Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi dan Kondisi PATM Gorontalo merupakan salah satu daerah yang menjadi tempat untuk pengembangan sumberdaya lokal berbasis pertanian agropolitan sehingga diperlukan inovasi teknologi yang sederhana dan mampu dilaksanakan oleh masyarakat secara luas. Pembangunan Pompa Air Tanpa Mesin (pompa hidram dilihat perlu untuk membantu kebutuhan air pertanian dan danau perintis pada musim kering yang berlokasi di Desa Alale, Kabupaten Bone Bolango. Selain itu PATM juga telah dibangun di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo dengan jumlah unit pompa yang lebih sedikit dibanding pompa yang berada di Kabupaten Bone Bolango yang diperuntukkan untuk mengairi lahan pertanian. Menurut Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo pada tahun 2007 lahan pertanian yang dalam pengembangan di Kabupaten Bone Bolango khususnya daerah Tilongkabila adalah sekitar 699 ha. Pada musim kering, lahan dan sawah tersebut mengalami kekurangan air, sehingga menghambat proses penanaman. Pembangunan PATM ini direncanakan untuk mengairi sawah dan lahan pertanian yang mengalami kekeringan dengan luas sekitar 190 ha. PATM di Kabupaten Bone Bolango ini juga diperuntukkan untuk pengairan danau perintis dengan luas sekitar 6 ha pada musim kering. Selain dari PATM, danau ini juga mendapatkan sumber air dari mata air pegunungan. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 4, yang memperlihatkan keadaan sebelum adanya air dari PATM danau tersebut kering dan setelah adanya pengairan dari PATM. Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM 16

2 Saat ini PATM tidak dapat dioperasikan seperti yang direncanakan karena terdapat permasalahan pada pipa menuju ke lahan pertanian. Lahan pertanian yang sebelumnya pernah menerima air dari PATM saat ini tidak melakukan penanaman pada musim kemarau lagi karena tidak ada sumber air yang mendukung proses penanaman. Sebaliknya pada musim hujan PATM tidak dapat beroperasi karena debit air dari saluran sekunder terlalu besar sehingga menutupi seluruh komponen dari PATM seperti terlihat pada Gambar 5. Adanya kelebihan air yang berasal dari saluran sekunder ini membuat pengoperasian PATM tidak dapat dijalankan setahun penuh. Dibutuhkan waktu sebulan untuk memindahkan komponen PATM pada saat musim hujan agar tidak menjadi rusak karena terendam air. Pemindahan PATM ini tidak pernah dilakukan oleh operator, tetapi hanya dibersihkan pada saat air sudah surut. Gambar 5. Perbedaan tinggi muka air pada saat musim hujan dan musim kemarau PATM di Kabupaten Bone Bolango Perawatan yang masih dapat dilakukan oleh operator adalah membersihkan pompa ketika sudah terendam oleh lumpur pada saat air yang masuk dari saluran dalam kondisi keruh. Perawatan yang tidak berkala membuat beberapa pompa menjadi rusak dan tidak dapat berfungsi lagi. Jumlah pompa yang masih dapat beroperasi terdapat 30 unit pompa sedangkan 10 unit yang tidak beroperasi terdapat kerusakan pada katup limbah dan packing. Adapun kerusakan yang sering terjadi adalah baut berkarat dan membuat adanya kebocoran pada penyambungan antar pipa. 17

3 Pembangunan jaringan irigasi PATM lainnya bertempat di Kabupaten Gorontalo dengan jumlah pompa 15 unit. Pompa ini diharapkan untuk mengairi lahan pertanian milik warga setempat pada musim kering. Pembangunan ini berencana untuk mengairi areal persawahan dan perkebunan pada beberapa kelurahan di Kecamatan Limboto antara lain di Hunggaluwa, Kayubulan, Hepuhulawa, Bolihuangga, Dutulanaa dengan luasan sekitar 700 ha. Sungai Hunggaluwa merupakan sungai yang memberikan sumber air kepada PATM. Penempatan PATM ini berada pada posisi hilir sungai Hunggaluwa. Jika pada bagian hulu dibendung maka air yang mengalir pada bagian hilir sangat sedikit. Pada musim kemarau tidak ada air yang mengalir pada PATM sehingga PATM tidak dapat dioperasikan seperti terlihat pada Gambar 6. Gambar 6. Kondisi PATM pada musim kemarau Permasalahan utama pembangunan PATM Limboto saat ini adalah kurangnya debit pada musim kemarau dan berlebihnya debit air pada saat musim hujan. Kurangnya debit pada musim kemarau terjadi karena adanya bangunan bendung di sepanjang aliran hulu sungai Hunggaluwa yang membuat debit sungai yang mencapai hilir menjadi berkurang. Pada saat musim hujan ketinggian air di sungai Hungaaluwa hampir mencapai tanggul sungai tersebut, sehingga merendam daerah-daerah yang memiliki elevasi yang lebih rendah dibandingkan elevasi sungai. Setelah musim hujan berakhir lumpur yang berada di lokasi PATM telah menutup pompa hingga ketinggian 60 cm seperti terlihat pada Gambar 7. Hal ini membuat 18

4 operator harus membersihkan lumpur tersebut ditambah lagi elevasi pompa lebih rendah dari sungai sehingga lumpur mengendap di daerah sekeliling pompa. Gambar 7. Kondisi pada saat PATM tertutup lumpur B. Pompa Air Tanpa Mesin (PATM Pompa air tanpa mesin (PATM yang berada di Kabupaten Bone Bolango ini menggunakan sumber air yang berasal dari sungai yang telah dibendung. Air tersebut mengalir menuju pompa melalui saluran sekunder dengan panjang 600 m dari pintu bendung. Instalasi pompa ditempatkan di sebelah kiri saluran sekunder, sehingga pembagian air untuk daerah hilir saluran sekunder dengan daerah hasil pemompaan dapat diatur. Saluran sekunder yang mengalirkan air untuk PATM masih banyak sampah dan kotoran yang mengotori saluran, sehingga air yang masuk ke bak penampung disaring dengan menggunakan kawat seperti terlihat pada Gambar 8. Penyaring kawat ini belum mampu menyaring sampah dan kotoran yang berukuran kecil, sehingga membuat adanya sumbatan pada saluran perpipaan. 19

5 Gambar 8. Rangkaian kawat penyaring sampah Debit rata-rata air yang mengalir di saluran sekunder adalah berkisar pada 1,3 m 3 /det, tetapi tidak semua air yang mengalir di saluran sekunder digunakan untuk pengairan di pompa. Sebagian air yang tidak digunakan dialirkan ke hilir saluran sekunder untuk keperluan daerah yang berada di sekitar pompa. Berbeda dengan PATM yang berada di Kabupaten Gorontalo, pada musim kering tidak ada air yang mengalir ke hilir sungai sehingga PATM tidak dapat dioperasikan. Menurut (Kalsim, 2004 debit air minimum yang diperlukan untuk pengoperasian PATM adalah 0,02 m 3 /det per pompa. Berdasarkan kebutuhan air minimum ini, dapat dikatakan bahwa PATM ini tidak mengalami kekurangan pasokan air. Debit air yang masuk ke dalam bak penampung sementara sebesar 1,092 m 3 /det. Prinsip kerja (PATM di Kabupaten Bone Bolango adalah sebelum air yang menuju ke pipa pemasukan, air ditampung di bak penampung guna memenuhi ketinggian yang optimal untuk memperoleh daya tekan kepada pompa. Berdasarkan perhitungan rata-rata ketinggian air di bak penampung adalah 2,16 m. Ketinggian maksimum dari bak penampung yang menjadi tinggi terjun maksimum ini mencapai 2,6 m. Berbeda dengan PATM yang berada di Kabupaten Gorontalo, air langsung masuk tanpa ditampung terlebih dahulu. Kondisi ini membuat peluang masuknya sampah, kotoran ataupun lumpur ke pipa pemasukan semakin besar. Hal ini membuat pompa sering terjadi macet karena adanya kotoran yang menyumbat kerja katup pada PATM. 20

6 Di Kabupaten Bone Bolango beda elevasi antara PATM menuju bak penampung mencapai 20 m. Ketinggian tekan yang begitu besar membuat PATM ini membutuhkan hidropore untuk menjaga daya dorong hingga menuju ke bak penampung sebelum didistribusikan. Kehilangan energipun semakin besar karena jarak dari pompa menuju ke bak penampung mencapai m. Selain kehilangan energi dari panjang pipa, kehilangan energi juga terjadi karena adanya belokan dan sambungan pada pipa sehingga total head dari PATM adalah 55 m. Besarnya perbandingan antara tinggi tekan dengan tinggi terjun ini membuat efisiensi menjadi lebih rendah. Addison (1964 menyatakan bahwa pompa air tanpa mesin akan bekerja dengan baik pada perbandingan Hd dan Hs cukup besar, akan tetapi pada kondisi ekstrim dimana tinggi angkat dua puluh kali atau lebih dari tinggi terjun, efisiensi menjadi lebih rendah. Berdasarkan perhitungan efisiensi PATM pada waktu perencanaan adalah 38,8%, sedangkan pada kondisi aktual atau 30 pompa yang beroperasi efisiensi yang dihasilkan hanya 13,8%. Selain itu faktor yang mempengaruhi efisiensi pompa adalah adanya kerusakan pada PATM. Kerusakan tersebut diantaranya adalah katup tidak berfungsi dengan baik, packing yang sudah mengeras seperti terlihat pada Gambar 9. Gambar 9. Kerusakan yang sering terjadi pada PATM PATM di Kabupaten Bone Bolango sudah tidak dijalankan sejak awal tahun 2008, sehingga membuat banyak komponen yang tidak mendapatkan perawatan dan perbaikan oleh operator. Hal ini yang membuat beberapa komponen mengalami kerusakan. 21

7 PATM ini memiliki keuntungan tidak membutuhkan mesin untuk mengalirkan air ke tempat tinggi dan jauh dari sumber mata air. penggunaan mesin digantikan dengan adanya tekanan yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan ketinggian. Perbedaan ketinggian ini dibuat dengan menggunakan bak penampung yang telah dibendung dengan ketinggian tertentu. Ketinggian tersebut dirancang untuk mendapatkan hasil ketinggian yang maksimum dengan level muka air maksimum. C. Pompa Mesin Pompa mesin yang digunakan untuk perbandingan biaya pokok air adalah pompa mesin sentrifugal 8 inchi dengan merk Niagara seperti terlihat pada Gambar 10. Pompa ini memiliki kapasitas maksimum mengalirkan air hingga 5,93 m 3 /menit dan mampu mengalirkan air dengan total head maksimum 19 m. Pompa ini membutuhkan daya kurang lebih 25 HP untuk memutar silinder pompa. Jika dibandingkan dengan PATM pompa mesin Niagara ini memiliki efisiensi lebih tinggi, yaitu 65%. Gambar 10. Pompa sentrifugal beserta engine Pemanfaatan engine dengan daya 25 HP untuk menaikkan air dengan total head sebesar 19 m atau total head maksimum, debit yang dihasilkan sebesar 64,14 lt/det. Pada pemanfaatan pompa untuk menaikkan air dengan total head sebesar 13 m maka debit air yang dapat dihasilkan sebesar 93,75 lt/det. Untuk keperluan perbandingan biaya pokok pengangkatan air dengan pompa mesin, maka total head disamakan dengan PATM di Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo. Di Kabupaten Bone Bolango dengan total 22

8 head 55 maka dibutuhkan 3 unit pompa mesin untuk menaikkan air dan dilengkapi dengan bangunan penampung pada setiap pompa mesin. Keuntungan pompa mesin dibandingkan PATM adalah pompa mesin tidak membutuhkan tinggi terjun untuk mengalirkan air ke permukaan yang lebih tinggi. Selain itu juga pompa mesin tidak membutuhkan adanya aliran air seperti pada PATM. Tetapi pompa ini mempunyai keterbatasan total head yang jauh berbeda dengan PATM. Kerusakan yang sering dialami dalam pengoperasian pompa mesin hanyalah pada silinder yang menghubungkan antara engine dan Pompa. Ketika penghubung tidak dalam kondisi yang baik maka ada udara yang masuk ke dalam pompa yang dapat menyebabkan pompa susah untuk menghisap air dari elevasi yang lebih rendah. D. Analisis Biaya Pokok Analisis biaya ini diperuntukkan untuk mengetahui biaya yang ditimbulkan setiap pengadaan pompa air tanpa mesin (PATM dan pompa mesin. Analisis ini membutuhkan data biaya investasi dan biaya perawatan. Berdasarkan data yang didapatkan biaya investasi dari PATM lebih besar dibandingkan dengan pompa mesin Niagara 8 inchi. Untuk memperoleh 1 unit PATM dibutuhkan biaya Rp ditambahkan dengan biaya jaringan perpipaan sebesar Rp dan biaya bendung sebesar Rp untuk PATM di Kabupaten Bone Bolango, sedangkan untuk memperoleh pompa mesin Niagara 8 inchi dibutuhkan biaya sebesar Rp Selain biaya investasi, biaya yang mempengaruhi analisis biaya adalah biaya perawatan. Perbedaan utama dari PATM dengan pompa mesin adalah terletak pada biaya perawatan. Penggunaan bahan bakar dan pelumas untuk keperluan engine membuat biaya perawatan pompa mesin menjadi lebih besar. PATM hanya memerlukan biaya perawatan seperti pergantian komponenkomponen yang sering rusak dan gaji operator, sedangkan pompa mesin biaya perawatan terdiri dari biaya bahan bakar, biaya pelumas, biaya perbaikan, dan gaji operator. PATM yang berada di Kabupaten Bone Bolango dengan jumlah pompa sebanyak 40 unit membutuhkan biaya perawatan sebesar Rp

9 per tahun. Sedangkan PATM yang berada di Kabupaten Gorontalo dengan jumlah pompa sebanyak 15 unit membutuhkan biaya perawatan sebesar Rp per tahun. Pompa mesin Niagara 8 Inchi untuk setiap unitnya membutuhkan biaya perawatan yang tergantung dari pengoperasiannya dalam sehari. Jika penggunaannya selama 12 jam/hari dan 300 hari/tahun maka biaya tak tetap yang dibutuhkan dalam setahun sebesar Rp per tahun. Pada pengoperasian selama 10 jam dalam sehari biaya tak tetap sebesar Rp per tahun. Setiap penurunan jam pengoperasian akan menurunkan biaya tak tetap pompa mesin. Biaya tak tetap pompa mesin lebih besar dibandingkan dengan PATM dikarenakan biaya penggunaan bahan bakar yang besar. Kebutuhan bahan bakar untuk mengoperasikan setiap 1 jam membutuhkan 1,5 liter solar. Biaya tak tetap dari PATM lebih rendah dibandingkan pompa mesin sedangkan biaya tetap dari PATM lebih besar dibandingkan biaya tak tetap pompa mesin. Hal ini membuat perhitungan biaya pokok pengangkatan air harus menggunakan metode harga pokok penuh, sehingga perlu adanya penjumlahan biaya tetap dan biaya tak tetap setiap volume air yang dihasilkan selama setahun. Biaya pokok yang dihasilkan oleh setiap penggunaan PATM dalam setahun dalam kondisi perencanaan dan keadaan aktual terlihat jauh berbeda seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan debit keluar antara keadaan aktual yang hanya mengeluarkan debit air 6 lt/det, sedangkan dalam perencanaan debit air keluar adalah 20 lt/det. Tabel 1. Perbandingan Biaya Pokok Pengangkatan air PATM di Kabupaten Bone Bolango dalam keadaan aktual dan perencanaan No Jenis Pompa Total Jam Biaya Debit Total Biaya Head (lt/m 3 Pengoperasian (Rp/m 3 Pokok (m (jam/hari (Rp/m 3 PATM Bone 1 Bolango 55 0, Aktual 2 PATM Bone Bolango Perencanaan 55 0,

10 Pada keadaan aktual biaya pokok pengangkatan air oleh PATM terlalu besar. Penggunaan untuk air minum masih tergolong lebih murah dibandingkan dengan air minum yang diberikan oleh PDAM sebesar Rp 5.000/m 3. Sementara untuk penggunaan pertanian harga tersebut tergolong mahal. Perbedaan biaya pokok air pada keadaan aktual dan keadaan perencanaan ini membuat perlu adanya perbaikan pada setiap komponen PATM agar kembali pada keadaan perencanaan. Beberapa kerusakan seperti adanya kerusakan pada packing yang membuat air keluar dari celah pipa, dapat membuat debit yang keluar menjadi lebih kecil. Biaya pokok pengangkatan air dalam penggunaan pompa selama 12 jam/hari dan 300 hari/tahun di Kabupaten Bone Bolango, PATM lebih besar dibandingkan dengan pompa mesin seperti terlihat pada Tabel 2. Biaya pokok pengangkatan air oleh PATM adalah sebesar Rp 1,951/m 3, sedangkan pompa mesin sebesar Rp 390/m 3. Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Gorontalo memperlihatkan hal yang sama, yaitu biaya pokok pengangkatan air dengan PATM lebih besar dibandingkan dengan pompa mesin. Tabel 2. Perbandingan Biaya Pokok Pengangkatan Air dengan PATM dan dengan Pompa Mesin pada jam pengoperasian yang sama Total Jam Biaya Debit Total Biaya No Jenis Pompa Head (lt/m 3 Pengoperasian (Rp/m 3 Pokok (m (jam/hari (Rp/m 3 PATM Bone 1 0, Bolango Pompa Mesin 0, PATM Kab. 3 0, Gorontalo Pompa Mesin 0, Perbedaan biaya pokok pengangkatan air di Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo adalah pada jumlah unit masing-masing pompa dan total head dari masing-masing pompa. Jumlah pompa di Kabupaten Bone Bolango lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pompa di Kabupaten Gorontalo karena total head di Kabupaten Bone Bolango lebih besar dibandingkan dengan di Kabupaten Gorontalo. Hal ini yang membuat biaya pokok pengangkatan air di 25

11 Kabupaten Bone Bolango lebih besar dibandingkan dengan biaya pokok pengangkatan air di Kabupaten Gorontalo. Pengoperasian pompa mesin memiliki keterbatasan penggunaan karena menggunakan engine maka tidak dapat digunakan sepenuhnya dalam 24 jam/hari selama 300 hari/tahun, tetapi penggunaan PATM dapat digunakan selama 24 jam/hari dan 300 hari/tahun. Untuk itu ada perbedaan biaya pokok jika menggunakan kerja optimal dari masing-masing pompa seperti terlihat pada Lampiran 12e. Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Bone Bolango masih lebih besar dibandingkan dengan biaya pokok pengangkatan air pompa mesin. Semakin kecil jam pengoperasian pompa mesin maka semakin besar biaya pokok pengangkatan airnya seperti terlihat pada Tabel 3. Pada pengoperasian selama 10 jam/hari dan 300 hari/tahun, biaya pokok pengangkatan air pompa mesin untuk penggunaan di Kabupaten Bone Bolango sebesar Rp 447/m 3, sedangkan pada pengoperasian selama 8 jam/hari dan 300 hari/tahun sebesar Rp 704/m 3. Penggunaan 6 jam/hari selama 300 hari/tahun pengoperasian pompa mesin, biaya pokok pengangkatan air pompa mesin masih lebih rendah dibandingkan dengan PATM di Kabupaten Bone Bolango pada pengoperasian maksimal selama 24 jam/hari dan 300 hari/tahun. Tabel 3. Perbandingan Biaya Pokok Air PATM di Kabupaten Bone Bolango dan Pompa Mesin pada Jam Pengoperasian yang Berbeda-beda Total Jam Biaya Debit Total Biaya No Jenis Pompa Head (lt/m 3 Pengoperasian (Rp/m 3 Pokok (m (jam/hari (Rp/m 3 PATM Bone , Bolango 2 Pompa Mesin 55 0, , , Besarnya biaya pokok pengangkatan air oleh PATM dibandingkan dengan pompa mesin terlihat juga di Kabupaten Gorontalo seperti pada Tabel 4. Pada pengoperasian PATM selama 24 jam/hari dan 300 hari/tahun, biaya pokok 26

12 pengangkatan air adalah sebesar Rp 494/m 3. Perbedaan biaya pokok pengangkatan air ini tidak sebesar perbedaan di Kabupaten Bone Bolango. Tabel 4. Perbandingan Biaya Pokok Air PATM di Kabupaten Gorontalo dan Pompa Mesin pada Jam Pengoperasian yang Berbeda-beda Total Jam Biaya Debit Total Biaya No Jenis Pompa Head (lt/m 3 Pengoperasian (Rp/m 3 Pokok (m (jam/hari (Rp/m 3 PATM Kab , Gorontalo 2 Pompa Mesin 13 0, , , Biaya pokok air PATM lebih besar daripada pompa mesin dikarenakan biaya investasi yang jauh lebih besar dibandingkan pengadaan pompa mesin. Biaya investasi yang menjadi besar dikarenakan adanya pembangunan bendung yang diperuntukkan untuk menaikkan muka air. Pengadaan PATM di Kabupaten Bone Bolango membutuhkan bangunan bendung yang dapat meningkatkan tinggi muka air hingga pada ketinggian yang ditentukan. Biaya investasi menjadi lebih besar karena adanya pembangunan bendung. Pembangunan bendung ini diperlukan ketika sungai yang menjadi inlet memiliki elevasi yang datar, sehingga perlu adanya tambahan pekerjaan bangunan. Untuk pembangunan di daerah pegunungan bangunan bendung ini tidak diperlukan dikarenakan sudah ada perbedaan elevasi. Penggunaan PATM pada kondisi yang sudah memiliki beda elevasi maka tidak membutuhkan lagi bangunan bendung, sehingga biaya pokok pengangkatan air PATM lebih rendah seperti terlihat pada Lampiran 12f. Biaya pokok pengangkatan air PATM dalam pengoperasian 24 jam/hari selama 300 hari/tahun dan tanpa memperhitungkan biaya bendung di Kabupaten Bone Bolango masih lebih besar daripada pompa mesin. Biaya pokok pengangkatan air PATM sebesar Rp 847/m 3, sedangkan biaya pokok pengangkatan air pompa mesin dalam pengoperasian 6 jam/hari selama 300 hari/tahun sebesar Rp 678/m 3. 27

13 Biaya pokok pengangkatan air di Kabupaten Gorontalo untuk PATM pada pengoperasian 24 jam/hari selama 300 hari/tahun dan tanpa memperhitungkan biaya bendung adalah sebesar Rp 395/m 3. Biaya ini masih lebih besar dibandingkan dengan penggunaan pompa mesin dalam pengoperasian 6 jam/hari selama 300 hari/tahun, yaitu sebesar Rp 335/m 3. Penggunaan PATM tanpa hidrophore akan membuat biaya pokok pengangkatan air akan menurun tapi masih tetap dapat mengangkat air pada total head yang dibutuhkan. Pada penggunaan PATM di Kabupaten Bone Bolango tanpa menggunakan biaya pembangunan bendung dan pengandaan hidrophore adalah sebesar Rp 833/m 3. Tetapi biaya ini masih lebih mahal dibandingkan dengan pompa mesin. Pada saat kondisi PATM di Kabupaten Bone Bolango pengoperasiannya 24 jam/hari selama 300 hari/tahun dan tanpa biaya bendung, biaya pokok pengangkatan air sebesar Rp 833/m 3. PATM di Kabupaten Gorontalo pada pengoperasian yang sama biaya pokok pengangkatan air sebesar Rp 395/m 3. Kedua biaya pokok pengangkatan air PATM pada kondisi diatas akan lebih kecil dibandingkan dengan pompa mesin, dalam pengoperasian 6 jam/hari selama 300 hari/tahun dan jika terjadi penurunan efisiensi dari 65% menjadi 45% seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan Biaya Pokok Pengangkatan Air dengan PATM (tanpa memperhitungkan biaya bendung dan dengan Pompa Mesin (terjadi penurunan efisiensi menjadi 45% No Jenis Pompa Total Head (m Debit (lt/m 3 Jam Pengoperasian (jam/hari Total Biaya (Rp/m 3 Biaya Pokok (Rp/m 3 PATM Bone 1 0, Bolango Pompa Mesin 0, PATM Kab. Gorontalo 13 0,013 4 Pompa Mesin 0, Nilai PATM pada 20 tahun setelah pembuatan dengan tingkat inflasi sebesar 5 %/tahun adalah sebesar Rp Besarnya nilai PATM ini membuat angsuran setiap tahun menjadi besar. Biaya angsuran yang harus dikeluarkan 28

14 oleh petani setempat agar PATM jika sudah pada umur ekonomis dapat digantikan dengan PATM yang baru. Angsuran setiap tahunnya dengan mempertimbangkan tingkat suku bunga 10%/tahun adalah sebesar Rp Biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh petani untuk menjaga keberlanjutan penggunaan PATM hingga mencapai umur ekonomis adalah sebesar Rp 469 /m 3. Penggunaan PATM selama 24 jam/hari selama 300 hari/tahun memperlihatkan biaya yang besar dengan memperhitungkan biaya untuk pembelian komponen PATM setelah mencapai 20 tahun seperti terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Biaya Pokok Pengangkatan Air dengan mempertimbangkan biaya pembelian PATM setelah mencapai umur ekonomis Parameter Satuan Nilai Total Biaya Rp/tahun Volume Air m 3 /tahun Angsuran Rp/tahun Biaya Replacement Rp/m Biaya Air Rp/m Biaya Air + Biaya Pembelian PATM Rp/m Biaya pokok air dari PATM lebih besar dibandingkan dengan biaya pokok air pompa mesin dalam pengoperasian 6 jam/hari selama 300 hari/tahun dengan mempertimbangkan biaya untuk pembelian komponen masing-masing pompa selama umur ekonomis dari masing-masing pompa seperti terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Biaya biaya pokok pengangkatan air dengan mempertimbangkan biaya pembelian pompa mesin setelah mencapai umur ekonomis Parameter Satuan Nilai Total Biaya Rp/tahun Volume Air m 3 /tahun Angsuran Rp/tahun Biaya Replacement Rp/m Biaya Air Rp/m Biaya Air + Biaya Pembelian PATM Rp/m

15 Biaya pokok air PATM di Kabupaten Bone Bolango yang harus dibayarkan oleh petani masih tergolong besar. Hal ini disebabkan oleh masih dilakukan perhitungan pada investasi awal. Biaya pokok pengangkatan air akan lebih kecil jika investasi awal menjadi tanggung jawab dari pemerintah dan tidak mengharapkan modal untuk investasi tersebut kembali. Perhitungan biaya pokok air jika hanya memperhitungkan biaya operasional maka biaya pokok air terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Biaya pokok pengangkatan air dengan memperhitungkan total biaya berasal dari biaya operasional Parameter Satuan Nilai Total Biaya Rp/tahun Volume Air m 3 /tahun Angsuran Rp/tahun Biaya Replacement Rp/m Biaya Air Rp/m 3 80 Biaya Air + Biaya Pembelian PATM Rp/m Biaya air ditambahkan biaya untuk pembelian PATM setelah mencapai umur ekonomis masih lebih kecil dibandingkan dengan biaya air pompa mesin. Hal ini membuat petani menjadi lebih mudah untuk membeli air yang dihasilkan oleh PATM. Masyarakat setelah menggunakan PATM selama 20 tahun, pada tahun berikutnya sudah dapat membeli PATM yang baru karena adanya biaya replacement yang ditambahakan pada biaya air setiap m 3. 30

SKRIPSI POMPA MESIN. Oleh: F DEPARTEMEN

SKRIPSI POMPA MESIN. Oleh: F DEPARTEMEN SKRIPSI PERBANDINGANN BIAYA POKOK PENGANGKATAN AIR DENGAN POMPA AIR TANPA MESIN (PATM) DAN DENGAN POMPA MESIN (Studi Kasuss Jaringan Irigasi Sistem Pompa Air Tanpa Mesin di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo)

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN PENELITIAN

III. METODE PELAKSANAAN PENELITIAN III. METODE PELAKSANAAN PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Alale, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kondisi Pipa dan Nilai C (Hazen-William)

Lampiran 1. Kondisi Pipa dan Nilai C (Hazen-William) Lampiran 1. Kondisi Pipa dan Nilai C (Hazen-William) pipa Koefisien Kehalusan C Pipa besi cor, baru 130 Pipa besi cor, tua 100 Pipa baja, baru 120 ~ 130 Pipa baja, tua 80 ~ 100 Pipa dengan lapisan semen

Lebih terperinci

Gambar 1. Komponen PATM (Kalsim D, 2002)

Gambar 1. Komponen PATM (Kalsim D, 2002) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pompa Air Tanpa Mesin (PATM) 1. Deskripsi Pompa didefinisikan sebagai suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari level energi rendah ke level energi yang lebih

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Hidram Pompa merupakan salah satu jenis alat yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya

Lebih terperinci

Pompa Hydram Sebagai Penyedia Air Baku Lahan Pertanian

Pompa Hydram Sebagai Penyedia Air Baku Lahan Pertanian Executive Summary Pompa Hydram Sebagai Penyedia Air Baku Lahan Pertanian Disiapkan Oleh: PT. SOMERFIELD INDONESIA GRAHA BUMIPUTERA LT.6 SUITE 607 PHONE/FAX: 022-4202373 JL. ASIA AFRIKA NO. 141-149 BANDUNG

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan di lahan perkebunan tebu milik PT. Laju Perdana Indah (LPI), Palembang, Sumatera Selatan. Tempat ini berada pada elevasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi. BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi

Lebih terperinci

PILOT PLANT TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR

PILOT PLANT TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR PILOT PLANT TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR Robertus Haryoto Indriatmoko Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta 10340 e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan yang berada di permukaan bumi. Tanpa adanya air tidak akan terjadi kehidupan. Air juga yang mempengaruhi proses produktifitas berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu daerah irigasi di Sumatera Utara adalah Bendungan Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu daerah irigasi di Sumatera Utara adalah Bendungan Namu Sira-sira. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah dalam usaha pertanian. Aliran air pada sungai atau rawa adalah sumber air yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNOLOGI POMPA TANPA MOTOR (HYDRAM PUMP) UNTUK MEMBANTU IRIGASI PERSAWAHAN DI PROPINSI LAMPUNG

PENGGUNAAN TEKNOLOGI POMPA TANPA MOTOR (HYDRAM PUMP) UNTUK MEMBANTU IRIGASI PERSAWAHAN DI PROPINSI LAMPUNG 62 PENGGUNAAN TEKNOLOGI POMPA TANPA MOTOR (HYDRAM PUMP) UNTUK MEMBANTU IRIGASI PERSAWAHAN DI PROPINSI LAMPUNG Jorfri B. Sinaga Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung ABSTRAK Propinsi

Lebih terperinci

MODUL TENTANG SISTEM IRIGASI POMPA

MODUL TENTANG SISTEM IRIGASI POMPA MODUL TENTANG SISTEM IRIGASI POMPA A. Tujuan Tujuan dari pembelajaran diharapkan dapat memahami tentang sistem irigasi pompa, sehingga dapat merencanakan dan menjalankan operasi dan pemeliharaan sistem

Lebih terperinci

1.5. Potensi Sumber Air Tawar

1.5. Potensi Sumber Air Tawar Potensi Sumber Air Tawar 1 1.5. Potensi Sumber Air Tawar Air tawar atau setidaknya air yang salinitasnya sesuai untuk irigasi tanaman amat diperlukan untuk budidaya pertanian di musim kemarau. Survei potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Air merupakan elemen yang sangat mempengaruhi kehidupan di alam. Semua makhluk hidup sangat memerlukan air dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Siklus hidrologi yang terjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Irigasi Curah Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu metode pemberian air yang dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan air untuk pertanian di Indonesia merupakan hal yang sangat penting, untuk tercapainya hasil panen yang di inginkan, yang merupakan salah satu program pemerintah

Lebih terperinci

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG Kajian Alternatif Penyediaan Air Baku I Wayan Mundra Hirijanto KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG I Wayan Mundra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia pompa diperlukan dalam berbagai. bidang, selain dalam bidang industri, pertambangan, pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia pompa diperlukan dalam berbagai. bidang, selain dalam bidang industri, pertambangan, pertanian dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia pompa diperlukan dalam berbagai bidang, selain dalam bidang industri, pertambangan, pertanian dan rumah tangga. Pompa memang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggalnya di daerah perbukitan dan memiliki lokasi mata air di bawah tempat

BAB I PENDAHULUAN. tinggalnya di daerah perbukitan dan memiliki lokasi mata air di bawah tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak perbukitan sehingga rumit dijangkau aliran listrik. Hal ini menyebabkan masyarakat yang tinggalnya di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waduk adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk melestarikan sumberdaya air dengan cara menyimpan air disaat kelebihan yang biasanya terjadi disaat musim penghujan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000

Lampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000 LAMPIRAN 27 Lampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000 28 Lampiran 2. Perhitungan evapotranspirasi acuan 29 Lampiran 3. Perhitungan curah hujan efektif 30 Lampiran 4. Perhitungan kebutuhan air

Lebih terperinci

Bagaimana Caranya Memadamkan Api Kebakaran di Lahan Gambut?

Bagaimana Caranya Memadamkan Api Kebakaran di Lahan Gambut? mm air m3 air/ha Dedi K. Kalsim, 10 Okt 2015 rev 22/10/2015 Bagaimana Caranya Memadamkan Api Kebakaran di Lahan Gambut? 10/10/2015 1. Kebutuhan air pemadaman. Kebutuhan air untuk memadamkan api di lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

SISTEMATIKA DOKUMEN RENCANA PEMANTAUAN DAN PENGELOLAAN AIR TANAH

SISTEMATIKA DOKUMEN RENCANA PEMANTAUAN DAN PENGELOLAAN AIR TANAH SISTEMATIKA DOKUMEN RENCANA PEMANTAUAN DAN PENGELOLAAN AIR TANAH A. PENDAHULUAN 1. Identitas Pemohon a. Nama perusahaan :... b. Direktur perusahaan :... c. Alamat perusahaan :... No. telepon :... No. Fax

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air merupakan unsur yang sangat penting di bumi dan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air merupakan unsur yang sangat penting di bumi dan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan unsur yang sangat penting di bumi dan dibutuhkan oleh semua benda hidup serta merupakan energi yang mempertahankan permukaan bumi secara konstan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa bisa disadap dan

Lebih terperinci

Perhitungan LPR dan FPR J.I Bollu (Eksisting)

Perhitungan LPR dan FPR J.I Bollu (Eksisting) 21 Perhitungan LPR dan FPR J.I Bollu (Eksisting) Bulan Periode Luas Tanaman Golongan I ( 1199 Ha ) Golongan II ( 1401 Ha ) Golongan III ( 1338 Ha ) LPR Q lahan FPR FPR Padi Tebu Polowijo jumlah Padi Tebu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap instalasi pengolahan air tersebut memiliki zona distribusi pengairannya masing-masing, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap instalasi pengolahan air tersebut memiliki zona distribusi pengairannya masing-masing, yaitu: 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air bersih merupakan kebutuhan utama yang harus dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari penduduk Kota Yogyakarta. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal yang wajar jika sektor air bersih mendapat prioritas dalam penanganan dan pemenuhannya. PDAM

Lebih terperinci

Studi terhadap prestasi pompa hidraulik ram dengan variasi beban katup limbah

Studi terhadap prestasi pompa hidraulik ram dengan variasi beban katup limbah Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 2 No. 2, Desember (92 96) Studi terhadap prestasi pompa hidraulik ram dengan variasi Yosef Agung Cahyanta (1), Indrawan Taufik (2) (1) Staff pengajar Prodi Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 KATA PENGANTAR

BAB 1 KATA PENGANTAR BAB 1 KATA PENGANTAR Sebagai negara agraria tidaklah heran jika pemerintah senantiasa memberikan perhatian serius pada pembangunan di sector pertanian. Dalam hal ini meningkatkan produksi pertanian guna

Lebih terperinci

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO 6309875 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK 20 BAB I PENDAHULUAN.. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Air merupakan kebutuhan vital makhluk hidup. Tanpa adanya air, metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak dapat berjalan dengan sempurna. Manusia membutuhkan air, terutama

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH. Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari

BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH. Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH 3.1 Kriteria Pemilihan Jenis Turbin Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis turbin, khususnya untuk

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM Naskah Publikasi ini disusun guna memenuhi Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA Priskila Perez Mosesa Liany A. Hendratta, Tiny Mananoma Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja Pompa Hidram Prinsip kerja hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke

Lebih terperinci

APLIKASI POMPA HYDRAM UNTUK PERTANIAN DAN PERKEBUNAN DI INDONESIA. Teknologi Tepat Guna

APLIKASI POMPA HYDRAM UNTUK PERTANIAN DAN PERKEBUNAN DI INDONESIA. Teknologi Tepat Guna APLIKASI POMPA HYDRAM UNTUK PERTANIAN DAN PERKEBUNAN DI INDONESIA Teknologi Tepat Guna Sebagai solusi Agro Industry OVERVIEW Negara Indonesia yang sebagian besar penduduknya masih mengandalkan pertanian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pompa Hidram dan Proses Kerjanya Proses kerja pompa hidram (Gambar 1) di awali dengan aliran air dari sumber masuk melalui pipa pemasukan atau pipa penghubung dengan posisi pompa lebih

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram Andrea Sebastian Ginting 1, M. Syahril Gultom 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN A. DAERAH LAYANAN Daerah Irigasi Cipuspa memiliki area seluas 130 Ha, dengan sumber air irigasi berasal dari Sungai Cibeber yang melalui pintu Intake bendung Cipuspa. Jaringan

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH ) PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH ) Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Kebutuhan listrik bagi masyarakat masih menjadi permasalahan penting di Indonesia, khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan PDAM atau Perusahaan Daerah Air Minum merupakan salah satu unit usaha milik daerah, yang yang bergerak dalam distribusi air bersih bagi masyarakat umum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk, terutama manusia. Dua pertiga wilayah bumi terdiri dari lautan

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

Oleh : Made Bayu Yudha Prawira ( ) Dosen Pembimbing: Ir. Hari Wiko Indarjanto, M.Eng

Oleh : Made Bayu Yudha Prawira ( ) Dosen Pembimbing: Ir. Hari Wiko Indarjanto, M.Eng SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM DI PERUMNAS KOTA BARU DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK Oleh : Made Bayu Yudha Prawira (3306100034) Dosen Pembimbing: Ir. Hari Wiko

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun , HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun 1990 1996, perubahan penggunaan lahan menjadi salah satu penyebab yang meningkatkan debit puncak dari 280 m 3 /det menjadi 383

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan makhluk hidup. Keberadaan air di muka bumi ini mengikuti suatu proses yang disebut daur hidrologi, yaitu proses yang tercakup ke

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR KHAIRUL RAHMAN HARKO DISAMPAIKAN OLEH :

PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR KHAIRUL RAHMAN HARKO DISAMPAIKAN OLEH : PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR DISAMPAIKAN OLEH : KHAIRUL RAHMAN HARKO PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH TINGGI JATUHAN AIR TERHADAP HEAD POMPA HIDRAM

ANALISA PENGARUH TINGGI JATUHAN AIR TERHADAP HEAD POMPA HIDRAM Jurnal Pengabdian LPPM Untag Surabaya Nopember 2015, Vol. 01, No. 02, hal 211-224 ANALISA PENGARUH TINGGI JATUHAN AIR TERHADAP HEAD POMPA HIDRAM Gatut Prijo Utomo 1, Supardi 2, Edi Santoso 3 1Fakultas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI Fenny Nelwan E. M. Wuisan, L. Tanudjaja Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email: nelwanfenny@ymail.com ABSTRAK Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular.

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular. BAB I PENDAHULUAN I. Umum Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah dalam usaha pertanian. Di samping sebagai alat transportasi zat makanan untuk pertumbuhan, air memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam

BAB I PENDAHULUAN. Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Ribuan hektar areal persawahan masyarakat di Desa Paya Lombang dan Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam gagal panen karena jebolnya bronjong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional dipusatkan dibidang pertanian. Salah satu sasaran pembangunan

Lebih terperinci

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET Bendung karet adalah bendung gerak yang terbuat dari tabung karet yang mengembang sebagai sarana operasi pembendungan air. Berdasarkan media pengisi tabung karet, ada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Perencanaan pengembangan drainase di wilayah Kota Batam khususnya di Kecamatan Batam Kota sangatlah kompleks. Banyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

Pengaruh Jumlah Katup Hisap dan Katup Buang Terhadap Kinerja Pompa Hidram

Pengaruh Jumlah Katup Hisap dan Katup Buang Terhadap Kinerja Pompa Hidram Pengaruh Jumlah Katup Hisap dan Katup Buang Terhadap Kinerja Pompa Hidram Kahar 1 1 Program Studi Teknik Pertanian, Sekolah Tinggi Pertanian KutaiTimur, Sangatta, Kalimantan Timur Email: kahar37@yahoo.co.id

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNIK IRIGASI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (STUDI KASUS KEBUN SURYA ADI PT BINA SAWIT MAKMUR)

APLIKASI TEKNIK IRIGASI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (STUDI KASUS KEBUN SURYA ADI PT BINA SAWIT MAKMUR) ISSN 1907-8773 Terbit sekali 2 bulan Volume 5 Nomor 6. Desember 2010 APLIKASI TEKNIK IRIGASI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (STUDI KASUS KEBUN SURYA ADI PT BINA SAWIT MAKMUR) PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF 4.1 Pengetahuan Dasar Tentang Bahan Bakar Bahan bakar adalah suatu pesawat tenaga yang dapat mengubah energi panas menjadi tenaga mekanik dengan jalan pembakaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang. lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan yang rendah ketempat

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang. lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan yang rendah ketempat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pandangan Umum Pompa Pompa adalah suatu jenis mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DENGAN TINGGI TEKAN KECIL DI SALURAN IRIGASI

TEKNOLOGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DENGAN TINGGI TEKAN KECIL DI SALURAN IRIGASI Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 TEKNOLOGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DENGAN TINGGI TEKAN KECIL DI SALURAN IRIGASI Irma Wirantina Kustanrika ABSTRAK Terbatasnya pasokan

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK 59 6.1 Perawatan Yang Perlu Diperhatikan Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC Perawatan unit IPAL yang perlu diperhatikan antara lain : Hindari sampah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian meliputi pengukuran langsung di lapangan dan uji laboratorium. Pengukuran langsung di lapangan meliputi pengukuran potensi debit, potensi energi potensial

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR UNIT AIR BAKU

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR UNIT AIR BAKU LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 26/PRT/M/2014 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR UNIT AIR BAKU

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY JARINGAN IRIGASI PERPIPAAN

EXECUTIVE SUMMARY JARINGAN IRIGASI PERPIPAAN EXECUTIVE SUMMARY JARINGAN IRIGASI PERPIPAAN Desember 2012 KATA PENGANTAR Executive Summary ini merupakan ringkasan dari Laporan Akhir kegiatan Penelitian Jaringan Irigasi Perpipaan yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI UMUM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kampus IPB Dramaga tidak bisa terlaksana tanpa adanya air bersih. Saat ini pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha pertanian. Cara mengaliri air ketanaman yaitu dengan sistem irigasi,

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha pertanian. Cara mengaliri air ketanaman yaitu dengan sistem irigasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah dalam usaha pertanian. Cara mengaliri air ketanaman yaitu dengan sistem irigasi, aliran irgasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan

Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan Nani Heryani, telp.0251-8312760, hp 08129918252, heryani_nani@yahoo.com ABSTRAK Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS SUMBANGAN NILAI EKONOMIS AIR PADA KINCIR AIR IRIGASI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DAN MASYARAKAT TANI. Oleh : ENDANG PURNAMA DEWI

ANALISIS SUMBANGAN NILAI EKONOMIS AIR PADA KINCIR AIR IRIGASI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DAN MASYARAKAT TANI. Oleh : ENDANG PURNAMA DEWI ANALISIS SUMBANGAN NILAI EKONOMIS AIR PADA KINCIR AIR IRIGASI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DAN MASYARAKAT TANI Oleh : ENDANG PURNAMA DEWI 07 118 033 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman sebanyak keperluan untuk tumbuh dan berkembang. Tanaman apabila kekurangan air akan menderit (stress)

Lebih terperinci

PERANAN TEKNOLOGI MEKANISASI DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR UNTUK PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING

PERANAN TEKNOLOGI MEKANISASI DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR UNTUK PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING PERANAN TEKNOLOGI MEKANISASI DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR UNTUK PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING Rudy Tjahjohutomo Balai Besar Mekanisasi Pertanian ABSTRAK

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENGEMBANGAN IRIGASI PERPIPAAN

EXECUTIVE SUMMARY PENGEMBANGAN IRIGASI PERPIPAAN EXECUTIVE SUMMARY PENGEMBANGAN IRIGASI PERPIPAAN TAHUN ANGGARAN 2014 Desember, 2014 i KATA PENGANTAR Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya kegiatan Litbang Pengembangan

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN Sub Kompetensi Mengerti komponen-komponen dasar drainase, meliputi : Pengantar drainase perkotaan Konsep dasar drainase Klasifikasi sistem drainase Sistem drainase

Lebih terperinci

Keperluan air irigasi dengan Pola tanam seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Pola tanam. antar blok 1 MT blok

Keperluan air irigasi dengan Pola tanam seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Pola tanam. antar blok 1 MT blok RINGKASAN 1. Keperluan Air Irigasi Keperluan air irigasi dengan Pola tanam seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Pola tanam Tanaman Luas Neto Beda tanam Jumlah Awal tanam Jumlah tanam antar blok 1 MT blok MT1

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

PRADESAIN PENYEDIAAN AIR BERSIH DENGAN POMPA TENAGA ANGIN DI WILAYAH GRIGAK, GUNUNG KIDUL. Laporan Tugas Akhir

PRADESAIN PENYEDIAAN AIR BERSIH DENGAN POMPA TENAGA ANGIN DI WILAYAH GRIGAK, GUNUNG KIDUL. Laporan Tugas Akhir PRADESAIN PENYEDIAAN AIR BERSIH DENGAN POMPA TENAGA ANGIN DI WILAYAH GRIGAK, GUNUNG KIDUL Laporan Tugas Akhir Oleh : Dominica Mutiara Mega NPM. : 13 02 14589 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bone Bolango adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Bone Bolango adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bone Bolango adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Gorontalo, sebagian penduduknya bekerja pada sektor pertanian, beberapa areal lahan pertanian di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal yang penting bagi kehidupan. Air yang baik adalah air yang memenuhi kriteria standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Rembang merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, terletak di Jawa Tengah bagian timur. Dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun

Lebih terperinci

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

BAB VII PERHITUNGAN RINCI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY

BAB VII PERHITUNGAN RINCI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY BAB VII PERHITUNGAN RINCI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY 7.1 Umum Perhitungan rinci perencanaan sistem distribusi air bersih utama wilayah pengembangan kota Niamey mencakup

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

HYDRO POWER PLANT. Prepared by: anonymous

HYDRO POWER PLANT. Prepared by: anonymous HYDRO POWER PLANT Prepared by: anonymous PRINSIP DASAR Cara kerja pembangkit listrik tenaga air adalah dengan mengambil air dalam jumlah debit tertentu dari sumber air (sungai, danau, atau waduk) melalui

Lebih terperinci

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT PEMANFAATAN KEHILANGAN ENERGI PADA BANGUNAN TERJUN SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (studi kasus bangunan terjun (BT2 BT4) pada saluran primer Padi Pomahan, D.I Padi Pomahan, Desa Padi, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pompa merupakan pesawat angkut yang berfungsi untuk memindahkan zat

BAB I PENDAHULUAN. Pompa merupakan pesawat angkut yang berfungsi untuk memindahkan zat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pompa merupakan pesawat angkut yang berfungsi untuk memindahkan zat cair melalui saluran tertutup. Pompa menghasilkan suatu tekanan yang berfungsi mengalirkan

Lebih terperinci

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Pengembangan Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTMH) merupakan salah satu prioritas pembangunan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bendung Juwero adalah bendung tetap yang dibangun untuk memenuhi keperluan air irigasi. Bendung Juwero di sungai Bodri memiliki luas DAS ± 554 km 2 dan terletak ±

Lebih terperinci