ANALISIS KESALAHAN GRAMATIKA DALAM BERBICARA MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG BERDASARKAN TAKSONOMI SIASAT PERMUKAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KESALAHAN GRAMATIKA DALAM BERBICARA MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG BERDASARKAN TAKSONOMI SIASAT PERMUKAAN"

Transkripsi

1 ANALISIS KESALAHAN GRAMATIKA DALAM BERBICARA MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG BERDASARKAN TAKSONOMI SIASAT PERMUKAAN Lisa Anggraini Pembimbing I: Dra. Rosyidah M.Pd. Pembimbing II: Dewi Kartika Ardiyani, S.Pd., M.Pd. ABSTRACT: This study is aimed at describing grammatical errors that the students made in their speaking during Freier Vortrag classes based on surface strategy taxonomy. The data were collected using recording technique to be analyzed and written using descriptive qualitative approach. The results show that many grammatical errors are still found in the speaking of Offering-A students of German Department, State University of Malang, during Freier Vortrag classes. The errors comprise (1) omission, (2) addition, (3) misformation, and (4) misordering. Keywords: Errors, Grammatical, Speaking, Surface Strategy Taxonomy ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk kesalahan gramatika berdasarkan taksonomi siasat permukaan yang dilakukan mahasiswa dalam berbicara pada matakuliah Freier Vortrag. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik rekam, untuk selanjutnya data dianalisis dan ditulis dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat cukup banyak kesalahan gramatika yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang Offering A pada matakuliah Freier Vortrag. Kesalahan tersebut meliputi (1) penghilangan (omission), (2) penambahan (addition), (3) salah formasi (misformation), dan (4) salah susun (misordering). Kata kunci: Kesalahan, Gramatika, Berbicara, Taksonomi Siasat Permukaan Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi kehidupan manusia. Agar dapat berkomunikasi dengan baik, manusia harus terampil dalam berbahasa. Keterampilan berbicara sebagai bentuk dari keterampilan berbahasa lisan mempunyai peran yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari, baik di masyarakat maupun di dalam lingkungan pendidikan. Dalam pembelajaran bahasa, khususnya pada keterampilan berbicara bahasa asing, siswa atau mahasiswa dituntut agar dapat berbicara. Namun demikian, berbahasa lisan itu tidak mudah, terlebih jika berbicara dalam bahasa Asing, seperti bahasa Jerman. Sehubungan dengan hal tersebut, keterampilan berbicara bahasa Jerman diajarkan secara formal di Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang pada beberapa matakuliah, salah satunya adalah matakuliah Freier Vortrag. Berdasarkan fakta

2 yang terdapat dilapangan, masih ditemukan beberapa kesalahan gramatika yang dilakukan oleh pembelajar dalam berbicara pada matakuliah Freier Vortrag. Sehubungan dengan kesalahan gramatika yang dilakukan oleh mahasiswa, sebaiknya dilakukan analisis terhadap kesalahan tersebut. Berkaitan dengan analisis kesalahan, Dulay (dalam Tarigan, 1988:149) mengemukakan bahwa menganalisis kesalahan-kesalahan dari perspektif siasat permukaan memberi banyak harapan bagi para peneliti, terutama tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengenalan proses-proses kognitif yang mendasari rekonstruksi pembelajar mengenai bahasa baru yang dipelajarinya. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan gramatika berdasarkan taksonomi siasat permukaan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam berbicara pada matakuliah Freier Vortrag. Taksonomi siasat permukaan (atau surface strategy taxonomy) merupakan taksonomi kesalahan berbahasa yang menyoroti bagaimana cara struktur-struktur permukaan berubah. Dalam proses pembelajaran, para pembelajar mungkin saja melakukan kesalahan seperti (1) menghilangkan unsur bahasa yang penting, (2) menambahkan sesuatu yang tidak perlu, (3) salah memformasikan unsur bahasa, dan (4) salah menyusun unsur bahasa. Sehubungan dengan kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar bahasa, para peneliti telah mencatat bahwa unsur-unsur permukaan suatu bahasa berubah dengan cara yang spesifik dan sistematis. Secara garis besar, kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam taksonomi siasat permukaan ini adalah (1) penghilangan (omission), (2) penambahan (addition), (3) salah formasi (misformation), dan (4) salah susun (misordering) (Dulay, dalam Tarigan, 1988: ) METODE Pada penelitian ini digunakan rancangan deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang angkatan 2008 yang sedang mengikuti matakuliah Freier Vortrag pada tahun ajaran , yang berjumlah 13 mahasiswa, sedangkan data dalam penelitian ini adalah ujaran yang mengandung kesalahan gramatika berdasarkan taksonomi siasat permukaan yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Sastra Jerman angkatan 2008 Universitas Negeri Malang pada saat berbicara dalam mata kuliah Freier Vortrag. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik perekaman. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut. Peneliti menyiapkan alat perekam data, kemudian masuk ke dalam kelas dan merekam atau mendokumentasikan setiap kalimat yang diucapkan mahasiswa. Untuk selanjutnya, keseluruhan ujaran tersebut ditranskripsikan ke lembar perekam data. Perekaman data dilakukan pada beberapa kali pertemuan. Untuk memperoleh data, peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian ini menggunakan instrumen bantuan, yaitu alat perekam data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Analisis data dilakukan secara terus-menerus, sampai data yang diperlukan dalam penelitian ini tercukupi. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data adalah sebagai berikut. (1) membaca hasil transkripsi dari keseluruhan hasil rekaman, (2) mereduksi data, (3) member kode

3 pada data, (4) mengklasifikasikan data, dan (5) menganalisis data. Setelah data diklasifikasi dan dianalisis, data dideskripsikan dengan cara membandingkan kalimat-kalimat mahasiswa yang salah dengan konstruksi kalimat yang benar. HASIL Hasil analisis data dengan menggunakan taksonomi siasat permukaan menunjukkan bahwa terdapat banyak kesalahan gramatika yang dilakukan oleh sebagian besar mahasiswa Jurusan Sastra Jerman angkatan 2008 Offering A dalam berbicara pada matakuliah Freier Vortrag. Kesalahan tersebut terdiri dari (1) penghilangan (omission), (2) penambahan (addition), (3) salah formasi (misformation), dan (4) salah susun (misordering). Adapun bentuk kesalahankesalahan gramatika yang dilakukan mahasiswa dalam berbicara pada matakuliah Freier Vortrag adalah sebagai berikut. Penghilangan (Omission) Pada kesalahan yang berupa penghilangan (omission) ditemukan data berupa penghilangan (1) konjungsi, (2) kata kerja, dan (3) Preposisi. Kesalahan penghilangan ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil mahasiswa yang mengikuti matakuliah Freier Vortrag. Penambahan (Addition) Pada kesalahan penambahan (addition) ditemukan beberapa kesalahan, yang meliputi kesalahan penandaan ganda (double markings), kesalahan regularisasi (regularizations), dan kesalahan penambahan sederhana. Pada kesalahan penandaan ganda ditemukan kesalahan yang berhubungan dengan (1) penggunaan unbestimmter Artikel yang terletak setelah preposisi yang diikuti oleh Dativ dan (2) penggunaan Zahlwörter. Dalam kesalahan regularisasi ditemukan kesalahan (1) derivasi yang berupa pembentukan kata sifat yang berasal dari kata benda, (2) pengkonjugasian kata kerja wissen, dan (3) pembentukan kata kerja pada kalimat yang di dalamnya terdapat Modalverben, sedangkan pada kesalahan yang berupa penambahan sederhana, ditemukan kesalahan yang berhubungan dengan (1) penggunaan 2 Verben yang sama dalam satu kalimat, (2) penggunaan 2 subjek yang merujuk pada Nomen yang sama dalam sebuah kalimat tunggal, dan (3) penggunaan preposisi zu sebelum kata kerja bentuk infinitiv pada kalimat yang mengandung Modalverben. Salah Formasi (Misformation) Pada kesalahan yang berupa salah formasi (misformation) ditemukan banyak kesalahan yang meliputi kesalahan regularisasi (regularizations), kesalahan bentuk arki (archi forms), dan kesalahan bentuk pengganti (alternating forms). Pada kesalahan regularisasi, ditemukan data dengan kesalahan yang berhubungan dengan (1) pembentukan komparasi pada kata sifat teuer, dan (2) pembentukan deklinasi Indefinitronomen viel untuk Nomen Zeit. Adapun pada kesalahan bentuk arki ditemukan data dengan kesalahan yang berhubungan dengan (1) deklinasi dari unbestimmter Artikel, (2) pembentukan Demonstrativpronomen, dan (3) pembentukan kata benda jamak. Pada kesalahan bentuk pengganti (alternating forms), ditemukan data dengan kesalahan yang berhubungan dengan (1) pembentukan kalimat pasiv, (2) penggunaan W-Fragen, dan (3) pembentukan Futur I.

4 Salah Susun (Misordering) Pada kesalahan yang berupa salah susun (misordering) ditemukan cukup banyak kesalahan. Pada kesalahan ini, ditemukan data yang berhubungan dengan kesalahan (1) peletakan kata kerja pada kalimat pernyataan, (2) peletakan kata kerja pada anak kalimat (Nebensatz), dan (3) peletakan kata kerja pada kalimat yang mengandung konjungsi dass. PEMBAHASAN Seperti yang telah dibahas pada hasil penelitian, dalam penelitian ini masih banyak ditemukan kesalahan gramatika yang dilakukan mahasiswa dalam berbicara. Adapun bentuk kesalahan-kesalahan yang dianalisis berdasarkan taksonomi siasat permukaan adalah sebagai berikut. Penghilangan (Omission) Salah satu bentuk kesalahan yang ditemukan pada kesalahan penghilangan adalah kesalahan yang berupa penghilangan kata kerja. Kesalahan ini termasuk kesalahan yang fatal dalam penyusunan kalimat bahasa Jerman. Dalam sebuah kalimat, kata kerja mempunyai kedudukan sebagai predikat. Oleh karena itu, kehadiran sebuah kata kerja sangat penting dalam kalimat. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Kohrs (1997: 16) yang menyatakan bahwa dalam kalimat bahasa Jerman, kata kerja merupakan kata yang paling penting dari sebuah kalimat. Dengan kata kerja, orang dapat menyatakan suatu tindakan, peristiwa, dan keadaan yang dialami oleh subjek dalam kalimat. Sejalan dengan Kohrs, Rudolf dan Hoberg (2008:43) juga menyatakan bahwa predikat merupakan inti dari sebuah kalimat. Penambahan (Addition) Pada kesalahan penambahan, masih ditemukan beberapa kesalahan yang berhubungan dengan penandaan ganda (Double Markings), regularisasi (Regularizations) dan penambahan sederhana. Lebih rinci tentang bentuk kesalahan tersebut, akan dijelaskan sebagai berikut. Penandaan Ganda (Double Markings) Bentuk kesalahan lain yang ditemukan dalam penandaan ganda adalah kesalahan yang berhubungan dengan penggunaan Zahlwörter. Pada data tersebut terdapat 2 Zahlwörter eine dan viele yang merujuk pada Nomen Plätze. Pada data tersebut, kehadiran eine yang memiliki arti sebuah, sama sekali tidak diperlukan, hal ini dikarenakan Nomen yang terdapat dalam kalimat tesebut berbentuk jamak. Zahlwörter yang seharusnya digunakan pada data tersebut adalah viele. Hal ini sejalan dengan pendapat Dreyer dan Schmitt (1991:190), yang menyatakan bahwa pada kata benda jamak dapat digunakan Zahlwörter sebagai pengganti unbestimmter Artikel, yaitu dengan cara menambahkan akhiran e, seperti pada kata viele Blumen. Regularisasi (Regularization) Pada jenis kesalahan regularisasi, terdapat kesalahan yang berhubungan dengan konjugasi kata kerja. Pada umumnya, konjugasi yang digunakan dalam kata kerja untuk subjek Ich adalah Stamm+e. Hal tersebut dipertegas oleh Hutabarat (2006:30), yang menyatakan bahwa kata kerja dalam bahasa Jerman harus berubah bentuk jika dikombinasikan dengan subjek. Sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh Hutabarat, Bao (2008:31) juga memberikan penjelasan tentang konjugasi kata kerja. Konjugasi kata kerja untuk subjek ich

5 adalah Stamm+e, konjugasi kata kerja untuk subjek du adalah Stamm+st, konjugasi kata kerja untuk subjek er, sie (Singular), es, dan ihr adalah Stamm+t, dan konjugasi kata kerja untuk subjek Sie, sie (Plural), dan wir adalah Stamm+en. Namun demikian, terdapat kata kerja tertentu yang cara pengkonjugasiannya tidak mengikuti aturan, seperti yang terjadi pada kata kerja wissen. Konjugasi untuk kata wissen pada ubjek ich bukan wisse, tapi weiβ. Hal tersebut sesuai dengan yang dijelaskan oleh Luscher. Dalam bukunya, Luscher (1975: 12) menjelaskan bahwa kata kerja wissen memiliki formulasi yang berbeda dalam pengkonjugasiannya pada subjek tunggal. Konjugasi dari kata kerja wissen untuk subjek ich, er, dan sie adalah weiβ, sedangkan untuk subjek du adalah weiβt. Penambahan Sederhana Pada kesalahan jenis penembahan sederhana juga ditemukan kesalahan yang berhubungan dengan pembentukan kalimat dengan menggunakan Modalverben. Pada kalimat tersebut, pembelajar menghadirkan preposisi zu yang diletakkan sebelum kata kerja. Dalam kalimat yang tidak menggunakan Modalverben, preposisi zu digunakan untuk memisahkan 2 kata kerja. Kata kerja yang pertama diletakkan pada posisi ke 2, sedangkan kata kerja ke 2 diletakkan setelah preposisi zu. Namun demikian, preposisi zu tidak dibutuhkan untuk memisahkan Modalverben yang terletak pada posisi ke 2 dan kata kerja bentuk Infinitiv yang terletak pada posisi akhir. Dalam penggunaan Modalverben, kata kerja diletakkan pada posisi akhir tanpa perlu mencantumkan preposisi zu. Sehubungan dengan penggunaan Modalverben, Dreyer dan Schmitt (1991:85) menyatakan bahwa pada penggunaannya dalam kalimat, Modalverben membutuhkan kata kerja bentuk Infinitiv tanpa preposisi zu. Terkait dengan kesalahan ini, pada penelitian terdahulu juga ditemukan kesalahan yang sama, yaitu penggunaan preposisi zu yang diletakkan sebelum kata kerja bentuk Infinitiv pada kalimat yang mengandung Modalverben. Sehubungan dengan penggunaan preposisi zu pada kalimat yang mengandung Modalverben, Mariyana (2004) menjelaskan tentang penyebab kesalahan tersebut, yaitu dikarenakan ketidaktahuan pembelajar dalam pembentukan kalimat dengan atau tanpa zu. Salah Formasi (Misformation) Kesalahan selanjutnya yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kesalahan jenis misformation. Kesalahan ini dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu regularisasi, bentuk arki, dan bentuk pengganti. Lebih rinci tentang kesalahan tersebut, dijelaskan sebagai berikut. Regularisasi Dalam kesalahan regularisasi, ditemukan kesalahan yang berhubungan dengan pembentukan deklinasi komparatif dari kata sifat teuer. Cara yang lazim digunakan dalam tata bahasa Jerman untuk pembentukan deklinasi komparatif adalah dengan menambahkan akhiran er pada akhir kata sifat. Namun dalam bahasa Jerman terdapat beberapa pengecualian dalam pembentukan deklinasi komparatif. Sehubungan dengan komparasi ajektiva, Dreyer dan Schmitt (1991:199) mengemukakan bahwa pembentukan komparasi ajektiva dilakukan dengan manambahkan akhiran er pada akhir ajektiva. Lebih lanjut tentang komparasi ajektiva, Dreyer dan Schmitt juga menjelaskan bahwa ajektiva yang berakhiran el atau er mempunyai formulasi yang khusus, misalnya pada

6 ajektiva dunkle tidak menjadi dunkeler tetapi dunkler. Contoh lain, pada ajektiva teuer tidak menjadi teuerer, tetapi teurer. Pada penelitian terdahulu juga ditemukan kesalahan seperti ini. Berkaitan dengan hal tersebut, Mariyana (2004) mengemukakan bahwa kesalahan pembentukan Komparatif teurer disebabkan karena pembelajar tidak menguasai pembentukan kalimat komparatif dan tidak menguasai aturan gramatika yang baik, sehingga kalimat yang dihasilkan menjadi tidak benar. Bentuk Arki (Archi-Forms) Pada kesalahan bentuk arki, ditemukan kesalahan yang berhubungan dengan deklinasi dari unbestimmter Artikel pada kasus Nominativ. Untuk mendeklinasikan unbestimmter Artikel, kata benda yang terletak setelah unbestimmter Artikel tersebut harus diperhatikan. Sehubungan dengan deklinasi dari unbestimmter Artikel pada kalimat dengan kasus Nominativ, Dreyer dan Schmitt (1991:190) memberikan contoh tentang deklinasi dari unbestimmter Artikel pada kasus Nominativ. Bentuk unbestimmter Artikel dari kata benda Maskulin adalah ein, bentuk unbestimmter Artikel dari kata benda Neutral adalah ein, dan bentuk unbestimmter Artikel dari kata benda Feminin adalah eine. Adapun kata benda jamak tidak memerlukan unbestimmter Artikel, namun bisa diganti dengan angka atau Zahlwörter dengan menambahkan akhiran e, seperti pada kata viele Blumen. Bentuk Pengganti (Alternating Forms) Pada jenis kesalahan bentuk pengganti, ditemukan kesalahan yang berhubungan dengan pembentukan kalimat aktif dan pasif. Pada data yang telah dianalisis, terdapat kalimat yang seharusnya berbentuk pasif tapi dibentuk aktif. Kesalahan pembentukan kalimat ini juga mempengaruhi makna dari keseluruhan kalimat. Bentuk pasif biasanya digunakan ketika seseorang ingin menekankan objek yang sedang dibicarakan. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Luscher (1975: 34) yang menjelaskan tentang penggunaan bentuk pasiv, yaitu bahwa subjek kalimat tidak terlalu berperan penting dalam kalimat tersebut. Salah Susun (Misordering) Kesalahan lain yang juga ditemukan oleh peneliti adalah kesalahan misordering atau salah susun. Pada kesalahan ini, ditemukan cukup banyak kesalahan yang berhubungan dengan peletakan kata kerja. Kebanyakan kesalahan tersebut disebabkan oleh Inversion atau perubahan posisi subjek. Dalam kalimat bahasa Jerman, subjek kalimat tidak harus diletakkan pada awal kalimat dan kata kerja tidak selalu diletakkan di belakang subjek. Hal tersebut sejalan dengan Khors (1997: 66), yang menyatakan bahwa pada kalimat pernyataan (Aussagesatz), kata kerja selalu diletakkan pada posisi ke 2. Pada kalimat tanya (Fragesatz) kata kerja diletakkan pada posisi pertama, jika menggunakan W- Frage, maka kata kerja diletakkan di belakang W-Frage. Adapun kata kerja pada kalimat perintah (Imperativ), diletakkan di awal kalimat atau pada posisi pertama. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dipaparkan kesimpuan sebagai berikut. Hasil analisis data dengan menggunakan taksonomi siasat permukaan dan hasil pembahasan menunjukkan bahwa masih banyak kesalahan gramatika dalam berbicara yang dilakukan oleh sebagian besar mahasiswa sastra

7 Jerman angkatan 2008 Offering A pada matakuliah Freier Vortrag. Kesalahan tersebut terdiri dari (1) penghilangan (omission), (2) penambahan (addition), (3) salah formasi (misformation), dan (4) salah susun (misordering). Sehubungan dengan kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam berbicara, adapun bentuk kasalahan tersebut diuraikan sebagai berikut. Pada kesalahan yang berupa penghilangan (omission) ditemukan data berupa penghilangan (1) konjungsi, (2) kata kerja, dan (3) Preposisi. Kesalahan penghilangan ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil mahasiswa yang mengikuti matakuliah Freier Vortrag. Pada kesalahan penandaan ganda ditemukan kesalahan yang berhubungan dengan (1) penggunaan unbestimmter Artikel yang terletak setelah preposisi yang diikuti oleh Dativ dan (2) penggunaan Zahlwörter. Dalam kesalahan regularisasi ditemukan kesalahan (1) derivasi yang berupa pembentukan kata sifat yang berasal dari kata benda, (2) penggonjugasian kata kerja wissen, dan (3) pembentukan kata kerja pada kalimat yang didalamnya terdapat Modalverben, sedangkan pada kesalahan yang berupa penambahan sederhana, ditemukan kesalahan yang berhubungan dengan (1) penggunaan 2 Verben yang sama dalam satu kalimat, (2) penggunaan 2 objek yang merujuk pada Nomen yang sama dalam sebuah kalimat tunggal, dan (3) penggunaan preposisi zu sebelum kata kerja bentuk infinitiv pada kalimat yang mengandung Modalverben. Pada kesalahan yang berupa salah formasi (misformation) ditemukan kesalahan yang mencakup kesalahan regularisasi (regularizations), kesalahan bentuk arki (archi forms), dan kesalahan bentuk pengganti (alternating forms). Dalam kesalahan regularisasi, ditemukan data dengan kesalahan yang berhubungan dengan (1) pembentukan komparasi pada kata sifat teuer, dan (2) pembentukan deklinasi Indefinitronomen viel untuk Nomen Zeit. Adapun pada kesalahan bentuk arki ditemukan data dengan kesalahan yang berhubungan dengan (1) deklinasi dari unbestimmter Artikel, (2) pembentukan Demonstrativpronomen, dan (3) pembentukan kata benda jamak. Pada kesalahan bentuk pengganti (alternating forms), ditemukan data dengan kesalahan yang berhubungan dengan (1) pembentukan kalimat pasiv, (2) penggunaan W-Fragen, dan (3) pembentukan Futur I. Pada kesalahan yang berupa salah susun (misordering) ditemukan ditemukan data yang berhubungan dengan kesalahan (1) peletakan kata kerja pada kalimat pernyataan, (2) peletakan kata kerja pada anak kalimat (Nebensatz), dan (3) peletakan kata kerja pada kalimat yang mengandung konjungsi dass. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang diajukan adalah sebagai berikut. Kepada mahasiswa disarankan untuk lebih banyak berlatih berbicara dengan menggunakan bahasa Jerman dan lebih teliti dalam penggunaan gramatika pada waktu berbicara dengan menggunakan bahasa Jerman. Dosen-dosen bahasa Jerman juga disarankan memperbanyak latihan berbicara dalam perkuliahan reguler. Peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti bentuk kesalahan gramatika berdasarkan taksonomi siasat permukaan pada keterampilan lain, selain keterampilan berbicara.

8 DAFTAR RUJUKAN Bao, El-Dani Agar Anda jago bahasa Jerman, Mengenal dan Memahami Konjugasi (Perubahan Kata Kerja) Bahasa Jerman. Yogyakarta: DIVA Press. Dreyer, Hilke & Richard Schmitt Lehr- und Übungsbuch der deutschen Grammatik. München: Verlag für Deutsch. Hutabarat, Mery Dahlia, dkk Jung Bahan Ajar Bahasa Jerman untuk SMA Kelas X. Bandung: Ikatan Guru Bahasa Jerman Indonesia. Kohrs, Peter Deutsch Grammatik Pocket Teacher. Berlin: Cornelsen Verlag Scriptor GmbH&Co. KG. Luscher, Renate Deutsch Grammatik der Moderne deutschen Umgangsprache. München: Max Hueber Verlag. Rudolf & Ursula Hoberg Duden Deutsche Grammatik-Kurz Gefasst. Zürich: Dudenverlag. Tarigan. Henry Guntur & Djago Tarigan Pengajaran Analisis Kesalahan berbahasa. Bandung: Angkasa.

9 LEMBAR PERSETUJUAN Artikel Jurnal oleh Lisa Anggraini ini telah diperiksa dan disetujui. Malang, 15 Mei 2012 Pembimbing I Dra. Rosyidah, M.Pd NIP Malang, 15 Mei 2012 Pembimbing II Dewi Kartika Ardiyani, S.Pd, M.Pd NIP Malang, 15 Mei 2012 Mahasiswa Lisa Anggraini NIM

Kesalahan Ortografi pada Keterampilan Menulis Bahasa Jerman Siswa Kelas X-9 SMAN 1 Kepanjen

Kesalahan Ortografi pada Keterampilan Menulis Bahasa Jerman Siswa Kelas X-9 SMAN 1 Kepanjen Kesalahan Ortografi pada Keterampilan Menulis Bahasa Jerman Siswa Kelas X-9 SMAN 1 Kepanjen Eko Jayanto Pembimbing I: Dewi Kartika Ardiyani, S.Pd., M.Pd. Pembimbing II: Deddy Kurniawan S.Pd., M.A. E-mail:

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 2 MAKASSAR ABSTRAK ABSTRACT

ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 2 MAKASSAR ABSTRAK ABSTRACT ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 2 MAKASSAR Agung Rinady Malik 1 dan Syarifah Fatimah 2 Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar Email

Lebih terperinci

2015 ANALISIS FRASA PREPOSISI DENGAN MODIFIKATOR AUS SEBAGAI ERGÄNZUNGEN DAN ANGABEN DALAM ROMAN BESCHÜTZER DER DIEBE

2015 ANALISIS FRASA PREPOSISI DENGAN MODIFIKATOR AUS SEBAGAI ERGÄNZUNGEN DAN ANGABEN DALAM ROMAN BESCHÜTZER DER DIEBE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Pada umumnya, masyarakat Indonesia menguasai dua bahasa yaitu bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa

Lebih terperinci

Kesalahan Penggunaan Konjungsi als dan wenn Pada Karangan Mahasiswa Semester Empat Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang.

Kesalahan Penggunaan Konjungsi als dan wenn Pada Karangan Mahasiswa Semester Empat Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang. Kesalahan Penggunaan Konjungsi als dan wenn Pada Karangan Mahasiswa Semester Empat Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang. Ninuk Rahayu, Rosyidah, dan Edy Hidayat Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya cara untuk memecahkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya cara untuk memecahkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya cara untuk memecahkan masalah. Cara untuk memecahkan masalah yang telah dipilih dan disusun secara sistematis

Lebih terperinci

Artikel oleh Dzikrullah Hakam Allif Mubarak ini telah diperiksa dan disetujui. Malang, 9 Agustus 2012 Pembimbing I

Artikel oleh Dzikrullah Hakam Allif Mubarak ini telah diperiksa dan disetujui. Malang, 9 Agustus 2012 Pembimbing I Artikel oleh Dzikrullah Hakam Allif Mubarak ini telah diperiksa dan disetujui. Malang, 9 Agustus 2012 Pembimbing I Dra. Rosyidah, M.Pd. NIP. 19600821 198503 2 001 Malang, 9 Agustus 2012 Pembimbing II Edy

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH OLEH AGUS FAIZI NIM

ARTIKEL ILMIAH OLEH AGUS FAIZI NIM 1 ANALISIS KESALAHAN MEMBACA PEMAHAMAN (LESEVERSTEHEN) MAHASISWA DALAM UJIAN ZIDS SEMESTER GENAP TAHUN 2010/2011 JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG ARTIKEL ILMIAH OLEH AGUS FAIZI NIM 105241480987

Lebih terperinci

STRUKTUR UND WORTSCHATZ II JR 216

STRUKTUR UND WORTSCHATZ II JR 216 SILABUS STRUKTUR UND WORTSCHATZ II JR 216 Irma Permatawati, S.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 SILABUS 1. Identitas Mata Kuliah

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA Ika Wahyu Prasetya 33, Parto 34, Rusdhianti Wuryaningrum 35 Abstract : his research is motivated by one of the speak

Lebih terperinci

Resfinta Yudhi Rosanti Pembimbing I Edy Hidayat, S.Pd, M.Hum. Pembimbing II Deddy Kurniawan, S.Pd, M.A.

Resfinta Yudhi Rosanti Pembimbing I Edy Hidayat, S.Pd, M.Hum. Pembimbing II Deddy Kurniawan, S.Pd, M.A. Kesalahan Penggunaan Konjungsi da, weil, dan denn pada Pembentukan Kalimat Kausal oleh Mahasiswa Sastra Jerman Universitas Negeri Malang Angkatan 2010 pada Matakuliah Aufsatz 1 Resfinta Yudhi Rosanti Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan struktur yang baku yang biasa disebut tata bahasa. Penguasaan tata bahasa merupakan salah

Lebih terperinci

Kesalahan Pembentukan Finalsatz Bahasa Jerman Oleh Mahasiswa Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang

Kesalahan Pembentukan Finalsatz Bahasa Jerman Oleh Mahasiswa Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang Kesalahan Pembentukan Finalsatz Bahasa Jerman Oleh Mahasiswa Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang Taufan Reza Achmadi Drs.Tiksno Widiytmoko, M.A. Edy Hidayat, S. Pd., M. Hum. Universitas

Lebih terperinci

Ika Rahmawati Pembimbing 1: Sri Prameswari Indriwardhani, M.Pd. Pembimbing 2: Desti Nur Aini, S.S., M.Pd.

Ika Rahmawati Pembimbing 1: Sri Prameswari Indriwardhani, M.Pd. Pembimbing 2: Desti Nur Aini, S.S., M.Pd. PENGGUNAAN MEDIA WÜRFELSPIEL UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN DI KELAS XI BAHASA SMA AL-RIFA IE GONDANGLEGI TAHUN AJARAN 2011/2012 Ika Rahmawati Pembimbing 1: Sri Prameswari Indriwardhani, M.Pd. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil di dalamnya, seperti frase, kata, dan yang terkecil adalah huruf.

BAB I PENDAHULUAN. kecil di dalamnya, seperti frase, kata, dan yang terkecil adalah huruf. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalimat merupakan salah satu komponen bahasa yang memiliki satuansatuan kecil di dalamnya, seperti frase, kata, dan yang terkecil adalah huruf. Kalimat

Lebih terperinci

Wuri Kumalawati Pembimbing I: Dra. Rosyidah M. Pd. Pembimbing II: M. Kharis, S.Pd., M. Hum.

Wuri Kumalawati Pembimbing I: Dra. Rosyidah M. Pd. Pembimbing II: M. Kharis, S.Pd., M. Hum. KESALAHAN PENGGUNAAN KATA INGKAR NICHT DAN KEIN DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG ANGKATAN 2010/2011 PADA MATAKULIAH AUFSATZ I Wuri Kumalawati Pembimbing I: Dra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang harus dikuasai adalah tata bahasa. Dalam bahasa Jerman, tata bahasa atau yang biasa dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Dengan bahasa, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Dengan bahasa, seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Dengan bahasa, seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain. Dengan bahasa, juga akan terjadi hubungan timbal balik

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) (SAP) HÖREN I JR212 PEPEN PERMANA, S.PD. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 1 : Kosakata : Alphabet dan Café d / Struktur: Aussagesatz,

Lebih terperinci

Kata kunci: karangan, Präposition nach dan zu, penggunaan

Kata kunci: karangan, Präposition nach dan zu, penggunaan PENGGUNAAN PRӒPOSITION NACH DAN ZU PADA KARANGAN MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN ANGKATAN 2009 UNIVERSITAS NEGERI MALANG Vidya Adinarti, Rosyidah, Desti Nur Aini. vady_art7@yahoo.com ABSTRAK: Penelitian

Lebih terperinci

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Mei 2018

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Mei 2018 Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Pada Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII Oleh Mediati Firdausa Farida Ariyani Nurlaksana Eko Rusminto Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya, serta memberikan berbagai informasi kepada

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 55 LAMPIRAN 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2/ Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi Waktu

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA CIRCULAR CARDS DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PADA KELAS X SMA NEGERI 6 MALANG

PENERAPAN MEDIA CIRCULAR CARDS DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PADA KELAS X SMA NEGERI 6 MALANG PENERAPAN MEDIA CIRCULAR CARDS DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PADA KELAS X SMA NEGERI 6 MALANG Etri Dirvani Rizkia Girendha Universitas Negeri Malang E-mail: dgirendha@gmail.com ABSTRAK : Tujuan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Mata Kuliah : Strukturen 1 Kode Matakuliah : JER 46006 Kredit Semester : 4 (empat) Program Studi : Pendidikan Bahasa Jerman Status : Wajib Tempuh Semester /tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pengumpulan dan pengolahan data penelitian harus menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pengumpulan dan pengolahan data penelitian harus menggunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam pengumpulan dan pengolahan data penelitian harus menggunakan metode penelitian yang sesuai dengan jenis dan karakteristik penelitian yang dilakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN WARNA UNTUK MENGUASAI ARTIKEL KATA BENDA BAHASA JERMAN.

BAB I PENDAHULUAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN WARNA UNTUK MENGUASAI ARTIKEL KATA BENDA BAHASA JERMAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini menguasai bahasa asing merupakan tuntutan zaman. Penguasaan bahasa asing merupakan nilai lebih yang menunjang seseorang memiliki performa setingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa bahasa orang akan sulit untuk mengekspresikan apa yang diinginkannya. Bahasa dapat menjadi

Lebih terperinci

BAHAN AJAR / RPP. C. Metode Pembelajaran : Inquiri I. Kegiatan Pembelajaran :

BAHAN AJAR / RPP. C. Metode Pembelajaran : Inquiri I. Kegiatan Pembelajaran : BAHAN AJAR / RPP Bidang Studi : Bahasa Jerman Pokok Tema : Erste Kontake Sub Tema :Erste Kontakte mit Deutschen ( ich, du, sie/er/es (sing), Sie, sie (pl)) Kelas / Semester: X / gasal Standar Kecakapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat banyak lembaga pendidikan formal maupun nonformal

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat banyak lembaga pendidikan formal maupun nonformal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat banyak lembaga pendidikan formal maupun nonformal yang mengajarkan bahasa Jerman. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran bahasa Jerman berorientasi pada empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran bahasa Jerman berorientasi pada empat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran bahasa Jerman berorientasi pada empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak (hören), berbicara (sprechen), membaca (lesen), dan menulis

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BAHASA JERMAN MAHASISWA SEMESTER V ANGKATAN TAHUN 2009 JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KEMAMPUAN BAHASA JERMAN MAHASISWA SEMESTER V ANGKATAN TAHUN 2009 JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG KEMAMPUAN BAHASA JERMAN MAHASISWA SEMESTER V ANGKATAN TAHUN 2009 JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG Wahyudi Dewi Kartika Ardiyani, S.Pd., M.Pd. E-Mail: justwahyudi@gmail.com Abstract: This

Lebih terperinci

Kesesuaian Tipologi Latihan Buku Jung 1 Dengan KTSP Bahasa Jerman

Kesesuaian Tipologi Latihan Buku Jung 1 Dengan KTSP Bahasa Jerman Kesesuaian Tipologi Latihan Buku Jung 1 Dengan KTSP Bahasa Jerman Widyarini Megawati, Dewi Kartika Ardiyani, S.Pd., M.Pd, dan Sri Prameswari Indriwardhani, M.Pd Universitas Negeri Malang dingdassifunf@gmail.com

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN JIGSAW PUZZLE

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN JIGSAW PUZZLE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa asing dalam dunia kependidikan di Indonesia bukanlah hal yang baru di kalangan seluruh peserta didik, karena mulai dari jenjang pendidikan formal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar suatu bahasa tidak terlepas dari latihan keterampilan berbahasa. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman terdapat empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, penguasaan akan bahasa Inggris sangatlah penting. Sebagai bahasa internasional, bahasa Inggris mendominasi segala aspek kehidupan baik itu politik,

Lebih terperinci

Kata kunci: kesalahan, terjemahan abstrak. Keywords: errors, translating abstract

Kata kunci: kesalahan, terjemahan abstrak. Keywords: errors, translating abstract Kesalahan dalam Terjemahan Abstrak Karya Ilmiah oleh Mahasiswa Jurusan Sastra Jerman Angkatan 2008 Universitas Negeri Malang Erlina Yuni Novitasari Pembimbing: (I) Dra. Rosyidah, M.Pd., (II) Deddy Kurniawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini bahasa Jerman merupakan bahasa asing selain bahasa Inggris yang banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MULTITEKS PADA PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEPANJEN

PENGGUNAAN MULTITEKS PADA PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEPANJEN PENGGUNAAN MULTITEKS PADA PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEPANJEN Amalia Sofie Yuana Pembimbing I: Edy Hidayat, S.Pd., M. Hum. Pembimbing II: Dudy Syafruddin,

Lebih terperinci

2015 PENGGUAAN MEDIA BOARDGAME GERMAN TRIP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI ADJEKTIVDEKLINATION PADA SISWA SMA

2015 PENGGUAAN MEDIA BOARDGAME GERMAN TRIP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI ADJEKTIVDEKLINATION PADA SISWA SMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari dalam pendidikan di Indonesia. Dalam mempelajari bahasa Jerman, sama halnya dalam pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang memiliki pola yang beraturan. Aturan tersebut dapat disusun

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang memiliki pola yang beraturan. Aturan tersebut dapat disusun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah satu sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang memiliki pola yang beraturan. Aturan tersebut dapat disusun menjadi kaidah. Sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2016 ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2016 ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2016 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh MARIATI NIM 120388201091 JURUSANPENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran bahasa asing bertujuan agar pembelajar terampil

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran bahasa asing bertujuan agar pembelajar terampil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pembelajaran bahasa asing bertujuan agar pembelajar terampil menggunakan bahasa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Agar dapat terampil

Lebih terperinci

KESALAHAN PENGGUNAAN EJAAN PADA SKRIPSI MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNILA DAN IMPLIKASINYA. Oleh

KESALAHAN PENGGUNAAN EJAAN PADA SKRIPSI MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNILA DAN IMPLIKASINYA. Oleh KESALAHAN PENGGUNAAN EJAAN PADA SKRIPSI MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNILA DAN IMPLIKASINYA Oleh Nadya Arizona NurlaksanaEkoRusminto Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: nadyarizona@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajar yang mempelajari bahasa Jerman diduga tidak asing lagi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajar yang mempelajari bahasa Jerman diduga tidak asing lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajar yang mempelajari bahasa Jerman diduga tidak asing lagi dengan Fragewörter, yang merupakan salah satu unsur dari W-Fragen. Dalam pembelajaran bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa Sekolah Mengengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa Sekolah Mengengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jerman sebagai salah satu bahasa asing yang diajarkan pada beberapa Sekolah Mengengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam kehidupan. Pada umumnya masyarakat Indonesia menguasai dua bahasa yakni bahasa daerah sebagai bahasa pertama

Lebih terperinci

THE ERROR ANALYSIS ON THE USE OF I-KEIYOUSHI

THE ERROR ANALYSIS ON THE USE OF I-KEIYOUSHI 1 THE ERROR ANALYSIS ON THE USE OF I-KEIYOUSHI AND NA- KEIYOUSHI IN SAKUBUN WRITING BY SECOND GRADE STUDENTS OF JAPANESE LANGUAGE EDUCATION DEPARTMENT OF UNIVERSITY OF RIAU Lestari Astiwi, Sri Wahyu Widiati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak buku ajar bahasa Jerman yang beredar di masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak buku ajar bahasa Jerman yang beredar di masyarakat dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini banyak buku ajar bahasa Jerman yang beredar di masyarakat dengan berbagai macam pilihan yang ditawarkan, mulai dari buku yang hanya berisi tulisan

Lebih terperinci

KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA MAHASISWA PPL (PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN) PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA TAHUN AKADEMIK 2016/2017

KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA MAHASISWA PPL (PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN) PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA TAHUN AKADEMIK 2016/2017 KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA MAHASISWA PPL (PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN) PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA TAHUN AKADEMIK 2016/2017 Speaking Error of Experience Students Field Using Indonesian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Keterampilan berbahasa Jerman yang dilatihkan dalam pembelajaran bahasa Jerman di tingkat SMA maupun perguruan tinggi adalah mendengarkan (Hören), berbicara

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kesalahan berbahasa dalam karangan siswa kelas VI SD Al-Kautsar

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kesalahan berbahasa dalam karangan siswa kelas VI SD Al-Kautsar 165 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kesalahan berbahasa dalam karangan siswa kelas VI SD Al-Kautsar Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012-2013 telah teridentifikasi berdasarkan empat taksonomi kesalahan

Lebih terperinci

PENELITIAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

PENELITIAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PENELITIAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA Reni Supriani Ida Rahmadani Siregar Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PPs Universitas Negeri Medan e-mail : Gwe.rheniy@gmail.com Ida13.rafa@yahoo.com

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN KALIMAT BERBAHASA INDONESIA DALAM ARTIKEL MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS UNIVERSITAS JEMBER SKRIPSI

PENYIMPANGAN KALIMAT BERBAHASA INDONESIA DALAM ARTIKEL MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS UNIVERSITAS JEMBER SKRIPSI PENYIMPANGAN KALIMAT BERBAHASA INDONESIA DALAM ARTIKEL MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER SKRIPSI Oleh Akmalia Nur Puspita NIM 100210402098

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN DOMINO DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONJUGASIKAN VERBA BAHASA JERMAN

2014 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN DOMINO DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONJUGASIKAN VERBA BAHASA JERMAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari bahasa asing dan mampu menguasainya merupakan nilai lebih dalam bersosialisasi di dunia kerja maupun pergaulan. Bahasa Jerman merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (percakapan) untuk mengungkapkan suatu informasi dari pembicara, sebab kata

BAB I PENDAHULUAN. (percakapan) untuk mengungkapkan suatu informasi dari pembicara, sebab kata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tata bahasa memiliki cakupan yang begitu luas, meliputi huruf, kata, frasa dan kalimat. Kata merupakan bagian yang penting dalam suatu tulisan dan lisan (percakapan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Tanpa bahasa manusia tidak mungkin dapat berinteraksi,

Lebih terperinci

ERROR ANALYSIS ON THE ARGUMENTATIVE ESSAYS WRITTEN BY THE FOURTH SEMESTER STUDENTS OF STUDY PROGRAM OF ENGLISH THESIS

ERROR ANALYSIS ON THE ARGUMENTATIVE ESSAYS WRITTEN BY THE FOURTH SEMESTER STUDENTS OF STUDY PROGRAM OF ENGLISH THESIS ERROR ANALYSIS ON THE ARGUMENTATIVE ESSAYS WRITTEN BY THE FOURTH SEMESTER STUDENTS OF STUDY PROGRAM OF ENGLISH THESISS BY MAULIDA CAHYANING YUWANTI NIM. 0911110057 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD IT Ibadurrohman Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. Penentuan lokasi ini didasarkan atas beberapa pertimbangan,

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN

ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN Herlina Jasa Putri Harahap Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isma Mentari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isma Mentari, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting untuk dikuasai di samping ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini dikarenakan pada umumnya informasi

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA SKRIPSI. oleh. Ika Wahyu Prasetya W NIM

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA SKRIPSI. oleh. Ika Wahyu Prasetya W NIM ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN UNSUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA PARAGRAF DESKRIPSI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh NANDA PUTRA

Lebih terperinci

SILABUS ARBEIT MIT HÖRTEXTEN I JR 411 DRA. NINING WARNINGSIH, M.PD.

SILABUS ARBEIT MIT HÖRTEXTEN I JR 411 DRA. NINING WARNINGSIH, M.PD. SILABUS ARBEIT MIT HÖRTEXTEN I JR 411 DRA. NINING WARNINGSIH, M.PD. Program Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia 2010 SILABUS 1. Identitas mata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Siti Alfiyah, 2014 Hubungan Daya Ingat Dan Penguasaan Unregelmäβige Verben Bentuk Präteritum

BAB 1 PENDAHULUAN. Siti Alfiyah, 2014 Hubungan Daya Ingat Dan Penguasaan Unregelmäβige Verben Bentuk Präteritum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup manusia di seluruh dunia. Mempelajari bahasa merupakan suatu keharusan, karena bahasa

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas

DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL Oleh : Adriani Rasinta Mananohas 070913004 UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS SASTRA MANADO 2013 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis.

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. Menulis esai dalam bahasa Inggris membutuhkan kemampuan dalam memilih kata dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan salah satu bahasa asing yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam pembelajaran bahasa Jerman salah satu aspek yang harus dipelajari dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mempelajari bahasa terutama bahasa asing memerlukan keterampilan khusus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mempelajari bahasa terutama bahasa asing memerlukan keterampilan khusus dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari bahasa terutama bahasa asing memerlukan keterampilan khusus dan kesungguhan untuk dapat menguasainya. Setiap bahasa memiliki ciri khas tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Apabila menguasai keempat

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Apabila menguasai keempat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen penting yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. Keterampilan menulis dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

Penerapan Methode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Pada Pembelajaran Membaca di SMA Negeri 8 Malang

Penerapan Methode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Pada Pembelajaran Membaca di SMA Negeri 8 Malang Penerapan Methode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Pada Pembelajaran Membaca di SMA Negeri 8 Malang Yoyok Budiono Pembimbing 1: Sri Prameswari Indriwardhani, M.Pd. Pembimbing 2:

Lebih terperinci

SILABUS SCHREIBEN I JR 214. Pepen Permana, S.Pd.

SILABUS SCHREIBEN I JR 214. Pepen Permana, S.Pd. SILABUS SCHREIBEN I JR 214 Pepen Permana, S.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 1 SILABUS 1. Identitas Mata Kuliah Nama Mata Kuliah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL 852 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-6 2017 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL IMPROVING THE SPEAKING SKILL

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Identifikasi Awal Dalam bab ini akan dibahas data dan pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan kegiatan observasi

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG ANGKATAN 2009/2010 OFFERING AA DALAM ANALISIS KALIMAT BAHASA JERMAN BERDASARKAN

KEMAMPUAN MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG ANGKATAN 2009/2010 OFFERING AA DALAM ANALISIS KALIMAT BAHASA JERMAN BERDASARKAN KEMAMPUAN MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG ANGKATAN 2009/2010 OFFERING AA DALAM ANALISIS KALIMAT BAHASA JERMAN BERDASARKAN IC GRAMMATIK Hanum Surya Dewi Pembimibng (I): Edy Hidayat,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) (SAP) STRUKTUR UND WORTSCHATZ II JR216 IRMA PERMATAWATI, S.PD. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 1 : Kosakata : Sprachen und Biografien

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan BAB V PENUTUP Pada bagian ini dipaparkan simpulan dan saran sebagai bagian akhir dalam penelitian ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan analisis data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Di dalam Grammatik tata bahasa bahasa Jerman terdapat aturan-aturan yang berbeda dengan bahasa lainnya, misalnya konjugasi verba yang disesuaikan degan subjek.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang yang mempelajari suatu bahasa secara tidak langsung dia juga

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang yang mempelajari suatu bahasa secara tidak langsung dia juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seseorang yang mempelajari suatu bahasa secara tidak langsung dia juga mempelajari aturan tata bahasa itu agar dapat memahami makna serta informasi yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMP NEGERI 13 PONTIANAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMP NEGERI 13 PONTIANAK PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMP NEGERI 13 PONTIANAK Karin Ajeng Febriani, Nanang Heryana, Djon Lasmono Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas / Semester : XI / 1 Materi Pokok : membaca Bestimmte-unbestimmte Artikel im Nominativ und Akkusativ Alokasi waktu : 2 jam pelajaran

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 47 Lampiran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2/ Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi Waktu

Lebih terperinci

BAB 3 MOTODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB 3 MOTODE DAN TEKNIK PENELITIAN BAB 3 MOTODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Paradigma, Disain dan Metode Penelitian Dengan mendasarkan pada teori yang membahas tentang karakter bahasa nonverbal, kedudukannya dalam kajian bahasa dan ilmu komunikasi,

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RASMIAYU

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. lain di Australia, Amerika, Kanada, Vietnam, Rusia, Korea, Jepang, China dan Jerman

1 BAB I PENDAHULUAN. lain di Australia, Amerika, Kanada, Vietnam, Rusia, Korea, Jepang, China dan Jerman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa Nasional dan bahasa Negara di Indonesia. Namun saat ini, pemerintah meningkatkan fungsi bahasa Indonesia sebagai

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS TANGGAPAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMPN I WAY JEPARA

KEMAMPUAN MENULIS TANGGAPAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMPN I WAY JEPARA KEMAMPUAN MENULIS TANGGAPAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMPN I WAY JEPARA Oleh Poppy Ayu Marisca Siti Samhati Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: poppymarisca@ymail.com Abstract The skill of writing

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 65 LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN II. 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2 / Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA KELAS II B SD NEGERI MARGOYASAN

PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA KELAS II B SD NEGERI MARGOYASAN 2.580 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 27 Tahun ke-5 2016 PENGARUH MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA KELAS II B SD NEGERI MARGOYASAN THE INFLUENCE OF THE USE OF HAND PUPPETS

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Eltita Natalia Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd. Penelitian ini

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Rena Anggara 1), Marsis 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Tatabahasa Dalam Teks Deskriptif Pada Siswa Kelas X SMA 8 Muhammadiyah Kisaran

Analisis Kesalahan Tatabahasa Dalam Teks Deskriptif Pada Siswa Kelas X SMA 8 Muhammadiyah Kisaran Analisis Kesalahan Tatabahasa Dalam Teks Deskriptif Pada Siswa Kelas X SMA 8 Muhammadiyah Kisaran Putri Lidiana Permata Sari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP UNA, Kisaran Sumatera Utara permatasari474@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA KARTU DOMINO-KWARTET (DOMTET) DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 1 TUMPANG

PENGGUNAAN MEDIA KARTU DOMINO-KWARTET (DOMTET) DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 1 TUMPANG PENGGUNAAN MEDIA KARTU DOMINO-KWARTET (DOMTET) DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 1 TUMPANG Mei Yuanita Heksanti Pembimbing 1: M. Kharis, S.Pd., M.Hum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa asing terutama bahasa Jerman, salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa asing terutama bahasa Jerman, salah satu aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bahasa asing terutama bahasa Jerman, salah satu aspek yang harus dikuasai dan dipelajari adalah kosakata. Kosakata merupakan salah satu unsur

Lebih terperinci

2016 EFEKTIVITAS MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD S TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA D ALAM MENGONJUGASIKAN VERBA

2016 EFEKTIVITAS MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD S TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA D ALAM MENGONJUGASIKAN VERBA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai salah satu alat komunikasi untuk berinteraksi antar sesama manusia. Dengan bahasa seseorang dapat memperoleh informasi secara lisan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah 71 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini mengunakan desain deskriptif kualitatif karena mendeskripsikan alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah Menengah

Lebih terperinci