D. Teknik Penyamakan Kulit Ikan
|
|
- Glenna Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 D. Teknik Penyamakan Kulit Ikan 1. Teknik Pengawetan Kulit mentah adalah kulit yang didapat dari hewan dan sudah dilepas dari tubuhnya (Anonim, 1996a). Kulit segar yang baru lepas dari tubuh hewan mudah sekali mengalami pembusukan, karena kulit tersebut merupakan media yang sangat baik untuk berkembang biaknya mikroorganisme terutama bakteri pembusuk (Wibowo, dkk., 1995 cit. Rahmad, 2004). Kulit setelah dilepas dari tubuh hewan dapat langsung disamak atau diproses, namun karena letak dan tempat pengambilan kulit hewan tidak selalu berdekatan dengan tempat penyamakan maka kulit akan mengalami penundaan waktu sebelum proses penyamakan (Purnomo, 1985). Kualitas kulit mentah merupakan salah satu faktor penentu kualitas kulit tersamak. Kerusakan pada kulit mentah dapat diklasifikasikan dalam dua golongan, yaitu kerusakan ante mortem dan post mortem. Kerusakan ante mortem yaitu kerusakan yang terjadi pada waktu hewan hidup, misalnya karena parasit, penyakit, umur tua, atau sebabsebab mekanik. Kerusakan post mortem adalah kerusakan yang terjadi setelah hewan mati, misalnya karena penanganan yang buruk, pengulitan yang buruk, pengawetan yang tidak efisien, mikroorganisme, atau serangga (Judoamidjojo, 1982). Kulit ikan pari dalam keadaan mentah yang disimpan pada suhu kamar hanya dapat bertahan sampai lima jam, sedangkan kulit ikan pari yang disimpan pada suhu rendah 5 o C dapat bertahan sampai 12 hari dan pada hari ke-14 sudah membusuk secara organoleptik (Tazwir, dkk., 1991). Supaya kulit mentah dapat disimpan lama, maka perlu segera dilakukan usaha-usaha pengawetan (Anonim, 1996a). Pengawetan kulit bertujuan untuk melindungi kulit terhadap serangan bakteri, jamur, dan serangga yang menyebabkan terjadinya pembusukan dan kerusakan (Aten, et al., 1955). Setiap penundaan waktu pengawetan akan mengakibatkan kerusakan akibat mikroorganisme, yang berarti penurunan efisiensi proses pengawetan (Anonim, 1980). Prinsip dari pengawetan kulit adalah mengurangi kadar air yang terkandung di dalam kulit, menempatkan kulit dalam situasi yang asam, dan meracuni kulit (Aten, et al., 1955). Meracuni kulit dimaksudkan adalah membunuh atau mencegah pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme yang dapat dilakukan dengan menambah obat tertentu. Obat yang dipakai untuk meracuni kulit dinamakan hide poison atau racun kulit. Obat yang banyak digunakan sebagai hide poison atau racun kulit pada pengawetan kulit di Indonesia adalah natrium arsenat (Na 2 AS 2 O 3 ), namun karena penggunaan natrium arsenat yang sudah sangat dibatasi, maka dapat dipakai obat lain misalnya cortimol (Anonim, 1981 cit. Sugiyono, 1988). Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 11 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
2 Antimikrobia adalah substansi yang membunuh atau menghambat pertumbuhan mikrobia seperti bakteri (aktivitas anti bakteri), jamur (aktivitas anti jamur), virus (aktivitas anti anti virus), atau parasit (aktivitas anti parasit) (Anonim, 2007a). Menurut Anonim (2007b) antimikrobia merupakan agensia dengan efek tertentu, yaitu membunuh atau menekan perkembangbiakan dan pertumbuhan mikroorganisme. Antimikrobia ini bekerja membunuh mikrobia, mencegah perkembangbiakan mikrobia, atau menghambat aksi patogenik dari mikrobia tersebut. N-dimethyldithiocarbamate adalah senyawa kimia yang terdapat pada salah satu jenis obat yang digunakan pada industri kulit sebagai antimikrobia dengan merek dagang Cortimol. Cortimol dapat digunakan pada semua jenis kulit untuk mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh mikrobia. Cortimol sangat efektif untuk mencegah pertumbuhan mikrobia, selain itu cortimol juga melindungi stok kulit dari kerusakan yang bersifat irreversible akibat aksi mikrobia, misalnya kerusakan yang terjadi akibat proses pengawetan yang kurang tepat maupun pada saat penyimpanan kulit. Penambahan cortimol dapat membantu keadaan tidak menjadi lebih buruk terutama pada kelanjutan proses yang akan dilakukan berikutnya (Anonim, 1998). Pengawetan kulit yang berhasil baik dapat memperlihatkan bahwa semua jaringan kulit yang bermanfaat untuk proses penyamakan berikutnya dapat dipertahankan dan tidak mengalami perubahan yang berarti (Djojowidado, dkk., 1979). Beberapa cara pengawetan kulit mentah, antara lain: a. Pengawetan dengan pengeringan. Pengawetan kulit mentah dengan pengeringan banyak dilakukan di daerah tropis seperti Indonesia yang hampir sepanjang tahun mendapat sinar matahari. Pengeringan merupakan metode pengawetan yang paling mudah dilakukan. Pengawetan dengan cara ini biasanya dilakukan terhadap kulit hewan besar seperti sapi dan kerbau, namun terhadap kulit kecil seperti kambing, domba, reptil, dan ikan pada umumnya digunakan cara pengawetan penggaraman (Tambunan, 1992). Pengawetan kulit dengan pengeringan tidak boleh dilakukan terlalu cepat karena akan menyebabkan zat-zat kulit pada lapisan luar mengering terlebih dahulu dan berubah menjadi gelatin sehingga menghalangi penguapan air dari lapisan kulit bagian dalam. Akibatnya lapisan kulit bagian dalam tidak dapat kering dan akan menimbulkan pembusukan pada kulit mentah yang sudah diawetkan, sebaliknya pengeringan yang terlalu lambat akan menyebabkan kulit menjadi busuk karena mikrobia tetap dapat hidup dan berkembang pada kadar air yang terlalu tinggi dalam kulit (Anonim, 1996a). b. Pengawetan dengan pengasaman/pickling. Pengawetan dengan cara pengasaman yaitu dengan merendam kulit pada larutan asam. Prinsipnya bahan kimia yang bersifat asam dalam proses ini akan menyebabkan mikrobia tidak dapat tumbuh dan Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 12 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
3 merusak kulit. Kulit yang telah mengalami pengasaman akan tahan disimpan hingga proses penyamakan selanjutnya (Purnomo, 1985). c. Pengawetan dengan penggaraman. Pengawetan penggaraman dibagi dua yaitu penggaraman kering (Dry Salting) dan penggaraman basah (Wet Salting). Penggaraman kering merupakan pengawetan yang mengkombinasikan antara penggaraman dan pengeringan di bawah matahari, sedangkan penggaraman basah dapat dilakukan dengan larutan garam jenuh maupun garam kristal. Keuntungan dari pengawetan penggaraman adalah prosesnya tidak tergantung dari panasnya sinar matahari, proses perendaman (soaking) tidak memerlukan waktu lama, dan bahaya kerusakan protein hanya sedikit jika dibandingkan dengan pengawetan pengeringan (Anonim, 1996a). Garam berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri yang terdapat dalam tubuh ikan. Garam dalam larutan akan terurai menjadi bentuk ion-ion, yaitu Na + dan Cl - yang akan mengganggu mikrobia, terutama bakteri secara fisik dan fisiologis. Ion Na + akan menyebabkan perubahan tekanan osmotik antara di luar dan di dalam membran plasma sel bakteri. Air di dalam membran akan tertarik ke luar dan akhirnya menjadi lisis sehingga pertumbuhan bakteri terhambat. Ion Cl - menyebabkan penurunan daya larut oksigen sehingga kebutuhan oksigen oleh bakteri menjadi terbatas dan akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhannya (Junianto, 2003). Garam jenuh merupakan salah satu alternatif bahan pengawet yang efektif, efisien dan ekonomis. Garam jenuh (NaCl) mempunyai aksi bakteriostatik dan bakterisidal sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri bahkan mematikannya. Garam jenuh (NaCl) juga mempunyai aksi pengawetan yaitu dengan merubah kondisi protein-protein dan enzim-enzim sedemikian rupa sehingga enzim-enzim kehilangan kemampuannya untuk mengurai protein (Zaitzev et al., 1969) Pengawetan kulit dengan larutan garam jenuh dapat menghambat kerusakan kulit baik karena pengaruh luar (misalnya kontaminasi bakteri) maupun dari dalam kulit, misalnya karena aktivitas enzim. Bakteri yang mampu hidup adalah bakteri halofilik yang mampu hidup pada kadar garam tinggi (Miwada, 2001) 2. Teknik Penyamakan Proses penyamakan bertujuan untuk merubah kulit mentah yang bersifat mudah rusak oleh aktivitas mikrobia, kimia, atau fisika menjadi kulit tersamak yang lebih tahan terhadap pengaruh-pengaruh tersebut. Mekanisme penyamakan adalah memasukkan Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 13 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
4 bahan penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga terjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dengan serat kulit (Purnomo, 1991). Proses penyamakan secara garis besar dibagi menjadi empat bagian yaitu: a. Pra penyamakan. Tahap pra penyamakan berfungsi untuk menyiapkan kondisi kulit agar siap disamak. Substansi-substansi kulit diaktifkan dan dikondisikan agar reaktif terhadap bahan penyamak. Tahap pra penyamakan juga disebut Tahap Rumah Basah (Beam House) karena berlangsung dalam lingkungan serba basah. Tahap Rumah Basah (Beam House) terdiri dari 7 proses diantaranya yaitu: perendaman (soaking), pengapuran (liming), pembuangan daging (fleshing), pembuangan kapur (deliming), pengikisan protein (bating), & pengasaman (pickling) (Purnomo, 1985). b. Penyamakan. Penyamakan kulit bertujuan untuk mengubah sifat kulit yang tidak stabil menjadi stabil terhadap perlakuan-perlakuan tertentu seperti adanya aksi mikrobia, zat kimia, dan perlakuan fisik (Purnomo, 1985). c. Pasca penyamakan. Tahap pasca penyamakan terdiri dari beberapa proses diantaranya yaitu: penyamakan ulang, peminyakan, dan pengecatan dasar. Penyamakan ulang bertujuan untuk menyempurnakan proses penyamakan dan mengisi kulit agar memiliki pegangan yang baik. Peminyakan bertujuan untuk memasukkan minyak ke dalam struktur kulit, sehingga tidak terjadi penempelan serat yang satu dengan serat yang lain. Pengecatan dasar bertujuan memberikan warna dasar pada kulit sesuai dengan yang diinginkan (Purnomo, 2002). d. Penyelesaian. Tahap penyelesaian (finishing) terdiri dari beberapa proses diantaranya yaitu: pengeringan, pementangan, pelemasan dan pengampelasan. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam kulit. Pementangan bertujuan untuk merentangkan kulit sehingga dicapai luasan kulit yang maksimal dengan kondisi yang rata. Pelemasan bertujuan untuk menjadikan kulit lebih lemas dengan cara menggosok-gosokkan kulit bagian daging pada papan staking. Pengampelasan dilakukan pada bagian sisik dan daging. Pengampelasan bagian sisik bertujuan memperhalus permukaan sisik dan menghilangkan serabut yang masih ada, sedangkan pengampelasan bagian daging bertujuan untuk menghaluskan serabut-serabut yang timbul akibat proses pelemasan kulit (Purnomo, 2002). Secara komprehensif proses penyamakan kulit ikan meliputi 19 tahapan proses sebagai berikut (Gambar 4-12). a. Pencucian kulit (Washing). Tahap ini bertujuan untuk membersihkan sisa daging, lemak, darah, dan kotoran yang masih melekat pada kulit. b. Pembuangan daging (Fleshing). Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan sisa daging yang terdapat pada kulit karena akan menghalangi masuknya bahan kimia ke dalam penampang kulit (Anonim, 1996a). Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 14 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
5 c. Penimbangan (Weighing). Tahap ini bertujuan untuk menentukan banyaknya bahan kimia yang digunakan. d. Perendaman (Soaking). Tahap ini bertujuan untuk mengembalikan kandungan air yang hilang selama pengulitan dan pengawetan awal kulit mentah, serta membersihkan kulit dari residu bahan-bahan kimia yang digunakan selama proses pengawetan (Purnomo, 2002). Bahan yang digunakan: air 600 %; wetting agent (Teepol) 0,5%; soda abu 0,2%; dan antimikrobia 0,1%. e. Pengapuran (Liming). Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan jaringan epitel dan membengkakkan kulit. Bahan yang digunakan: air 400 %; Na 2 S 2% dan kapur 6%. f. Penyikatan (Brushing). Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan sisik/lapisan pelapis manik-manik agar bahan-bahan penyamak dapat masuk dengan baik dan rata. g. Pembuangan Kapur (Deliming). Tahap ini bertujuan untuk menetralisir kapur dalam kulit agar tidak mengganggu proses penyamakan selanjutnya. Bahan yang digunakan: air 400%; ZA 2%; dan FA 0,5%. h. Pengikisan Protein (Bating). Tahap ini bertujuan untuk membuang protein nonkolagen dalam kulit dengan menggunakan Oropon OR 4%, sehingga kulit menjadi lebih lemas. i. Pembuangan Lemak (Degreasing). Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan lemak pada kulit sehingga bahan kimia lebih mudah masuk ke dalam penempang kulit. Bahan yang digunakan Teepol 1%. j. Pengasaman (Pickling). Tahap ini bertujuan untuk mengasamkan kulit sehingga menghentikan bekerjanya enzim protease dan mempersiapkan kulit agar siap disamak. Penggunaan garam bertujuan untuk mencegah pembengkakkan dan kerusakan kulit akibat pemberian asam. Bahan yang digunakan: air 200%; garam 17%; minyak non-ionic 0,5%; FA 1%; dan asam sulfat 1,5%. k. Penyamakan (Tanning). Tahap ini bertujuan untuk memasukkan bahan penyamak ke dalam kulit dan mengusahakan agar terjadi ikatan kimia antara jaringan serat kulit dengan bahan penyamak yang ditambahkan (Untari, 2000). l. Penyamakan Ulang (Retanning). Tahap ini dilakukan untuk menyempurnakan proses penyamakan sebelumnya, sehingga diharapkan dengan penyamakan ulang kulit menjadi lebih lemas (Untari, 2000). m. Peminyakan (Fat Liquoring). Tahap ini bertujuan untuk melicinkan serat-serat kulit sehingga kulit mempunyai ketahanan fisik yang baik, menjaga agar serat kulit tidak lengket satu dengan lainnya dan memperkecil daya serap kulit (Purnomo, 1992). n. Pengeringan (Drying). Tahap ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam kulit (Purnomo, 1985). o. Pelemasan (Stacking). Tahap ini bertujuan untuk mencapai kelemasan kulit sesuai yang diinginkan dan untuk memperoleh tambahan luas kulit (Purnomo, 1985). Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 15 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
6 p. Pengampelasan (Buffing). Tahap ini bertujuan untuk meratakan dan menipiskan kulit sesuai dengan ketebalan yang dikehendaki dan untuk membuat mutiara pada rajah kulit lebih halus (Untari, 2000). q. Pembasahan Kembali (Wetting Back). Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan proses pengecatan dasar sehingga cat dasar dapat masuk ke dalam kulit secara merata (Untari, 2000). r. Pewarnaan Dasar (Dyeing). Tahap ini bertujuan untuk memberikan warna dasar pada kulit tersamak seperti yang diinginkan sehingga penampilan kulit akan lebih indah (Untari, 2000). s. Pengecatan Tutup (Finishing). Tahap ini berfungsi untuk menutup cat yang ada misalnya warna permukaan yang tidak rata, serta meningkatkan daya kilapnya (Purnomo, 2002). Kulit Ikan Segar Pencucian Kulit Segar Perendaman dalam Larutan Garam Jenuh 5 hari & Antiseptik 10 menit Pembuangan Daging Kulit Penimbangan Kulit Perendaman dalam Larutan Tepol (0,5% tepol + 0,2% kaporit + 0,2% natrium karbonat + 600% air) Penyesetan Daging Kulit Pengapuran (air 400% + 2% Na 2 S + kapur 6%) Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 16 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
7 Lanjutan Pembuangan Kapur & Pengapuran Ulang Penghilangan Protein (4% oropon, OR) Penghilangan Lemak (1% tepol) Penyamakan (0,5% katalix-u + 1,5% natrium bikarbonat + bahan penyamak) Mineral Alami/ nabati Sintetis Penyamakan Ulang (200% air + : 10% formalin, 10% syntan & 20% mimosa) Peminyakan (200% air suhu 60 0 C + larutan sulfonasi suhu 80 0 C + 1% asam semut katalix-u + 1,5% natrum bikarbonat) Pemeraman Perenggangan Pengeringan Perenggangan Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 17 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
8 Lanjutan Pengampelasan Pembasahan Kulit (400 air suhu 40 0 C + 0,5% ammonia + 1% tepol) Pengecatan Dasar (200 air suhu 40 0 C + 0,5% ammonia + 1% cat dasar + 3% minyak sulfonasi + 1% asam semut + 0,1% antimould) Pemeraman Pengeringan Perenggangan Pengkilapan (super thinner + lack netral) Produk Komersial 1. Sepatu pria & wanita 2. Tas pria & wanita 3. Dompet pria & wanita 4. Ikat pinggang 5. Gantungan kunci, dll. Penyetrikaan Kulit Kulit Jadi / Tersamak Pengolahan Produk Kulit Uji Mutu (SNI) 1. Kekuatan tarik 2. Kekutan sobek 3. Kemuluran 4. Kelemasan 5. Suhu kerut 6. Kadar lemak/minyak 7. Kadar air 8. Lain-lain Gambar Tahapan proses penyamakan kulit ikan Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 18 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK NABATI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT KAKAP MERAH TERSAMAK
KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK NABATI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT KAKAP MERAH TERSAMAK Oleh: Melawati Susanti 1), Latif Sahubawa 1), Iwan Yusuf 1), Abstrak Kulit ikan kakap merah mempunyai
Lebih terperinciPENYAMAKAN KULIT. Cara penyamakan melalui beberapa tahapan proses dan setiap tahapan harus berurutan tidak bisa di balak balik,
PENYAMAKAN KULIT Suatu kegiatan untuk mengubah kulit yang sifatnya labil menjadi kulit yang sifatnya stabil, yaitu dengan cara menghilangkan komponen-komponen yang ada didalam kulit yang tidak bermanfaat
Lebih terperinciALUR PROSES PENYAMAKAN
PENYAMAKAN KULIT Suatu kegiatan untuk mengubah kulit yang sifatnya labil menjadi kulit yang sifatnya stabil, yaitu dengan cara menghilangkan komponen-komponen yang ada didalam kulit yang tidak bermanfaat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Komoditas kulit digolongkan menjadi dua golongan yaitu : (1) kulit yang berasal dari binatang besar (hide) seperti kulit sapi, kulit kerbau, kulit kuda, kulit banteng, kulit
Lebih terperincireversible yaitu kulit awetan harus dapat dikembalikan seperti keadaan semula (segar). Untari, (1999), mengemukakan bahwa mikro organisme yang ada pad
METODA PENGAWETAN KULIT BULU (FUR) KELINCI REX DENGAN CARA PENGGARAMAN KERING (DRY SALTING) ROSSUARTINI DAN R. DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Berbagai metoda pengawetan
Lebih terperinciMateri-1. PENGANTAR Manik-manik
Materi-1. PENGANTAR Manik-manik JENIS IKAN PARI DENGAN KULIT PUNGGUNG YANG MEMILIKI MANIK-MANIK DAN MUTIARA I. PENDAHULUAN A. POTENSI PERIKANAN LAUT 1. POTENSI LESTARI (MSY) = 6,4 JUTA TON/THN. 2. POTENSI
Lebih terperinciPENGGUNAAN AIR PADA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT Sumber Air Yang Digunakan Pada Industri Penyamakan Kulit
BAB IV PENGGUNAAN AIR PADA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 4.1. Sumber Air Yang Digunakan Pada Industri Penyamakan Kulit Air yang digunakan pada industri penyamakan kulit biasanya didapat dari sumber : air sungai,
Lebih terperinciPENGARUH JENIS BAHAN PENYAMAK TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA TERSAMAK
PENGARUH JENIS BAHAN PENYAMAK TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA TERSAMAK Maya Astrida 1), Latif Sahubawa 1), Ustadi 1) Abstract Tanning agent influenced to leather quality and the influence is difference
Lebih terperinciPENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA
Volume 5 No. 3 Oktober 2017 PENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA Khaeriyah Nur, Fahrullah, Selfin Tala dan Nur Asia Ibrahim khaeryahnur@gmail.com FAKULTAS PETERNAKAN,
Lebih terperinciB. Struktur Kulit Ikan
B. Struktur Kulit Ikan 1. Struktur Kulit Kulit adalah lapisan luar tubuh hewan yang merupakan suatu kerangka luar dan tempat bulu hewan tumbuh atau tempat melekatnya sisik (Sunarto, 2001). Kulit tidak
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI MIMOSA TERHADAP SIFAT FISIK KULIT IKAN PARI TERSAMAK
101 Full Paper Abstract PENGARUH KONSENTRASI MIMOSA TERHADAP SIFAT FISIK KULIT IKAN PARI TERSAMAK THE INFLUENCE OF MIMOSA CONCENTRATIONS ON THE PHYSICAL PROPERTIES OF TANNED STINGRAY LEATHER Ruth Y. Situmorang
Lebih terperinciPROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
BAB III PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 3.1. Industri Penyamakan Kulit Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah berbagai macam kulit mentah, kulit setengah jadi (kulit pikel, kulit
Lebih terperinciPENDAHULUAN. LatarBelakang. Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat
PENDAHULUAN LatarBelakang Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat sebanyak 2.298.864 sapi potong, 175.741 kerbau, 2.790.472 kambing dan 1.299.455 domba. Dari angka itu diperkirakan
Lebih terperinciPENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK
PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK ZULQOYAH LAYLA DAN SITI AMINAH Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor RINGKASAN Kulit mentah diantaranya
Lebih terperinciKAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING
KAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING (Study of broiler fat and coconut oil as material fatliquoring the quality of goat tanning leather)
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerupuk adalah bahan cemilan bertekstur kering, memiliki rasa yang enak dan renyah sehingga dapat membangkitkan selera makan serta disukai oleh semua lapisan masyarakat.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kulit. 2.2 Proses Penyamakan (Kurst)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit merupakan salah satu jenis hasil ternak yang sekarang ini telah dijadikan sebagai suatu komoditi perdagangan dengan harga yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari
Lebih terperinciBAB III PROSES PRODUKSI KULIT
11 BAB III PROSES PRODUKSI KULIT 3.1 Proses Produksi Selama magang penulis mengikuti secara langsung kegiatan proses dan melakukan beberapa percobaan dengan beberapa side kulit, tetapi dalam hal ini penulis
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kulit Kulit adalah lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, tempat bulu binatang itu tumbuh. Ensiklopedia Indonesia menjelaskan bahwa kulit adalah lapisan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya
Lebih terperinciBAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi penanganan pasca panen Penanganan pasca panen dilakukan untuk memperbaiki cita rasa dan meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan
Lebih terperinciPENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN
PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM
Lebih terperinciAIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
BAB VI AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 6.1. Karakteristik Umum Suatu industri penyamakan kulit umumnya menghasilkan limbah cair yang memiliki 9 (sembilan) kelompok pencemar yaitu : 1) Patogen, 2)
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PERENDAMAN DENGAN ENZIM PAPAIN PADA PROSES BATING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK
PENGARUH LAMA PERENDAMAN DENGAN ENZIM PAPAIN PADA PROSES BATING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK The Effect of Long Soaking with Papain Enzyme on Bating Process to Quality
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT SAPI DAN DOMBA DI WILAYAH GARUT
LAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN Mata Kuliah : Pengolahan Hasil Ikutan Dosen : Ir. B. N. Polii, S.U Ternak M. Sridu Resta, S.Pt, M.Sc Tanggal : 21 Mei 2011 Irma Isnafia Arief, S.Pt. M.Si Kelompok : 6 / G2 Asisten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi diantaranya mengandung mineral, vitamin dan lemak tak jenuh. Protein dibutuhkan tubuh
Lebih terperinciJurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XV (2): ISSN:
Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XV (2): 62-67 ISSN: 0853-6384 Full Paper PENYAMAKAN KULIT IKAN NILA (Oreochromis sp.) DENGAN PERLAKUAN PEMUCATAN (BLEACHING) MENGGUNAKAN PEROKSIDA TANNNING FOR FISH SKIN
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN GAMBIR PADA ph 4 DAN 8
KARAKTERISTIK PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN GAMBIR PADA ph 4 DAN 8 (Characteristics of Tanning Leather Using Gambir on ph 4 and 8) Ardinal 1, Anwar Kasim 2 dan Sri Mutiar 3 1 Baristand Industri Padang,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu merupakan sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi masyarakat dan hampir setiap hari dijumpai dalam makanan sehari hari. Di Cina, tahu sudah menjadi daging
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing. Kambing adalah hewan yang ideal hidup di negara-negara tropis dan daerah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing adalah hewan yang ideal hidup di negara-negara tropis dan daerah di mana tanah penggembalaan yang memadai untuk domba atau sapi tidak tersedia (Thorstensen, 1993).
Lebih terperinciBahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Relugan GT 50, minyak biji karet dan kulit domba pikel. Relugan GT adalah nama produk BASF yang
Lebih terperinciPusat Kerajinan Kulit Buaya dan Ular, Teritip 9 BAB II PROSES PRODUKSI KERAJINAN KULIT SEBAGAI OBYEK WISATA
Pusat Kerajinan Kulit Buaya dan Ular, Teritip 9 BAB II PROSES PRODUKSI KERAJINAN KULIT SEBAGAI OBYEK WISATA 2.1. Penangkaran Buaya dan ular 2.1.1. Pengertian Penangkaran buaya dan ular adalah tempat pengembangbiakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Masalah Yang Diketengahkan Di Era persaingan pasar global yang sangat keras pada saat ini membuat ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang mengalami kemajuan pesat. Kemajuan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Proses Produksi Kulit Samak Pengamatan terhadap proses produksi kulit samak di industri penyamakan kulit Haji Ali Ahmad terfokus pada bahan baku kulit kambing. Kulit kambing
Lebih terperinciF. Teknologi Pengolahan Produk Kulit Ikan
F. Teknologi Pengolahan Produk Kulit Ikan 1. Potensi Produksi Ikan Pari Total hasil tangkap ikan pari meningkat drastis dibandingkan jenis ikan lainnya secara nasional dalam kurun waktu 2005 2006 (Tabel
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik
Nilai Organoleptik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Organoleptik Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik ikan lolosi merah (C. chrysozona) dapat di lihat pada analisis
Lebih terperinciTEKNIK PENYAMAKAN KULIT BULU KELINCI REX DENGAN BAHAN PENYAMAK KHROM
Temu Teknis FungsionalNon Peneliti 2001 TEKNIK PENYAMAKAN KULIT BULU KELINCI REX DENGAN BAHAN PENYAMAK KHROM R. DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Kulit mentah dapat
Lebih terperinciTELUR ASIN PENDAHULUAN
TELUR ASIN PENDAHULUAN Telur asin,merupakan telur itik olahan yang berkalsium tinggi. Selain itu juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral. Oleh karena itu, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman
Lebih terperinciTUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN
TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN MUHAMAD AZIS MUSLIM KELAS : 11-D3MI-01) NIM : 11.02.7919 KELOMPOK : A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 ABSTRAK Karya tulis ini dibuat
Lebih terperinciPada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap pangan asal hewan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran masyarakat
Lebih terperinciTeknik Pengawetan dengan Penggaraman BAB 4. TEKNIK PENGAWETAN DENGAN PENGGARAMAN
BAB 4. TEKNIK PENGAWETAN DENGAN PENGGARAMAN Hasil akhir dari pengawetan dengan proses penggaraman adalah ikan asin, yaitu ikan yang telah mengalami proses penggaraman dan pengeringan. Dalam skala nasional,
Lebih terperinciKajian Penambahan Gambir sebagai Bahan Penyamak Nabati terhadap Mutu Kimiawi Kulit Kambing
Jurnal Peternakan Indonesia, Februari 2013 Vol 15 (1) ISSN 1907-1760 Kajian Penambahan Gambir sebagai Bahan Penyamak Nabati terhadap Mutu Kimiawi Kulit Kambing Study of Gambier Addition as Vegetable Tanner
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) DAN ASAM FORMIAT (HCOOH) PADA PROSES PIKEL TERHADAP KUALITAS KULIT CRUST DOMBA PRIANGAN
PENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) DAN ASAM FORMIAT (HCOOH) PADA PROSES PIKEL TERHADAP KUALITAS KULIT CRUST DOMBA PRIANGAN Jajang Gumilar, Wendri S. Putranto, Eka Wulandari Fakultas Peternakan
Lebih terperinciMenerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan
1 P a g e Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan Pengasapan Ikan Menurut perkiraan FAO,2 % dari hasil tangkapan ikan dunia diawetkan dengan cara
Lebih terperinciBAB II SIFAT DASAR KULIT IKAN KAKAP
BAB II SIFAT DASAR KULIT IKAN KAKAP Sampai saat ini, kulit ikan masih terdengar asing untuk disejajarkan dengan kulit kambing, kulit sapi, kulit ular, atau kulit reptil sebagai material bahan baku produk,
Lebih terperinciII. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI
II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,
Lebih terperinciPengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani
Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Bahan makanan umumny mudah rusak (perishable). Perhatikan saja, buah-buahan dan sayuran yang kita panen. Kita dapat melihat
Lebih terperinciKULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM. Disiapkan oleh: Siti Aminah
KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM Disiapkan oleh: Siti Aminah PERAN GULA DALAM PENGAWETAN Bakteri, ragi dan kapang disusun oleh membrane yang menyebabkan air dapat masuk atau keluar
Lebih terperinciBuletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan
PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan
Lebih terperinciJajang Gumilar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2005, VOLUME 5 NOMOR 2, (70 74) Pengaruh Penggunaan Berbagai Tingkat Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) pada Proses Pikel terhadap Kualitas Kulit (The Effects of Sulfuric Acid (H 2 SO
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer di Indonesia. Buah naga mengandung antara lain vitamin C, betakaroten, kalsium,
Lebih terperinciPENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama
Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama PENGAWETAN PANGAN I. PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan baku utama dan bahan pembantu. Bahan baku utama yang digunakan adalah kulit kambing pikel dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan manusia. Selain penganekaragaman sumber pangan, daging juga dapat menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan protein. Protein dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan ataupun penggantian
Lebih terperinciPENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di
PENGANTAR Latar Belakang Domba termasuk ternak ruminansia kecil dengan potensi daging yang sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan
Lebih terperinciASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN
ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2006 saat harga minyak dunia bergerak naik, jarak pagar
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2006 saat harga minyak dunia bergerak naik, jarak pagar (Jatropha curcas) mulai mendapat perhatian khusus pemerintah yang dikembangkan untuk menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Biologi merupakan Ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan Ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk makhluk hidup beserta lingkungan tempat hidupnya. Agar tujuan pembelajaran dapat terwujud dan tercapai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.2.1 Tinjauan Ikhtiologi Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie basah merupakan produk pangan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan, berbentuk khas mie (Badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan pangan yang memiliki kandungan zat gizi yang tinggi. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, karbohidrat, serta kadar
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku pembantu. Bahan baku utama yang digunakan adalah kulit kambing pikel
Lebih terperinciUJI PROTEIN DAN LEMAK PADA TELUR ASIN HASIL PENGASINAN DENGAN ABU PELEPAH KELAPA
UJI PROTEIN DAN LEMAK PADA TELUR ASIN HASIL PENGASINAN DENGAN ABU PELEPAH KELAPA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Oleh: SUPRAPTI
Lebih terperinciPrinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri
Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan
Lebih terperinciPengeringan Untuk Pengawetan
TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Makanan dapat. dikatakan rusak atau busuk ketika terjadi perubahan-perubahan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, bahan pangan memiliki sifat mudah rusak (perishable), sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Makanan dapat dikatakan rusak atau busuk ketika terjadi
Lebih terperinciBAB IV PROSES PENGOLAHAN KULIT SAPI WET BLUE
20 BAB IV PROSES PENGOLAHAN KULIT SAPI WET BLUE 4.1 Metode Kerja 4.1.1 Tempat Kerja Kegiatan kerja dilaksanakan di perusahaan Kulit LENGTAT LEATHERS Jl. Pembangunan No.3 Tangerang, Banten. 4.1.2 Materi
Lebih terperinciTeknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan
Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)
3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Ikan Ompok hypophthalmus dikenal dengan nama daerah selais, selais danau dan lais, sedangkan di Kalimantan disebut lais
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK PADA BAKSO DAGING SAPI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar
Lebih terperinciCARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG
CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Oleh:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belimbing merupakan buah yang banyak mengandung air. Ada dua macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Belimbing
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN BINDER ALAMI PADA PROSES FINISHING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK
PENGARUH PENGGUNAAN BINDER ALAMI PADA PROSES FINISHING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK The Effect of Natural Binder on the Proses Finishing of Skin Tanning to Quality of
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Warna Dendeng Sapi Warna merupakan salah satu indikator fisik yang dapat mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan suatu produk. Derajat warna menunjukkan tingkat warna
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)
I PENDAHULUAN Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan tersebut termasuk komoditas yang
Lebih terperinciPENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN MINYAK DALAM PROSES PEMINYAKAN TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK
PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN MINYAK DALAM PROSES PEMINYAKAN TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK The Effect of Fatliquoring with Material and Oil Concentration on Quality
Lebih terperinciGambar 1. Struktur kulit secara makroskopis (Suardana et al., 2008)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. KULIT Kulit adalah bagian terluar dari struktur manusia, hewan atau tumbuhan. Pada hewan atau manusia kulit adalah lapisan luar tubuh yang merupakan suatu kerangka luar, tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pengawet berbahaya dalam bahan makanan seperti ikan dan daging menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah. Penggunaan bahan pengawet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan. Ikan nila banyak digemari oleh masyarakat karena dagingnya
Lebih terperinciKAJIAN PENGARUH KONSENTRASI Rhizopus sp. SEBAGAI AGEN PENGIKIS PROTEIN TERHADAP MUTU KULIT IKAN GURAMI TERSAMAK
VOLUME 2 No. 2, 22 Juni 2013 Halaman 71-158 KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI Rhizopus sp. SEBAGAI AGEN PENGIKIS PROTEIN TERHADAP MUTU KULIT IKAN GURAMI TERSAMAK Ratri Nur Hayati, Latif Sahubawa, dan Amir Husni
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan pangan mentah merupakan komoditas yang mudah rusak sejak dipanen. Bahan pangan mentah, baik tanaman maupun hewan akan mengalami kerusakan melalui serangkaian reaksi
Lebih terperinciMODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT. Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P
MODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fak.Peternakan Universitas Hasanuddin TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen),
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Struktur Telur Secara rinci struktur telur terbagi atas: kulit telur, lapisan kulit telur (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen), membran
Lebih terperinciPENGGUNAAN KAYU SECANG (Caesalpinia sappan) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI RAPID DALAM PEWARNAAN KULIT SAMAK IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
Available online at Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology (IJFST) Website: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/saintek Jurnal Saintek Perikanan Vol.11 No.1 :34-40, Agustus 2015 PENGGUNAAN
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR
No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 9 BAB X AIR Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita.
Lebih terperinciKarakteristik mutu daging
Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM Kelompok 10 Delis Saniatil H 31113062 Herlin Marlina 31113072 Ria Hardianti 31113096 Farmasi 4B PRODI
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA BERAT KULIT KAMBING GARAMAN DAN BERAT BLOTEN DENGAN LUAS KULIT PIKEL
1 HUBUNGAN ANTARA BERAT KULIT KAMBING GARAMAN DAN BERAT BLOTEN DENGAN LUAS KULIT PIKEL Abstract Jajang Gumilar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail: jgumilar@unpad.ac.id The aims of this
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur, mycoplasma, protozoa dan virus yang dapat bertahan dari waktu ke waktu. Organisme
Lebih terperinciJurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :
PENGARUH PRESENTASE KUNING TELUR ITIK DAN ASAM FORMIAT DALAM PROSES PEMINYAKAN TERHAAP KEKUATAN FISIK KULIT AYAM PEDAGING SAMAK KHROM Effect of Ducks Yolk and Formic Acid in Fat Liquoring Process on the
Lebih terperinci