6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO"

Transkripsi

1 91 6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO 6.1 Tingkatan Mutu Hasil Tangkapan yang Dominan Dipasarkan di PPP Lampulo Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo sebagai pelabuhan perikanan terbesar yang terdapat di Kota Banda Aceh memiliki berbagai jenis ikan yang didaratkan, mulai dari yang bernilai ekonomis penting seperti tuna dan cakalang, hingga jenis yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat seperti tongkol dan teri. Jenis-jenis ikan tersebut memiliki tingkatan mutu yang berbeda-beda, dan untuk mengetahui tingkatan mutu pada beberapa hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Lampulo dilakukan pengamatan organoleptik pada beberapa jenis ikan. Pada pengamatan organoleptik diambil 3 jenis sampel ikan dominan menurut volume yang didaratkan pada bulan April 2010 di PPP Lampulo yaitu ikan tongkol, teri, dan tembang (Lampiran 5). Berikut adalah hasil pengamatan organoleptik pada ketiga jenis ikan tersebut: (1) Ikan tongkol Tabel 16 Pengamatan organoleptik ikan tongkol di PPP Lampulo tahun 2010 Waktu pengamatan Hasil Pengamatan organoleptik (nilai skala 1-9) perhitungan Mata Insang Daging dan perut Konsistensi Rata-rata Simpangan 0,7 0,7 0,6 0,6 Kisaran Rata-rata Simpangan 0,6 0,7 0,6 0,7 Kisaran Rata-rata Simpangan 0,4 0,5 0,5 0,4 Kisaran Rata-rata* Simpangan* 0,1 0,1 0,1 0,1 Kisaran* Keterangan: * = Perhitungan untuk seluruh waktu pengamatan Pengamatan organoleptik tersebut dilakukan dalam 3 waktu yang berbeda. Ikan yang pertama kali diamati adalah ikan tongkol. Nama daerah ikan tongkol 91

2 92 adalah sure atau dalam nama Latin termasuk jenis Auxis sp. Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa pengamatan yang dilakukan pada waktu I yaitu pada pukul WIB diperoleh rata-rata mutu ikan tongkol berada pada nilai 8. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengamatan organoleptik pada mata, insang, daging dan perut, dan konsistensi yang memperoleh nilai 8 dengan kisaran nilai uji organoleptik antara 7-9 untuk mata, insang, daging dan perut, serta konsistensi. Nilai 8 menunjukkan bahwa mutu ikan tongkol yang diamati berada pada tingkatan mutu yang bagus dengan ciri-ciri organoleptik mata cerah, bola mata rata, dan kornea jernih; warna insang merah kurang cemerlang dan tanpa lendir; perut utuh dan bau netral; serta daging elastis bila ditekan. Hasil pengamatan ikan tongkol yang dilakukan pada waktu II diperoleh bahwa nilai organoleptik berkisar antara 7-9 untuk pengamatan pada mata dan konsistensi, sedangkan untuk pengamatan insang nilai organoleptik yang diperoleh berkisar antara 6-9 dan untuk pengamatan daging dan perut diperoleh nilai yang berkisar antara 6-8. Rata-rata nilai uji organoleptik pada mata, insang, daging dan perut, dan konsistensi secara berturut-turut adalah 8, 7, 7, dan 8 dengan nilai simpangan 0,6 untuk pengamatan pada mata, daging, dan perut serta 0,7 untuk pengamatan pada insang dan konsistensi (Tabel 16). Pengamatan organoleptik pada waktu amatan III diperoleh bahwa terjadi penurunan mutu pada ikan tongkol. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata nilai organoleptik yang diperoleh yaitu nilai 7 dengan kisaran nilai organoleptik antara 6-7 untuk seluruh aspek yang diamati (Tabel 16). Ciri-ciri organoleptik ikan yang berada pada kualitas dengan nilai 7 adalah bola mata rata dan kornea agak keruh; warna insang merah kusam dan tanpa lendir; perut agak lembek dan bau netral; konsistensi agak lunak namun masih elastis bila ditekan. Jika dilihat secara keseluruhan dari data pengamatan ikan tongkol yang terdapat di PPP Lampulo diperoleh bahwa rata-rata nilai organoleptik pada mata adalah 8, nilai 7 untuk pengamatan pada insang, daging dan perut, dan nilai 8 untuk pengamatan konsistensi untuk semua sampel yang diamati pada 3 waktu amatan (Tabel 16). Berdasarkan hasil pengamatan organoleptik yang telah dilakukan, diperoleh bahwa mutu ikan tongkol yang terdapat di PPP Lampulo selama waktu pendaratan hingga waktu pemasaran berlangsung mengalami penurunan mutu. 92

3 93 Namun, masih berada pada tingkatan mutu cukup bagus sehingga masih layak untuk dikonsumsi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai organoleptik mutu ikan tongkol yang diperoleh pada 3 waktu pengamatan yang dilakukan, yaitu berada pada kisaran nilai mutu 6 sampai 9. (2) Ikan tembang Pengamatan organoleptik yang kedua dilakukan pada ikan tembang yang memiliki nama daerah ikan keurimen atau dengan nama Latin Sardinella gibbossa. Uji organoleptik juga dilakukan dalam 3 waktu amatan yang berbeda. Adapun hasil organoleptik ikan tembang (Tabel 17) diketahui bahwa pada waktu I yang dilakukan pada 20 sampel ikan tembang diperoleh rata-rata mutunya berada pada nilai 8 untuk pengamatan pada mata, insang, daging dan perut, dan nilai 9 untuk pengamatan pada konsistensi, dengan kisaran 8-9 untuk pengamatan mata dan konsistensi, dan nilai 7-8 untuk pengamatan insang, daging dan perut. Tabel 17 Pengamatan organoleptik ikan tembang di PPP Lampulo tahun 2010 Waktu pengamatan Hasil Pengamatan organoleptik (nilai skala 1-9) perhitungan Mata Insang Daging dan perut Konsistensi Rata-rata Simpangan 0,5 0,7 0,7 0,5 Kisaran Rata-rata Simpangan 0,8 0,8 0,7 0,6 Kisaran Rata-rata Simpangan 0,7 0,8 0,8 0,6 Kisaran Rata-rata* Simpangan* 0,1 0,1 0,1 0,1 Kisaran* Keterangan: * = Perhitungan untuk seluruh waktu pengamatan Pengamatan yang dilakukan pada waktu II diperoleh nilai organoleptik untuk sampel ikan tembang adalah 8. Hal ini ditunjukkan dari pengamatan yang dilakukan bahwa diperoleh nilai 8 untuk pengamatan mata dan konsistensi dengan 93

4 94 kisaran nilai organoleptik antara 7 sampai 9, dan nilai 7 untuk pengamatan insang dan perut dengan kisaran nilai organoleptik antara 6-8 (Tabel 17). Hasil pengamatan organoleptik pada waktu III diperoleh bahwa rata-rata mutu ikan mengalami penurunan yang ditunjukkan oleh nilai organoleptik 7 pada pengamatan yang dilakukan (Tabel 17). Ikan yang memiliki nilai organoleptik 7 masih layak untuk dikonsumsi karena nilai 7 menunjukkan kesegaran ikan masih cukup baik, dimana ciri-ciri ikan yang berada pada nilai 7 adalah bola mata rata dan kornea keruh; warna insang merah agak kusam dan tanpa lendir; perut agak lembek dan bau netral; dan konsistensi agak lunak namun masih elastis bila ditekan. Jika dilihat secara keseluruhan rata-rata ikan tembang berada pada nilai mutu 8 yang ditunjukkan dengan nilai 8 untuk pengamatan mata, insang dan konsistensi, dan nilai 7 untuk pengamatan daging dan perut. Kisaran nilai mutu ikan tembang pada 3 waktu pengamatan berkisar antara 6-9 untuk semua aspek yang diamati yaitu mata, insang, daging dan perut, dan konsistensi (Tabel 17). Penyebab terjadinya penurunan mutu ikan pada waktu pengamatan yang ke-3 antara lain karena tidak dilakukannya penanganan pada ikan seperti diberi es untuk menghambat pembusukan oleh bakteri. Selain itu, ikan yang diamati diletakkan di wadah terbuka sehingga terkena sinar matahari langsung. Faktor lain yang diduga menjadi penyebab terjadinya penurunan mutu ikan adalah adanya kontak langsung antara ikan dengan tangan manusia sehingga bakteri yang terdapat pada tangan manusia dapat menyebar dengan lebih cepat ke tubuh ikan dan menyebabkan kebusukan pada ikan. (3) Ikan teri basah Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa pengamatan pada waktu I organoleptik ikan teri atau Stolepharus sp. dalam Bahasa Latin atau yang biasa disebut ikan bileh dalam Bahasa Aceh, diperoleh nilai organoleptik rata-rata pengamatan mata, insang, daging dan perut berada pada nilai organoleptik 7 dan nilai 8 untuk pengamatan konsistensi, dengan kisaran 7-8 untuk pengamatan organoleptik mata, insang, daging dan perut, dan pengamatan konsistensi berkisar antara nilai 7 sampai 9. Rata-rata seluruh sampel yang diamati pada waktu I 94

5 95 memiliki mutu yang berada pada nilai organoleptik 7. Namun, untuk hasil pengamatan yang dilakukan pada waktu II diperoleh bahwa rata-rata ikan teri berada pada kisaran mutu 7 sampai 8 untuk pengamatan mata dan konsistensi, dan berkisar antara 6-8 untuk pengamatan insang, daging dan perut (Tabel 18). Tabel 18 Pengamatan organoleptik ikan teri basah di PPP Lampulo tahun 2010 Waktu pengamatan Hasil Pengamatan organoleptik (nilai skala 1-9) perhitungan Mata Insang Daging dan perut Konsistensi Rata-rata Simpangan 0,5 0,5 0,5 0,4 Kisaran Rata-rata Simpangan 0,3 0,6 0,6 0,5 Kisaran Rata-rata Simpangan 0,5 0,4 0,4 0,4 Kisaran Rata-rata* Simpangan* 0,1 0,1 0,1 0,1 Kisaran* Keterangan: * = Perhitungan untuk seluruh waktu pengamatan Pengamatan yang dilakukan pada waktu III diperoleh hasil bahwa rata-rata ikan teri yang diamati memiliki nilai organoleptik 7 untuk pengamatan mata dan konsistensi dan nilai 6 untuk pengamatan insang, daging dan perut dengan kisaran nilai organoleptik 6 sampai 7 untuk seluruh aspek yang diamati meliputi mata, insang, daging dan perut, dan konsistensi (Tabel 18). Berdasarkan Tabel 18 juga dapat dilihat bahwa jika ditinjau secara keseluruhan dari 3 waktu pengamatan, mutu ikan teri yang dijual di PPP Lampulo rata-rata memiliki nilai organoleptik 7 dengan kisaran nilai organoleptik 6-8 untuk seluruh aspek yang diamati meliputi mata, insang, daging dan perut, dan konsistensi. Rendahnya nilai mutu atau nilai organoleptik yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan karena kondisi kesegaran ikan teri yang terdapat di PPP Lampulo tidak dijaga. Selain itu, ikan teri tidak termasuk jenis ikan ekonomis penting sehingga nelayan tidak terlalu memperhatikan penanganan terhadap jenis ikan ini. 95

6 96 Adanya penurunan mutu hasil tangkapan yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lamanya waktu penjualan. Hubungan antara lamanya waktu penjualan dengan penurunan mutu hasil tangkapan khususnya jenis hasil tangkapan yang diamati tingkatan organoleptiknya di PPP Lampulo yaitu tongkol, teri, dan tembang, dilakukan analisis statistik untuk mengujinya (Lampiran 6). Analisis yang digunakan adalah Korelasi Pearson atau Korelasi Product Moment dengan menggunakan software SPSS 12 (Pratisto, 2004). Berdasarkan pengujian statistik tersebut diperoleh bahwa: 1) Pengujian ikan tongkol, angka koefisien korelasi yang diperoleh sebesar -0,807 dan signifikan pada taraf kepercayaan 99%, artinya hubungan waktu penjualan dengan mutu ikan tongkol sangat erat. 2) Pengujian pada ikan tembang diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,694 dan signifikan pada taraf kepercayaan 99% yang berarti terdapat hubungan yang erat antara waktu penjualan dengan mutu ikan tembang. 3) Pada pengujian statistik yang dilakukan untuk ikan teri diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,660 pada taraf kepercayaan 99%, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara waktu penjualan dengan mutu ikan teri tersebut. Menurut Sirotnik (1973) vide Usman (2006), apabila nilai korelasi mendekati +1 atau -1 berarti terdapat hubungan yang kuat/erat, sebaliknya nilai korelasi yang mendekati nilai 0 bernilai lemah atau hubungannya tidak erat. Nilai notasi positif (+) pada koefisien korelasi berarti hubungan antara kedua variabel searah, jadi jika satu variabel naik maka variabel yang lain juga akan naik. Koefisien korelasi bertanda negatif (-) artinya kedua variabel memiliki hubungan yang berlawanan arah. Jadi, berdasarkan pengujian statistik di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara lama waktu penjualan dengan mutu hasil tangkapan sehingga semakin lama waktu penjualan berlangsung maka mutu hasil tangkapan akan semakin menurun. 96

7 Besaran Potensi Kerugian dari Pengaruh Faktor Sanitasi dan Higienitas yang Tidak Baik Adanya faktor sanitasi dan higienitas yang tidak baik akibat banyaknya sampah dan tidak adanya penanganan terhadap hasil tangkapan maka akan menurunkan mutu hasil tangkapan yang juga mempengaruhi kondisi harga dari suatu hasil tangkapan. Jika mutu suatu hasil tangkapan mulai menurun maka secara langsung mempengaruhi penurunan harga jual hasil tangkapan tersebut, yang nantinya juga berpengaruh terhadap pendapatan nelayan dan pedagang ikan. Penurunan mutu hasil tangkapan seperti yang terjadi di PPP Lampulo mengakibatkan kerugian bagi nelayan dan pedagang ikan. Hal ini mungkin tidak disadari secara langsung oleh nelayan dan pedagang ikan, karena kebanyakan nelayan dan pedagang ikan beranggapan bahwa seburuk apapun mutu hasil tangkapan yang dijual di PPP Lampulo tetap akan dibeli oleh konsumen. Berdasarkan perhitungan, besar kerugian per kapal purse seine per pendaratan berkisar antara Rp ,00 sampai Rp ,00 jika mutu hasil tangkapan tersebut mengalami penurunan (Lampiran 7 dan Tabel 19). Tingkatan mutu hasil tangkapan yang didaratkan oleh nelayan biasanya memiliki kondisi mutu bagus dan cukup bagus atau berada pada skala organoleptik 7-9; hasil tangkapan yang berada pada kondisi mutu bagus berada pada skala organoleptik 8-9 dan mutu yang cukup bagus berkisar antara skala 6 sampai 7 pada skala organoleptik. Tingkatan mutu yang berada pada kondisi busuk (skala organoleptik <6) biasanya terjadi saat dijual oleh pedagang ikan, dan hasil tangkapan yang berada pada kondisi mutu tersebut masih tetap dibeli oleh konsumen. Berdasarkan Tabel 19 diperoleh bahwa untuk jenis ikan tongkol, besarnya jumlah kerugian yang akan dialami per kapal purse seine per pendaratan jika hasil tangkapan berada pada mutu cukup segar (kisaran nilai organoleptik 6-7) adalah Rp ,00. Terdapat 20 orang nelayan dalam satu unit purse seine, jika diasumsikan seluruh nelayan dalam setiap kapal memiliki posisi yang sama maka pendapatan yang diperoleh juga akan sama, sehingga kerugian yang akan dialami oleh per individu nelayan adalah rata-rata Rp ,00 (Tabel 20). Jika mutu ikan tongkol berada pada kondisi busuk (kisaran nilai organoleptik <6), maka 97

8 98 kerugian per pendaratan lebih besar lagi yaitu mencapai Rp ,00. Namun, hasil tangkapan yang berada pada kondisi busuk ini biasanya pada saat dipasarkan oleh pedagang. Apabila di PPP Lampulo terdapat 50 orang pedagang ikan, maka kerugian yang akan dialami pedagang adalah rata-rata Rp ,00 per pedagang (Tabel 20). Tabel 19 Besar kerugian per kapal per pendaratan pada tiap tingkatan mutu hasil tangkapan di PPP Lampulo tahun 2010 Jenis Ikan Tongkol Tembang Teri basah Kondisi mutu Produksi per pendaratan (kg) Harga (Rp/kg) Selisih harga (Rp/kg) Besar kerugian per kapal per pendaratan (Rp) Segar Cukup segar Busuk Segar Cukup segar Busuk Segar Cukup segar Busuk Tabel 20 Kerugian per individu nelayan dan pedagang per pendaratan menurut jenis ikan dominan di PPP Lampulo tahun 2010 Jenis ikan Produksi per pendaratan (kg) Rata-rata kerugian per pendaratan Per individu pedagang (Rp) Per individu nelayan (Rp) 1. Tongkol Tembang Teri basah Perhitungan besarnya jumlah kerugian yang akan dialami per kapal purse seine per pendaratan untuk ikan tembang pada kisaran nilai organoleptik 6 sampai 7 adalah Rp ,00; sedangkan jumlah kerugian yang dialami per individu nelayan adalah rata-rata Rp ,00. Jika mutu hasil tangkapan di tingkat pedagang berada pada kondisi busuk maka setiap pedagang akan mengalami kerugian mencapai Rp 6.700,00 (Tabel 20). Berdasarkan perhitungan untuk jenis ikan teri diperoleh bahwa jumlah kerugian yang dialami per kapal purse seine per pendaratan jika hasil tangkapan 98

9 99 berada pada kondisi cukup segar (skala organoleptik 6-7) adalah Rp ,00 atau sama dengan rata-rata Rp ,00 per individu nelayan (Tabel 19 dan 20). Jika hasil tangkapan sudah berada pada kondisi busuk (kisaran nilai organoleptik <6), maka kerugian yang akan dialami oleh setiap pedagang adalah Rp ,00 (Tabel 20), Besarnya potensi kerugian akibat kondisi sanitasi dan higienitas yang tidak baik tersebut hendaknya menjadi perhatian bagi para pelaku yang berhubungan langsung dengan hasil tangkapan seperti nelayan, pedagang ikan, ataupun pihak pengelola pelabuhan perikanan dan TPI sehingga diharapkan pelaku dapat meningkatkan kesadarannya dengan lebih memperhatikan mutu hasil tangkapan yang dijual, misalnya dengan melakukan penanganan yang baik terhadap hasil tangkapan dan menerapkan peraturan-peraturan tentang penanganan mutu hasil tangkapan dan pengawasannya. 99

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 17 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan Maret April 2010. Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo, Kecamatan Kuta Alam,

Lebih terperinci

Lampiran 2 Lay out Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng

Lampiran 2 Lay out Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng LAMPIRAN 86 65 88 Lampiran 2 Lay out Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng Sumber: UPTD PPP Sadeng, 2007 89 66 Lampiran 3 Peta informasi lokasi penempatan rumpon laut dalam Sumber: UPTD PPP Sadeng, 2009

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan Kebersihan terdiri dari dua aspek yang saling berkaitan yaitu sanitasi dan higienitas. Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 15 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Sukabumi pada bulan Desember 2010. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta.

3 METODOLOGI. 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta. 19 3 METODOLOGI 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian Jenis dan sumber data Metode pengumpulan data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian Jenis dan sumber data Metode pengumpulan data 17 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Jakarta Utara pada bulan Agustus hingga Oktober 2010. 3.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO 59 5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO 5.1 Kondisi Sanitasi Aktual di Dermaga dan Tempat Pelelangan Ikan PPP Lampulo (1) Kondisi dermaga Keberhasilan aktivitas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN Oleh : Eddy Afrianto Evi Liviawaty i DAFTAR ISI PENDAHULUAN PROSES PENURUNAN KESEGARAN IKAN PENDINGINAN IKAN TEKNIK PENDINGINAN KEBUTUHAN ES PENGGUNAAN ES

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 67 6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6.1 Efisiensi Teknis Pendaratan Hasil Tangkapan Proses penting yang perlu diperhatikan setelah ikan ditangkap adalah proses

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar

Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar LAMPIRAN 61 62 Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar Nama Panelis : Tanggal pengujian : Instruksi : Cantumkan kode contoh pada kolom yang tersedia sebelum melakukan pengujian. Berilah

Lebih terperinci

SANITASI DAN HIGIENITAS SERTA DAMPAKNYA TERHADAP MUTU IKAN DAN PENGGUNA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LAMPULO BANDA ACEH

SANITASI DAN HIGIENITAS SERTA DAMPAKNYA TERHADAP MUTU IKAN DAN PENGGUNA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LAMPULO BANDA ACEH 1 SANITASI DAN HIGIENITAS SERTA DAMPAKNYA TERHADAP MUTU IKAN DAN PENGGUNA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LAMPULO BANDA ACEH ALVI RAHMAH MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG 66 6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG Hubungan patron-klien antara nelayan dengan tengkulak terjadi karena pemasaran hasil tangkapan di TPI dilakukan tanpa lelang. Sistim pemasaran

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan terdiri atas pembongkaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Organoleptik Ikan Layang Data hasil penelitian pengaruh konsentrasi belimbing terhadap nilai organoleptik ikan layang dapat dilihat pada Lampiran 2. Histogram hasil

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik Nilai Organoleptik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Organoleptik Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik ikan lolosi merah (C. chrysozona) dapat di lihat pada analisis

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum mengenai Hasil Tangkapan yang di Daratkan di PPI Karangsong Hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Karangsong adalah ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai 4 (empat) kali dari seluruh luas wilayah daratan Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

Uji Organoleptik Ikan Mujair

Uji Organoleptik Ikan Mujair Uji Organoleptik Ikan Mujair Bahan Mentah OLEH : PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu atau nilai-nilai tertentu yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR SECARA SENSORI, KIMIAWI, DAN MIKROBIOLOGI. Oleh : Rendra Eka A

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR SECARA SENSORI, KIMIAWI, DAN MIKROBIOLOGI. Oleh : Rendra Eka A FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR SECARA SENSORI, KIMIAWI, DAN MIKROBIOLOGI Oleh : Rendra Eka A 1. Kemunduran mutu ikan segar secara sensori umumnya diukur dengan metode sensori

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MUTU ORGANOLEPTIK IKAN LAYANG

KARAKTERISTIK MUTU ORGANOLEPTIK IKAN LAYANG Jurnal Perikanan dan Kelautan EFEKTIVITAS KONSENTRASI BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L) TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU ORGANOLEPTIK IKAN LAYANG (Decapterus sp.) Segar SELAMA PENYIMPANAN RUANG 1,2 Raflin

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PENILAIAN MUTU ORGANOLEPTIK IKAN MUJAIR (TILAPIA MOSSAMBICA) SEGAR DENGAN UKURAN YANG BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN DINGIN.

PENILAIAN MUTU ORGANOLEPTIK IKAN MUJAIR (TILAPIA MOSSAMBICA) SEGAR DENGAN UKURAN YANG BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN DINGIN. PENILAIAN MUTU ORGANOLEPTIK IKAN MUJAIR (TILAPIA MOSSAMBICA) SEGAR DENGAN UKURAN YANG BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN DINGIN Nurmeilita Taher Staf Pengajar pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Tangkapan 6 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Tangkapan Ikan, menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2010) pada pasal 41 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia No 45 tahun 2009 tentang Perikanan merupakan segala

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah besar. Perikanan laut di Kabupaten Malang per tahunnya bisa menghasilkan 400 ton ikan segar dengan

Lebih terperinci

PENGUJIAN TINGKAT KESEGARAN MUTU IKAN DISUSUN OLEH: NAMA : F. I. RAMADHAN NATSIR NIM : G KELOMPOK : IV (EMPAT)

PENGUJIAN TINGKAT KESEGARAN MUTU IKAN DISUSUN OLEH: NAMA : F. I. RAMADHAN NATSIR NIM : G KELOMPOK : IV (EMPAT) TUGAS PENDAHULUAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL LAUT PENGUJIAN TINGKAT KESEGARAN MUTU IKAN DISUSUN OLEH: NAMA : F. I. RAMADHAN NATSIR NIM : G 311 09 003 KELOMPOK : IV (EMPAT) LABORATORIUM PENGAWASAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 25 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di PPI Muara Angke Jakarta karena PPI Muara angke berperan penting dalam pemasaran hasil tangkapan di Jakarta (Gambar 1).

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU

5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU 71 5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU Penanganan hasil tangkapan dalam usaha penangkapan ikan memegang peran yang sangat penting, hal ini dikarenakan hasil tangkapan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 61 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis 4.1.1 Kota Ambon Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979, luas Kota Ambon adalah 377 Km 2 atau 2/5 dari luas wilayah Pulau Ambon.

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 32 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Produksi madidihang di PPN Palabuhanratu Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu memiliki kuantitas yang tergolong cukup banyak dalam hal

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar RESPON IKAN DEMERSAL DENGAN JENIS UMPAN BERBEDA TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA PERIKANAN RAWAI DASAR Wayan Kantun 1), Harianti 1) dan Sahrul Harijo 2) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 60 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Mutu hasil tangkapan ikan tuna merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, hal ini terkait dengan tujuan pemuasan pelanggan atau pembeli. Sesuai dengan pustaka Assauri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan terutama diarahkan untuk meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteran nelayan

Lebih terperinci

SANITASI DAN HIGIENITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN, SUBANG ENIH MARKENIH

SANITASI DAN HIGIENITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN, SUBANG ENIH MARKENIH SANITASI DAN HIGIENITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN, SUBANG ENIH MARKENIH DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA Trisnani Dwi Hapsari 1 Ringkasan Ikan

Lebih terperinci

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT >> PENDAHULUAN Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik di Pasar Tradisional adalah acuan yang digunakan dalam melakukan kegiatan ritel pangan di pasar tradisional dan dalam rangka pengawasan keamanan pangan

Lebih terperinci

IKAN PINDANG AIR GARAM

IKAN PINDANG AIR GARAM IKAN PINDANG AIR GARAM 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS IKAN LAYUR (Trichiurus sp.) DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN RANCABUAYA, KABUPATEN GARUT AROH ROHMAWATI

PENGENDALIAN KUALITAS IKAN LAYUR (Trichiurus sp.) DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN RANCABUAYA, KABUPATEN GARUT AROH ROHMAWATI PENGENDALIAN KUALITAS IKAN LAYUR (Trichiurus sp.) DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN RANCABUAYA, KABUPATEN GARUT AROH ROHMAWATI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMAANFAATAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tahapan Penelitian. Penirisan. 1 ekor karkas ayam segar. Tanpa perlakuan kitosan (Kontrol) Serbuk kitosan komersil.

Lampiran 1 Tahapan Penelitian. Penirisan. 1 ekor karkas ayam segar. Tanpa perlakuan kitosan (Kontrol) Serbuk kitosan komersil. LAMPIRAN 59 60 Lampiran Tahapan Penelitian Serbuk kitosan komersil ekor karkas ayam segar Tanpa perlakuan kitosan (Kontrol) Pembuatan larutan kitosan (0,5 %; %;,5%) Pemotongan Proses perendaman Penirisan

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Suhu Optimum Ekstraksi Inhibitor Katepsin Penentuan suhu optimum ekstraksi inhibitor katepsin bertujuan untuk mengetahui suhu optimum untuk pemisahan antara kompleks

Lebih terperinci

seine yang digunakan sebagai sampel, ada 29 (97%) unit kapal yang tidak

seine yang digunakan sebagai sampel, ada 29 (97%) unit kapal yang tidak 5 PEMBAHASAN Hasil penghitungan pemanfaatan kapasitas penangkapan dengan menggunakan single output (total tangkapan) berdasarkan bulan ( Agustus 2007 Juli 2008) menunjukkan bahwa hanya ada 1 2 unit kapal

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh Letak topografis dan geografis Banda Aceh

4. KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh Letak topografis dan geografis Banda Aceh 22 4. KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh 4.1.1 Letak topografis dan geografis Banda Aceh Kota Banda Aceh terletak di ujung barat Pulau Sumatera. Perairan Kota Banda Aceh secara umum dipengaruhi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kajian tentang konsep kapasitas penangkapan ikan berikut metoda pengukurannya sudah menjadi isu penting pada upaya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. The Code of

Lebih terperinci

Kata kunci : fasilitas, cara penanganan, waktu transit, kualitas Ikan

Kata kunci : fasilitas, cara penanganan, waktu transit, kualitas Ikan ANALISIS HUBUNGAN ANTARA BERBAGAI FAKTOR DENGAN KUALITAS IKAN YANG DITANGKAP MENGGUNAKAN PURSE SEINE (Studi Kasus di Perairan Kabupaten Barru dan Bulukumba) Oleh : Kasmiati, Metusalach, Rahmatang Ps. Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara maritim, karena memiliki lautan lebih luas dari daratannya, sehingga biasa juga disebut dengan Benua Maritim

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 59 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Karakteristik konsumen di RW 11 Muara Angke Penjelasan tentang karakteristik individu konsumen yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia,

Lebih terperinci

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Manajemen kualitas

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Manajemen kualitas 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar mutu bahan dan standar proses produksi, yang dimaksud barang (jasa) yang dihasilkan sesuai dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan suatu pelabuhan yang terletak di Kota Serang dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi Secara geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak antara 127 O 17 BT - 129 O 08 BT dan antara 1 O 57 LU - 3 O 00 LS. Kabupaten

Lebih terperinci

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 44 6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6.1 Harga Hasil Tangkapan 6.1.1 Harga pembelian hasil tangkapan Hasil tangkapan yang dijual pada proses pelelangan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon

Lebih terperinci

Simatupang Maria Fransiska, Sri Purwati, Masitah Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman

Simatupang Maria Fransiska, Sri Purwati, Masitah Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica L.) dan Lama Penyimpanan Terhadap Daya Awet Ikan Nila (Oreochromis niloticus L.) pada Kondisi Suhu Kamar Simatupang Maria Fransiska, Sri Purwati,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Mentawai adalah kabupaten termuda di Propinsi Sumatera Barat yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No.49 Tahun 1999. Kepulauan ini terdiri dari empat pulau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : LIMBAH IKAN SEBAGAI ALTERNATIF UMPAN BUATAN UNTUK ALAT TANGKAP PANCING TONDA

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : LIMBAH IKAN SEBAGAI ALTERNATIF UMPAN BUATAN UNTUK ALAT TANGKAP PANCING TONDA LIMBAH IKAN SEBAGAI ALTERNATIF UMPAN BUATAN UNTUK ALAT TANGKAP PANCING TONDA Indah Wahyuni Abida Firman Farid Muhsoni Aries Dwi Siswanto Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo E-mail:

Lebih terperinci

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP 6 2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP Unit Penangkapan Ikan Kapal Pengoperasian kapal tonda atau yang dikenal dengan kapal sekoci oleh nelayan Sendang Biru dilakukan sejak

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi penanganan pasca panen Penanganan pasca panen dilakukan untuk memperbaiki cita rasa dan meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

Lebih terperinci

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 99 6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 6.1 PPI Pangandaran 6.1.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Sebagaimana telah dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya.

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Iluminasi cahaya Cahaya pada pengoperasian bagan berfungsi sebagai pengumpul ikan. Cahaya yang diperlukan memiliki beberapa karakteristik, yaitu iluminasi yang tinggi, arah pancaran

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta merupakan sebuah teluk di perairan Laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Terletak

Lebih terperinci

Mutu Organoleptik dan Mikrobiologis Ikan Kembung Segar dengan Penggunaan Larutan Lengkuas Merah

Mutu Organoleptik dan Mikrobiologis Ikan Kembung Segar dengan Penggunaan Larutan Lengkuas Merah Nikè:Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.Volume II, Nomor 4, Desember 2014 Mutu Organoleptik dan Mikrobiologis Ikan Kembung Segar dengan Penggunaan Larutan Lengkuas Merah Herlila Tamuu, Rita Marsuci Harmain

Lebih terperinci

Factors and Price Analysis of Short-Body Mackerel (Rastrelliger kanagurta) from Purse Seine Catches at TPI Bulu Tuban Regency East Java

Factors and Price Analysis of Short-Body Mackerel (Rastrelliger kanagurta) from Purse Seine Catches at TPI Bulu Tuban Regency East Java ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERBENTUKNYA HARGA IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta) HASIL TANGKAPAN PURSE SEINE DI TPI BULU KABUPATEN TUBAN JAWA TIMUR Factors and Price Analysis of

Lebih terperinci

0 C. Ikan dimatikan dengan cara menusuk pada kepala bagian medula oblongata yang menyebabkan ikan langsung mati.

0 C. Ikan dimatikan dengan cara menusuk pada kepala bagian medula oblongata yang menyebabkan ikan langsung mati. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan yang dilakukan adalah penentuan fase kemunduran mutu (post mortem) pada ikan bandeng. Penentuan fase post mortem pada ikan bandeng

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar

Lebih terperinci

5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil

5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil Komposisi hasil tangkapan ikan pelagis kecil menurut ketentuan Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan No. KEP.38/MEN/2003 tentang produktivitas

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendaratan Hasil Tangkapan di PP/PPI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendaratan Hasil Tangkapan di PP/PPI 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendaratan Hasil Tangkapan di PP/PPI Pendaratan hasil tangkapan merupakan pemindahan hasil tangkapan dari atas kapal ke daratan pelabuhan, yang nantinya akan didistribusikan ke

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Waktu penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Maret 2010. Lokasi penelitian di pangkalan pendaratan ikan Muara Angke, Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta. 3.2

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Rantai Pasok Ikan Laut Tangkapan di Wilayah Utara Jawa Barat Berdasarkan hasil pengamatan di enam tempat pelelangan ikan (TPI) yang terdapat di Kabupaten Subang, Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Proksimat Fillet Gurami Komponen penting dari komposisi kimia ikan adalah protein dan lemak. Ikan gurami mengandung 75-80% protein dan 6-9% lemak (basis kering) (Tabel 3).

Lebih terperinci

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT.

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT. 3. METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari Februari hingga Agustus 2011. Proses penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari dilakukan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sumber protein yang mudah diperoleh dan harganya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sumber protein yang mudah diperoleh dan harganya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu komoditas perairan yang berpotensi untuk dimanfaatkan. Kebutuhan pasar akan ikan dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan peningkatan

Lebih terperinci

KAJIAN NILAI PASAR PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DI PPS NIZAM ZACHMAN DAN PPI MUARA ANGKE

KAJIAN NILAI PASAR PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DI PPS NIZAM ZACHMAN DAN PPI MUARA ANGKE Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 6, No. 2, November 2015 Hal: 155-167 KAJIAN NILAI PASAR PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DI PPS NIZAM ZACHMAN DAN PPI MUARA ANGKE The Study of Catch Production Market Value

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE pelelangan ikan adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki baik secara teknis atau secara pemahaman dari pengelola pelelangan dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR HIBAH STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

LAPORAN AKHIR HIBAH STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009 LAPORAN AKHIR HIBAH STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009 PENINGKATAN KEAMANAN PANGAN PADA PROSES PEMINDANGAN IKAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI COOKER BOX, TROLLEY, DAN COLDBOX INSULATED DI KECAMATAN NGULING,

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PENYEDIAAN PRODUKSI IKAN HASIL TANGKAPAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN SUBANG CANDRA HALIM

KEMAMPUAN PENYEDIAAN PRODUKSI IKAN HASIL TANGKAPAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN SUBANG CANDRA HALIM KEMAMPUAN PENYEDIAAN PRODUKSI IKAN HASIL TANGKAPAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN SUBANG CANDRA HALIM PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

HUBUNGAN BASKET/WADAH HASIL TANGKAPAN TERHADAP SANITASI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT ARHI EKA PRIATNA

HUBUNGAN BASKET/WADAH HASIL TANGKAPAN TERHADAP SANITASI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT ARHI EKA PRIATNA HUBUNGAN BASKET/WADAH HASIL TANGKAPAN TERHADAP SANITASI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT ARHI EKA PRIATNA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Skema Prosedur Pengujian Escherichia coli dari Produk Perikanan (SNI )

LAMPIRAN. 1. Skema Prosedur Pengujian Escherichia coli dari Produk Perikanan (SNI ) 38 LAMPIRAN 1. Skema Prosedur Pengujian Escherichia coli dari Produk Perikanan (SNI 01-2332.1-2006) Preparasi contoh Homogenisasi (25 gr sampel + 225 ml BFP) (selama 2 menit-3 menit) Pengencerandan Pendugaan

Lebih terperinci

Efektivitas Belimbing Wuluh terhadap Parameter Mutu Organoleptik dan ph Ikan Layang Segar Selama Penyimpanan Ruang

Efektivitas Belimbing Wuluh terhadap Parameter Mutu Organoleptik dan ph Ikan Layang Segar Selama Penyimpanan Ruang Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume II, Nomor 1, Maret 201 Efektivitas Belimbing Wuluh terhadap Parameter Mutu Organoleptik dan ph Ikan Layang Segar Selama Penyimpanan Ruang 1,2 Raflin Djafar,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapang dilakukan pada bulan Mei 2009. Penelitian bertempat di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP 30 5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP 5.1 Kapal-kapal Yang Memanfaatkan PPS Cilacap Kapal-kapal penangkapan ikan yang melakukan pendaratan seperti membongkar muatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie- PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Pengelolaan Perikanan 571 meliputi wilayah perairan Selat Malaka dan Laut Andaman. Secara administrasi WPP 571 di sebelah utara berbatasan dengan batas terluar ZEE Indonesia

Lebih terperinci

Perkembangan Harga Daging dan Telur Ayam

Perkembangan Harga Daging dan Telur Ayam Dimuat dalam Majalah Poultry Indonesia Edisi Maret 2006 Vol. 1 Perkembangan Harga Daging dan Telur Ayam 1980 2004 Nugraha Setiawan Rata-rata harga daging dan telur ayam, selama 24 tahun terakhir hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum perikanan tangkap di Indonesia masih didominasi oleh usaha perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya 15% usaha perikanan

Lebih terperinci

6 AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI

6 AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI 6 AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI Perikanan tangkap di PPI Jayanti meliputi unit penangkapan ikan (armada dan alat tangkap), nelayan, jenis dan volume hasil tangkapan serta berbagai

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

Uji Pembedaan Ikan Teri Kering pada Lama Pengeringan Berbeda dengan Ikan Teri Komersial dari Desa Tolotio Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo

Uji Pembedaan Ikan Teri Kering pada Lama Pengeringan Berbeda dengan Ikan Teri Komersial dari Desa Tolotio Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo Uji Pembedaan Ikan Teri Kering pada Lama Pengeringan Berbeda dengan Ikan Teri Komersial dari Desa Tolotio Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo 1.2 Rimin Lasimpala, 2 Asri Silvana aiu 2 Lukman Mile

Lebih terperinci