BAB II SIFAT DASAR KULIT IKAN KAKAP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II SIFAT DASAR KULIT IKAN KAKAP"

Transkripsi

1 BAB II SIFAT DASAR KULIT IKAN KAKAP Sampai saat ini, kulit ikan masih terdengar asing untuk disejajarkan dengan kulit kambing, kulit sapi, kulit ular, atau kulit reptil sebagai material bahan baku produk, seperti produk fesyen layaknya tas, sepatu, jaket, dan lain-lain, juga produk-produk lain. Padahal sebenarnya kulit ikan sudah lama diteliti dan dieksplor untuk dijadikan material alternatif pengganti material kulit lainnya yang harganya relatif tinggi. Di Indonesia, kulit ikan memiliki ketersediaan yang melimpah karena ikan merupakan salah satu komoditi industri pangan utama. Oleh karena itu, selain memiliki keunikan tersendiri, harga kulit ikan juga dapat ditekan sekecil mungkin karena jumlahnya sangat banyak dan dapat dihasilkan secara kontinu (terus-menerus). Kulit ikan yang sudah banyak diaplikasikan pada produk, meskipun masih dijual terbatas, adalah kulit ikan pari. Gambar 2.1 Dompet, tas, dan key holder dari kulit ikan pari (Sumber: Gallery Parri, Yogyakarta) Selain kulit ikan pari, saat ini Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP) Yogyakarta telah mengembangkan teknologi penyamakan untuk kulit ikan lainnya seperti kerapu dan kakap. Ikan kakap adalah ikan yang banyak diproduksi dalam bentuk filet dimana kulitnya hanya diolah menjadi kerupuk atau menjadi limbah yang belum termanfaatkan. 6

2 2.1 Struktur Kulit Ikan Berbeda dengan kulit hewan ternak, kulit ikan dalam kehidupannya di perairan/lautan berfungsi sebagai jaringan pembatas, sebagai perlengkapan bagian individu yang membedakan antar organisme dengan lingkungannya. 3 Kulit ikan beserta struktur aksesorisnya, membentuk dan menutup seluruh tubuh ikan untuk kontak dengan lingkungan luarnya. Kulit ikan juga memelihara kontinyuitas dengan membran mukus dalam mulut dan lubang permukaan makroskopik pada seluruh tubuh ikan. Kulit terbentuk sebagai fungsi pertahanan dan menjalankan fungsi utamanya yaitu sebagai metabolisme tubuh. Gambar 2.2 Penampang struktur kulit ikan (Sumber: Struktur kulit ikan, seperti binatang vertebrata lainnya, terdiri dari dua lapisan utama. Pada bagian luar terdapat epidermis dan pada bagian dalamnya terdapat dermis yang disebut Corium. Lapisan ini sangat berbeda, tidak hanya dalam posisinya, tetapi juga dalam asal-usul, struktur, karakter, dan fungsinya. Epidermis terbentuk dari ectoderm embrio. Pada binatang sederhana, epidermis adalah struktur sederhana yang berisi lapisan tunggal sel-sel (simple epithelium). Pada Cyclotomes dan binatang vertebrata tinggi, epidermis mempunyai komposisi berlapis-lapis (stratified epithelium). Lapisan ini bervariasi tergantung pada spesies, bagian tubuh, danumur ikan. Sebagai contoh, pada ikan-ikan kecil 3 Brown, M.E.,

3 (Osmerus), epidermis tebal dibagian kepala dan belakang, berisi dua belas sampai lima belas lapisan, tetapi tipis di bagian sisi tubuh dan sangat tipis di bagian sirip yang hanya terdiri dari empat atau lima lapisan saja. 2.2 Kulit Ikan Basah Material kulit ikan yang akan dibahas lebih jauh dan dijadikan bahan eksperimen dalam penelitian ini adalah material kulit ikan kakap yang berasal dari limbah industri pengolahan filet ikan. Ikan yang diolah pada industri ini lebih tepatnya disebut ikan kakap merah (Giant seaperch/barramundi). Ikan kakap yang merupakan bahan olahan organik menghasilkan limbah berupa kulit ikan kakap yang juga bersifat organis. Seperti bahan organik lainnya, kulit ikan kakap memiliki kadar air yang cukup tinggi sehingga seringkali disebut kulit ikan basah. Karena kadar airnya yang tinggi tersebut, kulit ikan basah ini cepat sekali mengalami pembusukan. Proses pembusukan ini disebut autolisis. Autolisis ditandai dengan melunaknya kulit yang diikuti dengan timbulnya bau yang kurang enak. Proses tersebut akan semakin berkembang hingga akhirnya butiran sisik akan terlepas satu per satu. Apabila sudah mencapai tahap demikian, maka kulit tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi. Gambar 2.3 Industri pengolahan filet ikan kakap 8

4 Proses pembuatan filet ikan sendiri menuntut bahan baku ikan segar berkualitas dengan berat minimal 2 kg. Oleh karena itu ukuran limbah kulit ikan yang akan dijadikan bahan eksperimen cukup besar untuk ukuran kulit ikan yaitu dengan lebar minimal 20x10 cm. Pada saat-saat tertentu terdapat ikan dengan berat mencapai 15 kg sehingga didapatkan kulit dengan lebar mencapai cm. Namun ukuran yang besar tersebut juga terkadang tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal karena ada bagian-bagian yang tergores atau lecet pada saat proses pengulitan atau proses penyesetan yaitu proses pemisahan kulit dari daging ikan. Gambar 2.4 Proses pengulitan atau penyesetan kulit ikan kakap Dalam industri filet, pemisahan daging dari kulit ikan dilakukan dengan pisau khusus filet oleh tenaga kerja berpengalaman untuk menghindarkan tingginya daging yang terbuang dan juga untuk memperoleh bentuk yang baik. Untuk menghindari terjadinya luka pada kulit, maka pisau yang digunakan adalah pisau yang tajam pada bagian sisinya namun tumpul pada bagian ujungnya, sehingga tidak akan menusuk dan merusak kulit. Pada saat pengulitan, akan sangat tampak adanya daerah perbatasan antara daging yang berwarna kemerahan dengan kulit yang berwarna putih. Proses pemisahan kulit dari daging ini juga harus dilakukan dalam irisan searah dengan kekebalan teratur untuk memperoleh filet segar dengan bentuk seragam. 9

5 Gambar 2.5 Proses penyesetan dilakukan secara searah Karena pemisahan kulit terutama untuk memperoleh kualitas daging yang baik, maka hasil kulit ikan yang diperoleh kurang diperhatikan ketebalannya, sehingga kulit ikan sangat mungkin berlubang dan tergores pisau. Kondisi kulit yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh keterampilam karyawan bagian seset kulit atau pengulitan. Pada bagian tengah ikan, guna mengejar ketebalan daging maksimal, biasanya terjadi goresan atau luka pada kulit. Sedang pada bagian atas dan ekor ikan pada umumnya terjadi kekurang telitian karena kondisi filet yang basah dan licin. Kondisi ini akan mengakibatkan kualitas kulit pada penyamakan kurang bagus karena luas penampang kulit menjai lebih kecil atau sempit. Gambar 2.6 Luka atau goresan pada bagian tengah kulit ikan yang telah melalui proses pengulitan atau penyesetan Untuk memperoleh kulit ikan dengan kualitas bagus, harus dilakukan pengulitan dengan teratur dan hati-hati, namun di satu sisi industri filet juga dituntut untuk sesegera mungkin menyelesaikan proses produksi filet demi efisiensi waktu 10

6 produksi. Oleh karena itu harus dilakukan kombinasi dan diperlukan koordinasi yang tepat antara ketelitian dan kecepatan sehingga selain dapat meminimalisasi daging yang terbuang, juga didapatkan kulit ikan dengan kualitas yang baik. 2.3 Proses Pengawetan Kulit ikan basah memiliki sifat yang sangat sensitif, sekali terkena hujan, air, atau lembab, kulit-kulit tersebut bisa rusak. Selain itu kulit ikan yang belum disamak ini tidak memiliki kelenturan yang tinggi sehingga mudah robek. Oleh karena itu, untuk menjaga agar kualitas kulit tetap terjaga dengan baik, maka pengulitan dilakukan pada saat kondisi ikan masih segar. Penundaan waktu pengulitan akan menyebabkan penurunan kualitas kulit karena terjadi pembususkan atau biasa disebut autolisis. Setelah melalui proses pengulitan, kulit ikan sebaiknya langsung disamak. Namun proses penyamakan akan lebih efisien jika dilakukan dalam jumlah besar atau banyak sekaligus. Oleh karena itu penyamakan dilakukan setelah kulit mentah terkumpul dalam jumlah yang cukup. Adanya tenggang waktu antara proses pengulitan dengan proses penyamakan ini menyebabkan proses pengawetan ini menjadi tahap yang sangat penting untuk menjaga kulit agar tidak membusuk sebelum proses penyamakan. Pengawetan kulit ikan harus dilakukan selambatlambatnya 3-4 jam setelah pengulitan selesai, bahkan semakin cepat semakin baik. Pengawetan dilakukan dengan tujuan membuat kulit mentah menjadi tahan terhadap pembusukan atau kerusakan mikro organisme hingga dilakukannya proses penyamakan. Ada beberapa metode pengawetan kulit mentah, yaitu pengawetan jangka pendek untuk 3-4 hari, jangka menengah untuk 1-2 minggu, dan jangka panjang untuk 1-2 bulan. 11

7 Proses Pengulitan penimbunan Proses Penyamakan Proses Pengawetan Bagan 2.1 Proses pengawetan yang dilakukan diantara proses pengulitan dan proses penyamakan kulit ikan Pengawetan Jangka Pendek Sebelum pengawetan jangka pendek dilakukan, terlebih dahulu kulit dibersihkan dari kotoran dan sisa daging yang masih melekat. Selanjutnya, 1 liter air dengan 200 g Kaporit dicampur. Campuran bahan kimia tersebut disemprotkan secara merata pada permukaan bagian dalam (permukaan yang menempel pada daging) dari tiap lembar kulit tersebut. Kulit-kulit yang telah disemprot selanjutnya ditumpuk pada papan rata yang telah dilapisi dengan plastik, dengan posisi permukaan bagian dalam berada di bawah (menghadap papan). Tumpukan kulit sebaiknya tidak terlalu tinggi, yaitu tidak lebih dari setengah meter atau kurang lebih tiga lembar kulit. Apabila tidak tersedia kaporit, ada beberapa bahan kimia lain yang dapat menggantikan fungsi kaporit. Beberapa bahan kimia tersebut adalah sebagai berikut: a. Sodium Penta Clorphenate Cara penggunaannya, mula-mula kulit mentah dimasukkan ke alam ember, kemudian ditambahkan air sebanyak 50% dari berat kulit (jika kulit 1 kg maka berat air 500 g) dan Sodium Penta Clorphenate 0,05% (5 g setiap 1 kg kulit). Kulit direndam atau diaduk-aduk selama 30 menit, kemudian diangkat, ditiriskan, dan ditumpuk. 12

8 b. Biquanidine Hydrochlorida (Ventocil) Biquanidine Hydrochlorida konsentrasi 10% disemprotka pada permukaan bagian dalam kulit (bagian yang menempel pada daging) secara merata, kemudian ditumpuk. Pengawetan dengan Biquanidine Hydrochlorida ini dapat mempertahankan kulit mentah selama kurang lebih empat hari Pengawetan Jangka Menengah Kulit yang telah bersih dari kotoran dan daging dimasukkan ke dalam campuran yang terdiri dari 30% air (persentase dihitung berdasarkan berat kulit setelah dibersihkan), 3% Natrium Sulphit, dan 1% Asam Asetat (asam cuka) dengan ph 4,5-4,7. Kulit direndam dalam campuran tersebut selama 60 menit kemudian diangkat, ditiriskan, dan ditumpuk Pengawetan Jangka Panjang Kulit yang telah bersih dimasukkan ke dalam larutan garam dengan kepekatan kurang lebih 25 o Be, yang dapat dibuat dengan mencampurkan air 200% dan garam 30% (berdasarkan berat kulit mentah bersih). Perendaman dalam larutan garam tersebut dilakukan selama kurang lebih 15 jam. Kemudian kulit diangkat dan ditiriskan hingga tidak ada lagi air yang menetes. Selanjutnya, kulit tersebut ditaburi secara merata campuran antara garam 2,5%, Soda abu 0,5%, dan Nafthalen 0,5%. Kulit diletakkan diatas papan yang rata dengan permukan kulit bagian luar menghadap ke atas. Penumpukan kulit dilakukan hingga sebanyak kurang lebih 30 lembar. 2.4 Proses Penyamakan Proses penyamakan sederhana biasanya dilakukan pada penyamakan kulit skala kecil (industri kecil atau rumah tangga). Alat alat yang dipergunakan dalam proses penyamakan kulit ikan dapat berupa seperangkat peralatan modern ataupun seperangkat peralatan yang sederhana. Dengan peralatan yang sederhana bukan 13

9 berarti hasil akhirnya menjadi lebih buruk, namun dengan peralatan sederhana tersebut proses penyamakan tersebut juga dapat dilakukan secara tepat guna, murah, dan dapat dengan mudah dimodifikasikan. Apabila penyamakan dilakukan dalam skala besar, maka penggunaan peralatan yang modern jelas akan sangat membantu dalam menciptakan efisiensi proses. Proses penyamakan sederhana dilaksanakan dalam beberapa tahapan proses. Tiap tahapan proses tersebut terdiri atas bagian-bagian proses yang saling terkait satu sama lain, walaupun tujuan proses berbeda. Namun demikian, pada akhirnya akan menghasilkan kulit siap pakai seperti yang diharapkan. Setiap proses yang dilakukan harus dapat memenuhi standar kontrol yang telah ditentukan. Kegagalan salah satu tahapan proses akan menyebabkan kegagalan pada proses yang lain,sehingga kualitas produk akhir proses penyamakan tersebut juga akan menyimpang dari yang diharapkan. Selama proses pengolahan kulit ikan ini, digunakan berbagai bahan kimia yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok bahan kimia umum dan kelompok bahan kimia khusus. Kelompok bahan kimia umum dapat diperoleh di toko kimia, toko besi, ataupun apotek. Yang termasuk bahan kimia umum dapat dilihat pada Tabel 2.1. No. Nama Bahan Kimia Rumus Kimia 1 Kapur Ca(OH) 2 2 Natrium Karbonat / Soda Abu Na 2 CO 3 3 Natrium Bikarbonat / Soda Kue NaHCO 3 4 Soda Api NaOH 5 Asam Formiat / Asam Semut HCOOH 6 Asam Oksalat COOH 2 7 Asam Sulfat H 2 SO 4 8 Natrium Bisulfit NaHSO 3 9 Natrium Hipoklorit NaOCl 10 Garam dapur NaCl 14

10 11 Formalin HCOH 12 Glutaraldehid OCH CH 2 CH 2 CHO 13 Papain (pengempuk daging) Enzim / Protease 14 Tiner 15 Alkohol 16 Detergen / Tepol 17 Kaporit CaOcl 2 18 Amonium Sulfat ZA=(NH 4 ) 2SO 4 19 Nitroselulose / Kolodion / Piroksilin C 6 O 8 NO 2 20 Emulsi Paliurethan 21 Pigmen (pewarna) 22 Amonia 23 Kalium Permanganat 24 Sodium Thio Sulfat Tabel 2.1 Kelompok bahan kimia umum Sedangkan kelompok bahan kimia khusus (produk paten) dapat diperoleh pada agen perwakilan yang ada, toko pengecer, atau pabrik-pabrik kulit. Yang termasuk bahan kimia khusus adalah: a. Minyak kelapa atau kelapa sawit yang tersulfatasi. b. Minyak ikan yang disulfatasi atau sintesanya. c Minyak ikan yang disulfiasi atau sintesanya. d. Minyak Lanolin (emulsi lemak wol) / Minyak kaki sapi. e. Pewarna celup (cat asam, cat direk atau cat katun, dan cat reaktif). f. Naftalena sebagai bahan penyamak pembantu. g. Bahan penyamak sintesis, mineral. Proses penyamakan kulit pada dasarnya adalah kegiatan mengubah kulit mentah atau basah yang bersifat organis dan labil yang sangat cepat membusuk menjadi kulit tersamak (leather) yang sangat stabil untuk jangka waktu yang tidak terbatas dan mempunyai nilai jual yang sangat signifikan. Garis besar tahapan kegiatan 15

11 dalam proses penyamakan kulit ikan yang dilakukan oleh Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP) Yogyakarta ini secara sederhana dapat dilihat pada Bagan 2.2 di bawah ini. Perendaman / pencucian Pengapuran Pembuangan sisik & sisa daging Pembuangan kapur & pencucian Pengikisan protein & lemak Pencucian Pengasaman Penyamakan Nabati sintan krom Netralisasi Peminyakan Fiksasi Pewarnaan dasar Pencucian Pekerjaan fisik Penambahan binder Plate Pengampelasan Perapihan/finishing Lapisan pewarna Lapisan laminasi Bagan 2.2 Proses penyamakan kulit ikan Dapat dilihat pada bagan tersebut bahwa secara garis besar proses penyamakan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan bahan kimia utama yang digunakannya, yaitu: 16

12 2.4.1 Penyamakan Nabati Penyamakan nabati menggunakan bahan penyamak berupa ekstrak tumbuhtumbuhan, misalnya: mimosa, quebracho, gambir, akasia, dll. Kulit hasil samak nabati ini cukup ulet dan cukup kuat terhadap panas. Oleh karena itu kulit ikan hasil penyamakan ini dapat difinishing dengan plate yang panasnya mencapai 1000 o C. Proses pemberian plate atau yang sering disebut plating ini adalah proses pemberian laminasi atau lapisan transparan yang berguna untuk menutup pori-pori kulit serta melindungi kulit dari air atau kelembaban yang berlebihan. Plate juga berfungsi untuk memperkuat struktur kulit. Kulit ikan yang disamak dengan bahan nabati ini memiliki kecendrungan warna coklat, sehingga jika diberi pewarna warna apapaun hasil akhirnya tetap akan berwarna gelap dan kecoklat-coklatan. Oleh karena itu kulit dengan samak nabati ini paling cocok untuk produk yang menonjolkan warna-warna tanah atau gelap. Gambar 2.7 Kulit hasil samak nabati setelah melalui proses plating Penyamakan Mineral Penyamakan mineral menggunakan mineral sebagai agensia penyamak, misalnya: krom, besi, zirkonium, dll. Mineral-mineral tersebut digunakan dalam bentuk garam. Mineral yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah mineral krom, yaitu mineral yang paling sering digunakan pada banyak proses penyamakan, 17

13 termasuk penyamakan kulit hewan ternak. Hal ini karena mineral krom memberikan hasil terbaik dibanding mineral-mineral lain. Kulit ikan hasil penyamakan dengan mineral krom memiliki tingkat keuletan dan kelenturan yang paling tinggi dibandingkan denga jenis penyamakan lain. Selain itu kulit ini juga memiliki daya tahan pada panas yang sangat tinggi sehingga tidak memiliki masalah saat akan dilakukan proses finishing dengan plate yang sangat panas. Sayangnya bahan penyamak berupa mineral krom ini tidak terlalu ramah terhadap lingkungan. Kulit ikan hasil penyamakan krom memiliki kecendrungan warna biru. Misalnya jika diberi pewarna merah maka hasil akhir kulit akan berwarna keungu-unguan, dan jika diberi pewarna kuning maka hasil akhirnya akan berwarna kehijauhijauan. Gambar 2.8 Kulit hasil samak krom setelah melalui proses plating Penyamakan Organik Penyamakan organik mengunakan bahan penyamak organik seperti formaldehid, sintetik, dll pada proses penyamakannya. Pada penelitian ini bahan organik yang digunakan adalah bahan penyamak sintan. Kulit hasil samak sintan memiliki karakter yang sangat berbeda dibading penyamakan nabati maupun penyamakan mineral. Baik dalam hal keuletan, kelenturan, maupun ketahan terhadap panas, 18

14 kulit hasil penyamakan sintan memiliki kualitas yang sangat rendah. Karena ketidak tahanannya terhadap panas, kulit hasil penyamakan ini tidak dapat diberi finishing dengan cara plating. Hal ini karena kulit akan mengkerut dan rusak strukturnya saat terkena plate yang panasnya mencapai 1000 o C. Namun dalam hal warna, kulit hasil samak sintan ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan penyamakan lain. Kecenderungan warna kulit samak sinta yang putih membuat kulit ini dengan mudah menerima warna jenis apapun tanpa merubah hasil akhirnya. Jika diberi warna merah maka hasil akhirnya tetap merah, kuning tetap kuning, biru tetap biru, berlaku juga untuk warna-warna lain, termasuk warna-warna muda. Oleh karena itu bisa dibilang bahwa kulit ikan dengan samak nabati ini meski kualitas strukturnya buruk namun kaya akan warna. Gambar 2.9 Kulit hasil samak sintan setelah melalui proses plating Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak perbedaan antara kulit ikan hasil samak krom, nabati, dan sintan. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dibandingkan pada Tabel 2.2. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kulit dengan bahan penyamak sintan memiliki sifat dan karakter yang paling berbeda dibandingkan kulit-kulit hasil penyamak lain. 19

15 Penyamak Krom Nabati Sintan Sifat Keuletan Kelenturan Kekuatan terhadap panas Finishing yg memungkinkan Plate / nonplate Plate / nonplate nonplate Kecenderungan warna Biru Coklat Putih Variasi warna Keramahan terhadap lingkungan Keterangan :+++ = baik ++ = cukup + = kurang Tabel 2.2 Perbandingan sifat kulit hasil samak krom, nabati, dan sintan 2.5 Penggunaan Material Kulit Ikan Tersamak Kulit ikan tersamak yang telah diproses sampai akhir hingga plating memiliki struktur dan tekstur yang hampir sama dengan kulit hewan ternak tersamak seperti kulit kambing atau kuli sapi. Hal ini disebabkan kulit ikan ini diperlakukan hampir sama dengan kulit hewan ternak. Tekstur kantung sisik yang menjadi ciri khas kulit ikan ini diabaikan dan ditutup dengan lapisan plate hingga halus permukaannya pun sama seperti kulit kambing tersamak. Bedanya, kulit ikan memiliki pola-pola yang terbentuk dari kantung sisik. Kulit kambing atau sapi juga dapat dicetak dengan pola menyerupai pola sisik kulit ikan tersebut, sehingga tidak menjadi sebuah keistimewaan tersendiri. Kulit ikan yang telah tersamak dengan kulit kambing yang dicetak dengan pola sisik ikan tidak terlihat beda, seperti yang dapat dilihat pada Gambar

16 Gambar 2.10 Kulit ikan tersamak dan kulit kambing yang dicetak dengan pola sisik ikan, tidak terlihat beda Material kulit ikan tersamak yang telah diteliti dan dijadikan bahan eksperimen juga telah diuji coba dengan diterapkan sebagai material bahan baku produk. Sayangnya pemanfaatkan material ini sebagai bahan baku produk hanya terbatas pada produk-produk fesyen seperti jaket, sepatu, tas, dompet, dan ikat pinggang (Gambar 2.11). Dan karena ukurannya yang kecil, material ini hanya menjadi material komplemen, bukan bahan baku utama produk sehingga karakter kulit ikan tidak terlihat menonjol. Selain itu, material kulit ikan kakap ini diperlakukan sama seperti kulit ternak sehingga karakter kulit ikan yang memiliki keunikan tersendiri justru tenggelam dan tidak terlihat bedanya dengan kulit ternak lain seperti kulit sapi atau kulit kambing. Padahal dengan teksturnya yang unik, material ini sangat potensial untuk dijadikan bahan baku industri lain seperti furnitur, elemen estetis interior rumah dan mobil, houseware, office tool, dan lainlain. 21

17 Gambar 2.11 Produk-produk dengan bahan komplemen material kulit ikan kakap tersamak 22

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki potensi kelautan yang sangat besar. Secara umum, potensi sumber daya kelautan di seluruh Nusantara Indonesia mencapai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN

BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN Dari berbagai eksperimen yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa analisis terkait dari percobaan-percobaan tersebut. 4.1 Analisis Struktur dan Karakteristik Material

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BAB III PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 3.1. Industri Penyamakan Kulit Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah berbagai macam kulit mentah, kulit setengah jadi (kulit pikel, kulit

Lebih terperinci

PENYAMAKAN KULIT. Cara penyamakan melalui beberapa tahapan proses dan setiap tahapan harus berurutan tidak bisa di balak balik,

PENYAMAKAN KULIT. Cara penyamakan melalui beberapa tahapan proses dan setiap tahapan harus berurutan tidak bisa di balak balik, PENYAMAKAN KULIT Suatu kegiatan untuk mengubah kulit yang sifatnya labil menjadi kulit yang sifatnya stabil, yaitu dengan cara menghilangkan komponen-komponen yang ada didalam kulit yang tidak bermanfaat

Lebih terperinci

D. Teknik Penyamakan Kulit Ikan

D. Teknik Penyamakan Kulit Ikan D. Teknik Penyamakan Kulit Ikan 1. Teknik Pengawetan Kulit mentah adalah kulit yang didapat dari hewan dan sudah dilepas dari tubuhnya (Anonim, 1996a). Kulit segar yang baru lepas dari tubuh hewan mudah

Lebih terperinci

reversible yaitu kulit awetan harus dapat dikembalikan seperti keadaan semula (segar). Untari, (1999), mengemukakan bahwa mikro organisme yang ada pad

reversible yaitu kulit awetan harus dapat dikembalikan seperti keadaan semula (segar). Untari, (1999), mengemukakan bahwa mikro organisme yang ada pad METODA PENGAWETAN KULIT BULU (FUR) KELINCI REX DENGAN CARA PENGGARAMAN KERING (DRY SALTING) ROSSUARTINI DAN R. DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Berbagai metoda pengawetan

Lebih terperinci

Penerapan Material Hasil Eksplorasi Limbah Kulit Ikan Kakap sebagai Produk Aksesoris bagi Wanita Karir

Penerapan Material Hasil Eksplorasi Limbah Kulit Ikan Kakap sebagai Produk Aksesoris bagi Wanita Karir LAPORAN TUGAS AKHIR Penerapan Material Hasil Eksplorasi Limbah Kulit Ikan Kakap sebagai Produk Aksesoris bagi Wanita Karir DP4023 Tugas Akhir Desain Produk Semester II 2007/2008 Disusun oleh: Amelia Rachim

Lebih terperinci

PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK

PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK ZULQOYAH LAYLA DAN SITI AMINAH Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor RINGKASAN Kulit mentah diantaranya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci, 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerupuk adalah bahan cemilan bertekstur kering, memiliki rasa yang enak dan renyah sehingga dapat membangkitkan selera makan serta disukai oleh semua lapisan masyarakat.

Lebih terperinci

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

TELUR ASIN PENDAHULUAN

TELUR ASIN PENDAHULUAN TELUR ASIN PENDAHULUAN Telur asin,merupakan telur itik olahan yang berkalsium tinggi. Selain itu juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral. Oleh karena itu, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia, yang termasuk kedalam jenis kacang-kacangan. Kacang turi merupakan jenis kacang-kacangan dari pohon turi

Lebih terperinci

ALUR PROSES PENYAMAKAN

ALUR PROSES PENYAMAKAN PENYAMAKAN KULIT Suatu kegiatan untuk mengubah kulit yang sifatnya labil menjadi kulit yang sifatnya stabil, yaitu dengan cara menghilangkan komponen-komponen yang ada didalam kulit yang tidak bermanfaat

Lebih terperinci

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN ABON IKAN 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK NABATI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT KAKAP MERAH TERSAMAK

KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK NABATI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT KAKAP MERAH TERSAMAK KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK NABATI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT KAKAP MERAH TERSAMAK Oleh: Melawati Susanti 1), Latif Sahubawa 1), Iwan Yusuf 1), Abstrak Kulit ikan kakap merah mempunyai

Lebih terperinci

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

KERUPUK UDANG ATAU IKAN KERUPUK UDANG ATAU IKAN 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan

Lebih terperinci

PENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA

PENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA Volume 5 No. 3 Oktober 2017 PENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA Khaeriyah Nur, Fahrullah, Selfin Tala dan Nur Asia Ibrahim khaeryahnur@gmail.com FAKULTAS PETERNAKAN,

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi penanganan pasca panen Penanganan pasca panen dilakukan untuk memperbaiki cita rasa dan meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

MANISAN BASAH BENGKUANG

MANISAN BASAH BENGKUANG MANISAN BASAH BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Komoditas kulit digolongkan menjadi dua golongan yaitu : (1) kulit yang berasal dari binatang besar (hide) seperti kulit sapi, kulit kerbau, kulit kuda, kulit banteng, kulit

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan Mei 2012 sampai bulan Agustus 2012. Tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah Laboratorium Percobaan

Lebih terperinci

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN GAMBIR PADA ph 4 DAN 8

KARAKTERISTIK PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN GAMBIR PADA ph 4 DAN 8 KARAKTERISTIK PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN GAMBIR PADA ph 4 DAN 8 (Characteristics of Tanning Leather Using Gambir on ph 4 and 8) Ardinal 1, Anwar Kasim 2 dan Sri Mutiar 3 1 Baristand Industri Padang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telur puyuh adalah produk utama yang dihasilkan oleh ternak puyuh dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa serta harga relatif murah.

Lebih terperinci

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam Asam Basa dan Garam Asam Basa dan Garam A Sifat Asam, Basa, dan Garam 1. Sifat asam Buah-buahan yang masih muda pada umumnya berasa masam. Sebenarnya rasa masam dalam buah-buahan tersebut disebabkan karena

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

B. Struktur Kulit Ikan

B. Struktur Kulit Ikan B. Struktur Kulit Ikan 1. Struktur Kulit Kulit adalah lapisan luar tubuh hewan yang merupakan suatu kerangka luar dan tempat bulu hewan tumbuh atau tempat melekatnya sisik (Sunarto, 2001). Kulit tidak

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

CABE GILING DALAM KEMASAN

CABE GILING DALAM KEMASAN CABE GILING DALAM KEMASAN 1. PENDAHULUAN Cabe giling adalah hasil penggilingan cabe segar, dengan atau tanpa bahan pengawet. Umumnya cabe giling diberi garam sampai konsentrasi 20 %, bahkan ada mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat dan merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67 BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

MANISAN KERING BENGKUANG

MANISAN KERING BENGKUANG MANISAN KERING BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan mie gembili adalah sebagai berikut: 1. Alat yang digunakan: a. Panci b. Slicer c. Pisau d. Timbangan e. Screen 80 mesh

Lebih terperinci

BAB V APLIKASI HASIL EKSPERIMEN PADA PRODUK AKSESORIS

BAB V APLIKASI HASIL EKSPERIMEN PADA PRODUK AKSESORIS BAB V APLIKASI HASIL EKSPERIMEN PADA PRODUK AKSESORIS Bentuk-bentuk yang didapat dari hasil eksperimen yang telah dilakukan kemudian dikonsepkan untuk dapat dijadikan suatu produk yang sesuai dengan karakter

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. LatarBelakang. Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat

PENDAHULUAN. LatarBelakang. Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat PENDAHULUAN LatarBelakang Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat sebanyak 2.298.864 sapi potong, 175.741 kerbau, 2.790.472 kambing dan 1.299.455 domba. Dari angka itu diperkirakan

Lebih terperinci

Karakteristik mutu daging

Karakteristik mutu daging Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN MUHAMAD AZIS MUSLIM KELAS : 11-D3MI-01) NIM : 11.02.7919 KELOMPOK : A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 ABSTRAK Karya tulis ini dibuat

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian banyaknya varietas buah-buahan yang berkembang di Indonesia, tentunya tidak semua dapat diunggulkan.

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan 1 P a g e Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan Pengasapan Ikan Menurut perkiraan FAO,2 % dari hasil tangkapan ikan dunia diawetkan dengan cara

Lebih terperinci

b. Mengubah Warna Indikator Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat mengubah warna beberapa zat alami ataupun buatan.

b. Mengubah Warna Indikator Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat mengubah warna beberapa zat alami ataupun buatan. ASAM DAN BASA A. Asam Apa yang kamu ketahui tentang asam? Asam berkaitan dengan salah satu tanggapan indra pengecap kita terhadap suatu rasa masam. Kata asam berasal dari bahasa Latin, yaitu acidus yang

Lebih terperinci

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g. SOSIS IKAN Sosis adalah salah satu produk olahan dari bahan hewani. Secara umum sosis diartikan sebagai makanan yang dibuat dari daging yang telah dicincang, dihaluskan, dan diberi bumbubumbu, dimasukkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Relugan GT 50, minyak biji karet dan kulit domba pikel. Relugan GT adalah nama produk BASF yang

Lebih terperinci

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bakso Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan penambahan bumbu-bumbu dan bahan kimia lain sehingga dihasilkan produk yang strukturnya kompak atau

Lebih terperinci

LAMPIRAN A TUGAS KHUSUS

LAMPIRAN A TUGAS KHUSUS LAMPIRAN A TUGAS KHUSUS PENGOLAHANL~BAH A.I Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemamya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat (selulosa) dari bahan berserat. Oleh karena itu selulosa harus bersih dari lignin supaya

Lebih terperinci

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan BBP4BKP Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar Kontak Person Dra Theresia Dwi Suryaningrum, MS theresiadwi@yahoo.com Syamdidi SPi, MAppSc didibangka@yahoo.com Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN terdiri dari : Tahapan-tahapan proses pengolahan stick singkong di UKM Flamboyan 4.1 Persiapan Bahan Baku Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT PERTEMUAN KE-7 Dr.Krishna Purnawan Candra Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman 2013 PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT Pangan dengan komposisi

Lebih terperinci

IKAN PINDANG AIR GARAM

IKAN PINDANG AIR GARAM IKAN PINDANG AIR GARAM 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan

Lebih terperinci

Pembuatan Sosis Ikan

Pembuatan Sosis Ikan Pembuatan Sosis Ikan Sosis ikan adalah salah satu olahan yang dibuat dari pasta ikan yang ditambah dengan bumbu-bumbu, kemudian dibungkus/dikemas dengan usus kambing atau pengemas lainnya yang biasa disebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penetapan kadar larutan baku formaldehid Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada tabel 2. Hasil yang diperoleh dari penetapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.) Cangkang kijing lokal yang diperoleh dari danau Teratai yang terdapat di Kec. Mananggu Kab. Boalemo

Lebih terperinci

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si Pendahuluan Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) khususnya IPA yang makin

Lebih terperinci

Ensiklopedi: 27 dan 342. Asam, basa dan garam. dikelompokkan berdasarkan. Alat ukur

Ensiklopedi: 27 dan 342. Asam, basa dan garam. dikelompokkan berdasarkan. Alat ukur BAB 2 ASAM, BASA DAN GARAM Ensiklopedi: 27 dan 342 Kompetensi Dasar: Mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa, dan larutan garam melalui alat dan indikator yang tepat. Melakukan percobaan sederhana

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN PEMANFAATAN LIMBAH KULIT UDANG (Penaeus sp) UNTUK PENGANEKARAGAMAN MAKANAN RINGAN BERBENTUK STICK Tri Rosandari dan Indah Novita Rachman Program Studi Teknoogi Industri Pertanian Institut Teknologi Indonesia

Lebih terperinci

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah kulit buah manggis, ethanol, air, kelopak bunga rosella segar, madu dan flavor blackcurrant. Bahan kimia yang digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA Disusun oleh: Sandwi Devi Andri 10.11.3934 S1 teknik informatika 2F JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN Riza Rahman Hakim, S.Pi Penggolongan hasil perikanan laut berdasarkan jenis dan tempat kehidupannya Golongan demersal: ikan yg dapat diperoleh dari lautan yang dalam. Mis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap pangan asal hewan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

(Colocasia esculenta) Wardatun Najifah

(Colocasia esculenta) Wardatun Najifah KAJIAN KONSENTRASI FIRMING AGENT DAN METODE PEMASAKAN TERHADAP KARAKTERISTIK FRENCH FRIES TARO (Colocasia esculenta) Wardatun Najifah 123020443 Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Ir. Hervelly, MP.,

Lebih terperinci

Materi-1. PENGANTAR Manik-manik

Materi-1. PENGANTAR Manik-manik Materi-1. PENGANTAR Manik-manik JENIS IKAN PARI DENGAN KULIT PUNGGUNG YANG MEMILIKI MANIK-MANIK DAN MUTIARA I. PENDAHULUAN A. POTENSI PERIKANAN LAUT 1. POTENSI LESTARI (MSY) = 6,4 JUTA TON/THN. 2. POTENSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie adalah produk pasta atau ekstruksi yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia (Teknologi Pangan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING

KAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING KAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING (Study of broiler fat and coconut oil as material fatliquoring the quality of goat tanning leather)

Lebih terperinci

ASAM, BASA DAN GARAM

ASAM, BASA DAN GARAM ASAM, BASA DAN GARAM Larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Dalam suatu larutan, jumlah pelarut lebih banyak dibandingkan jumlah zat terlarut. Penggolongan larutan dapat juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang

BAB I PENDAHULUAN. Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang termasuk keluarga kacang-kacangan dari famili Papilionaceae. Kacang turi adalah salah satu jenis kacang-kacangan

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT SAPI DAN DOMBA DI WILAYAH GARUT

LAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT SAPI DAN DOMBA DI WILAYAH GARUT LAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN Mata Kuliah : Pengolahan Hasil Ikutan Dosen : Ir. B. N. Polii, S.U Ternak M. Sridu Resta, S.Pt, M.Sc Tanggal : 21 Mei 2011 Irma Isnafia Arief, S.Pt. M.Si Kelompok : 6 / G2 Asisten

Lebih terperinci

KRIYA KULIT. Oleh : B Muria Zuhdi

KRIYA KULIT. Oleh : B Muria Zuhdi KRIYA KULIT Oleh : B Muria Zuhdi PENGERTIAN KRIYA KULIT Kriya kulit ialah suatu ilmu yang mempelajari cara-cara kerja pembuatan benda yang mempunyai nilai fungsional maupun hias dengan menggunakan bahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Maksud Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Kerangka Pemikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kertas merupakan benda yang sering kita temukan sehari-hari dalam berbagai kegiatan kehidupan manusia. Kertas didefinisikan sebagai lembaran yang relatif tipis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi diantaranya mengandung mineral, vitamin dan lemak tak jenuh. Protein dibutuhkan tubuh

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKMK PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DAN SISIK IKAN MENJADI ANEKA PRODUK KREATIF DALAM MENDUKUNG INDUSTRI KREATIF INDONESIA

LAPORAN AKHIR PKMK PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DAN SISIK IKAN MENJADI ANEKA PRODUK KREATIF DALAM MENDUKUNG INDUSTRI KREATIF INDONESIA LAPORAN AKHIR PKMK PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DAN SISIK IKAN MENJADI ANEKA PRODUK KREATIF DALAM MENDUKUNG INDUSTRI KREATIF INDONESIA Bidang Kegiatan PKM Kewirausahaan Diusulkan oleh: Ketua : Silvia Handayani

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

ASAM, BASA, DAN GARAM

ASAM, BASA, DAN GARAM ASAM, BASA, DAN GARAM Standar Kompetensi : Memahami klasifikasi zat Kompetensi Dasar : Mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa, dan larutan garam melalui alat dan indikator yang tepat A. Sifat

Lebih terperinci

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis unggas, seperti ayam,

Lebih terperinci

tujuh1asam - - ASAM BASA GARAM - - Asam Basa Garam 7202 Kimia Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila.

tujuh1asam - - ASAM BASA GARAM - - Asam Basa Garam 7202 Kimia Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila. - - ASAM BASA GARAM - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian tujuh1asam Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara downloadnya.

Lebih terperinci

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green.

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, masyarakat Indonesia masih memahami bahwa serat alam tidak terlalu banyak manfaatnya, bahkan tidak sedikit yang menganggapnya sebagai bahan yang tak berguna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

1. Starter dengan larutan gula

1. Starter dengan larutan gula 1. Starter dengan larutan gula Siapkan stoples kaca kedap udara ukuran lima liter, pilih yang kedap udara. Tambahkan ke dalam toples 200 gram gula merah, encerkan dengan 3 liter air bersih aduk sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. apabila tidak ditangani secara benar. Kerusakan bahan pangan tersebut

I. PENDAHULUAN. apabila tidak ditangani secara benar. Kerusakan bahan pangan tersebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan pangan pada umumnya mudah mengalami kerusakan apabila tidak ditangani secara benar. Kerusakan bahan pangan tersebut dapat terjadi karena faktor internal dan eksternal.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bubur kacang hijau Bubur kacang hijau adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok kacang hijau dengan perebusan, penambahan bumbu-bumbu dan bahan kimia lain sehingga didapatkan

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri

Lebih terperinci