PENANGANAN HASIL PERIKANAN
|
|
- Sucianty Hardja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PANDUAN DAN LAPORAN PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN Disusun oleh: Dr. Ir. Kartini Zaelani, MS Ir. Yahya, MP Prof. Ir. Sukoso, M.Sc. Ph.D Ir. M. Firdaus, MP Tim Asisten Penanganan Hasil Perikanan 2013 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
2 PANDUAN DAN LAPORAN PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN NAMA :... NIM :... KELOMPOK :... ASISTEN :... FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
3 LEMBAR ASISTENSI NAMA : NIM : KELOMPOK : FOTO 3X4 Tgl Keterangan Nilai Paraf Mengetahui, Koordinator Asisten Achmad Fathony
4 TATA TERTIB PRAKTIKUM Mahasiswa wajib datang 10 menit sebelum praktium dimulai Batas toleransi keterlambatan adalah 10 menit Wajib mengikuti seluruh kegiatan pratikum sesuai dengan yang dijadwalkan Wajib menggunakan jas lab/almamater, sepatu tertutup, baju berkerah, rapi, dan sopan Wajib membawa buku panduanpraktikum, peralatan meulis,, buku catatan dan peralatan lain yang harus dibawa selama praktikum Tidak boleh makan dan minum selama kegiatan praktikum berlangsung serta ponsel di non-aktifkan Koordinator kelompok bertanggung jawab atas anggotanya Tidak diadakan INHOLE praktikum Peraturan yang belum ada diatas akan disesuaikan dengan kondisi lapang
5 MATERI 1 PENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERIKANAN 1. Latar Belakang Penanganan ikan segar merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai industry perikanan karena dapat mempengaruhi mutu. Baik buruknya penanganan ikan segar akan mempengaruhi mutu ikan sebagai bahan makanan atau sebagai bahan mentah untuk proses pengolahan lebih lanjut (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Pengananan yaitu kegiatan yang dilakukan mulai ikan ditangkap dan diangkat dari perairan dengan tujuan meningkatkan kesegaran/kualitas ikan selama mungkin hingga diterima oleh konsumen akhir. Sedangkan menurut Hadiwiyoto (1993), penanganan pasca tangkap atau pengolahan merupakan pekerjaan atau usaha untuk mempertahankan atau merubah sifat hasil perikanan (diversifikasi) agar tetap disukai oleh konsumen. Secara umum, penanganan pasca tangkap hasil perikanan bertujuan menyediakan dan mempertahankan sifat segarnya dan melakukan preparasi seperlunya untuk pengolahan lebih lanjut. Oleh karena hasil perikanan ke banyakan dari laut,. Maka dua hal yang harus diperhatikan dalam penanganan pasca tangkap adalah penanganan sewaktu masih berada di laut (di kapal) dan penanganan sesudah ikan di daratkan. Dalam penanganan pasca tangkap atau pengolahan ikan, ada beberapa macam bentukan-bentukan ikan yang dimana akan mempermudah proses pengolahan selanjutnya, selain itu untuk meningkatkan mutu ikan tersebut. Fillet : merupakan ikan yang disayat dagingnya berbentuk lempengan daging Whole : caranya kedua sisi ikan disayat mulai dari belakang oppercullum sampai ujung ekor bagian dorsal. ikan tidak diberi perlakuan, tetap utuh Gutted : ikan dibuang insang dan visceralnya dengan cara diambil dari bagian Spilt oppercullum belakang : ikan dibelah pada bagian dorsal atau ventral, kemudian buka dan buang visceralnya. Split merupakan bentukan ikan tanpa kepala, ekor, isi perut, dan semua sirip dihilangkan sehingga bentuk ikan seperti pipa
6 Steak : adalah potongan potongan melintang dari bagian tubuh ikan yang dipotong antara kepala sampai ekor caranya ikan dipotong bagian belakang oppercullum, ekor sirip dan dibuang visceralnya. Hubungan pasca panen dengan bentukan ikan adalah dengan melakukan bentukan ikan maka kesegarannya dapat lebih dipertahankan karena tempat konsentrasi mikroorganisme pada ikan telah dibuang sehingga mutu ikan basah dapat terpelihara (Murachman, 1987). Ikan dipertahankan kesegarannya dengan perlakuan sebaik-baiknya dengan cara pendinginan. Cara memperlakukan ikan yang sudah ditangkap, sangat mempengaruhi kecepatan pembusukan ikan tersebut. Ikan yang dari semula diperlakukan dengan tidak baik akan menghasilkan ikan bermutu tidak baik pula. Cara mempertahankan suhu tetap rendah sejak ikan ditangkap hingga ke konsumen akhir disebut Cold Chain System (CCS). Pengawetan ikan dengan suhu rendah merupakan suatu proses pengambilan/pemindahan panas dari tubuh ikan ke bahan lain. Pendinginan adalah proses pengambilan panas dari suatu ruangan yang terbatas untuk menurunkan dan mempertahankan suhu di ruangan tersebut bersama isinya agar selalu lebih rendah daripada suhu di luar ruangan. Penyusunan ikan di dalam palka dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu bulking, shelfing, dan boxing.
7 2. Metodologi 2.1 Alat Praktikum Alat- alat yang digunakan dalm praktikum ini antara lain: timbangan digital, pisau, nampan, telenan, coolbox, palu, stopwatch/jam, kamera. 2.2 Bahan Praktikum Bahan- bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: ikan nila, plastik, karet gelang, kertas label, tissue, es batu. 2.3 Prosedur Kerja Prosedur kerja dalam praktikum penanganan hasil perikanan materi ini adalah pertama-tama 5 ekor ikan nila ditimbang dan dicatat sebagai berat A, kemudian ikan nila disiangi dan dicuci, lalu ikan nila dibuat bentukan Whole, gutted, fillet, steak, dan split, dan dicuci dan ditimbang berat B, setelah itu dimasukan kedalam plastik, dan difreezer selama 24 jam, lalu dikeluarkan dari plastik dan dithawing, serta ditimbang sebagai berat C, setelah itu diamati tekstur dan bau serta diberi nilai sesuai score sheet yang ada ( secara organoleptik) dan dihitung rendemen dan drip yang terjadi. Berikut ini adalah rumus perhitungan rendemen dan drip ikan: Rendemen = Drip = Berat Akhir ( B) Berat Awal ( A) X 100% Berat Sebelum di thawing Berat Setelah dithawing Berat Awal X 100% = B C A X 100%
8 TABEL SCORE SHEET DAN TABEL PERHITUNGAN DATA UNTUK MATERI 1 Nama Bentukan Ikan: NO 1 BAU SCORE SHEET Segar, bau spesifik menurut jenis 9 Segar, bau spesifik hilang 8 Tidak berbau netral 7 Bau susu, belum ada bau asam ada bau ikan asin, bau cold stronge 6 Bau asam asetat, bau sabun 4 Bau amoniak kuat, ada bau h2s 2 Bau busuk 1 2 TEKSTUR Pada elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang Agak padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang, kadang-kang agak lunak sesuai dengan jenisnya Agak lunak, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek dari tulang belakang Agak lunak, kurang elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang Agak lunak, kurang elastis bila ditekan dengan jari, agak mudah menyobek dari tulang belakang Lunak, bekas jari membekas jika ditekan,mudah menyobek daging dari tulang belakang Lunak, bekas jari terlhat bila ditekan dengan jari tetapi cepat hilang, mudah menyobek daging dari tulang belakang Lunak bekas jari terlihat kembali lama bila ditekan, mudah menyobek daging dari tulang belakang. Sangat lunak, bekas jari tidak mau hilang bila ditekan, mudah sekali menyobek daging dari tulang belakang
9 PERHITUNGAN DATA Sampel : no panelis bau tekstur rerata (Xi-n) (Xi-n) dst xi = = x = xi n s 2 = P = {x-1,96 s Ixi xi2 n 1 n P = {x1<µ<x2} < µ < x + 1,96 s n }= 96% rerata = x1+x2 2 Spesifikasi tingkat penerimaan produk dengan range : >7,5 = baik sekali 4,6-5,5 = tidak layak 6,6-7,5 = baik 3,5-4,5 = jelek 5,6-6,5 = layak
10 MATERI 2 KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR 1. Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya perikanan yang sangat melimpah, serta kekayaan jenis-jenis ikan yang mempunyai ekonomis tinggi. Hasil perikanan sarat akan protein dan beberapa mineral penting yang sangat diperlukan tubuh, dilain pihak mempunyai kandungan lemak yang rendah. Sumber daya hayati perikanan yang terkandung didalam perairan tersebut potensinya sangat besar. Yang dimaksudkan dengan sumberdaya perikanan adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan lainnya. Ikan segar adalah ikan yang baru ditangkap dan diangkat dari dalam perairan yang kualitasnnya sama dengan ikan yang masih hidup. Ikan segar adalah ikan yang keadaan tubuhnya belum mengalami perubahan- perubahan, baik secara fisik, kimia, maupun mikrobiologis yang mengarah ke arah pembusukan sehingga kualitas ikan segar masih relative cukup tinggi. Hal ini berbeda dengan ikan basah. Ikan basah adalah ikan yang keadaan tubuhnya basah ( mengandung banyak air). Ikan basah belum tentu ikan segar. Tetapi ikan segar sudah pasti ikan segar. Untuk memperoleh ikan dengan tingkat kesegaran yang tinggi, maka diperlukan proses penanganan yang baik. Pada umumnya, pemanfaatan sumber daya ikan dalam perairan dilakukan dengan penangkapan, baik di laut maupun di perairan air tawar, baik proses pembudidayaan (tambak, kolam, ataupun laut). Ada beberapa kegiatan penanganan yang perlu dilakukan sesaat setelah ikan ditangkap untuk memperoleh ikan dengan tingkat kesegaran tinggi, yaitu pencucian awal, pematian ikan, sortasi, penyiangan, pencucian lanjutan, pendinginan, penyimpanan dingin, pengangkutan, dan pembongkaran di tempat pendaratan ikan. Penanganan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh manusia agar ikan tidak mengalami perubahan- perubahan kualitas. Untuk menangangi hasil perikanan, kita perlu mengetahui prinsip perikanan tersebut. Adapun tiga prinsip penanganan :
11 1. Bekerja secara cepat dan tepat. 2. Menerapkan prinsip- prinsip sanitasi. 3. Pendinginan ikan. Ketiga prinsip penanganan ini, berupa untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi antara berbagai komponen lingkungan dengan ikan yang ditangani. Sesaat setelah ikan tertangkap dan diangkat dari dalam air akan segera mati karena kekurangan oksigen untuk pernafasannya. Selanjutnya, tubuh ikan akan mengalami serangkaian perubahan yang mengarah kepada kemunduran mutu atau penurunan kesegaran, sampai akhirnya rusak atau busuk dan tidak dapat dimanfaatkan untuk dikosumsi manusia (Sumardi,2000). Proses perubahan pada tubuh ikan terjadi karena adanya aktivitas enzim, mikroorganisme atau oksidasi oksigen. Setelah ikan mati, berbagai proses perubahan fisik maupun kimiawi berlangsung lebih cepat. Semua perubahan ini akan mengarah ke pembusukan. Seluruh permukaan tubuh ikan yang sedang mengalami proses pembusukan dipenuhi oleh lendir (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Secara kronologis menurut Murniyati dan Sunarman (2000), karena pembusukan itu berjalan melalui 4 tahap sebagai berikut: hyperaemia (prerigor), rigormortis, autolysis, dekomposisi bakteri. Didukung oleh Buckle et al (1987), salah satu penyabab dari keadaan kerusakan adalah tingginya ph akhir daging ikan karena rendahnya cadangan glikogen dalam daging ikan. Lagipula ikan sukar ditangkap dalam jumlah besar tanpa pergulatan yang selanjutnya mengakibatkan turunnya ccadangan gikogen. Menurut Junianto (2003), cara-cara penanganan ikan setalah penangkapan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan menurunkan suhu ikan dan mempertahankan ikan agar tetap hidup. Menurunkan suhu ikan yaitu usaha ini untuk mempertahankan kesegaran ikan dengan teknik ini tergantung pada media pendingin yang digunakan untuk menurunkan suhu ikan, juga tergantung pada stabilitas suhu ikan selama penanganan. Mempertahankan ikan tetap hidup yaitu penanganan dengan mempertahankan ikan tetap hidup sejak ditangkap sampai ke tangan pembeli akan mendapatkan hasil tingkat kesegaran ikan yang maksimal.
12 2. Metodologi 2.1 Alat Praktikum Alat-alat yang digunakan dalam praktikum lapang ini antara lain adalah kamera dan alat tulis. 2.2 Prosedur Kerja Prosedur kerja pada praktikum ini adalah praktikan melakukan survey kepasar tradisional yang ada dikota Malang, kemudian wawancara atau mengisi quistioner, kemudian diamati tekstur, bau, dan kenampakan (mata dan insang) pada ikan serta beri nilai sesuai score sheet yang ada (secara organoleptik) setelah itu dilakukan pengolahan data. Berikut ini adalah quisioner yang digunakan dalam praktikum materi Kemunduran Mutu Ikan yang dilaksanakan di pasar tradisional: a. Nama pasardan nama penjual? b. Kapan ikan didatangkan dipasar? c. Berapa perbandingan antara jumlah ikan dan es pada saat ikan datang? d. Jenis ikan apa saja yang biasa dijual? e. Dari mana ikan didatangkan? f. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk distribusi ikan kepasar? g. Bagaimanakah kondisi tempat penanganan ikan saat dipasar? h. Apa yang dilakukan pada ikan yang tidak habis terjual? i. Jelaskan prosedur penanganan ikan saat ikan tiba dipasar sampai ke tangan konsumen? j. Bagaimana kondisi pasar dan fasilitas apa saja yang tersedia dipasar? k. Jelaskan prinsip-prinsip sanitasi yang digunakan dipasar? l. Bagaimanakah tingkat kesegaran ikan setelah tiba dipasar? m. Bagaimanakah cara pendinginan ikan setelah dipasar? n. Apakah digunakan system rantai dingin dalam penanganan ikan sejak dipanen hingga ditangan konsumen? o. Bagaimana aliran pembuangan dipasar? p. Dokumentasi (Video+Foto)
13 TABEL SCORE SHEET DAN TABEL PERHITUNGAN DATA UNTUK MATERI 2. Nama Ikan ( Spesies): NO SCORE SHEET 1 KENAMPAKAN MATA Carah, bola mata menonjol, korne jernih 9 Cerah, bola mata rata, kornea jernih 8 Agak cerah, bola mata agak cekung, pupil agak keabu-abuan, 7 kornea agak keruh Bola mata agak cekung, pupil berubah keabu-abuan, kornea 6 mata agak keruh Bola mata agak cekung, pupil keabu-abuan, kornea agak 5 keruh Bola mata cekung, pupil berubah menjadi putih, susu korne 4 keruh Bola mata cekung, pupil putih susu, kornea keruh 3 Bola mata tenggelam, ditutup lendir kuning yang tebal 1 2 INSANG Warna merah cemerlang, tanpa lendir 9 Warna merah kurang cemerlang, tanpa lendir 8 Warna merah agak kusam, sedikit lendir 7 Merah agak kusam, sedikit lendir 6 Mulai ada discoulorasi merah muda, merah coklat, sedikit 5 lendir Mulai ada discoulorasi, sedikit lendir 4 Warna merah coklat, lendir tebal 3 Warna Merah coklat atau kelabu, lendir tebal 2 Warna putih coklat, lendir tebal sekali 1 3 BAU Segar, bau spesifik menurut jenis 9
14 Segar, bau spesifik hilang 8 Tidak berbau netral 7 Bau susu, belum ada bau asam ada bau ikan asin, bau cold stronge Bau asam asetat, bau sabun 4 Bau moniak kuat, ada bau h2s 2 Bau busuk 1 4 KONSISTENSI Pada elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang Agak padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang, kadang-kang agak lunak sesuai dengan jenisnya Agak lunak, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek dari tulang belakang Agak lunak, kurang elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang Agak lunak, kurang elastis bila ditekan dengan jari, agak mudah menyobek dari tulang belakang Lunak, bekas jari membekas jika ditekan,mudah menyobek daging dari tulang belakang Lunak, bekas jari terlhat bila ditekan dengan jari tetapi cepat hilang, mudah menyobek daging dari tulang belakang Lunak bekas jari terlihat kembali lama bila ditekan, mudah menyobek daging dari tulang belakang. Sangat lunak, bekas jari tidak mau hilang bila ditekan, mudah sekali menyobek daging dari tulang belakang
15 PERHITUNGAN DATA Sampel : No Panelis dst Kenampakan Mata Insang Bau Kosistensi rerata (Xi-n) (Xi-n) 2 xi = = x = xi n s 2 = P = {x-1,96 s Ixi xi2 n 1 n P = {x1<µ<x2} < µ < x + 1,96 s n }= 96% rerata = x1+x2 2 Spesifikasi tingkat penerimaan produk dengan range : > 7,5 = baik sekali 4,6-5,5 = tidak layak 6,6-7,5 = baik 3,5-4,5 = jelek 5,6-6,5 = layak
16 MATERI 3 UJI KUALITATIF FORMALIN 1. Latar Belakang Formalin adalah nama dagang larutan formaldehida dalam air dengan kadar 30-40%. Dipasaran, formalin dapat diperoleh dengan bentuk yang sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing 5 gram. Formalin biasa digunakan dalam industri tekstil, plastik kertas, cat, konstruksi, dan untuk mengawetkan mayat. Formaldehid merupakan aldehid, bentuknya gas yang rumus kimianya H2CO. Formaldehid awalnya disintesa oleh kimiawan rusia Aleksander Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun Meskipun formaldehid menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumya aldehid senyawa ini lebih reaktif daripada aldehid lainnya. Formaldehid merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan senyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Karena keadaannya katalis basa formaldehid bisa mengalami reaksi menghasilkan asam format dan metanol. Formaldehid bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehi harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara. Dalam udara bebas formaldehid berada dalam wujud gas, tapi bisa larut dalam air. Dalam air formaldehid mengalami polimerisasi, sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO (Wikipedia, 2006). Sifat dari formalin adalah merupakan bahan yang mudah menguap, pada temperatur kamar (bau merangasang yang tidak enak), dapat larut dalam air. Zat ini dapat dioksidasi, direduksi, mengadisi dan dapat membentuk alkohol sekunder. Pada pengawetan jenazah dia bersifat mengubah protein menjadi zat yang kenyal dan padat (Tarigan, 2004). Di industri perikanan, formalin digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup disisik ikan. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengoobatan penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir.
17 Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amnnya sangat rendah, sehingga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin banyak digunakan dalam pengawetan specimen ikan untuk keperluan penelitian dan identifikasi. Formaldehid yang masuk kedalam tubuh dapat menggangu fungsi sel, bahkan dapat pula mengakibatkan kematian sel. Dalam jangka pendek, hal ini bisa mengakibatkan gejala muntah diare, dan kencing bercampur darah dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Formalin bila menguap di udara, berupa gas yang tidak beewarna, dengan bau yang tajam menyesakkan, sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata. Sementara untu jangka panjang, akumulasi formaldehid yang berlebih dapat mengakibatkan iritasi lambung, gangguan fungsi otak dan sumsung tulang belakang. Bahkan, fungsinya dapat mengakibatkan kanker (karsinogenik). Jika kandungannya dalam tubuh terganggu, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Sifat karsinogeni menyebabkan kanker dan bersifat mutagen menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan (Widjaja,2006). Sifat antimikrobial dari foramldehid merupakan hasil dari kemampuannya menginaktivasi protein dengan cara mengkondensasi dengan asam amino bebas dalam protein menjaid camputan lain. Kemampuan dari formaldehid meningkat dengan peningkatan suhu. Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika formaldehid bereaksi dengan protein sehingga membentuk rangkaian-rangkaian antara protein yang berdekatan akibat dari reaksi tersebu, protein mengeras dan tidak dapat larut (Cahyadi, 2006).
18 2. Metodologi 2.1 Alat Praktikum Alat-alat yang digunakan pada uji kualitatif formalin antara lain tabung reaksi, rak tabung raksi, gelas ukur, spatula, talenan, washing bottle, pipet tetes, timbangan digital, alu, mortar, pisau, nampan, kamera, talenan dan stopwach. 2.2 Bahan Praktikum Bahan-bahan yang digunakan pada uji kualitatif formalin antara lain ikan segar, 2 macam produk hasil perikanan, tissue, reagen FMR (Formalin Mean Reagen), air, plastik PP, plastik klip, dan kertas label. 2.3 Prosedur Kerja Adapun prosedur kerja uji kulitatif formalin adalah pertamama memasukkan sampel sebanyak satu gram kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan tiga mililiter reagen FMR (formalin mean reagent), kemudian dikocok campuran bahan-bahan tersebut selama tiga sampai lima menit dan didiamkan selama sepuluh menit untuk mengetahui perubahan warna, apabila setelah proses pengocokan terjadi perubahan warna menjadi ungu, atau biru, maka dikatakan sampel tersebut mengandung formalin.
19 MATERI 1 PENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERIKANAN 1. Pendahuluan 1.1 Maksud dan Tujuan 1.2 Waktu dan Tempat
20 2. Metodologi 2.1 Alat dan Fungsi
21 2.2 Bahan dan Fungsi
22 2.3 Skema Kerja
23 3. Data dan Perhitungan 3.1 Data Hasil Pengamatan
24 3.2 Perhitungan
25 4. Pembahasan 4.1 Analisa Prosedur
26 4.2 Analisa Hasil
27 5. Penutup 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran
28 LAMPIRAN
29 MATERI 2 KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR 1. Pendahuluan 1.1 Maksud dan Tujuan 1.2 Waktu dan Tempat
30 2. Metodologi 2.1 Alat dan Fungsi
31 2.2 Bahan dan Fungsi
32 2.3 Skema Kerja
33 3. Data dan Perhitungan 3.1 Data Hasil Pengamatan
34 3.2 Perhitungan
35 4. Pembahasan 4.1 Analisa Prosedur
36 4.2 Analisa Hasil
37 5. Penutup 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran
38 LAMPIRAN
39 MATERI 3 UJI KUALITATIF FORMALIN 1. Pendahuluan 1.1 Maksud dan Tujuan 1.2 Waktu dan Tempat
40 2. Metodologi 2.1 Alat dan Fungsi
41 2.2 Bahan dan Fungsi
42 2.3 Skema Kerja
43 3. Data dan Pembahasan 3.1 Data Hasil Pengamatan
44 3.2 Analisa Prosedur
45 3.3 Analisa Hasil
46 4. Penutup 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran
47 LAMPIRAN
48 ASISTEN PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013 NAMA NO.HP ACHMAD FATHONY DYANTA PUTRI P PRAMEDIKA PUTRI G DWI YULI PUJI A CHAMIM CHABIBI ASRIATI JONU AFIF ABDIAN SILVIA YULIANSYAH LULUS MUALIMIN SUYONO TRI WAHYU STELLASARI BAGUS SATRIO P NUR AZIZAH NASUTION DANANG EKO PURNOMO ACC I = Maks. 20 November 2013 ACC II = Maks. 27 November 2013 ACC Ketik = Maks. 02 Desember 2013
PENANGANAN HASIL PERIKANAN
PANDUAN DAN LAPORAN PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN Disusun oleh: Dr. Ir. Kartini Zaelani, MS Ir. Yahya, MP Prof. Ir. Sukoso, M.Sc. Ph.D Ir. M. Firdaus, MP Tim Asisten Penanganan Hasil Perikanan 2013
Lebih terperinciUji Organoleptik Ikan Mujair
Uji Organoleptik Ikan Mujair Bahan Mentah OLEH : PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu atau nilai-nilai tertentu yang
Lebih terperinciLampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar
LAMPIRAN 61 62 Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar Nama Panelis : Tanggal pengujian : Instruksi : Cantumkan kode contoh pada kolom yang tersedia sebelum melakukan pengujian. Berilah
Lebih terperinciPENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN
PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN Oleh : Eddy Afrianto Evi Liviawaty i DAFTAR ISI PENDAHULUAN PROSES PENURUNAN KESEGARAN IKAN PENDINGINAN IKAN TEKNIK PENDINGINAN KEBUTUHAN ES PENGGUNAAN ES
Lebih terperinciLampiran 2 Lay out Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng
LAMPIRAN 86 65 88 Lampiran 2 Lay out Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng Sumber: UPTD PPP Sadeng, 2007 89 66 Lampiran 3 Peta informasi lokasi penempatan rumpon laut dalam Sumber: UPTD PPP Sadeng, 2009
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Organoleptik Ikan Layang Data hasil penelitian pengaruh konsentrasi belimbing terhadap nilai organoleptik ikan layang dapat dilihat pada Lampiran 2. Histogram hasil
Lebih terperinciPENILAIAN MUTU ORGANOLEPTIK IKAN MUJAIR (TILAPIA MOSSAMBICA) SEGAR DENGAN UKURAN YANG BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN DINGIN.
PENILAIAN MUTU ORGANOLEPTIK IKAN MUJAIR (TILAPIA MOSSAMBICA) SEGAR DENGAN UKURAN YANG BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN DINGIN Nurmeilita Taher Staf Pengajar pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik
Nilai Organoleptik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Organoleptik Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik ikan lolosi merah (C. chrysozona) dapat di lihat pada analisis
Lebih terperinciPENGUJIAN TINGKAT KESEGARAN MUTU IKAN DISUSUN OLEH: NAMA : F. I. RAMADHAN NATSIR NIM : G KELOMPOK : IV (EMPAT)
TUGAS PENDAHULUAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL LAUT PENGUJIAN TINGKAT KESEGARAN MUTU IKAN DISUSUN OLEH: NAMA : F. I. RAMADHAN NATSIR NIM : G 311 09 003 KELOMPOK : IV (EMPAT) LABORATORIUM PENGAWASAN
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian
15 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Sukabumi pada bulan Desember 2010. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan
Lebih terperinciBAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi penanganan pasca panen Penanganan pasca panen dilakukan untuk memperbaiki cita rasa dan meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan Kebersihan terdiri dari dua aspek yang saling berkaitan yaitu sanitasi dan higienitas. Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian Jenis dan sumber data Metode pengumpulan data
17 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Jakarta Utara pada bulan Agustus hingga Oktober 2010. 3.2 Metode Penelitian
Lebih terperinciLampiran 1 Tahapan Penelitian. Penirisan. 1 ekor karkas ayam segar. Tanpa perlakuan kitosan (Kontrol) Serbuk kitosan komersil.
LAMPIRAN 59 60 Lampiran Tahapan Penelitian Serbuk kitosan komersil ekor karkas ayam segar Tanpa perlakuan kitosan (Kontrol) Pembuatan larutan kitosan (0,5 %; %;,5%) Pemotongan Proses perendaman Penirisan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Susu 1. Pengertian Susu Susu segar merupakan cairan yang berasal dari sekresi ambing sapi sehat, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: UJI KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN DI PASAR TRADISIONAL KOTA BANDA ACEH ABSTRAK
Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 UJI KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN DI PASAR TRADISIONAL KOTA BANDA ACEH Ayu Nirmala Sari 1), Diana Anggraeyani 2), Fitria Nelda Fautama
Lebih terperinciMENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN
MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN Formalin Formalin merupakan larutan 40 % formaldehid, termasuk golongan senyawa aldehid atau alkanal, yang mengandung satu atom karbon.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Proksimat Fillet Gurami Komponen penting dari komposisi kimia ikan adalah protein dan lemak. Ikan gurami mengandung 75-80% protein dan 6-9% lemak (basis kering) (Tabel 3).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belimbing merupakan buah yang banyak mengandung air. Ada dua macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Belimbing
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR SECARA SENSORI, KIMIAWI, DAN MIKROBIOLOGI. Oleh : Rendra Eka A
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR SECARA SENSORI, KIMIAWI, DAN MIKROBIOLOGI Oleh : Rendra Eka A 1. Kemunduran mutu ikan segar secara sensori umumnya diukur dengan metode sensori
Lebih terperinciJurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : TINGKAT KETAHANAN KESEGARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) MENGGUNAKAN ASAP CAIR
TINGKAT KETAHANAN KESEGARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) MENGGUNAKAN ASAP CAIR. Riyantono 1 Indah Wahyuni Abida 2 Akhmad Farid 2 1 Alumni Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo 2 Dosen Jurusan Ilmu
Lebih terperinci3 METODOLOGI. 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta.
19 3 METODOLOGI 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pengawet berbahaya dalam bahan makanan seperti ikan dan daging menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah. Penggunaan bahan pengawet
Lebih terperinciBahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,
Lebih terperinciSimatupang Maria Fransiska, Sri Purwati, Masitah Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica L.) dan Lama Penyimpanan Terhadap Daya Awet Ikan Nila (Oreochromis niloticus L.) pada Kondisi Suhu Kamar Simatupang Maria Fransiska, Sri Purwati,
Lebih terperinciPENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi
PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN Riza Rahman Hakim, S.Pi Penggolongan hasil perikanan laut berdasarkan jenis dan tempat kehidupannya Golongan demersal: ikan yg dapat diperoleh dari lautan yang dalam. Mis.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa abad yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi wilayah PT. Cipta Frima Jaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam penanganan pasca panen (pembekuan) untuk hasil perikanan, yang merupakan milik Bapak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sebagai seorang manusia tentunya kita memiliki berbagai kebutuhan yang sangat banyak dan bermacam. Salah satu yang menjadi kebutuhan utama seorang manusia tentunya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian pengaruh konsentrasi larutan tawas terhadap protein terlarut dan kandungan asam amino pada ikan tongkol adalah melalui eksperimen di bidang
Lebih terperinciMenerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan
1 P a g e Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan Pengasapan Ikan Menurut perkiraan FAO,2 % dari hasil tangkapan ikan dunia diawetkan dengan cara
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR PUSAT KOTA DENGAN PINGGIRAN KOTA PADANG. Skripsi
PERBEDAAN KADAR FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR PUSAT KOTA DENGAN PINGGIRAN KOTA PADANG Skripsi Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan
Lebih terperinciPROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
Disusun Oleh: Mustika NH, STP, M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014 Pedoman Praktikum PBA_MNH 1 TATA TERTIB
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian
Lebih terperinciIKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING
IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengasapan Ikan Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan untuk mempertahankan daya awet ikan dengan mempergunakan bahan bakar kayu sebagai penghasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Formalin (CH 2 O) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari hidrogen, oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde, methanal, methylen
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Daging Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain
Lebih terperinciIKAN ASAP 1. PENDAHULUAN
IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri
Lebih terperinci>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT
>> PENDAHULUAN Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik di Pasar Tradisional adalah acuan yang digunakan dalam melakukan kegiatan ritel pangan di pasar tradisional dan dalam rangka pengawasan keamanan pangan
Lebih terperinciOPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)
JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya) MARIATI Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut, Jl. A. Yani, Km
Lebih terperinciABON IKAN 1. PENDAHULUAN
ABON IKAN 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama
Lebih terperinciDINI SURILAYANI, S. Pi., M. Sc.
DINI SURILAYANI, S. Pi., M. Sc. dhinie_surilayani@yahoo.com Ikan = perishable food Mengandung komponen gizi: Lemak, Protein, Karbohidrat, dan Air Disukai Mikroba Mudah Rusak di Suhu Kamar Setelah ikan
Lebih terperinciKERUPUK UDANG ATAU IKAN
KERUPUK UDANG ATAU IKAN 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penetapan kadar larutan baku formaldehid Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada tabel 2. Hasil yang diperoleh dari penetapan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Analis Kesehatan,
Lebih terperinciMODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak.
MODUL 4 PRESTO IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak. Indikator Keberhasilan: Mutu presto ikan yang dihasilkan utuh, bersih,
Lebih terperinciPengolahan dan Pengawetan Ikan
Pengolahan dan Pengawetan Ikan Kelompok 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Nama Anggota Agung Kurniawan Dhinda Rachmawati Ria Rizki Y Praditya Alya W Agus Fera J Rani Anggraeni
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)
3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Ikan Ompok hypophthalmus dikenal dengan nama daerah selais, selais danau dan lais, sedangkan di Kalimantan disebut lais
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Suhu Optimum Ekstraksi Inhibitor Katepsin Penentuan suhu optimum ekstraksi inhibitor katepsin bertujuan untuk mengetahui suhu optimum untuk pemisahan antara kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan. Berdasarkan data dari Kementerian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia
Lebih terperinciBAB 2. KUALITAS HASIL PERIKANAN. 2.1 Parameter Kualitas Hasil Perikanan
BAB 2. KUALITAS HASIL PERIKANAN 2.1 Parameter Kualitas Hasil Perikanan Ikan yang baik adalah ikan yang masih segar. Ikan segar yang masih mempunyai sifat sama seperti ikan hidup, baik rupa, bau, rasa,
Lebih terperinciLAMPIRAN. 1. Skema Prosedur Pengujian Escherichia coli dari Produk Perikanan (SNI )
38 LAMPIRAN 1. Skema Prosedur Pengujian Escherichia coli dari Produk Perikanan (SNI 01-2332.1-2006) Preparasi contoh Homogenisasi (25 gr sampel + 225 ml BFP) (selama 2 menit-3 menit) Pengencerandan Pendugaan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciPENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN
PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 di PT. AGB Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi-Jawa Barat. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat
Lebih terperinciMutu Organoleptik dan Mikrobiologis Ikan Kembung Segar dengan Penggunaan Larutan Lengkuas Merah
Nikè:Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.Volume II, Nomor 4, Desember 2014 Mutu Organoleptik dan Mikrobiologis Ikan Kembung Segar dengan Penggunaan Larutan Lengkuas Merah Herlila Tamuu, Rita Marsuci Harmain
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. energi, menyusun bahan makanan, merombak bahan makanan, memasukkan atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Metabolisme merupakan suatau reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh makhluk hidup. Reaksi metabolisme tersebut dimaksudkan untuk memperoleh energi, menyimpan energi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan bahan pangan. Kandungan gizi yang ada pada ikan sangatlah
Lebih terperinci6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO
91 6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO 6.1 Tingkatan Mutu Hasil Tangkapan yang Dominan Dipasarkan di PPP Lampulo Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Lebih terperinciTES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan
TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan Waktu : 60 menit Baca baik-baik soal dibawah ini dan jawablah pada lembar jawab yang telah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terpenting bagi umat manusia. Pangan juga tak lepas dari kaitannya sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan pokok yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia dan harus dilengkapi manusia tiap harinya. Manusia tidak hanya membutuhkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Layur (Trichiurus sp.) Ikan layur (Trichiurus sp.) menurut taksonominya diklasifikasikan sebagai berikut (Saanin 1984) Phyllum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan bahan makanan yang banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia. Tahu yang kaya akan protein, sudah sejak lama dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai
Lebih terperinciMenerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan
1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah lab. Kimia DIII Analis Kesehatan,
Lebih terperinciTanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI
Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri
Lebih terperinciUJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL
UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang mengandung gugus OH dan memiliki rumus umum R-OH, dimana R merupakan gugus alkil. Adapun rumus molekul dari alkohol yaitu
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di PT. Graha Insan Sejahtera yang berlokasi di salah satu Perusahaan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jalan Muara
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan 18 Maret 2016 sampai
Lebih terperinciZat Kimia Berbahaya Pada Makanan
Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia berbahaya pada makanan sering kita temui pada berbagai jenis produk seperti makanan yang diawetkan, penyedap rasa, pewarna makanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Deskripsi Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Ikan tongkol mempunyai bentuk tubuh seperti cerutu dengan kulit licin dan tergolong tuna kecil. Sirip dada melengkung dan sirip dubur
Lebih terperinciBAB II : CH 2 O. Berat molekul : 30,03. Kelarutan. : mudah. pelarut polar. air dengan. berwarna. ini tidak. terutama. tajam. Jika.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. FORMALIN 1. Sifat fisika-kimiaa Gambar 1. Struktur kimia formaldehid Rumus molekul Berat molekul Titik leleh / titik didih : CH 2 O : 30,03 : -117 C / -19,3 C (berupa gas) Kelarutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan patin adalah ikan air tawar yang banyak ditemukan di perairan umum di Indonesia seperti sungai, waduk, dan rawa. Di Indonesia, ikan patin telah banyak dibudidayakan
Lebih terperinciPROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PKH4414
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PKH4414 PKH 2012 Kelas A : Praktikum (Senin, 13.00-16.20) & Pengamatan (Selasa, 13.00-16.20) Kelas B : Praktikum (Kamis, 13.00-16.20) & Pengamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak dan relatif murah harganya. Daging ayam mengandung 22 persen protein dan 74 persen air dalam 100 gram
Lebih terperinciTES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan
TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan Waktu : 60 menit Baca baik-baik soal dibawah ini dan jawablah pada lembar jawab yang telah
Lebih terperinciIKAN PINDANG AIR GARAM
IKAN PINDANG AIR GARAM 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan
Lebih terperinciHarryara Sitanggang
IV. Hasil Pengamatan & Pembahasan Penanganan pasca panen bukan hanya berlaku untuk produk pangan yang berasal dari tumbuhan atau biasa disebut produk nabati. Pemanenan dari komoditas hewani juga perlu
Lebih terperinciPANDUAN PRAKTIKUM MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN (LUHT4443)
PANDUAN PRAKTIKUM MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN (LUHT4443) Praktikum dalam mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lapangan kepada Saudara tentang beberapa materi yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan pangan mentah merupakan komoditas yang mudah rusak sejak dipanen. Bahan pangan mentah, baik tanaman maupun hewan akan mengalami kerusakan melalui serangkaian reaksi
Lebih terperinciTELUR ASIN PENDAHULUAN
TELUR ASIN PENDAHULUAN Telur asin,merupakan telur itik olahan yang berkalsium tinggi. Selain itu juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral. Oleh karena itu, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi
Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan
Lebih terperinciPada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya
Lebih terperinciANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1
ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung
Lebih terperinciPEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG
PEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahu, merupakan salah satu makanan yang digemari oleh hampir semua kalangan masyarakat di Indonesia, selain rasanya yang enak, harganya pun terjangkau oleh
Lebih terperinciPENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi
PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan
Lebih terperinciPEMANFAATAN FILTRAT TAOGE UNTUK MEREDUKSI KADAR UREA IKAN CUCUT (Carcharinus sp)
PEMANFAATAN FILTRAT TAOGE UNTUK MEREDUKSI KADAR UREA IKAN CUCUT (Carcharinus sp) Anna C.Erungan 1, Winarti Zahiruddin 1 dan Diaseniari 2 Abstrak Ikan cucut merupakan ikan yang potensi produksinya cukup
Lebih terperinci