PANCING ULUR BERUMPON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANCING ULUR BERUMPON"

Transkripsi

1

2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL PANCING ULUR BERUMPON BANK INDONESIA

3 KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis, misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk komoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas (lending model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 88 judul buku pola pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan sistem pembiayaan konvensional dan 21 judul dengan sistem syariah. Dalam upaya menyebarluaskan lending model tersebut kepada masyarakat maka buku pola pembiayaan ini telah dimasukkan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK) yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses melalui internet di alamat Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia bekerjasama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DKP) dan memperoleh masukan dari banyak pihak antara lain dari perbankan, lembaga/instansi BANK INDONESIA i

4 terkait lainnya, asosiasi dan UMKM. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini. Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Biro Pengembangan UMKM Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta Pusat Telp. (021) atau Fax. (021) Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi pembiayaan oleh UMKM pada komoditi tersebut. Jakarta, Desember 2008 ii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

5 RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL PANCING ULUR BERUMPON No Unsur Pembiayaan Uraian 1 Jenis Usaha Pancing Ulur Berumpon 2 Lokasi usaha Kota Gorontalo, Propinsi Gorontalo 3 Dana yang digunakan Investasi : Rp Modal Kerja : Rp Total : Rp Sumber dana a. Modal Sendiri Rp b. Kredit : Rp (1) Kredit Investasi : Plafond : Rp Suku Bunga : 14% Jangka Waktu : 3 tahun (2) Kredit Modal Kerja Plafond : Rp Suku Bunga : 14% Jangka Waktu : 3 tahun 5 Periode pembayaran kredit Angsuran pokok dan bunga dibayarkan setiap bulan 6 Kelayakan usaha A Periode proyek 3 tahun B Produk Ikan (hasil tangkapan pancing rawai) C Skala proyek Produksi per bulan : 625 kg D Teknologi Rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan E Pemasaran Produk Konsumen langsung, pedagang pengumpul dan industri pengolah 7 Kriteria kelayakan usaha NPV Rp 34,818,970 IRR 20.41% Net B/C Ratio 1.12 Pay Back Period 2.7 BEP Penjualan rata-rata Rp. 271,308,047 BEP Produksi rata-rata Penilaian Layak BANK INDONESIA iii

6 No Unsur Pembiayaan Uraian 8 Analisis sensitivitas (1) Biaya variabel a Biaya variabel naik 2% NPV Rp 16,268,226 IRR 17.01% Net B/C Ratio 1.06 Pay Back Period 2.9 Penilaian Layak b Biaya variabel naik 4,8% NPV Rp (9,619,707) IRR 12.21% Net B/C Ratio 0.97 Pay Back Period 3.1 Penilaian Tidak Layak (2) Pendapatan a Pendapatan turun 2% NPV Rp 9,243,872 IRR 15.72% Net B/C Ratio 1.03 Pay Back Period 2.9 Penilaian Layak b Pendapatan turun 3,5% NPV Rp (9,937,452) IRR 12.14% Net B/C Ratio 0.97 Pay Back Period 3.1 Penilaian Tidak Layak (3) Biaya variabel dan pendapatan Biaya variabel naik 1% dan pendapatan turun 1% NPV Rp 12,749,866 IRR 16.36% Net B/C Ratio 1.04 iv POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

7 No Unsur Pembiayaan Uraian Pay Back Period 2.9 Penilaian Layak Biaya variabel naik 2,1% dan pendapatan turun 2% NPV Rp (10,233,111) IRR 12.09% Net B/C Ratio 0.97 Pay Back Period 3.1 Penilaian Tidak Layak BANK INDONESIA v

8 DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR... RINGKASAN.... DAFTAR ISI.... DAFTAR GAMBAR DAFTAR PHOTO... DAFTAR TABEL..... i iii vi viii viii ix BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II BAB III BAB IV PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1 Profil Usaha Pola Pembiayaan ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1 Aspek Pasar Permintaan Penawaran Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Aspek Pemasaran Harga Jalur Pemasaran Produk Kendala Pemasaran ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1 Lokasi Usaha Fasilitas Produksi dan Peralatan Tenaga Kerja Teknologi Proses Produksi Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi Produksi Optimum Kendala Produksi vi POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

9 Hal BAB V BAB VI BAB VII ASPEK KEUANGAN 5.1 Pemilihan Pola Usaha Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional Biaya Investasi Biaya Operasional Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Produksi dan Pendapatan Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Hambatan dan Kendala ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial Aspek Dampak Lingkungan KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BANK INDONESIA vii

10 DAFTAR GAMBAR Gambar Hal 3.1 Skema Jalur Pemasaran hasil tangkapan pancing ulur DAFTAR PHOTO Photo Hal 1.1 Rumpon dan Konstruksi Perahu Pancing Ulur Perahu Penampung Nelayan Sedang Melakukan Pemancingan Rangkaian Perahu Penangkap di Sekitar Rumpon Hasil Tangkapan Pancing Ulur viii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

11 DAFTAR TABEL Tabel Hal 3.1 Volume ikan pelagis besar (ton) yang diperdagangkan dari Propinsi Gorontalo Pengeluaran untuk ikan, konsumsi per Kapita Seminggu dan Nilai Ekspor Ikan dari Tahun Produksi hasil tangkapan utama pancing ulur di Propinsi Gorontalo Harga Ikan hasil tangkapan pancing ulur di Gorontalo tahun Peralatan penangkapan ikan pancing ulur dan rumpon Asumsi untuk Analisis Keuangan Komposisi Biaya Investasi (Rp) Komponen Biaya Operasional (Rp) Komponen Dan Struktur Biaya Proyek Perhitungan Angsuran Kredit Proyeksi Produksi dan Pendapatan Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha Kelayakan Usaha pancing ulur berumpon Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun Analisis Sensitivitas Kombinasi BANK INDONESIA ix

12 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN x POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

13 BAB I PENDAHULUAN Kegiatan penangkapan ikan adalah kegiatan berburu di laut. Untuk mengurangi tingkat kegagalan, maka nelayan mengubah pola berburu ikan di laut dengan cara menggembalakan ikan untuk kemudian memanennya dengan mudah. Proses penggembalaan ikan dilakukan dengan memanipulasi kebiasaan atau tingkah laku ikan dalam merespon suatu rangsangan dari luar. Dalam hal ini, ikan mempunyai kebiasaan melindungi diri dari mangsa atau mencari mangsa dengan cara berkumpul pada suatu benda yang terapung di permukaan air. Atas dasar tersebut, kemudian nelayan membuat benda terapung buatan untuk mengumpulkan ikan dan menggembalakannya untuk kemudian dipanen. Benda yang sering digunakan untuk mengumpulkan ikan tersebut sering di sebut sebagai rumpon. Berdasarkan penempatannya, rumpon dapat dibedakan menjadi dua, yaitu rumpon laut dalam dan rumpon laut dangkal. Photo 1.1 Rumpon dan Konstruksi BANK INDONESIA 1

14 PENDAHULUAN Rumpon laut dalam digunakan untuk menangkap jenis-jenis yang sifatnya migratory di laut lepas. Jenis-jenis ikan yang menjadi target tangkapan adalah ikan tuna, tongkol, cakalang, madidihang, layang, dsb. Sebagai daerah migrasi ikan-ikan jenis tuna, nelayan di Teluk Tomini khususnya di Propinsi Gorontalo mengembangkan rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan. Selain di Gorontalo, perikanan pancing ulur dan rumpon untuk menangkap ikan tuna juga berkembang di beberapa daerah seperti, perairan Sulawesi, Selatan Jawa, Nusa Tenggara dan Papua. Untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang kegiatan usaha perikanan rumpon dan pancing ulur, maka dalam buku lending model ini beberapa aspek yang meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek produksi, aspek keuangan, aspek ekonomi dan aspek lingkungan akan dijelaskan. Selanjutnya, dalam rangka menyebarluaskan hasil-hasil penelitian kepada masyarakat luas, maka buku pola pembiayaan pancing ulur dan rumpon ini akan ditransformasi dalam Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (SI-PUK) yang dapat diakses melalui website Bank Indonesia. 2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

15 BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1. Profil Usaha Usaha penangkapan ikan dengan pancing ulur yang dikombinasikan dengan menggunakan rumpon merupakan kegiatan yang mempunyai prospek cukup baik. Dari sisi hasil tangkapannya, ikan hasil tangkapan pancing ulur di sekitar rumpon mempunyai mutu yang baik (dari kondisi fisik dan biologis). Dengan kondisi hasil tangkapan yang baik, maka hasil tangkapannya tidak mengalami kendala dalam pemasarannya. Photo 2.1 Perahu Pancing Ulur Kegiatan ini banyak dioperasikan di Propinsi Gorontalo, khususnya Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango. Usaha pancing ulur sendiri merupakan kegiatan penangkapan yang sederhana dan membutuhkan modal biaya operasi maupun investasi yang rendah. Karena membutuhkan modal usaha yang rendah, maka pancing ulur dioperasikan hampir sebagian nelayan di lokasi kajian. BANK INDONESIA 3

16 PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN Dengan target tangkapan tuna yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, usaha penangkapan ini mempunyai prospek yang cukup baik. Selain tuna, ikan yang biasa tertangkap adalah jenis baby tuna, cakalang dan madidihang. Unit usaha perikanan pacing ulur dan rumpon terdiri atas satu unit rumpon, 5 unit perahu penangkap dan satu unit perahu pengumpul. Rumpon dan kapal penampung, biasanya dimiliki oleh perusahaan atau milik kelompok, sedangkan kapal penangkap biasanya dimiliki oleh perseorangan. Untuk menjaga dan mengetahui nelayan-nelayan yang melakukan kegiatan di sekitar rumpon, rumpon biasanya dijaga oleh satu orang yang ditugaskan oleh perusahaan atau kelompok. Kapal penangkap yang biasanya dioperasikan oleh 2 orang nelayan, akan meminta ijin kepada penjaga rumpon sebelum operasi penangkapan dilakukan. Bila diijinkan, maka perahu penangkap berkewajiban untuk membayar bagi hasil tangkapannya sebesar 10% dari nilai hasil tangkapannya. Perahu penampung, akan berkeliling antar kapal di rumpon untuk menampung hasil tangkapan nelayan. Selama ini, nelayan-nelayan di lokasi kajian tidak memiliki hubungan kerjasama atau keterikatan dengan perusahaan penampung atau industri pengolahan ikan. Nelayan bebas melakukan penjualan, karena modal yang mereka butuhkan selama ini dipenuhi oleh Taksi Mina Bahari (TMB), suatu unit ekonomi produktif pemerintah propinsi Gorontalo. Dengan posisi yang seperti ini, maka harga ikan dapat dijaga sehingga tetap menguntungkan nelayan Pola Pembiayaan Sumber pembiayaan usaha rumpon pancing ulur biasanya berasal dari pengusaha sendiri, bantuan pihak lain maupun dari kredit bank dengan proporsi yang sangat beragam. Selain dari beberapa sumber modal tersebut, pada beberapa tahun terakhir nelayan di lokasi kajian juga mendapatkan bantuan permodalan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. Skim kredit yang tersedia pada lokasi usaha antara lain skim Kredit Usaha Kecil (KUK) dari BRI Unit Gorontalo. Skim KUK yang diberikan adalah kredit modal kerja 4 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

17 PANCING ULUR BERUMPON dan atau modal investasi. Dalam pelaksanaannya, pimpinan BRI unit atas mandat yang dimilikinya kemudian menentukan nilai pinjaman yang dapat diberikan. Nilai plafond maksimum yang dapat diberikan adalah Rp 50 juta. Dalam rangka pemberian kredit perorangan, bank melakukan analisis terhadap karakter calon nasabah, kemampuan manajemen, kemampuan keuangan meliputi modal dan laba usaha, aspek teknis, kondisi dan prospek usaha serta agunan. Suku bunga untuk skim kredit KUK yang diberikan oleh BRI untuk usaha ini berkisar antara 21-24% per tahun dengan jangka waktu kredit satu hingga dua tahun. Adapun beberapa prosedur yang harus dipenuhi untuk memperoleh kredit dari bank adalah: 1. Surat pengajuan kredit dari debitur. 2. Pengumpulan data (data keuangan, jaminan). 3. Pembuatan proposal. 4. Pengajuan ke komite kredit. Beberapa persyaratan lain adalah semua transaksi keuangan dilakukan melalui rekening di bank yang bersangkutan. Biaya administrasi yang ditanggung oleh calon debitur adalah provisi sebesar 1%, biaya administrasi sebesar 1 O /oo (permil), biaya pengikatan jaminan, biaya notaris dan biaya resiko. Kriteria yang menjadi pertimbangan bank dalam melakukan analisis kredit kepada nasabah adalah 5C, yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral (jaminan) dan condition (kondisi). BANK INDONESIA 5

18 6 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

19 BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1. Aspek Pasar Permintaan Komoditas hasil tangkapan pancing ulur pada rumpon mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi ikan tuna, cakalang serta tenggiri menjadi komoditas eksport baik yang diperdagangkan langsung dari Gorontalo maupun melalui pedagang pengumpul di kota lain seperti Surabaya, Jakarta, Makassar dan Bali. Secara umum, perdagangan produk tuna dari Propinsi Gorontalo dari tahun ke tahun menunjukkan tingkat yang stabil. Berdasarkan cacatan dari Departemen Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo, produk tuna setelah dikirim ke pedagang pengumpul di kota lain kemudian diekspor ke negara tujuan utama Jepang dan beberapa negara tujuan lainnya. Tabel 3.1. Volume Ikan Pelagis Besar (ton) yang Diperdagangkan dari Propinsi Gorontalo No. Jenis ikan Tuna ,00 73,40 2 Cakalang 1.718,00 41,10 137,40 3 Tenggiri 32,15 7,30 75,00 4 Tuna loin 292,29 605,00 801,00 Sumber : DKP Propinsi Gorontalo (Data diolah kembali). Meskipun masih tergolong rendah, permintaan ikan di dalam negeri terus mengalami peningkatan. Bila pengeluaran rata-rata per bulan untuk ikan pada tahun 2005 sebesar Rp meningkat menjadi Rp pada tahun Lebih lanjut BPS (2008) melaporkan bahwa tingkat konsumsi rata-rata per kapita seminggu BANK INDONESIA 7

20 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN untuk ikan dan udang juga mengalami peningkatan, bila konsumsi udang dan ikan segar pada tahun 2005 sebesar 0,252 kg/kapita/minggu kemudian naik menjadi 0,260 kg/kapita/minggu (table 3.2). Dengan jumlah penduduk yang selalu bertambah, dan kesadaran masyarakat yang sudah mulai membaik tentang konsumsi ikan, maka permintaan ikan dari tahun ke tahun akan selalu bertambah besar. Sehingga penambahan produksi ikan di masa yang akan datang menjadi tantangan tersendiri. Disisi lainnya, dari sisi perdagangan luar negeri, performa perdagangan ikan dan udang juga menunjukkan peningkatan. Dengan masih mengandalkan pada produk udang dan tuna, nilai ekspor perikanan meningkat dari US$ pada tahun 2005 meningkat menjadi US$ pada tahun No. Tabel 3.2 Pengeluaran Untuk Ikan, Konsumsi per Kapita Seminggu dan Nilai Ekspor Ikan dari Tahun Keterangan Tahun Pengeluaran pangan per kapita (Rp. 1000) 168,8-194,2 2 Pengeluaran rata-rata per bulan untuk ikan (Rp.) Konsumsi rata-rata per kapita seminggu a. Udang dan Ikan segar (kg) 0,252 0,281 0,260 b. Udang dan ikan yang diawetkan (ons) 0,441 0,499 0,523 4 Eksport udang dan ikan (juta US$) Penawaran Secara umum, produksi tuna dan cakalang menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Namun demikian, produksi tongkol menunjukkan tingkat produksi yang menurun dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Harga jual produk yang stabil dan tinggi mendorong untuk melakukan proses penangkapan yang lebih intensif. Disisi lainnya, tren peningkatan nilai produksi dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa kondisi perairan di lokasi kajian masih belum menunjukkan gejala lebih tangkap (Tabel 3.3.) 8 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

21 PANCING ULUR BERUMPON Tabel 3.3. Produksi Hasil Tangkapan Utama Pancing Ulur di Propinsi Gorontalo Komoditi utama Tuna 1.752, ,7 3,342, Cakalang 1.847, , , Tongkol 2.704, , , Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Dalam prakteknya, kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur di rumpon ini tidak terjadi persaingan dalam proses pemasaran hasil. Persaingan terjadi pada proses penangkapan ikan, dimana rumpon yang tersedia di lokasi kajian belum optimal untuk menampung seluruh armada penangkapan ikan yang ada. Karena produk ikan yang relatif sulit dalam pengolahannya dan harga ikan yang lebih mahal dibandingkan dengan produk protein hewani lainnya seperti ayam atau telur ayam, maka pesaing utama dari perdagangan ikan ini adalah produk-produk substitusi yang memang sudah cukup dikenal masyarakat baik dari sisi kebiasaan atau cara pengolahannya Aspek Pemasaran Harga Ikan yang dihasilkan dari kegiatan penangkapan ikan dengan pancing ulur di rumpon ini cukup banyak, seperti tuna, cakalang, tenggiri dan baby tuna. Harga jual dari produk tangkapan usaha ini secara rata-rata adalah Rp per kg. Secara umum, selama ini nelayan tidak mempunyai kekuatan untuk menentukan harga ikan, Harga ikan biasanya ditentukan oleh pedagang pengumpul yang mengambil hasil BANK INDONESIA 9

22 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN tangkapannya di laut. Sementara itu, pada tahapan rantai pemasaran selanjutnya, pedagang pengumpul juga tidak mempunyai kekuatan untuk menentukan harga ikan pada saat menjual ikan kepada pedagang besar antar pulau. Pada level nelayan, harga jual untuk ikan tuna adalah sebesar Rp /kg dan cakalang dijual dengan nilai Rp /kg. Sedangkan baby tuna dijual dengan harga Rp /kg. Tabel 3.4 Harga Ikan Hasil Tangkapan Pancing Ulur di Gorontalo Tahun 2008 NO Produk Harga (Rp./kg) 1 Tuna (Thunnus sp) Cakalang (Katsuwonus sp) Baby tuna Jalur Pemasaran Produk Penjualan produk usaha pancing ulur ini dapat dilakukan sendiri oleh nelayan atau melalui pedagang pengumpul (toke) untuk kemudian diekspor atau dijual langsung ke konsumen. Pola pemasaran produk pancing ulur ini secara umum terbagi tiga, yaitu : a. Nelayan menjual langsung produknya ke pasar-pasar setempat. Pada pola ini daerah pemasaran hanya berkisar pada pasar-pasar yang terdapat pada kota yang sama dengan daerah produsen pancing ulur yang bersangkutan. b. Nelayan atau pengumpul menjual ikan ke pengolah untuk kemudian di pasarkan ke luar negeri. c. Pedagang besar di Gorontalo, kemudian menjual ikan kepada pedagang eksportir di Jakarta, Bali dan Surabaya. d. Pedagang eksportir kemudian mengekspor ikan ke luar negeri. 10 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

23 PANCING ULUR BERUMPON Nelayan Pengolah Pedagang eksportir Konsumen luar negeri Pengumpul Pedagang besar Konsumen lokal Gambar 3.1. Skema Jalur Pemasaran Pancing ulur Kendala Pemasaran Kendala pemasaran yang dihadapi oleh usaha pancing ulur adalah fluktuasi hasil tangkapan karena berubahnya sistem musim. Selain itu, lemahnya pemasaran dimana jalur-jalur pemasaran masih dikuasai oleh pedagang perantara, menyebabkan nelayan kurang mempunyai posisi tawar yang baik. BANK INDONESIA 11

24 12 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

25 BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1. Lokasi Usaha Kegiatan ini berlokasi di Kota Gorontalo, Propinsi Gorontalo. Lokasi ini berhadapan langsung dengan Teluk Tomini, yang merupakan lokasi penangkapan ikan bagi perahu pancing ulur. Untuk melakukan aktivitas penangkapan, rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan dilepas di lepas pantai untuk beberapa hari. Selanjutnya, dengan mendatangi rumpon yang telah dipasang sebelumnya kemudian nelayan melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon Fasilitas Produksi dan Peralatan Fasilitas produksi yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi: rumpon, perahu penangkap ikan dan perahu penampung (Tabel 4.1). Dalam satu unit usaha pancing ulur dengan rumpon ini, terdiri atas 1 unit rumpon, 5 unit kapal penangkap dan 1 kapal penampung. Kapal penangkap yang digunakan untuk operasi penangkapan ikan mempunyai ukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 m. Untuk menggerakkan perahu tersebut dibutuhkan mesin perahu dengan kekuatan 5,5 PK. Sedangkan kapal penampung yang digunakan biasanya mempunyai panjang 21m, lebar 3 m dan tinggi 1,4 m. Mesin penggerak perahu penampung berkekuatan 90 PK. Pada operasi penangkapan yang dikombinasikan dengan rumpon, rumpon yang digunakan mempunyai ukuran 3 x 12 x 3 meter. Perahu biasanya dibeli jadi dari Sulawesi Tengah, sedangkan bagan dan pancing ulur dibuat sendiri. BANK INDONESIA 13

26 ASPEK TEKNIS PRODUKSI Photo 4.1 Perahu Penampung Tabel 4.1 Peralatan Penangkapan Ikan Pancing Ulur dan Rumpon No. Keterangan Jumlah/ unit usaha Harga satuan 1 Kapal penangkap Kapal Ukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 m Pancing ulur Mesin Penggerak 5,5 PK Kapal penampung Kapal Ukuran 21 x 3,0 x 1,4 m Mesin Penggerak 90 PK Rumpon Rumpon (3X12X3m) Biaya lainnya Biaya Surat-surat Tenaga Kerja Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan ini terdiri dari 2 orang untuk masing-masing perahu penangkap ikan, 1 orang penunggu rumpon dan 5 orang yang mengoperasikan perahu penampung. Total tenaga kerja yang terlibat dalam satu unit usaha kegiatan ini adalah 16 orang. Jurumudi/kapten perahu penangkap ikan, biasanya adalah pemilik perahu, dibantu oleh tenaga kerja lainnya, yang biasanya 14 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

27 PANCING ULUR BERUMPON diambil dari anggota keluarga yang lain. Sedangkan penjaga rumpon, adalah orang yang diberikan kepercayaan oleh kelompok atau perusahaan untuk menjaga dan mencatat perahu-perahu yang melakukan penangkapan di rumpon. Lima orang yang mengoperasikan kapal penampung, selain membeli ikan-ikan hasil tangkapan nelayan penangkap juga membawa perbekalan penangkapan ikan untuk perahuperahu penangkap ikan. ABK perahu penampung adalah anggota kelompok. Bila perahu penampung milik perusahaan, maka ABK adalah tenaga kerja yang dibayar oleh perusahaan. Untuk kapal penampung milik kelompok, ABK akan mendapatkan bayaran sebesar 70% dari nilai hasil tangkapan setelah dikurangi perguliran (30% dari total hasil tangkapan), biaya operasional dan biaya perawatan (30% dari 70% hasil tangkapan setelah dikurangi biaya operasional). Photo 4.2. Nelayan Sedang Melakukan Pemancingan 4.4. Teknologi Teknologi yang digunakan dalam operasi penangkap ikan ini masih sangat sederhana. Upaya untuk mengumpulkan ikan dilakukan dengan menggunakan rumpon. Sedangkan untuk memperbaiki kualitas hasil tangkapan, utamanya untuk mengurangi stress ikan dan banyaknya darah yang keluar, nelayan di Gorontalo BANK INDONESIA 15

28 ASPEK TEKNIS PRODUKSI menggunakan jaket tuna, yaitu kerangka besi seperti tabung yang digunakan untuk mengurangi gerak ikan setelah ditangkap dengan pancing. Pada kegiatan penangkapan ikan dengan pancing ulur yang dilengkapi rumpon ini, ketergantungan kegiatan penangkapan ikan terhadap rumpon sangat tinggi. Sehingga, teknologi rumpon yang diterapkan akan sangat menentukan keberhasilan penangkapan ikan. Dalam banyak kesempatan, rumpon ini sering terbawa oleh gelombang yang besar dan rusak. Oleh sebab itu, teknologi rumpon yang lain dengan memanfaatkan drum plastic atau dari bahan besi bisa dijadikan alternatif perbaikan teknologi yang ada Proses Produksi Proses produksi pancing ulur yang dilakukan dalam studi pola pembiayaan ini adalah proses penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur. Proses penangkapan ikan dengan pancing ulur adalah sebagai berikut: 1. Persiapan, yaitu mempersiapkan seluruh perbekalan ke laut dan anak buah kapal yang terlibat dalam operasi penangkapan ikan. Persiapan biasanya dilakukan pada waktu subuh atau menjelang pagi hari. 2. Perjalanan menuju daerah penangkapan ikan, setelah persiapan selesai, armada penangkapan kemudian menuju daerah penangkapan (rumpon) yang telah direncanakan. Perjalanan menuju daerah penangkapan ikan biasanya akan memakan waktu 2-4 jam dari pelabuhan perikanan. Kira-kira pukul WITA perahu penangkapan ikan sudah sampai di daerah penangkapan ikan yang menjadi tujuan penangkapan ikan. 3. Pemasangan pancing, bila ikan di sekitar rumpon dinilai layak, dari segi jumlah ikan dan keselamatan operasi penangkapan kemudian dilakukan operasi penangkapan. Untuk dapat mengoperasikan pancing ulur di sekitar rumpon, maka nelayan harus meminta ijin terlebih dahulu. Bila diijinkan kemudian dilakukan penambatan perahu ke rumpon, dan perahu penangkap siap beroperasi. Penjaga rumpon kemudian mencatat 16 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

29 PANCING ULUR BERUMPON nelayan yang menangkap di rumponnya. Nama-nama nelayan tersebut kemudian dilaporkan kepada pemilik/pengurus rumpon di darat untuk kemudian dijadikan dasar penagihan kepada pengumpul ikan dimana hasil tangkapan nelayan-nelayan tersebut dijual. 4. Perendaman pancing, untuk memberi kesempatan ikan datang mendekati mata pancing dan memakan umpan yang ada di mata pancing, pancing direndam selama kurang lebih 2 jam. Untuk mendapatkan umpan, nelayan melakukan penangkapan umpan terlebih dahulu. Umpan ditangkap dengan jenis pancing yang berukuran lebih kecil. Pada proses perendaman pancing ini, biasanya nelayan akan membuat variasi dengan cara menyentak-nyentakkan senar pancing. Kegiatan ini dilakukan terus menerus sampai mata pancing dimakan ikan atau umpan hilang. Bila umpan sudah habis atau hilang maka kemudian dilakukan proses pemasangan umpan dan memancing lagi. 5. Pengangkatan pancing, bila mata pancing dimakan oleh ikan, maka nelayan kemudian melakukan proses pengangkatan pancing. Untuk proses pengangkatan pancing, diperlukan keahlian khusus, karena ikan yang ditangkap berukuran besar. Bila umpan dimakan ikan, maka nelayan akan mengulur senar pancing dan kemudian menarik mendadak dengan menyentak senar. Selanjutnya secara perlahan ikan ditarik ke perahu. 6. Pemasangan ulang, bila belum membuahkan hasil tangkapan, dan hasil tangkapan belum mencukupi secara ekonomi akan dilakukan proses penangkapan ulang. 7. Penjualan hasil tangkapan, hasil tangkapan nelayan yang sudah masuk kelompok biasanya akan ditampung oleh perahu penampung, akan tetapi bagi nelayan non-anggota dapat menjual hasil tangkapannya dimana saja. BANK INDONESIA 17

30 ASPEK TEKNIS PRODUKSI 8. Kembali ke fishing base, bila hasil tangkapan telah mencukupi atau bila waktu operasi telah lebih dari 12 jam, maka kemudian diputuskan untuk kembali ke fishing base. Secara umum, nelayan-nelayan di lokasi kajian akan sampai di fishing base (pelabuhan perikanan) sekitar pukul WITA. Photo 4.3 Rangkaian Perahu Penangkap di Sekitar Rumpon Karena laut merupakan wahana multifungsi, maka pemasangan rumpon harus memperhatikan beberapa hal: a) Tidak mengganggu alur pelayaran. b) Jarak antar rumpon minimal 10 mil laut. c) Tidak dipasang dengan cara pemasangan yang mengakibatkan efek pagar (zig-zag). 18 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

31 PANCING ULUR BERUMPON Selanjutnya, berdasarkan Kep.30/MEN/2004 tentang pemasangan dan pemanfaatan rumpon, maka pengajuan ijin pemasangan rumpon diatur dengan ketentuan sbb.: a) Pemasangan pada perairan dengan jarak 2 mil laut sampai 4 mil laut dari garis pantai pada titik surut terendah ijin diberikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat Kabupaten/Kota. b) Pemasangan pada perairan dengan jarak 4 mil laut sampai 12 mil laut dari garis pantai pada titik surut terendah ijin diberikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat Propinsi. c) Pemasangan pada perairan dengan jarak di atas 12 mil laut dari garis pantai pada titik surut terendah sampai ZEE ijin diberikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat Kabupaten/Kota Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi Jenis ikan yang dihasilkan dari proses penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur di sekitar rumpon ini adalah tuna, cakalang, baby tuna, tenggiri dan beberapa jenis ikan lainnya. Secara umum, dalam satu kali operasi penangkapan ikan akan dihasilkan rata-rata hasil tangkapan sebanyak 15 kg ikan per perahu penangkap ikan. Ini dengan asumsi bahwa dalam setiap 3 hari dihasilkan 1 ekor ikan tuna yang bobotnya mencapai 50 kg/ekor, atau produk lain yang setara. Karena ikan tuna ditangkap dengan menggunakan pancing maka mutu ikan terjamin. Disamping itu, inovasi dalam mengurangi gerakan ikan dengan menggunakan jaket tuna juga mempertinggi kualitas ikan hasil tangkapan Produksi Optimum Seperti kegiatan menangkap ikan pada umumnya, maka faktor cuaca dan musim memegang peranan yang sangat penting. Pada musim ikan, dengan asumsi setiap hari tertangkap ikan tuna dengan bobot 34 kg, maka dalam sebulan (25 BANK INDONESIA 19

32 ASPEK TEKNIS PRODUKSI hari kerja) sudah mampu menghasilkan ikan sebanyak 850 kg. Bila dalam satu unit penangkapan pancing ulur 5 kapal penangkap, maka secara total akan dihasilkan kg. Tuna yang menjadi target utama penangkapan, tidak tertangkap sepanjang tahun, melainkan hanya sekitar 6 bulan saja. Musim tuna berkisar antara bulan September sampai dengan Februari. Sedangkan untuk target penangkapan ikan yang lainnya, akan ditemukan sepanjang tahun namun dengan jumlah dan jenis yang bervariasi. Photo 4.4 Hasil Tangkapan Pancing Ulur 4.8. Kendala Produksi Faktor kritis usaha penangkapan ikan adalah cuaca buruk. Bila musim gelombang tinggi tiba, maka nelayan yang menggunakan kapal relatif kecil tidak bisa melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Pada musim seperti ini, rumpon-rumpon rusak dan tidak jarang yang putus dan hilang. 20 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

33 PANCING ULUR BERUMPON Bila rumpon hilang, maka kegiatan penangkapan juga akan terhenti. Agar produksi terus bisa dilakukan, maka penentuan lokasi penempatan rumpon menjadi kunci terhadap keberhasilan dan keberlanjutan kegiatan penangkapan ikan dengan rumpon. Disisi yang lainnya, usaha ini juga mendapatkan persaingan dari armada penangkapan lain, yaitu purse seine yang juga melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon. Bila purse seine sudah melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon, maka ikan-ikan yang ada di sekitar rumpon khususnya tuna akan berpencar sehingga menyulitkan proses penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur. BANK INDONESIA 21

34 22 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

35 BAB V ASPEK KEUANGAN Analisa aspek keuangan diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan kredit yang diperoleh dari bank. Analisa keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha pancing ulur rumpon Pemilihan Pola Usaha Pola usaha yang dipilih adalah pancing ulur berumpon. Kegiatan ini mempunyai prospek yang cukup baik, mengingat komoditas yang dihasilkan adalah produk yang diekspor sehingga harga jual dan permintaan pasar bisa terjamin. Agar menjadi suatu kegiatan usaha yang utuh, maka pola usaha ini merupakan kegiatan yang terintegrasi antara pancing ulur (5 unit), rumpon (1 unit) dan perahu penampung (1 unit). Kapal penangkap yang digunakan untuk operasi penangkapan berukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 meter, dengan tenaga penggerak berkekuatan 5,5 PK. Sedangkan kapal penampung yang digunakan berdimensi (pxlxt) 21 x 3 x 1,4 meter. Sebagai penggerak perahu penampung adalah mesin inboard berkekuatan 90 PK. Rumpon yang digunakan mempunyai ukuran 3 x 12 x 3 meter. Untuk mengoperasi 1 unit usaha ini dibutuhkan 16 tenaga kerja terdiri dari 10 nelayan penangkap (2 orang x 5 perahu), 1 orang penjaga rumpon dan 5 orang ABK perahu penampung Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Untuk analisa kelayakan usaha diperlukan adanya beberapa asumsi mengenai parameter teknologi proses maupun biaya, sebagaimana terangkum dalam Tabel 5.1. Dalam kegiatan ini diasumsikan periode proyek 3 tahun dimana dalam kegiatan per tahunnya hanya mempertimbangkan 6 bulan musim ikan. Dalam kegiatan ini juga BANK INDONESIA 23

36 ASPEK KEUANGAN diasumsikan produksi ikan secara total adalah kg/bulan dari hasil tangkapan tuna dan beberapa ikan tangkapan sampingan lainnya. Dengan asumsi 50% ikan hasil tangkapan tuna dan 50% ikan lainnya kemudian dengan menggunakan ratarata terbobot diasumsikan harga ikan rata-rata terbobot Rp /kg. Tabel 5.1. Asumsi untuk Analisis Keuangan No Asumsi Satuan Nilai / Jumlah 1 Periode proyek tahun 3 2 Bulan kerja tahun bulan 6 3 Output, Produksi dan Harga: a. Produksi ikan per bulan kg b. Produksi ikan per hari kg 170,0 c. Harga penjualan ikan Rp/kg d. Lama menunggu pendapatan hari 1 e. Hasil penjualan hari 1 f. Keberhasilan produksi persen 100% 4 Tenaga kerja : a. Produksi orang 16 b. Waktu kerja per bulan hari 25 5 Penggunaan input dan harga: a. BBM liter/bln 850 b. Harga BBM Rp/liter Suku Bunga per Tahun % 14% 7 Proporsi Modal : a. Kredit % 60% b. Modal Sendiri % 40% 8 Jangka waktu Kredit tahun 3 24 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

37 PANCING ULUR BERUMPON 5.3. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha pancing ulur berumpon dibedakan menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah komponen biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dana awal pendirian usaha yang meliputi perahu, mesin dan alat tangkap. Biaya operasional adalah seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi Biaya Investasi Biaya investasi yang dibutuhkan pada tahap awal usaha pancing ulur berumpon ini meliputi rumpon, pancing ulur, serta perahu penangkap dan perahu penampung beserta mesin penggeraknya. Total biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp Komponen terbesar adalah kapal penampung (62,64%) kemudian kapal penangkap (19,24%) dan rumpon (17,90%) (Tabel 5.2). Selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 2. No Tabel 5.2. Komposisi Biaya Investasi (Rp) Komponen Biaya Jumlah Fisik Harga per Satuan Rp Jumlah Biaya Rp 1 Kapal penangkap a. Kapal Ukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 m b. Pancing ulur c. Mesin Penggerak 5,5 PK Kapal penampung a. Kapal Ukuran 21 x 3,0 x 1,4 m b. Mesin Penggerak 90 PK Rumpon Rumpon Biaya lainnya Biaya Surat-surat Jumlah BANK INDONESIA 25

38 ASPEK KEUANGAN Biaya Operasional Biaya operasional dalam usaha pancing ulur berumpon meliputi biaya operasional perahu penangkap, perahu penampung dan perawatan rumpon. Untuk pengoperasi perahu penangkap dibutuhkan Rp per bulan. Pengoperasian kapal penampung, memerlukan Rp per bulan dan untuk perawatan rumpon dibutuhkan Rp per bulan ( Tabel 5.3 serta Lampiran 3 dan 4). Tabel 5.3. Komponen Biaya Operasional (Rp) No Struktur biaya Satuan Jumlah Fisik Biaya per satuan Rp Jumlah biaya 1 bulan Rp Jumlah biaya 1 tahun Rp I Kapal Penangkap Perbekalan Rp BBM (solar) Liter Oli Liter Perawatan Kapal Trip Perawatan alat tangkap Trip Perawatan Mesin Trip II Kapal Penampung Perbekalan Rp BBM (solar) Liter Es Balok Oli Liter Perawatan alat tangkap Trip III Perawatan rumpon Rp IV Upah ABK RP Total Biaya Variabel POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

39 PANCING ULUR BERUMPON 5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Untuk menjalankan satu unit usaha pancing ulur berumpon ini dibutuhkan dana sebesar Rp , dimana Rp berasal dari modal sendiri (40%), dan 60% lainnya (Rp ) berasal dari pinjaman bank. Dalam kegiatan ini diasumsikan modal kerja diberikan bersamaan dengan pemberian kredit investasi. Sehingga jangka waktu kredit dihitung secara bersama-sama dengan kredit investasi. Kredit investasi dan kredit modal kerja akan dikembalikan dalam jangka waktu 3 tahun dengan suku bunga 14%. Tabel 5.4. Komponen dan Struktur Biaya Proyek No Komponen Biaya Proyek Persentase Total Biaya (Rp) 1 Biaya Investasi a. Kredit ±60% b. Modal Sendiri ±40% Biaya Modal Kerja a. Kredit ±60% b. Modal Sendiri ±40% Total Biaya Proyek c. Kredit ±60% d. Modal Sendiri ±40% Kewajiban pengusaha dalam melakukan angsuran pokok dan angsuran bunga dilakukan setiap bulan selama jangka waktu kredit. Rekapitulasi jumlah angsuran kredit pertahun dapat dilihat pada Tabel 5.5. sedangkan perhitungan jumlah angsuran kredit perbulan selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 5 dan 6. BANK INDONESIA 27

40 ASPEK KEUANGAN Tahun Angsuran Pokok Tabel 5.5. Perhitungan Angsuran Kredit Angsuran Bunga Total Angsuran Saldo Awal Saldo Akhir Produksi dan Pendapatan Berdasarkan kapasitas yang ada,hasil tangkapan dengan pancing ulur per bulan sebanyak kg ikan tuna, kg cakalang dan kg baby tuna. Usaha ini diproyeksikan untuk dapat berproduksi secara optimal mulai tahun pertama hingga akhir tahun ketiga (sesuai umur proyek). Dengan rata-rata harga jual ikan sebesar Rp per kg, maka untuk satu tahun produksi diproyeksikan untuk memperoleh pendapatan sebesar Rp per bulan. Proyeksi produksi dan pendapatan usaha serta harga penjualan ditampilkan pada Tabel 5.6 dan Lampiran 4. Tabel 5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan No Produk Volume Unit Harga Jual Penjualan 1 Bulan 1 Tuna 2.250,0 kg Cakalang 1.000,0 kg Baby tuna 1.000,0 kg TOTAL Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point (BEP) Hasil proyeksi laba rugi usaha menunjukkan usaha pancing ulur telah menghasilkan laba (setelah pajak) pada tahun pertama (kapasitas 100%) sebesar Rp dengan nilai profit on sales 6,89%, dan mengalami peningkatan laba hingga tahun ke-3 yang berjumlah Rp dengan profit on sales 9,43% (Tabel 5.7). 28 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

41 PANCING ULUR BERUMPON Tabel 5.7. Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha No A Penerimaan Uraian Tahun Total Penerimaan B Pengeluaran i. Biaya Variabel ii. Depresiasi iii. Angsuran Bunga iv. Biaya Pemasaran/Distribusi Total Pengeluaran C R/L Sebelum Pajak D Pajak (15%) E Laba Setelah Pajak F Profit on Sales 6,89% 8,16% 9,43% G BEP: Rupiah kg Dengan membandingkan pengeluaran untuk biaya tetap terhadap biaya variabel dan total penerimaan, maka BEP usaha ini terjadi pada penjualan senilai Rp pada tahun ke-1 hingga Rp pada tahun ke-3. Selengkapnya proyeksi rugi laba usaha ditampilkan pada Lampiran 7. Tabel.5.8. Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha Uraian Nilai Laba per tahun Rp Profit Margin 8,16% BEP: Rupiah Rp Kg kg BANK INDONESIA 29

42 ASPEK KEUANGAN 5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan ikan hasil tangkapan selama satu tahun. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, termasuk angsuran pokok, angsuran bunga dan pajak penghasilan. Evaluasi profitabilitas rencana investasi dilakukan dengan menilai kriteria investasi untuk mengukur kelayakan pendirian industri yaitu meliputi NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio). Usaha pancing ulur berumpon dengan menggunakan asumsi yang ada menghasilkan NPV Rp pada tingkat bunga 14% dengan nilai IRR adalah 20,41% dan Net B/C Ratio 1,12. Berdasarkan kriteria dan asumsi yang ada menunjukkan bahwa usaha pancing ulur ini layak untuk dilaksanakan dengan Pay Back Period (PBP) selama 2,7 tahun. Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha pancing ulur berumpon selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 8. Tabel 5.9. Kelayakan Usaha Pancing Ulur Berumpon No Kriteria Nilai Justifikasi Kelayakan 1. NPV (Rp) Rp > 0 2. IRR 20,41% > 14% 3. Net B/C Ratio 1,12 > 1,00 4. Pay Back Period 2,7 tahun < 3 tahun 5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Dalam suatu analisis kelayakan suatu proyek, biaya produksi dan pendapatan biasanya akan dijadikan patokan dalam mengukur kelayakan usaha karena kedua hal tersebut merupakan komponen inti dalam suatu kegiatan usaha, terlebih lagi bahwa komponen biaya produksi dan pendapatan juga didasarkan pada asumsi dan proyeksi 30 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

43 PANCING ULUR BERUMPON sehingga memiliki tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi. Untuk mengurangi resiko ini maka diperlukan analisis sensitivitas yang digunakan untuk menguji tingkat sensitivitas proyek terhadap perubahan harga input maupun output. Dalam pola pembiayaan ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu: (1). Skenario I Sensitivitas kenaikan biaya variabel dimungkinkan dengan melihat perkembangan ekonomi saat ini dan kenaikan harga BBM sehingga memunculkan asumsi peningkatan biaya produksi/variabel, sedangkan pendapatan dianggap tetap/konstan. Kenaikan biaya operasional terjadi antara lain karena bahan baku dan bahan pembantu maupun upah tenaga kerja mengalami kenaikan. Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel ditampilkan pada Tabel 5.10 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 9 dan 10. Tabel Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik No Kriteria Naik 2% Naik 4,8% 1. NPV (Rp) Rp Rp IRR (%) 17,01% 12,21% 3. Net B/C Ratio 1,06 0,97 4. Pay Back Period 2,9 tahun 3,1 tahun Analisis sensitivitas berdasarkan Skenario I, biaya variabel mengalami kenaikan 2% dengan asumsi pendapatan tetap. Pada kenaikan biaya variabel sebesar 2%, Net B/C Ratio masih lebih dari satu, NPV positif dan IRR mencapai 17,01% serta PBP 2,9 tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada suku bunga 14% dengan kenaikan biaya variabel sebesar 2% maka proyek ini layak dilaksanakan. Pada kenaikan biaya variabel sebesar 4,8% menunjukkan kinerja sudah tidak layak lagi. BANK INDONESIA 31

44 ASPEK KEUANGAN (2). Skenario II Sensitivitas penurunan pendapatan dimungkinkan karena penurunan produk hasil tangkapan yang dapat terjual atau penurunan harga jual ikan hasil tangkapan, sedangkan biaya pengeluaran dianggap tetap/konstan. Hasil analisis sensitivitas akibat penurunan pendapatan ditampilkan pada Tabel 5.11 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 11 dan 12. Tabel Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun No Kriteria Turun 2% Turun 3,5% 1. NPV (Rp) Rp Rp IRR (%) 15,72% 12,14% 3. Net B/C Ratio 1,03 0,97 4. Pay Back Period 2,9 tahun 3,1 tahun Analisis sensitivitas berdasarkan Skenario II, pada saat pendapatan turun sebesar 2% diperoleh NPV positif, Net B/C Ratio lebih dari satu dengan IRR mencapai 15,72%. Dapat disimpulkan bahwa pada penurunan pendapatan sebesar 2% proyek tersebut layak dilaksanakan. Namun demikian, penurunan lebih dari 3,5% sudah tidak menunjukkan performa usaha yang layak lagi. (3). Skenario III Pada Skenario III, sensitivitas dilakukan dengan mengkombinasikan sensitivitas pada skenario I dan II, yaitu peningkatan biaya variabel dan penurunan pendapatan. Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel dan penurunan pendapatan secara bersamaan ditampilkan pada Tabel 5.12 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 13 dan POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

45 PANCING ULUR BERUMPON No Tabel Analisis Sensitivitas Kombinasi Kriteria Biaya Variabel Naik 1% dan Pendapatan Turun 1% Biaya Variabel Naik 2,1% dan Pendapatan Turun 2% 1. NPV (Rp) Rp Rp IRR (%) 16,36% 12,09% 3. Net B/C Ratio 1,04 0,97 4. Pay Back Period 2,9 tahun 3,1 tahun Analisis sensitivitas menurut Skenario III, diasumsikan terjadi penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel. Pada penurunan pendapatan 1% dan kenaikan biaya variabel masing-masing sebesar 1%, proyek tersebut masih layak dilaksanakan tingkat suku bunga 14% menghasilkan Net B/C Ratio lebih dari satu dan NPV positif serta IRR 16,36% (untuk kenaikan biaya 1%). Usaha sudah tidak menunjukkan tingkat kelayakannya pada tingkat penurunan pendapatan sebesar 2% dan peningkatan biaya variabel sebesar 2,1% Hambatan dan Kendala Hambatan dan kendala yang dihadapi oleh pengusaha pancing ulur berumpon adalah perubahan musim dan cuaca buruk. Pada cuaca buruk, tidak jarang rump[on yang dipasang dilaut putus dan hilang. Kondisi ini mengharuskan pengusaha untuk mencadangkan dana pembelian rumpon baru. BANK INDONESIA 33

46 34 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

47 BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial Sebagian besar kegiatan usaha masyarakat Kota Gorontalo khususnya dan Propinsi Gorontalo pada umumnya adalah bertani, berkebun atau nelayan. Sementara sebagian besar penduduk bermata pencaharian di bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan pegawai negeri. Roda perekonomian, selain dari perdagangan hasil pertanian dan perikanan, juga dari gaji pegawai negeri. Keberadaan usaha pancing ulur berumpon mampu meningkatkan pendapatan nelayan di daerah yang bersangkutan. Adanya usaha pancing ulur berumpon ini juga mendorong berkembangnya usaha perdagangan dan pengolahan, sehingga meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan nilai tambah usaha. Secara umum keberadaan dan pengembangan usaha pancing ulur berumpon memberi manfaat yang positif bagi wilayah sekitarnya, karena semakin terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat dan sekaligus peningkatan pendapatan daerah Aspek Dampak Lingkungan Proses produksi dalam usaha pancing ulur berumpon akan menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah padat umumnya berupa sisa-sisa ikan atau kotoran ikan yang dibuang. Limbah-limbah padat ini umumnya tidak berbahaya bagi lingkungan. Penanganan limbah ini cukup sederhana, yaitu dengan cara menguburkannya di dalam tanah dimana untuk bahan organik akan terurai menjadi bahan-bahan anorganik unsur hara tanah. BANK INDONESIA 35

48 ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN Limbah cair yang dihasilkan dari air sisa pencucian ikan yang umumnya langsung dibuang ke laut tanpa pengolahan terlebih dahulu. Dalam jangka waktu yang lama limbah ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang besar, karena itu tindakan pengolahan limbah secara sederhana sepertinya sudah menjadi keharusan. Pembuatan bak penampung limbah cair sederhana dapat menjadi salah satu alternatif penanganan limbah cair yang dihasilkan dari usaha pancing ulur berumpon. 36 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

49 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan a. Usaha pancing ulur berumpon mempunyai peranan penting dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga bagi masyarakat nelayan. b. Dua faktor terpenting bagi keberhasilan usaha pancing ulur berumpon selain faktor cuaca dan pemilihan lokasi penangkapan juga keterampilan nelayan. c. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk usaha pancing ulur berumpon adalah Rp , yang dibiayai dari pinjaman kredit 60% (Rp ) dan modal sendiri 40% (Rp ), dengan bunga pinjaman 14% dan masa pinjaman kredit investasi selama 3 tahun. Biaya modal kerja adalah sebesar Rp yang dibiayai dari pinjaman kredit 60% (Rp ) dan biaya sendiri 40% (Rp ), dengan bunga pinjaman 14% dan masa pinjaman kredit selama 3 tahun. d. Analisis keuangan dan kelayakan proyek usaha pancing ulur berumpon sesuai asumsi yang digunakan adalah layak untuk dilaksanakan dengan nilai NPV Rp , IRR 20,41%, Net B/C 1,12 dan PBP 2,7 tahun. Industri ini juga mampu melunasi kewajiban angsuran kredit kepada bank. e. Usaha pancing ulur berumpon ini sensitif terhadap kenaikan biaya variabel maupun penurunan pendapatan. f. Pengembangan usaha pancing ulur berumpon memberikan manfaat yang positif dari aspek sosial ekonomi wilayah dengan terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat dan tidak menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan. BANK INDONESIA 37

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PANCING ULUR BERUMPON

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PANCING ULUR BERUMPON POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PANCING ULUR BERUMPON HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KATA PENGANTAR Cetakan Syariah Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank Indonesia

Lebih terperinci

PANCING RAWAI BANK INDONESIA

PANCING RAWAI BANK INDONESIA POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL PANCING RAWAI BANK INDONESIA KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknik Unit penangkapan pancing rumpon merupakan unit penangkapan ikan yang sedang berkembang pesat di PPN Palabuhanratu. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang

Lebih terperinci

INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM

INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM BANK INDONESIA KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

INDUSTRI KERUPUK UDANG

INDUSTRI KERUPUK UDANG POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL INDUSTRI KERUPUK UDANG BANK INDONESIA KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA Kesenjangan informasi (asymmetric information) antara produk perbankan beserta persyaratan yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28 Jurnal perikanan dan kelautan 17,2 (2012): 28-35 ANALISIS USAHA ALAT TANGKAP GILLNET di PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI TELUR ASIN (Pola Pembiayaan Konvensional)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI TELUR ASIN (Pola Pembiayaan Konvensional) POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI TELUR ASIN (Pola Pembiayaan Konvensional) BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting di Kabupaten Nias dan kontribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Hasil analisis LGP sebagai solusi permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan.........

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG 66 6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG Hubungan patron-klien antara nelayan dengan tengkulak terjadi karena pemasaran hasil tangkapan di TPI dilakukan tanpa lelang. Sistim pemasaran

Lebih terperinci

C E =... 8 FPI =... 9 P

C E =... 8 FPI =... 9 P 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Penelitian

Lebih terperinci

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif A. PENDAHULUAN Terlaksananya suatu proyek investasi, seringkali tergantung kepada pertimbangan manajemen yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Pertimbangan kuantitatif lebih bersifat kepada pendekatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa Makassar ABSTRAK

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa Makassar   ABSTRAK ASPEK FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN IKAN TUNA MADIDIHANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HANDLINE) DI KECAMATAN BONTOTIRO KABUPATEN BULUKUMBA Heriansah, Andi Aslinda, dan Fardi Hidayat Sekolah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi 7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biayabiaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabe berasal dari Amerika Tengah dan saat ini merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Hampir semua rumah tangga

Lebih terperinci

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP Lampiran 1. Analisis finansial unit penangkapan bagan perahu di Kabupaten Bangka Selatan No Uraian Total I Investasi 1. Kapal dan perlengkapan bangunan bagan 95.. 2. Mesin 15.. 3. Mesin Jenset 5.. 4. Perlengkapan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kredit adalah salah satu faktor yang berperan penting di dalam pengembangan usaha. Pada umumnya ada dua jenis kredit, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari   ABSTRAK EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU Oleh T Ersti Yulika Sari Email: nonnysaleh2010@hotmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui usaha perikanan tangkap yang layak untuk

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) Nama : Sonny Suryadi NPM : 36410653 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA 1 ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA THE ANALYSIS OF PURSE SEINE AT THE PORT OF SIBOLGA ARCHIPELAGO FISHERY TAPANULI REGENCY

Lebih terperinci

VII. IMPLEMENTASI MODEL

VII. IMPLEMENTASI MODEL VII. IMPLEMENTASI MODEL A. HASIL SIMULASI Simulasi model dilakukan dengan menggunakan data hipotetik berdasarkan hasil survey, pencarian data sekunder, dan wawancara di lapangan. Namun dengan tetap mempertimbangkan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perbedaan Syariah dengan Konvensional 2.1.1. Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank Konvensional Kusafarida (2003) dalam skripsinya meneliti tentang perbandingan kinerja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PRESENTASI TUGAS AKHIR 2

PENDAHULUAN PRESENTASI TUGAS AKHIR 2 SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PRODUKSI KAPAL PENAMPUNG IKAN DI DAERAH SULAWESI UTARA Oleh: M. MARTHEN OKTOUFAN N. N.R.P. 4106 100 074 Dosen Pembimbing: Sri Rejeki Wahyu Pribadi, ST, MT

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdapat dalam sektor perikanan dan kelautan yang meliputi beberapa elemen sebagai subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kabupaten Buton diperkirakan memiliki luas sekitar 2.509,76 km 2, dimana 89% dari luas wilayah tersebut merupakan perairan laut. Secara geografis Kabupaten Buton terletak

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam rencana melakukan investasi usaha baru, investor toko Salim Jaya perlu melakukan peninjauan terlebih dahulu dengan memperhitungkan dan menganalisis rencana investasinya. Hasil peninjauan

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi 93 6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu Unit penangkapan bagan yang dioperasikan nelayan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar berukuran panjang lebar tinggi adalah 21 2,10 1,8 m, jika dibandingkan

Lebih terperinci

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE 1 THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE By Esra Gerdalena 1), Zulkarnaini 2) and Hendrik 2) Email: esragerdalena23@gmail.com 1) Students of the Faculty

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi minyak bumi, salah satunya dengan menerapkan teknologi Enhanched Oil Recovery (EOR) pada lapangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci