VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 30 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden Jasa Transportasi Angkutan Umum Kota (Angkot) yang Berbahan Bakar Premium di Kota Bogor Jasa transportasi angkutan umum kota ini digunakan sebagai sarana transportasi yang paling dominan keberadaannya di setiap wilayah perkotaan sehingga yang menjadi responden adalah angkot Kota Bogor baik yang memiliki pangkalan atau yang tidak memiliki pangkalan angkot. Trayek angkutan kota di Kota Bogor memiliki jumlah 23 trayek dengan jumlah unit sebanyak 3412 unit pada Tahun 2012 (Dishub, 2012). Penentuan tarif angkutan yang diberlakukan oleh pemerintah daerah atau Dinas Perhubungan (Dishub, 2012). Selain itu pemerintah daerah Kota Bogor membuat beberapa peraturan mengenai rute jarak yang ditempuh tiap-tiap trayek dan beberapa trayek diberlakukan Shift atau pembagian jam kerja, pembagian Shift ini diberlakukan hanya beberapa trayek. Shift ini dimaksudkan agar tidak terjadinya kelebihan jumlah angkutan kota (angkot) dan menghindari kemacetan yang terjadi dibeberapa wilayah Kota akibat terlalu banyaknya kendaraan. Adapun trayek-trayek yang menjadi responden disajikan pada Tabel 8. Tabel. 8 Banyaknya Jumlah Angkutan Umum Kota (angkot) yang Menjadi Responden No. Trayek Jumlah Responden (orang) Sumber : Data Primer, Kota Bogor (2012)

2 Karakteristik Responden Berdasarkan Respon terhadap Kenaikan Harga BBM Respon pengemudi transportasi jasa angkutan umum terhadap kenaikan harga BBM, diperoleh sebanyak 60 responden yang dimintai pendapatnya mengenai kenaikan harga BBM, sebanyak 46 responden menyatakan tidak setuju dengan adanya kenaikan harga BBM dan 14 responden menyatakan setuju dengan kenaikan harga BBM. Responden yang tidak setuju memiliki alasan yang sama yaitu apabila terjadi kenaikan harga BBM akan manaikan harga bahan kebutuhan pokok serta akan menaikan harga setoran kepada pemilik mobil angkot karena seluruh responden yang memberikan keterangan bukanlah pemilik mobil, sehingga dengan kenaikan BBM menyebabkan naiknya setoran yang harus mereka bayar. Responden yang setuju dengan kenaikan harga BBM memilikibeberapa alasan diantaranya pendapatan yang didapatkan responden bukan hanya dihasilkan dari pendapatan trayek tetapi responden memiliki pendapatan lain, sehingga menurut responden naiknya harga BBM tidak akan berpengaruh besar terhadap pendapatan yang dihasilkan. Kenaikan harga BBM akan diikuti dengan kenaikan tarif angkutan kota (angkot) karena penentuan tarif dilakukan oleh pemerintah daerah sehingga hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan bagi responden untuk merespon setuju terhadap kenaikan harga BBM. Sumber : Data primer, Kota Bogor (2012) Gambar 3. Respon Setuju atau Tidak Pengemudi Jasa Transportasi Angkutan Umum Kota terhadap Kenaikan Harga BBM

3 32 Pengemudi angkutan umum kota (angkot) yang setuju lebih sedikit dibandingkan dengan pengemudi yang tidak setuju terlihat dari besarnya persentase responden yang tidak setuju sebanyak 77 persen, dan besarnya responden yang menyatakan setuju dengan adanya kenaikan harga BBM sebesar 23 persen Karakteristik Responden Berdasarkan Besaran Willingnes to Pay (WTP) Harga BBM Pilihan kesediaan membayar responden telah ditentukan berada pada nilainilai yaitu kisaran Rp 4.500, Rp 5.000, Rp 5.500, Rp Kisaran tersebut dibuat karena adanya rencana pemerintah menaikan BBM sampai dengan Rp Nilai harga BBM yang berlaku saat ini yaitu Rp menjadi salah satu pilihan WTP dikarenakan beberapa responden tidak menginginkan adanya kenaikan harga BBM. Sumber : Data Primer, Kota Bogor (2012) Gambar 4. Distribusi Responden Berdasarkan WTP per Liter Gambar 4 menunjukan bahwa responden terbanyak berada pada WTP Rp sebanyak 26 responden. Besaran jumlah responden yang paling sedikit berada pada nilai WTP Rp 6.000, hal ini disebabkan karena responden yang memiliki pekerjaan lain di luar trayek hanya sedikit dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki pekerjaan lain di luar trayek sehingga pendapatan yang diterima dari trayek yang dijalankan lebih kecil responden kecil yang kemudian mengakibatkan kecilnya nilai kemampuan membayar atas kenaikan harga BBM.

4 33 Tabel 9. Hubungan Antara Respon dengan Willingness To Pay Harga BBM WTP Respon Rp Rp > Total Tidak Setuju Setuju Total Pada Tabel 9 dapat dilihat hubungan yang terjadi antara respon dengan willingness to pay yang mampu dibayar responden berada pada kisaran harga Rp dengan jumlah responden sebanyak 45 responden. Hal tersebut dapat disimpulkan semakin rendah willingness to pay yang mampu mereka bayar akan semakin memiliki respon tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Tempuh Selama Berkendaraan Jarak tempuh responden dimulai dari jarak tempuh 5 km sampai dengan 15 km dalam berkendaraan. Jarak tempuh tersebut merupakan ketetapan dari peraturan yang dibuat oleh pemerintah Kota Bogor. Distribusi jarak tempuh berkendaraan dapat dilihat pada Gambar 5. Sumber: Data Primer, Kota Bogor (2012) Gambar 5. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Tempuh Berdasarkan Gambar 5 terlihat banyaknya responden barada pada jarak tempuh lebih besar dari 10 sampai dengan 15 km sebanyak 44 responden dan jarak tempuh 5 km sampai dengan 10 km sebesar 16 responden atau 27 persen.

5 34 Tabel 10. Hubungan Antara Respon dengan Jarak yang Ditempuh Respon Jarak yang ditempuh (km) 5-10 >10-15 Total Tidak Setuju Setuju Total Tabel 10 menunjukan bahwa data responden yang diambil untuk wawancara sebesar 16 responden mempunyai karakteristik jarak tempuh berkendara sebesar 5-10 km bahwa hubungan antara respon dengan jarak yang ditempuh, mayoritas dari responden yang tidak setuju berada pada jarak tempuh >10-15 km. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin jauh jarak yang ditempuh maka akan semakin memberikan respon tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Sebagian besar responden memiliki tanggungan tiga orang terdiri dari dua anak dan satu istri, banyaknya jumlah tanggungan mengindikasikan banyaknya pengeluaran yang harus dialokasikan oleh responden, sehingga semakin banyak jumlah tanggungan akan menyebabkan respon tidak setuju terhadap kenaikkan harga BBM. Alokasi yang tinggi untuk membeli BBM dengan pendapatan yang tidak bertambah akan mengurangi kesejahteraan responden. Distribusi jumlah tanggungan ini terlihat pada Gambar 6. Sumber: Data Primer, Kota Bogor (2012) Gambar 6. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

6 35 Gambar 6 menunjukan responden yang memiliki jumlah tanggungan terbanyak terdapat pada responden dengan jumlah tanggungan sebesar tiga orang atau 42 persen dari keseluruhan dan pada jumlah tanggungan dua orang sebanyak 19 orang, dengan jumlah tanggungan satu orang, sebanyak enam responden, dan jumlah tanggungan empat orang sebanyak enam responden. Tabel 11. Hubungan Antara Respon dengan Jumlah Tanggungan Respon Jumlah Tanggungan (orang) Total Tidak Setuju Setuju Total Tabel 11 menggambarkan hubungan antara respon dengan jumlah tanggungan, terlihat bahwa mayoritas dari responden yang tidak setuju memiliki jumlah tanggungan sebanyak 1-3 orang Karakteristik Responden Berdasarkan Pemakaian Bahan Bakar Minyak Jenis Premium Pemakaian BBM jenis premium terbesar terdapat pada 11 sampai dengan 15 liter per hari. Pemakaian BBM oleh pengemudi tergantung berapa lama waktu berkendaraan dan seberapa jauh jarak tempuh berkendaraan, sehingga pada Gambar 7 terlihat distribusi pada jumlah pemakain harga BBM cukup bervariatif. Sumber: Data Primer, Kota Bogor (2012) Gambar 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian Bahan Bakar Minyak Jenis Premium per Hari

7 36 Semakin banyak pemakaian BBM per hari akan memberikan dampak semakin tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM, karena memengaruhi banyaknya biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi konsumsi jumlah BM yang kemudian akan berpengaruh pada berkurangnya pendapatan yang diterima. Tabel 12. Hubungan Antara Respon dengan Jumlah BBM yang Digunakan per Hari Respon Jumlah BBM Yang Digunakan Perhari (Liter) >5-10 >11-15 >15-20 >20-25 Total Tidak Setuju Setuju Total Tabel 12 menjelaskan hubungan antara respon dengan jumlah BBM yang digunakan perhari. Terlihat bahwa respon angkot yang tidak setuju dengan adanya kenaikan harga BBM berada pada jumlah >11-15 liter per hari. Hal ini mengindikasikan semakin banyak jumlah BBM yang digunakan per hari akan semakin tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Waktu Berkendaraan Rata-rata lamanya responden dalam berkendara berada pada kisaran lima sampai dengan sepuluh jam per hari dengan jumlah responden sebanyak 42 responden. Kisaran tersebut muncul dikarenakan adanya peraturan daerah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yang membatasi waktu berkendaraan pada beberapa trayek atau biasa disebut peraturan shift. Dibatasinya lama waktu berkendaraan menyebabkan sulitnya responden menambah jumlah pendapatan yang diterima yang kemudian memengaruhi banyaknya respon tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM. Distribusi lama waktu berkendaraan terlihat pada Gambar 8.

8 37 Sumber: Data Primer, Kota Bogor (2012) Gambar 8. Distribusi Responden Terhadap Lama Waktu Berkendaraan per Hari Hubungan respon setuju atau tidak terhadap kenaikan harga BBM terlihat pada Tabel 13, yang dapat di artikan bahwa semakin lama waktu berkendaraan per hari akan memberikan peluang lebih besar untuk responden merespon setuju dengan adanya kenaikan harga BBM. Tabel 13. Hubungan Antara Respon dengan Lama Waktu Berkendara per Hari Respon Lama Waktu Berkendara 5-10 jam jam Total Tidak setuju Setuju Total Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Trayek per Hari Besarnya pendapatan per hari yang diterima oleh responden terbanyak berada pada kisaran 0 sampai dengan Rp per hari sebanyak 82 persen dari keseluruhan responden. Hal tersebut dikarenakan adanya peraturan mengenai jarak, waktu berkendaraan dan besaran tarif angkutan pengguna jasa transportasi ini yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah, dengan adanya peraturan tersebut menyebabkan sulitnya responden mendapatkan pendapatan tinggi dari pendapatan trayek.

9 38 Sumber: Data Primer, Kota Bogor (2012) Gambar 9. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Trayek Tabel 14 menunjukan semakin sedikit pendapatan yang diperoleh responden maka akan semakin tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM. Hal ini disebabkan karena pendapatan yang kecil menyebabkan kesejahteraan menurun sehingga peluang respon tidak setuju akan lebih besar dibanding peluang respon setuju. Tabel 14. Hubungan Antara Respon dengan Pendapatan Trayek Pendapatan Respon Total Rp 0-50 rb Rp >50-100rb Rp rb Tidak Setuju Setuju Total Karakteristik Responden Berdasarkan Perubahan Tarif Angkutan Karakteristik responden berdasarkan perubahan tarif angkutan yang diinginkan responden dinilai dengan satuan moneter atau rupiah. Besarnya tarif yang menjadi pilihan responden berada pada kisaran Rp sampai dengan Rp 2.000, pilihan nilai tertinggi dari kenaikan tarif akibat adanya kenaikan harga BBM dikarenakan responden beranggapan bahwa tarif saat ini yang sedang berlaku tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah sehingga pendapatan responden dirasa kurang menutupi pengeluaran atas biaya-biaya yang terjadi.

10 39 Sumber : Data Primer, Kota Bogor (2012) Gambar 10. Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan Tarif Angkutan Hubungan respon setuju atau tidak setuju dengan adanya perubahan tarif, bahwa responden yang memiliki pilihan nilai perubahan tarif yang kecil cenderung lebih banyak peluang tidak setuju dibandingkan dengan peluang setuju terhadap kenaikan harga BBM, sehingga semakin besar nilai perubahan tarif akan mendorong responden untuk merespon setuju dengan kenaikan harga BBM. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 15. Tabel 15. Hubungan Antara Respon dengan Perubahan Tarif Angkutan Perubahan Tarif Angkutan Respon Total Rp Rp > Tidak Setuju Setuju Total Analisis Willingness To Pay (WTP) Jasa Angkutan Umum Kota (Angkot) terhadap Kenaikan Harga BBM Analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk menganalisis besarnya WTP responden terhadap kenaikan harga BBM. Berdasarkan nilai WTP didapatkan dari hasil wawancara kepada responden dengan metode kuesioner, didapat biaya yang bersedia dibayarkan oleh responden untuk kenaikan harga bahan bakar minyak jenis premium per liter. Perolehan nilai WTP yang ada pada kuesioner yang memiliki kelipatan Rp 500 pada setiap perubahan nilai. Besarnya

11 40 biaya yang menjadi pilihan hanya dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu Rp 5.000, Rp dan Rp untuk bahan bakar premium per liter. Nilai tersebut diperoleh dengan melihat rencana harga yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar Rp Perhitungan nilai WTP berdasarkan data distribusi kenaikan harga BBM dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Dugaan Nilai WTP untuk Kenaikan Harga BBM per Liter No Besaran (Rp) Frekuensi Frekuensi Relatif Jumlah (Rp) , , , , , , , Total ,33 Sumber : Data Primer, Kota Bogor (2012) Pada Tabel 16 menjelaskan pada kenyataannya banyak responden yang setuju dengan adanya kenaikan harga BBM, hal ini dapat dilihat dari tabel WTP. Hasil wawancara yang disajikan pada Tabel 16 dengan jumlah responden terbanyak yaitu 26 responden memilih nilai WTP sebesar Rp dengan demikian dapat diperoleh nilai rataan WTP sebesar Rp 4.893,33 per liter premium. Nilai frekuensi relatif didapat dari pembagian antar nilai frekuensi dibagi dengan total nilai frekuensi, sedangkan untuk mendapatkan nilai jumlah adalah hasil frekuensi relatif dikalikan dengan besaran rupiah yang menjadi pilihan WTP. Berdasarkan hasil WTP nilai total sebesar Rp 4.893,33, apabila pemerintah berencana menaikan harga BBM samapai dengan Rp maka kesediaan membayar responden hanya 26,2 persen dari kenaikan harga yang direncanakan oleh pemerintah. Nilai WTP yang lebih kecil dari rencana kenaikan dari pemerintah ini dikarenakan oleh beberapa faktor, pengemudi jasa angkutan umum kota (angkot) memiliki pendapatan yang kecil, menurut responden ketetapan tarif yang ditetapkan oleh pemerintah daerah terlalu kecil sehingga untuk mencukupi biaya pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh responden lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang diterima.

12 41 Harga BBM bersubsidi khususnya premium saat ini adalah Rp 4.500, sedangkan nilai total WTP yang dihasilkan sebesar Rp 4.893,33 per liter premium. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa pengemudi jasa transportasi angkutan umum kota (angkot) Kota Bogor setuju dengan rencana kebijakan kenaikan harga BBM jika tidak lebih dari Rp karena WTP yang mereka miliki lebih rendah bila dibandingkan dengan rencana kenaikan harga BBM yang direncanakan pemerintah yaitu sebesar Rp Tabel 17. Distribusi Responden dengan Nilai Willingness to Pay Pengemudi Jasa Angkutan Umum Kota (Angkot) terhadap Kenaikan Harga BBM No WTP (Rp) Jumlah Responden Total 60 Sumber : Data Primer, Kota Bogor (2012) Tabel 17 menggambarkan banyaknya jumlah responden yang memilih nilai Willingness to Pay dari kenaikan harga BBM per liter. Dari Tabel 17 dapat menggambarkan kurva permintaan dari jumlah reponden yang bersedia membayar kenaikan harga BBM. Harga Premium (Rp per liter ) Permintaan Jumlah responden Gambar 11. Kurva Permintaan dari Jumlah Responden yang Bersedia Membayar Premium per Hari Setiap kenaikan harga WTP yang dipilih responden, jumlah responden yang bersedia pada harga premium tersebut semakin sedikit dikarenakan faktor-faktor yang memengaruhi seperti tarif angkutan, jarak tempuh dan lama waktu berkendaraan yang memengaruhi pendapatan yang diterima oleh pengemudi

13 42 angkutan umum kota (angkot). Responden terbanyak berada pada nilai WTP tingkat harga Rp dengan jumlah responden yang bersedia sebanyak 26 responden. 4.3 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Willingness to Pay (WTP) Pengemudi Jasa Angkutan Umum Kota (Angkot) terhadap Kenaikan Harga BBM Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan nilai WTP pengemudi angkot dapat dilakukan analisis dengan menggunakan model regresi linear berganda. Variabel-variabel yang digunkan untuk menganalisis WTP ini menggunakan seluruh variabel karakteristik responden. Hasil pegolahan pada Tabel 18 menunjukkan bahwa nilai R 2 adalah 0,868 yang artinya 86,8 persen keragaman nilai WTP dapat dijelaskan oleh masing-masing variabel bebas yang ada pada model. Nilai Durbin-Watson sebesar 2,438 memiliki arti bahwa model bebas dari masalah autokorelasi. Tabel 18. Faktor-Faktor yang Memengaruhi WTP Pengemudi Angkutan Umum Kota (Angkot) Kota Bogor terhadap Kenaikan Harga BBM Variabel Koefisien P-Value Intersep 5,990 0,000 Jarak -0,007 0,598 Usia* 0,005 0,064 Jumlah Tanggungan 0,037 0,223 Jumlah Pemakaian BBM 0,006 0,430 Lama Waktu Berkendaraan -0,006 0,605 Pendapatan Trayek -0,003 0,814 Perubahan Tarif yang diinginkan* -1,011 0,000 R 2 = 0,868 F- Hitung = 34,691 Durbin-Watson= 2,438 Keterangan : *signifikan pada taraf nyata 10% Jarak memiliki nilai p-value sebesar 0,598 yang artinya jarak tidak signifikan pada taraf nyata sepuluh persen terhadap WTP karena nilai p-value lebih besar dari taraf nyata. Koefisien bernilai negatif artinya kenaikan satu km jarak maka semakin kecil WTP sebesar 0,007 yang bersedia dibayarkan. Variabel usia memiliki p-value sebesar 0,064 artinya usia berpengaruh signifikan pada taraf

14 43 nyata sepuluh persen terhadap WTP. Tanda positif dan Nilai koefisien 0,005 pada variabel usia memiliki arti bahwa semakin bertambah satu tahun usia responden maka akan semakin semakin meningkatkan sebesar 0,005 nilai WTP yang mampu dibayarkan oleh responden. Jumlah tanggungan memiliki nilai koefisien positif dengan nilai koefisien sebesar 0,037 memiliki arti bahwa semakin bertambah satu orang jumlah tanggungan maka akan semakin besar nilai WTP yang dipilih. Nilai p-value sebesar 0,223 berarti variabel jumlah tanggungan tidak signifikan pada taraf nyata sepuluh persen terhadap WTP. Lama waktu berkendaraan per hari memiliki p- value 0,605 yang artinya tidak berpengaruh signifikan terhadap besaran pilihan nilai WTP pada taraf nyata sepuluh persen. Pendapatan trayek memiliki nilai p-value 0,814 artinya pendapatan trayek tidak berpengaruh signifikan pada taraf nyata sepuluh persen. Perubahan tarif angkutan yang diinginkan oleh responden merupakan variabel yang memengaruhi besarnya pemilihan nilai WTP yang mamapu dibayarkan oleh responden karena pperubahan tarif memiliki p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata sepuluh persen. koefisien negatif yang ada pada perubahan tarif memeiliki arti bahwa semakin bertambah satu rupiah perubahan tarif yang diinginkan akan semakin kecil nilai WTP yang dipilih sebesar 1,011. Hasil tersebut tidak sama dengan hasil dilapangan, hal ini karena semakin tinggi nilai WTP yang dipilih responden diperngaruhi karena adanya pendapatan lain diluar trayek. 4.4 Analisis Respon Pengemudi Jasa Angkutan Umum Kota Terhadap Kenaikan Harga BBM Analisiss setiap variabel bebas dengan respon dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh respon pengemudi jasa angkutan umum kota (angkot) terhadap kenaikan harga BBM. Uji ketergantungan untuk crosstabs menggunakan chi-kuadrat dengan software SPSS version 16.0 for windows. Hasil (output) dari analisis crosstabs disajikan pada Tabel 19. Penentuan Chi-square test menggunakan hipotesis yaitu: H0 :Faktor yang diuji tidak berhubungan nyata dengan respon responden H1 :Faktor yang diuji berhubungan nyata dengan respon responden

15 44 Tabel 19. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Respon terhadap Kenaikan Harga BBM Kota Bogor dengan Menggunakan Crosstabs Variabel Signifikan Df Chi-square hitung Jarak Usia Jumlah Tanggungan Jumlah Pemakaian BBM Lama Waktu Berkendara* Keterangan: *Nyata pada taraf kepercayaan 90% Faktor-faktor pada Tabel 19 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Hubungan antara Respon Kenaikan Harga BBM dengan Jarak Hubungan antara jarak tempuh dengan respon di peroleh dari uji chi-square, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jarak dengan respon pada tingkat kepercayaan 90 persen. Nilai Asymp. Sig (2-sided) Pearson chi-square adalah 0,382 lebih besar dari taraf nyata 10 persen (α=10%). Nilai tersebut menunjukan jarak tidak memiliki hubungan terhadap respon, karena pengemudi angkutan umum kota (angkot) menyadari akan adanya penurunaan pendapatan apabila terjadi dikenaikan harga BBM. 2. Hubungan antara Respon Kenaikan Harga BBM dengan Usia. Hubungan antara respon dengan usia responden yang diperoleh dengan menggunakan analisis crosstabs. Nilai Asymp. Sig (2-sided) Person Chi-Square adalah 0,47 lebih besar dari taraf nyata (α=10%). Nilai tersebut menyatakan bahwa keputusan pengujian variabel tersebut adalah bahwa usia tidak berhubungan dengan respon pengemudi angkutan umum kota (angkot) pada taraf nyata 10 persen (α=10%). Dengan kata lain, usia tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap respon pengemudi mengenai kenaikan harga BBM pada taraf kepercayaan sebesar 90 persen. 3. Hubungan antara Respon Kenaikan Harga BBM dengan Jumlah Tanggungan. Nilai Asymp.Sig (2-sided) Person Chi-Square adalah 0,785 (df=10) lebih besar dari taraf nyata (α=10%). Nilai tersebut menyatakan bahwa keputusan pengujian variabel tersebut adalah jumlah tanggungan tidak berhubungan dengan respon pengemudi mengenai kenaikan harga BBM pada taraf nyata 10 persen

16 45 dengan kata lain, jumlah tanggungan tidak memiliki hubungan nyata terhadap respon pengemudi angkutan umum kota (angkot) mengenai kenaikan harga BBM pada taraf kepercayaan 90 persen. 4. Hubungan antara Respon Kenaikan Harga BBM dengan Pemakaian BBM per Hari. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan crosstabs, menyatakan hasil Nilai Asymp.Sig (2-sided) Person Chi-Square adalah 0,526 (df=3) lebih besar dari taraf nyata (α=10%). Nilai tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan nyata terhadap respon rencana kenaikan harga BBM ditinjau dari jumlah pemakaian BBM per hari pada taraf kepercayaan 90 persen. 5. Hubungan antara Respon Kenaikan Harga BBM dengan Lama Waktu Berkendaraan per Hari Kondisi lama berkendara responden perhari berdasarkan survey lamanya berkendara responden per hari memiliki hubungan yang nyata. Hal ini terlihat dari uji yang telah dilakukan menyatakan bahwa nilai Nilai Asymp.Sig (2-sided) Person Chi-Square adalah 0,011 pada df = 1 atau lebih kecil dari taraf nyata (α=10%). Dengan demikian, nilai tersebut menyatakan bahwa lama waktu berkendaraan per hari berhubungan nyata terhadap respon pada taraf kepercayaan 90 persen. Tabel 20. Hasil Pengujian Logit untuk Respon Hasil Pengujian Model Nilai Yang Diperoleh Hosmer and Lemeshow Test 0,960 Overall Precentage 76,7 Tabel 20 menyajikan hasil dari pengujian untuk model logit yang diperoleh, maka interpretasi dari nilai-nilai adalah sebagai berikut : 1. Hasil Hosmer and Lemeshow Test dapat dilihat nilai dari p-value sebesar 0,960 lebih besar dari taraf nyata 5 persen (0,05) maka tolah H 0 yang artinya model logit adalah Fit. 2. Nilai Overall Precentage sebesar 76,7 yang artinya model logit mampu mengklasifikasikan secara tepat sebesar 76,7 persen.

17 46 Tabel 21. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Respon Setuju atau Tidak Setuju Pengemudi Jasa Angkutan Umum Kota terhadap Kenaikan Harga BBM dengan Menggunakan Logit Variabel Koefisien P-Value Rasio Odd Jarak -0,185 0,255 0,831 Usia 0,033 0,244 1,033 Jumlah Tanggungan* -0,674 0,084 0,510 Jumlah Pemakaian BBM Per Hari 0,045 0,562 1,046 Lama Berkendara* 0,236 0,081 1,267 Constant -1,793 0,341 0,166 Keterangan: *Nyata pada tingkat kepercayaan 90% Logit(p i ) = -1,793 0,185 JRK i + 0,033 USIA i 0,674 JTG i + 0,045 JBBM i + 0,236 LB i + ε i Tabel 21 merupakan hasil output yang menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi respon, antara lain: 1. Pengaruh jarak terhadap respon setuju atau tidak setuju pengemudi jasa transportasi angkutan umum kota (angkot) perihal kenaikan harga BBM. Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,255 lebih besar dari taraf nyata 10 persen (α=0,1) maka terima H 0 yang artinya jarak tidak berpengaruh nyata terhadap respon kenaikan harga BBM. Hal ini karena setiap responden memiliki jarak tempuh yang sama setiap berkendara sehingga kurangnya respon yang dihasilkan berdasarkan jarak. Tanda negatif pada koefisien mengindikasikan bahwa setiap kenaikan 0,185 km jarak akan memengaruhi responden untuk merespon tidak setuju mengenai kenaikan harga BBM sehingga semakin jauh jarak yang ditempuh oleh responden maka akan semakin tidak setuju dengan rencana kenaikan harga BBM, karena jarak yang jauh akan membutuhkan konsumsi BBM yang semakin banyak. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa semakin jauh jarak yang ditempuh maka akan semakin tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM. Hasil nilai Odds Ratio yang didapat adalah 0,831 artinya semakin jauh jarak tempuh maka peluang untuk tidak setuju adalah 0,831 kalinya dibandingkan dengan setuju terhadap rencana kenaikan harga BBM.

18 47 2. Pengaruh usia terhadap respon setuju atau tidak setuju pengemudi jasa transportasi angkutan umum kota perihal kenaikan harga BBM Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,244 lebih besar dari taraf nyata 10 persen (α=0,1) maka terima H 0 yang artinya usia tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan harga BBM. Usia tidak berpengaruh nyata terhadap terhadap respon dikarenakan berapapun usia responden tidak memengaruhi terhadap besarnya pendapatan yang diterima responden sehingga respon yang diterima lambat terhadap usia. Koefisien pada model mengindikasikan semakin meningkat usia responden sebesar tahun maka akan semakin setuju dengan kenaikan harga BBM. Berbeda dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa semakin bertambah usia responden akan semakin tidak setuju. Hal ini, disebabkan karena semakin bertambah usia maka semakin mangalami kesulitan dalam mencari pekerjaan lain, terbentur kriteria yang disyaratkan pada pekerjaan lain. Nilai Rasio Odd 1,033 artinya semakin bertambahnya usia maka peluang untuk respon setuju adalah 1,033 kalinya dibandingkan dengan peluang tidak setuju. 3. Pengaruh jumlah tanggungan terhadap respon pengemudi jasa transportasi angkutan umum kota perihal kenaikan harga BBM Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,084 lebih kecil dari taraf nyata 10 persen (α=0,1) maka tolak H 0 yang artinya pengaruh jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap respon rencana kenaikan harga BBM. Jumlah tanggungan memiliki respon yang cepat terhadap rencana kenaikan harga BBM karena terkait seberapa besar pengeluaran responden. Koefisien negatif pada model mengindikasikan semakin bertambah jumlah tanggungan sebesar 0,674 maka akan semakin tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM dengan kenaikan harga BBM. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan maka akan semakin tidak setuju. Nilai Rasio Odd yang dihasilkan adalah sebesar 0,510 artinya semakin tinggi jumlah tanggungan maka peluang untuk tidak setuju adalah 0,510 kalinya dibandingkan dengan setuju terhadap kenaikan BBM.

19 48 4. Pengaruh jumlah pemakaian BBM per hari terhadap respon setuju atau tidak setuju pengemudi jasa transportasi angkutan umum kota perihal kenaikan harga BBM Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,562 lebih besar dari taraf nyata 10 persen (α=0,1) maka terima H 0 yang artinya pengaruh pemakaian BBM per hari tidak berpengaruh nyata. Pemakaian BBM yang digunakan oleh responden setiap harinya sama karena jarak yang ditempuh responden tidak pernah bertambah sehingga respon dari pemakaian BBM per hari memiliki respon yang lambat terhadap kenaikan harga BBM kecuali terjadi kemacetan total. Koefisien positif yang ada pada model mengindikasikan peningkatan pemakaian BBM per hari sebesar 0,045 akan menyebabkan respon setuju terhadap kenaikan harga BBM. Hal ini berbeda dengan hipotesis awal dikarenakan sedikitnya pendapatan yang dihasilkan oleh responden salah satunya karena peraturan pemerintah mengenai shift pada beberapa trayek. Nilai rasio Odd 1,046 artinya semakin banyak pemakaian BBM premium per hari maka peluang untuk setuju adalah 1,046 kalinya dibandingkan dengan peluang tidak setuju terhadap kenaikan BBM. 5. Pengaruh lama waktu berkendaraan terhadap respon setuju atau tidak setuju pengemudi jasa transportasi angkutan umum kota perihal kenaikan harga BBM Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,084 lebih kecil dari taraf nyata 10 persen (α=0,1) maka tolak H 0 yang artinya pengaruh lama berkendara berpengaruh nyata terhadap respon kenaikan harga BBM. Lama berkendara dapat merespond dengan cepat karena semakin lama waktu berkendaraan maka akan semakin bertambah pendapatan yang dihasilkan responden. Koefisien yang ada pada model bernilai positif, yang dapat diartikan peningkatan lama waktu berkendaraan per hari sebesar akan semakin setuju dengan adanya kenaikan harga BBM. Kesimpulan yang didapat sesuai dengan hipotesis sebelumnya bahwa semakin lama waku berkendaraan perhari maka akan semakin setuju dengan kenaikan harga BBM. Rasio Odd yang didapat adalah 1,267 yang artinya semakin lama waktu berkendaraan perhari maka peluang untuk setuju adalah 1,267 kalinya dibandingkan dengan peluang tidak setuju terhadap kenaikan BBM.

20 Implikasi Kebijakan Rencana kenaikan harga BBM diharapkan tidak lebih dari besarnya kesediaan membayar pengemudi angkutan umum kota yaitu sebesar Rp 4.893,33 atau dibulatkan menjadi Rp kenaikan tersebut tidak akan terlalu memberatkan pengemudi angkutan umum kota (angkot) dikarenakan naiknya tarif angkutan akan memberikan dampak yang baik sebagai pengganti kenaikan harga BBM. Kebijakan pemerintah mengurangi besarnya BBM dengan menaikan harga jual BBM bersubsidi khususnya premium dapat dilaksanakan karena kesediaan membayar khususnya pengemudi angkutan umum kota (angkot) lebih tinggi dari harga BBM bersubsidi saat ini yaitu sebesar Rp 4.500, pelaksanaan kebijakan tersebut tidak terlepas dari berbagai pertimbangan yang diantaranya tetap menjaga besarnya nilai inflasi agar harga barang-barang konsumsi khususnya bahan pokok tidak naik terlalu tinggi dan rencana-rencana lain yang telah dijanjikan oleh pemerintah.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 36 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Angkutan Barang (Mobil Pick Up) yang Berbahan Bakar Premium di Jakarta dan Bogor Angkutan darat, udara dan laut memiliki kelebihan dan kekurangan dalam melakukan

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN 19 II. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor. Pemilihan wilayah dilakukan dengan pertimbangan wilayah tersebut memiliki jumlah angkutan umum kota

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Lokasi penelitian dilakukan di sekitar Bogor, bagi pemilik dan pengendara mobil pribadi. Lokasi yang aksidental berada di sekitar kampus IPB, Indraprasta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-produk minyak (oil product) termasuk bahan bakar minyak. Produksi

Lebih terperinci

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1. Analisis Kesediaan Membayar Responden Analisis kesediaan membayar dilakukan untuk mengetahui apakah responden bersedia atau tidak membayar daripada paket-paket wisata yang

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN Penelitian ini menggunakan regresi logistik untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara).

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO Astrid Fermilasari NRP : 0021060 Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

RESPON PENGEMUDI JASA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM KOTA (ANGKOT) KOTA BOGOR TERHADAP KENAIKAN HARGA BBM JENIS PREMIUM

RESPON PENGEMUDI JASA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM KOTA (ANGKOT) KOTA BOGOR TERHADAP KENAIKAN HARGA BBM JENIS PREMIUM RESPON PENGEMUDI JASA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM KOTA (ANGKOT) KOTA BOGOR TERHADAP KENAIKAN HARGA BBM JENIS PREMIUM OLEH CHAIRUN NISA H14080086 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnnya Nilai ERP Dilihat Dari Willingness to Pay (WTP) Pengguna Jalan Unsur-unsur yang mempengaruhi besarnya nilai WTP

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB Wisata merupakan salah satu bentuk kegiatan yang bermanfaat, selain bisa menghilangkan rasa jenuh juga dapat menjadi sumber

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO Faktor-faktor yang diduga akan mempengaruhi pengembalian KUR Mikro adalah usia, jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik 1. Uji Klasifikasi Model Uji klasifikasi model dapat menunjukkan kekuatan atau ketepatan prediksi dari model regresi untuk mempredikasi tingkat nilai willingness

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian. Menghitung berapa kemauan membayar masyarakat. (Ability to pay) terhadap tarif jasa angkutan umum pada

Tujuan Penelitian. Menghitung berapa kemauan membayar masyarakat. (Ability to pay) terhadap tarif jasa angkutan umum pada Latar Belakang Transportasi memegang peranan yang cukup penting dalam seluruh aspek kehidupan manusia Angkutan umum yang ada pada kota Sorong Teminabuan adalah Ford dan L 200. Salah satu persoalan mendasar

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnnya Nilai ERP Dilihat Dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang maupun barang dari suatu tempat asal ke tempat tujuan. Secara umum, kebutuhan akan jasa transportasi

Lebih terperinci

Jurnal Gradien Vol 8 No 2 Juli 2012: Yuli Andriani, Uxti Mezulianti, dan Herlina Hanum

Jurnal Gradien Vol 8 No 2 Juli 2012: Yuli Andriani, Uxti Mezulianti, dan Herlina Hanum Jurnal Gradien Vol 8 No 2 Juli 2012:809-814 Model Tingkat Kelancaran Pembayaran Kredit Bank Menggunakan Model Regresi Logistik Ordinal (Studi Kasus: Bank Rakyat Indonesia Tbk Unit Pasar Bintuhan) Yuli

Lebih terperinci

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY 7.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian KUR Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga kenagarian (struktur pemerintahan setingkat desa) Kenagarian Muaro, Kenagarian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman

VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN 7.1. Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman Variabel terikat dalam analisis kesediaan rumahtangga menerima

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Uji Ketepatan Klasifikasi Uji ketepatan klasifikasi menunjukkan ketepatan prediksi dari model regresi dalam memprediksi peluang willingness to pay responden

Lebih terperinci

BAB IV INTEPRETASI DATA

BAB IV INTEPRETASI DATA 41 BAB IV INTEPRETASI DATA 4.1 Pengumpulan Data Data responden pada penyusunan skripsi ini terdiri atas dua bagian yaitu data profil responden dan data stated preference. Untuk data profil responden terdiri

Lebih terperinci

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KUPEDES PADA BRI UNIT CIJERUK

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KUPEDES PADA BRI UNIT CIJERUK VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KUPEDES PADA BRI UNIT CIJERUK 6.1. Hubungan Karakteristik Individu dan Karakteristik Usaha dengan Peluang Pengembalian Kupedes Pada BRI

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnnya Nilai ERP Dilihat Dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sakit At-Turrots Al-Islamy, PKU Muhammadiyah Gamping, Puskesmas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sakit At-Turrots Al-Islamy, PKU Muhammadiyah Gamping, Puskesmas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek yang dilakukan pada penelitian ini adalah peserta BPJS kelas II yang berada di Kabupaten Sleman. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

TINJAUAN TARIF ANGKUTAN UMUM PADA RUAS JALAN SORONG TEMINABUAN PROPINSI PAPUA BARAT

TINJAUAN TARIF ANGKUTAN UMUM PADA RUAS JALAN SORONG TEMINABUAN PROPINSI PAPUA BARAT TINJAUAN TARIF ANGKUTAN UMUM PADA RUAS JALAN SORONG TEMINABUAN PROPINSI PAPUA BARAT Andarias Tangke, Hera Widyastuti dan Cahya Buana Pasca Sarjana Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi FTSP, ITS.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Variabel Penelitian Berdasarkan hasil penelitian tentang Willingness To Pay pengunjung Umbul Ponggok didapatkan hasil berikut ini : 1. Uji Klasifikasi Model

Lebih terperinci

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub sektor perikanan dan pendapatan di luar sub sektor perikanan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Uji Kelayakan Persamaan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebuah persamaan regresi logistik akan dinyatakan layak dan signifikan apabila telah memenuhi persyaratan uji persamaan yang dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING 6.1. Model Permintaan Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Keriting Model permintaan rumah tangga di DKI Jakarta

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Negatif yang Timbul dari Pencemaran Sungai Musi Akibat Kegiatan Industri Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mempermudah dalam penyusunan tugas akhir, dibuat suatu alur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mempermudah dalam penyusunan tugas akhir, dibuat suatu alur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Untuk mempermudah dalam penyusunan tugas akhir, dibuat suatu alur sistematika. Adapun alur sistematika yang digunakan dalam penyusunan ini adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

Lampiran 1. Output Crosstab Setiap Variabel Terhadap Respon. 1.1 Output Crosstab Hubungan Antara Pendidikan dengan Respon

Lampiran 1. Output Crosstab Setiap Variabel Terhadap Respon. 1.1 Output Crosstab Hubungan Antara Pendidikan dengan Respon LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1. Output Crosstab Setiap Variabel Terhadap Respon 1.1 Output Crosstab Hubungan Antara Pendidikan dengan Respon Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bogor Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838, 304 hektar, yang secara geografis terletak di antara 6 o 18 0-6 o 47 lintang selatan dan 6

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN 81 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan perhitungan dan analisis yang dilakukan terhadap data hasil survey dan data pendukung lainnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PERSEPSI RUMAHTANGGA TERHADAP KONDISI KELAYAKAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DI DEKAT JALUR KRL

VI. ANALISIS PERSEPSI RUMAHTANGGA TERHADAP KONDISI KELAYAKAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DI DEKAT JALUR KRL VI. ANALISIS PERSEPSI RUMAHTANGGA TERHADAP KONDISI KELAYAKAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DI DEKAT JALUR 6.1. Persepsi Rumahtangga terhadap Tata Lingkungan di Dekat Jalur Penataan lingkungan yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB VII NILAI EKONOMI TUMBUHAN SOWANG

BAB VII NILAI EKONOMI TUMBUHAN SOWANG BAB VII NILAI EKONOMI TUMBUHAN SOWANG 7. 1. Nilai Ekonomi Total Tumbuhan Sowang Kelestarian dari keberadaan Tumbuhan Sowang di kawasan Pegunungan Cycloops ini perlu dijaga nilainya. Nilai ekonomi dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN KELEMAHAN PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN KELEMAHAN PENELITIAN BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN KELEMAHAN PENELITIAN Bab ini memuat kesimpulan dari uraian pada bab-bab sebelumnya serta rekomendasi terkait dengan hasil kesimpulan tersebut. Bab ini juga menguraikan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Demografi Responden Penelitian

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Demografi Responden Penelitian BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data A.1. Analisis Deskriptif 1. Karakteristik Demografi Responden Penelitian Demografi responden terdiri dari Jenis Kelamin. Usia, Tingkat Pendidikan, Jumlah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Validitas Variabel. Sumber : data primer diolah (Lampiran 1)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Validitas Variabel. Sumber : data primer diolah (Lampiran 1) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas Usia JAK Edu Income Tabel 5.1 Uji Validitas Variabel Usia JAK Edu Income Pearson Correlation 1 0.202* -0.365** 0.56 Sig. (2-tailed)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Pada bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul yaitu data dari Dana Perimbangan dan Belanja Modal Provinsi Jawa Timur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu aspek penunjang kemajuan bangsa terutama dalam kegiatan perekonomian negara yang tidak lepas dari pengaruh pertambahan jumlah penduduk.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Tingkat Literasi Keuangan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat 1. Uji Validitas a. Tingkat Literasi Keuangan Data mengenai tingkat literasi keuangan memiliki

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di obyek wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data - Data Primer Data primer adalah data-data yang didapat dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu :

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Salah satu yang mempengaruhi kualitas penelitian adalah kualitas data yang dikumpulkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dalam

Lebih terperinci

EVALUASI TARIF ANGKUTAN PEDESAAN DI KABUPATEN KLUNGKUNG TUGAS AKHIR

EVALUASI TARIF ANGKUTAN PEDESAAN DI KABUPATEN KLUNGKUNG TUGAS AKHIR EVALUASI TARIF ANGKUTAN PEDESAAN DI KABUPATEN KLUNGKUNG TUGAS AKHIR OLEH : I KADEK SUARDIKA 0419151021 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2011 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS BIAYA OPERASI KENDARAAN MOBIL PRIBADI DI KOTA BANDUNG

STUDI ANALISIS BIAYA OPERASI KENDARAAN MOBIL PRIBADI DI KOTA BANDUNG STUDI ANALISIS BIAYA OPERASI KENDARAAN MOBIL PRIBADI DI KOTA BANDUNG Fanny Novianrie Silvianna Nrp : 0021059 Pembimbing : Budi Hartanto,Ir.,MSc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai responden pelaku pergerakan Cimahi-Bandung yang berpotensial untuk menggunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Terdapat tiga konsep pemikiran teoritis yang dibahas, yaitu:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Bahan Bakar Minyak Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia, yang dalam pengolahan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga 53 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga Analisis ini dilakukan dengan memasukkan variabel-variabel independen yang diduga memengaruhi variabel dependen (tabungan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hipotesis Gambar 4.1 Hubungan variabel bebas dan variabel terikat Keterangan : X 1 = Kompensasi X 2 = Iklim Organisasi Y = Kepuasan Kerja Hipotesis : 1. H 0 : r y1 = 0 H

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) karena masyarakat dan instansi di daerah

IV. METODOLOGI PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) karena masyarakat dan instansi di daerah IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda dan Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 51 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Data Penelitian 4.1.1 Profil Obyek Penelitian Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Pasar Sleman. Pasar Sleman merupakan pasar terbesar di Kecamatan Sleman.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada obyek wisata pemandian air panas alam CV Alam Sibayak yang berlokasi di Desa Semangat Gunung Berastagi, Kabupaten Karo Sumatera

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam 55 II. PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam pengembalian Kredit Mikro Utama diidentifikasi

Lebih terperinci

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 7.1 Permintaan LPG Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Permintaan LPG pedagang

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden

Lebih terperinci

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN) ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN) Oktaviani 1, Andre Yudi Saputra 2. 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu aspek penunjang kemajuan bangsa terutama

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu aspek penunjang kemajuan bangsa terutama BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi dan taraf hidup masyarakat yang semakin meningkat. Transportasi merupakan

Lebih terperinci

perembesan zat pencemar dari limbah yang berasal dari aktivitas domestik.

perembesan zat pencemar dari limbah yang berasal dari aktivitas domestik. VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENDUDUK UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN PENCEGAHAN AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH Pertambahan jumlah penduduk yang semakin tinggi di Kota Bekasi mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian. Objek yang dilakukan untuk penelitian ini adalah Kota Bandung. Dapat diketahui bahwa Kota Bandung ini banyak memiliki potensi besar untuk melakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati Trayek Rata-rata Rit per 9 Jam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati Trayek Rata-rata Rit per 9 Jam pukul 1.-16. dan sore hari dilakukan pada pukul 16.-19.. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Mencari data awal tentang aturan mengenai angkutan perkotaan, jumlah tiap trayek, dan lintasan

Lebih terperinci

IV. METODELOGI PENELITIAN

IV. METODELOGI PENELITIAN IV. METODELOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wana Wisata Curug Nangka Kabupaten Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Pemilihan lokasi Wana

Lebih terperinci

Nama : Farisah Hasniar NPM : Fakultas : Ekonomi Jurusa : Akuntansi Dosen Pembimbing : Dr. Widyatmini

Nama : Farisah Hasniar NPM : Fakultas : Ekonomi Jurusa : Akuntansi Dosen Pembimbing : Dr. Widyatmini FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2007-2011) Nama : Farisah Hasniar NPM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemahaman mata pelajaran gambar teknik (X 1 ) dan kreativitas (X 2 ) serta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemahaman mata pelajaran gambar teknik (X 1 ) dan kreativitas (X 2 ) serta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian Data hasil penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu pemahaman mata pelajaran gambar teknik (X 1 ) dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sembako. Adapun pertanyaan yang termuat dalam kuesioner terdiri dari

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sembako. Adapun pertanyaan yang termuat dalam kuesioner terdiri dari BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS DATA 1. Deskripsi Responden Penelitian Responden dari penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional Balamoa Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal khususnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas Untuk mengetahui tingkat validitas dari setiap pernyataan dalam kuisioner, digunakan rumus korelasi product

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian yang berjudul Analisis Respon Masyarakat terhadap Rencana Kenaikan Harga BBM Jenis Premium (Kasus: Pengendara Mobil Pribadi di Bogor)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskripsi Data 1. Analisis Dana Pihak Ketiga Bank BCA Syariah Dana Pihak Ketiga adalah komponen dana yang paling penting, besarnya keuntungan (profit) yang akan dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen penelitian harus berkualitas yang sudah distandarkan yang sesuai dengan kriteria teknik pengujian validitas dan reliabilitas.

Lebih terperinci

Model Probabilitas Alih Moda Sepeda Motor ke Angkutan Kota di Kecamatan Bekasi Timur

Model Probabilitas Alih Moda Sepeda Motor ke Angkutan Kota di Kecamatan Bekasi Timur E23 Model Probabilitas Alih Moda Sepeda Motor ke Angkutan Kota di Kecamatan Bekasi Timur Ginanjar Prayogo dan Ketut Dewi Martha Erli Handayeni Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota Medan, disamping sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota Medan, disamping sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Medan, disamping sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, telah berkembang menjadi Kota Metropolitan, seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan responden (sampel)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan responden (sampel) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Pengumpulan data pada penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner seluruh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Wilayah Surakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Karakteristik Responden Pada bab ini akan membahas semua data yang dikumpulkan dari responden dalam penelitian, sehingga dapat diketahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. mahasiswa. Setiap responden mempunyai karakteristik yang berbeda. Oleh

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. mahasiswa. Setiap responden mempunyai karakteristik yang berbeda. Oleh 43 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini ada sebanyak 72 mahasiswa. Setiap responden mempunyai karakteristik yang berbeda. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB V DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. analisis kuantitaif data penelitian. Identitas responden meliputi jenis kelamin,

BAB V DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. analisis kuantitaif data penelitian. Identitas responden meliputi jenis kelamin, 51 BAB V DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan deskripsi tentang deskripsi responden dan analisis kuantitaif data penelitian. Identitas responden meliputi jenis kelamin,

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI SPBU BINTARA

PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI SPBU BINTARA Nama PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI SPBU BINTARA NPM : 16212778 Jurusan Pembimbing : Safrina Kusuma Putri : Manajemen - S1 : Stevianus, SE., MM LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA 18 Hayatul Rahmi 1, Fadli 2 email: fadli@unimal.ac.id ABSTRAK Pengambilan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat.

IV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah di daerah sekitar terusan BKB Jakarta, yaitu sepanjang daerah Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat. Pengambilan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. BPRS Al Salam Amal Salman atau lebih dikenal dengan nama BPRS Al Salaam (BAS). BAS berkantor pusat di Jalan Cinere Raya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyebabkan, kebutuhan pangan tidak hanya sebatas produk pelengkap dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menyebabkan, kebutuhan pangan tidak hanya sebatas produk pelengkap dengan 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pola hidup masyarakat yang menyadari pentingnya kesehatan menyebabkan, kebutuhan pangan tidak hanya sebatas produk pelengkap dengan citarasa yang enak,

Lebih terperinci

VII. KEPUASAN DAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK PERTANIAN SEGAR DI RITEL MODERN

VII. KEPUASAN DAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK PERTANIAN SEGAR DI RITEL MODERN 65 VII. KEPUASAN DAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK PERTANIAN SEGAR DI RITEL MODERN 7.1 Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index) Skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen

Lebih terperinci

VI. METODE PENELITIAN

VI. METODE PENELITIAN VI. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Data yang akan digunakan dalam Penelitian ini adalah data Sekunder yang berupa Perputaran Piutang,Perputaran Persediaan (persediaan bahan baku,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian 3.1.1 Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan konsumen dalam menggunakan jasa angkutan umum C10 Trayek Cengkareng

Lebih terperinci

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS 7.1. Karakteristik Responden Responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 38 responden yang menjadi mitra

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 61 BAB IV ANALISIS DATA Dalam Bab IV ini, hasil dari perhitungan statistik dianalisis dan dibahas. Perhitungan statistik dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 17.00. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V Hasil dan Pembahasan

BAB V Hasil dan Pembahasan 43 BAB V Hasil dan Pembahasan Bagian ini memberikan gambaran tentang hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian Inventori Emisi Gas Rumah Kaca (CO 2 dan CH 4 ) dari Sektor Transportasi dengan Pendekatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta IV. METODOLOGI PENELITAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April

Lebih terperinci

MODEL REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK MENENTUKAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI SULAWESI TENGAH

MODEL REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK MENENTUKAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI SULAWESI TENGAH JIMT Vol. 13 No. 1 Juni 2016 (Hal. 24 37) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X MODEL REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK MENENTUKAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI SULAWESI

Lebih terperinci