IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari pencurah bertekanan sedang sebanyak 283 data. Data tersebut diperoleh dari penelusuran informasi melalui internet maupun perusahaan tertentu yang menjual produk sprinkler bertekanan sedang. Jenis pencurah yang banyak didapat adalah impact sprinkler, rotator sprinkler, big gun, dan micro sprinkler dengan beragam bentuk nozel dan kemampuan penyiraman. Beberapa pabrikan pencurah antara lain QIM, Grupo Chamartin, Nelson, Jain Irrigation Systems Ltd., Hunter Industries, Orbit, Rain Bird, Toro, Netafim, dan K-Rain. Data spesifikasi pencurah yang dicari adalah debit operasional rata-rata (qa), tekanan operasional (Ha), serta jarak spasi pemasangan pencurah. Pada data yang diperoleh tidak dicantumkan spasi pemasangan pencurah, tetapi hanya diameter pembasahan dari pencurah. Data diameter penyiraman dianggap sebagai data spasi pemasangan pencurah, hal ini dikarenakan bahwa dengan memasang spasi sejauh diameter pembasahan maka dipastikan bahwa tidak ada bagian yang tidak terkena siram. Pada kondisi tersebut diketahui bahwa jarak spasi yang digunakan adalah 50 persen dari diameter pembasahannya. Dari tabel 6 diketahui bahwa kecepatan angin dianggap nol (v = 0 km/jam) 4.1 Perhitungan dengan Metode Coba-Ralat Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan coba-ralat adalah : a. Kecepatan angin dianggap 0 km/jam, sehingga spasi pencurah 50 persen dari diameter pembasah. b. Pipa yang digunakan adalah PVC. c. Elevasi pipa terhadap datum dianggap nol (Z = 0 m) d. Spasi pencurah pada lateral dan spasi lateral pada manifold sama. e. Headloss minor diabaikan f. Diameter pipa yang digunakan adalah pipa PVC yang beredar di pasaran dan disesuaikan dengan diameter yang tertera di software, yakni untuk pipa lateral 13 mm (0.5 inci), 19 mm (0.75 inci), 25 mm (1 inci), dan 32 mm (1.25 inci). Sedangkan untuk pipa manifold digunakan piipa berdiameter 25 mm (1

2 inci), dan 32 mm (1.25 inci) 40 mm (1.5 inci), 50 mm (2 inci), 60 mm (2.4 inci), 75 mm (3 inci), dan 90 mm (3.5 inci). Pipa yang digunakan seluruhnya kurang dari 125 mm. g. Karena diameter pipa yang tertera pada software tidak sesuai dengan literatur pipa lateral untuk irigasi curah yaitu mm, maka untuk perhitungan coba-ralat ditambahkan diameter pipa 50 mm (50 inci) dan 75 mm(3 inci). Diameter pipa manifold yang sesuai untuk irigasi curah yaitu mm, untuk perhitungan coba-ralat ditambahkan diameter pipa 100 mm (4 inci) dan 110 mm(4.4 inci). Pipa yang digunakan kurang dari 125 mm Berdasarkan asumsi di atas, maka terdapat beberapa rumus yang dipilih dalam perhitungan coba-ralat. Yaitu : a. Dari asumsi keenam dan ketujuh (diameter pipa < 125) maka untuk gradien kehilangan head (J dalam m/100 m) mengunakan rumus pada persamaan (5). J = 7.89 x 10 7 x (Q 1.75 /D ) b. Gunakan rumus pipa multi outlet dengan jarak spasi seragam, sehingga Hf (kehilangan head akibat gesekan, m) diperoleh dari persamaan (8). Hf = J x F x (L/100) 1. Perhitungan Panjang Pipa Lateral Subsitusi persamaan (13) ke persamaan (14) ΔHl = 0,55 (20% x Ha) ± Z lateral Karena Z = 0 m, maka ΔHl = 0.11 x Ha... (17) ΔHl = Hf sepanjang pipa lateral Substitusi persamaan (17) ke persamaan (8) 0.11 x Ha = J x F x (L/100) 0.11Ha Ha J = =... (18) F L F L Substitusi persamaan (18) ke persamaan (5) 11Ha = F L 7 Q D (19)

3 Substitusi persamaan (3) dan (12) ke persamaan (19) 11Ha = F N y 7 ( q N ) D Ha D = q N y F Ha D N F = q 75 y... (20) Substitusi persamaan (11) ke persamaan (20) Ha D N = N N q 75 y Ha D N N N =...(21) q y 75 Dari persamaan tersebut dapat diketahui panjang pipa lateral. Setelah dibuktikan, besarnya kehilangan head pada pipa lebih kecil atau sama dengan kehilangan head yang diizinkan untuk pipa lateral pada irigasi curah. Berdasarkan spesifikasi data yang diperoleh maka perhitungan coba-ralat dapat dilakukan dengan hasil perhitungan yaitu jumlah pencurah dan panjang pipa lateral. Contoh perhitungan pada lampiran Perhitungan Panjang Pipa Manifold : Subsitusi persamaan (13) ke persamaan (15) ΔHl = 0,45 (20% x Ha) ± Z lateral Karena Z = 0 m, maka ΔHm = 0.9 x Ha... (22) ΔHm = Hf sepanjang pipa lateral Substitusi persamaan (22) ke persamaan (8) 0.9 x Ha = J x F x (L/100) 0.9 Ha 100 9Ha J = =... (23) F L F L Substitusi persamaan (23) ke (5) 9 Ha = F L 7 Q D (24)

4 Substitusi persamaan (4) dan (12) ke (24) 9 Ha = F N y 7 ( q N ) D Ha D = q N y F Ha D N F = q 75 Substitusi persamaan (11) ke persamaan (25)... (25) y Ha D N = N N q 75 y Ha D N N N =... (26) q y 75 Dari persamaan tersebut dapat dihitung panjang pipa manifold. Setelah dibuktikan, besarnya kehilangan head pada pipa lebih kecil atau sama dengan kehilangan head yang diizinkan untuk pipa manifold pada irigasi curah. Berdasarkan spesifikasi data yang diperoleh maka dapat diketahui jumlah pencurah dan panjang pipa lateral. Contoh perhitungan pada lampiran 1 (lanjutan). Hasil perhitungan metode coba-ralat untuk pipa lateral berdiameter 13, 19, 25, 32, 50, dan 75 mm diperlihatkan pada Lampiran 4. Adapun hasil perhitungan metode coba-ralat pipa manifold berdiameter 25, 40, 50, 60, 75, 90, 100, dan 110 mm berturut-turut diperlihatkan pada Lampiran 5, Lampiran 6, Lampiran 7, Lampiran 8, Lampiran 9, Lampiran 10, lampiran 11, dan Lampiran 12. Pada data yang telah diperoleh, terdapat beberapa spesifikasi teknis pencurah yang tidak dapat diaplikasikan pada pipa lateral tertentu dikarenakan pipa tersebut terlalu kecil untuk diaplikasikan pencurah jenis tersebut. Hal ini dilihat dari nilai N (jumlah pencurah) yang dihasilkan pada perhitungan cobaralat bernilai kurang dari 1 yang berarti jika dibulatkan ke bawah maka jumlah pencurahnya sama dengan nol atau tidak ada pencurah pada pipa tersebut dan jika dibulatkan ke atas maka kehilangan tekanan yang terjadi lebih besar dari kehilangan tekanan yang diizinkan pada pipa untuk irigasi curah. Pencurah tersebut memiliki debit yang terlalu besar untuk diaplikasikan di dalam pipa sehingga mengakibatkan kehilangan tekanan yang sangat besar per satuan

5 panjangnya. Hal ini mengakibatkan kehilangan tekanan yang terjadi pada pipa lebih besar dari yang diizinkan. Pada data juga terdapat hasil perhitungan yang panjangnya lebih dari 600 m. Pencurah tersebut memiliki debit yang kecil sehingga kehilangan tekanan sangat kecil untuk setiap satuan panjangnya. Hal ini mangakibatkan pencurah tersebut dapat diaplikasikan pada pipa yang sangat panjang. 4.2 Penggunaan Software Rancangan Hidrolika Irigasi Tetes Pada software Rancangan Hidrolika Irigasi Tetes terdapat dua metode yang diaplikasikan untuk menghitung hidrolika sub-unit irigasi tetes yaitu metode Newton-Raphson dan metode Jaringan Syaraf Tiruan. Metode yang dapat diaplikasikan pada hidrolika sub-unit irigasi curah adalah metode Newton- Raphson karena dibangun tanpa batasan nilai data yang dimasukkan sehingga seluruh spesifikasi pencurah bertekanan sedang dapat diaplikasikan. Pada metode Newton-Raphson, masukan (input) yang diperlukan adalah debit penetes (l/jam), tekanan kerja penetes (m), jarak penetes (m), dan jarak antar pipa lateral (m). Keluaran (output) yang dihasilkan adalah panjang maksimum pipa lateral (m) dan panjang maksimum pipa manifold (m). Metode Newton-Raphson tersebut dibangun dengan tipe perancangan Line Source dan Point Source. Untuk irigasi curah, tipe perancangan yang dipilih adalah Line Source. Pada irigasi tetes, tipe perancangan Line Source dipasang dengan spasi yang lebih rapat dan mempunyai debit yang kecil, sedangkan tipe perancangan Point Source dipasang dengan spasi yang renggang dan mempunyai debit yang relatif besar. Hal tersebut berkaitan dengan desain tata letak sub-unit irigasi curah dan irigasi tetes. Desain tata letak sub-unit irigasi curah yang diaplikasikan cenderung sama dengan irigasi tetes tipe Line Source. Penetes tipe line-source pada umumnya mempunyai spasi penetes pada lateral yang relatif tetap sesuai dengan pabrikan. Hal ini sama dengan pencurah yang spasinya telah ditentukan oleh pabrikan melalui diameter pembasahan. Seluruh data Spesifikasi pencurah tekanan sedang dapat diaplikasikan di metode Newton-Raphson. Hasil perhitungan Newton-Raphson untuk pipa lateral

6 berdiameter 13, 19, 25, 32, 50, 75 mm diperlihatkan pada Lampiran 4. Hasil perhitungan Newton-Raphson pipa manifold berdiameter 25, 40, 50, 60, 75, dan 90 mm berturut-turut diperlihatkan pada Lampiran 5, Lampiran 6, Lampiran 7, Lampiran 8, Lampiran 9, dan Lampiran Uji coba Software untuk Rancangan Hidrolika Irigasi Curah Uji coba software dilakukan dengan cara membandingkan hasil perhitungan metode coba-ralat dengan metode Newton-Raphson yang diaplikasikan pada software. Perbandingan hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Dari hasil yang diperoleh, terdapat kesamaan hasil perhitungan antara kedua metode. Hanya saja pada hasil perhitungan dibulatkan menjadi 2 angka dibelakang koma (,). Pengujian hasil perhitungan metode Newton-Raphson, dilakukan dengan membuktikan besarnya kehilangan tekanan yang terjadi tidak melebihi kehilangan tekanan yang diizinkan untuk jaringan irigasi curah. Hasil perhitungan yang diperoleh adalah panjang lateral dan manifold. Dari panjang pipa dapat ditentukan seberapa besar kehilangan tekanan yang terjadi. Untuk mengetahui besarnya kehilangan tekanan dapat dilakukan perhitungan menggunakan persamaan (8) yang nilainya harus lebih kecil atau sama dengan perhitungan menggunakan persamaan (14) untuk lateral dan persamaan (15) untuk manifold. Dari hasil pembuktian besarnya kehilangan tekanan, kehilangan tekanan pada pipa tidak melebihi batas kehilangan tekanan yang diizinkan untuk pipa pada iriigasi curah. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil perhitungan dengan Metode Newton-Raphson sesuai untuk irigasi curah pada pipa lateral dan manifold. Contoh perhitungan pada lampiran 1 (lanjutan) Jika dilihat dari tabel perhitungan, hasil perhitungan dengan menggunakan software Hidrolika Sub-unit Irigasi Tetes Metode Newton-Raphson pada umumnya tidak berbeda dengan hasil perhitungan dengan metode coba-ralat. Artinya metode Newton-Raphson tersebut dapat digunakan pada perancangan sub unti irigasi curah dengan tekanan sedang. Untuk rancangan sub-unit irigasi curah, sebaiknya software tersebut tetap diperbaiki dengan melakuan penyesuaian terhadap sistem irigasi curah. Yaitu

7 dengan menambah pemilihan diameter pipa yang digunakan karena pipa yang biasa digunakan untuk instalasi sistem irigasi curah lebih besar dibandingan yang biasa digunakan untuk sistem irigasi tetes. Pada sistem irigasi curah, pipa utama pada umunya berdiameter antara mm dan pipa lateral berdiameter mm. Sedangkan pada sistem irigasi tetes baik pipa utama, pipa pembagi (manifold) maupun pipa lateral berdiameter tidak lebih dari 125 mm. Pada metode coba-ralat telah ditambahkan perhitungan dengan diameter 50 dan 75 mm untuk lateral, 100 dan 110 mm untuk manifold. Pada software metode Newton-Raphson direkomendasikan untuk tidak mencantumkan pemilihan layout perancangannya tipe Line Source dan Point Source. Sebaiknya hanya menggunakan tipe Line Source yang perhitungannya sama dengan metode coba-ralat. Selain menguji coba software, rancangan sub-unit irigasi curah dibuat dalam bentuk tabel dan nomogram. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan kerja lapangan jika ingin mengaplikasikan jaringan irigasi curah. Dengan demikian penelitian ini telah dapat membangun suatu model kriteria rancangan hidrolika yang lebih sederhana dalam bentuk tabel, dan nomogram yang dapat digunakan sebagai acuan rancangan hidrolika sub-unit irigasi curah. Selain itu dapat juga menggunakan software irigasi tetes tipe Line Source. Hal ini akan lebih baik jika ada penambahan jumlah diameter pipa yang disesuaikan untuk irigasi curah. Dengan adanya tabel, nomogram, software, maka perhitungan coba-ralat yang biasa dilakukan dalam prosedur rancangan irigasi curah tidak perlu dilakukan lagi. Contoh model rancangan hidrolika sub-unit irigasi curah dengan tekanan rendah dapat dilihat tabel pada Tabel 7 dan nomogram pada Gambar 6, Gambar 7, Gambar 8, Gambar 9, Gambar 10, dan Gambar 11. Contoh pembacaan tabel dan nomogram terdapat pada lampiran 2. Contoh skema irigasi curah berdasarkan pembacaan tabel dan nomogram terdapat pada lampiran 3. Hasil perhitungan dengan metode coba-ralat dan metode Newton-Raphson juga telah dibuat treadline regresi untuk setiap kasusnya. Nilai regresi dari seluruh data yang diuji adalah satu yang menunjukkan bahwa perhitungan metode cobaralat jika dibandingkan dengan metode Newton Raphson mempunyai hasil perhitungan yang sama.

8 Tabel 7. Contoh tabel rancangan hidrolika sub-unit irigasi curah tekanan sedang Jarak spasi : m x m Ha (m) Ha (psi) qa (l/jam) Lateral D (mm) L max (m) L max (m) L max (m) L max (m) L max (m) Manifold (D Lateral = 13 mm) Manifold (D Lateral = 19 mm) Manifold (D Lateral = 25 mm)

9 Tabel 7. (lanjutan) Jarak spasi : m x m Ha (m) Ha (psi) qa (l/jam) Manifold (D Lateral = 32 mm) Manifold (D Lateral = 50) Manifold (D Lateral = 50)

10 Keterangan : Jarak spasi m m Gambar 6. Contoh nomogram rancangan hidrolika sub-unit irigasi curah tekanan rendah untuk pipa lateral

11 Gambar 7. Contoh nomogram rancangan hidrolika sub-unit irigasi curah tekanan rendah untuk pipa manifold (qa = l/jam dan Ha = psi)

12 Gambar 8. Contoh nomogram rancangan hidrolika sub-unit irigasi curah tekanan rendah untuk pipa manifold (qa = l/jam dan Ha = psi)

13 Gambar 9. Contoh nomogram rancangan hidrolika sub-unit irigasi curah tekanan rendah untuk pipa manifold (qa = l/jam dan Ha = psi)

14 Gambar 10. Contoh nomogram rancangan hidrolika sub-unit irigasi curah tekanan rendah untuk pipa manifold (qa = l/jam dan Ha = psi)

15 Gambar 11. Contoh nomogram rancangan hidrolika sub-unit irigasi curah tekanan rendah untuk pipa manifold (qa = l/jam dan Ha = psi)

MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN SEDANG

MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN SEDANG SKRIPSI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN SEDANG Oleh : Ismail Hadi F14051228 2010 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR MODEL

Lebih terperinci

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH SKRIPSI MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH Oleh : Syelvia Ikramatunnafsiah F14050932 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Skema umum jaringan irigasi curah diperlihatkan pada Gambar 2. Hydrant. Gambar 2. Skema jaringan irigasi curah (Prastowo, 2002).

Skema umum jaringan irigasi curah diperlihatkan pada Gambar 2. Hydrant. Gambar 2. Skema jaringan irigasi curah (Prastowo, 2002). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Irigasi Curah Irigasi curah (sprinkle irrigation) disebut juga overhead irrigation karena pemberian air dilakukan dari bagian atas tanaman terpancar menyerupai curah hujan (Prastowo,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Air Jurusan Teknik Pertanian. Dan Lahan Parkir Jurusan Teknik Pertanian di

METODE PENELITIAN. Air Jurusan Teknik Pertanian. Dan Lahan Parkir Jurusan Teknik Pertanian di 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Sumberdaya Lahan dan Air Jurusan Teknik Pertanian. Dan Lahan Parkir Jurusan Teknik Pertanian di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irigasi adalah faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan pertanian. Pada mulanya kegiatan irigasi hanya sebatas

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irigasi adalah faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan pertanian. Pada mulanya kegiatan irigasi hanya sebatas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irigasi adalah faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan pertanian. Pada mulanya kegiatan irigasi hanya sebatas mengairi lahan dengan air saja tanpa mempedulikan berapa

Lebih terperinci

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH SKRIPSI MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH Oleh : Syelvia Ikramatunnafsiah F14050932 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN TINGGI

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN TINGGI SKRIPSI MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN TINGGI Oleh : Indri Nursani F14053609 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Irigasi Curah Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu metode pemberian air yang dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh

Lebih terperinci

Lampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000

Lampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000 LAMPIRAN 27 Lampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000 28 Lampiran 2. Perhitungan evapotranspirasi acuan 29 Lampiran 3. Perhitungan curah hujan efektif 30 Lampiran 4. Perhitungan kebutuhan air

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Aspek Teknis

PEMBAHASAN Aspek Teknis 47 PEMBAHASAN Aspek Teknis PT. Gula Putih Mataram menggunakan sistem mekanisasi dalam kegiatan pengolahan lahan, hal ini menyebabkan dalam pelaksanaan pengolahan tanah sangat tergantung pada kondisi tanah.

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL 4.1 Kondisi perancangan Tahap awal perancangan sistem perpipaan air untuk penyiraman kebun vertikal yaitu menentukan kondisi

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK HIDROLIKA PIPA SUB-UNIT JARINGAN IRIGASI TETES PADA SISTEM HIDROPONIK

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK HIDROLIKA PIPA SUB-UNIT JARINGAN IRIGASI TETES PADA SISTEM HIDROPONIK MEMPELAJARI KARAKTERISTIK HIDROLIKA PIPA SUB-UNIT JARINGAN IRIGASI TETES PADA SISTEM HIDROPONIK Oleh : Nurbaeti Khoerunnisa F14104058 2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR MEMPELAJARI

Lebih terperinci

Okta Rachma Paramita, Jadfan Sidqi Fidari, Endang Purwati

Okta Rachma Paramita, Jadfan Sidqi Fidari, Endang Purwati PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI CURAH (SPRINKLER) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA L.) DI DESA KALIAKAH KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA PROVINSI BALI. Okta Rachma Paramita, Jadfan Sidqi Fidari,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Mulai. Pembuatan komponen irigasi tetes (emiter alternatif) Pembuatan tabung marihot. Pemasangan jaringan pipa-pipa dan emiter

LAMPIRAN. Mulai. Pembuatan komponen irigasi tetes (emiter alternatif) Pembuatan tabung marihot. Pemasangan jaringan pipa-pipa dan emiter LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram alir penelitian Mulai Pembuatan komponen irigasi tetes (emiter alternatif) Pembuatan tabung marihot Pemasangan jaringan pipa-pipa dan emiter Pemasangan instalasi irigasi tetes

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia (Sunaryo dkk., 2004).

TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia (Sunaryo dkk., 2004). TINJAUAN PUSTAKA Irigasi Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, yakni demi peradaban manusia. Bahkan dapat dipastikan, tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY IRIGASI MIKRO BERBASIS MULTI KOMODITAS

EXECUTIVE SUMMARY IRIGASI MIKRO BERBASIS MULTI KOMODITAS EXECUTIVE SUMMARY IRIGASI MIKRO BERBASIS MULTI KOMODITAS Desember, 2012 Pusat Litbang Sumber Daya Air i KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan Executive Summary dari kegiatan Irigasi Mikro Berbasis Multi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan di lahan perkebunan tebu milik PT. Laju Perdana Indah (LPI), Palembang, Sumatera Selatan. Tempat ini berada pada elevasi

Lebih terperinci

1998 SURUSAN TEKlVIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1998 SURUSAN TEKlVIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR UNTUK TANAMA (Citrulhs vulgaris L.) PADA JARINGAN IRI DI KABUPATEN I OLEH : MUHAMMAD EKA SUAHPUT'RA 1998 SURUSAN TEKlVIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan penentu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan Juli sampai November 2013 di Greenhouse Sarwo

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan Juli sampai November 2013 di Greenhouse Sarwo 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari Bulan Juli sampai November 2013 di Greenhouse Sarwo Farm Desa Bandar Agung Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Flow chart penelitian. Mulai. Pembuatan menara air. Pemasangan pipa dan emiter. Pengambilan data. Pengukuran parameter.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Flow chart penelitian. Mulai. Pembuatan menara air. Pemasangan pipa dan emiter. Pengambilan data. Pengukuran parameter. LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart penelitian Mulai Pembuatan menara air Pemasangan pipa dan emiter Pengambilan data Pengukuran parameter Analisis Selesai Lampiran 2. Layout jaringan irigasi tetes Keterangan:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dengan meningkatnya kebutuhan air di bidang pertanian dan bidang lain,

TINJAUAN PUSTAKA. Dengan meningkatnya kebutuhan air di bidang pertanian dan bidang lain, TINJAUAN PUSTAKA Irigasi Dengan meningkatnya kebutuhan air di bidang pertanian dan bidang lain, sedangkan potensi air terus menurun, menuntut suatu usaha untuk pemanfaatan air di bidang pertanian secara

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK HIDROLIKA PIPA SUB-UNIT JARINGAN IRIGASI TETES PADA SISTEM HIDROPONIK

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK HIDROLIKA PIPA SUB-UNIT JARINGAN IRIGASI TETES PADA SISTEM HIDROPONIK MEMPELAJARI KARAKTERISTIK HIDROLIKA PIPA SUB-UNIT JARINGAN IRIGASI TETES PADA SISTEM HIDROPONIK Oleh : Nurbaeti Khoerunnisa F14104058 2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR MEMPELAJARI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Irigasi Curah Irigasi curah atau siraman (sprinkler) adalah metode penggunaan air terhadap permukaan tanah dalam bentuk percikan, seperti hujan biasa. Metode pemberian air ini dimulai

Lebih terperinci

PRAKTIKUM AUDIT SISTEM IRIGASI

PRAKTIKUM AUDIT SISTEM IRIGASI PRAKTIKUM AUDIT SISTEM IRIGASI (Mei 2016) A. Pengantar Dengan adanya isu krisis air saat ini, pemberian air irrigasi yang tepat, akurat dan sesuai sasaran kebutuhan tanaman sehingga memberikan efisiensi

Lebih terperinci

Topik 12. Teknologi Irigasi Tetes

Topik 12. Teknologi Irigasi Tetes 1 Topik 12. Teknologi Irigasi Tetes Pendahuluan Tujuan instruksional khusus: mahasiswa mampu menerangkan tentang pengertian dan komponen irigasi tetes, uniformity dan efisiensi irigasi tetes. Merancang

Lebih terperinci

OPTIMASI PARAMETER DESAIN IRIGASI TETES SEDERHANA TYPE DRIPLINE Optimizing of Simple Dripline Pipe Design Parameter

OPTIMASI PARAMETER DESAIN IRIGASI TETES SEDERHANA TYPE DRIPLINE Optimizing of Simple Dripline Pipe Design Parameter 92 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 3, No. 1 : 92-98, Maret 2016 OPTIMASI PARAMETER DESAIN IRIGASI TETES SEDERHANA TYPE DRIPLINE Optimizing of Simple Dripline Pipe Design Parameter Humairo Saidah*,

Lebih terperinci

Komunikasi Penulis,

Komunikasi Penulis, DESAIN JARINGAN IRIGASI MIKRO JENIS MINI SPRINKLER (KASUS DI LABORATORIUM OUTDOOR BALAI IRIGASI) MICRO IRRIGATION NETWORK DESIGN TYPE OF MINI SPRINKLERS (CASE IN EXPERIMENTAL STATION FOR IRRIGATION OUTDOOR

Lebih terperinci

IRIGASI TETES ASEP SAPEI

IRIGASI TETES ASEP SAPEI IRIGASI TETES ASEP SAPEI BAGIAN TEKNIK TANAH DAN AIR DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FATETA IPB BOGOR 2006 KATA PENGANTAR Buku ini disusun sebagai bahan bacaan tambahan bagi mahasiswa/i program studi Keteknikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hingga seperempat pertama abad 20, pengembangan irigasi berkelanjutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hingga seperempat pertama abad 20, pengembangan irigasi berkelanjutan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Irigasi Hingga seperempat pertama abad 20, pengembangan irigasi berkelanjutan merupakan bagian dari pengembangan kemanusiaan. Pengembangan fisik irigasi (bangunan berikut jaringan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS DISTRIBUSI MASTIC SEALER PADA SHELL BODY SUB ASSY LINE DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA Nama : Puji Selamet Iswanto NPM : 25411599

Lebih terperinci

Topik 11. Teknologi Irigasi Curah

Topik 11. Teknologi Irigasi Curah 1 Topik 11. Teknologi Irigasi Curah Pendahuluan Tujuan instruksional khusus: mahasiswa mampu menerangkan tentang pengertian dan komponen irigasi curah, uniformity dan efisiensi irigasi curah, serta merancang

Lebih terperinci

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -PUKULAN AIR (WATER HAMMER)- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -PUKULAN AIR (WATER HAMMER)- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -PUKULAN AIR (WATER HAMMER)- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN UMUM Pukulan air/ water hammer adalah fenomena hidraulik pada suatu pipa akibat adanya penutupan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN

BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN 4.1 Perancangan Model Alat Pemurnian Biogas Dengan Geram Besi Berdasarkan rancangan awal penggunaan bahan geram besi sebagai alat pemurnian biogas terhadap

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Desember 2012 Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air. Ir. Bambang Hargono, Dipl. HE, M.Eng NIP:

KATA PENGANTAR. Bandung, Desember 2012 Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air. Ir. Bambang Hargono, Dipl. HE, M.Eng NIP: KATA PENGANTAR Pengembangan lahan non padi di Indonesia belum sepenuhnya dapat didukung dengan jaringan irigasi yang memadai dan mempunyai efisiensi irigasi yang diharapkan, namun demikian akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (FDM) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3.2.Alat penelitian

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN JARINGAN IRIGASI CURAH (SPRINKLER)

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN JARINGAN IRIGASI CURAH (SPRINKLER) PERENCANAAN DAN PERANCANGAN JARINGAN IRIGASI CURAH (SPRINKLER) 1 IRIGASI CURAH : Pemberian air irigasi dengan cara menyemprotkan air ke udara dan menjatuhkannya di sekitar tanaman seperti hujan Dengan

Lebih terperinci

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... ix Abstract...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA Kegiatan perencanaan merupakan hal dasar dalam menentukan sistem distribusi air bersih. Menurut Dharmasetiawan (2004), kegiatan perencanaan terdiri

Lebih terperinci

Ariswandi Putra 1, Ichwana 1, Susi Chairani 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN

Ariswandi Putra 1, Ichwana 1, Susi Chairani 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN Efisiensi Keseragaman Distribusi Air dari Variasi Ketinggian Pipa pada Sistem Irigasi Curah (Efficiency of Water Distribution Uniformity of The Various Riser for Sprinkler Irrigation System) Ariswandi

Lebih terperinci

Bab IV Simulasi dan Pembahasan

Bab IV Simulasi dan Pembahasan Bab IV Simulasi dan Pembahasan IV.1 Gambaran Umum Simulasi Untuk menganalisis program pemodelan network flow analysis yang telah dirancang maka perlu dilakukan simulasi program tersebut. Dalam penelitian

Lebih terperinci

, Aditya Prihantoko **) Balai Irigasi, Pusat Litbang Sumber Daya Air, Badan Litbang PU, Jl. Cut Meutia Kotak Pos 147 Bekasi 17113

, Aditya Prihantoko **) Balai Irigasi, Pusat Litbang Sumber Daya Air, Badan Litbang PU, Jl. Cut Meutia Kotak Pos 147 Bekasi 17113 KAJIAN DESAIN DAN KINERJA JARINGAN IRIGASI MIKRO BERBASIS MULTI KOMODITAS DI SUMEDANG (PERFORMANCE OF MICRO IRRIGATION NETWORK BASED ON MULTI COMMODITIES IN SUMEDANG) Oleh : Wildan Herwindo *), Aditya

Lebih terperinci

A. SISTEM IRIGASI TETES

A. SISTEM IRIGASI TETES II. TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM IRIGASI TETES Irigasi tetes (trickle irrigation) merupakan sistem irigasi yang pemberian airnya melalui jalur pipa ekstensif biasanya dengan diameter kecil ke tanah dekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia membutuhkan air dalam kuantitas dan kualitas tertentu dalam melakukan aktivitas dan menopang kehidupannya.

Lebih terperinci

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU Pada jaringan distribusi air bersih pipa merupakan komponen yang paling utama, pipa berfungsi untuk mengalirkan sarana air dari suatu titik simpul ke titik simpul yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Dalam perancangan sistem instalasi penyediaan air bersih pada gedung Twin Building di UMY. Metode yang digunakan yaitu: a. Studi Literatur Studi Literatur

Lebih terperinci

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma,,2013

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENDISTRIBUSIAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN BERTINGKAT DENGAN SOFTWARE EPANET 2.0

ANALISIS SISTEM PENDISTRIBUSIAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN BERTINGKAT DENGAN SOFTWARE EPANET 2.0 ANALISIS SISTEM PENDISTRIBUSIAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN BERTINGKAT DENGAN SOFTWARE EPANET 2.0 TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian pendidikan sarjana teknik sipil Oleh: PRIHATINNI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan. Waktu yang relatif lama ini sangat memegang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan III METODOLOGI PENELITIAN A Peralatan dan Bahan Penelitian 1 Alat Untuk melakukan penelitian ini maka dirancang sebuah terowongan angin sistem terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: a Test section

Lebih terperinci

Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten

Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten D150 Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten Ana Tri Lestari dan Hariwiko Indarjanto Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Uji Tekanan Air Pompa dan Tinggi Riser terhadap Keseragaman Distribusi Air pada Irigasi Curah

Uji Tekanan Air Pompa dan Tinggi Riser terhadap Keseragaman Distribusi Air pada Irigasi Curah Uji Tekanan Air Pompa dan Tinggi Riser terhadap Keseragaman Distribusi Air pada Irigasi Curah (Test between the Pump Pressure and Height of Riser to Uniformity Water Distribution of Sprinkler Irrigation)

Lebih terperinci

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 1, No. 2 : , September 2014

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 1, No. 2 : , September 2014 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 179 Vol. 1, No. 2 : 179-189, September 2014 KARAKTERISTIK PERUBAHAN LENGAS TANAH PADA PEMBERIAN IRIGASI TETES PIPA PVC DI LAHAN KERING PRINGGABAYA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM IRIGASI SPRINKLER DI DESA OESAO KABUPATEN KUPANG SPRINKLER IRRIGATION SYSTEM STUDY IN THE OESAO VILLAGE DISTRICT OF KUPANG

KAJIAN SISTEM IRIGASI SPRINKLER DI DESA OESAO KABUPATEN KUPANG SPRINKLER IRRIGATION SYSTEM STUDY IN THE OESAO VILLAGE DISTRICT OF KUPANG KAJIAN SISTEM IRIGASI SPRINKLER DI DESA OESAO KABUPATEN KUPANG SPRINKLER IRRIGATION SYSTEM STUDY IN THE OESAO VILLAGE DISTRICT OF KUPANG Vincensius Paskalis Kiik 1) Judi K. Nasdjono ) I Made Udiana 3)

Lebih terperinci

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 1 : 49-59, Maret 2016

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 1 : 49-59, Maret 2016 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 49 Vol. 3, No. 1 : 49-59, Maret 2016 ANALISIS RANCANG BANGUN SISTEM IRIGASI HEMAT AIR TERPADU BERBASIS JARINGAN IRIGASI AIR TANAH (JIAT) PADA LAHAN KERING TANAH BERGRADASI

Lebih terperinci

Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan

Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan Uyu Saismana 1, Riswan 2 1,2 Staf Pengajar Prodi Teknik Pertambangan,

Lebih terperinci

Sprinkler Tipe BIR Versi 1 Teknologi Tepat, Investasi Hemat

Sprinkler Tipe BIR Versi 1 Teknologi Tepat, Investasi Hemat Tipe BIR Versi 1 Teknologi Tepat, Investasi Hemat KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR Teknologi Tepat Pada Lahan Kering Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Dalam pengujian ini bahan yang digunakan adalah air. Air dialirkan sling pump melalui selang plastik ukuran 3/4 menuju bak penampung dengan variasi jumlah

Lebih terperinci

2 sumber air harus tersedia berada di dekat kebun. Satu keluarga dengan tenaga kerja 2 orang (istri dan bapak) hanya mampu mengelola kebun seluas 400

2 sumber air harus tersedia berada di dekat kebun. Satu keluarga dengan tenaga kerja 2 orang (istri dan bapak) hanya mampu mengelola kebun seluas 400 1 Topik 11. Teknologi Irigasi Curah Pendahuluan Tujuan instruksional khusus: mahasiswa mampu menerangkan tentang pengertian dan komponen irigasi curah, uniformity dan efisiensi irigasi curah, serta merancang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Sistem Distribusi Air Bersih. Kategori kegiatan perencanaan untuk system distribusi air bersih/minum menurut Martin,D., (2004) ada dua kategori yaitu: 1. Perencanaan

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PERESAPAN DAN PENYIRAMAN LAPANGAN SEPAK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM SEL PADA STADION TELADAN MEDAN

PERENCANAAN SISTEM PERESAPAN DAN PENYIRAMAN LAPANGAN SEPAK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM SEL PADA STADION TELADAN MEDAN PERENCANAAN SISTEM PERESAPAN DAN PENYIRAMAN LAPANGAN SEPAK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM SEL PADA STADION TELADAN MEDAN Imam Effendi 1, Ivan Indrawan 2 dan Boas Hutagalung 3 1 Departemen Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun atas sistem pipa, pompa, reservoir dan perlengkapan lainnya. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun atas sistem pipa, pompa, reservoir dan perlengkapan lainnya. Sistem BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Sistem distribusi air bersih umumnya merupakan suatu jaringan pemipaan yang tersusun atas sistem pipa, pompa, reservoir dan perlengkapan lainnya. Sistem penyediaan

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUJIAN

BAB III ALAT PENGUJIAN BAB III ALAT PENGUJIAN 3.1 RANCANGAN ALAT UJI Pada penelitian ini alat uji dirancang sendiri berdasarkan dasar teori dang pengalaman dari dosen pembimbing. Alat uji ini dirancang sebagai alat uji dengan

Lebih terperinci

SISTEM PENDISTRIBUSIAN DEBIT AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT

SISTEM PENDISTRIBUSIAN DEBIT AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT SISTEM PENDISTRIBUSIAN DEBIT AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT Fadwah Maghfurah 1 Munzir Qadri 2 Sulis Yulianto 3 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl Cempaka Putih

Lebih terperinci

RANCANGAN IRIGASI SPRINKLER PORTABLE TANAMAN PAKCHOY DESIGN OF PORTABLE SPRINKLER FOR PAKCHOY PLANT

RANCANGAN IRIGASI SPRINKLER PORTABLE TANAMAN PAKCHOY DESIGN OF PORTABLE SPRINKLER FOR PAKCHOY PLANT RANCANGAN IRIGASI SPRINKLER PORTABLE TANAMAN PAKCHOY DESIGN OF PORTABLE SPRINKLER FOR PAKCHOY PLANT Oleh: Ahmad Tusi 1), Budianto Lanya 1) 1)Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B. Alat dan bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. Sebelum melakukan pengujian pada sistem Bottle Filler secara keseluruhan, dilakukan beberapa tahapan antara lain :

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. Sebelum melakukan pengujian pada sistem Bottle Filler secara keseluruhan, dilakukan beberapa tahapan antara lain : BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisis pada alat Bottle Filter yang berbasis mikrokontroler. Tujuan dari pengujian adalah untuk mengetahui apakah alat yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik.

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin Pompa air dengan menggunakan tenaga angin merupakan sistem konversi energi untuk mengubah energi angin menjadi putaran rotor

Lebih terperinci

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta FLUIDA DINAMIS Ada tiga persamaan dasar dalam hidraulika, yaitu persamaan kontinuitas energi dan momentum. Untuk aliran mantap dan satu dimensi persamaan energi dapat disederhanakan menjadi persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Masalah Data medan listrik akan dihitung dengan rumus medan listrik menggunakan metode bayangan, yaitu: E Qi 2yi 2 2 ( xi x) yi 2 (3.1) Dengan: Dengan: E Qi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya tujuan dari dibangunnya suatu waduk atau bendungan adalah untuk melestarikan sumberdaya air dengan cara menyimpan air disaat kelebihan yang biasanya terjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu 3 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu Tebu (Sacharum officinarum L.) termasuk ke dalam golongan rumputrumputan (graminea) yang batangnya memiliki kandungan sukrosa yang tinggi sehinga dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI CURAH (SPRINKLER IRRIGATION) MELALUI SIMULASI HIDROLIS MENGGUNAKAN EPANET 2.0 HELENA NOVITASARI LASOL

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI CURAH (SPRINKLER IRRIGATION) MELALUI SIMULASI HIDROLIS MENGGUNAKAN EPANET 2.0 HELENA NOVITASARI LASOL EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI CURAH (SPRINKLER IRRIGATION) MELALUI SIMULASI HIDROLIS MENGGUNAKAN EPANET 2.0 HELENA NOVITASARI LASOL DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran BAB IV Bab IV Hasil dan Analisis HASIL DAN ANALISIS 4.1. Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan suatu kombinasi dari berbagai sistem untuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI Fenny Nelwan E. M. Wuisan, L. Tanudjaja Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email: nelwanfenny@ymail.com ABSTRAK Air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Irigasi Tetes Irigasi tetes adalah suatu metode irigasi baru yang menjadi semakin disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air. Irigasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PERFORMANSI SISTEM PENYIRAM TETES TEKANAN FLUIDA RENDAH DENGAN HEAD

PERANCANGAN DAN PERFORMANSI SISTEM PENYIRAM TETES TEKANAN FLUIDA RENDAH DENGAN HEAD PERANCANGAN DAN PERFORMANSI SISTEM PENYIRAM TETES TEKANAN FLUIDA RENDAH DENGAN HEAD KONSTAN UNTUK TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) PADA POLYBAG PLASTIK Design and performance test of droplet

Lebih terperinci

4.1. PENGUMPULAN DATA

4.1. PENGUMPULAN DATA Metodologi adalah acuan untuk menentukan langkah-langkah kegiatan yang perlu diambil dalam suatu analisa permasalahan. Penerapan secara sistematis perlu digunakan untuk menentukan akurat atau tidaknya

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN PENERAPAN IRIGASI HEMAT AIR. Desember 2015

EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN PENERAPAN IRIGASI HEMAT AIR. Desember 2015 EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN PENERAPAN IRIGASI HEMAT AIR Desember 2015 KATA PENGANTAR Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 34/PRT/M/2015 pada Tahun Anggaran 2015, Balai Irigasi

Lebih terperinci

PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN PINARAS

PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN PINARAS PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN PINARAS Figih Cicilia Mokoginta I. R. Mangangka Fakultas Teknik, Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email : Cicilia_mokoginta@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGERJAAN

BAB III METODOLOGI PENGERJAAN BAB III METODOLOGI PENGERJAAN Tugas akhir ini merupakan pengembangan dari tugas akhir dari Rahmat Satria Dewangga yang berjudul Pemodelan Jaringan dan Sistem Distribusi Air Minum pada Pipa Primer dengan

Lebih terperinci

JURAGAN SPRINKLER. Solusi Menghemat Air, Waktu, Tenaga & Biaya SPRINKLER BESAR (INLET DIAMETER > 1 INCHI)

JURAGAN SPRINKLER. Solusi Menghemat Air, Waktu, Tenaga & Biaya SPRINKLER BESAR (INLET DIAMETER > 1 INCHI) SPRINKLER BESAR (INLET DIAMETER > 1 INCHI) Sime Ibis (Inlet Diameter 1 Inchi) Sime Ibis dilengkapi dengan pengatur putaran untuk memudahkan mengatur seluruh atau setengah lingkaran, pemecah semburan untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH Ridwan Naway F. Halim, M. I. Jasin, L. Kawet Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi email: Ridwannaway@ymail.com ABSTRAK Kawasan Perumahan

Lebih terperinci

I D G Jaya Negara*, Yusron Saadi*, I B Giri Putra*

I D G Jaya Negara*, Yusron Saadi*, I B Giri Putra* 28 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 2, No. 1 : 28-37, Maret 2015 KARAKTERISTIK KINERJA IRIGASI SPRINKLER MINI PADA LAHAN KERING PRINGGABAYA UTARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR Characteristics of Mini Sprinkler

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dalam rumah tanaman di Laboratorium Lapangan Leuwikopo dan Laboratorium Lingkungan Biosistem, Departemen Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air. 3.2. Alat Penelitian Sling pump skala laboratorium terdiri dari motor listrik, reducer, rangka sling

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA Risky Yohanes Rottie Tiny Mananoma, Hanny Tangkudung Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil

Lebih terperinci

UJI KELAYAKAN TEKNIS IRIGASI SPRINKLER DENGAN TIPE PORTABEL DI LAHAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

UJI KELAYAKAN TEKNIS IRIGASI SPRINKLER DENGAN TIPE PORTABEL DI LAHAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER UJI KELAYAKAN TEKNIS IRIGASI SPRINKLER DENGAN TIPE PORTABEL DI LAHAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM

I. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM I. TINJAUAN PUSTAKA Penetapan Kebutuhan Air Tanaman (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM 2.1.2 Ekologi Nenas Sunarjono (2004) menyatakan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1. Rancangan Alat Uji Pada penelitian ini alat uji dirancang sendiri berdasarkan dasar teori dan pengalaman dari penulis. Alat uji ini dirancang sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER NOZEL UDARA PADA SISTEM JET

PENGARUH DIAMETER NOZEL UDARA PADA SISTEM JET i Saat ini begitu banyak perusahaan teknologi dalam pembuatan satu barang. Salah satunya adalah alat penyemprotan nyamuk. Alat penyemprotan nyamuk ini terdiri dari beberapa komponen yang terdiri dari pompa,

Lebih terperinci

POLA PENYEBARAN REMBESAN PADA MODEL TANGGUL DENGAN SALURAN DRAINASE TEGAK UNTUK TANAH OXISOL DARMAGA, BOGOR. Oleh : ADAM SURYA PRAJA F

POLA PENYEBARAN REMBESAN PADA MODEL TANGGUL DENGAN SALURAN DRAINASE TEGAK UNTUK TANAH OXISOL DARMAGA, BOGOR. Oleh : ADAM SURYA PRAJA F POLA PENYEBARAN REMBESAN PADA MODEL TANGGUL DENGAN SALURAN DRAINASE TEGAK UNTUK TANAH OXISOL DARMAGA, BOGOR Oleh : ADAM SURYA PRAJA F01499004 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

Aliran Melalui Sistem Pipa

Aliran Melalui Sistem Pipa TKS 4005 HIDROLIKA DASAR / sks Aliran Melalui Sistem Pipa Dr. Eng. Alwafi Pujiraharjo University of Brawijaya Pendahuluan Dalam pembahasan yang lalu telah dipelajari perilaku zat cair riil pada aliran

Lebih terperinci

PRADESAIN PENYEDIAAN AIR BERSIH DENGAN POMPA TENAGA ANGIN DI WILAYAH GRIGAK, GUNUNG KIDUL. Laporan Tugas Akhir

PRADESAIN PENYEDIAAN AIR BERSIH DENGAN POMPA TENAGA ANGIN DI WILAYAH GRIGAK, GUNUNG KIDUL. Laporan Tugas Akhir PRADESAIN PENYEDIAAN AIR BERSIH DENGAN POMPA TENAGA ANGIN DI WILAYAH GRIGAK, GUNUNG KIDUL Laporan Tugas Akhir Oleh : Dominica Mutiara Mega NPM. : 13 02 14589 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di wilayah sungai, seperti perencanaan

I. PENDAHULUAN. Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di wilayah sungai, seperti perencanaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data hidrologi merupakan data yang menjadi dasar dari perencanaan kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di wilayah sungai, seperti perencanaan bangunan irigasi, bagunan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Pembuatan Dan Pengujian Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, Lampung Selatan. Kemudian perakitan dan pengujian dilakukan Lab.

Lebih terperinci

Tugas Akhir SUBMERSIBLE PUMP TEKNOLOGI TEPAT GUNA DENGAN MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN

Tugas Akhir SUBMERSIBLE PUMP TEKNOLOGI TEPAT GUNA DENGAN MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN Tugas Akhir SUBMERSIBLE PUMP TEKNOLOGI TEPAT GUNA DENGAN MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanfaatan tenaga angin di Indonesia belum begitu optimal, walaupun di beberapa daerah sudah

Lebih terperinci