Hipotesis 4 METODE PENELITIAN Lokasi, Waktu, dan Metode Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hipotesis 4 METODE PENELITIAN Lokasi, Waktu, dan Metode Penelitian"

Transkripsi

1 24 kapasitas produksi. Usia mesin berdasarkan rekomendasi peneliti antara lain: Wongkeawchan et al Peneliti tersebut menunjukkan mesin berusia tua menurunkan efisiensi pabrik gula nasional. Kapasitas produksi juga layak ditempatkan pada faktor penentu efisiensi pabrik gula dimana peningkatan kapasitas produksi dapat meningkatkan efisiensi pabrik gula (Ferrantino et al. 1995). Lokasi pabrik gula juga berpengaruh efisiensi pabrik gula. Pabrik gula dominan berada di Jawa karena lahannya subur yang berpengaruh pada produktivitas lahan dan akhirnya berpengaruh terhadap efisiensi pabrik gula. Penelitian lain di India juga menunjukkan bahwa pabrik gula yang berada di wilayah barat lebih efisien daripada di wilayah tengah dan timur karena wilayah barat memiliki lahan yang subur untuk menanam tebu (Singh 2007). Hanya saja penelitian tersebut tidak menunjukkan pengaruh terhadap efisiensi secara statistik. Rasio rendemen tebu rakyat dan sendiri juga berpengaruh terhadap efisiensi pabrik gula. Hal tersebut berdasarkan jadwal tanam dan jadwal giling tidak serentak jika menggunakan tebu dominan milik rakyat sehingga berpengaruh terhadap efisiensi. Selain itu, rekomendasi penelitian Ferrantino et al. (1995) yang menggunakan rendemen tebu dalam penelitiannya. Peneliti tersebut menunjukkan rendemen tebu berhubungan positif terhadap efisiensi pabrik gula. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran maka dapat disusun hipotesis pada penelitian ini, yaitu: 1. Pabrik gula akan efisien jika input (tebu, tenaga kerja, kapasitas produksi, dan bahan bakar) yang digunakan relatif rendah daripada pabrik gula yang tidak efisien. Penggunaan input tersebut akan ditinjau berdasarkan kapasitas produksi, usia mesin, dan lokasi pabrik gula. Pabrik gula yang tidak efisien akan dianjurkan mengurangi pengurangan input pada model DEA sehingga target penggunaan input pada pabrik gula efisien dapat dicapai oleh pabrik gula tidak efisien. 2. Usia mesin yang relatif tua dan rendemen tebu rakyat akan menurunkan efisiensi pabrik gula sedangkan peningkatan kapasitas produksi dan rasio tebu rakyat akan meningkatkan efisiensi pabrik gula. 4 METODE PENELITIAN Lokasi, Waktu, dan Metode Penelitian Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu pabrik gula di Indonesia. Pabrik gula tersebut dikuasai oleh pemerintah melalui BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dan swasta. Semua pabrik gula tersebut berperan untuk mengolah tebu milik petani maupun tebu sendiri (pabrik gula) yang kemudian diolah menjadi gula untuk konsumsi masyarakat. Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai November Metode penelitian dilakukan dengan sensus.

2 25 Metode Pengambilan Sampel dan Teknik Pengambilan Data Populasi pabrik gula nasional berjumlah 60 pabrik dimana pabrik gula negara berjumlah 51 pabrik dan pabrik gula swasta berjumlah 9 pabrik. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive pada pabrik gula yang mengijinkan penelusuran data. Pabrik gula yang bersedia mengijinkan penelusuran data berjumlah 26 pabrik gula. Pabrik gula yang tidak mengijinkan penelusuran data karena ada beberapa pertimbangan, yaitu: jadwal pengumpulan data tepat pada jadwal penggilingan gula di pabrik sehingga dikhawatirkan akan menggangu proses produksi dan sifat kerahasiaan data yang sangat sensitif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melalui wawancara terhadap seseorang yang berwenang untuk mengeluarkan data yang diperlukan pada penelitian. Tabel 6 Pangsa produksi gula dan gula tetes pada sampel pabrik gula tahun Produksi gula (ribu ton) Produksi gula tetes (ribu ton) Sampel Pangsa Sampel Pangsa Tahun pabrik gula Indonesia (persen) pabrik gula Indonesia (persen) , , , , , , , , , , , , , , , , , , Rata-rata 1, , , Diolah dari Lampiran 1 dan Tabel 1 Pangsa produksi sampel pabrik gula dari tahun 2006 sampai tahun 2011 disajikan pada Tabel 6. Pabrik gula yang berjumlah 26 pabrik mempunyai ratarata pangsa produksi gula sebesar persen dari total produksi gula Indonesia. Pangsa produksi gula tetes pada pabrik gula tersebut sebesar persen dari total produksi gula Indonesia. Kedua pangsa produksi tersebut sudah di atas persen sehingga layak menjadi gambaran produksi gula di Indonesia. Data dari pabrik gula tersebut akan diklasifikan berdasarkan kapasitas produksi, usia mesin, dan kepemilikan tebu. Pabrik gula berdasarkan kapasitas produksi akan dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: pabrik gula kapasitas produksi di bawah 3000 ton tebu hari (kapasitas kecil), pabrik gula kapasitas produksi di bawah 3000 tetapi di atas 5000 ton tebu hari (kapasitas sedang), dan pabrik gula kapasitas di atas 5000 ton tebu hari (kapasitas besar). Pabrik gula berdasarkan usia mesin dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: pabrik gula usia mesin di bawah 30 tahun dan pabrik gula usia mesin di atas 30 tahun. Pabrik gula usia mesin di bawah 30 tahun pada penelitian ini berjumlah enam pabrik gula yang terdapat pada pabrik gula bernomor 1, 2, 8, 18, 22, dan 26. Sisanya pabrik gula usia mesin di atas 30 tahun. Asumsi usia 30 tahun tersebut diambil dari pernyataan ISO (2005) yang menyatakan pabrik gula di negara produsen mulai mengganti mesin sekitar 30 tahun yang lalu untuk menghemat penggunaan bahan bakar.

3 26 Pabrik gula berdasarkan lokasi akan dibagi kedalam dua kelompok, yaitu: pabrik gula Jawa dan luar Jawa. Pabrik gula luar Jawa berjumlah tiga pabrik yang terletak pada pabrik gula bernomor 3, 6, dan 26. Sisanya pabrik gula Jawa berjumlah 23 pabrik gula yang terletak selain dari pabrik gula bernomor di atas. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah data time series. Data time series yang akan digunakan pada penelitian ini adalah data tenaga kerja, tebu, bahan bakar, kapasitas produksi, gula, dan gula tetes. Rentang waktu data time series dari tahun 2006 sampai tahun Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder (secondary data sources). Sumber data sekunder adalah data yang telah dipublikasikan dan dikumpulkan untuk tujuan penelitian yang sedang dilakukan. Sumber data sekunder dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: sumber internal dan eksternal. Sumber data internal adalah data yang dikumpulkan berasal dari pabrik gula yang telah mengijinkan penelusuran data dilakukan sedangkan data eksternal adalah data yang dikumpulkan berasal dari luar pabrik gula yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Data sekunder dari internal dan eksternal akan disajikan berdasarkan nomor dan bukan nama pabrik gula supaya sesuai dengan etika penulisan mengenai perusahaan. Sumber data sekunder eksternal, yaitu: 1. Statistik Perkebunan Indonesia, Tebu, diterbitkan oleh Ditjenbun 2. Statistik Produksi Gula diterbitkan oleh Dewan Gula Indonesia (DGI) dan Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Model dan Analisis Data Analisis Efisiensi Teknis Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model data envelopment analysis (DEA). Spesifikasi pertama berhubungan dengan pemilihan variabel input dan output pada model DEA. Jenis input atau output pada umunya dibedakan atas dua, yaitu: input atau output yang dapat dikontrol (controllable) atau sering disebut dengan discretionary input atau output sedangkan input atau output yang tidak dapat dikontrol (uncontrollable) atau sering disebut dengan non-discretionary input atau output. Contoh discretionary input adalah jumlah tenaga kerja, tebu, dan lain-lain sedangkan contoh non-discretionary input adalah kualitas tenaga kerja, tebu, dan lain-lain. Permasalahan yang sering terjadi pada penanganan variabel nondiscretionary input dimana banyak peneliti memiliki sudut pandang bahwa input yang tidak dikontrol harus dilakukan modifikasi input supaya input tersebut dapat diukur (dikontrol). Contoh modifikasi input pada kualitas tenaga kerja terletak pada tenaga kerja yang dikatakan ahli atau terdidik apabila sudah menyelesaikan pendidikan di universitas dan sebaliknya. Modifikasi input tersebut akan memudahkan pengukuran input dalam penelitian. Modifikasi input tersebut ternyata tidak diijinkan oleh peneliti lain karena hasil penelitian akan menyimpang (bias). Penyimpangan terjadi ketika menentukan kualitas tenaga kerja yang baik atau tidak dimana ada beberapa

4 peneliti yang menyebutkan kualitas tenaga kerja dinilai dari latar belakang pendidikan tetapi penelitian lain menyebutkan kualitas tenaga kerja diniliai dari kemampuan tenaga kerja dalam melakukan adopsi teknologi input lainnya atau melakukan inovasi. Perbedaan sudut pandang tersebut akan membuat seorang peneliti kesulitan melakukan penelitian lebih lanjut atau kebenaran dari penelitian tersebut. Boussofiane et al. (1991) dan Coelli et al. (1998) menyarankan seorang peneliti yang menggunakan discretionary input supaya masalah modifikasi input yang tergantung dari sudut pandang peneliti tidak terjadi sehingga hasil penelitian yang dihasilkan mewakili keadaan sebenarnya. Input dan output yang dipilih pada penelitian ini tergolong pada discretionary input karena dapat dikontrol. Input yang digunakan oleh pabrik gula terdiri dari: jumlah tebu diukur dalam ton, tenaga kerja diukur dalam orang, kapasitas mesin penggiling tebu diukur dalam ton tebu per hari, dan bahan bakar diukur dalam ton. Input yang bermasalah dalam pengukuran hanya terletak pada bahan bakar karena masalah konversi satuan. Bahan bakar yang digunakan dalam pabrik gula ada dua yaitu ampas tebu dan solar akan tetapi ampas lebih banyak digunakan sebagai bahan bakar dari pada solar sehingga solar yang digunakan harus dikonversi ke ampas tebu melalui nilai massa kalor (panas). Ampas tebu memiliki nilai massa panas (kalor) setara 1777 kilo kalori per kilogram dan solar memiliki nilai massa panas setara 9270 kilo kalori per kilogram (Saechu 2012). Penyetaraan konversi dari kedua bahan bakar tersebut adalah satu ton ampas setara dengan 191 liter solar. Output yang digunakan oleh pabrik gula terdiri dari: gula diukur dalam ton dan gula tetes (molases) diukur dalam ton. Oleh karena itu, variabel input atau output yang dipilih telah sesuai dengan petunjuk Boussofiane et al. (1991) dan Coelli et al. (1998). Spesifikasi kedua berhubungan dengan pemilihan model DEA yang terdapat pada perangkat lunak (software) yang akan digunakan untuk menganalisis variabel input dan output. Model DEA dalam software DEAP 2.1 ada tiga, yaitu: DEA one-stage, DEA two-stage, dan DEA multi-stage. Peneliti menggunakan DEA multi-stage karena ada rekomendasi dari beberapa peneliti lain yang mengatakan DEA multi-stage lebih tepat digunakan karena ada beberapa faktor. Faktor pertama adalah identifikasi efisiensi dengan pendekatan DEA multi-stage sesuai dengan sumber inefisiensi dari proses produksi (pengolahan input menjadi output) yang dilakukan oleh perusahaan atau unit pengukuran dari setiap input atau ouput tidak bervariasi dengan model matematika yang dirumuskan oleh peneliti. Faktor kedua adalah kehadiran slack movement dan radial movement (pergerakan pengurangan input atau output) pada DEA multi-stage dari ukuran sampel yang besar akan terlihat dengan jelas atau menepis tanggapan bahwa kehadiran slack hanya terlihat pada ukuran sampel yang kecil. Radial movement adalah pengurangan input yang harus dilakukan sehingga perusahaan yang tidak efisien menjadi efisien. Slack movement adalah kondisi perusahaan yang sudah efisien versi radial movement untuk berubah menjadi lebih efisien. Manfaat dari slack sangat penting karena akan kelihatan alokatif inefisiensi dari suatu proses produksi yang terjadi pada setiap pabrik gula (Baker et al 2009). Efisiensi teknis pertama yang disajikan adalah efisiensi teknis keseluruhan (OTE). Efisiensi ini berdasarkan model DEA asumsi CRS (constant return to scale). Adapun model OTE sebagai berikut: 27

5 28 Kendala: Dimana: : efisiensi teknis input ; : penambahan (slack) output pabrik gula k ; : pengurangan (slack) input pabrik gula k ; : input pabrik gula k ; : kapasitas produksi (ton tebu per hari); : total tenaga kerja (orang); : total tebu (ton); : total bahan bakar (ton); : output pabrik gula k ; : total gula (ton); : total gula tetes (ton); : angka non-archimedean; : vektor pabrik gula k ; : target input; : target output Efisiensi produksi yang kedua adalah efisiensi teknis murni atau pure technical efficiency (PTE) berdasarkan model DEA asumsi VRS (variable return to scale). Penambahan persamaan pada persamaan (4.1) akan memperoleh nilai PTE yang disimbolkan dengan. Hal tersebut dilakukan karena DEA asumsi VRS memperhatikan kendala teknologi faktor produksi pabrik gula. Efisiensi produksi yang ketiga adalah skala efisiensi atau scale efficiency (SE). SE merupakan rasio antara efisiensi teknis keseluruhan (OTE) terhadap efisiensi teknis murni (PTE) dan bentuk persamaannya menjadi. Pengukuran efisiensi pada model DEA berdasarkan penggunaan input setiap pabrik gula. Pernyataan pabrik gula yang efisien dan tidak efisien berdasarkan input aktual yang dihubungkan dengan target input pada model DEA. Model untuk penggunaan input pabrik gula sebagai berikut: ; Dimana: : efisiensi teknis input; : target input; : input aktual pabrik gula k ; : pengurangan input; : target output; : output aktual pabrik gula k ; : penambahan output. Skala produksi bermanfaat untuk melihat daerah produksi pabrik gula nasional yang dilihat dari vektor pabrik gula. Vektor tersebut menandakan target penggunaan input pada pabrik gula yang tidak efisien atau efisien berdasarkan petunjuk penggunaan input dari pabrik gula yang efisien. Rumus skala produksi sebagai berikut:

6 29 Dimana: : target penggunaan input pada pabrik gula yang efisien: : penggunaan input pabrik gula yang efisien. Input tersebut akan diolah pada perangkat lunak DEAP 2.1 sesuai rekomendasi Coelli et al. (1998). Data yang diperoleh dari pabrik gula dari tahun 2006 sampai tahun 2011 akan diolah setiap tahunnya sehingga diperoleh penilaian efisiensi setiap tahun. Lampiran 10 menyajikan langkah yang dilakukan untuk mengolah data tersebut. Analisis Faktor Penentu Efisiensi Teknis Nilai efisiensi yang dikeluarkan oleh model DEA akan digunakan sebagai variabel dependen sedangkan faktor yang mempengaruhi efisiensi digunakan sebagai variabel independen. Variabel independen yang digunakan adalah rasio tebu rakyat terhadap total tebu, rasio staf terhadap tenaga kerja, usia mesin, dan jam berhenti produksi. Penyusunan model untuk variabel dependen dan independen berdarkan pabrik gula dan tahun. Model regresinya sebagai berikut: Jika: Dimana: : efisiensi teknis pabrik gula; : efisiensi teknis pabrik gula efisien; : rasio rendemen tebu rakyat dan sendiri (persen); : kapasitas produksi (ton tebu hari); : usia mesin (tahun); : lokasi tebu pabrik gula dimana variabel dummy pabrik gula Jawa adalah satu dan variabel dummy pabrik gula luar Jawa adalah nol; : komponen galat (error term); : komponen galat pabrik gula; : komponen galat tahun; i: pabrik gula (1,.,m); t: tahun (1,.,n) Model di atas merupakan model random effects. Model tersebut bermanfaat untuk mengamati komponen galat (error term) untuk menjelaskan variabel independen yang tidak dimasukkan ke dalam model, komponen nonlinearitas antara variabel dependen dan independen, kesalahan pengukuran pada saat observasi, dan kejadian yang sifatnya acak (Pyndick et al. 1998) Model random effects di estimasi dengan maximum likelihood estimator (MLE). MLE bermanfaat untuk mengestimasi pendugaan seluruh koefisien atau parameter ( ) kecuali, komponen galat ( ), varians dan. Estimasi tersebut ada dua uji, yaitu: uji z statistik dan likelihood ratio (LR). Uji z statistik bermanfaat untuk melihat pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen. Uji LR bermanfaat untuk melihat semua variabel independen secara serentak berpengaruh atau tidak pada variabel dependen. Perangkat lunak (software) untuk menganalisis faktor penentu efisiensi adalah STATA 12. Definisi Operasional Variabel Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan input, output, dependen, dan independen. Definisi operasional terdiri dari: 1. Variabel Input a. Kapasitas produksi

7 30 Kapasitas produksi yang digunakan adalah kapasitas giling inlusif. Kapasitas giling inklusif adalah kemampuan mesin menggiling dan mengolah tebu per hari pada saat mesin bekerja tanpa memperhitungkan jam berhenti mesin. Satuan yang digunakan adalah ton tebu hari. b. Tenaga kerja Tenaga kerja yang dimaksud adalah jumlah pegawai yang bekerja di lingkungan pabrik gula tanpa membedakan status tenaga kerja. Satuan yang digunakan pada tenaga kerja adalah orang. c. Tebu Tebu yang dimaksud adalah tebu yang dihasilkan oleh petani dan pabrik gula kemudian digiling di pabrik gula untuk menjadi gula yang diukur dengan ton. d. Bahan bakar Bahan bakar yang dimaksud adalah ampas dan solar yang digunakan oleh pabrik gula. Ampas tebu merupakan bahan bakar yang dominan digunakan oleh pabrik gula. Oleh karena itu, penambahan solar harus dikonversi ke dalam ampas. Standar konversi yang digunakan satu ton ampas setara dengan liter solar (Saechu 2012). Satuan yang dipakai pada bahan bakar adalah ton. 2. Variabel Output a. Gula Gula yang dihasilkan oleh setiap pabrik dari proses penggilingan tebu dinyatakan dalam ton. b. Gula Tetes Gula tetes merupakan produk sampingan dari gula. Satuan yang digunakan adalah ton. 3. Variabel Dependen Variabel yang termasuk variabel dependen merupakan nilai efisiensi yang dikeluarkan oleh model DEA. Nilai efisiensi model DEA yang mewakili efisiensi teknis yaitu efisiensi teknis keseluruhan (OTE). 4. Variabel Independen a. Rasio rendemen tebu rakyat dan sendiri. Rasio tersebut menunjukkan perbandingan antara rendemen tebu rakyat dan rendemen tebu sendiri. Rendemen tebu merupakan rasio antara bobot gula dan tebu. Satuan yang digunakan adalah persen. b. Usia mesin Usia mesin berdasarkan tahun mesin digunakan di pabrik gula nasional. Satuan usia mesin adalah tahun. c. Kapasitas produksi Kapasitas produksi yang digunakan adalah kapasitas giling inlusif. Kapasitas giling inklusif adalah kemampuan mesin menggiling dan mengolah tebu per hari pada saat mesin bekerja tanpa memperhitungkan jam berhenti mesin. Satuan yang digunakan adalah ton tebu hari. d. Lokasi pabrik gula Lokasi pabrik gula dibagi kedalam dua kelompok, yaitu pabrik gula Jawa dan luar Jawa. Variabel dummy untuk pabrik gula Jawa adalah satu sedangkan variabel dummy untuk pabrik gula luar Jawa adalah nol.

3 KERANGKA PEMIKIRAN. Konsep Efisiensi Produksi

3 KERANGKA PEMIKIRAN. Konsep Efisiensi Produksi 10 produsen. Kelemahan model tersebut menurut Coelli et al. (1998) dan Adiyoga (1999) yaitu: (1) Model tersebut sulit digunakan pada produsen yang menghasilkan dua output; (2) distribusi dari inefisiensi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pabrik gula merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia karena pabrik gula bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok, kebutuhan industri lainnya, dan penyedia

Lebih terperinci

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1 Oleh : AHMAD ZAINUDDIN DAFTAR ISI 2 APA ITU FRONTIER DAN DEA? KONSEP EFISIENSI KONSEP PENGUKURAN EFISIENSI PENDEKATAN PENGUKURAN EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR YANG

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.. Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Pemilihan kecamatan dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG Desy Cahyaning Utami* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: d2.decy@gmail.com ABSTRAK Komoditas jagung (Zea mays)

Lebih terperinci

Kata Kunci : Data Envelopment Analysis, Technical Efficiency, Scale Effficiency

Kata Kunci : Data Envelopment Analysis, Technical Efficiency, Scale Effficiency PENGUKURAN EFISIENSI JASA PELAYANAN STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi Kasus : SPBU G, SPBU K, SPBU S, SPBU J) Moses L. Singgih dan Viki Chandra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal yang tidak bias dipisahkan dari berbagai penelitian yang dilakukan. Objek penelitian merupakan sebuah sumber yang dapat memberikan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan. Pemilihan PT Saung Mirwan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

EFISIENSI PRODUKSI PABRIK GULA NASIONAL MANAOR BISMAR NABABAN

EFISIENSI PRODUKSI PABRIK GULA NASIONAL MANAOR BISMAR NABABAN EFISIENSI PRODUKSI PABRIK GULA NASIONAL MANAOR BISMAR NABABAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder yang diambil dari beberapa sumber, yaitu data Statistik Perbankan Syariah (SPS)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU,

BAB III METODOLOGI. Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU, BAB III METODOLOGI III. 1 Metode Pengukuran Efisiensi Perbankan Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU, hal ini terbukti dari jumlah penelitian yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.KERANGKA PENELITIAN Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada kebutuhan untuk melengkapi analisis benchmarking yang telah dilakukan sebelumnya oleh BUMIDA untuk menentukan

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL. ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL Peneliti: Fuat Albayumi, SIP., M.A NIDN 0024047405 UNIVERSITAS JEMBER DESEMBER 2015

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti efisiensi pada bank syariah dan bank konvensional yang ada di Indonesia. Pendekatan

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan Indonesia sebagai komoditas khusus (special products) dalam forum perundingan Organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas yang mempunyai posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2000 sampai tahun 2005 industri gula berbasis tebu merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki 29 kabupaten dan 6 kota. Dan dalam penelitian ini,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani caisim ini dilakukan di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang telah disediakan dan dipublikasi oleh pihak lain. Penelitian ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang telah disediakan dan dipublikasi oleh pihak lain. Penelitian ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan data sekunder yang telah disediakan dan dipublikasi oleh pihak lain. Penelitian ini merupakan pengujian

Lebih terperinci

Analisis Potensi Keragaan Produk Derivat Tebu (PDT) Pabrik Gula (PG) di Jawa Timur

Analisis Potensi Keragaan Produk Derivat Tebu (PDT) Pabrik Gula (PG) di Jawa Timur ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY Analisis Potensi Keragaan Produk Derivat Tebu (PDT) Pabrik Gula (PG) di Jawa Timur Ketua Peneliti : Ana Mufidah, S.E., M.M NIDN 0001028009 UNIVERSITAS JEMBER JUNI 2014 Analisis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan menggunakan data Tingkat Pengangguran Terbuka, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum dan Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam ruang lingkup sektor pertanian. Waktu penelitian untuk mengumpulkan data

Lebih terperinci

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 8.1. Analisis Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kedelai Edamame Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Kegiatan industri gula terdiri dari kegiatan proses produksi dan kegiatan unit-unit operasi. Kegiatan proses produksi berlangsung pada proses penggilingan,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH 56 Intan Alkamalia 1, Mawardati 2, dan Setia Budi 2 email: kamallia91@gmail.com ABSTRAK Perkebunan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini merupakan daerah sentra produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Efisiensi merupakan indikator penting dalam mengukur kinerja keseluruhan dari aktiva suatu perusahaan. Efisiensi sering diartikan bagaimana suatu perusahaan dapat berproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini perkembangannya sangat fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh tingkat perekonomian yang terjadi tergantung

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gula dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu gula putih (white plantation), gula

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gula dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu gula putih (white plantation), gula BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Keputusan Presiden tahun 2004 tentang pergulaan, dalam pasal 1, menetapkan bahwa gula dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu gula putih (white plantation), gula

Lebih terperinci

P r o s i d i n g 123

P r o s i d i n g 123 P r o s i d i n g 123 PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER ANALYSIS (SFA) DAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (): SEBUAH KOMPARASI METODE PENGUKURAN EFISIENSI Rosihan Asmara (1), Nuhfil Hanani (2) (1) (2) Program

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

III. METODELOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional III. METODELOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengarhi prosiklikalitas sektor perbankan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran penting di sektor pertanian, khususnya sub sektor perkebunan dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif

III METODE PENELITIAN. Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu menjelaskan kedudukan variabel-variabel penelitian yang diteliti serta pengaruh

Lebih terperinci

V. FAKTOR PENENTU KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

V. FAKTOR PENENTU KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR V. FAKTOR PENENTU KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Penelitian ini menggunakan model regressi logistik ordinal untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas dengan pendekatan Stochastic Production

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menganalisis pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja terhadap Produk

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menganalisis pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja terhadap Produk BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, Indonesia dijadikan sebagai objek penelitian untuk menganalisis pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PENGUKURAN EFISIENSI PERUSAHAAN DENGAN METODE DEA ( DATA ENVELOPMENT ANALYSIS ) (Studi Kasus Di : PT.Trakindo Utama Surabaya Branch East Area) SKRIPSI

PENGUKURAN EFISIENSI PERUSAHAAN DENGAN METODE DEA ( DATA ENVELOPMENT ANALYSIS ) (Studi Kasus Di : PT.Trakindo Utama Surabaya Branch East Area) SKRIPSI PENGUKURAN EFISIENSI PERUSAHAAN DENGAN METODE DEA ( DATA ENVELOPMENT ANALYSIS ) (Studi Kasus Di : PT.Trakindo Utama Surabaya Branch East Area) SKRIPSI Oleh : RIA RUBYANTI NPM : 0532010126 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Usahatani Petani TRK dan Petani TRB Pola Tanam Non- Keprasan dan Keprasan

Lampiran 1. Analisis Usahatani Petani TRK dan Petani TRB Pola Tanam Non- Keprasan dan Keprasan LAMPIRAN 111 112 Lampiran 1. Analisis Usahatani Petani TRK dan Petani TRB Pola Tanam Non- Keprasan dan Keprasan a. Analisis Finansial Usahatani Petani TRK Pola Tanam Non-Keprasan A B B1 B2 Penerimaan Uraian

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bank-bank besar di Jepang masih beroperasi di atas skala efisiensi minimum, hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bank-bank besar di Jepang masih beroperasi di atas skala efisiensi minimum, hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan Drake dan Hall (2003) di Jepang dengan menggunakan pendekatan nonparametrik (DEA) menujukkan hasil bahwa merger bank-bank besar di

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia Struktur pasar dapat dianalisis dengan tiga pokok elemen, yaitu nilai pangsa pasar, konsentrasi rasio empat perusahaan

Lebih terperinci

EKONOMI LOSSES PENGOLAHAN TEBU DAN IMPLIKASI TERHADAP KINERJA DAN EFISIENSI PABRIK GULA Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara X

EKONOMI LOSSES PENGOLAHAN TEBU DAN IMPLIKASI TERHADAP KINERJA DAN EFISIENSI PABRIK GULA Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara X EKONOMI LOSSES PENGOLAHAN TEBU DAN IMPLIKASI TERHADAP KINERJA DAN EFISIENSI PABRIK GULA Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara X Ahmad Zainuddin, Intan Kartika Setyawati, Rudi Wibowo Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka dari buku referensi karya ilmiah. Karya ilmiah yang digunakan adalah hasil penelitian serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bangli, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng.

BAB III METODE PENELITIAN. Bangli, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan lokasi penelitian wilayah Provinsi Bali yang merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Luas Provinsi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat 10330.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa

BAB IV METODE PENELITIAN. Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa 3 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Zozozea, Ondorea Barat, Ndeturea, dan Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini berisi tentang perkembangan oleokimia dan faktor apa saja yang memengaruhi produksi olekomian tersebut. Perkembangan ekspor oleokimia akan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) dan Harga Saham pada PT.

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data merupakan variabel yang diukur dan diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel atau populasi. Data menurut

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. BPRS, seperti nilai rasio keuangan financing to deposit ratio (FDR) dan

BAB IV PEMBAHASAN. BPRS, seperti nilai rasio keuangan financing to deposit ratio (FDR) dan BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Karakteristik BPRS Sampel Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) memiliki karakteristik masing-masing yang dipengaruhi oleh daerah tempat operasionalnya. Perbedaan yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data.

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data. BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Operasionalisasi Variabel Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data. Variabel tersebut terdiri dari variabel terikat (dependent variable)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sukasari Kaler yang berada di wilayah Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. alasan bahwa Kabupaten Sumenep mempunyai penduduk yang cukup besar

BAB III METODE PENELITIAN. alasan bahwa Kabupaten Sumenep mempunyai penduduk yang cukup besar BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja dengan memilih Kabupaten Sumenep, Propinsi Jawa Timur. Kabupaten Sumenep dipilih dengan alasan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian dalam menyusun penelitian ini adalah pada 29 kabupaten dan 9 kota di Provinsi Jawa Timur, dengan pertimbangan bahwa Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting bagi aktivitas perekonomian. Bank adalah lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data sekunder

Lebih terperinci

yang tinggi dan ragam penggunaan yang sangat luas (Kusumaningrum,2005).

yang tinggi dan ragam penggunaan yang sangat luas (Kusumaningrum,2005). 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Juta ton BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan sumber pangan utama yang digunakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Di Indonesia,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usaha ternak ayam adalah usaha yang membudidayakan ayam ras pedaging probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 37 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Beberapa pertimbangan bahwa Kabupaten Indramayu dijadikan tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

BAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Demi memenuhi Hasil Evaluasi Program Peningkatan Produktivitas Gula Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala Madu yang turut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data panel dan merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. responden. Untuk mengetahui hasil distribusi produksi garam, modal,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. responden. Untuk mengetahui hasil distribusi produksi garam, modal, BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan data primer dengan menyebarkan kuesioner di Kecamatan Batangan Kabupaten Pati dengan jumlah 75 responden. Untuk mengetahui hasil

Lebih terperinci

Y u s t i n a N g a t i l a h Teknik Industri FTI-UPNV Jatim

Y u s t i n a N g a t i l a h Teknik Industri FTI-UPNV Jatim PENGUKURAN EFISIENSI RELATIF UD. BAHAN BANGUNAN DAN STRATEGI PERBAIKANNYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS ( DEA ) DI KABUPATEN SIDOARJO Y u s t i n a N g a t i l a h Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN IV.1 Sampel, Sumber Data, dan Cara Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang merupakan data dari perusahaanperusahaan penggergajian kayu yang tersebar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ASEAN. Pengambilan data penelitian ini dilakukan di 7 (tujuh) Negara ASEAN yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. ASEAN. Pengambilan data penelitian ini dilakukan di 7 (tujuh) Negara ASEAN yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian yang dilakukan di Negara ASEAN. Pengambilan data penelitian ini dilakukan di 7 (tujuh) Negara ASEAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula termasuk salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal rata-rata 400 ribu ha pada periode 2007-2009, industri gula berbasis tebu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan A. Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian adalah di Kawasan SWP Gerbangkertosusila Plus yang terdiri dari 12 Kabupaten/Kota yaitu: Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Laba merupakan tolok ukur paling sederhana untuk menentukan kesuksesan kinerja suatu usaha. Kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba dipengaruhi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Menurut Schroeder (1999), Pappas (1995), Joesran dan Fathorrozi (2003) dan Putong (2002) dalam Herawati (2008) produksi adalah

Lebih terperinci

2014 IMPLEMENTASI D ATA ENVELOPMENT ANALYSIS (D EA) UNTUK MENGUKUR EFISIENSI INDUSTRI TAHU D I KABUPATEN SUMED ANG

2014 IMPLEMENTASI D ATA ENVELOPMENT ANALYSIS (D EA) UNTUK MENGUKUR EFISIENSI INDUSTRI TAHU D I KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Sumedang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat yang tepat berada di tengah-tengah provinsi yang menghubungkan kota dan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 3.2 Metode Analisis Data 3.2.1 Analisis Weighted

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut diambil dari beberapa instansi negara yakni Departemen Keuangan, Badan Kepegawaian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pencilan Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan yang bervariasi (beragam). Keberagaman data ini, di satu sisi sangat dibutuhkan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan Obyek penelitian dari seluruh kabupaten dan kota yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu, Satu kota madya kota Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan tahun 2010-

BAB 3 METODE PENELITIAN. di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan tahun 2010- 34 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan tahun 2010-2012 melalui

Lebih terperinci

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur Pengukuran Efisiensi pada Bagian Produksi Genteng di PT. Wisma Wira Jatim Surabaya dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Farida Pulansari ST.MT Teknik Industri FTI-UPN Veteran Jawa

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI 77 VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI Produksi garam memberikan peluang usaha yang cocok sebagai usaha subsisten pada petambak di Kabupaten Indramayu. Usaha yang sudah turun temurun warisan dari petambak dulu

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VI ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 6.1.1 Pengujian Asumsi Klasik Regresi Linier Syarat model regresi linier (fungsi produksi) dikatakan baik jika

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1 Analisis Produksi Stochastic Frontier 7.1.1 Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani

Lebih terperinci

PENGARUH MODAL USAHA DAN PENJUALAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN PENGGILINGAN PADI UD. SARI TANI TENGGEREJO KEDUNGPRING LAMONGAN

PENGARUH MODAL USAHA DAN PENJUALAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN PENGGILINGAN PADI UD. SARI TANI TENGGEREJO KEDUNGPRING LAMONGAN PENGARUH MODAL USAHA DAN PENJUALAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN PENGGILINGAN PADI UD. SARI TANI TENGGEREJO KEDUNGPRING LAMONGAN Mohamad Rizal Nur Irawan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Subang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat. Dalam perkembangannya Kabupaten Subang tumbuh menjadi kota wisata, untuk menarik

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI SAWI (Brassica juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI SAWI (Brassica juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU 1 ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI SAWI (Brassica juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU Moh. Ramly (1) ; Mohammad Shoimus Sholeh (2) Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Islam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup seluruh definisi yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup seluruh definisi yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup seluruh definisi yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 13), penelitian deskriptif

Lebih terperinci