F. Teknologi Pengolahan Produk Kulit Ikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "F. Teknologi Pengolahan Produk Kulit Ikan"

Transkripsi

1 F. Teknologi Pengolahan Produk Kulit Ikan 1. Potensi Produksi Ikan Pari Total hasil tangkap ikan pari meningkat drastis dibandingkan jenis ikan lainnya secara nasional dalam kurun waktu (Tabel 4-5) (Anonim, 2008). Berdasarkan data Tabel 4-5, rerata persentase kenaikan produksi ikan pari jenis pari macan, kelelawar dan burung melebihi jumlah ikan secara keseluruhan dari persentase kenaikan rata-rata produksi perikanan nasional. Hal ini membuktikan bahwa kulit ikan pari memiliki produksi yang cukup besar dan berpotensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan sebagi usaha-usaha ekonomi produktif penyamakan dan pengolahan produk kulit. Tabel 4-5. Produksi Perikanan Tangkap Di Laut Tahun (Ton) Rerata Kenaikan Tahun Produksi No Jenis Ikan Pari (%) Pari Mmcan ,89 2 Pari kelelawar Pari burung ,28 4 Pari hidung sekop ,00 5 Pari kekeh ,02 Produksi Nasional ,70 2. Karakteristik Ikan Pari Menurut Mukhtar (2008), ikan pari (rays) termasuk dalam sub grup Elasmobranchii, yaitu kelompok ikan bertulang rawan dan grup Cartilaginous (Last and Stevens, 1994). Ikan pari mempunyai bentuk tubuh gepeng melebar (depressed), mempunyai ekor yang memanjang menyerupai cemeti. Pada beberapa spesies, ekor ikan pari dilengkapi duri penyengat sehingga disebut sting-rays, matanya terletak di kepala bagian samping. Ukuran ikan pari dewasa bervariasi, mulai dari ukuran lebar 5 cm dengan panjang 10 cm (famili Narkidae) hingga berukuran sangat besar (lebar 610 cm & panjang 700 cm (pari manta, famili Mobulidae). Bagian-bagian ikan pari dapat dilihat pada Gambar Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 42 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

2 a tubuh bagian dorsal mata spiracle nasal aperture mulut gill slits bagian ventral b ekor dorsal fin pelvic fin anus Gambar Bagian-bagian ikan pari: atas (a) & bawah (b) Kulit pari memiliki bentuk dan corak sisik yang sangat khas, berupa butiranbutiran kecil (manik-manik) yang dapat memancarkan cahaya yang gemerlapan apabila disamak dengan baik. Manik-manik tersebut dapat diamplas sampai rata dengan permukaan kulit dan atau dibiarkan dalam bentuk aslinya (utuh). Pada bagian tengah kulit terdapat deretan butiran yang cukup besar (disebut mutiara), sedangkan butiran lainnya semakin ke tepi semakin kecil (Irianto dkk, 2007). Butiran sisik seperti mutiara pada permukaan kulit ikan pari seperti terlihat pada Gambar manik-manik mutiara Gambar Mutiara dan manik-manik kulit ikan pari 3. Penyamakan Kulit Pari Menurut Anonim (2005), proses penyamakan kulit pada dasarnya adalah kegiatan mengubah kulit mentah yang bersifat labil yaitu cepat membusuk menjadi kulit tersamak (leather) yang stabil untuk dijadikan bahan baku produk kulit dengan harga jual yang Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 43 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

3 cukup tinggi. Secara garis besar proses penyamakan dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: a. Penyamakan nabati (mimosa/tannin): menggunakan bahan penyamak dari ekstra/sari tumbuh-tumbuhan (akasia, nangka, secang, bakau, dan lain sebagainya). b. Penyamakan mineral: mengunakan mineral sebagai agensia penyamak, seperti: krom, besi, dan zirkonium. c. Penyamakan sintetis: menggunakan bahan penyamak kimia (formaldehid & syntan). Menurut Haq dkk (2000) & Sahubawa (2009), proses penyamakan mengikuti tahapan-tahapan berikut: (1). Sortasi dan penimbangan. Sortasi dilakukan untuk membersihkan bahan baku dari benda-benda asing, termasuk darah, lendir, bau fesing dan bau amis. Penimbangan dilakukan untuk menentukan banyaknya kemikalia yang akan digunakan. (2). Perendaman (soaking). Tujuannya untuk mengembalikan kadar air kulit sehingga mendekati kondisi kulit segar, serta mempersiapkan kulit secara fisik dan kimia untuk memulai proses penyamakan. Proses perendaman menggunakan bahan antiseptik dengan tujuan untuk menghilangkan jamur dan bakteri yang terdapat pada kulit. (3). Pencucian. Tujuannya untuk membersihkan sisa garam, menghilangkan sisa daging, sisa lemak, darah, dan kotoran lain yang menempel pada kulit. Pencucian dilakukan melalui 2 cara yaitu: (a) memasukkan kulit ke dalam bak berisi air dan diaduk. Air yang telah kotor dibuang dan diganti dengan air bersih, diaduk kembali berulangulang sampai air bekas pencucian bersih ; (b) merentangkan kulit di atas lantai dengan bagian daging menghadap ke atas dan menyikat bagian daging sambil disiram dengan air bersih hingga kotorannya hilang. (4). Pengapuran. Tujuannya adalah melepaskan epidermis dari kulit dan membuka tenunan kulit dengan cara hidrolisa sehingga serat-serat kolagen dan elastin menjadi serat-serat yang lebih kecil, terjadi penyabunan lemak sehingga mudah dihilangkan dari permukaan kulit. (5). Pembuangan daging dan sisik. Setelah kulit dipisahkan dari daging, sisa-sisa daging yang melekat dihilangkan agar tidak mengganggu proses penyamakan, sisik yang menempel pada kulit dihilangkan dengan cara pengerokkan sisik searah dengan arah posisi tumbuh sisik. (6). Pembuangan kapur. Setelah proses pengapuran masih terdapat sisa kapur yang perlu dibuang. Selain kapur bebas, terdapat pula kapur terikat dalam kulit yang dibuang dengan cara pencucian kembali dengan air bersih yang mengandung garam (larutan garam). Garam yang terbaik adalah amonium sulfat, proses pembuangan Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 44 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

4 kapur dapat lebih mudah karena tidak ada pengendapan dan tidak terjadi pembengkakan pada kulit. (7). Pelumatan. Pelumatan merupakan istilah khusus yang bertujuan untuk membuka tenunan kulit lebih sempurna melalui aktivitas enzim. Fungsi enzim melanjutkan hidrolisa dari serat kolagen dan elastin. Proses ini bertujuan untuk menjadikan kulit halus dan lemas. Kulit yang telah dibuang kapurnya menjadi lemas, bahan-bahan yang digunakan dalam pelumatan dapat berupa bahan sintetik (pancreol, peroly, curtrilin, enzyln, dan oropon). Pelumatan yang berlebihan dapat menyebabkan kulit terlalu lemas dan menipis. Tujuan pelumatan ini juga adalah untuk melanjutkan pembuangan semua zat-zat bukan kolagen yang belum hilang dalam proses pengapuran secara enzimatis. (8). Pikel (pengasaman). Pikel adalah peredaman kulit dalam larutan garam dan asam setelah kulit dikapur, dilumatkan dan dikerok. Pemikelan dapat memperbaiki penetrasi zat penyamak. Pemanasan pada pemikelan yang berlebihan dapat mengakibatkan rajah terkelupas. (9). Penyamakan. Penyamakan absorbsi dari zat penyamak dalam larutan oleh substansi kulit yang akan mengubah kulit mentah menjadi kulit tersamak yang stabil. (10). Pengetaman. Kulit setelah ditumpuk selama 1-2 hari diperas untuk menghilangkan airnya. Kulit diketam dengan mesin ketam untuk mengatur tebal kulit hingga merata seluruh kulit. Kulit ditimbang untuk menentukan jumlah bahan yang diperlukan dalam proses selanjutnya, kemudian kulit dicuci dengan air mengalir. (11). Penetralan. Penetralan biasanya menggunakan garam alkali (NaHCO 3 dan Neutrigan), tujuannya adalah terjadi reaksi pengikatan zat warna pada substansi kulit secara perlahan-lahan, sehingga zat warna akan meresap sedikit kedalam substansi kulit sebelum berikatan. Penetralan juga untuk melindungi substansi kulit tersamak dari asam-asam yang terikat maupun yang bebas karena dengan adanya asam-asam tersebut maka proses perwarnaan tidak sempurna. (12). Pewarnaan atau pengecatan. Pewarnaan adalah pemberian zat warna yang dapat meresap ke dalam jaringan kulit sehingga berfungsi sebagai warna dasar. Terdapat 2 zat warna kulit tersamak yaitu warna alami (dari tumbuh-tumbuhan dan hewan) serta zat warna buatan (sintesis). (13). Peminyakan kulit. Metode peminyakan kulit yaitu memberikan minyak pada lembaran kulit degan cara mengulas, pelemakan dalam tong berputar, dan pencelupan dalam lemak panas. Pelemakan dalam tong berputar untuk mencegah keluarnya zat penyamak, mencegah oksidasi zat penyamak dan membuat rajah lebih elastis. Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 45 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

5 (14). Pengeluaran air dan pengeringan kulit tersamak. Pengeringan dilakukan dengan cara biasa (pengeringan angin), tetapi lebih baik jika suhu dinaikkan secara betahap. Setelah pengeringan, dilanjutkan dengan pengerjaan mekanis, diantaranya pengetupan, pementangan, dan menghempelas pada rajah kulit. Pres panas (seterika) untuk mengkilapkan warna dan untuk memberi tarikan mekanis pada kulit untuk melemaskannya. 4. Ukuran dan Harga Kulit Pari Tersamak Kulit ikan sebagai hasil sampingan industri perikanan bisa mencapai 5 10% dari bobot ikan. Kulit ikan pari yang disamak sampai tahap penyelesaian (finishing) mempunyai nilai tambah cukup tinggi, tergantung dari jenis dan kualitasnya. Harga kulit ikan pari mentah per lembarnya antara Rp , sedangkan kulit jadinya dihitung dengan lebar punggungnya, kira-kira Rp /inci. Rata-rata kulit ikan pari mempunyai lebar antara 6-15 inci. Harga kulit tersamak tergantung dari jenis dan ukurannya. Harga kulit tersamak dari ikan pari jenis pasir berbeda dengan jenis cingir atau jenis macan. Semakin indah rajah/mutiara/manik-manik kulit yang dimunculkan serta makin lebar garis punggungnya, harga per incinya akan semakin mahal (Untari dkk, 2007 ; Sahubawa, 2009 & 2010). Menurut Direktur CV. Fanri Collection (2009), ikan pari memiliki jenis yang beranekaragam, yaitu pari batu halus, krikil, cingir, mondol, macan dan duri. Masingmasing jenis memiliki ukuran berbeda (kecil, sedang, besar), kecuali jenis krikil dan batu halus yang hanya memiliki kulit ukuran kecil. Ukuran kulit dan kisaran harga kulit ikan pari tersamak seperti diperlihatkan pada Tabel 4-6. Tabel 4-6. Ukuran Kulit dan Kisaran Harga Kulit Ikan Pari Tersamak Lebar Garis Ukuran Punggung Jenis Ikan Pari Harga (Rp/inci) Kecil ±5 inci Batu halus, krikil Jenis batu halus dan krikil: Sedang ±8 inci Cingir, mondol Jenis cingir dan mondol: Besar ±11 inci Cingir, mondol, Jenis macan: duri, macan, dll Jenis duri: /40cm 5. Produk Kulit (Utama dan Turunan) Dewasa ini, salah satu komoditi perikanan andalan ekspor penting yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia adalah produk kulit ikan (pari, kakap, kerapu, nila, mas, gurame, dan sejenisnya). Nilai ekspor produk kulit Indonesia pada periode tahun mengalami peningkatan, yaitu dari US$ 1,225 milyar Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 46 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

6 pada tahun 2000 menjadi US$ 3,106 milyar pada tahun 2004 (Antara News cit Irianto dkk, 2007). Jenis-jenis produk utama dan turunan yang berasal dari kulit ikan, antara lain: tas, sepatu, dompet (laki-laki dan wanita), ikat pinggang, cover handphone, dan gantungan kunci mobil, dan berbagai aksesoris lainnya. Produk utama yang berasal dari kulit ikan pari tersamak ialah produk kulit yang memanfaatkan bagian mutiara terbesar dari kulit pari, sedangkan produk turunan diolah (reuses) dari sisa kulit produk utama. Khususnya untuk kulit pari, beberapa produk utama dapat diperlihatkan pada Gambar 4-15, serta produk turunan seperti pada Gambar Gambar Beberapa jenis produk utama kulit ikan pari Gambar Produk-produk turunan kulit ikan pari Menurut Sahubawa dkk, (2010), produk kulit dapat dipasarkan dalam bentuk kulit awetan (awetan garam kering), kulit tersamak, serta bentuk barang kerajinan di pasar lokal, nasional, serta ekspor. Pemasaran kulit ikan di pasar lokal dan nasional Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 47 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

7 umumnya dalam bentuk kulit awetan dan tersamak untuk memenuhi kebutuhan industri kerajinan kulit dalam negeri. Industri kerajinan kulit dalam negeri seperti yang ada di Sidoarjo, Magetan, Semarang, Yogyakarta, dan Bandung merupakan pasar potensial bagi kulit ikan tersamak. Menurut Untari dkk (2007), kulit ikan tersamak dan produk kulit ikan memiliki peluang pasar ekspor yang cukup luas. Volume dan nilai ekspor komoditi kulit tersamak serta barang kulit dapat dilihat pada Tabel 4-7. Tabel 4-7. Ekspor komoditas kulit selama tahun No Sektor Tahun 2005 Tahun 2006 Ribu Ton Juta US$ Ribu Ton Juta US$ 1 Total ekspor produk kulit , , , ,624 2 a. Kulit (raw hides, skins, leather). b. Barang Kulit (articles of leather). c. Sepatu (footwear, part of such articles). Jumlah % 2abc terhadap 1 52, , Sumber: Statistik ekspor impor, BPS Data statistik tersebut menunjukkan bahwa bisnis produk perkulitan memiliki potensi yang cukup besar di bidang industri, dimana pada tahun 2005 industri perkulitan memiliki kapasitas ekspor kulit cukup besar, meskipun terjadi sedikit penurunan di tahun Pengembangan industri perkulitan tersebut, akan diikuti dengan peningkatan inovasi kalangan usaha dalam pemanfaatan limbah kulit secara maksimal untuk berbagai produk turunan dan atau aksesoris yang memiliki nilai tambah cukup besar. Berbagai jenis limbah kulit dan contoh produk kulit yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4-8. Tabel 4-8 memperlihatkan bahwa limbah kulit ikan pari tersamak yang merupakan sisa dari pembuatan produk kulit utama masih memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Diketahui bahwa setelah pembuatan produk utama, dengan limbah kulit ikan pari jenis ukuran kecil dan sedang masih dapat dihasilkan 1 produk turunan, dengan nilai jual yang cukup tinggi, hampir sama dengan nilai jual produk utama, sedangkan untuk limbah kulit ikan pari jenis ukuran besar dapat dihasilkan 2 produk turunan. Dengan demikian, limbah kulit pari sisa pembuatan produk utama memiliki potensi ekonomi cukup besar untuk dimanfaatkan secara optimal. Menurut Direktur CV. Fanri Collection (Usaha Kecil Produk Kulit Ikan) Sleman Yogyakarta, permintaan produk kulit ikan pari tersebar di beberapa daerah di Indonesia seperti Medan, Jakarta, Bandung, Bali dan Malang, namun pada saat libur panjang banyak sekali wisatawan domestik dari berbagai daerah yang membeli produk kulit ikan Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 48 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

8 Tabel 4-8. Beragam jenis ukuran kulit pari dan contoh produk kulit yang dihasilkan Jenis & Ukuran Kulit Pari Kecil Sedang Besar Kisaran Produk Contoh Produk Utama Harga (Rp.000) Cover handphone s Tempat kartu nama 125 Gantungan kunci Dompet laki-laki (5 inci) 150 Dompet wanita 250 Dompet laki-laki (6 inci) Ikat pingang mata Ikat pinggang duri 500 Tas Sumber: Data primer 2010 diolah Dompet wanita 300 Produk dari Limbah Kulit Tersamak gantungan kunci tanpa mata cover handphone tanpa mata gantungan kunci tanpa mata ikat pinggang tanpa mata Produk Kisaran Harga (Rp.000) (gantungan kunci & ikat pinggang) Menurut Sahubawa (2011), berbagai jenis produk kulit ikan komersial lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dengan permintaan pasar tingg, baik di pasar domestik maupun ekspor adalah dompet, tas, gantungan kunci dan berbagai aksesoris lainnya, seperti yang diperlihatkan pada Gambar Haga produk kulit ukuran kecil berukuran kecil (seperti gantungaan kunci) berkisar antara Rp , dompet pria Rp , dompet wanita Rp , serta ikat pinggang (mata penuh ±Rp , mata-3 ±Rp , serta mata-1 Rp ). 1. Alat dan Bahan G. Teknik Pengolahan Produk Kulit Ikan Peralat yang dipakai dalam pembuatan produk yaitu: alat tulis (spidol, pensil, penggaris besi dan plastik, gunting), mesin gerinda keramik, alat cat semprot (spray gun), sikat (sikat gigi, plastik, besi), pemotong (pisau/chutter), jarum jahit, dan mesin jahit. Berbagai macam bahan yang digunakan dalam pembuatan produk yaitu: kulit tersamak (kulit konpensional dan nonkonpensional), lem cair, benang jahit, bensin, kain vuring, cat mobil serta tinner, dan jenis bahan lainnya. 2. Persiapan Pembuatan Produk Turunan Produk turunan merupakan produk yang memiliki fungsi dalam penggunaannya, hanya saja berasal dari limbah kulit ikan pari tersamak yang tidak memiliki mutiara terbesar, tetapi kulitnya masih dapat digunakan untuk membuat produk kulit, sehingga dapat menghasilkan nilai jual yang cukup tinggi. Pemanfaatan kulit ikan pari tersamak dalam pembutan produk utama dan turunan seperti terlihat pada Gambar Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 49 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

9 Gambar Jenis produk kulit ikan pari (Sumber: Sahubawa, 2011) Limbah kulit tersamak berupa sisa kulit yang tidak mempunyai ruang tengah (butir mutiara), yang meliputi spesimen sekitar mata, punggung bagian pinggir kanan dan kiri, serta ekor. Berdasarkan perhitungan berat kulit jenis ukuran sedang terhadap kulit pari utuh, diketahui persentase kulit ikan pari tersamak sebagai berikut. a. Total rendemen limbah kulit pari memiliki : ± 62,50% b. Rendemen kulit pari untuk produk utama : ± 37,50% c. Rendemen kulit pari untuk produk turunan : ± 21,25% d. Rendemen limbah kulit pari produk turunan : ± 41,25% Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 50 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

10 A B C D E Gambar Pemanfaatan limbah kulit ikan pari (A: kulit ikan pari utuh, B: pengambilan spesimen kulit bagian tengah untuk produk utama, C: limbah kulit ikan pari setelah pengambilan bagian tengah, D: sampel limbah kulit yang dimanfaatkan untuk produk turunan, E: limbah kulit pari setelah pembuatan produk turunan) Selama ini limbah produk kulit ikan pari biasanya dibuang dan atau dijual ke penadah barang bekas harga Rp /kg (di Jakarta dan Surabaya). Setiap 1 lembar limbah kulit ikan pari jenis ukuran sedang (jenis mondol ukuran ±8 inci) memiliki berat ±0,1 kg dengan harga Rp 5.000/lembar. Setiap 1 lembar limbah kulit ikan pari tersebut dapat menghasilkan 1 produk turunan (seperti cover handphone, gantungan kunci, ikat pinggang, dan aksesoris lainnya). Proses pembuatan produk turunan (gantungan kunci mobil dan sepeda motor, serta cover handphone) dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Pemilihan kualitas bahan baku Limbah kulit tersamak adalah berupa sisa kulit bagian atas, bawah, kiri dan kanan dari kulit utama (kulit bagian tengah yang memiliki butiran mutiara untuk pembuatan produk utama), yang masih memiliki kondisi fisik yang baik (butiran mutiara tidak cacat dan kulit tidak robek) serta memiliki ukuran yang cukup dengan pola ukuran produk turunan. Limbah kulit pari tersamak dan proses pemilihan kualitas bahan baku limbah kulit dapat dilihat pada Gambar 4-19 dan b. Pembuatan pola Pembentukan pola tergantung dari model yang diinginkan, seperti bujur sangkar, empat persegi panjang, oval, atau lonjong (Gambar 4-21). Pola dipotong dengan gunting (Gambar 4-22), kemudian dilakukan pelemasan dan penipisan dengan mesin pengamplas (Gambar 4-23), selanjutnya dilakukan penempelan karton pada kulit dengan lem cair (Gambar 4-24). Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 51 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

11 Gambar Limbah (sisa) kulit pari tersamak hasil pengolahan produk utama Gambar Pemilihan kulit untuk produk utama disesuaikan pola produk Gambar Cara pemotongan pola dengan gunting Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 52 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

12 Gambar Contoh pola produk kulit turunan Gambar Proses pelemasan dan penipisan c. Penggrendaan Gambar Penempelan kulit pada karton Kulit yang sudah dilapisi dengan karton (lihat Gambar 4-24), kemudian digrenda jalan tempat jaitan untuk memudahkan proses penjahitan. Penggrendaan dilakukan Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 53 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

13 dengan mesin grenda keramik (Gambar 4-25), dengan hasil akhir produk seperti diperlihatkan pada Gambar Gambar Proses penggrendaan tempat jahitan Gambar Kulit setelah proses grenda d. Penghalusan Penghalusan permukaan kulit produk dengan mesin pengamplas (Gambar 4-27) dan amplas manual (Gambar 4-28) hingga permukaannya rata dan halus. Setelah proses penghalusan, kemudian disikat debu yang masih melekat di sela-sela kulit dengan sikat gigi dan sikat kawat (Gambar 4-29). Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 54 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

14 Gambar Penghalusan dengan mesin amplas Gambar Pengamplasan manual Gambar Pembersihan permukaan kulit dengan sikat besi halus e. Pengecatan Terdapat 2 jenis proses pengecatan yaitu pengecatan dasar dan pengecatan tutup (clear). Pengecatan dasar menggunakan campuran jenis cat mobil yang berfungsi sebagai pemberi warna dasar dan tinner sebagai pengencer, menggunakan alat pengecat semprot Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 55 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

15 (spray gun) (Gambar 4-30). Selesai pengecatan dasar, permukaan kulit disikat rata dengan sikat gigi agar cat yang disemprotkan tersebar merata dan seragam di permukaan kulit, dan terutama di selah-selah butiran mutiara. Pengecatan dasar dilakukan dua kali, dengan selang waktu ±10 menit. Langkah selanjutnya dilakukan pengecatan tutup memakai campuran jenis cat mobil yang berfungsi sebagai cat tutup dan pelindung cat dasar, serta tinner sebagai pengencer (Gambar 4-31). Selesai pengecatan tutup, kulit didiamkan semalaman (over night), supaya cat terserap merata dan kering. Hasil produk kulit setelah pengecatan tutup dapat dilihat pada Gambar Gambar Pengecatan dasar f. Pemotongan Pola Gambar Pengecatan tutup Pemotongan pola dengan alat pemotong seperti gunting dan chutter (Gambar 4-33). Pola kulit setelah proses pemotongan dapat dilihat pada Gambar Langkah selanjutnya lapisan karton yang menempel pada kulit, digosok dengan sikat gigi yang telah dicelupkan dalam bensin. Setelah itu, karton ditarik sedikit demi sedikit dilepaskan dari Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 56 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

16 kulit. Kulit tersebut nantinya akan digabungkan dengan lapisan bagian interior produk. Jadi, selanjutnya dilakukan pembuatan bagian interior produk terlebih dahulu. Proses pelepasan karton tersebut dapat dilihat pada Gambar Gambar Kulit setelah pengecatan tutup g. Desain interior produk Desain interior produk diawali dengan memotong pola kulit sapi tersamak dan kain vuring sebagai bahan pelengkap produk (Gambar 4-36). Kulit sapi tersamak digunakan sebagai bahan dasar bagian interior produk, dan setiap sap (bagian interior) dilapisi kain vuring. Kulit sapi tersamak diseset dengan mesin seset agar kulit sapi lebih tipis dan lebih mudah dalam proses penggabungan dan penjahitan (Gambar 4-37). Langkah selanjutnya, kulit sapi dibuat sesuai dengan model yang diinginkan, seperti bagian interior yang memiliki tempat untuk kartu nama dan KTP, tempat untuk uang koin, atau diberi tambahan motif garis-garis dengan mesin pengepres (Gambar 4-38). Gambar Pemotongan pola Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 57 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

17 Proses pembuatan bagian interior dilakukan dengan menempel kulit sapi yang sudah dimotif dan kain vuring sebagai pelapis dengan lem cair (Gambar 4-39), kemudian diikuti penjahitan bagian pinggir supaya lebih kuat (Gambar 4-40). Bagian interior produk dapat dilihat pada Gambar Selain itu, dapat juga diberi tambahan kait gantungan kunci (Gambar 4-42) sebagai pelengkap fungsi dari suatu produk untuk menambah daya tarik produk. Gambar Pola setelah proses pemotongan Gambar Pelepasan karton Gambar Pemotongan kulit sapi dan kain vuring Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 58 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

18 Gambar Penyesetan kulit sapi Gambar Pembuatan motif garis Gambar Penempelan kulit sapi dengan kain vuring Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 59 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

19 Gambar Penjahitan kulit sapi dengan kain vuring Gambar Bagian interior produk Gambar Pemasangan kait gantungan kunci Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 60 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

20 h. Pembentukkan produk Setelah bagian interior selesai dibuat, selanjutnya bagian eksterior dan finishing produk, dengan langkah-langkah pembuatan sebagai berikut: (a) pemasangan kancing (Gambar 4-43), (b) penempelan kain vuring pada kulit ikan pari dengan lem cair (Gambar 4-44), dan (c) penjahitan bagian pinggir kulit (Gambar 4-45). Proses penggabungan bagian interior dengan kulit ikan dilakukan dengan cara mengoleskan lem cair pada seluruh tepi kulit, kemudian ditempelkan pada kulit ikan pari (Gambar 4-46). Langkah selanjutnya, penjahitan pada setiap tepi dari gabungan bagian interior dengan kulit pari supaya lebih kuat (Gambar 4-47). Selain itu juga dilakukan pemasangan kait gantungan kunci sebagai pelengkap fungsi produk (Gambar 4-48). Gambar Pemasangan kancing Gambar Penempelan kain vuring pada kulit pari Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 61 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

21 Gambar Penjahitan gabungan kulit pari dan kain vuring Gambar Penggabungan bagian interior dengan kulit ikan pari Gambar Penjahitan akhir Gambar Pemasangan kait gantungan kunci Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 62 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

22 i. Finishing Pada tahap finishing, dibersihkan sisa lem yang masih menempel pada produk dengan cara disikat menggunakan sikat gigi atau menggosok permukaan kulit dengan karet mentah (Gambar 4-49). Selain itu juga dilakukan pemotong sisa benang dengan gunting atau dibakar dengan api (Gambar 4-50). Produk turunan yang merupakan hasil akhir dari tahap finishing dapat dilihat pada Gambar Gambar Pembersihan sisa lem dengan kain-bensin Gambar Pembersihan sisa benang jahit nyala-api a b Gambar Produk utama (a), dan produk turunan (b) Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 63 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

23 3. Analisis Nilai Ekonomi Limbah Kulit & Produk Turunan Kulit ikan pari umumnya dimanfaatkan untuk pembuatan produk utama (tas, dompet laki-laki dan wanita, cover handphone, gantungan kunci dan ikat pinggang). Produk utama menggunakan spesimen kulit dengan butiran mutiara dibagian tengah kulit (Gambar 4-52). Limbah kulit belum dimanfaatkan untuk produk turunan dan hanya dibuang sebagai limbah, namun dengan kemajuan Ipteks limbah kulit tersebut dapat dimanfaatkan kembali menjadi produk-produk turunan dengan nilai ekonomi tinggi. Gambar Kulit pari produk utama ± 5 inci ± 8 inci ± 11 inci (a) Ukuran Kecil (b) Ukuran Sedang (c) Ukuran Besar Gambar Limbah kulit ikan pari tersamak Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 64 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

24 Analisis nilai ekonomi ditujukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang dapat diperoleh dari limbah kulit ikan pari tersamak dari setiap ukuran kulit. Ukuran kulit ikan pari dibedakan menjadi 3 jenis (kecil, sedang, dan besar) (lihat Tabel 4-9). Limbah kulit hasil pembuatan produk utama terlihat pada Gambar 4-53, berupa sisa kulit yang tidak mempunyai ruang tengah yang hanya tersisa bagian sekitar mata, punggung bagian pinggir kanan dan kiri, serta bagian ekor. Produk turunan yang diolah dari sisa kulit produk utama seperti terlihat pada Gambar 4-54, 4-55, Nilai jual produk utama/turunan adalah selisih penjualan produk utama/turunan dengan biaya bahan baku dan proses produksi. Biaya proses produksi setiap produk = Rp Diketahui harga limbah kulit ikan pari sebesar Rp /kg. Setiap lembar limbah kulit pari jenis mondol ukuran ±8 inci beratnya ±0,1 kg, sehingga setiap 1 lembar limbah kulit pari memiliki harga ±Rp Masing-masing jenis kulit pari tersamak memiliki kisaran harga berbeda. Komponen proses produksi produk turunan kulit pari tersamak yaitu: a. Harga setiap kulit tersamak (jenis pari mondol Rp 8.000/inci) Ukuran kecil = Rp Ukuran sedang = Rp Ukuran besar = Rp b. Biaya pengolahan produk = Rp /buah Rasio nilai ekonomi yang diperoleh dari 1 lembar limbah kulit pari (ukuran kecil, sedang, dan besar) dari nilai jual produk utama serta produk turunan dapat dilihat pada Tabel 4-9. Gambar Gantungan kunci mobil Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 65 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

25 Ukuran Kulit Tabel 4-9. Rasio Nilai Ekonomi Limbah Kulit Ikan Pari Harga (Rp) Biaya Proses Produksi (Rp) Harga (Rp) Biaya Proses Produksi (Rp) Total Nilai Jual (Rp) (2-3) + (4-5) Rasio Nilai Ekonomi (Rp) (6) : (2-3) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Kecil ,60 : 1 2 Sedang ,59 : 1 3 Besar ,86 : 1 Rasio Rerata Nilai Ekonomi 1,68 : 1 Gambar Gantungan kunci sepeda motor Gambar Cover handphone Berdasarkan Tabel 4-9, ternyata rata-rata rasio nilai ekonomi (ketiga jenis ukuran kulit pari) sebesar 1,68 : 1, dengan demikian diketahui nilai ekonomi/manfaat dari usaha pemanfaatan limbah kulit ikan pari menjadi produk turunan memiliki nilai yang cukup Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 66 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

26 besar, yakni mencapai 68% lebih besar dari nilai produk utama. Kulit ikan pari jenis ukuran besar memiliki nilai ekonomi yang paling besar diantara jenis ukuran kulit pari lain. Jadi limbah yang berasal dari kulit pari jenis ukuran besar, sebaiknya dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan nilai tambah. 4. Tingkat Penerimaan Konsumen Pada penelitian ini dibuat 3 jenis produk warna hitam dan coklat, yaitu: (a) gantungan kunci mobil, (b) gantungan kunci sepeda motor, & (c) cover handphone. Hasil pengujian tingkat penerimaan (preferensi) konsumen menggunakan metode score sheet. Pada pengujian tingkat preferensi konsumen, digunakan 3 sekmen pasar dengan jumlah 50 responden, masing-masing: mahasiswa, karyawan (PNS, administrasi, buruh), serta wirausaha. Responden yang melakukan uji bersifat tidak terlatih. a. Mahasiswa Responden terdiri dari laki-laki 16 orang (32%) dan wanita 34 orang (68%) dengan umur <25 tahun, dengan karakteristik: memiliki sepeda motor (74%) dan handphone (100%). Data uji penerimaan konsumen, berdasarkan tingkat penerimaan terhadap faktor bentuk, kebutuhan, dan warna produk, dapat dilihat pada Tabel 6, 7, 8. Tabel Data hasil uji penerimaan produk sesuai bentuk & keinginan Tingkat Penerimaan Bentuk ( Skor) Kebutuhan ( Skor) M1 M2 M3 M1 M2 M urutan dari yang paling disukai (M1, M3, M2) urutan dari yang paling disukai (M3, M1, M2) Ket. : M1 = Gantungan kunci mobil (Model 1) M2 = Gantungan kunci sepeda motor (Model 2) M3 = Cover handphone (Model 3) Tabel Data hasil uji penerimaan produk berdasarkan aspek warna Tingkat Penerimaan Warna ( panelis) M1 M2 M3 H C H C H C coklat lebih disukai coklat lebih disukai hitam lebih disukai Ket. : M1 = Gantungan kunci mobil (Model 1) M2 = Gantungan kunci sepeda motor (Model 2) M3 = Cover handphone (Model 3) H = Warna hitam, C = Warna coklat Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 67 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

27 Tabel Data hasil uji kesukaan Uji Kesukaan Produk Kulit (% orang) Suka atau Tidak Contoh Produk Paling Disukai Warna Paling Disukai S = 45 org (90%) T = 5 org (10%) Dompet = 26 org (52%) Sepatu = 4 org (8%) Sabuk = 2 org (4%) Tas = 9 org (18%) Gantungan kunci = 6 org (12%) Cover handphone = 3 org (6%) Hitam = 19 org (38%) Coklat = 13 org (26%) Merah = 6 org (12%) Pink = 6 org (12%) Biru = 2 org (4%) Putih = 2 org (4%) Hijau = 2 org (4%) b. Bentuk Skor uji tingkat penerimaan konsumen sebesar untuk gantungan kunci mobil, 730 untuk gantungan kunci sepeda motor, dan untuk cover handphone. Dengan demikian urutan produk yang paling disukai responden yaitu gantungan kunci mobil, cover handphone dan gantungan kunci sepeda motor. c. Kebutuhan Jumlah skor dari data uji tingkat penerimaan konsumen terhadap faktor kebutuhan, menunjukkan bahwa produk yang paling dibutuhkan responden yaitu cover handphone sebanyak skor, gantungan kunci mobil sebanyak 910 skor dan gantungan kunci sepeda motor sebanyak 830 skor. Hasil tersebut menunjukkan bawa 100% kepemilikan handphone mempengaruhi penerimaan konsumen, sedangkan 74% kepemilikan sepeda motor tidak mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan produk, karena penerimaan terhadap gantungan kunci mobil lebih besar daripada gantungan kunci sepeda motor. d. Warna Jumlah responden dari data uji tingkat penerimaan konsumen terhadap warna produk untuk setiap model yaitu sebagai berikut. 1). Gantungan kunci mobil: 24 responden menyukai warna hitam dan 26 lainnya menyukai warna coklat. 2). Gantungan kunci sepeda motor: 23 responden menyukai warna hitam dan 27 lainnya menyukai warna coklat. 3). Cover handphone: 33 responden menyukai warna hitam dan 17 lainnya menyukai warna coklat. Prodi Teknologi Hasil Perikanan Page 68 Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM

PENINGKATAN NILAI EKONOMI LIMBAH KULIT IKAN PARI TERSAMAK

PENINGKATAN NILAI EKONOMI LIMBAH KULIT IKAN PARI TERSAMAK PENINGKATAN NILAI EKONOMI LIMBAH KULIT IKAN PARI TERSAMAK Oleh Latif Sahubawa, Meilynda & Pertiwiningrum JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA A. Latar Belakang PENDAHULUAN 1. Potensi

Lebih terperinci

ARTIKEL JURNAL TEKNIK PENYAMAKAN DAN PENGOLAHAN PRODUK KULIT IKAN

ARTIKEL JURNAL TEKNIK PENYAMAKAN DAN PENGOLAHAN PRODUK KULIT IKAN ARTIKEL JURNAL TEKNIK PENYAMAKAN DAN PENGOLAHAN PRODUK KULIT IKAN Latif Sahubawa, Dosen Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM Hal. 71 PENINGKATAN NILAI EKONOMI LIMBAH KULIT PARI TERSAMAK MELALUI PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PENYAMAKAN KULIT. Cara penyamakan melalui beberapa tahapan proses dan setiap tahapan harus berurutan tidak bisa di balak balik,

PENYAMAKAN KULIT. Cara penyamakan melalui beberapa tahapan proses dan setiap tahapan harus berurutan tidak bisa di balak balik, PENYAMAKAN KULIT Suatu kegiatan untuk mengubah kulit yang sifatnya labil menjadi kulit yang sifatnya stabil, yaitu dengan cara menghilangkan komponen-komponen yang ada didalam kulit yang tidak bermanfaat

Lebih terperinci

D. Teknik Penyamakan Kulit Ikan

D. Teknik Penyamakan Kulit Ikan D. Teknik Penyamakan Kulit Ikan 1. Teknik Pengawetan Kulit mentah adalah kulit yang didapat dari hewan dan sudah dilepas dari tubuhnya (Anonim, 1996a). Kulit segar yang baru lepas dari tubuh hewan mudah

Lebih terperinci

ALUR PROSES PENYAMAKAN

ALUR PROSES PENYAMAKAN PENYAMAKAN KULIT Suatu kegiatan untuk mengubah kulit yang sifatnya labil menjadi kulit yang sifatnya stabil, yaitu dengan cara menghilangkan komponen-komponen yang ada didalam kulit yang tidak bermanfaat

Lebih terperinci

Materi-1. PENGANTAR Manik-manik

Materi-1. PENGANTAR Manik-manik Materi-1. PENGANTAR Manik-manik JENIS IKAN PARI DENGAN KULIT PUNGGUNG YANG MEMILIKI MANIK-MANIK DAN MUTIARA I. PENDAHULUAN A. POTENSI PERIKANAN LAUT 1. POTENSI LESTARI (MSY) = 6,4 JUTA TON/THN. 2. POTENSI

Lebih terperinci

reversible yaitu kulit awetan harus dapat dikembalikan seperti keadaan semula (segar). Untari, (1999), mengemukakan bahwa mikro organisme yang ada pad

reversible yaitu kulit awetan harus dapat dikembalikan seperti keadaan semula (segar). Untari, (1999), mengemukakan bahwa mikro organisme yang ada pad METODA PENGAWETAN KULIT BULU (FUR) KELINCI REX DENGAN CARA PENGGARAMAN KERING (DRY SALTING) ROSSUARTINI DAN R. DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Berbagai metoda pengawetan

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BAB III PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 3.1. Industri Penyamakan Kulit Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah berbagai macam kulit mentah, kulit setengah jadi (kulit pikel, kulit

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi penanganan pasca panen Penanganan pasca panen dilakukan untuk memperbaiki cita rasa dan meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

Lebih terperinci

BAB XIII PENGECATAN A.

BAB XIII PENGECATAN A. BAB XIII PENGECATAN A. Pekerjaan Pengecatan Pada saat melakukan pengecatan baik itu tembok lama maupun baru, hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih warna yang sesuai dengan fungsi dinding yang

Lebih terperinci

Pusat Kerajinan Kulit Buaya dan Ular, Teritip 9 BAB II PROSES PRODUKSI KERAJINAN KULIT SEBAGAI OBYEK WISATA

Pusat Kerajinan Kulit Buaya dan Ular, Teritip 9 BAB II PROSES PRODUKSI KERAJINAN KULIT SEBAGAI OBYEK WISATA Pusat Kerajinan Kulit Buaya dan Ular, Teritip 9 BAB II PROSES PRODUKSI KERAJINAN KULIT SEBAGAI OBYEK WISATA 2.1. Penangkaran Buaya dan ular 2.1.1. Pengertian Penangkaran buaya dan ular adalah tempat pengembangbiakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Maksud Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Kerangka Pemikiran,

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK NABATI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT KAKAP MERAH TERSAMAK

KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK NABATI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT KAKAP MERAH TERSAMAK KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK NABATI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT KAKAP MERAH TERSAMAK Oleh: Melawati Susanti 1), Latif Sahubawa 1), Iwan Yusuf 1), Abstrak Kulit ikan kakap merah mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki potensi kelautan yang sangat besar. Secara umum, potensi sumber daya kelautan di seluruh Nusantara Indonesia mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK

PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK ZULQOYAH LAYLA DAN SITI AMINAH Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor RINGKASAN Kulit mentah diantaranya

Lebih terperinci

PENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA

PENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA Volume 5 No. 3 Oktober 2017 PENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA Khaeriyah Nur, Fahrullah, Selfin Tala dan Nur Asia Ibrahim khaeryahnur@gmail.com FAKULTAS PETERNAKAN,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Komoditas kulit digolongkan menjadi dua golongan yaitu : (1) kulit yang berasal dari binatang besar (hide) seperti kulit sapi, kulit kerbau, kulit kuda, kulit banteng, kulit

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk permainan sekoci handcar anak ini termasuk permainan tradisional, yang awalnya terinspirasi dari sebuah kendaraan tradisonal Handcar. Digunakan sekitar

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci, 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerupuk adalah bahan cemilan bertekstur kering, memiliki rasa yang enak dan renyah sehingga dapat membangkitkan selera makan serta disukai oleh semua lapisan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN

BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN Dari berbagai eksperimen yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa analisis terkait dari percobaan-percobaan tersebut. 4.1 Analisis Struktur dan Karakteristik Material

Lebih terperinci

B. Struktur Kulit Ikan

B. Struktur Kulit Ikan B. Struktur Kulit Ikan 1. Struktur Kulit Kulit adalah lapisan luar tubuh hewan yang merupakan suatu kerangka luar dan tempat bulu hewan tumbuh atau tempat melekatnya sisik (Sunarto, 2001). Kulit tidak

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

IV. MATERI AJAR BERBASIS RISET. A. Jenis Ikan Berpotensi Kulit Tersamak

IV. MATERI AJAR BERBASIS RISET. A. Jenis Ikan Berpotensi Kulit Tersamak IV. MATERI AJAR BERBASIS RISET a. Jenis Ikan Potensial a. Ikan Pari (Dasyatis sp). A. Jenis Ikan Berpotensi Kulit Tersamak Ikan pari tergolong dalam subclass Elasmobranchii dengan ciri-ciri: badan kuat,

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah

Lebih terperinci

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN ABON IKAN 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g. SOSIS IKAN Sosis adalah salah satu produk olahan dari bahan hewani. Secara umum sosis diartikan sebagai makanan yang dibuat dari daging yang telah dicincang, dihaluskan, dan diberi bumbubumbu, dimasukkan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk sejenis yang berkaitan dengan dompet kulit yang ingin penulis buat yaitu dompet kulit produksi Guten Inc. Dompet Guten Inc dibuat khusus untuk pria dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

KRIYA KULIT. Oleh : B Muria Zuhdi

KRIYA KULIT. Oleh : B Muria Zuhdi KRIYA KULIT Oleh : B Muria Zuhdi PENGERTIAN KRIYA KULIT Kriya kulit ialah suatu ilmu yang mempelajari cara-cara kerja pembuatan benda yang mempunyai nilai fungsional maupun hias dengan menggunakan bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september 2011 hingga desember 2011, yang bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. LatarBelakang. Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat

PENDAHULUAN. LatarBelakang. Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat PENDAHULUAN LatarBelakang Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat sebanyak 2.298.864 sapi potong, 175.741 kerbau, 2.790.472 kambing dan 1.299.455 domba. Dari angka itu diperkirakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING

KAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING KAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING (Study of broiler fat and coconut oil as material fatliquoring the quality of goat tanning leather)

Lebih terperinci

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT 4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin,

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal pengesahan usulan oleh pengelola program studi sampai dinyatakan selesai yang direncanakan berlangsung

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKMK PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DAN SISIK IKAN MENJADI ANEKA PRODUK KREATIF DALAM MENDUKUNG INDUSTRI KREATIF INDONESIA

LAPORAN AKHIR PKMK PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DAN SISIK IKAN MENJADI ANEKA PRODUK KREATIF DALAM MENDUKUNG INDUSTRI KREATIF INDONESIA LAPORAN AKHIR PKMK PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DAN SISIK IKAN MENJADI ANEKA PRODUK KREATIF DALAM MENDUKUNG INDUSTRI KREATIF INDONESIA Bidang Kegiatan PKM Kewirausahaan Diusulkan oleh: Ketua : Silvia Handayani

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN MUHAMAD AZIS MUSLIM KELAS : 11-D3MI-01) NIM : 11.02.7919 KELOMPOK : A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 ABSTRAK Karya tulis ini dibuat

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS BAHAN PENYAMAK TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA TERSAMAK

PENGARUH JENIS BAHAN PENYAMAK TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA TERSAMAK PENGARUH JENIS BAHAN PENYAMAK TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA TERSAMAK Maya Astrida 1), Latif Sahubawa 1), Ustadi 1) Abstract Tanning agent influenced to leather quality and the influence is difference

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 25 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 AlaT Penelitian Peralatan yang digunakan selama proses pembuatan komposit : a. Alat yang digunakan untuk perlakuan serat Alat yang digunakan

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Perbaikan Arsip Kartografik telah saya setujui. Disetujui di Jakarta pada tanggal Februari 2010 Plt. DEPUTI BIDANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Kandakawana Sakti beralamat di Jl. Cibinong Sentul. PT Kandakawana Sakti berdiri pada tahun 1997, namun karena terdapat kendala krisis moneter di Indonesia

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di lakukan di Laboratium Material Teknik, Universitas

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Ikan Ompok hypophthalmus dikenal dengan nama daerah selais, selais danau dan lais, sedangkan di Kalimantan disebut lais

Lebih terperinci

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

FAQ. Pengisi Nat (Tile Grout):

FAQ. Pengisi Nat (Tile Grout): FAQ Pengisi Nat (Tile Grout): Q: Apa kelebihan pengisi nat AM dengan pengisi nat semen konvensional? A: Kelebihan pengisi nat AM dibandingkan dengan pengisi nat semen konvensional adalah mengandung bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini. Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DESAIN SOUVENIR DAN AKSESORISDARI KULIT SALAK DI INDUSTRI KERAJINAN Q-SAL CRAFT

PENGEMBANGAN DESAIN SOUVENIR DAN AKSESORISDARI KULIT SALAK DI INDUSTRI KERAJINAN Q-SAL CRAFT PENGEMBANGAN DESAIN SOUVENIR DAN AKSESORISDARI KULIT SALAK DI INDUSTRI KERAJINAN Q-SAL CRAFT Oleh : Widyabakti Sabatari, M.Sn Staf Pengajar di Jurusan PTBB Prodi Teknik Busana FT UNY Materi yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK Boneka bisa terbuat dari bermacam bahan, bahan yang bisa digunakan yaitu kain, kulit, kertas, fiber, tanah liat

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

PENERAPAN ORNAMEN PADA PRODUK AKSESORIS KULIT. Abstrak

PENERAPAN ORNAMEN PADA PRODUK AKSESORIS KULIT. Abstrak PENERAPAN ORNAMEN PADA PRODUK AKSESORIS KULIT Oleh : Drs. MARSUDI, M.Pd. WIDYAISWARA PPPPTK SENI BUDAYA Abstrak Produk kriya yang bersifat manual banyak digemari konumen dengan kreatifitas pembuatan produk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan selama proses treatment atau perlakuan alkalisasi serat kenaf dapat dilihat pada Gambar 3.1. (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) Gambar 3.1. Peratalatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah PT. Cipta Frima Jaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang proses dan pembekuan untuk hasil perikanan laut, yang merupakan milik Bapak H.Yusdin

Lebih terperinci

Karakteristik mutu daging

Karakteristik mutu daging Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen

Lebih terperinci

Pengadaan Tutup Kepala Biro Sarpras Polda Kep. Babel TA. 2015

Pengadaan Tutup Kepala Biro Sarpras Polda Kep. Babel TA. 2015 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BIRO SARANA DAN PRASARANA Pengadaan Tutup Kepala Biro Sarpras Polda Kep. Babel TA. 2015 SPESIFIKASI TEKNIS BEKAL UMUM : BARET POLRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Hasil Rancang Bangun Stand Engine Cutting Hasil dari stand engine sendiri adalah dimana semua akhir proses perancangan telah selesai dan penempatan komponennya

Lebih terperinci

Pembuatan Sosis Ikan

Pembuatan Sosis Ikan Pembuatan Sosis Ikan Sosis ikan adalah salah satu olahan yang dibuat dari pasta ikan yang ditambah dengan bumbu-bumbu, kemudian dibungkus/dikemas dengan usus kambing atau pengemas lainnya yang biasa disebut

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XV (2): ISSN:

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XV (2): ISSN: Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XV (2): 62-67 ISSN: 0853-6384 Full Paper PENYAMAKAN KULIT IKAN NILA (Oreochromis sp.) DENGAN PERLAKUAN PEMUCATAN (BLEACHING) MENGGUNAKAN PEROKSIDA TANNNING FOR FISH SKIN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telur puyuh adalah produk utama yang dihasilkan oleh ternak puyuh dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa serta harga relatif murah.

Lebih terperinci

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung

Lebih terperinci

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

KERUPUK UDANG ATAU IKAN KERUPUK UDANG ATAU IKAN 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk HASIL DAN PEMBAHASAN Peubah yang diamati dalam penelitian ini, seperti kadar air, uji proksimat serka kadar kalsium dan fosfor diukur pada kerupuk mentah kering, kecuali rendemen. Rendemen diukur pada

Lebih terperinci

TEMPAT CD KULIT SEBAGAI BENDA FUNGSI EKSKLUSIF

TEMPAT CD KULIT SEBAGAI BENDA FUNGSI EKSKLUSIF TEMPAT CD KULIT SEBAGAI BENDA FUNGSI EKSKLUSIF Oleh : Drs. MARSUDI, M.Pd. WIDYAISWARA PPPPTK SENI BUDAYA Abstrak Kreatifitas pembuatan tempat CD yang diproduksi diarahkan untuk selalu meningkatkan mutu,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terasi Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Pengujian Tarik Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui tegangan, regangan, modulus elastisitas bahan dengan cara memberikan beban tarik secara berlahan sampai

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT SAPI DAN DOMBA DI WILAYAH GARUT

LAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT SAPI DAN DOMBA DI WILAYAH GARUT LAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN Mata Kuliah : Pengolahan Hasil Ikutan Dosen : Ir. B. N. Polii, S.U Ternak M. Sridu Resta, S.Pt, M.Sc Tanggal : 21 Mei 2011 Irma Isnafia Arief, S.Pt. M.Si Kelompok : 6 / G2 Asisten

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di lakukan di Laboratium Material Teknik, Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku pembantu. Bahan baku utama yang digunakan adalah kulit kambing pikel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur sehingga membuat produsen harus pandai dalam menghadapi persaingan. Ketatnya persaingan di pasar nasional

Lebih terperinci

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak

Lebih terperinci

TELUR ASIN PENDAHULUAN

TELUR ASIN PENDAHULUAN TELUR ASIN PENDAHULUAN Telur asin,merupakan telur itik olahan yang berkalsium tinggi. Selain itu juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral. Oleh karena itu, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 35 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan Dalam penciptaan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul APLIKASI TEKNIK BATIK TULIS DENGAN MOTIF RUMAH ADAT DAYAK KANAYATN PADA PEMBUATAN TAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Chantiqa Handycraft merupakan suatu jenis usaha kerajinan yang memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi barang

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No.: BAK/TBB/SBG313 Revisi: 00 Tgl: 1 Januari 2013 Hal. 1 dari 14 I. KOMPETENSI A. Menyiapkan bahan dan peralatan samir B. Melapisi styrofoam dengan daun pisang C. Menyiapkan hiasan tepi samir D. Merangkai

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN & SARAN

BAB 5 SIMPULAN & SARAN BAB 5 SIMPULAN & SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian, pengolahan data dan analisa yang sudah dilakukan oleh penulis, maka dapat disimpulan sebagai berikut : 1. Jenis kecacatan yang terdapat pada proses

Lebih terperinci

Ruang Lingkup Laboratorium No. LP-022-IDN

Ruang Lingkup Laboratorium No. LP-022-IDN Lingkup Akreditasi No Bidang pengujian Bahan atau produk yang diuji Ruang Lingkup Laboratorium No. LP-022-IDN Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur 1 Fisika Karet dan produk karet Tegangan putus

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Alat Uji Impak Izod Gotech.

Gambar 3.1. Alat Uji Impak Izod Gotech. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penyiapan Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Alat uji impak Alat impak yang digunakan untuk melakukan pengujian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1 PENDAHULUAN Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L) telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia, namun baru saat ini sedang dalam pengembangannya baik oleh perkebunan rakyat maupun oleh perkebunan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April - Mei 2016 bertempat di Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Cara menggunakannya adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkandengan lap. Kemudian dimasukkan larutan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Ivana Mery Lestari Matras merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi spring bed. Perusahaan ini berdiri pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

Pengertian 8/22/2015. Oleh Maria Etik Sulistiyani. Kerajinan

Pengertian 8/22/2015. Oleh Maria Etik Sulistiyani. Kerajinan Kerajinan dari Bahan Alam Oleh Maria Etik Sulistiyani Pembuatan Produk Kerajinan dari bahan alam Tanah Liat Serat Kayu Bambu Kulit Logam Batu Rotan Kemasan Produk Berdasarkan teknik, bahan, alat, dan prodesur

Lebih terperinci