I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irigasi adalah faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan pertanian. Pada mulanya kegiatan irigasi hanya sebatas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irigasi adalah faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan pertanian. Pada mulanya kegiatan irigasi hanya sebatas"

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irigasi adalah faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan pertanian. Pada mulanya kegiatan irigasi hanya sebatas mengairi lahan dengan air saja tanpa mempedulikan berapa air yang sebenarnya dibutuhkan oleh lahan dan tanaman. Dewasa ini di seluruh belahan dunia mulai terjadi krisis air bersih sehingga penggunaan air bersih harus dilakukan sebijaksana mungkin. Air bersih kini lebih diprioritaskan untuk minum dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga lainnya sehingga penggunaan air tawar bersih untuk sektor lainnya seperti pertanian harus dibatasi. Salah satu sistem irigasi yang hemat dalam penggunaan air adalah irigasi bertekanan. Sistem irigasi bertekanan yang mulai berkembang dan digunakan dalam pertanian di Indonesia yaitu irigasi curah dan tetes. Sistem irigasi bertekanan memiliki keunggulan dalam efisiensi pemakaian air dan dapat digunakan pada daerah yang relatif bergelombang khususnya untuk sistem irigasi curah. Dalam proses perancangan irigasi bertekanan, banyak faktor yang harus diperitungkan agar dihasilkan debit siraman yang seragam pada tiap emtiter. Model rancangan hidrolika sub unit irigasi tetes telah dibangun oleh Prastowo, et al (2007) dalam bentuk tabel dan nomogram. Selain dalam bentuk tabel dan nomogram, kriteria hidrolika sub unit irigasi tetes juga telah dikembangkan dalam bentuk program komputer dengan tehnik komputasi numerik dan aplikasi jaringan saraf tiruan. Model rancangan sub-unit irigasi tetes tersebut berguna untuk mempermudah perhitungan dalam proses perancangan hidrolika sub unit irigasi tetes. Seperti halnya dengan irigasi tetes pengembangan model rancangan hidrolika sub unit untuk irigasi curah juga sangat diperlukan, melihat semakin banyaknya penggunaan sistem irigasi curah pada pertanian-pertanian di Indonesia. Pengguanaan pencurah dalam pertanian di Indonesia semakin lama semakin bekembang. Irigasi curah biasannya digunakan pada lahan pertanian dengan kemiringan tidak seragam seperti didaerah perbukitan dan juga banyak digunakan di taman-taman kota ataupun lapangan golf. Pencurah juga digunakan pada salah satu sistem hidroponik kultur air yaitu sistem aeroponik yang sekarang ini banyak

2 digunakan oleh petani-petani sayur di Indonesia. Oleh karenanya dari program komputer untuk irigasi tetes yang sudah ada tersebut, diharapkan dapat dikembangkan pula model karakteristik rancanagan hidrolika sub unit irigasi curah. B. Permasalahan Jumlah dan spesifikasi pencurah maupun jenis dan diameter pipa yang beredar di pasaran sangat beragam. Oleh karena itu, tahapan rancangan hidrolika sub unit biasa dilakukan dengan metoda coba-ralat (trial-error method). Hal ini cukup rumit dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit, terlebih bagi para pemula. Kesalahan pada perhitungan rancangan hidrolika sub unit akan membuat desain sistem menjadi tidak tepat dan tentu akan mempengaruhi nilai koefisien keseragaman penyiraman serta efisiensi sistem secara keseluruhan. Maka dibutuhkan suatu metoda perhitungan rancangan hidrolika sub unit yang sederhana sehingga memudahkan desain irigasi curah dan meminimalkan kesalahan perancangan. Saat ini telah dibangun suatu software untuk rancangan hidrolika subunit irigasi tetes oleh Prastowo, et al (2007). Software tersebut dikembangkan dengan teknik komputasi numerik dan jaringan syaraf tiruan. Namun belum ada software sejenis untuk perancangan hidrolika sub unit irigasi curah. Oleh karena itu diperlukan suatu pengujian terhadap validitas software tersebut untuk mengetahui kemampuan software tersebut bila diaplikasikan pula pada perancangan hidrolika sub unit irigasi curah. Bila software tersebut diketahui valid maka dibuat tabel dan nomogram sebagai model karakteristik rancangan hidrolika sub unit irigasi curah. Bila software tersebut diketahui tidak valid maka dibuat rekomendasi untuk perbaikan software tersebut sehingga dapat digunakan untuk perancangan hidrolika sub unit irigasi curah pada tekanan tinggi dan buat tabel serta nomogram dari hasil perhitungan manual yang sesuai dengan ketentuan.

3 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menguji validasi dari software yang telah dikembangkan untuk model rancangan hidrolika sub unit irigasi tetes terhadap model rancangan sub unit irigasi curah dengan tekanan tinggi (4-7 Bar). 2. Mengembangkan model rancangan hidrolika sub unit irigasi curah dengan tekanan tinggi (4-7 Bar) dalam bentuk Tabel dan Nomogram. D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini akan dihasilkan model rancangan sub unit irigasi curah dengan tekanan tinggi yang dapat digunakan untuk mempermudah perancangan jaringan perpipaan irigasi curah.

4

5 b. Sistem Portabel, merupakan sistem irigasi curah dimana dalam pengoperasiannya, pipa utama, pipa leteral dan pompa dapat dipindahpindahkan (Pillsbury dan Degan, 1968). Agar lebih memudahkan dalam proses pemindahan, komponen sistem irigasi dibuat dari aluminium atau plastik. Dengan sistem ini pemberian tambah air yang dibutuhkan oleh suatu lahan pertanian dengan cepat dapat dilaksanakan (Benami dan Ofen 1984, diacu dalam skripsi Ikadawanto 1993). c. Sistem semi-portabel, mempunyai pipa utama yang ditanam dalam tanah sehingga bersifat permanen, pipa lateral merupakan komponen yang dapat dipindah-pindahkan disepanjang pipa utama. Pipa lateral terbuat dari aluminium yang dilengkapi dengan quick couple yang melengkapi dengan klep. d. Sistem solid-set, pada sistem ini perpindahan lateral dibatasi. Lateral diletakkan pada lahan tepat saat musim tanam dan hanya pada musim tersebut. Sistem ini banyak digunakan pada lahan yang banyak membutuhkan waktu irigasi yang pendek dan berulang kali (Michael, 1978). Umumnya digunakan pada kebun-kebun buah serta perusahaan perkebunan dimana terdapat kekurangan tenaga kerja (Binami dan Ofen 1984, diacu dalam skripsi Ikadawanto 1993). Sesuai dengan kapasitas dan luas areal yang diairi sistem irigasi sprinkler dibagi menjadi tiga yaitu farm system, field system, dan incomplete farm system (Benami dan Ofen 1984, diacu dalam skripsi Ikadawanto 1993). a. Sistem farm, dimana sistem irigasi curah dirancang untuk luas lahan dan merupakan satu-satunya fasilitas untuk pemberian air. b. Sistem field, dimana sistem irigasi curah dirancang untuk dipasang dibeberapa lahan pertanian dan biasanya dipergunakan untuk pemberian air pendahaluan pada petak persemaian. c. Sistem incomplete farm, dimana sistem irigasi curah dirancang untuk dapat diubah menjadi sitem field dan sebaliknya. Sedangkan klasifikasi sistem irigasi sprinkler berdasarkan pencurahannya dibedakan menjadi tiga yaitu pencurah dengan nozel, pencurah dengan pipa performansi, dan pencurah dengan pipa berputar.

6 Partowijoto (1974), mengklasifikasikan sistem irigasi curah berdasarkan tekanan operasional unit pompa yang digunakan. Klasifikasi tersebut disajikan pada tabel 1. berikut ini. Tabel 1. Klasifikasi system irigasi sprinkler berdasarkan tinggi rendahnya tekanan air Sistem irigasi curah Tekanan (Kg/cm 2 ) Tekanan rendah Tekanan sedang Tekanan tinggi Tekanan sangat tinggi >7.00 Sedangkan berdasarkan tekanan air yang lebih terperinci menurut USDA disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi system irigasi sprinkler berdasarkan tekanan air menurut USDA Sistem irigasi curah Tekanan (Kg/cm 2 ) Tekanan rendah Tekanan sedang Tekanan menengah Tekanan tinggi Tekanan hidrolik Tekanan pipa performansi Tekanan undertree low angle G. Pencurah Tekanan Tinggi Pencurah (sprinkler) berfungsi untuk mengaplikasikan air secara seragam ke atas permukaan tanah yang dapat digunakan oleh tanaman untuk menghasilkan buah, biji, atau zat kering. Beberapa karakteristik kinerja pencurah dapat mempengaruhi keserasian tampilan tempat tertentu dari suatu kondisi lahan. Contohnya adalah tipe pencurah, tipe dan ukuran orifice, posisi dan jarak spasi pemasangan serta tekanan operasi (Kranz, et al., 2005).

7

8 2. Rain-gun Gambar 3. Rain-gun Sistem Ini menggunakan sprinkler putar besar yang bekerja pada tekanan tinggi mengairi areal yang luas. Umumnya pencurah dipasang pada alat angkut bergerak sinambung memotong lahan selama beroperasi dan disebut travelers. Akhir-akhir ini menjadi sangat populer karena biaya modal per hektar relatif rendah dan kebutuhan tenaga lebih kecil. Rain-guns umumnya beroperasi pada tekanan tinggi 5-10 bar, dengan debit m 3 /jam. Dalam satu setting mampu mengairi areal lebar 100 m dan panjang 400 m (sekitar 4 ha) laju aplikasi berkisar antara 5 35 mm/jam. Gun sprinkler biasanya beroperasi secara individu dari pada di sepanjang lateral (Keller, 1990). H. Rancangan Hidrolika Pipa Sub Unit Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rancangan diartikan sebagai sesuatu yang sudah dirancang atau hasil dari kegiatan merancang. Selain itu, rancangan juga disetarakan pengetiannya dengan rencana atau program. Hidrolika adalah salah satu cabang teknik sipil yang mempelajari perilaku aliran air secara mikro maupun makro, pada aliran di saluran tertutup (misalnya pipa) maupun saluran terbuka atau sungai ( Menurut Qudus (2002), kata hidrolika berasal dari bahasa Yunani, Hydor, yaitu cabang ilmu teknik yang mempelajari perilaku air dalam keadaan diam dan bergerak. Perilaku air yang dipelajari adalah aliran pada saluran tertutup dan terbuka. Hidrolika dibedakan dalam 2 (dua) bidang, yaitu hidrostatika yang

9 mempelajari zat cair keadaan diam, dan hidrodinamika yang mempelajari zat cair bergerak. Rancangan hidrolika pipa sub unit merupakan perancangan teknis hidrolika pipa pada suatu sub unit. Artinya, perilaku air yang dianalisis akan mengasilkan dimensi pipa yang sesuai untuk suatu sub unit. Keller (1990) menyebutkan sub unit adalah area yang dialiri dari setiap tekanan atau titik aliran yang telah diatur. Suatu area irigasi dapat terdiri atas beberapa sub unit, bergantung pada desain tata letak area irigasi tersebut. Contoh skema tata letak dan komponen irigasi curah diperlihatkan pada Gambar 4. pipa manifold lateral n valve pipa utama lateral 2 lateral 1 lateral 3 Gambar 4. Skema dan tata letak pipa sub-unit Dalam suatu perancangan sistem irigasi curah, kondisi klimatik harus diperhatikan. Salah satu dari faktor klimatik tersebut adalah angin. Kecepatan angin pada area yang akan disirami mempengaruhi nilai keseragaman penyiraman dan juga penentuan overlap dan besar spasi pencurah. Berikut adalah tabel penentuan overlap pada setiap kondisi kecepat angin yang berbeda:

10 Tabel 3. Penentuan Overlap Berdasarkan Perbedaan Kec. Angin No Rata-rata Kec. Angin Max. Spasi Sprinkler % diameter basahan % diameter basahan % diameter basahan 4 >13 30% diameter basahan Beberapa parameter yang diperhitungkan dalam perancangan hidrolika pipa antara lain: 1. Tekanan (Head) Dalam pengertian umum, tekanan adalah pengukur energi yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem irigasi curah dan secara spesifik didefinisikan sebagai gaya yang bekerja seragam pada suatu luasan tertentu dengan satuan N/m 2. Seringkali dinyatakan dalam kn/m 2, atau bar dimana 1 bar = 100 kn/m 2 = 1 kgf/cm 2 = 14,5 lbf/in 2. Satuan lainnya yang sering dipakai adalah psi (pound per square inch atau lbf/in 2 ) dalam unit Imperial, dan kilogram gaya per cm 2 (kgf/cm 2 ) dalam unit Eropa. Tekanan dalam pipa dapat diukur dengan alat Bourdon gauge. Di dalam alat ini terdapat suatu tabung lengkung berbentuk oval yang berusaha untuk meregang jika di bawah tekanan. Tabung ini dihubungkan dengan skala pengukur tekanan. Insinyur perencana sering menyatakan tekanan dalam satuan tinggi air (head of water) karena lebih nyaman untuk digunakan. Jika pengukur Bourdon digantikan dengan tabung vertikal, tekanan air menyebabkan air dalam tabung akan naik. Tingginya kenaikan air ini digunakan sebagai pengukur tekanan dalam pipa. Dalam SI unit: Head air (m) = 0,1 x Tekanan (kn/m 2 ), atau Head air (m) = 10 x Tekanan (bar). Pada imperial units : Head air (ft) = 2,31 x Tekanan (psi). 2. Hidrolika Nozel Secara umum hubungan antara tekanan atau head dengan debit pencurah atau nozel ditunjukkan pada persamaan berikut (Prastowo, 2002): q Kd P... /1.1/ q Kd H... /1.2/

11 dimana : q : debit pencurah (l/menit); Kd : koefisien debit nozel sesuai dengan peralatan yang digunakan; P : tekanan operasi pencurah (kpa); H : head operasi pencurah (m). 3. Aliran dalam Pipa Debit adalah banyaknya air yang mengalir dalam suatu satuan waktu (M/T). Pada sistem irigasi curah, variasi debit yang diijinkan adalah < 10 persen. Artinya, perbedaan debit yang terjadi sepanjang aliran dalam pipa harus tidak lebih besar dari 10 persen nilai debit yang dirancang. Debit aliran dalam pipa dapat diketahui dengan rumus: Q Q l m q N.../1.3/ a Q q N.../1.4/ dimana : q a Q l l lateral : debit pencurah (l/detik); : debit pada pipa lateral (l/detik); Q m : debit pada pipa manifold (l/detik); N : banyaknya jumlah pencurah. Jenis pipa dispesifikasikan dengan diameter-dalam (internal diameter) atau diameter luar tergantung pada bahannya, dan tekanan aman (safe pressure). Kehilangan tekanan dalam aliran pipa tergantung pada kekasaran pipa, debit aliran, diameter, dan panjang pipa. Kekasaran pipa akan bertambah seiring tingkat keausan dan umur dari pipa tersebut. Kehilangan energi gesekan pipa dapat dihitung dengan menggunakan rumus : a. Untuk pipa kecil (< 125 mm) J = 7.89 x 10 7 x (Q 1.75 /D 4.75 ).../1.5/ b. Untuk pipa besar (³ 125 mm) J = 9.58 x 10 7 x (Q 1.83 /D 4.83 ).../1.6/ - Tanpa outlet Hf = J x (L/100).../1.7/

12 - Dengan multi outlet yang berjarak seragam Hf = J x F x (L/100).../1.8/ - Untuk sambungan Hl = Kr x 8.26 x 10 4 x (Q 2 / D 4 ).../1.9/ dimana : J: gradien kehilangan head (m/100 m); hf: kehilangan head akibat gesekan (m); hl: kehilangan head akibat adanya katup dan sambungan (m); Q: debit sistem (l/det); D: diameter dalam pipa (mm); F: koefesien reduksi; Kr: koefesien resistansi; L: panjang pipa (m). Tabel 4. Koefesien Reduksi (F) untuk Pipa Multi Outlet Jumlah Outlet F Jumlah Outlet F Ujung 1) Tengah 2) Ujung 1) Tengah 2) 1 1,00 1,00 8 0,42 0,38 2 0,64 0,52 9 0,41 0,37 3 0,54 0, ,40 0,37 4 0,49 0, ,39 0,37 5 0,46 0, ,38 0,36 6 0,44 0, ,37 0,36 7 0,43 0, ,36 0,36 1) Sprinkler pertama berjarak 1 interval dari pipa utama 2) Sprinkler pertama berjarak 1/2 interval dari pipa utama Sumber : Prastowo, F juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Prastowo dan Liyantono, 2002) :

13 ( b 1) F.../1.10/ 2 b 1 2N 6N dengan b : koefisien debit aliran dalam pipa (untuk pipa PVC, b = 1.75). Selain itu, diketahui bahwa h f J F L /1.11/ sehingga dapat diketahui banyaknya pencurah dan panjang pipa yang diperlukan, karena : L N y.../1.12/ dimana : L N y : panjang pipa lateral atau pun manifold yang diperlukan (m); : banyaknya jumlah pencurah atau lateral; : spasing (interval atau jarak antar pencurah dan pipa lateral) (m) Kehilangan tekanan pada debit tertentu akan lebih besar terjadi pada diameter pipa yang lebih kecil. Kehilangan tekanan akan naik secara cepat dengan bertambahnya debit aliran, khususnya pada dimeter pipa kecil. Kehilangan tekanan bertambah secara linier dengan bertambah panjangnya pipa, jika panjang pipa menjadi dua kali maka kehilangan tekanan juga menjadi dua kali. Diameter pipa ditentukan berdasarkan kehilangan tekanan yang diijinkan, yaitu diameter yang memberikan kehilangan tekanan lebih kecil pada debit aliran yang diinginan. Sebagai pegangan kasar untuk menentukan diameter pipa pada berbagai debit dan panjang pipa dapat digunakan Tabel 3 yang didasarkan pada kecepatan aliran dalam pipa lebih kecil dari 1,5 m/det.

14 Tabel 5. Pedoman untuk Menentukan Diameter Pipa Panjang pipa (m) Debit < > 500 (m 3 /jam) Diameter pipa (mm) Sumber : Kalsim, Kehilangan head pada sub unit ( Ps) dibatasi tidak lebih dari 20% dari tekanan operasi ratarata sistem. Kehilangan head (hf) pada lateral harus Hl, demikian juga halnya pada manifold (pembagi) kehilangan headnya (hf) harus lebih kecil atau sama dengan Hm. Kehilangan tekanan karena gesekan di pipa utama maksimum sebesar 0.41 m/10 m. Tekanan inlet lateral yang tertinggi diambil sebagai outlet manifold pada sub unit. Ps = 20% x Ha.../1.13/ Hl = 0,55 Ps ± Z lateral.../1.14/ Hm = 0,45 Ps ± Z manifold.../1.15/ dimana : Ps : kehilangan head yang diijinkan pada sub unit (m), Hl : kehilangan head yang diijinkan pada lateral (m), Ha : tekanan operasi rata-rata pencurah (m), Hm : kehilangan head yang diijinkan pada manifold (m), Z lateral : perbedaan elevasi sepanjang lateral (m), Z manifold : perbedaan elevasi sepanjang manifold (m), - : elevasi menurun, + : elevasi menaik

15 I. Sistem Pakar Menurut Oxman (1985), sistem pakar adalah perangkat lunak komputer yang menggunakan pengetahuan ( aturan-aturan tentang sifat dari unsur suatu masalah), fakta, dan teknik inferensi untuk masalah yang biasanya membutuhkan kemampuan sorangahli. Tujuan perancangan sistem pakar adalah untuk mempermudah kerja atau menggantikan tenaga ahli, penggabuangan ilmu dan pengalaman dari beberapa tenaga ahli, training tenaga ahli baru, penyediaan keahlianyang diperlukan oleh suatu proyek yang tidak ada atau tidak mampu membayar tenaga ahli. pada prinsipnya sistem pakar tersusun dari beberapakomponen yang mencakup: a. Fasilitas akuisi pengetahuan b. Sistem berbasis pengetahuan (knowledge base system) c. Mesin inferensi (inference engine) d. Fasilitas untuk penjelasan dan justifikasi, dan e. Penghubung antara pengguna dan sitem pakar Menurut Fauset (1994), jaringan saraf tiruan (JST) adalah suatu sitem pemrosesan informasi yang memilki karakteristik-karakteristik menyerupai jaringan syaraf biologi. Menurut Rao & Rao (1993), JST adalah suatu grup pemrosesan elemen-elemen (neuron) dimana suatu subgroup (layer) melakukan komputasi yang independen dan meneruskan hasilnya ke subgroup berikutnya. Kelebihan dan kekurangan JST antara lain: Kelebihan: 1. JST dapat melakukan apa yang tidak dapat linear program lakukan 2. Ketika terjadi kegagalan pada salah satu elemen dari JST, dapat di teruskan tanpa ada masalah pada dasarnya 3. JST tidak memerlukan pemrograman ulang 4. Dapat diterapkan pada beberapa aplikasi 5. Dapat diterapkan tanpa menimbulkan masalah Kekurangan: 1. JST membutuhkan pelatihan untuk mengoperasikannya 2. Arsitektur dari JST berbeda dengan arsitektur dari mikroprosesor oleh karena itu dibutuhkan penyesuaian

16

17

18 mungkin skala linear, logarithmic atau ada beberapa hubungan lebih kompleks. Timbangan yang lurus berguna untuk perhitungan relatif sederhana, tetapi untuk perhitungan lebih kompleks, rumit atau mudah melentur skala mungkin perlu digunakan. Penggunaan yang sederhana sebuah string tegang atau lurus tepi ditempatkan, sehingga kontak yang dikenal dua nilai pada baris. Terbaik yang diperlukan adalah membaca di baris lain. Hal ini memungkinkan perhitungan satu variabel ketika dua lainnya diketahui. Kadang-kadang tambahan baris ditambahkan yang sederhana konversi salah satu variabel lain.

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN TINGGI

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN TINGGI SKRIPSI MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN TINGGI Oleh : Indri Nursani F14053609 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Skema umum jaringan irigasi curah diperlihatkan pada Gambar 2. Hydrant. Gambar 2. Skema jaringan irigasi curah (Prastowo, 2002).

Skema umum jaringan irigasi curah diperlihatkan pada Gambar 2. Hydrant. Gambar 2. Skema jaringan irigasi curah (Prastowo, 2002). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Irigasi Curah Irigasi curah (sprinkle irrigation) disebut juga overhead irrigation karena pemberian air dilakukan dari bagian atas tanaman terpancar menyerupai curah hujan (Prastowo,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Air Jurusan Teknik Pertanian. Dan Lahan Parkir Jurusan Teknik Pertanian di

METODE PENELITIAN. Air Jurusan Teknik Pertanian. Dan Lahan Parkir Jurusan Teknik Pertanian di 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Sumberdaya Lahan dan Air Jurusan Teknik Pertanian. Dan Lahan Parkir Jurusan Teknik Pertanian di

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari pencurah bertekanan sedang sebanyak 283 data. Data tersebut diperoleh dari penelusuran informasi melalui internet maupun perusahaan tertentu yang menjual

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Irigasi Curah Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu metode pemberian air yang dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh

Lebih terperinci

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH SKRIPSI MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH Oleh : Syelvia Ikramatunnafsiah F14050932 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN SEDANG

MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN SEDANG SKRIPSI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN SEDANG Oleh : Ismail Hadi F14051228 2010 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR MODEL

Lebih terperinci

Topik 11. Teknologi Irigasi Curah

Topik 11. Teknologi Irigasi Curah 1 Topik 11. Teknologi Irigasi Curah Pendahuluan Tujuan instruksional khusus: mahasiswa mampu menerangkan tentang pengertian dan komponen irigasi curah, uniformity dan efisiensi irigasi curah, serta merancang

Lebih terperinci

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH SKRIPSI MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH Oleh : Syelvia Ikramatunnafsiah F14050932 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

2 sumber air harus tersedia berada di dekat kebun. Satu keluarga dengan tenaga kerja 2 orang (istri dan bapak) hanya mampu mengelola kebun seluas 400

2 sumber air harus tersedia berada di dekat kebun. Satu keluarga dengan tenaga kerja 2 orang (istri dan bapak) hanya mampu mengelola kebun seluas 400 1 Topik 11. Teknologi Irigasi Curah Pendahuluan Tujuan instruksional khusus: mahasiswa mampu menerangkan tentang pengertian dan komponen irigasi curah, uniformity dan efisiensi irigasi curah, serta merancang

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN JARINGAN IRIGASI CURAH (SPRINKLER)

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN JARINGAN IRIGASI CURAH (SPRINKLER) PERENCANAAN DAN PERANCANGAN JARINGAN IRIGASI CURAH (SPRINKLER) 1 IRIGASI CURAH : Pemberian air irigasi dengan cara menyemprotkan air ke udara dan menjatuhkannya di sekitar tanaman seperti hujan Dengan

Lebih terperinci

Sprinkler Tipe BIR Versi 1 Teknologi Tepat, Investasi Hemat

Sprinkler Tipe BIR Versi 1 Teknologi Tepat, Investasi Hemat Tipe BIR Versi 1 Teknologi Tepat, Investasi Hemat KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR Teknologi Tepat Pada Lahan Kering Pemanfaatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan di lahan perkebunan tebu milik PT. Laju Perdana Indah (LPI), Palembang, Sumatera Selatan. Tempat ini berada pada elevasi

Lebih terperinci

PRAKTIKUM AUDIT SISTEM IRIGASI

PRAKTIKUM AUDIT SISTEM IRIGASI PRAKTIKUM AUDIT SISTEM IRIGASI (Mei 2016) A. Pengantar Dengan adanya isu krisis air saat ini, pemberian air irrigasi yang tepat, akurat dan sesuai sasaran kebutuhan tanaman sehingga memberikan efisiensi

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY IRIGASI MIKRO BERBASIS MULTI KOMODITAS

EXECUTIVE SUMMARY IRIGASI MIKRO BERBASIS MULTI KOMODITAS EXECUTIVE SUMMARY IRIGASI MIKRO BERBASIS MULTI KOMODITAS Desember, 2012 Pusat Litbang Sumber Daya Air i KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan Executive Summary dari kegiatan Irigasi Mikro Berbasis Multi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000

Lampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000 LAMPIRAN 27 Lampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000 28 Lampiran 2. Perhitungan evapotranspirasi acuan 29 Lampiran 3. Perhitungan curah hujan efektif 30 Lampiran 4. Perhitungan kebutuhan air

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Irigasi Curah Irigasi curah atau siraman (sprinkler) adalah metode penggunaan air terhadap permukaan tanah dalam bentuk percikan, seperti hujan biasa. Metode pemberian air ini dimulai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (FDM) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3.2.Alat penelitian

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK HIDROLIKA PIPA SUB-UNIT JARINGAN IRIGASI TETES PADA SISTEM HIDROPONIK

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK HIDROLIKA PIPA SUB-UNIT JARINGAN IRIGASI TETES PADA SISTEM HIDROPONIK MEMPELAJARI KARAKTERISTIK HIDROLIKA PIPA SUB-UNIT JARINGAN IRIGASI TETES PADA SISTEM HIDROPONIK Oleh : Nurbaeti Khoerunnisa F14104058 2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR MEMPELAJARI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Desember 2012 Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air. Ir. Bambang Hargono, Dipl. HE, M.Eng NIP:

KATA PENGANTAR. Bandung, Desember 2012 Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air. Ir. Bambang Hargono, Dipl. HE, M.Eng NIP: KATA PENGANTAR Pengembangan lahan non padi di Indonesia belum sepenuhnya dapat didukung dengan jaringan irigasi yang memadai dan mempunyai efisiensi irigasi yang diharapkan, namun demikian akhir-akhir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan. Waktu yang relatif lama ini sangat memegang

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI Fenny Nelwan E. M. Wuisan, L. Tanudjaja Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email: nelwanfenny@ymail.com ABSTRAK Air

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan Juli sampai November 2013 di Greenhouse Sarwo

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan Juli sampai November 2013 di Greenhouse Sarwo 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari Bulan Juli sampai November 2013 di Greenhouse Sarwo Farm Desa Bandar Agung Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek pada saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja Pompa Hidram Prinsip kerja hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Dasar Hidrolik Hidrolika adalah ilmu yang menyangkut berbagai gerak dan keadaan keseimbangan zat cair. Pada penggunaan secara tekni szat cair dalam industri, hidrolika

Lebih terperinci

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Aspek Teknis

PEMBAHASAN Aspek Teknis 47 PEMBAHASAN Aspek Teknis PT. Gula Putih Mataram menggunakan sistem mekanisasi dalam kegiatan pengolahan lahan, hal ini menyebabkan dalam pelaksanaan pengolahan tanah sangat tergantung pada kondisi tanah.

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Spesifikasi New Mazda 2 Dari data yang diperoleh di lapangan (pada brosur), mobil New Mazda 2 memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya Maksimum (N) : 103 PS 2. Putaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu 3 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu Tebu (Sacharum officinarum L.) termasuk ke dalam golongan rumputrumputan (graminea) yang batangnya memiliki kandungan sukrosa yang tinggi sehinga dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

Cara Menentukan Diameter Pipa

Cara Menentukan Diameter Pipa Cara Menentukan Diameter Pipa Beberapa Metode Perhitungan Contoh-contoh kasus Perhitungan (Dalam Perpipaan Transmisi Dan Distribusi)? Ukuran Pipa dan Pengaruh (Hidrolis Hidrolis) Pada Sistem 1 Metode Menentukan

Lebih terperinci

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa sawit yang baru ditanam saat ini baru akan dipanen hasilnya beberapa tahun kemudian. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL

TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL Oleh: ANGGIA PRATAMA FADLY 07 171 051 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B. Alat dan bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Kelengkapan Saluran Sambungan Persil Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Bentuk: Saluran terbuka Saluran tertutup Dibuat

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E Disusun oleh Nama : Wiwi Widodo Nim : 41305010007 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM

I. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM I. TINJAUAN PUSTAKA Penetapan Kebutuhan Air Tanaman (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM 2.1.2 Ekologi Nenas Sunarjono (2004) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Pembangunan sebuah PLTMH harus memenuhi beberapa kriteria seperti, kapasitas air yang cukup baik dan tempat yang memadai untuk

Lebih terperinci

Kata kunci : prototipe, pengujian, temperatur, tabung vakum, minyak sayur

Kata kunci : prototipe, pengujian, temperatur, tabung vakum, minyak sayur PENGUJIAN PERFORMA PROTOTIPE ALAT PEMINDAH MASAKAN DENGAN KAPASITAS 10 LITER Yeny Pusvyta 1* 1 Program Studi Teknik Mesin Universitas IBA Jl. Mayor Ruslan Palembang. *Email : yeny_pusvyta@yahoo,com Abstrak

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENGEMBANGAN IRIGASI BERTEKANAN

EXECUTIVE SUMMARY PENGEMBANGAN IRIGASI BERTEKANAN No: DSM/IP.16 03/01/La-IRIGASI/2013 Executive Summary SATKER BALAI IRIGASI EXECUTIVE SUMMARY PENGEMBANGAN IRIGASI BERTEKANAN TAHUN ANGGARAN 2013 DESEMBER, 2013 i KATA PENGANTAR Balai Irigasi, Pusat Penelitian

Lebih terperinci

Tabel 25. Spesifikasi teknis Boom sprayer Spesifikasi Teknis. Condor M-12/BX. Tekanan maksimum (rekomendasi)

Tabel 25. Spesifikasi teknis Boom sprayer Spesifikasi Teknis. Condor M-12/BX. Tekanan maksimum (rekomendasi) 9. PEMBAHASAN UMUM Beberapa metode analisa komputasi cerdas digunakan dalam penelitian pendeteksian serangan gulma. Masing-masing metode diarahkan untuk mencapai tujuan analisa utama yaitu pendeteksian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA Kegiatan perencanaan merupakan hal dasar dalam menentukan sistem distribusi air bersih. Menurut Dharmasetiawan (2004), kegiatan perencanaan terdiri

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK HIDROLIKA PIPA SUB-UNIT JARINGAN IRIGASI TETES PADA SISTEM HIDROPONIK

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK HIDROLIKA PIPA SUB-UNIT JARINGAN IRIGASI TETES PADA SISTEM HIDROPONIK MEMPELAJARI KARAKTERISTIK HIDROLIKA PIPA SUB-UNIT JARINGAN IRIGASI TETES PADA SISTEM HIDROPONIK Oleh : Nurbaeti Khoerunnisa F14104058 2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR MEMPELAJARI

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1. Rancangan Alat Uji Pada penelitian ini alat uji dirancang sendiri berdasarkan dasar teori dan pengalaman dari penulis. Alat uji ini dirancang sebagai

Lebih terperinci

1998 SURUSAN TEKlVIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1998 SURUSAN TEKlVIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR UNTUK TANAMA (Citrulhs vulgaris L.) PADA JARINGAN IRI DI KABUPATEN I OLEH : MUHAMMAD EKA SUAHPUT'RA 1998 SURUSAN TEKlVIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR yang diperlukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Hidram Pompa merupakan salah satu jenis alat yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya

Lebih terperinci

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) Panduan Praktikum Fenomena Dasar 010 A. Tujuan Percobaan: Percobaan 5 Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) 1. Mengamati kerugian tekanan aliran melalui elbow dan sambungan.

Lebih terperinci

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI LAPORAN TUGAS AKHIR KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil Disusun oleh : RUSWANTO

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik.

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin Pompa air dengan menggunakan tenaga angin merupakan sistem konversi energi untuk mengubah energi angin menjadi putaran rotor

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu merupakan suatu bahan mentah yang didapatkan dari pengolahan pohon pohon yang terdapat di hutan. Kayu dapat menjadi bahan utama pembuatan mebel, bahkan dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat penelitian Penelitian dilakukan di labolatorium hirolika pengairan jurusan teknik sipil fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia (Sunaryo dkk., 2004).

TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia (Sunaryo dkk., 2004). TINJAUAN PUSTAKA Irigasi Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, yakni demi peradaban manusia. Bahkan dapat dipastikan, tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran BAB IV Bab IV Hasil dan Analisis HASIL DAN ANALISIS 4.1. Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan suatu kombinasi dari berbagai sistem untuk

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK METODE PUMP AS TURBINES (PATs)

PEMBANGKIT LISTRIK METODE PUMP AS TURBINES (PATs) PEMBANGKIT LISTRIK METODE PUMP AS TURBINES (PATs) Asep Rachmat, Ali Hamdani Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Majalengka Email: asep18rachmat75@gmail.com ABSTRACK Pump As Turbines (PATs) merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL 4.1 Kondisi perancangan Tahap awal perancangan sistem perpipaan air untuk penyiraman kebun vertikal yaitu menentukan kondisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged Cabang Teluknaga Kabupaten Tangerang. Pemilihan tempat penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debit didefinisikan sebagai hasil perkalian antara kecepatan dengan luas penampang. Semakin besar kecepatan dan luas penampang maka akan semakin besar pula debit yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU Pada jaringan distribusi air bersih pipa merupakan komponen yang paling utama, pipa berfungsi untuk mengalirkan sarana air dari suatu titik simpul ke titik simpul yang

Lebih terperinci

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Kondisi aliran dalam saluran terbuka yang rumit berdasarkan kenyataan bahwa kedudukan permukaan

Lebih terperinci

V 1,2 = kecepatan aliran fluida dititik 1 dan 2 (m/det)

V 1,2 = kecepatan aliran fluida dititik 1 dan 2 (m/det) BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Performance Alat Penjernih Air Sistem Gravitasi Penelitian ini menitikberatkan pada parameter-parameter yang diperlukan dalam perencanaan sistem distribusi air

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN Nama : Arief Wibowo NPM : 21411117 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. Latar Belakang

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY JARINGAN IRIGASI PERPIPAAN

EXECUTIVE SUMMARY JARINGAN IRIGASI PERPIPAAN EXECUTIVE SUMMARY JARINGAN IRIGASI PERPIPAAN Desember 2012 KATA PENGANTAR Executive Summary ini merupakan ringkasan dari Laporan Akhir kegiatan Penelitian Jaringan Irigasi Perpipaan yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT

PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT MEKANISME KERJA POMPA SENTRIFUGAL RANGKAIAN SERI NAMA : YUFIRMAN NPM : 20407924 PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT JURUSAN TEK NIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA 2014 LATAR BELAKANG Pompa adalah

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH ) PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH ) Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Kebutuhan listrik bagi masyarakat masih menjadi permasalahan penting di Indonesia, khususnya

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN PIPA INDUK AIR BERSIH PDAM WILAYAH SOREANG DENGAN PROGRAM EPANET

STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN PIPA INDUK AIR BERSIH PDAM WILAYAH SOREANG DENGAN PROGRAM EPANET STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN PIPA INDUK AIR BERSIH PDAM WILAYAH SOREANG DENGAN PROGRAM EPANET Tria Amiarsa NRP : 0521049 Pembimbing : Ir. Kanjalia Rusli, MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 17 BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal dan segala referensi yang mendukung guna kebutuhan penelitian. Sumber yang diambil adalah sumber yang berkaitan

Lebih terperinci

Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan

Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan Uyu Saismana 1, Riswan 2 1,2 Staf Pengajar Prodi Teknik Pertambangan,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump).

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump). BAB II DASAR TEORI 2.1. Dasar Teori Pompa 2.1.1. Definisi Pompa Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan

Lebih terperinci

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma,,2013

Lebih terperinci

Kehilangan tenaga sekunder dalam pipa terjadi karena adanya perubahan penampang pipa, sambungan, belokan dan katup. Pada pipa panjang, kehilangan

Kehilangan tenaga sekunder dalam pipa terjadi karena adanya perubahan penampang pipa, sambungan, belokan dan katup. Pada pipa panjang, kehilangan Kehilangan tenaga sekunder dalam pipa terjadi karena adanya perubahan penampang pipa, sambungan, belokan dan katup. Pada pipa panjang, kehilangan tenaga sekunder jauh lebih kecil daripada kehilangan tenaga

Lebih terperinci

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi ABSTRAK Ketergantungan pembangkit listrik terhadap sumber energi seperti solar, gas alam dan batubara yang hampir mencapai 75%, mendorong dikembangkannya energi terbarukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA DAN HIDROLIKA

MEKANIKA FLUIDA DAN HIDROLIKA Modul ke: 07 MEKANIKA FLUIDA DAN HIDROLIKA KINEMATIKA FLUIDA Fakultas FTPD Acep Hidayat,ST,MT Program Studi Teknik Sipil Soal :Tekanan Hidrostatis. Tangki dengan ukuran panjangxlebarxtinggi (LBH) = 4mxmxm

Lebih terperinci

MODEL FISIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKOHIDRO (PLTP)

MODEL FISIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKOHIDRO (PLTP) MODEL FISIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKOHIDRO (PLTP) Rinaldi 1, Trimaidjon 2, Suryaningrat 3 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru 28293 Email : ri.naldi@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Dalam pengujian ini bahan yang digunakan adalah air. Air dialirkan sling pump melalui selang plastik ukuran 3/4 menuju bak penampung dengan variasi jumlah

Lebih terperinci

Komunikasi Penulis,

Komunikasi Penulis, DESAIN JARINGAN IRIGASI MIKRO JENIS MINI SPRINKLER (KASUS DI LABORATORIUM OUTDOOR BALAI IRIGASI) MICRO IRRIGATION NETWORK DESIGN TYPE OF MINI SPRINKLERS (CASE IN EXPERIMENTAL STATION FOR IRRIGATION OUTDOOR

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan III METODOLOGI PENELITIAN A Peralatan dan Bahan Penelitian 1 Alat Untuk melakukan penelitian ini maka dirancang sebuah terowongan angin sistem terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: a Test section

Lebih terperinci

Panduan Praktikum 2012

Panduan Praktikum 2012 Percobaan 4 HEAD LOSS (KEHILANGAN ENERGI PADA PIPA LURUS) A. Tujuan Percobaan: 1. Mengukur kerugian tekanan (Pv). Mengukur Head Loss (hv) B. Alat-alat yang digunakan 1. Fluid Friction Demonstrator. Stopwatch

Lebih terperinci

PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU. Aditya Ayuningtyas

PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU. Aditya Ayuningtyas PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU Aditya Ayuningtyas Latar Belakang SP 3 Distrik 2 Nglobo Ledok PT.Pertamina EP Field Cepu

Lebih terperinci

PENGARUH TINGGI DAN DIAMETER INLET TERHADAP KAPASITAS POMPA HIDRAM DENGAN MODEL SIMULASI PROGRAM DELPHI

PENGARUH TINGGI DAN DIAMETER INLET TERHADAP KAPASITAS POMPA HIDRAM DENGAN MODEL SIMULASI PROGRAM DELPHI PENGARUH TINGGI DAN DIAMETER INLET TERHADAP KAPASITAS POMPA HIDRAM DENGAN MODEL SIMULASI PROGRAM DELPHI Budiyanto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang Telp.

Lebih terperinci

Ariswandi Putra 1, Ichwana 1, Susi Chairani 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN

Ariswandi Putra 1, Ichwana 1, Susi Chairani 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN Efisiensi Keseragaman Distribusi Air dari Variasi Ketinggian Pipa pada Sistem Irigasi Curah (Efficiency of Water Distribution Uniformity of The Various Riser for Sprinkler Irrigation System) Ariswandi

Lebih terperinci

LABORATORIUM SATUAN OPERASI

LABORATORIUM SATUAN OPERASI LABORATORIUM SATUAN OPERASI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013-2014 MODUL : Pompa Sentrifugal PEMBIMBING : Ir. Unung Leoanggraini, MT Praktikum : 10 Maret 2014 Penyerahan : 17 Maret 2014 (Laporan) Oleh :

Lebih terperinci

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P ANGGAPAN YANG DIGUNAKAN ZAT CAIR ADALAH IDEAL ZAT CAIR ADALAH HOMOGEN DAN TIDAK TERMAMPATKAN ALIRAN KONTINYU DAN SEPANJANG GARIS ARUS GAYA YANG BEKERJA HANYA

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( ) TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS Disusun Oleh : Ricki Paulus Umbora ( 6506 040 025 ) PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOPFIELD MODIFIKASI UNTUK MENCARI LAJU ALIRAN AIR PADA PIPA DISTRIBUSI AIR PDAM. Hipolitus Januar Pogo, Bayu Prihandono, Helmi

PENGGUNAAN METODE HOPFIELD MODIFIKASI UNTUK MENCARI LAJU ALIRAN AIR PADA PIPA DISTRIBUSI AIR PDAM. Hipolitus Januar Pogo, Bayu Prihandono, Helmi Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No.03 (2016), hal 187 194. PENGGUNAAN METODE HOPFIELD MODIFIKASI UNTUK MENCARI LAJU ALIRAN AIR PADA PIPA DISTRIBUSI AIR PDAM Hipolitus Januar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Agustus 2012 pada lahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Agustus 2012 pada lahan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Agustus 2012 pada lahan pertanaman Nanas ( Ananas comusus ) di lokasi 110A PG 2 PT Great

Lebih terperinci

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Spesifikasi TOYOTA YARIS Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA YARIS memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya maksimum (N) : 109 dk. Putaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci