m) = 5,8, dibulatkan menjadi 6 buah lateral Untuk menekan jumlah lateral yang dipindahkan, maka dapat dipilih 2 buah lateral yang beroperasi bersamaan dan dipindahkan 3 kali per hari 77 (2) Sprinkler : Debit per sprinkler Q = (12 m x 18 m x 15 mm/hr x cm 2 /m 2 )/(10 mm/cm x 100 cm 3 /lt x 3600 det/jam) = 0.9 lt/det Debit per lateral = 16 x 0.9 = 14.4 lt/det Debit per operasi = kapasitas sistem = 2 x 14.4 = 28.8 lt/det Dari Tabel dengan Ha= 276 kpa dan debit 0,9 lt/det, sprinkler yang sesuai adalah yang berukuran 6.35 mm x 3, 97 mm dengan diameter pembahasan 31 m. Kecepatan angin 6 km/jam : diameter pembasahan sprinkler sepanjang lateral = 12/0.45 = 27 m diameter pembahasan sprinkler antar lateral = 18/0.69 = 30 m Keduanya < 31 m, maka sprinkler dapat digunakan 78 39

40 (3) Pipa lateral dan utama Kehilangan tekanan di lateral yang diijinkan = 0.20 x 276 = 55.2 kpa = 55.2/9.8 = 5.6 m Kehilangan tekanan karena gesekan saja = 5.6 He = = 5.0 m Kehilangan tekanan di pipa utama yang diijinkan = 0.41/10 x 189 = 7.7 m Hitung kehilangan tekanan pada pipa lateral (192 m) dan pipa utama (189 m) untuk pipa 76.2 mm, mm dan mm. Nilai F untuk 16 sprinkler = 0.38 Diameter (mm) Kehilangan tekanan karena gesekan (m) Lateral Hf x F Utama Dipilih pipa lateral yang berdiameter mm (3.2 m < 5.0 m) dan pipa utama yang berdiameter mm (2.7 < 7.7) (4) Tekanan yang diperlukan pada pangkal lateral terjauh Hn = (276/9.8) (3.2) + 0.6(0.6) = 31.8 m (5) Kapasitas pompa Ht = = 42.5 m 80 40

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Irigasi Curah Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu metode pemberian air yang dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh

Lebih terperinci

Topik 11. Teknologi Irigasi Curah

Topik 11. Teknologi Irigasi Curah 1 Topik 11. Teknologi Irigasi Curah Pendahuluan Tujuan instruksional khusus: mahasiswa mampu menerangkan tentang pengertian dan komponen irigasi curah, uniformity dan efisiensi irigasi curah, serta merancang

Lebih terperinci

Skema umum jaringan irigasi curah diperlihatkan pada Gambar 2. Hydrant. Gambar 2. Skema jaringan irigasi curah (Prastowo, 2002).

Skema umum jaringan irigasi curah diperlihatkan pada Gambar 2. Hydrant. Gambar 2. Skema jaringan irigasi curah (Prastowo, 2002). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Irigasi Curah Irigasi curah (sprinkle irrigation) disebut juga overhead irrigation karena pemberian air dilakukan dari bagian atas tanaman terpancar menyerupai curah hujan (Prastowo,

Lebih terperinci

2 sumber air harus tersedia berada di dekat kebun. Satu keluarga dengan tenaga kerja 2 orang (istri dan bapak) hanya mampu mengelola kebun seluas 400

2 sumber air harus tersedia berada di dekat kebun. Satu keluarga dengan tenaga kerja 2 orang (istri dan bapak) hanya mampu mengelola kebun seluas 400 1 Topik 11. Teknologi Irigasi Curah Pendahuluan Tujuan instruksional khusus: mahasiswa mampu menerangkan tentang pengertian dan komponen irigasi curah, uniformity dan efisiensi irigasi curah, serta merancang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Air Jurusan Teknik Pertanian. Dan Lahan Parkir Jurusan Teknik Pertanian di

METODE PENELITIAN. Air Jurusan Teknik Pertanian. Dan Lahan Parkir Jurusan Teknik Pertanian di 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Sumberdaya Lahan dan Air Jurusan Teknik Pertanian. Dan Lahan Parkir Jurusan Teknik Pertanian di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Irigasi Curah Irigasi curah atau siraman (sprinkler) adalah metode penggunaan air terhadap permukaan tanah dalam bentuk percikan, seperti hujan biasa. Metode pemberian air ini dimulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irigasi adalah faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan pertanian. Pada mulanya kegiatan irigasi hanya sebatas

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irigasi adalah faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan pertanian. Pada mulanya kegiatan irigasi hanya sebatas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irigasi adalah faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan pertanian. Pada mulanya kegiatan irigasi hanya sebatas mengairi lahan dengan air saja tanpa mempedulikan berapa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000

Lampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000 LAMPIRAN 27 Lampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000 28 Lampiran 2. Perhitungan evapotranspirasi acuan 29 Lampiran 3. Perhitungan curah hujan efektif 30 Lampiran 4. Perhitungan kebutuhan air

Lebih terperinci

Sprinkler Tipe BIR Versi 1 Teknologi Tepat, Investasi Hemat

Sprinkler Tipe BIR Versi 1 Teknologi Tepat, Investasi Hemat Tipe BIR Versi 1 Teknologi Tepat, Investasi Hemat KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR Teknologi Tepat Pada Lahan Kering Pemanfaatan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM AUDIT SISTEM IRIGASI

PRAKTIKUM AUDIT SISTEM IRIGASI PRAKTIKUM AUDIT SISTEM IRIGASI (Mei 2016) A. Pengantar Dengan adanya isu krisis air saat ini, pemberian air irrigasi yang tepat, akurat dan sesuai sasaran kebutuhan tanaman sehingga memberikan efisiensi

Lebih terperinci

Komunikasi Penulis,

Komunikasi Penulis, DESAIN JARINGAN IRIGASI MIKRO JENIS MINI SPRINKLER (KASUS DI LABORATORIUM OUTDOOR BALAI IRIGASI) MICRO IRRIGATION NETWORK DESIGN TYPE OF MINI SPRINKLERS (CASE IN EXPERIMENTAL STATION FOR IRRIGATION OUTDOOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia (Sunaryo dkk., 2004).

TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia (Sunaryo dkk., 2004). TINJAUAN PUSTAKA Irigasi Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, yakni demi peradaban manusia. Bahkan dapat dipastikan, tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kondisi Pipa dan Nilai C (Hazen-William)

Lampiran 1. Kondisi Pipa dan Nilai C (Hazen-William) Lampiran 1. Kondisi Pipa dan Nilai C (Hazen-William) pipa Koefisien Kehalusan C Pipa besi cor, baru 130 Pipa besi cor, tua 100 Pipa baja, baru 120 ~ 130 Pipa baja, tua 80 ~ 100 Pipa dengan lapisan semen

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI RC14-1361 MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI SISTEM PENGAMBILAN AIR Irigasi mempergunakan air yang diambil dari sumber yang berupa asal air irigasi dengan menggunakan cara pengangkutan yang paling memungkinkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari pencurah bertekanan sedang sebanyak 283 data. Data tersebut diperoleh dari penelusuran informasi melalui internet maupun perusahaan tertentu yang menjual

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Desember 2012 Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air. Ir. Bambang Hargono, Dipl. HE, M.Eng NIP:

KATA PENGANTAR. Bandung, Desember 2012 Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air. Ir. Bambang Hargono, Dipl. HE, M.Eng NIP: KATA PENGANTAR Pengembangan lahan non padi di Indonesia belum sepenuhnya dapat didukung dengan jaringan irigasi yang memadai dan mempunyai efisiensi irigasi yang diharapkan, namun demikian akhir-akhir

Lebih terperinci

I D G Jaya Negara*, Yusron Saadi*, I B Giri Putra*

I D G Jaya Negara*, Yusron Saadi*, I B Giri Putra* 28 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 2, No. 1 : 28-37, Maret 2015 KARAKTERISTIK KINERJA IRIGASI SPRINKLER MINI PADA LAHAN KERING PRINGGABAYA UTARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR Characteristics of Mini Sprinkler

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Agustus 2012 pada lahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Agustus 2012 pada lahan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Agustus 2012 pada lahan pertanaman Nanas ( Ananas comusus ) di lokasi 110A PG 2 PT Great

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B. Alat dan bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu 3 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu Tebu (Sacharum officinarum L.) termasuk ke dalam golongan rumputrumputan (graminea) yang batangnya memiliki kandungan sukrosa yang tinggi sehinga dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

Okta Rachma Paramita, Jadfan Sidqi Fidari, Endang Purwati

Okta Rachma Paramita, Jadfan Sidqi Fidari, Endang Purwati PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI CURAH (SPRINKLER) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA L.) DI DESA KALIAKAH KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA PROVINSI BALI. Okta Rachma Paramita, Jadfan Sidqi Fidari,

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI PANCAR ( SPRINKLER IRRIGATION PADA TANAMAN CABAI

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI PANCAR ( SPRINKLER IRRIGATION PADA TANAMAN CABAI PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI PANCAR (SPRINKLER IRRIGATION) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) DI DESA SUMBERKIMA KECAMATAN GEROKGAK KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI Dona Dwi Luckytasari., Jadfan Sidqi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air.

TINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air. TINJAUAN PUSTAKA Irigasi Tetes Irigasi tetes adalah suatu metode irigasi baru yang menjadi semakin disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air. Irigasi tetes merupakan metode

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP

Lebih terperinci

A. KOMPETENSI Mahasiswa memahami tentang pengelolaan air untuk keperluan irigasi.

A. KOMPETENSI Mahasiswa memahami tentang pengelolaan air untuk keperluan irigasi. A. KOMPETENSI Mahasiswa memahami tentang pengelolaan air untuk keperluan irigasi. B. INDIKATOR Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu menjelasan mengenai : 1. Tipe-tipe irigasi yang ada. 2. Pengertian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan di lahan perkebunan tebu milik PT. Laju Perdana Indah (LPI), Palembang, Sumatera Selatan. Tempat ini berada pada elevasi

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui Teknik Perpipaan Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. Sistem ini terdiri

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump).

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump). BAB II DASAR TEORI 2.1. Dasar Teori Pompa 2.1.1. Definisi Pompa Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI Fenny Nelwan E. M. Wuisan, L. Tanudjaja Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email: nelwanfenny@ymail.com ABSTRAK Air

Lebih terperinci

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Kriteria Desain Kriteria Desain Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan melihat kondisi sebenarnya dengan

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM

BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM API RINGAN. Tabel 3.1 Jumlah Hidran, Sprinkler dan Pemadam Api Ringan No Uraian Elevasi (m) Luas Bersih

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HEAD DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK UNIT PRODUKSI JARINGAN AIR BERSIH

PERHITUNGAN HEAD DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK UNIT PRODUKSI JARINGAN AIR BERSIH PERHITUNGAN HEAD DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK UNIT PRODUKSI JARINGAN AIR BERSIH Direncanakan akan dibuat Instalasi Plumbing dan Penentuan Spesifikasi Pompa, dari sumber air k Jenis Pipa Galvanized Iron

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan. Waktu yang relatif lama ini sangat memegang

Lebih terperinci

1998 SURUSAN TEKlVIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1998 SURUSAN TEKlVIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR UNTUK TANAMA (Citrulhs vulgaris L.) PADA JARINGAN IRI DI KABUPATEN I OLEH : MUHAMMAD EKA SUAHPUT'RA 1998 SURUSAN TEKlVIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran BAB IV Bab IV Hasil dan Analisis HASIL DAN ANALISIS 4.1. Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan suatu kombinasi dari berbagai sistem untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dengan meningkatnya kebutuhan air di bidang pertanian dan bidang lain,

TINJAUAN PUSTAKA. Dengan meningkatnya kebutuhan air di bidang pertanian dan bidang lain, TINJAUAN PUSTAKA Irigasi Dengan meningkatnya kebutuhan air di bidang pertanian dan bidang lain, sedangkan potensi air terus menurun, menuntut suatu usaha untuk pemanfaatan air di bidang pertanian secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Deli Serdang memiliki iklim tropis yang kondisi iklimnya hampir sama dengan kabupaten Serdang Bedagai. Pengamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA Priskila Perez Mosesa Liany A. Hendratta, Tiny Mananoma Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

POMPA. yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id

POMPA. yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id POMPA yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id PENGERTIAN KARAKTERISTIK SISTIM PEMOMPAAN JENIS-JENIS POMPA PENGKAJIAN POMPA Apa yang dimaksud dengan pompa dan sistem pemompaan? http://www.scribd.com/doc/58730505/pompadan-kompressor

Lebih terperinci

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2012) TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami proses-proses aliran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA SISTEM PEMIPAAN DAN PEMILIHAN POMPA

BAB IV ANALISA SISTEM PEMIPAAN DAN PEMILIHAN POMPA BAB IV ANALISA SISTEM PEMIPAAN DAN PEMILIHAN POMPA 4. 1. Perhitungan Kapasitas Aliran Air Bersih Berdasarkan acuan dari hasil pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2010 dan Permen Kesehatan

Lebih terperinci

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari

Lebih terperinci

Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM

Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi dan Kondisi PATM Gorontalo merupakan salah satu daerah yang menjadi tempat untuk pengembangan sumberdaya lokal berbasis pertanian agropolitan sehingga diperlukan inovasi

Lebih terperinci

A. SISTEM IRIGASI TETES

A. SISTEM IRIGASI TETES II. TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM IRIGASI TETES Irigasi tetes (trickle irrigation) merupakan sistem irigasi yang pemberian airnya melalui jalur pipa ekstensif biasanya dengan diameter kecil ke tanah dekat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pengertian Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh penulis, adalah sebagai berikut :. Hujan adalah butiran yang jatuh dari gumpalan

Lebih terperinci

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng ALIRAN PADA PIPA Oleh: Enung, ST.,M.Eng Konsep Aliran Fluida Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa Jenis dan Viskositas. Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengairan Tanah Pertambakan Pada daerah perbukitan di Atmasnawi Kecamatan Gunung Sindur., terdapat banyak sekali tambak ikan air tawar yang tidak dapat memelihara ikan pada

Lebih terperinci

Utilization of Portable Sprinkle Irrigation System for Pakcoy (Brassica juncea L.): Case of Marga Agung, Jati Agung, Soth Lampung Regency

Utilization of Portable Sprinkle Irrigation System for Pakcoy (Brassica juncea L.): Case of Marga Agung, Jati Agung, Soth Lampung Regency APLIKASI IRIGASI PORTABLE SPRINKLER PADA TANAMAN PAKCOY (BRASSICA JUNCEA L.) DI DESA MARGA AGUNG KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN Utilization of Portable Sprinkle Irrigation System for Pakcoy (Brassica

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH SKRIPSI MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH Oleh : Syelvia Ikramatunnafsiah F14050932 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU. Aditya Ayuningtyas

PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU. Aditya Ayuningtyas PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU Aditya Ayuningtyas Latar Belakang SP 3 Distrik 2 Nglobo Ledok PT.Pertamina EP Field Cepu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hingga seperempat pertama abad 20, pengembangan irigasi berkelanjutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hingga seperempat pertama abad 20, pengembangan irigasi berkelanjutan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Irigasi Hingga seperempat pertama abad 20, pengembangan irigasi berkelanjutan merupakan bagian dari pengembangan kemanusiaan. Pengembangan fisik irigasi (bangunan berikut jaringan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. melakukan proses metabolisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap. kebutuhan air tanaman tersebut antara lain sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. melakukan proses metabolisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap. kebutuhan air tanaman tersebut antara lain sebagai berikut: II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi merupakan kebutuhan tanaman akan air untuk melakukan proses metabolisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kebutuhan air tanaman

Lebih terperinci

Topik 12. Teknologi Irigasi Tetes

Topik 12. Teknologi Irigasi Tetes 1 Topik 12. Teknologi Irigasi Tetes Pendahuluan Tujuan instruksional khusus: mahasiswa mampu menerangkan tentang pengertian dan komponen irigasi tetes, uniformity dan efisiensi irigasi tetes. Merancang

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DATA

BAB III ANALISA DATA BAB III ANALISA DATA 3.1 Permasalahan 3.1.1 Penurunan Produksi Untuk memenuhi kebutuhan operasi PLTGU Blok 1 dan diperoleh suplai demin water (air demineralisasi) dari water treatment plant (WTP) PLTGU.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan Juli sampai November 2013 di Greenhouse Sarwo

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan Juli sampai November 2013 di Greenhouse Sarwo 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari Bulan Juli sampai November 2013 di Greenhouse Sarwo Farm Desa Bandar Agung Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan

Lebih terperinci

IRIGASI PERMUKAA (Surface Irrigation) Dr.Ir.Sugeng Prijono, MS Komponen Yang Umum Metode Irigasi (Irrigation methods) Satuan Irigasi (Irrigation units) Jaringan Irigasi (Irrigation system) Sistem Drainase

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Aspek Teknis

PEMBAHASAN Aspek Teknis 47 PEMBAHASAN Aspek Teknis PT. Gula Putih Mataram menggunakan sistem mekanisasi dalam kegiatan pengolahan lahan, hal ini menyebabkan dalam pelaksanaan pengolahan tanah sangat tergantung pada kondisi tanah.

Lebih terperinci

PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN PINARAS

PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN PINARAS PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN PINARAS Figih Cicilia Mokoginta I. R. Mangangka Fakultas Teknik, Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email : Cicilia_mokoginta@yahoo.co.id

Lebih terperinci

DRAINASE LAHAN PERTANIAN

DRAINASE LAHAN PERTANIAN DRAINASE LAHAN PERTANIAN ASEP SAPEI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN IPB (Asep Sapei, 2017) 1 PENDAHULUAN DEFINISI DRAINASE: TINDAKAN MEMBUANG AIR LEBIH (DI PERMUKAAN TANAH ATAU DI DALAM TANAH/DAERAH

Lebih terperinci

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 1, No. 2 : , September 2014

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 1, No. 2 : , September 2014 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 179 Vol. 1, No. 2 : 179-189, September 2014 KARAKTERISTIK PERUBAHAN LENGAS TANAH PADA PEMBERIAN IRIGASI TETES PIPA PVC DI LAHAN KERING PRINGGABAYA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. dari suatut empat ketempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.

BAB II DASAR TEORI. dari suatut empat ketempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1. Dasar Teori Pompa 2.1.1. Definisi Pompa Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatut empat ketempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.

Lebih terperinci

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan saluran berarti menentukan dimensi saluran dengan mempertimbangkan sifat-sifat bahan pembentuk tubuh saluran serta kondisi medan sedemikian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pompa Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari satu tempat ketempat lainnya, melalui suatu media aluran pipa dengan cara menambahkan energi

Lebih terperinci

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7) 7 Persamaan-persamaan tersebut kemudian dikonversi menjadi persamaan volumetrik (Persamaan 5) yang digunakan untuk mendapatkan nilai kadar air tanah dalam % volume. 3.3.5 Pengukuran Curah Hujan dan Tinggi

Lebih terperinci

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi % liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4. 1. Perhitungan Pompa yang akan di pilih digunakan untuk memindahkan air bersih dari tangki utama ke reservoar. Dari data survei diketahui : 1. Kapasitas aliran (Q)

Lebih terperinci

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL 3 BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL 3.1.Kerja Pompa Sentrifugal Pompa digerakkan oleh motor, daya dari motor diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeler yang dipasangkan pada poros tersebut. Zat cair yang

Lebih terperinci

1.5. Potensi Sumber Air Tawar

1.5. Potensi Sumber Air Tawar Potensi Sumber Air Tawar 1 1.5. Potensi Sumber Air Tawar Air tawar atau setidaknya air yang salinitasnya sesuai untuk irigasi tanaman amat diperlukan untuk budidaya pertanian di musim kemarau. Survei potensi

Lebih terperinci

MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN SEDANG

MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN SEDANG SKRIPSI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN SEDANG Oleh : Ismail Hadi F14051228 2010 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR MODEL

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Manembo Kecamatan Langowan Selatan Kabupaten Minahasa

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Manembo Kecamatan Langowan Selatan Kabupaten Minahasa Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Manembo Kecamatan Langowan Selatan Kabupaten Minahasa Svita Eka Ristie Ramadhan Jeffry S.F Sumarauw, Eveline M. Wuisan Universitas Sam Ratulangi Fakultas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kadar Air Tanah Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon maupun tanaman semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv MOTTO...... vi ABSTRAK...... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR NOTASI... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR

Lebih terperinci

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE)

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) BAB 5 DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) Tujuan Untuk mengeringkan lahan agar tidak terjadi genangan air apabila terjadi hujan. Lahan pertanian, dampak Genangan di lahan: Akar busuk daun busuk tanaman

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

BAB VII PERHITUNGAN RINCI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY

BAB VII PERHITUNGAN RINCI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY BAB VII PERHITUNGAN RINCI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY 7.1 Umum Perhitungan rinci perencanaan sistem distribusi air bersih utama wilayah pengembangan kota Niamey mencakup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Air Bersih Sistem penyediaan air bersih adalah suatu sistem penyediaan atau pengeluaran air ke tempat-tempat yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran terhadap

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PADA PT RIMAU ENERGY MINING SITE JAWETEN, KECAMATAN KAROSEN JANANG, KABUPATEN BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

EVALUASI SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PADA PT RIMAU ENERGY MINING SITE JAWETEN, KECAMATAN KAROSEN JANANG, KABUPATEN BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH EVALUASI SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PADA PT RIMAU ENERGY MINING SITE JAWETEN, KECAMATAN KAROSEN JANANG, KABUPATEN BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Alpian Nafarin 1*, Agus Triantoro 1, Riswan 1, Freddy Aditya

Lebih terperinci

IRIGASI TETES ASEP SAPEI

IRIGASI TETES ASEP SAPEI IRIGASI TETES ASEP SAPEI BAGIAN TEKNIK TANAH DAN AIR DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FATETA IPB BOGOR 2006 KATA PENGANTAR Buku ini disusun sebagai bahan bacaan tambahan bagi mahasiswa/i program studi Keteknikan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK HIDROLIKA PIPA SUB-UNIT JARINGAN IRIGASI TETES PADA SISTEM HIDROPONIK

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK HIDROLIKA PIPA SUB-UNIT JARINGAN IRIGASI TETES PADA SISTEM HIDROPONIK MEMPELAJARI KARAKTERISTIK HIDROLIKA PIPA SUB-UNIT JARINGAN IRIGASI TETES PADA SISTEM HIDROPONIK Oleh : Nurbaeti Khoerunnisa F14104058 2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR MEMPELAJARI

Lebih terperinci

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Kelengkapan Saluran Sambungan Persil Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Bentuk: Saluran terbuka Saluran tertutup Dibuat

Lebih terperinci

MODEL FISIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKOHIDRO (PLTP)

MODEL FISIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKOHIDRO (PLTP) MODEL FISIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKOHIDRO (PLTP) Rinaldi 1, Trimaidjon 2, Suryaningrat 3 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru 28293 Email : ri.naldi@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH.

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH. MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH-AIR-TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2013) Lab. Fisika Tanah FPUB TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami

Lebih terperinci

1.8. Perencanaan Pompa Irigasi. 1.8.1. Kapasitas pompa irigasi

1.8. Perencanaan Pompa Irigasi. 1.8.1. Kapasitas pompa irigasi .8. Perencanaan Pompa Irigasi.8.. Kapasitas pompa irigasi Penentuan kapasitas pompa untuk irigasi tergantung pada Jadwal dan Pola tanam serta luasan setiap jenis tanaman. Perhitungan kapasitas pompa dihitung

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa Sumber Brantas Kota Batu Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB KARAKTERISTIK TANAH Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB Pendahuluan Geosfer atau bumi yang padat adalah bagian atau tempat dimana manusia hidup dan mendapatkan makanan,, mineral-mineral

Lebih terperinci

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT PEMANFAATAN KEHILANGAN ENERGI PADA BANGUNAN TERJUN SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (studi kasus bangunan terjun (BT2 BT4) pada saluran primer Padi Pomahan, D.I Padi Pomahan, Desa Padi, Kecamatan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Hidram Pompa merupakan salah satu jenis alat yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya

Lebih terperinci

EVALUASI LOSSES DI KATUP HISAP BAWAH (FOOT-VALVE) PADA POMPA SENTRIFUGAL 1. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong ABSTRAK

EVALUASI LOSSES DI KATUP HISAP BAWAH (FOOT-VALVE) PADA POMPA SENTRIFUGAL 1. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong ABSTRAK EVALUASI LOSSES DI KATUP HISAP BAWAH (FOOT-VALVE) PADA POMPA SENTRIFUGAL 1 Oleh : Agung Prabowo, Agung Hendriadi Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong ABSTRAK Katup hisap bawah (foot-valve)

Lebih terperinci

Ariswandi Putra 1, Ichwana 1, Susi Chairani 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN

Ariswandi Putra 1, Ichwana 1, Susi Chairani 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN Efisiensi Keseragaman Distribusi Air dari Variasi Ketinggian Pipa pada Sistem Irigasi Curah (Efficiency of Water Distribution Uniformity of The Various Riser for Sprinkler Irrigation System) Ariswandi

Lebih terperinci