PRAKTIKUM AUDIT SISTEM IRIGASI
|
|
- Widya Darmadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PRAKTIKUM AUDIT SISTEM IRIGASI (Mei 2016) A. Pengantar Dengan adanya isu krisis air saat ini, pemberian air irrigasi yang tepat, akurat dan sesuai sasaran kebutuhan tanaman sehingga memberikan efisiensi irrigasi yang tinggi adalah suatu kebutuhan. Irrigasi yang baik adalah aplikasi air irigasi yang efisien dengan jumlah air yang tepat dengan pemberian air pada tanaman pada waktu yang tepat dan di tempat yang tepat (Gambar 1). Untuk itu dalam pemberian air irigasi ke lahan, manajer lahan perlu mempertimbangkan: Akurasi rancangan lahan irrigasi termasuk sistem irigasinya; Karakteristik, jumlah, laju aliran dan kualitas pasokan air; Penilian sistem Pertanian yang diterapkan Perkiraan kebutuhan air; Faktor pembatas ketersediaan air dan implikasinya pada lahan; Strategi untuk mengatasi kekeringan; Jenis dan sifat tanah serta kedalaman zona akar; Jadwal irigasi; Target kinerja sistem; Isu kualitas air; Biaya air; Dampak terhadap lingkungan sebagai akibat praktek irigasi; Ketrampilan dan pelatihan staf; Strategi untuk mengadopsi teknologi baru; Evaluasi sistem manajemen dan efisiensi irrigasi secara berkala; Prosedur perawatan; Dokumentasi perbaikan sistem irigasi. Efisiensi irigasi harus menjadi prioritas bagi manajer pertanian. Ada beberapa persyaratan utama yang harus berhasil dicapai dalam rangka untuk memastikan irigasi yang efisien.persyaratan utama efisiensi irigasi adalah: Rancangan sistem irigasi berkualitas tinggi; Pemasangan sistem sesuai dengan kualitas rancangan; Standar tinggi dalam pemeliharaan hardware di sistem / peralatan irigasi; Presisi manajemen dan kontrol (penjadwalan) dari sistem irigasi. Di lapangan,sayangnya ada beberapa contoh situasi di mana air yang terbuangmelalui praktek-praktek pengelolaan air dalam sistem irigasi yang buruk. Ini termasuk: Jumlah air diterapkan melebihi dari kebutuhan tanaman; Kurang seragamnya aplikasi air; Tingkat curah hujan lebih tinggi dari tingkat infiltrasi tanah; Rusak atau tidak berfungsi peralatan; 1 P a g e J u r u s a n T a n a h F P U B
2 Bila menggunakan irrigasi springkler: beroperasi dalam kondisi berangin; Limpasan permukaan; Penyemprotan yang berlebihan dari dari alat sprinkler dan karena salah arah penyiramannya. Untuk itu praktikum ini dirancang agar praktikan dapat melakukan teknik monitoring dan evaluasi untuk memastikan bahwa irigasi di lahan pertanian efisien yaitu melalui pemahaman, pengukuran dan analisis data terkait dengan: Jumlah air yang diterapkan adalah sesuai kebutuhan tanaman dan kondisi tanah; Waktu aplikasi air sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi cuaca; Air diterapkan secara seragam dan efektif; Air diterapkan pada zona akar tanaman tanpa kehilangan akibat limpasan permukaan, drainase dalam, kurang efektifnya cakupan irrigasi dan penyebab lainnya. Gambar 1. Prinsip praktek irigasi yang baik B. Tujuan Tujuan kegiatan praktikum adalah agar setelah melakukan kegiatan praktikum: 1. Mahasiswa mampu memahami prinsip kegiatan audit sistem irigasi khususnya mengenai evaluasi kemerataan sistem irigasi, rata-rata curahan air irigasi dan koefisien keseragaman; 2. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi kemerataan metode irigasi sprinkler (curah); 3. Mahasiswa mampu menghitung rata-rata curahan air dalam sistem irigasi sprinkler (curah); dan 4. Mahasiswa mampu menghitung berbagai koefisien keseragaman irigasi sprinkler (curah), antara lain: koefisien keseragaman (curah), antara lain: koefisien distribusi keseragaman (KDS), koefisien keseragaman Cristiansen (KKC), penjadwalan koefisien (SC) dan indeks irigasi (Ii). 2 P a g e J u r u s a n T a n a h F P U B
3 C. Alat dan Bahan C.1. Gambaran umum Boom Traveller BoomTraveller-Micro Model MR 43 yang merupakan sistem irigasi bergerak dengan menggunakan sprinkler pistol besar atau boom dipasang di roda atau trailer di gunakan dalam praktikum ini (Gambar 2). Gambar 2. Boom Traveller-Micro Model MR 43 Alat irigasi ini dilengkapi dengan selang air fleksibel atau selang air lunak, yang digulung dalam reel sepanjang 120 m. Selang air ini digulung dalam putaran dalam tempat gulungan reel secara otomatis, hose reel berputar stasioner menggulung selang kembali ke reel dekatmesin pompa - Boom Traveller.Tekanan air saat alat ini beroperasi berkisar antara 2-4 atmosfir tergantung tekanan di Rain-gun. Alat ini digerakkan dengan mesin Honda GX 160, pistol besar/jenis sprinkler adalah big gun sprinkler, ukuran nozel 9 mm, lebar area yang dibasahi sepanjang m, dengan aliran air sebesar L/menit, dalam tekanan 3,3-5.8 atmosfir, dengan diameter dan panjang selang adalah 43 mm dan 120 m, daerah irigasi per run ha dan tingkat aplikasi m / jam. Dengan daerah yang teririgasi 80% adalah %. Alat irrigasi ini sering digunakan dan efektif untuk mengairi kebun buah buahan atau perkebunan, tanaman hortikultura, padang rumput, tanaman pakan ternak, sayuran dan hampir semua tanaman pangan. Alat ini mudah dioperasikan dan bisa dipindah pindah dan sangat cocok untuk aplikasi air limbah organik untuk pemupukan. D. Cara Kerja Pelaksanaan Praktikum 1. Penetapan kebutuhan air dihitung dengan aplikasi Cropwat dengan data iklim dari Stasiun Sengkaling, Kecamatan Dau tahun 2006 dengan komoditas yang diirigasi adalah tanaman rumput (kedalaman perakaran 40 cm), jenis tanah alluvial dengan 3 P a g e J u r u s a n T a n a h F P U B
4 total ketersediaan air 200 mm/m, kecepatan infiltrasi maximum 12 mm/jam. Hasil simulasi aplikasi Cropwat tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan air tanaman rumput hasil simulasi Cropwat Catatan: Kebutuhan air untuk tanaman rumput dilihat pada kebutuhan air pada tanggal 9 dan 10 Mei ditentukan berdasarkan kebutuhan air irigasi pada tanggal 11 Mei. 2. Mengevaluasi tingkat kemerataan sistem irigasi spinkler dengan alat soft hose traveller. Evaluasi tingkat kemerataan dilakukan dengan memasang toples penampung air untuk menampung air curahan dari alat sprinkler. Skema peletakkan toples penampung disajikan pada Gambar 3 berikut. 4 P a g e J u r u s a n T a n a h F P U B
5 Gambar 3. Skema peletakan toples penampung air 3. Lakukan pengamatan bagian-bagian alat irrigasi Boom Traveller hingga anda mampu mengoperasikan dengan benar dan diskusi dengan instruktor. 4. Mengoperasikan alat irrigasi Boom Traveller. 5. Pengukuran "volume air" pada setiap toples penampung air. Volume air dalam tiap toples kemudian dikonversi menjadi "kedalaman air dengan rumus: Kedalaman air = volume air (cm 3 ) / luas area permukaan toples (cm 2 ). 6. Bandingkan volume air (kedalaman air) tertampung dengan jumlah air irigasi yang telah dihitung menggunakan CropWat dimana pada tanggal 11 Mei kebutuhan air irigasi adalah 62 mm. Apabila jumlah air tertampung masih lebih rendah dari kebutuhan air irigasi, maka tetapkan berapa kali alat irrigasi tersebut perlu dioperasikan agar terpenuhi kebutuhan air irrigasi sebanyak 62 mm? 7. Lakukan audit irigasi dengan cara evaluasi kinerja irigasi pada point F. 8. Buat laporan secara kelompok dari hasil praktikum ini. E. Evaluasi Kinerja Irigasi E.1. Pertimbangan Kinerja dan pengelolaan sistem irigasi harus diperiksa secara berkala. Hal ini penting untuk mengetahui karakteristik operasi dari sistem dan juga untuk menentukan apakah kinerja aktual sistem irigasi memenuhi standar yang telah ditetapkan. 5 P a g e J u r u s a n T a n a h F P U B
6 Banyak faktor yang berkontribusi terhadap kinerja sistem irigasi termasuk desain, pemilihan peralatan, fungsi peralatan, instalasi, pemeliharaan dan manajemen masalah. Sebagai contoh, kegagalan fungsi dari katup individu sprinkler dapat mempengaruhi kinerja sistem. Untuk itu evaluasi berkelanjutan mengenai sistem irigasi dipandang penting. Dalam kasus sistem irigasi sprinkler, penting untuk mempertimbangkan baik efektivitas sistem operasi pada setiap titik waktu dan pengelolaan irigasi selama waktu yang lebih lama, misalnya keseluruhan musim irigasi. Ada dua kategori dalam indikator kinerja irigasi, yaitu kategori yang mengevaluasi efektivitas aplikasi atau keseragaman sistem dan kategori yang mengevaluasi seberapa baik sistem dikelola dalam hal jumlah air yang diterapkan dibandingkan dengan jumlah yang seharusnya digunakan. Dua bacaan kinerja utama dalam audit irigasi tersebut akan memberikan gambaran tentang (1) tingkat rata-rata curahan air dari sistem irrigasi dan (2) pemerataan atau keseragaman aplikasi. Kedua hal tersebut adalah informasi penting untuk manajemen mutu sistem irigasi. E.2. Tingkat rata-rata curahan air dari sistem irigasi Tingkat dimana air diterapkan pada daerah irigasi penting karena dua alasan, yaitu air harus diterapkan tanpa adanya pemborosan dan tanpa limpasan. Untuk mencapai hal ini sistem irigasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga tingkat curah hujan lebih kecil dari laju infiltrasi tanah. Peran lain dari tingkat curahan air dari sistem irigasi adalah untuk mencapai target kedalaman air yang sebagai sasasaran irigasi. Tingkat curahan air dari sistem irigasi (kadar air jatuh ke tanah), dinyatakan dalam milimeter (kedalaman) per jam. Ini adalah tanggung jawab perancang sistem untuk memilih tingkat curah hujan yang sesuai dengan jenis tanah dan kondisi setempat. Hal ini memerlukan identifikasi jenis tanah, kondisi permukaan dan sifat infiltrasi tanah. peralatan Outlet (mis. sprinkler nozel) harus dipilih sehingga penyiram atau semprotan air sesuai dengan kebutuhan air irrigasi. Tingkat curahan air dari sistem irrigasi harus dirancang kurang dari laju infiltrasi tanah. Uji audit irigasi ini akan memberitahu kita rata-rata curahan air dari sistem irigasi aktual yang dicapai di lapangan di bawah kondisi operasi irigasi tertentu. Ini memberikan pengujian untuk sistem irigasi yang baru dan memberikan informasi yang akurat mengenai kinerja curahan air dari sistem irrigasi. 6 P a g e J u r u s a n T a n a h F P U B
7 E.3. Perhitungan rata-rata curahan air sistem irigasi Rata-rata curahan air sistem irigasi dihitung dengan rumus: dimana: PR (precipitation rate) : PR (mm/jam) = (V avg X 600) / (T X Ac) rata-rata curahan air (mm/jam) Vavg : volume rata-rata dari pembacaan toples penampung air (ml) T : waktu (menit) Ac : luas area tampungan air/toples (cm 2 ) E.4. Koefisien Keseragaman Tujuan Analisis Keseragaman Tujuan umum dari sistem irigasi adalah untuk memberikan jumlah yang seragam dan akurasi pemberian air ke zona akar tanaman. Efektivitas sistem sprinkler rumput tergantung pada penerapan air yang seragam.semprotan air dari sistem sprinkler tidak selalu seragam dalam proses irigasi. Tumpang tindih distribusi sprinkler juga bisa terjadi, oleh karena itu diperlukan informasi keseragaman. Koefisien Distribusi Keseragaman Untuk menetapkan keseragaman dapat dinyatakan dalam Koefisien Distribusi keseragaman (DU) yang membandingkan rata-rata 25% terendah dari pengujian dengan rata-rata dari semua bacaan. DU 100% akan menunjukkan bahwa aplikasi itu sempurna. Dalam prakteknya, hal ini tidak dapat terjadi. Secara umum sistem sprinkler minimal memiliki DU 75%. Nilai koefisien distribusi keseragaman dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: DU (%) = (d lq / d z ) x 100 dimana: dz : nilai rata-rata tingkat curahan air dari sistem irigasi (mm) : rata-rata terendah 25% dari pembacaan (mm) dlq Koefisien Keseragaman Christiansen (CU) Koefisien distribusi keseragaman lain yang direkomendasikan adalah Koefisien Keseragaman Christiansen (CU). Nilai CU dihitung dengan menentukan berapa banyak variasi (jika ada) untuk setiap lokasi pengukuran curahan air dari sistem irigasi. Variasi total dari rata-rata dihitung dengan menjumlahkan perbedaan, apakah di atas atau di bawah nilai rata-rata, dengan rumus: CU = [1 (Σ(Id i -d z I) / (n x d z ))] x 100% dz : nilai rata-rata rata-rata tingkat curahan air dari sistem irrigasi (mm) 7 P a g e J u r u s a n T a n a h F P U B
8 di n : kedalaman irigasi pada toples ke i (mm) : jumlah tempat toples Nilai CU 100% akan mewakili sebuah aplikasi seragam sempurna. Standar irrigasi menetapkan bahwa KKC lebih besar dari 84%. Irigasi Indeks - Ii (Tidak boleh lebih besar dari 1.0) Rasio kedalaman air diterapkan pada sebuah lokasi dibandingkan dengan kedalaman air yang yang dibutuhkan dari simulasi aplikasi CropWat. Dihitung dengan rumus: I i = kedalaman air aplikasi (mm)/kedalaman air yang dibutuhkan (mm) Profil Infiltrasi Gambar profil infiltrasi F. Tugas Mahasiswa Mahasiswa melakukan pengujian kemerataan irigasi sprinkler kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dan menuliskannya dalam bentuk laporan. Adapun pertanyaan yang harus terjawab setelah kegiatan praktikum adalah: 1. Apakah masalah yang ditemui selama kegiatan praktikum hubungannya dengan penggunaan metode irigasi sprinkler? 2. Berapa rata-rata curahan air (PR) dari sprinkler yang digunakan? 3. Berapa koefisien distribusi keseragamannya (DU)? 4. Berapa koefisien keseragaman Christiansennya (CU)? 5. Berapa nilai koefisien penjadwalan (SC) dan indek irigasinya (Ii)? G. Ketentuan Pengumpulan Laporan Laporan dikumpulkan pada saat kegiatan tutorial/praktikum minggu depan. Laporan dikoordinir dan dikumpulkan oleh ketua kelas kepada asisten praktikum. Keterlambatan pengumpulan tugas akan ada pengurangan nilai sesuai dengan peraturan yang telah dijelaskan diawal tutorial dan praktikum. Laporan ditulis tangan, gambar dan grafik dapat ditempel. Komponen penilaian tugas meliputi ketepatan waktu pengumpulan tugas dan kesesuaian dengan isi laporan. 8 P a g e J u r u s a n T a n a h F P U B
9 OUTLINE LAPORAN Nama : Nim : Kelas : Asisten : Lokasi Pengukuran : Waktu Pengukuran : Deskripsi Lokasi : Cara Kerja : Sketsa Penempatan Toples : Hasil dan perhitungan kinerja irigasi : 1. Tabel-tabel hasil pengukuran 2. Perhitungan-perhitungan o Precipitation Rate (PR) o Keseragaman distribusi (DU) o Christiansen Uniformity (CU) o Kedalaman Air Irigasi (Ii) o Profil Infiltrasi Pembahasan : Referensi : 9 P a g e J u r u s a n T a n a h F P U B
II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Irigasi Curah Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu metode pemberian air yang dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh
Lebih terperinciPEMBAHASAN Aspek Teknis
47 PEMBAHASAN Aspek Teknis PT. Gula Putih Mataram menggunakan sistem mekanisasi dalam kegiatan pengolahan lahan, hal ini menyebabkan dalam pelaksanaan pengolahan tanah sangat tergantung pada kondisi tanah.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan di lahan perkebunan tebu milik PT. Laju Perdana Indah (LPI), Palembang, Sumatera Selatan. Tempat ini berada pada elevasi
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM
I. TINJAUAN PUSTAKA Penetapan Kebutuhan Air Tanaman (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM 2.1.2 Ekologi Nenas Sunarjono (2004) menyatakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu
3 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu Tebu (Sacharum officinarum L.) termasuk ke dalam golongan rumputrumputan (graminea) yang batangnya memiliki kandungan sukrosa yang tinggi sehinga dimanfaatkan sebagai bahan
Lebih terperinciIRIGASI DARI MASA KE MASA DALAM KAITANNYA DENGAN PERANCANGAN. Bahan kuliah minggu I PENDAHULUAN
IRIGASI DARI MASA KE MASA DALAM KAITANNYA DENGAN PERANCANGAN Bahan kuliah minggu I PENDAHULUAN PENGANTAR INDONESIA TERLETAK DI WILAYAH MUSON TROPIS KEBERADAAN AIR SANGAT KHAS (I) HUJAN BANYAK JATUH PADA
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Air Jurusan Teknik Pertanian. Dan Lahan Parkir Jurusan Teknik Pertanian di
17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Sumberdaya Lahan dan Air Jurusan Teknik Pertanian. Dan Lahan Parkir Jurusan Teknik Pertanian di
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kadar Air Tanah Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon maupun tanaman semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung
III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan. Waktu yang relatif lama ini sangat memegang
Lebih terperinciSprinkler Tipe BIR Versi 1 Teknologi Tepat, Investasi Hemat
Tipe BIR Versi 1 Teknologi Tepat, Investasi Hemat KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR Teknologi Tepat Pada Lahan Kering Pemanfaatan
Lebih terperinciθ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)
7 Persamaan-persamaan tersebut kemudian dikonversi menjadi persamaan volumetrik (Persamaan 5) yang digunakan untuk mendapatkan nilai kadar air tanah dalam % volume. 3.3.5 Pengukuran Curah Hujan dan Tinggi
Lebih terperinciIRIGASI AIR TANAH DALAM / IRIGASI TEKANAN/POMPA
IRIGASI AIR TANAH DALAM / IRIGASI TEKANAN/POMPA IRIGASI AIR TANAH DALAM LATAR BELAKANG Kekeringan yang menyebabkan terjadinya kegagalan usaha pertanian, perkebunan, dan peternakan adalah penyebabnya. Menyadari
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Agustus 2012 pada lahan
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Agustus 2012 pada lahan pertanaman Nanas ( Ananas comusus ) di lokasi 110A PG 2 PT Great
Lebih terperinciTUGAS AKHIR DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA
TUGAS AKHIR DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA Latar Belakang Pembangunan perumahan Graha Natura di kawasan jalan Sambikerep-Kuwukan,
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Genangan merupakan dampak dari ketidakmampuan saluran drainase menampung limpasan hujan. Tingginya limpasan hujan sangat dipengaruhi oleh jenis tutupan lahan pada
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar
Lebih terperinciPengelolaan Air Tanaman Jagung
Pengelolaan Air Tanaman Jagung M. Aqil, I.U. Firmansyah, dan M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Salah satu upaya peningkatan produktivitas guna mendukung program pengembangan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air
TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi komoditas pertanian pangan di kawasan budiddaya di Kecamatan Pasirjambu, analisis evaluasi RTRW Kabupaten Bandung terhadap sebaran jenis pertanian
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 77/Permentan/OT.140/12/2012
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 77/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SISTEM INFORMASI HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa hortikultura merupakan komoditas
Lebih terperinciX.156 PENGEMBANGAN MODEL NERACA AIR LAHAN KERING BERIKLIM KERING UNTUK PENGEMBANGAN PETERNAKAN
X.156 PENGEMBANGAN MODEL NERACA AIR LAHAN KERING BERIKLIM KERING UNTUK PENGEMBANGAN PETERNAKAN Dr. Ir. Popi Rejekiningrum, MS Dr. Ir. Budi Kartiwa, CESA Nurwindah Pujilestari, S.Si., M.Si. Kharmila Sari
Lebih terperinciPERSYARATAN JARINGAN DRAINASE
PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari pencurah bertekanan sedang sebanyak 283 data. Data tersebut diperoleh dari penelusuran informasi melalui internet maupun perusahaan tertentu yang menjual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit sebagai salah satu agribisnis unggulan di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri kelapa sawit yang cukup pesat telah menjadikan industri kelapa sawit sebagai salah satu agribisnis unggulan di Indonesia. Pengembangan komoditas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun
Lebih terperinciKajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan
Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan Uyu Saismana 1, Riswan 2 1,2 Staf Pengajar Prodi Teknik Pertambangan,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Embung Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang berada di bagian hulu. Konstruksi embung pada umumnya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air
BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi
BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN EFISIENSI PENGGUNAAN AIR IRIGASI AIR TANAH (IRIGASI MIKRO)
EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN EFISIENSI PENGGUNAAN AIR IRIGASI AIR TANAH (IRIGASI MIKRO) Desember 2011 KATA PENGANTAR Executive Summary ini merupakan ringkasan dari Laporan Akhir kegiatan Pengkajian Efisiensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perdagangan buah tropika dunia. Berdasarkan hasil statistik tahun 2000,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Produksinya mencapai 20% produksi buah tropika dunia. Nanas mendominasi perdagangan buah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dari komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia selain padi dan jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki arti penting
Lebih terperinciPENGAIRAN TANAMAN JAGUNG
PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PENGAIRAN Tujuan peembelajaran
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLipDESA RINBESIHAT KECAMATAN TASIFETO BARAT KABUPATEN BELU. (Senin, 18 Mei 2015) Disusun oleh:
LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLipDESA RINBESIHAT KECAMATAN TASIFETO BARAT KABUPATEN BELU (Senin, 18 Mei 2015) Disusun oleh: TIM KEM RINBESIHAT Kupang, 18 Mei 2015 1. SITUASI AWAL KAWASAN NO ITEM
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun 1990 1996, perubahan penggunaan lahan menjadi salah satu penyebab yang meningkatkan debit puncak dari 280 m 3 /det menjadi 383
Lebih terperinciVI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK
VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi
Lebih terperinciPERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU. Aditya Ayuningtyas
PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU Aditya Ayuningtyas Latar Belakang SP 3 Distrik 2 Nglobo Ledok PT.Pertamina EP Field Cepu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia (Sunaryo dkk., 2004).
TINJAUAN PUSTAKA Irigasi Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, yakni demi peradaban manusia. Bahkan dapat dipastikan, tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten
Lebih terperinciDrainase Lapangan Olahraga
Drainase Lapangan Olahraga Pendahuluan Sistem drainase untuk lapangan olah raga bertujuan untuk mengeringkan lapangan agar tidak terjadi genangan air bila terjadi hujan, karena bila timbul genangan air
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,
BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Seperti yang telah dijelaskan pada bab I dan II bahwa penelitian studi kapasitas infiltrasi menggunakan metode Horton hal ini disebabkan karena data
Lebih terperinciALAT ALAT PENGUKUR HUJAN
ALAT ALAT PENGUKUR HUJAN Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, alat pengukur hujan ada 2 macam yaitu alat pengukur hujan manual dan alat pengukur hujan otomatis. 1. MANUAL (non-recording) Penakar
Lebih terperinciBAB III Hasil Percobaan dan Pembahasan. VI = = = 11 m
BAB III Hasil Percobaan dan Pembahasan 3.1 Hasil Percobaan Tugas Praktikum : 1. Tentukan jumlah teras yang dapat dibuat pada suatu lahan apabila diketahui data sebagai berikut : panjang lereng 200 m, kemiringan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian dan Laboratorium Ilmu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari Kementerian Pertanian menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari (RPL).
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air.
TINJAUAN PUSTAKA Irigasi Tetes Irigasi tetes adalah suatu metode irigasi baru yang menjadi semakin disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air. Irigasi tetes merupakan metode
Lebih terperinciTUGAS TERSTRUKTUR II IRIGASI DAN DRAINASE : Neraca Air Tanah
TUGAS TERSTRUKTUR II IRIGASI DAN DRAINASE : Neraca Air Tanah Nama : Sonia Tambunan NIM : 105040201111171 Kelas : I UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG 2012 Sonia
Lebih terperinciKAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN
Spectra Nomor 11 Volume VI Januari 008: 8-1 KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Ibnu Hidayat P.J. Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian
Lebih terperinci3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa
3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. (a)
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian mengenai ini dilakukan di tiga lokasi lapangan bola yang dipakai dalam Kompetisi Liga Super (Gambar 10) yaitu Stadion Singaperbangsa yang
Lebih terperinciHUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN
MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2012) TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami proses-proses aliran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk
62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan
Lebih terperinciIRIGASI PERMUKAA (Surface Irrigation) Dr.Ir.Sugeng Prijono, MS Komponen Yang Umum Metode Irigasi (Irrigation methods) Satuan Irigasi (Irrigation units) Jaringan Irigasi (Irrigation system) Sistem Drainase
Lebih terperinciSurface Runoff Flow Kuliah -3
Surface Runoff Flow Kuliah -3 Limpasan (runoff) gabungan antara aliran permukaan, aliran yang tertunda ada cekungan-cekungan dan aliran bawah permukaan (subsurface flow) Air hujan yang turun dari atmosfir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga
Lebih terperinciKAJIAN KERAGAAN JARINGAN SERTA PENENTUAN WAKTU DAN JUMLAH PEMBERIAN AIR PADA SISTEM IRIGASI MIKRO SPRAY Dl PT INTIDAYA AGROLESTARI, BOGOR
KAJIAN KERAGAAN JARINGAN SERTA PENENTUAN WAKTU DAN JUMLAH PEMBERIAN AIR PADA SISTEM IRIGASI MIKRO SPRAY Dl PT INTIDAYA AGROLESTARI, BOGOR Oleh Sri Ovie Mutiaresmi F 29.0354 1997 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan
PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan bertopografi miring diperlukan kajian yang
Lebih terperincistabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu
PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini mempunyai arti penting
Lebih terperinciIRIGASI TETES (DRIP IRRIGATION) Dr.Ir. Sugeng Prijono, MS Irigasi Tetes Definisi: suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring ke dalam tanah melalui suatu pemancar (emiter / dripper) Debit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peranan air dalam kehidupan sangat besar karena air merupakan sumber
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan air dalam kehidupan sangat besar karena air merupakan sumber kehidupan. Kehidupan tidak mungkin berfungsi tanpa adanya air. Air yang berasal dari hujan merupakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Irigasi Curah Irigasi curah atau siraman (sprinkler) adalah metode penggunaan air terhadap permukaan tanah dalam bentuk percikan, seperti hujan biasa. Metode pemberian air ini dimulai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari
Lebih terperinciPENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)
PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) OLEH M. ARIEF INDARTO 0810212111 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung
Lebih terperinciTUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2)
TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2) Nama : Sonia Tambunan NIM : 105040201111171 Kelas : I UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang
Lebih terperinciGambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting
Dari hasil analisi sensitivitas, maka diketahui bahwa air merupakan paremater yang paling sensitif terhadap produksi jagung, selanjutnya berturut-turut adalah benih, pupuk, penanganan pasca panen, pengendalian
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi
BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bandung, Desember 2012 Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air. Ir. Bambang Hargono, Dipl. HE, M.Eng NIP:
KATA PENGANTAR Pengembangan lahan non padi di Indonesia belum sepenuhnya dapat didukung dengan jaringan irigasi yang memadai dan mempunyai efisiensi irigasi yang diharapkan, namun demikian akhir-akhir
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tata Guna Lahan Tata guna lahan merupakan upaya dalam merencanakan penyebaran penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang pengembangannya sangat besar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Hidram Pompa merupakan salah satu jenis alat yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya
Lebih terperinciMahasiswa diharapkan mampu menjelaskan peranan sumberdaya dalam pertanian dan permasalahannya
Peranan sumberdaya dalam Pertanian Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan peranan sumberdaya dalam pertanian dan permasalahannya Sumberdaya Pertanian : Sumberdaya Alam Modal Sumberdaya Manusia Manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air bersih atau air tawar merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang mutlak di samping energi dan bahan pangan. Tanpa ketiganya manusia tidak akan bisa hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang merupakan himpunan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kajian Geoteknik Analisis kemantapan lereng keseluruhan bertujuan untuk menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada sudut dan tinggi tertentu. Hasil dari analisis
Lebih terperinciPENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan
PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung
Lebih terperinciUtilization of Portable Sprinkle Irrigation System for Pakcoy (Brassica juncea L.): Case of Marga Agung, Jati Agung, Soth Lampung Regency
APLIKASI IRIGASI PORTABLE SPRINKLER PADA TANAMAN PAKCOY (BRASSICA JUNCEA L.) DI DESA MARGA AGUNG KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN Utilization of Portable Sprinkle Irrigation System for Pakcoy (Brassica
Lebih terperinciSISTEM IRIGASI PADA LAHAN KERING (TANAH PASIR) STUDI KASUS: ARAB SAUDI. Farida Ery
SISTEM IRIGASI PADA LAHAN KERING (TANAH PASIR) STUDI KASUS: ARAB SAUDI Farida Ery PENDAHULUAN Irigasi merupakan sistem yang sudah ada sejak jaman kuno: - Irigasi telah dikenal masyarakat Babilonia pada
Lebih terperinciJurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : , 2018 e-issn:
PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM IRIGASI BIG GUN SPRINKLERR DAN BAHAN ORGANIK TERHADAP KELENGASAN TANAH DAN PRODUKSI JAGUNG DI LAHAN KERING Effects of Implementation of Big Gun Sprinkler Irrigation System
Lebih terperinciDaya Dukung Produk Samping Tanaman Pangan sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Daerah Sentra Ternak Berdasarkan Faktor Konversi
Daya Dukung Produk Samping Tanaman Pangan sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Daerah Sentra Ternak Berdasarkan Faktor Konversi Daya Dukung Produk Samping Tanaman Pangan sebagai Pakan Ternak Ruminansia
Lebih terperinciLaporan Akhir I - 1 SUMBER DAYA AIR
I - 1 SUMBER DAYA AIR Latar Belakang Irigasi Mikro untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Air adalah unsur utama agar tanaman dapat hidup, bahkan 85-90% dari bobot sel-sel dan jaringan tanaman adalah
Lebih terperinciLampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000
LAMPIRAN 27 Lampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000 28 Lampiran 2. Perhitungan evapotranspirasi acuan 29 Lampiran 3. Perhitungan curah hujan efektif 30 Lampiran 4. Perhitungan kebutuhan air
Lebih terperinciMENGENAL DAN MERAWAT MESIN PENYEMPROT
MENGENAL DAN MERAWAT MESIN PENYEMPROT Pada budidaya tanaman untuk mengendalikan gulma, hama dan penyakit tanaman umumnya digunakan pestisida berbentuk cair dan tepung. Untuk mengaplikasikannya pestisida
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Indonesia jika ditinjau dari ketersediaan air termasuk dalam 10
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia jika ditinjau dari ketersediaan air termasuk dalam 10 negara kaya air, walaupun demikian hasil kajian tentang kondisi air global pada forum air dunia
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENGELOLAAN & PANEN AIR HUJAN (MK. Manajemen Agroekosistem, smno.jurtnh.fpub.2013)
TEKNOLOGI PENGELOLAAN & PANEN AIR HUJAN (MK. Manajemen Agroekosistem, smno.jurtnh.fpub.2013) Prinsip-prinsip Panen Air Hujan Pemanenan-air-hujan dalam makna yang luas dapat didefinisikan sebagai kegiatan
Lebih terperinciPERENCANAAN SISTEM DRAINASE STADION BATORO KATONG KABUPATEN PONOROGO
PERENCANAAN SISTEM DRAINASE STADION BATORO KATONG KABUPATEN PONOROGO OLEH : YUSMAN RUSYDA HABIBIE NRP : 3110100017 DOSEN PEMBIMBING : Dr.Techn. UMBORO LASMINTO, ST.M.Sc YANG RATRI SAVITRI, ST.MT 1 Latar
Lebih terperinci125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng
124 Bab VI Kesimpulan Lokasi penelitian, berupa lahan pertanian dengan kondisi baru diolah, tanah memiliki struktur tanah yang remah lepas dan jenis tanah lempung berlanau dengan persentase partikel tanah
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni
Lebih terperinciSkema umum jaringan irigasi curah diperlihatkan pada Gambar 2. Hydrant. Gambar 2. Skema jaringan irigasi curah (Prastowo, 2002).
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Irigasi Curah Irigasi curah (sprinkle irrigation) disebut juga overhead irrigation karena pemberian air dilakukan dari bagian atas tanaman terpancar menyerupai curah hujan (Prastowo,
Lebih terperinci