KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK NABATI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT KAKAP MERAH TERSAMAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK NABATI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT KAKAP MERAH TERSAMAK"

Transkripsi

1 KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK NABATI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT KAKAP MERAH TERSAMAK Oleh: Melawati Susanti 1), Latif Sahubawa 1), Iwan Yusuf 1), Abstrak Kulit ikan kakap merah mempunyai sisik yang indah dan hampir sama dengan kulit ular air tawar. Bila dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan barang kulit dengan teknologi penyamakan akan menghasilkan produk yang bernilai tinggi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi mimosa (16%, 20%, dan 24%) terhadap kualitas fisik kulit ikan kakap merah tersamak, serta konsentrasi mimosa terbaik. Desain yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Parameter yang diamati meliputi uji fisik (kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek, dan kelemasan). Berdasarkan hasil analisis varian, ternyata konsentrasi mimosa berpengaruh nyata terhadap parameter kekuatan tarik dengan konsentrasi 20% pada kulit kakap merah tersamak. Secara keseluruhan konsentrasi mimosa 20% menghasilkan kemuluran kulit, kekuatan sobek, dan kelemasan kulit berturut-turut 33%; 226,408 N/cm 2 ; dan 3,304 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Kulit kakap merah tersamak hasil penelitian ini sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI ). Kata kunci : penyamakan, kulit kakap merah, mimosa, kualitas fisik A. PENGANTAR Hasil laut Indonesia terutama ikan disamping untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan juga sebagai penghasil devisa negara. Ekspor ikan dalam bentuk ikan segar, ikan kaleng dan sebagainya menghasilkan devisa cukup besar bagi negara setiap tahunnya. Diantara hasil tangkapan tersebut adalah jenis kakap merah (Lutjanus spp.). Kakap merah merupakan salah satu komoditi ekspor perikanan yang memberikan devisa yang besar. Produksi perikanan Indonesia pada tahun 2003 mencapai 6 juta ton ( rakyat.com/cetak/1004/06/0604.htm), termasuk di dalamnya kakap merah sebesar ton, mampu memberikan kontribusi terhadap pasokan produk perikanan di dunia ( detail.php?.rubrik=ekonomi&berita ID=3691). Hasil sampingan pengolahan kakap merah adalah kulit yang sampai kini belum dimanfaatkan secara optimal untuk bahan baku industri kulit, padahal kulit ikan ini apabila diolah dengan baik dapat menghasilkan kulit dengan motif yang cenderung mendekati kulit reptile yang bernilai ekonomi tinggi (Puturuhu 1996). Penyamakan nabati adalah proses penyamakan kulit mentah menjadi kulit samak dengan zat penyamak dari tumbuh-tumbuhan yaitu tannin. Menurut Purnomo (2001) kulit yang disamak menggunakan bahan nabati umumnya berwarna coklat muda dan kulitnya agak kaku. Mimosa (mimosa ekstrak) adalah sari kulit kayu akasia (Acasia deoureus) yang sudah diproses dengan bahan-bahan kimia. Kulit kayu akasia merupakan salah satu bahan penyamak nabati yang mengandung 35% tannin dalam bentuk babakan kulit, sedangkan dalam bentuk ekstrak padat mengandung 63% tannin. Dalam sari akasia terkandung beberapa macam bahan antara lain 63% zat penyamak, 16% zat bukan penyamak, 19.5% air, dan 1% ampas (Purnomo 2001). Mochtar dkk. (1990) menyatakan bahwa dengan dilakukannya penggabungan dua atau lebih bahan penyamak maka kekurangan-kekurangannya akan saling mengisi, sehingga mutu kulit yang dihasilkan lebih ditingkatkan. Misalnya kulit yang disamak dengan bahan chrom akan mempunyai sifat-sifat lemas, tahan terhadap temperatur tinggi dan kulit terasa kosong, sedangkan kulit yang 1) = Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM Hal. 111

2 disamak dengan bahan penyamak syntan sebagai bahan penyamak ulang mempunyai sifat berisi dan tidak mulur, tetapi daya tariknya berkurang. Gambar 1. Kakap merah (Lutjanus spp.) Keuntungan penyamakan nabati adalah menghasilkan kulit samak yang tampak berisi, berwarna gelap, awet, dan mudah diwarnai. Ada perbedaan dari dua proses penyamakan tersebut, oleh karena itu perlu diteliti pengaruh pemberian bahan penyamak nabati guna mengetahui kualitas kulit kakap merah tersamak yang dihasilkan berdasarkan sifat fisiknya (kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek dan kelemasan). Kulit kakap merah sebelum mengalami proses penyamakan terlebih dahulu diawetkan, dengan proses penyamakan seperti terlihat pada Gambar 1. Kulit kakap merah Penimbangan Perendaman (Soaking) Pencucian Pengapuran (Liming) Pencucian Buang daging (Fleshing) Penimbangan Pengapuran ulang (Liming) Pencucian Penghilangan kapur (Deliming) Pengikisan protein (Bating) Pembuangan lemak (Degreasing) Hal. 112

3 Pencucian Pengasaman (Pickling) Penyamakan nabati (mimosa) Pemeraman Pencucian Peminyakan (Fat Liquoring) Pemeraman Pengeringan (Aging) Pementangan (Stacking) Perataan (Buffing) Perapihan Finishing pengkilapan Pengepresan (Ironning) Kulit kakap merah tersamak Gambar 2. Diagram alir penyamakan kulit kakap merah B. ALAT/BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1. Alat/Bahan Alat yang digunakan dalam analisis sifat fisik kulit tersamak adalah pisau seset, gelas ukur, ember plastik, alat peregang kulit, sprayer, drum penyamakan, pengaduk, sikat kawat, kertas amplas, mesin Moustardini, ph-meter, thermometer, seperangkat alat alat buffing, serta perangkat alat uji/analisis sifat fisik kulit tersamak. Bahan baku utama yang dipakai adalah kulit ikan kakap merah segar, yang diperoleh dari perusahaan pengalengan kakap di Probolinggo Jawa Timur. Kulit tersebut hanya merupakan limbah yang belum dimanfaatkan. Bahan-bahan kimia yang digunakan yaitu air (H 2 O), soda abu (NaOH), natrium sulfida (Na 2 S), amonium sulfat (ZA), minyak sulfonasi, teepol (wetting agent), soda kue (natrium bikarbonat, NaHCO 3 ), kapur, asam format (FA), asam sulfat (H 2 SO 4 ), amonium hidroksida (NH 3 OH), antiseptik, mimosa, oropon, dan garam dapur (NaCl). 2. Metode Penelitian a. Tatalaksana (1). Pemesanan kulit ikan kakap segar dari Probolinggo Jawa Timur. (2). Pengawetan kulit ikan dengan pedinginan di Cold Storage Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian UGM. Hal. 113

4 (3). Dipersiapkan untuk proses penyamakan dengan cara dicuci bersih dengan air leding. (4). Pra penyamakan (ditimbang, direndam dalam air leding, dicuci bersih dengan air leding). (5). Penyamakan (mulai dari pengapuran, pencucian, penghilangan kapur, pembuangan daging, pengikisan protein, pembuangan lemak, penyamakan, sampai perataan dan perapihan). (6). Finishing (pengkilapan dan pengepresan) (7). Pengamatan sifat fisik kulit tersamak. (8). Pembuatan produk kulit bawal sabit tersamak (dompet dan cover HP.) b. Rancangan dan perlakuan Desain statistik yang dipakai dalam penelitian adalah Ranangan Acak Lengkap (RAL) factor tunggal dengan 3 (tiga) kali ulangan. Data dianalisis dengan analisis keragaman, dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda (Uji BNT) pada tingkat signifikansi 95%. Faktor yang dicobakan sebagai sumber perlakuan adalah bahan kimia penyamak alami (mimosa), yang terdiri atas konsentrasi mimosa 16%, 20% dan 24%. c. Parameter pengamatan Parameter fisik kulit tersamak yang diamati yaitu: (1) kekuatan tarik (N/cm 2 ), (2) kemuluran (%), (3) kekuatan sobek (N/cm) dan (4) kelemasan, menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan IUP-36, C. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian menggunakan konsentrasi bahan penyamak nabati (mimosa) sebagai perlakuan, masingmasing perlakuan a1 (konsentrasi mimosa 16%), a2 (konsentrasi mimosa 20%) dan a3 (perlakuan mimosa 24%). Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi bahan penyamak nabati (mimosa) terhadap kualitas fisik (kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek dan kelemasan) kulit pari tersamak, rerata nilai serta perlakuan terbaik berdasarkan Standar Nasional dan Internasional seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil pengukuran parameter kualitas kulit nila tersamak Parameter Perlakuan Konsentrasi Kekuatan Tarik Kemuluran (%) Kekuatan Sobek Mimosa (N/cm 2 ) (N/cm 2 ) Kelemasan a1 (16%) a2 (20%) a3 (24%) 904, , ,036 32,250 33,000 29, , , ,443 3,250 3,304 3,350 Rerata 901,339 31, ,264 3,301 Standar SNI Min Maks. 30,0 Min. 150 IUP-36, Kisaran 3-4. Perlakuan Terbaik a2 (20%) a3 (24%) a1 (16%) a3 (24%) Sesuai SNI 1. Kekuatan Tarik (N/cm 2 ) Hal. 114

5 Berdasarkan hasil pengujian laboratoris (Tabel 2), ternyata nilai rerata kekuatan tarik dari perlakuan konsentrasi mimosa 20% memperlihatkan nilai tertinggi (terbaik) sebesar 1.115,103 N/cm 2 berdasarkan SNI , sedangkan nilai terendah (jelek) dihasilkan dari perlakuan konsentrasi mimosa 24% (684,339 N/cm 2 ) (Gambar 3). Hal ini menunjukan bahwa konsetrasi mimosa 20% lebih efektif, dalam arti kata bahwa kemampuan penetrasi bahan penyamak konsentrasi 20% ke dalam pori kulit lebih besar dibandingkan konsentrasi 16% dan 24%. Dari hasil analisis keragaman, ternyata perlakuan konsentrasi mimosa berpengaruh nyata terhadap kekuatan tarik kulit tersamak. Perlakuan konsentrasi mimosa umumnya berbeda nyata satu dengan lainnya pada tingkat signifikansi 95%. Adanya pengaruh nyata pada konsentrasi yang digunakan karena bahan penyamak nabati merupakan bahan penyamak yang menghasilkan kulit tersamak yang tampak berisi dan rata, berwarna kecoklatan, awet, dan mudah diwarnai dan sifatnya akan menghasilkan kekuatan tarik yang baik. Semakin tinggi nilai kekuatan tarik, semakin baik kulit samak yang dihasilkan. Menurut Purnomo (1991), kulit yang disamak dengan bahan penyamak nabati akan didapatkan kulit yang padat, berisi, tetapi kaku, sehingga kemulurannya rendah dan kekuatan tariknya cukup tinggi , , Kemuluran (%) Gambar 3. Rerata nilai kekuatan tarik kulit kakap merah tersamak Berdasarkan hasil pengujian kemuluran kulit kakap merah tersamak (Tabel 2), ternyata semakin tinggi konsentrasi mimosa yang dipakai, semakin rendah (jelek) nilai kemuluran yang dihasilkan, dimana perlakuan konsentrasi mimosa 20% dan 16% memperlihatkan nilai tertinggi yakni 3,00% dan 32,25% berdasarkan SNI , sedangkan nilai terendah (jelek) dihasilkan dari perlakuan konsentrasi mimosa 24% (29,74%) (Gambar 4). Hal ini menunjukan bahwa konsetrasi mimosa 20% dan 16% lebih efektif berpenetrasi dan bereaksi dengan komponene non-kolagen kulit dalam jaringan kulit. Berdasarkan hasil analisis keragaman, perlakuan konsentrasi mimosa tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kemuluran kulit kakap merah tersamak pada tingkat signifikansi 95%. Bila dibandingkan nilai kekuatan tarik kulit kakap merah tersamak dengan kulit ular tersamak berdasarkan SNI tentang kulit jadi dari kulit ular air tawar, maka hasilnya lebih tinggi untuk perlakuan konsentrasi mimosa 16% dan 20%, sedangkan untuk perlakuan konsentrasi 24% lebih rendah dibawah Nilai Standar (30%). Parameter kemuluran sangat berpengaruh terhadap kualitas barang kulit yang dihasilkan, seperti pada sepatu pada saat di-oven dengan mesin. Bila tingkat kemuluran rendah maka kulit akan retak, sebaliknya bila tingkat kemuluran tinggi maka kulit akan berubah bentuk dan bertambah besar. Hal. 115

6 33, , , Gambar 4. Rerata nilai kemuluran kulit kakap merah tersamak 3. Kekuatan Sobek (N/cm) Kekuatan sobek (tearing strength) adalah besarnya gaya maksimal yang diperlukan untuk menyobek cuplikan sampai sobek. Berdasarkan hasil pengujian laboratoris (lihat Tabel 2), ternyata nilai rerata kekuatan sobek terbaik (tertinggi) dihasilkan dari perlakuan konsentrasi mimosa 16%. Sedangkan perlakuan konsentrasi mimosa 20% dan 24% menghasilkan nilai kekuatan sobek masing-masing: 226,408 N/cm dan 283,443 N/cm (Gambar 5). Jika dibandingkan dengan kualitas kulit untuk barang kulit berdasarkan SNI (kulit ular air tawar), maka rerata nilai kekuatan sobek yang dihasilkan dari setiap perlakuan telah memenuhi standar. Sedangkan jika dibandingkan dengan SNI (kulit ikan pari untuk barang kulit), ternyata semua perlakuan konsentrasi mimosa menghasilkan kualitas kulit yang belum memenuhi persyaratan barang kulit. Dari hasil analisis keragaman, perlakuan konsentrasi mimosa tidak berpengaruh nyata terhadap kekuatan sobek kulit kakap merah tersamak pada tingkat signifikansi 95%. Penggunaan nilai standar kulit tersamak sebagai bahan baku barang kulit tergantung dari jenis produk yang akan dibuat. Untuk jenis kulit tersamak yang tipis, pemanfaatannya lebih ditujukan untuk barang-barang kulit yang tidak mendapatkan beban besar, seperti ham atau jaket, tutupan atas sepatu, dompet dan lain sebagainya. Sedangkan untuk jenis kulit tersamak yang cukup tebal, lebih cocok dipakai dalam pembuatan tas, sepatu dan jok mobil (Untari, 2004). 4. Kelemasan (mm) Kelemasan kulit dapat diukur dengan metode organoleptik, namun hasilnya kurang maksimal. Dengan perkembangan teknologi industri perkulitas, kelemasan kulit tersamak sudah dapat diuji secara digital menggunakan alat Softness Tester. Semakin tinggi nilai kelemasan semakin baik kualitas ulit tersamak yang dihasilkan. Meskipun demikian, kelemasan kulit tersamak menentukan jenis produk akhir yang akan diolah sesuai peruntukannya (Purnomo, 2001; Untari, 2000). Berdasarkan hasil pengujian kelemasan kulit kakap merah tersamak (Tabel 2), ternyata semakin tinggi konsentrasi mimosa yang dipakai, semakin meningkat (baik) kelemasan kulit tersamak yang dihasilkan, dimana perlakuan konsentrasi mimosa 24% memperlihatkan nilai terbaik (3,35 mm), diikutu konsentrasi 20% dan 16% masing-masing 3,30 mm dan 3,25 mm (Gambar 6). Jika dibandingkan dengan nilai standar nasional (SNI ) maupun standar internasional (IUP-36, 1998), ternyata nilai kelemasan kulit tersamak berada pada kategori terbaik. SNI dan IUP-36, 1998, mengisyaratkan kelemasan kulit tersamak sebagai bahan Hal. 116

7 baku barang kulit berkisar antara 2 4. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas kulit ikan kakap merah tersamak yang dihasilkan dapat diolah untuk berbagai barang kulit sesuai peruntuk-kannya ,94 226,41 283, Gambar 5. Rerata nilai kekuatan sobek kulit kakap merah tersamak Dari hasil uji statistik (analisis keragaman), ternyata perlakuan konsentrasi mimosa memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kelemasan kulit kakam merah tersamak. Sedangkan berdasarkan hasil uji BNT pada tingkat signifikansi 95%, ternyata semua perlakuan berbeda satu dengan lainnya. Hal ini menunjukan bahwa penambahan konsentrasi mimosa dalam jumlah tertentu pada kisaran 16% - 24%, sangat efektif dalam bereaksi dengan komponen-komponen kimia non-kolagen pembentuk kulit, sehingga kualitas kulit yang dihasilkan lebih baik (Sahubawa, 2004 ; Untari, 2001). 3,36 3,35 3,34 3,32 3,304 3,3 3,28 3,26 3,25 3,24 3,22 3,2 D. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Gambar 6. Nilai kelemasan kulit kakap merah tersamak a. Pengaruh pemberian bahan penyamak nabati (mimosa) terhadap kualitas kulit kakap merah tersamak akan menghasilkan kulit yang padat, berisi, tetapi kaku, sehingga kemulurannya rendah dan kekuatan tariknya cukup tinggi. Hal. 117

8 b. Konsentrasi bahan penyamak nabati (mimosa) yang paling baik terhadap kualitas sifat fisik kulit kakap merah tersamak yaitu konsentrasi bahan penyamak 20%. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian, ternyata perlakuan konsentrasi mimosa 20% menghasilkan kualitas kulit kakap merah tersamak yang memenuhi syarat SNI tentang kulit jadi dari kulit ular air tawar. Selain itu, berdasarkan hasil perhitungan biaya proses produksi, penggunaan mimosa 20% lebih ekonomis dibandingkan dengan pemakaian mimosa 16% atau 24%. Dengan demikian, disarankan untuk menggunakan konsentrasi mimosa 20% dalam penelitian dan atau pengembangan produk barang kulit untuk usaha/bisnis. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. SNI Cara Uji Kekuatan Sobek dan Kekuatan Sobek Lapisan Kulit (SNI ). Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta.. SNI Cara Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran Kulit (SNI ). Dewan Standardisasi Nasional. Jakarata Laporan Penelitian Pemanfaatan Kulit Pari. Proyek Penelitian dan Pengembangan Industri Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP). Yogyakarta Pengawetan Kulit Ikan Laut Secara Penggaram Basah (Wet Salting). Seri I. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP). Yogyakarta Pengawetan Kulit Mentah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP). Yogyakarta Standar Klasifikasi Statistik Ikan Perikanan Laut. Pusat Litbang Perikanan. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Yogyakarta.. SNI Kulit Jadi Dari Kulit Ular Air Tawar (SNI ). Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.. SNI Kulit Ikan Pari Untuk Barang Kulit (SNI ). Badan Standardisasi Nasional. Jakarta Standar Klasifikasi Statistik Ikan Perikanan Laut. Pusat Litbang Perikanan. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Yogyakarta Measurement of Leather Softness-IUP/36 (Pengukuran dari Kelemasan Kulit- IUP/36). m:\products\leather\st300\standard\iup-36.doc. Burhanuddin, A. Djamali, M. Hutomo, dan S. Martosewojo, Sumberdaya Ikan Kakap (Lutjanus spp.) dan Bambangan (Lates calcarifer) di Indonesia. Proyek Potensi Sumberdaya Alam Indonesia. Studi Potensi Sumberdaya Hayati Ikan. Lembaga Oseanologi Nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan indonesia. Jakarta. Djamali, A et. al Sumber Daya Ikan Kakap (Lutjanus spp.) dan Bambangan (Lates calcarifer) di Indonesia. LIPI. Jakarta. Irawan, A Pengawetan Ikan dan Hasil Perikanan. CV. Aneka. Solo. Judoamidjojo, R. M Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Fakultas Teknologi Hasil Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal. 118

9 Teknik Penyamakan Kulit Untuk Pedesaan. Fakultas Teknologi Hasil Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lutfie, M Penelitian Pemanfaatan Kulit Pari. Simposium Nasional Pengulitan Himpunan Ahli Kimia dan Teknologi Kulit Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP). Yogyakarta Pengawetan Kulit Ikan Laut Secara Digaram Basah (Wet Salting). Balai Besar penelitian dan Pengembangan Industri Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP). Yogyakarta. Purnomo, E Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit. Akademi Teknologi Kulit. Yogyakarta Penyamakan Kulit Reptil. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Puturuhu, B. R. I Pemanfaatan Kulit Ikan Kakap Sebagai Bahan Baku Industri Garmen Kulit. Buletin Sains dan Teknologi Kulit. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP). Yogyakarta Pemanfaatan Kulit Ikan Kakap Sebagai Bahan Baku Industri Garmen Kulit. Buletin Sains dan Teknologi Kulit. 5: Rachmi, R Teknologi Penyamakan Kulit Ikan Kakap. Universitas Diponegoro. Semarang. Skripsi. Saanin, H Toksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan. Binatjipta. Bandung. Sahubawa L., Teknologi Pengolahan Kulit Ikan. Bahan Ajar Pengolahan Hasil Perikanan, Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Ilmu Perikanan Fakultas Pertanian UGM. Situmorang, R Pengaruh Penggunaan Mimosa Terhadap Sifat Fisik Kulit Ikan Pari Tersamak. Fak. Pertanian. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Skripsi. Soemarmi Pedoman Pengawetan Kulit Mentah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kulit, Karet, dan Plastik. Yogyakaarta. Untari, S Penyamakan Kulit Ikan Pari. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP). Yogyakarta Penyamakan Kulit Ikan Pari. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP). Yogyakarta. Hal. 119

D. Teknik Penyamakan Kulit Ikan

D. Teknik Penyamakan Kulit Ikan D. Teknik Penyamakan Kulit Ikan 1. Teknik Pengawetan Kulit mentah adalah kulit yang didapat dari hewan dan sudah dilepas dari tubuhnya (Anonim, 1996a). Kulit segar yang baru lepas dari tubuh hewan mudah

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS BAHAN PENYAMAK TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA TERSAMAK

PENGARUH JENIS BAHAN PENYAMAK TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA TERSAMAK PENGARUH JENIS BAHAN PENYAMAK TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA TERSAMAK Maya Astrida 1), Latif Sahubawa 1), Ustadi 1) Abstract Tanning agent influenced to leather quality and the influence is difference

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI MIMOSA TERHADAP SIFAT FISIK KULIT IKAN PARI TERSAMAK

PENGARUH KONSENTRASI MIMOSA TERHADAP SIFAT FISIK KULIT IKAN PARI TERSAMAK 101 Full Paper Abstract PENGARUH KONSENTRASI MIMOSA TERHADAP SIFAT FISIK KULIT IKAN PARI TERSAMAK THE INFLUENCE OF MIMOSA CONCENTRATIONS ON THE PHYSICAL PROPERTIES OF TANNED STINGRAY LEATHER Ruth Y. Situmorang

Lebih terperinci

Materi-1. PENGANTAR Manik-manik

Materi-1. PENGANTAR Manik-manik Materi-1. PENGANTAR Manik-manik JENIS IKAN PARI DENGAN KULIT PUNGGUNG YANG MEMILIKI MANIK-MANIK DAN MUTIARA I. PENDAHULUAN A. POTENSI PERIKANAN LAUT 1. POTENSI LESTARI (MSY) = 6,4 JUTA TON/THN. 2. POTENSI

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN GAMBIR PADA ph 4 DAN 8

KARAKTERISTIK PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN GAMBIR PADA ph 4 DAN 8 KARAKTERISTIK PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN GAMBIR PADA ph 4 DAN 8 (Characteristics of Tanning Leather Using Gambir on ph 4 and 8) Ardinal 1, Anwar Kasim 2 dan Sri Mutiar 3 1 Baristand Industri Padang,

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING

KAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING KAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING (Study of broiler fat and coconut oil as material fatliquoring the quality of goat tanning leather)

Lebih terperinci

reversible yaitu kulit awetan harus dapat dikembalikan seperti keadaan semula (segar). Untari, (1999), mengemukakan bahwa mikro organisme yang ada pad

reversible yaitu kulit awetan harus dapat dikembalikan seperti keadaan semula (segar). Untari, (1999), mengemukakan bahwa mikro organisme yang ada pad METODA PENGAWETAN KULIT BULU (FUR) KELINCI REX DENGAN CARA PENGGARAMAN KERING (DRY SALTING) ROSSUARTINI DAN R. DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Berbagai metoda pengawetan

Lebih terperinci

PENYAMAKAN KULIT. Cara penyamakan melalui beberapa tahapan proses dan setiap tahapan harus berurutan tidak bisa di balak balik,

PENYAMAKAN KULIT. Cara penyamakan melalui beberapa tahapan proses dan setiap tahapan harus berurutan tidak bisa di balak balik, PENYAMAKAN KULIT Suatu kegiatan untuk mengubah kulit yang sifatnya labil menjadi kulit yang sifatnya stabil, yaitu dengan cara menghilangkan komponen-komponen yang ada didalam kulit yang tidak bermanfaat

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DENGAN ENZIM PAPAIN PADA PROSES BATING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DENGAN ENZIM PAPAIN PADA PROSES BATING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK PENGARUH LAMA PERENDAMAN DENGAN ENZIM PAPAIN PADA PROSES BATING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK The Effect of Long Soaking with Papain Enzyme on Bating Process to Quality

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH BAHAN PENYAMAK ALAMI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS KULIT PARI TERSAMAK

KAJIAN PENGARUH BAHAN PENYAMAK ALAMI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS KULIT PARI TERSAMAK KAJIAN PENGARUH BAHAN PENYAMAK ALAMI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS KULIT PARI TERSAMAK The Influences of Natural Tanning Agent (Mimosa) on the Tanned Stringray Leather Quality Oleh Ambar Pertiwiningrum 1),

Lebih terperinci

ALUR PROSES PENYAMAKAN

ALUR PROSES PENYAMAKAN PENYAMAKAN KULIT Suatu kegiatan untuk mengubah kulit yang sifatnya labil menjadi kulit yang sifatnya stabil, yaitu dengan cara menghilangkan komponen-komponen yang ada didalam kulit yang tidak bermanfaat

Lebih terperinci

PENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA

PENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA Volume 5 No. 3 Oktober 2017 PENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA Khaeriyah Nur, Fahrullah, Selfin Tala dan Nur Asia Ibrahim khaeryahnur@gmail.com FAKULTAS PETERNAKAN,

Lebih terperinci

PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK

PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK ZULQOYAH LAYLA DAN SITI AMINAH Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor RINGKASAN Kulit mentah diantaranya

Lebih terperinci

PERBEDAAN KONSENTRASI MIMOSA PADA PROSES PENYAMAKAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN KIMIA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

PERBEDAAN KONSENTRASI MIMOSA PADA PROSES PENYAMAKAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN KIMIA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PERBEDAAN KONSENTRASI MIMOSA PADA PROSES PENYAMAKAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN KIMIA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) The Difference Concentration of Mimosa in Tanning Process on Physical and Chemical

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN MINYAK DALAM PROSES PEMINYAKAN TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN MINYAK DALAM PROSES PEMINYAKAN TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN MINYAK DALAM PROSES PEMINYAKAN TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK The Effect of Fatliquoring with Material and Oil Concentration on Quality

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BAB III PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 3.1. Industri Penyamakan Kulit Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah berbagai macam kulit mentah, kulit setengah jadi (kulit pikel, kulit

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XV (2): ISSN:

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XV (2): ISSN: Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XV (2): 62-67 ISSN: 0853-6384 Full Paper PENYAMAKAN KULIT IKAN NILA (Oreochromis sp.) DENGAN PERLAKUAN PEMUCATAN (BLEACHING) MENGGUNAKAN PEROKSIDA TANNNING FOR FISH SKIN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Komoditas kulit digolongkan menjadi dua golongan yaitu : (1) kulit yang berasal dari binatang besar (hide) seperti kulit sapi, kulit kerbau, kulit kuda, kulit banteng, kulit

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan baku utama dan bahan pembantu. Bahan baku utama yang digunakan adalah kulit kambing pikel dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN AIR PADA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT Sumber Air Yang Digunakan Pada Industri Penyamakan Kulit

PENGGUNAAN AIR PADA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT Sumber Air Yang Digunakan Pada Industri Penyamakan Kulit BAB IV PENGGUNAAN AIR PADA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 4.1. Sumber Air Yang Digunakan Pada Industri Penyamakan Kulit Air yang digunakan pada industri penyamakan kulit biasanya didapat dari sumber : air sungai,

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINYAK IKAN TERSULFIT PADA PROSES FAT LIQUORING

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINYAK IKAN TERSULFIT PADA PROSES FAT LIQUORING PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINYAK IKAN TERSULFIT PADA PROSES FAT LIQUORING TERHADAP MUTU FISIK FUR KELINCI (THE EFFECT OF SULPHITED FISH OIL PRESENT ON FAT LIQUORING PROCESS TO PHYSICAL QUALITY OF RABBIT

Lebih terperinci

TEKNIK PENYAMAKAN KULIT BULU KELINCI REX DENGAN BAHAN PENYAMAK KHROM

TEKNIK PENYAMAKAN KULIT BULU KELINCI REX DENGAN BAHAN PENYAMAK KHROM Temu Teknis FungsionalNon Peneliti 2001 TEKNIK PENYAMAKAN KULIT BULU KELINCI REX DENGAN BAHAN PENYAMAK KHROM R. DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Kulit mentah dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. LatarBelakang. Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat

PENDAHULUAN. LatarBelakang. Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat PENDAHULUAN LatarBelakang Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat sebanyak 2.298.864 sapi potong, 175.741 kerbau, 2.790.472 kambing dan 1.299.455 domba. Dari angka itu diperkirakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci, 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerupuk adalah bahan cemilan bertekstur kering, memiliki rasa yang enak dan renyah sehingga dapat membangkitkan selera makan serta disukai oleh semua lapisan masyarakat.

Lebih terperinci

Influence of Gambier (Uncaria gambier) as Material Tanner at Tanning Process for Tilapia (Oreochromis niloticus) Physical Quality

Influence of Gambier (Uncaria gambier) as Material Tanner at Tanning Process for Tilapia (Oreochromis niloticus) Physical Quality PENGARUH PENGGUNAAN GAMBIR (Uncaria gambier) SEBAGAI BAHAN PENYAMAK PADA PROSES PENYAMAKAN KULIT TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Influence of Gambier (Uncaria gambier) as

Lebih terperinci

F. Teknologi Pengolahan Produk Kulit Ikan

F. Teknologi Pengolahan Produk Kulit Ikan F. Teknologi Pengolahan Produk Kulit Ikan 1. Potensi Produksi Ikan Pari Total hasil tangkap ikan pari meningkat drastis dibandingkan jenis ikan lainnya secara nasional dalam kurun waktu 2005 2006 (Tabel

Lebih terperinci

Jajang Gumilar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Jajang Gumilar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2005, VOLUME 5 NOMOR 2, (70 74) Pengaruh Penggunaan Berbagai Tingkat Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) pada Proses Pikel terhadap Kualitas Kulit (The Effects of Sulfuric Acid (H 2 SO

Lebih terperinci

AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BAB VI AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 6.1. Karakteristik Umum Suatu industri penyamakan kulit umumnya menghasilkan limbah cair yang memiliki 9 (sembilan) kelompok pencemar yaitu : 1) Patogen, 2)

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) DAN ASAM FORMIAT (HCOOH) PADA PROSES PIKEL TERHADAP KUALITAS KULIT CRUST DOMBA PRIANGAN

PENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) DAN ASAM FORMIAT (HCOOH) PADA PROSES PIKEL TERHADAP KUALITAS KULIT CRUST DOMBA PRIANGAN PENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) DAN ASAM FORMIAT (HCOOH) PADA PROSES PIKEL TERHADAP KUALITAS KULIT CRUST DOMBA PRIANGAN Jajang Gumilar, Wendri S. Putranto, Eka Wulandari Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

Kajian Penambahan Gambir sebagai Bahan Penyamak Nabati terhadap Mutu Kimiawi Kulit Kambing

Kajian Penambahan Gambir sebagai Bahan Penyamak Nabati terhadap Mutu Kimiawi Kulit Kambing Jurnal Peternakan Indonesia, Februari 2013 Vol 15 (1) ISSN 1907-1760 Kajian Penambahan Gambir sebagai Bahan Penyamak Nabati terhadap Mutu Kimiawi Kulit Kambing Study of Gambier Addition as Vegetable Tanner

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BINDER ALAMI PADA PROSES FINISHING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK

PENGARUH PENGGUNAAN BINDER ALAMI PADA PROSES FINISHING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK PENGARUH PENGGUNAAN BINDER ALAMI PADA PROSES FINISHING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK The Effect of Natural Binder on the Proses Finishing of Skin Tanning to Quality of

Lebih terperinci

S) PADA PROSES PENGAPURAN TERHADAP UJI FISIK KULIT SAMAK IKAN BUNTAL (Arothon reticularis)

S) PADA PROSES PENGAPURAN TERHADAP UJI FISIK KULIT SAMAK IKAN BUNTAL (Arothon reticularis) 79 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XVII (2): 79-84 ISSN: 0853-6384 PENGARUH NATRIUM SULFIDA (Na 2 S) PADA PROSES PENGAPURAN TERHADAP UJI FISIK KULIT SAMAK IKAN BUNTAL (Arothon reticularis) THE EFFECT

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKMK PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DAN SISIK IKAN MENJADI ANEKA PRODUK KREATIF DALAM MENDUKUNG INDUSTRI KREATIF INDONESIA

LAPORAN AKHIR PKMK PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DAN SISIK IKAN MENJADI ANEKA PRODUK KREATIF DALAM MENDUKUNG INDUSTRI KREATIF INDONESIA LAPORAN AKHIR PKMK PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DAN SISIK IKAN MENJADI ANEKA PRODUK KREATIF DALAM MENDUKUNG INDUSTRI KREATIF INDONESIA Bidang Kegiatan PKM Kewirausahaan Diusulkan oleh: Ketua : Silvia Handayani

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Relugan GT 50, minyak biji karet dan kulit domba pikel. Relugan GT adalah nama produk BASF yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kertas seni merupakan salah satu produk yang semakin diminati baik di dalam pasar dalam negeri maupun luar negeri, umumnya merupakan hasil produk buatan tangan dengan

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH MINYAK TERHADAP SIFAT FISIS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) UNTUK BAGIAN ATAS SEPATU

PENGARUH JUMLAH MINYAK TERHADAP SIFAT FISIS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) UNTUK BAGIAN ATAS SEPATU PENGARUH JUMLAH MINYAK TERHADAP SIFAT FISIS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) UNTUK BAGIAN ATAS SEPATU ( THE INFLUENCE OF FATLIQUOR AMOUNTS ON PHYSICAL CHARACTERISTICS OF NILA SKIN (Oreochromis niloticus)

Lebih terperinci

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini adalah penelitan eksperimental. Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Universitas Katolik Soegijapranoto Semarang dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku pembantu. Bahan baku utama yang digunakan adalah kulit kambing pikel

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK IKAN TERSULFIT TERHADAP NILAI KELEMASAN DAN KUALITAS KULIT IKAN PARI MONDOL (Himantura gerardi) TERSAMAK

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK IKAN TERSULFIT TERHADAP NILAI KELEMASAN DAN KUALITAS KULIT IKAN PARI MONDOL (Himantura gerardi) TERSAMAK Available online at Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology (IJFST) Website: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/saintek Saintek Perikanan Vol.12 No.1 : 24-29, Agustus 2016 PENGARUH PENGGUNAAN

Lebih terperinci

J. Peng. & Biotek. Hasil Pi. Vol. 5 No. 1 Th Hasil Penelitian ISSN :

J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.  Vol. 5 No. 1 Th Hasil Penelitian ISSN : PENGARUH PENGGUNAAN KAYU MERBAU (Intsia bijuga) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DALAM PEWARNAAN KULIT SAMAK IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsk.) The Effect Merbau Wood Utilization (Intsia bijuga) As Natural Dyes

Lebih terperinci

J. Peng. & Biotek. Hasil Pi. Vol. 5 No. 3 Th Hasil Penelitian ISSN :

J. Peng. & Biotek. Hasil Pi.  Vol. 5 No. 3 Th Hasil Penelitian ISSN : MINYAK BIJI ANGGUR SEBAGAI BAHAN PEMINYAKAN PADA PROSES PENYAMAKAN KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) TERHADAP KUALITAS FISIK Grapeseed Oil as Fatliquoring Materials on Physical Quality of Tilapia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing. Kambing adalah hewan yang ideal hidup di negara-negara tropis dan daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing. Kambing adalah hewan yang ideal hidup di negara-negara tropis dan daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing adalah hewan yang ideal hidup di negara-negara tropis dan daerah di mana tanah penggembalaan yang memadai untuk domba atau sapi tidak tersedia (Thorstensen, 1993).

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI EKONOMI LIMBAH KULIT IKAN PARI TERSAMAK

PENINGKATAN NILAI EKONOMI LIMBAH KULIT IKAN PARI TERSAMAK PENINGKATAN NILAI EKONOMI LIMBAH KULIT IKAN PARI TERSAMAK Oleh Latif Sahubawa, Meilynda & Pertiwiningrum JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA A. Latar Belakang PENDAHULUAN 1. Potensi

Lebih terperinci

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 997 Selain itu, nilai tambah produk olahan dan sisa produk olahan pada akhirnya akan bisa menaikkan pendapatan petan

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 997 Selain itu, nilai tambah produk olahan dan sisa produk olahan pada akhirnya akan bisa menaikkan pendapatan petan Lokakarya Fungsional Non Peneliti 997 TEKNIK PEMBUATAN SILASE IKAN Suharto Balai Penelitian Temak Ciawi, P.O. Box 22, Bogor 6002 PENDAHULUAN Sebagai negara yang belakangan ini dijuluki Benua Maritim, Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI Rhizopus sp. SEBAGAI AGEN PENGIKIS PROTEIN TERHADAP MUTU KULIT IKAN GURAMI TERSAMAK

KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI Rhizopus sp. SEBAGAI AGEN PENGIKIS PROTEIN TERHADAP MUTU KULIT IKAN GURAMI TERSAMAK VOLUME 2 No. 2, 22 Juni 2013 Halaman 71-158 KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI Rhizopus sp. SEBAGAI AGEN PENGIKIS PROTEIN TERHADAP MUTU KULIT IKAN GURAMI TERSAMAK Ratri Nur Hayati, Latif Sahubawa, dan Amir Husni

Lebih terperinci

LAMPIRAN A TUGAS KHUSUS

LAMPIRAN A TUGAS KHUSUS LAMPIRAN A TUGAS KHUSUS PENGOLAHANL~BAH A.I Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemamya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KULIT CEKER AYAM YANG DISAMAK DENGAN KOMBINASI KROM DAN MIMOSA SERTA EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.

KARAKTERISTIK KULIT CEKER AYAM YANG DISAMAK DENGAN KOMBINASI KROM DAN MIMOSA SERTA EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn. KARAKTERISTIK KULIT CEKER AYAM YANG DISAMAK DENGAN KOMBINASI KROM DAN MIMOSA SERTA EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) SAHID MAS WIJAYA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki potensi kelautan yang sangat besar. Secara umum, potensi sumber daya kelautan di seluruh Nusantara Indonesia mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Laboratorium Keamanan dan Mutu Pangan Universitas Brawijaya Malang. Penelitian

Lebih terperinci

APLIKASI GAMBIR SEBAGAI BAHAN PENYAMAK KULIT MELALUI PENERAPAN PENYAMAKAN KOMBINASI

APLIKASI GAMBIR SEBAGAI BAHAN PENYAMAK KULIT MELALUI PENERAPAN PENYAMAKAN KOMBINASI Jurnal Litbang Industri, Vol.2 No.2, Desember 2012: 55-62 APLIKASI GAMBIR SEBAGAI BAHAN PENYAMAK KULIT MELALUI PENERAPAN PENYAMAKAN KOMBINASI Application of Gambier As a Tanning Agent Through The Implementation

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM PERKARBONAT DAN JUMLAH AIR PADA PENYAMAKAN KULIT SAMOA TERHADAP MUTU KULIT SAMOA

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM PERKARBONAT DAN JUMLAH AIR PADA PENYAMAKAN KULIT SAMOA TERHADAP MUTU KULIT SAMOA Jurnal Teknologi Industri Pertanian (1):1-9 (1) Ono Suparno dan Eko Wahyudi PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM PERKARBONAT DAN JUMLAH AIR PADA PENYAMAKAN KULIT SAMOA TERHADAP MUTU KULIT SAMOA THE EFFECTS OF

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Kimia dan Laboratorium Biondustri TIN IPB, Laboratorium Bangsal Percontohan Pengolahan Hasil

Lebih terperinci

Perbedaan Kualitas Kulit Samak Dari Berbagai Provenans Akasia (Acacia mangium Willd) dan Kepekatan

Perbedaan Kualitas Kulit Samak Dari Berbagai Provenans Akasia (Acacia mangium Willd) dan Kepekatan Perbedaan Kualitas Kulit Samak Dari Berbagai Provenans Akasia (Acacia mangium Willd) dan Kepekatan Oleh : Panji Probo Saktianggi, Kasmudjo, Rini Pujiarti 1 )Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KULIT CEKER AYAM YANG DISAMAK DENGAN KOMBINASI KROM DAN MIMOSA SERTA EKSTRAK DAUN TEH (Camelia sinensis) ABDUL HALIM

KARAKTERISTIK KULIT CEKER AYAM YANG DISAMAK DENGAN KOMBINASI KROM DAN MIMOSA SERTA EKSTRAK DAUN TEH (Camelia sinensis) ABDUL HALIM KARAKTERISTIK KULIT CEKER AYAM YANG DISAMAK DENGAN KOMBINASI KROM DAN MIMOSA SERTA EKSTRAK DAUN TEH (Camelia sinensis) ABDUL HALIM DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB II SIFAT DASAR KULIT IKAN KAKAP

BAB II SIFAT DASAR KULIT IKAN KAKAP BAB II SIFAT DASAR KULIT IKAN KAKAP Sampai saat ini, kulit ikan masih terdengar asing untuk disejajarkan dengan kulit kambing, kulit sapi, kulit ular, atau kulit reptil sebagai material bahan baku produk,

Lebih terperinci

PERBEDAAN KUALITAS KULIT KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DAN PERANAKAN BOOR(PB) YANG DISAMAK KROM

PERBEDAAN KUALITAS KULIT KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DAN PERANAKAN BOOR(PB) YANG DISAMAK KROM PERBEDAAN KUALITAS KULIT KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DAN PERANAKAN BOOR(PB) YANG DISAMAK KROM Mustakim, Aris SW. dan A.P. Kurniawan Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya ABSTRAK

Lebih terperinci

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam Asam Basa dan Garam Asam Basa dan Garam A Sifat Asam, Basa, dan Garam 1. Sifat asam Buah-buahan yang masih muda pada umumnya berasa masam. Sebenarnya rasa masam dalam buah-buahan tersebut disebabkan karena

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH KOMBINASI BAHAN PENYAMAK FORMALIN dan SYNTAN DENGAN BATING AGENT PANKREAS SAPI TERHADAP KUALITAS KULIT PARI TERSAMAK

KAJIAN PENGARUH KOMBINASI BAHAN PENYAMAK FORMALIN dan SYNTAN DENGAN BATING AGENT PANKREAS SAPI TERHADAP KUALITAS KULIT PARI TERSAMAK KJIN PENGRUH KOMINSI HN PENYMK FORMLIN dan SYNTN ENGN TING GENT PNKRES SPI TERHP KULITS KULIT PRI TERSMK (The Influence of Formalin and Syntan Mixture with the ow Pancreas gent ating on the Quality of

Lebih terperinci

PENYAMAKAN KHROM KULIT IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcalifer) DIKOMBINASI DENGAN EKSTRAK BIJI PINANG TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK KULIT ADE KOMALASARI

PENYAMAKAN KHROM KULIT IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcalifer) DIKOMBINASI DENGAN EKSTRAK BIJI PINANG TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK KULIT ADE KOMALASARI 1 PENYAMAKAN KHROM KULIT IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcalifer) DIKOMBINASI DENGAN EKSTRAK BIJI PINANG TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK KULIT ADE KOMALASARI DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT SAPI DAN DOMBA DI WILAYAH GARUT

LAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT SAPI DAN DOMBA DI WILAYAH GARUT LAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN Mata Kuliah : Pengolahan Hasil Ikutan Dosen : Ir. B. N. Polii, S.U Ternak M. Sridu Resta, S.Pt, M.Sc Tanggal : 21 Mei 2011 Irma Isnafia Arief, S.Pt. M.Si Kelompok : 6 / G2 Asisten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Total produksi penangkapan dan perikanan udang dunia menurut Food and Agriculture Organization pada tahun 2009 berkisar 6 juta ton pada tahun 2006 [1] dan mempunyai

Lebih terperinci

PENGARUH PENYAMAKAN KHROM KULIT IKAN KAKAP PUTIH DIKOMBINASI DENGAN EKSTRAK BIJI PINANG TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK KULIT

PENGARUH PENYAMAKAN KHROM KULIT IKAN KAKAP PUTIH DIKOMBINASI DENGAN EKSTRAK BIJI PINANG TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK KULIT PENGARUH PENYAMAKAN KHROM KULIT IKAN KAKAP PUTIH DIKOMBINASI DENGAN EKSTRAK BIJI PINANG TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK KULIT Chrome Tanning Leather of Giant Sea Perch Combined with Seed Extract Areca Nut

Lebih terperinci

MODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT. Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P

MODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT. Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P MODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fak.Peternakan Universitas Hasanuddin TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

Lebih terperinci

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN JENIS ASAM PADA PROSES PICKLE TERHADAP KUALITAS KIMIA KULIT KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE

PENGARUH PENGGUNAAN JENIS ASAM PADA PROSES PICKLE TERHADAP KUALITAS KIMIA KULIT KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE PENGARUH PENGGUNAAN JENIS ASAM PADA PROSES PICKLE TERHADAP KUALITAS KIMIA KULIT KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE USE EFFECT OF TYPE ACID ON THE PICKLE PROCESSING ON CHEMICAL QUALITY FROM THE SKINS OF

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KUALITAS KULIT MENTAH KELINCI REX

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KUALITAS KULIT MENTAH KELINCI REX FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KUALITAS KULIT MENTAH KELINCI REX ROSSUARTINI DAN R. DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak PO Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Hasil penyamakan pada kulit bulu (fur)

Lebih terperinci

(Colocasia esculenta) Wardatun Najifah

(Colocasia esculenta) Wardatun Najifah KAJIAN KONSENTRASI FIRMING AGENT DAN METODE PEMASAKAN TERHADAP KARAKTERISTIK FRENCH FRIES TARO (Colocasia esculenta) Wardatun Najifah 123020443 Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Ir. Hervelly, MP.,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kulit. 2.2 Proses Penyamakan (Kurst)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kulit. 2.2 Proses Penyamakan (Kurst) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit merupakan salah satu jenis hasil ternak yang sekarang ini telah dijadikan sebagai suatu komoditi perdagangan dengan harga yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah kulit buah manggis, ethanol, air, kelopak bunga rosella segar, madu dan flavor blackcurrant. Bahan kimia yang digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pemerintah menghimbau masyarakat dan pengusaha untuk meningkatkan ekspor non migas sebagai sumber devisa negara. Sangat diharapkan dari sektor pertanian,

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Februari 2009, Hal Vol. 4, No. 1 ISSN :

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Februari 2009, Hal Vol. 4, No. 1 ISSN : PENGARUH PENGGUNAAN KUNING TELUR AYAM RAS DALAM PROSES PEMINYAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEMULURAN, PENYERAPAN AIR DAN KEKUATAN JAHIT KULIT CAKAR AYAM PEDAGING SAMAK KOMBINASI (KROM-NABATI) The Effect

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2012 Januari 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2012 Januari 2013 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2012 Januari 2013 yang bertempat di Desa Bongo Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo dan tempat pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KETAHANAN TARIK DAN KETAHANAN SOBEK KERTAS SENI Hasil penelitian tentang kertas yang terbuat dari bulu ayam dan kulit jagung diperoleh data hasil pengujian ketahanan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KULIT KAKI AYAM YANG DISAMAK DENGAN KROM DAN MIMOSA SERTA EKSTRAK KULIT BUAH SALAK (Salacca Edulis Reinw) YUSUF JAFAR RIZALI

KARAKTERISTIK KULIT KAKI AYAM YANG DISAMAK DENGAN KROM DAN MIMOSA SERTA EKSTRAK KULIT BUAH SALAK (Salacca Edulis Reinw) YUSUF JAFAR RIZALI KARAKTERISTIK KULIT KAKI AYAM YANG DISAMAK DENGAN KROM DAN MIMOSA SERTA EKSTRAK KULIT BUAH SALAK (Salacca Edulis Reinw) YUSUF JAFAR RIZALI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN ABON IKAN 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Proses Produksi Kulit Samak Pengamatan terhadap proses produksi kulit samak di industri penyamakan kulit Haji Ali Ahmad terfokus pada bahan baku kulit kambing. Kulit kambing

Lebih terperinci

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kulit Kulit adalah lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, tempat bulu binatang itu tumbuh. Ensiklopedia Indonesia menjelaskan bahwa kulit adalah lapisan

Lebih terperinci

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

KERUPUK UDANG ATAU IKAN KERUPUK UDANG ATAU IKAN 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Maksud Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Kerangka Pemikiran,

Lebih terperinci

NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI INDUSTRI PENGOLAHAN GOLONGAN POKOK INDUSTRI KULIT,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN MUHAMAD AZIS MUSLIM KELAS : 11-D3MI-01) NIM : 11.02.7919 KELOMPOK : A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 ABSTRAK Karya tulis ini dibuat

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Masalah Yang Diketengahkan Di Era persaingan pasar global yang sangat keras pada saat ini membuat ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang mengalami kemajuan pesat. Kemajuan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN : PENGARUH PRESENTASE KUNING TELUR ITIK DAN ASAM FORMIAT DALAM PROSES PEMINYAKAN TERHAAP KEKUATAN FISIK KULIT AYAM PEDAGING SAMAK KHROM Effect of Ducks Yolk and Formic Acid in Fat Liquoring Process on the

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSENTRASI KROM DAN GAMBIR PADA PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus albacore) JONATHAN PURBA

PENENTUAN KONSENTRASI KROM DAN GAMBIR PADA PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus albacore) JONATHAN PURBA PENENTUAN KONSENTRASI KROM DAN GAMBIR PADA PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus albacore) JONATHAN PURBA DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

PENYAMAKAN KULIT KAMBING UNTUK MEMPEROLEH KULIT TERSAMAK BERKEKUATAN TARIK TINGGI MELALUI PENYAMAKAN KOMBINASI

PENYAMAKAN KULIT KAMBING UNTUK MEMPEROLEH KULIT TERSAMAK BERKEKUATAN TARIK TINGGI MELALUI PENYAMAKAN KOMBINASI Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 PENYAMAKAN KULIT KAMBING UNTUK MEMPEROLEH KULIT TERSAMAK BERKEKUATAN TARIK TINGGI MELALUI PENYAMAKAN KOMBINASI Anwar Kasim 1, Sri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan mie gembili adalah sebagai berikut: 1. Alat yang digunakan: a. Panci b. Slicer c. Pisau d. Timbangan e. Screen 80 mesh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan rangkaian peralatan proses pembuatan faktis yang terdiri dari kompor listrik,panci, termometer, gelas

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA 1 LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENINGKATAN FLEKSIBILITAS KULIT IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcalifer Bloch) TERSAMAK DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK BIJI PINANG (Areca catechu L) UNTUK BAHAN PEMBUATAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KAYU SECANG (Caesalpinia sappan) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI RAPID DALAM PEWARNAAN KULIT SAMAK IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

PENGGUNAAN KAYU SECANG (Caesalpinia sappan) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI RAPID DALAM PEWARNAAN KULIT SAMAK IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Available online at Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology (IJFST) Website: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/saintek Jurnal Saintek Perikanan Vol.11 No.1 :34-40, Agustus 2015 PENGGUNAAN

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam 13 BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam Pellet Terhadap Serat Kasar dan Kualitas Fisik Pellet dilaksanakan pada bulan Juli 2014 di Laboratorium

Lebih terperinci