VI. METODA PENELlTlAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. METODA PENELlTlAN"

Transkripsi

1 VI. METODA PENELlTlAN Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan kerangka teoritis yang telah dikemukakan, dalam bab ini diuraikan : (3) Data dan sumber data ; (2) Analisis deskripti pabrik gufa ; (3) Pengukuran daya saing produk domestik terhadap produk impor ; (4) Model analisis yang digunakan ; (5) Prosedur pendugaan parameter model, dan (6) Pendugaan keragaan ekonomi pabrik gula Data dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder untuk kurun waktu yang diperoleh langsung dari atau melalui Kantor Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara, Departemen Pertanian, Pusat Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), PT. Rajawali Nusantara Indonesia, Badan Pusat Statistik, Badan Urusan Logistik, Sekretariat Dewan Gula Indonesia, PT. Gula Putih Matararn dan Asosiasi Gula Indonesia. Data mengenai input-output pabrik gula mencakup se[uruh pabrik gula yang beroperasi di Indonesia dalam kurun waktu , baik milik pemerintah (BUMN) maupun milik swasta, sebanyak 70 buah. Harga dan Jurnlah Output Output pabrik gula berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. KB 41 0/558/Mentan/lX/90 tanggal 25 September 1990 terdiri dari dua

2 macam, yaitu gula dan tetes. Harga output guia ditentukan oleh pemerintah secara berkala, sedangkan harga tetes ditentukan oreh pabrik gula berdasarkan kontrak dengan perusahaan swasta. I-farga gula ditetapkan oleh pemerintah (harga provenue) dengan satuan Rupiah per kilogram. Harga tetes dalam satuan Rupiah per kilogram diperoleh dari hasil bagi penerimaan tetes dengan jumlah produksi tetes. Jumlah output gula dan tetes masing-masing dafam satuan ton. Harga dan Jumlah Input Terdapat lima input yang digunakan dalam model multi-input, multioutput yang terdiri dari tiga input tidak tetap dan dua input tetap. Ketiga input tidak tetap tersebut adaleh tebu giling, bahan bakar dan tenaga kerja ; dua input tetap adalah manajemen dan penyusutan. Rincian jumlah, nilai dan harga input disajikan dalam bagian model analisis berikut ini. Harga input bahan baku tebu dengan satuan Rupiah per kilogram, diperoleh dengan cara membagi seluruh biaya tanaman termasuk biaya pengadaan bibit, biaya tebang dan biaya angkut tebu sampai ke pabrik gula, dengan jumlah tebu yang digiling. Jumlah input tebu yang digiling dalam satuan ton. Harga input bahan bakar dengan satuan Rupiah per kifogram diperoleh dengan cara membagi jumlah biaya bahan bakar dengan jumlah bahan bakar yang digunakan. Jumlah bahan bakar yang digunakan dalarn satuan kilogram. Harga input tenaga kerja dalam satuan rupiah per tahun, diperoleh dengan cara membagi jumlah biaya tenaga

3 kerja dengan jumlah tenaga kerja secara agregat dalam pabrik gula dan di luar pabrik gula tidak termasuk biaya input tebu. Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam satuan orang yaitu tenaga kerja tidak terampil (unskilled labor). Input tidak tetap yaitu biaya penyusutan dan biaya manajemen dinyatakan dalam satuan Rupiah, diperoleh dari jumlah biaya penyusutan dan jumlah biaya manajemen dalam setahun. Termasuk dalam biaya manajemen, yaitu biaya gaji dan tunjangan untuk tenaga terampil (skilled labor), yaitu direksi dan seluruh staf Analisis Deskriptif Dalam bagian ini akan diuraikan analisis Biplot, analisis komponen utama dan analisis gerombol Analisis Biplot Biplot rnerupakan teknik statistik deskriptif dimensi ganda yang dapat disajikan secara visual dengan menyajikannya secara simultan segugus obyek pengamatan dan peubah dalam suatu grafik pada suatu bidang datar sehingga ciriciri dan obyek pengamatan serta posisi relatif antara obyek pengamatan dengan peubah dapat dianalisis. Jadi dengan biplot dapat ditunjukkan hubungan antar peubah, kemiripan relatif antar obyek pengarnatan dengan peubah (Joltife. 1986). Analisis biplot berdasarkan pada penguraian nilai singular (PNS). Bentuk umum PNS oleh Greenacre (1984) dijelaskan sebagai berikut. Misalkan suatu matriks data X berukuran (nxp) yang berisi n pengamatan

4 dan p peubah yang dikoreksi terhadap nilai rata-ratanya dan berpangkat r, dapat dituliskan menjadi : X = U L A'... (1 ) dengan matriks U dan A masing-masing berukuran (nxr) dan (pxr). sehingga U'U = A'A = Ir (matriks identitas berdimensi 0. Sedangkan L adalah matriks diagonal berukuran (rxr) dengan unsur-unsur diagonalnya - adalah akar kuadrat dari akar ciri-akar ciri X'X atau XX', sehingga 4 r 4Yz TL. Unsur-unsur diagonal matriks L ini disebut nilai singular dari matriks X. Dan kolom-kolom matriks A adalah vektor ciri dari X'X atau XX yang berpadanan dengan h. Dengan penjabaran, persamaan (I) menjadi : X = U La L'" A' Untuk 0 5 a 5 1 (Jollife, 1986). Dan misalkan G = U La serta H'= L'" A'. Hal ini berarti unsur ke-(i,j] matriks X dapat dituliskan sebagai berikut : XI = giphi (i = 1, 2, 3,...,n) dan 6 = 1, 2, 3,...n). dengan g? dan hi. masing-masing merupakan baris-baris matriks G dan H. Jika X berpangkat dua, maka vektor pengaruh baris gi dan vektor pengaruh lajur hi dapat digambarkan secara pasti dalam ruang berdimensi dua. Apabila matriks X berpangkat lebih dari dua biasanya didekati dengan matriks berpangkat dua, sehingga persamaan di atas dapat dituliskan menjadi : 2Xii = gie'hj-, yang masing-masing gi* dan hi* mengandung 2 unsur pertama vektor gi dan hj. Gabriel (1971) mengemukakan ukuran aproksimasi matriks X dengan biplot dalam bentuk

5 : = (A, + dengan R, = akar ciri terbesar pertama ; = akar ciri terbesar kedua dan % = akar ciri terbesar ke-i. Jika nilai 8 semakin mendekati nilai satu berarti biplot yang diperoleh dari matriks pendekatan berpangkat dua akan memberikan penyajian yang semakin baik mengenai informasi-informasi yang terdapat pada data yang sebenamya. Nilai a yang digunakan dapat mempakan nilai sembarang (Osasl), tetapi pengambilan nilai-nilai ektrim a=o dan a=g akan berguna dalarn interpretasi bipkot. Jika a = 0, maka G=U dan H=AL, sehingga diperoleh : X'X = (GH1)'(GH') = HG'GH' = HU'UH' = HH' Karena X'X = HH'= (n-1)s, maka hasil kali hjlhk akan sama dengan (n-f) kali peragam Sik; dan hklhk menggambarkan keragaman peubah ke-k. Ofeh karena itu korelasi antara peubah ke-j dan ke-k ditunjukkan oleh nilai kosinus sudut antara vektor antara hi dan hk. Jarak Euclid antara obyek pengamatan ke-h dan ke-i dalam biplot akan sebanding dengan jarak Mahalanobis antara pengamatan ke-h dan ke-i. Jika a=l, maka G-UL dan H=A sehingga diperoleh hubungan : X'X = (GH') (GH')' = GH'HG = GA'AG' = GG' Pada keadaan ini jarak Euclid antara gh dan gi akan sama dengan jarak Euclid antara dan xi. Selain itu vektor pengaruh baris ke-i sarna dengan skor komponen utama untuk individu ke-i dari hasil analisis komponen utama. Hal ini dapat dijelaskan secara aljabar, karena G=UL

6 sehingga unsur ke-k dari gi adalah ui* = Z& yang merupakan skor komponen utama ke-k dari pengamatan ke-i, dan dari H=A diperoleh bahwa vektor pengaruh lajur hi sama dengan aj, yaitu vektor pembobot peubah kej pada komponen utama ke-k Analisis Kornponen Utarna Komponen utama bertujuan untuk rnereduksi peubah menjadi peubah baru yang berdimensi lebih kecil. Peubah baru tersebut bersifat ortogonal yang disusun oleh kombinasi linear dari peubah-peubah asal. Proporsi pada kornponen utama menunjukkan kemampuan menerangkan keragaman peubah asal. Perkembangan analisis komponen utama terus dilakukan sampai pada analisis pengelompokan dan regresi komponen utama. Suatu peubah acak X = ( xl, x2, xp) yang terdiri dari p peubah mengikuti sebaran normal ganda dengan vektor nilai tengah p dan matriks ragam peragam Z. Pada p buah peubah dapat diturunkan p buah komponen utama tetapi seringkali dengan k buah dimana k < p mampu menerangkan keragaman total dengan cukup memuaskan. Hal ini memberikan indikasi bahwa pada k peubah baru mengandung sebagian besar inforrnasi yang menerangkan peubah asal. Ada matriks A berukuran p x p, maka komponen utama didefinisikan sebagai kombinasi linear terbobot dari peubah asal, maka dapat dinyatakan dalam ekspresi :

7 Y =AX YI = ~IIXI + a21x aplx, = al '5 Persamaan Lagrange telah membuat kornponen utama pertama memberikan keragaman yang maksimum melalui penurunan: Maksimisasi = a1 ' Sal, dengan kendala a1 'a1 = 1. Fungsi Lagrange dibentuk sebagai berikut sehingga agar bersolusi yang tidak sama dengan not, maka matriks (S - Aql ) haruslah merupakan matrik singular, 1 S - Arl I = 0, selanjutnya solusi tidak trivial memberikan implikasi pada pemilihan p buah akar ciri yang memberikan keragaman terbesar. Ada A7 yang merupakan akar ciri pertama sedangkan a1 merupakan vektor ciri pertama yang merupakan padanan A*. (S - R1 ) al = 0 ; Sat = hllal ; a;sat = aihlla dan a;sal = XI = Py, agar ragam komponen utama maksimurn, maka haruslah dipilih hl yang terbesar. Hal ini berimplikasi bahwa komponen utama pertama adalah kombinasi linear terbobot peubah asal yang menerangkan keragaman terbesar. Johnson (1993) menjelaskan penyusunan matriks peubah X' (XI, XZ,.. xp) maka matriks

8 Analisis Gerombol Analisis gerombol digunakan untuk mengelompokkan objek- objek menjadi beberapa gerombol (kelompok) berdasarkan pengukuran peubah-peubah yang diamati, yang pada akhirnya akan diperoleh kemiripan objek dalam kelompok yang sama dibandingkan dengan antar objek dari kelompok yang berlainan. Ukuran kedekatan objek diukur dengan menggunakan jarak Euclid. yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Peubah-peubah pengukuran yang digunakan dalam menghitung jarak Euclid harus saling bebas. Untuk mendapatkan peubah-peubah yang saling bebas dapat menggunakan analisis komponen utama. Metode penggerombolan objek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode hierarkhi dan metode non hierarkhi. Metode hierarkhi digunakan jika jumlah gerombot yang akan dibentuk belum diketahui serta obyek yang akan digerombolkan tidak terlalu banyak (ne200). Sedangkan metode non hierarkhi digunakan untuk menggerombolkan jumlah objek yang besar dan jumlah gerombol yang akan dibentuk sudah diketahui. Tahapan pengelompokkan dengan menggunakan metode berhierarkhi akan dapat disajikan dalam bentuk dendogram yang akan memberikan kemudahan dalam penelusuran informasi. Metode perbaikan

9 jarak yang digunakan dalam analisis gerombol hierarkhi antara lain : pautan tunggal, pautan rataan dan pautan lengkap. Penggerombolan objek dalam metode hierarkhi ditentukan oleh jarak potong pada dendogram. Jarak potong dipilih pada jarak penggabungan objek terbesar. Banyaknya gerombol yang terbentuk ditentukan oleh banyaknya cabang yang memotong jarak potong Pengukuran Daya Saing Produk Domestik terhadap Produk lmpor berdasarkan Struktur Biaya dan Harga Irnpor. Untuk mengukur daya saing harga gula domestik terhadap harga gula impor digunakan konsep keseimbangan jangka pendek (short fun equilibrium). Pengukuran daya saing berdasarkan struktur biaya dan harga impor sebagai pengembangan dari keseimbangan jangka pendek yang dikemukakan Koutsoyiannis (1 982) dapat dijelaskan dengan Gambar 1. Pw Sw PIC SMC Pw Pw Dw 0 Yw Y (output) 0 Yw Y (output) Keseimbangan Pasar Dunia Struktur Biaya (Jangka Pendek) Produk lmpor Produk Domestik Gambar 1 : Kuwa Pengukuran Daya Saing berdasarkan Struktur Biaya Produk Domestik dengan Harga Produk Impor.

10 Dari Gambar 1 dapat dikemukakan hal-hal berikut ini : I. Bila Pw (harga dunia) lebih tinggi dibandingkan SATC, berarti produk domestik dapat bersaing dengan produk impor. 2. Bila Pw berada diantara SAVC dan SATC, industri produk domestik dapat melanjutkan produksinya, karena dapat menutup biaya tidak tetap meskipun belum dapat menutup biaya tetap. 3. Bila Pw sama dengan SAVC, pada Gambar 3 adalah titik W, kondisi ini disebut the closing 4. Bila Pw lebih rendah dari SAVC, industri produk domestik tidak dapat bersaing dengan produk impor, closing down atau tutup Model Analisis Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adafah model fungsi biaya translog karena dapat menjelaskan efisiensi biaya produksi gula. Model fungsi biaya tidak tetap translog multi-output yang digunakan dalam penelitian adalah :

11 dimana Cv adalah total biaya tidak tetap, Y adalah output, X adalah harga input tidak tetap dan F adalah biaya input tetap. Dalam penggunaan model fungsi biaya translog di atas, digunakan tiga input tidak tetap, yaitu harga tebu giling, harga bahan bakar dan upah tenaga keja. Terdapat dua input tetap, yaitu manajemen dan penyusutan. Output terdiri dari dua jenis, yaitu gula dan tetes. Selain itu digunakan enam variabel dummy yaitu status perusahaan (Dl), kapasitas giling (D2, D3), tokasi pabrik gula (D4), jenis proses pabrikasi (D5) dan rendemen yaitu hablur persen tebu (D6) yang diduga memberikan pengaruh terhadap besarnya total biaya tidak tetap. Label dalam model adalah sebagai berikut : (1) Y1 = produksi gula (ton), (2) Y2 = produksi tetes (ton), (3) XI = harga tebu giling (Rpfkg), (4) X2 = harga bahan bakar (Rplkg), (5) X3 = upah tenaga kerja (Rpltahun). (6) F1= biaya manajemen (dalam ribu rupiah), dan (7) F2 = biaya penyusutan (dalam ribu rupiah). Untuk mengetahui pengaruh tiap variabel dummy terhadap total biaya tidak tetap, dilakukan pendugaan parameter fungsi biaya translog dengan memasukkan hanya satu variabel dummy ke dalam fungsi biaya. Dengan demikian pengujian pengaruh variabel dummy terhadap total biaya tidak tetap dilakukan secara parsial. Variabel-variabel dummy yang memberikan pengaruh nyata terhadap total biaya tidak tetap dirnasukkan lagi ke dalam fungsi biaya terakhir untuk diuji pengaruhnya secara simultan terhadap total biaya tidak tetap. Variabel-variabel dummy yang tidak memberikan pengaruh nyata tidak diikutsertakan dalam model

12 fungsi biaya terakhir. Model fungsi biaya translog terakhir digunakan untuk menganalisis aspek-aspek yang tercakup dalam tujuan penelitian Prosedur Pendugaan Parameter Model Untuk menguji kenorrnalan model digunakan Chi Square Goodness of Fit. Untuk mengetahui adanya multikolinier digunakan indikator indeks kondisi (condition index). Menurut Besley, jika indeks kondisi lebih dari 30, maka multikolinier yang terjadi sudah menjadi rnasalah. Pengujian ekonometrika selanjutnya adalah pengujian korelasi kontemporaneous untuk melihat keterkaitan antara variabel bebas yang satu dengan yang lainnya. Pengujian ini dilakukan dengan metode yang disarankan Breusch dan Pagan (1980). Bila terdapat contemporaneous correlation maka pendugaan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien. Oleh karena itu untuk menghindari adanya korelasi kontemporaneous, digunakan model pendugaan Zellner (1963), yaitu Seemingly Unrelated Regression (SUR), berdasarkan pendugaan regresi tiga tahap (3 SLS). Keuntungan menggunakan metode SUR selain menghindari korelasi kontemporaneous dan lebih efisien, dalam pendugaannya dapat dimasukkan pembatasan (restricted) antara persamaan yang satu dengan persamaan yang lain.

13 6.6. Pendugaan Keragaan Ekonomi Pabrik Gula Dakam pembahasan keragaan ekonomi pabrik gula dikemukakan : (I) Pendugaan parameter fungsi pangsa perrnintaan input tidak tetap, (2) Elastisitas perrnintaan input tidak tetap, (3) Elastisitas substitusi input tidak tetap, (4) Economies of Scope (EOS). (5) Skala usaha, dan (6) Efisiensi relatif. Dalam pembahasan pengukuran keragaan ekonomi tersebut di atas digunakan model fungsi biaya translog seperti yang telah dikemukakan di atas Pendugaan Parameter Fungsi Pangsa Permintaan Input Tidak Tetap Teori neoklasik menyatakan bahwa matriks dari turunan kedua dari persamaan fungsi biaya di atas adalah simetris. Selain itu fungsi biayanya adalah homogen berderajat satu terhadap harga-harga input. Restriksirestriksi tersebut dipaksakan (be imposed) untuk pendugaan parameter. Penurunan fungsi biaya logaritma dengan menggunakan Shephard Lemma menghasilkan persamaan pangsa biaya untuk tiap input tidak tetap : +x si = a/ncv,almi = pi +x pil IM~ i= 7 r= 7 k= 7 j=1,2,3; r=l, 2, 3 dan k=l, 2). sir In Y, + Oil, Inh; ( i=l, 2, 3; dimana Si adalah proporsi dari total biaya tidak tetap yang dibelanjakan untuk input tidak tetap ke i. Satu dari persamaan-persamaan pangsa

14 dihilangkan untuk pendugaan karena hanya dua dari tiga persamaan independen linear (Christensen dan Greene,?976). Wain itu rnemaksa tingkat hornogen berderajat satu dari harga-harga input rnenjadi numeraire price Erastisitas Pennintaan Input Tidak Tetap Elastisitas permintaan input tidak tetap terhadap perubahan harga input sendiri : pi Eii = Si ; i = 1, 2, 3. Si Elastisitas permintaan input tidak tetap terhadap perubahan harga input tidak tetap lain atau harga silang. - Eij=Sj + - ; untuksemuai, j(i#jl si Elastisitas Substitusi Input Tidak Tetap Elastisitas Elastisitas substitusi antar input tidak tetap dihitung dengan rumus : Economies Of Scope Economies of Scope (EOS) dihitung dengan rumus :

15 EOS = 2 C C v (Yi) - Cv 0') i= I C" (V) ;i=1,2. Economies of Scope tercapai bila nilai EOS lebih besar dari nol Skala Usaha Pengukuran skala usaha atau Multiproduct Scale Economies (MPSE) dihitung dengan rumus : 2 MPSE = I - C a? nc, (Y) i=l / anyi. Multiproduct scale economies tercapai bila MPSE lebih besar dari nol Efisiensi Relatif. Pendugaan tingkat efisiensi relatif dilakukan dengan melihat pergeseran intersep dari persamaan biaya. Pada nilai intersep yang lebih rendah menggambarkan tingkat yang lebih efisien, karena pada tingkat keluaran (output) dan harga yang sama, dibutuhkan jumlah faktor produksi yang lebih rendah. Dalam studi ini analisa dilakukan untuk melihat perbedaan efisiensi relatif berdasarkan lima golongan, yaitu : Pertama, membandingkan tingkat efisiensi antar status perusahaan, untuk melihat pengaruh kepemilikan perusahaan yaitu kepemilikan swasta dan kepemilikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terhadap total biaya tidak tetap. Ke dua,

16 membandingkan perbedaan antar kapasitas giling pabrik gula, untuk melihat pengaruh kapasitas giling kecil, kapasitas giiing sedang dan kapasitas giling tinggi terhadap total biaya tidak tetap. Ke tiga, perbedaan efisiensi antar lokasi pabrik gula, yaitu di Jawa dan di luar Jawa. Ke empat, untuk melihat perbedaan efisiensi pabrik gula dafam ha1 perbedaan proses pabrikasi antara proses sulfitasi dan karbonatasi. Ke lima, untuk melihat perbedaan efisiensi biaya produksi gula dalam ha1 perbedaan rendemen.

INFORMASI YANG BISA DIAMBIL DARI BIPLOT

INFORMASI YANG BISA DIAMBIL DARI BIPLOT ANALISIS BIPLOT PENGANTAR Biplot diperkenalkan pertama kali oleh Gabriel (1971) sehingga sering disebut sebagai Gabriel s biplot. Metode ini tergolong dalam analisis eksplorasi peubah ganda yang ditujukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa Analisis biplot merupakan suatu upaya untuk memberikan peragaan grafik dari matriks data dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi

Lebih terperinci

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 13 Peubah Ganda

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 13 Peubah Ganda STK511 Analisis Statistika Pertemuan 13 Peubah Ganda 13. Peubah Ganda: Pengantar Pengamatan Peubah Ganda Menggambarkan suatu objek tidak cukup menggunakan satu peubah saja Kasus pengamatan peubah ganda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol 3 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan analisis statistika peubah ganda yang digunakan untuk menggerombolkan n buah obyek. Obyek-obyek tersebut mempunyai p buah peubah. Penggerombolannya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis TINJAUAN PUSTAKA Diagram Kotak Garis Metode diagram kotak garis atau boxplot merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran dan kemiringan pola

Lebih terperinci

PENGGAMBARAN KONDISI PSIKOGRAFIS ATAU PERILAKU MASYARAKAT KOTA BOGOR TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT

PENGGAMBARAN KONDISI PSIKOGRAFIS ATAU PERILAKU MASYARAKAT KOTA BOGOR TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT PENGGAMBARAN KONDISI PSIKOGRAFIS ATAU PERILAKU MASYARAKAT KOTA BOGOR TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT AMIRUDIN * ABSTRAK Pengetahuan kondisi Psikografis atau perilaku masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran??

TINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran?? TINJAUAN PUSTAKA Data Disagregat dan Agregat Berdasarkan cara pengumpulannya, data dapat dibedakan atas data internal dan data eksternal. Data internal berasal dari lingkungan sendiri sedangkan data eksternal

Lebih terperinci

Ill. DESKRlPSl USAHA PABRIK GULA

Ill. DESKRlPSl USAHA PABRIK GULA Ill. DESKRlPSl USAHA PABRIK GULA Dalam bab ini dikemukakan keragaan usaha pabrik gula untuk mernberikan rnasukan mengenai perspektif biaya produksi di pabrik gula. Sebelum perspektif biaya pabrik gula

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 17 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS 10 PENDAHULUAN Latar Belakang Biplot merupakan metode eksplorasi analisis data peubah ganda yang dapat memberikan gambaran secara grafik tentang kedekatan antar objek, keragaman peubah, korelasi antar

Lebih terperinci

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya)

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya) (M.2) ANALISIS BIPLOT UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR PADA MASYARAKAT MISKIN ANTAR WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN OGAN ILIR Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan TINJAUAN PUSTAKA Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan memodelkan hubungan diantara peubah-peubah, yaitu peubah tak bebas (respon) dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Dalam memahami pelajaran di sekolah siswa mungkin saja mengalami kesulitan dalam memahaminya. Hal ini dapat dikarenakan metode pembelajaran

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari seringkali dijumpai sesuatu hal yang banyak melibatkan sejumlah variabel yang antar variabel saling berpengaruh, hal semacam ini akan lebih mudah diinterpretasikan

Lebih terperinci

BAB. IX ANALISIS REGRESI FAKTOR (REGRESSION FACTOR ANALYSIS)

BAB. IX ANALISIS REGRESI FAKTOR (REGRESSION FACTOR ANALYSIS) BAB. IX ANALII REGREI FAKTOR (REGREION FACTOR ANALYI) 9. PENDAHULUAN Analisis regresi faktor pada dasarnya merupakan teknik analisis yang mengkombinasikan analisis faktor dengan analisis regresi linier

Lebih terperinci

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb Douglas. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Statistika Multivariat Analisis statistika multivariat adalah teknik-teknik analisis statistik yang memperlakukan sekelompok variabel terikat yang saling berkorelasi sebagai

Lebih terperinci

diungkapkan yang terkait dengan pabrik gula di Jawa, yaitu (1) pasokan usahatani tebu. Sedangkan masalah utama yang dihadapi pabrik gula di

diungkapkan yang terkait dengan pabrik gula di Jawa, yaitu (1) pasokan usahatani tebu. Sedangkan masalah utama yang dihadapi pabrik gula di I. PENDAHULUAN I 1 Latar Belakang Sekurang-kurangnya ada tiga masalah utama yang perlu diungkapkan yang terkait dengan pabrik gula di Jawa, yaitu (1) pasokan bahan baku tebu, (2) biaya produksi gula, dan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS EFlSlENSl BlAYA PRODUKSI GULA

VII. ANALISIS EFlSlENSl BlAYA PRODUKSI GULA VII. ANALISIS EFlSlENSl BlAYA PRODUKSI GULA Dalam bab ini disajikan dan dibahas nilai-nilai hasil pendugaan model fungsi biaya translog dari pendekatan multi-input, multioutput terhadap keragaan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Komponen Utama 211 Pengantar Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari tulisan Karl Pearson pada tahun 1901 untuk peubah non-stokastik Analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi linear, metode kuadrat terkecil, restriksi linear, multikolinearitas, regresi ridge, uang primer, dan koefisien

Lebih terperinci

Company LOGO ANALISIS BIPLOT

Company LOGO ANALISIS BIPLOT Company LOGO ANALISIS BIPLOT Pendahuluan Company name Data : ringkasan berupa nilai beberapa peubah pada beberapa objek Objek n Nilai Peubah X X.. Xp Company name Penyajian Data dalam bentuk matriks =

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi

TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi TINJAUAN PUSTAKA Persepsi Persepsi adalah peubah konsep dalam psikologi. Menurut Gulo (1982) dalam kamus psikologinya persepsi adalah suatu proses dimana seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemenelemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom berbentuk

Lebih terperinci

Hipotesis 4 METODE PENELITIAN Lokasi, Waktu, dan Metode Penelitian

Hipotesis 4 METODE PENELITIAN Lokasi, Waktu, dan Metode Penelitian 24 kapasitas produksi. Usia mesin berdasarkan rekomendasi peneliti antara lain: Wongkeawchan et al. 2002. Peneliti tersebut menunjukkan mesin berusia tua menurunkan efisiensi pabrik gula nasional. Kapasitas

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak 24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Data tersebut didapat dari beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini berisi tentang perkembangan oleokimia dan faktor apa saja yang memengaruhi produksi olekomian tersebut. Perkembangan ekspor oleokimia akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usaha ternak ayam adalah usaha yang membudidayakan ayam ras pedaging probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Toserba xxx dengan meneliti posisi produk dan preferensi konsumen kacang garing Garuda. Terdapat berbagai macam merek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara sederhana, ekonometrika berarti pengukuran indikator ekonomi. Meskipun pengukuran secara kuantitatif terhadap konsep konsep ekonomi seperti produk domestik

Lebih terperinci

PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA. Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA. Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Multikolinearitas yang tinggi diantara peubah-peubah bebas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Korelasi Kanonik

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Korelasi Kanonik 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Korelasi Kanonik Menurut Gittins (1985) analisis korelasi kanonik adalah salah satu teknik analisis statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antara segugus peubah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks BAB II KAJIAN TEORI Pada bab II akan dibahas tentang materi-materi dasar yang digunakan untuk mendukung pembahasan pada bab selanjutnya, yaitu matriks, kombinasi linier, varian dan simpangan baku, standarisasi

Lebih terperinci

karakteristik Kualitas Pengajar Berdasarkan Faktor Mutu Pelayanan di Jurusan Matematika FMIPA UNSRAT Menggunakan Analisis Biplot

karakteristik Kualitas Pengajar Berdasarkan Faktor Mutu Pelayanan di Jurusan Matematika FMIPA UNSRAT Menggunakan Analisis Biplot JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 2 (1) 29-33 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo karakteristik Kualitas Pengajar Berdasarkan Faktor Mutu Pelayanan di Jurusan Matematika FMIPA UNSRAT

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja kantor Bank Rakyat Indonesia Cabang Bogor (nasabah Bank Rakyat Indonesia dijadikan sebagai responden).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan A. Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian adalah di Kawasan SWP Gerbangkertosusila Plus yang terdiri dari 12 Kabupaten/Kota yaitu: Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik,

Lebih terperinci

KOMBINASI TINGKAT PENGGUNAAN MASUKAN YANG MEMAKSIMUMKAN KEUNTUNGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN BREBES, JAWA TENGAH

KOMBINASI TINGKAT PENGGUNAAN MASUKAN YANG MEMAKSIMUMKAN KEUNTUNGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN BREBES, JAWA TENGAH KOMBINASI TINGKAT PENGGUNAAN MASUKAN YANG MEMAKSIMUMKAN KEUNTUNGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN BREBES, JAWA TENGAH Oleh: Adreng Purwoto dan Muchjidin Rachmato Abstrak Tulisan ini melihat tingkat

Lebih terperinci

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI 214 MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI Astri Fitria Nur ani Aljabar Linear 1 1/1/214 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I MATRIKS DAN SISTEM PERSAMAAN A. Pendahuluan... 1 B. Aljabar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk menganalisis data dengan lebih dari satu peubah bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk menganalisis data dengan lebih dari satu peubah bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Peubah Ganda Analisis peubah ganda merupakan salah satu jenis analisis statistika yang digunakan untuk menganalisis data dengan lebih dari satu peubah bebas (independen

Lebih terperinci

Analisis Regresi 2. Multikolinier & penanganannya

Analisis Regresi 2. Multikolinier & penanganannya Analisis Regresi 2 Pokok Bahasan : Multikolinier & penanganannya TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Mahasiswa dapat menjelaskan adanya multikolinieritas pada regresi linier berganda serta prosedur penanganannya

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN: APLIKASI SISTEM PERSAMAAN SEEMINGLY UNRELATED REGRESSIONS PADA MODEL PERMINTAAN PANGAN Kim Budiwinarto 1 1 Progdi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta Abstrak Fenomena ekonomi yang kompleks

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 71-81, Agustus 2001, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 71-81, Agustus 2001, ISSN : PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Multikolinearitas yang tinggi diantara peubah-peubah bebas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula 2.1.1 Subsistem Input Subsistem input merupakan bagian awal dari rangkaian subsistem yang ada dalam sistem agribisnis. Subsistem ini menjelaskan pasokan kebutuhan

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN KURIKULUM SISTEM MAYOR-MINOR PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA (S1) INSTITUT PERTANIAN BOGOR DICKY PRATAMA YENDRA

EVALUASI PELAKSANAAN KURIKULUM SISTEM MAYOR-MINOR PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA (S1) INSTITUT PERTANIAN BOGOR DICKY PRATAMA YENDRA EVALUASI PELAKSANAAN KURIKULUM SISTEM MAYOR-MINOR PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA (S1) INSTITUT PERTANIAN BOGOR DICKY PRATAMA YENDRA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III MODEL REGRESI DATA PANEL. Pada bab ini akan dikemukakan dua pendekatan dari model regresi data

BAB III MODEL REGRESI DATA PANEL. Pada bab ini akan dikemukakan dua pendekatan dari model regresi data BAB III MODEL REGRESI DATA PANEL Pada bab ini akan dikemukakan dua pendekatan dari model regresi data panel, yaitu pendekatan fixed effect dan pendekatan random effect yang merupakan ide pokok dari tugas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi Biplot Kanonik dan Analisis Procrustes dengan Mathematica Biplot biasa dengan sistem perintah telah terintegrasi ke dalam beberapa program paket statistika seperti SAS,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan membentuk kombinasi linear

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri atas Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sektor perekonomian yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap.

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap. 7 II. LANDASAN TEORI 1. Konsep Pendapatan Pendapatan tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai. Pendapatan tunai merupakan ukuran kemampuan usaha dalam menghasilkan uang tunai.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang diperoleh dari beberapa lembaga dan instansi pemerintah,

Lebih terperinci

Fajar Ropi BINUS UNIVERSITTY, Jakarta, Indonesia, Abstrak. Seiring dengan berjalannya waktu persaingan dan kompetisi untuk meraih

Fajar Ropi BINUS UNIVERSITTY, Jakarta, Indonesia, Abstrak. Seiring dengan berjalannya waktu persaingan dan kompetisi untuk meraih Analisis Sikap DAN Faktor Pemilihan Perguruan Tinggi Swasta Jakarta Berbasis Komputer Menggunakan Model Fishbein dan Biplot (Studi kasus : SMA Kota Bogor) Fajar Ropi BINUS UNIVERSITTY, Jakarta, Indonesia,

Lebih terperinci

Analisis Peubah Ganda

Analisis Peubah Ganda Analisis Peubah Ganda Analisis Komponen Utama Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si Pengamatan Peubah Ganda - memerlukan sumberdaya lebih, dalam analisis - informasi tumpang tindih pada beberapa peubah Apa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dipaparkan beberapa teori pendukung yang digunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dipaparkan beberapa teori pendukung yang digunakan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dipaparkan beberapa teori pendukung yang digunakan dalam proses analisis klaster pada bab selanjutnya. 2.1 DATA MULTIVARIAT Data yang diperoleh dengan mengukur

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Sampel, Sumber Data dan Pengumpulan Data Penelitian kali ini akan mempergunakan pendekatan teori dan penelitian secara empiris. Teori-teori yang dipergunakan diperoleh

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang,

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data

4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data 29 4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahunan deret waktu (time series), dari tahun 1985 hingga 2011. Adapun sumbersumber

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA TIMUR

PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA TIMUR Jur. Ris. & Apl. Mat. I (207), no., xx-xx Jurnal Riset dan Aplikasi Matematika e-issn: 258-054 URL: journal.unesa.ac.id/index.php/jram PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan yang memungkinkan dilakukannya proses

Lebih terperinci

BAB III. Model Regresi Linear 2-Level. Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat

BAB III. Model Regresi Linear 2-Level. Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat BAB III Model Regresi Linear 2-Level Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat linear. Untuk data berstruktur hirarki 2 tingkat, analisis regresi yang dapat digunakan adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yang menggunakan data numerik atau angka-angka. Metode deskriptif yaitu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. pembesaran lele dumbo CV Jumbo Bintang Lestari, yang terletak di daerah Desa

IV. METODE PENELITIAN. pembesaran lele dumbo CV Jumbo Bintang Lestari, yang terletak di daerah Desa IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi kasus penelitian ini dilakukan pada perusahaan perikanan usaha pembesaran lele dumbo CV Jumbo Bintang Lestari, yang terletak di daerah Desa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 13), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.. Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Pemilihan kecamatan dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu :

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Salah satu yang mempengaruhi kualitas penelitian adalah kualitas data yang dikumpulkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian 28 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif kuantitatif. Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan Indonesia sebagai komoditas khusus (special products) dalam forum perundingan Organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, BAB III METODELOGI PENELTIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini meliputi seluruh wilayah atau 33 provinsi yang ada di Indonesia, meliputi : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan pendekatan umum untuk membangun topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode penelitian merupakan sistem atas peraturan-peraturan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Plot jenis pengamatan pencilan.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Plot jenis pengamatan pencilan. TINJAUAN PUSTAKA Pencilan Aunuddin (1989) mendefinisikan pencilan sebagai nilai ektstrim yang menyimpang agak jauh dari kumpulan pengamatan lainnya, yang secara kasar berada pada jarak sejauh tiga atau

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran

3. METODE. Kerangka Pemikiran 25 3. METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu serta mengacu kepada latar belakang penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka dapat dibuat suatu bentuk kerangka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan 49 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup seluruh pengertian yang digunakan untuk keperluan analisis dan menjawab tujuan yang telah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air, dan tenaga kerja.

III. METODE PENELITIAN. yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air, dan tenaga kerja. III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan variabel terikat yaitu PDRB, dan variabel bebas yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

SKALA USAHA P ADA PERKEBUNAN KELAPA SA WIT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGEMBANGAN PERKEBUNAN RAKYAT 1 > Oleh: Bungaran Saragih 2 >

SKALA USAHA P ADA PERKEBUNAN KELAPA SA WIT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGEMBANGAN PERKEBUNAN RAKYAT 1 > Oleh: Bungaran Saragih 2 > SKALA USAHA P ADA PERKEBUNAN KELAPA SA WIT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGEMBANGAN PERKEBUNAN RAKYAT 1 > Oleh: Bungaran Saragih 2 > Abstrak Informasi mengenai keadaan skala usaha penting untuk pengambilan

Lebih terperinci

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Junaidi, Junaidi (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi) Tulisan ini membahas simulasi/latihan analisis Input-Output (I-O) dengan

Lebih terperinci

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional 83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. hubungan antar variabel tersebut dirumuskan dalam hipotesis penelitian, yang akan diuji

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. hubungan antar variabel tersebut dirumuskan dalam hipotesis penelitian, yang akan diuji BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksplanatif asosiatif, di mana hubungan antar variabel tersebut dirumuskan dalam hipotesis penelitian,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tingkat kabupaten/kota tahun 2010, yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian

Lebih terperinci

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

Bab IV. Metode dan Model Penelitian Bab IV Metode dan Model Penelitian 4.1 Spesifikasi Model Sesuai dengan tinjauan literatur, hal yang akan diteliti adalah pengaruh real exchange rate, pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi Jepang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Pada lokasi penelitian ini diambil pada Kabupaten/Kota yang terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kota di Provinsi Jawa tengah dengan variabel penelitian pertumbuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor ini dilakukan di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

Pemetaan Status Gizi Balita Terhadap Kecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Trenggalek Dengan Metode Analisis Korespondensi

Pemetaan Status Gizi Balita Terhadap Kecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Trenggalek Dengan Metode Analisis Korespondensi Pemetaan Status Gizi Balita Terhadap Kecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Trenggalek Dengan Metode Analisis Korespondensi Oleh : Teguh Purianto (0 09 06) Dosen Pembimbing : Wibawati, S.Si., M.Si. ABSTRAK Anak

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 3.2 Metode Analisis Data 3.2.1 Analisis Weighted

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bebas digunakan jarak euclidean - sedangkan bila terdapat. korelasi antar peubah digunakan jarak mahalanobis - -

TINJAUAN PUSTAKA. bebas digunakan jarak euclidean - sedangkan bila terdapat. korelasi antar peubah digunakan jarak mahalanobis - - 3 TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan salah satu metode analisis peubah ganda yang bertujuan untuk mengelompokkan objek kedalam kelompok kelompok tertentu yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi deposito mudharabah bank syariah di Indonesia. Ada beberapa faktor

Lebih terperinci