POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PANCING ULUR BERUMPON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PANCING ULUR BERUMPON"

Transkripsi

1

2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PANCING ULUR BERUMPON

3 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

4 KATA PENGANTAR Cetakan Syariah Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank Indonesia memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan penyediaan informasi. Salah satu informasi yang disediakan oleh Bank Indonesia adalah buku pola pembiayaan. Sampai saat ini, telah tersedia 106 judul komoditi. Buku pola pembiayaan tersebut semua mengunakan sistem konvensional (suku bunga). Untuk mendukung perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang makin pesat pada tahun-tahun terakhir ini, Bank Indonesia mengusahakan penyediaan buku pola pembiayaan dengan sistem syariah. Buku pola pembiayaan syariah yang disediakan merupakan konversi dari data dan informasi buku yang sudah diterbitkan. Oleh karena itu bagi peminat yang ingin memanfaatkannya diharapkan dapat menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Dari 106 judul buku pola pembiayaan yang sudah tersedia, sampai dengan tahun 2008 Bank Indonesia telah mengkonversikan ke sistem syariah sebanyak 21 judul buku. Pada tahun 2009, Bank Indonesia melakukan konversi 5 (lima) buku pola pembiayaan ke sistem syariah. Satu diantara buku pola pembiayaan yang dikonversikan ke sistem syariah adalah pancing ulur berumpon. Sedangkan produk pola pembiayaan syariah yang digunakan adalah dengan akad murabahah (jual beli). Dalam penyusunan pola pembiayaan dengan sistem syariah, Bank Indonesia memperoleh bantuan dari banyak pihak antara lain PT. Bank Syariah Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk, PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Mega Indonesia dan berbagai nara sumber korespodensi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan syariah ini, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan BPR dan UMKM (BPBU) menyampaikan terimakasih. i

5 Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: BPBU - Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM (TP3KU), Bank Indonesia dengan alamat: Gedung Tipikal (TP), Lt. V Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta Telp: (021) , Fax: (021) BTeknis_PUKM@bi.go.id Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta, Desember 2009 ii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

6 Ringkasan Pola Pembiayaan Usaha Kecil Syariah Pancing Ulur Berumpon No Unsur Pembiayaan Uraian 1 Jenis usaha Pancing Ulur Berumpon 2 Skala usaha Nelayan minimal harus memiliki sedikitnya satu rumpon dengan ukuran 3x12x3 m sebagai media tempat pengumpulan ikan tuna 3 Lokasi Usaha Kota Gorontalo, Propinsi Gorontalo 4 Dana yang diperlukan - Investasi = Rp ,- - Modal Kerja = Rp ,- - Total = Rp ,- 5 Sumber Dana Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan modal sendiri 6 Plafon Pembiayaan dan kontribusi nasabah a. Plafon pembiayaan dari LKS - Pembiayaan investasi untuk pembelian 1 buah kapal penampung (mesin penggerak) dan pengadaan 1 buah rumpon ukuran 3x12x3 m sebesar total Rp ,- - Pembiayaan modal kerja untuk pengadaan perbekalan selama 1 bulan = Rp ,- b. Kontribusi nasabah - Biaya investasi = Rp ,- - Biaya modal kerja = Rp ,- Total kontribusi nasabah sebesar Rp ,- 7 Akad pembiayaan Kebutuhan pembiayaan syariah untuk usaha pancing ulur berumpon dipenuhi dengan akad murabahah ( jual beli), hal ini karena sifat kebutuhan pembiayaan adalah untuk pembelian barang dan mesin. iii

7 8 Jangka Waktu Pembiayaan Pembiayaan investasi dan modal kerja selama 3 tahun, tanpa masa tenggang (grace period). 9 Tingkat Margin Murabahah 8,5% (setara flat per tahun pada bank konvensional) 10 Periode Pembayaran Pembiayaan 11 Kelayakan Usaha a. Periode Proyek b. Kapasitas Produksi c. Tingkat Teknologi d. Pemasaran Produk Angsuran pembiayaan pokok dan margin dibayarkan setiap bulan 5 tahun kg/bulan Manual dan Mesin sederhana Pedagang pengumpul (ekspor) dan atau eceran 12 Kelayakan Usaha a. Total margin yang diperoleh dari pembiayaan investasi dan modal kerja adalah Rp ,-. b. Usaha pancing ulur berumpon, mampu menghasilkan keuntungan yang dapat digunakan untuk membayar kewajiban pembiayaan kepada LKS. c. Dengan demikian usaha pancing ulur berumpon layak untuk diusahakan. iv POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

8 DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR... i RINGKASAN... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR FOTO... viii DAFTAR TABEL... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1. Profil Usaha Pola Pembiayaan... 4 BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1. Aspek Pasar Permintaan Penawaran Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Aspek Pemasaran Harga Jalur Pemasaran Produk Kendala Pemasaran v

9 BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1. Lokasi Usaha Fasilitas Produksi dan Peralatan Tenaga Kerja Teknologi Proses Produksi Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi Produksi Optimum Kendala Produksi BAB V ASPEK KEUANGAN 5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan Karakteristik Usaha Pancing Ulur Berumpon Pola Usaha dan Pembiayaan Produk Murabahah Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional Biaya Investasi Biaya Operasional Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Proyeksi Produksi dan Pendapatan Proyeksi Laba Rugi dan Break Event Point (BEP) Proyeksi Arus Kas Proyeksi Perolehan Margin Pembiayaan Hambatan dan Kendala BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial Aspek Dampak Lingkungan vi POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

10 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR WEBSITE DAFTAR LAMPIRAN vii

11 DAFTAR GAMBAR Gambar Hal 1.1 Rumpon dan Konstruksi Skema Jalur Pemasaran hasil tangkapan pancing ulur DAFTAR FOTO Foto Hal 2.1 Perahu Pancing Ulur Perahu Penampung Nelayan Sedang Melakukan Pemancingan Rangkaian Perahu Penangkap di Sekitar Rumpon Hasil Tangkapan Pancing Ulur viii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

12 DAFTAR TABEL Tabel Hal 3.1 Volume Ikan Pelagis Besar (ton) yang Diperdagangkan dari Propinsi Gorontalo Pengeluaran untuk Ikan, Konsumsi per Kapita Seminggu dan Nilai Ekspor Ikan dari Tahun Produksi Hasil Tangkapan Utama Pancing Ulur di Propinsi Gorontalo Harga Ikan Hasil Tangkapan Pancing Ulur di Gorontalo Tahun Peralatan Penangkapan Ikan Pancing Ulur dan Rumpon Asumsi untuk Analisis Keuangan Komposisi Biaya Investasi Komponen Biaya Operasional Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja Proyeksi Produksi dan Pendapatan Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Rata-rata Laba Rugi dan BEP Proyeksi Arus Kas ix

13 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

14 BAB I PENDAHULUAN Kegiatan penangkapan ikan adalah kegiatan berburu di laut. Untuk mengurangi tingkat kegagalan, maka nelayan mengubah pola berburu ikan di laut dengan cara menggembalakan ikan untuk kemudian memanennya dengan mudah. Proses penggembalaan ikan dilakukan dengan memanipulasi kebiasaan atau tingkah laku ikan dalam merespon suatu rangsangan dari luar. Dalam hal ini, ikan mempunyai kebiasaan melindungi diri dari mangsa atau mencari mangsa dengan cara berkumpul pada suatu benda yang terapung di permukaan air. Atas dasar tersebut, kemudian nelayan membuat benda terapung buatan untuk mengumpulkan ikan dan menggembalakannya untuk kemudian dipanen. Benda yang sering digunakan untuk mengumpulkan ikan tersebut sering di sebut sebagai rumpon. Berdasarkan penempatannya, rumpon dapat dibedakan menjadi dua, yaitu rumpon laut dalam dan rumpon laut dangkal. Gambar 1.1 Rumpon dan Konstruksi 1

15 PENDAHULUAN Rumpon laut dalam digunakan untuk menangkap jenis-jenis yang sifatnya migratory di laut lepas. Jenis-jenis ikan yang menjadi target tangkapan adalah ikan tuna, tongkol, cakalang, madidihang, layang, dsb. Sebagai daerah migrasi ikan-ikan jenis tuna, nelayan di Teluk Tomini khususnya di Propinsi Gorontalo mengembangkan rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan. Selain di Gorontalo, perikanan pancing ulur dan rumpon untuk menangkap ikan tuna juga berkembang di beberapa daerah seperti, perairan Sulawesi, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, dan Papua. Untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang kegiatan usaha perikanan rumpon dan pancing ulur, maka dalam buku lending model ini beberapa aspek yang meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek produksi, aspek keuangan, aspek ekonomi dan aspek lingkungan akan dijelaskan. Selanjutnya, dalam rangka menyebarluaskan hasil-hasil penelitian kepada masyarakat luas, maka buku pola pembiayaan pancing ulur berumpon ini akan diunggah (up load) dalam Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (SI-PUK) yang sudah terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses melalui website Bank Indonesia ( 2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

16 BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1. Profil Usaha Usaha penangkapan ikan dengan pancing ulur yang dikombinasikan dengan menggunakan rumpon merupakan kegiatan yang mempunyai prospek cukup baik. Dari sisi hasil tangkapannya, ikan hasil tangkapan pancing ulur di sekitar rumpon mempunyai mutu yang baik (dari kondisi fisik dan biologis). Dengan kondisi hasil tangkapan yang baik, maka hasil tangkapannya tidak mengalami kendala dalam pemasarannya. Foto 2.1 Perahu Pancing Ulur Kegiatan ini banyak dioperasikan di Propinsi Gorontalo, khususnya Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango. Usaha pancing ulur sendiri merupakan kegiatan penangkapan yang sederhana, dan membutuhkan modal biaya operasi 3

17 PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN maupun investasi yang rendah. Karena membutuhkan modal usaha yang rendah, maka pancing ulur dioperasikan hampir sebagaian nelayan di lokasi kajian. Dengan target tangkapan tuna yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, usaha penangkapan ini mempunyai prospek yang cukup baik. Selain tuna, ikan yang biasa tertangkap adalah jenis baby tuna, cakalang dan madidihang. Unit usaha perikanan pacing ulur dan rumpon terdiri atas satu unit rumpon, 5 unit perahu penangkap dan satu unit perahu pengumpul. Rumpon dan kapal penampung, biasanya dimiliki oleh perusahaan atau milik kelompok, sedangkan kapal penangkap biasanya dimiliki oleh perseorangan. Untuk menjaga dan mengetahui nelayan-nelayan yang melakukan kegiatan di sekitar rumpon, rumpon biasanya dijaga oleh satu orang yang ditugaskan oleh perusahaan atau kelompok. Kapal penangkap yang biasanya dioperasikan oleh 2 orang nelayan, akan meminta ijin kepada penjaga rumpon sebelum operasi penangkapan dilakukan. Bila diijinkan, maka perahu penangkap berkewajiban untuk membayar bagi hasil tangkapannya sebesar 10% dari nilai hasil tangkapannya. Perahu penampung, akan berkeliling antar kapal di rumpon untuk menampung hasil tangkapan nelayan. Selama ini, nelayan-nelayan di lokasi kajian tidak memiliki hubungan kerjasama atau keterikatan dengan perusahaan penampung atau industri pengolahan ikan. Nelayan bebas melakukan penjualan, karena modal yang mereka butuhkan selama ini dipenuhi oleh Taksi Mina Bahari (TMB), suatu unit ekonomi produktif pemerintah propinsi Gorontalo. Dengan posisi yang seperti ini, maka harga ikan dapat dijaga sehingga tetap menguntungkan nelayan Pola Pembiayaan Sumber pembiayaan usaha rumpon pancing ulur biasanya berasal dari pengusaha sendiri dan atau bantuan pihak lain maupun dari kredit bank konvensional dengan proporsi yang sangat beragam. Selain dari beberapa sumber modal tersebut, pada beberapa tahun terakhir nelayan di lokasi kajian juga mendapatkan bantuan permodalan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. 4 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

18 Pancing Ulur Berumpon Skim kredit konvensional yang tersedia pada lokasi usaha antara lain skim Kredit Usaha Kecil (KUK) dari BRI Unit Gorontalo. Skim KUK yang diberikan adalah kredit modal kerja dan atau modal investasi. Dalam pelaksanaannya, pimpinan BRI unit berdasarkan kewenangannya dapat memberikan keputusan kredit dengan nilai plafon maksimum sebesar Rp 50 juta. Sumber pembiayaan selain dari bank konvesional di atas juga dapat berasal dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Merujuk pada perkembangan perbankan syariah, maka pada buku ini akan disampaikan contoh pembiayaan syariah. Salah satu contoh alternatif produk syariah yang digunakan untuk pembiayaan usaha pancing ulur berumpon adalah murabahah (jual beli). Kriteria yang menjadi pertimbangan bank dalam melakukan analisis kredit/pembiayaan kepada nasabah adalah 5C, yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral (jaminan) dan condition (kondisi). 5

19 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

20 BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1. Aspek Pasar Permintaan Komoditas hasil tangkapan pancing ulur pada rumpon mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi ikan tuna, cakalang serta tenggiri menjadi komoditas ekspor baik yang diperdagangkan langsung dari Gorontalo maupun melalui pedagang pengumpul di kota lain seperti Surabaya, Jakarta, Makassar dan Bali. Secara umum, perdagangan produk tuna dari Propinsi Gorontalo dari tahun ke tahun menunjukkan tingkat yang stabil. Berdasarkan catatan dari Departemen Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo, produk tuna setelah dikirim ke pedagang pengumpul di kota lain kemudian diekspor ke negara tujuan utama Jepang dan beberapa negara tujuan lainnya. Tabel 3.1 Volume Ikan Pelagis Besar (ton) yang Diperdagangkan dari Propinsi Gorontalo No. Keterangan Tuna ,00 73,40 2 Cakalang 1.718,00 41,10 137,40 3 Tenggiri 32,15 7,30 75,00 4 Tuna loin 292,29 605,00 801,00 Sumber: DKP Propinsi Gorontalo (Data diolah kembali) 7

21 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Meskipun masih tergolong rendah, permintaan ikan di dalam negeri terus mengalami peningkatan. Bila pengeluaran rata-rata per bulan untuk ikan pada tahun 2005 sebesar Rp10.675,- meningkat menjadi Rp13.622,- pada tahun Lebih lanjut BPS (2008) melaporkan bahwa tingkat konsumsi rata-rata per kapita seminggu untuk ikan dan udang juga mengalami peningkatan, bila konsumsi udang dan ikan segar pada tahun 2005 sebesar 0,252 kg/kapita/minggu kemudian naik menjadi 0,260 kg/ kapita/minggu (tabel 3.2). Dengan jumlah penduduk yang selalu bertambah, dan kesadaran masyarakat yang sudah mulai membaik tentang konsumsi ikan, maka permintaan ikan dari tahun ke tahun akan selalu bertambah besar. Sehingga penambahan produksi ikan di masa yang akan datang menjadi tantangan tersendiri. Disisi lainnya, dari sisi perdagangan luar negeri, performa perdagangan ikan dan udang juga menunjukkan peningkatan.dengan masih mengandalkan pada produk udang dan tuna, nilai eksport perikanan meningkat dari USD1.324 pada tahun 2005 meningkat menjadi USD1.493 pada tahun Tabel 3.2 Pengeluaran Untuk Ikan, Konsumsi per Kapita Seminggu dan Nilai Ekspor Ikan dari Tahun No. Keterangan Pengeluaran pangan per kapita (Rp1000,-) 168,8-194,2 2 Pengeluaran rata-rata per bulan untuk ikan (Rp.) Konsumsi rata-rata per kapita seminggu a. Udang dan Ikan segar (kg) 0,252 0,281 0,260 b. Udang dan ikan yang diawetkan (ons) 0,441 0,499 0,523 4 Eksport udang dan ikan (juta USD) POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

22 Pancing Ulur Berumpon Penawaran Secara umum, produksi tuna dan cakalang menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Namun demikian, produksi tongkol menunjukkan tingkat produksi yang menurun dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Harga jual produk yang stabil dan tinggi mendorong untuk melakukan proses penangkapan yang lebih intensif. Di sisi lainnya, tren peningkatan nilai produksi dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa kondisi perairan di lokasi kajian masih belum menunjukkan gejala lebih lengkap (Tabel 3.3.) Tabel 3.3. Produksi Hasil Tangkapan Utama Pancing Ulur di Propinsi Gorontalo Komoditi utama Tuna 1.752, ,7 3,342, Cakalang 1.847, , , Tongkol 2.704, , , Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Dalam prakteknya, kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur di rumpon ini tidak terjadi persaingan dalam proses pemasaran hasil. Persaingan terjadi pada proses penangkapan ikan, dimana rumpon yang tersedia di lokasi kajian belum optimal untuk menampung seluruh armada penangkapan ikan yang ada. Karena produk ikan yang relatif sulit dalam pengolahannya dan harga ikan yang lebih mahal dibandingkan dengan produk protein hewani lainnya seperti ayam atau telur ayam, maka pesaing utama dari perdagangan ikan 9

23 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN ini adalah produk-produk substitusi yang memang sudah cukup dikenal masyarakat baik dari sisi kebiasaan atau cara pengolahannya Aspek Pemasaran Harga Ikan yang dihasilkan dari kegiatan penangkapan ikan dengan pancing ulur di rumpon ini cukup banyak, seperti tuna, cakalang, tenggiri dan baby tuna. Harga jual dari produk tangkapan usaha ini secara rata-rata adalah Rp19.800,- per kg. Secara umum, selama ini nelayan tidak mempunyai kekuatan untuk menentukan harga ikan, Harga ikan biasanya ditentukan oleh pedagang pengumpul yang mengambil hasil tangkapannya di laut. Sementara itu, pada tahapan rantai pemasaran selanjutnya, pedagang pengumpul juga tidak mempunyai kekuatan untuk menentukan harga ikan pada saat menjual ikan kepada pedagang besar antar pulau. Pada level nelayan, harga jual untuk ikan tuna adalah sebesar Rp27.000,-/kg dan cakalang dijual dengan nilai Rp20.000,-/kg. Sedangkan baby tuna dijual dengan harga Rp12.500,-/kg. Tabel 3.4 Harga Ikan Hasil Tangkapan Pancing Ulur di Gorontalo Tahun 2008 No. Produk Harga (Rp./kg) 1 Tuna (Thunnus sp) Cakalang (Katsuwonus sp) Baby tuna POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

24 Pancing Ulur Berumpon Jalur Pemasaran Produk Penjualan produk usaha pancing ulur ini dapat dilakukan sendiri oleh nelayan atau melalui pedagang pengumpul (toke) untuk kemudian diekspor atau dijual langsung ke konsumen. Pola pemasaran produk pancing ulur ini secara umum terbagi tiga, yaitu : a. Nelayan menjual langsung produknya ke pasar-pasar setempat. Pada pola ini daerah pemasaran hanya berkisar pada pasar-pasar yang terdapat pada kota yang sama dengan daerah produsen pancing ulur yang bersangkutan. b. Nelayan atau pengumpul menjual ikan ke pengolah untuk kemudian di pasarkan ke luar negeri c. Pedagang besar di Gorontalo, kemudian menjual ikan kepada pedagang eksportir di Jakarta, Bali dan Surabaya d. Pedagang eksportir kemudian mengekspor ikan ke luar negeri. Nelayan Pengolah Pedagang eksportir Konsumen luar negeri Pengumpul Pedagang besar Konsumen lokal Gambar 3.1 Skema Jalur Pemasaran Hasil Tangkapan Pancing Ulur 11

25 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Kendala Pemasaran Kendala pemasaran yang dihadapi oleh usaha pancing ulur adalah fluktuasi hasil tangkapan karena berubahnya sistem musim. Selain itu, lemahnya pemasaran dimana jalur-jalur pemasaran masih dikuasai oleh pedagang perantara, menyebabkan nelayan kurang mempunyai posisi tawar yang baik. 12 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

26 BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1. Lokasi Usaha Kegiatan ini berlokasi di Kota Gorontalo, Propinsi Gorontalo. Lokasi ini berhadapan langsung dengan Teluk Tomini, yang merupakan lokasi penangkapan ikan bagi perahu pancing ulur. Untuk melakukan aktivitas penangkapan, rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan dilepas di lepas pantai untuk beberapa hari. Selanjutnya, dengan mendatangi rumpon yang telah dipasang sebelumnya kemudian nelayan melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon. 4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan Fasilitas produksi yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi: rumpon, perahu penangkap ikan dan perahu penampung (Tabel 4.1). Dalam satu unit usaha pancing ulur dengan rumpon ini, terdiri atas 1 unit rumpon, 5 unit kapal penangkap, dan 1 kapal penampung. Kapal penangkap yang digunakan untuk operasi penangkapan ikan mempunyai ukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 m. Untuk menggerakkan perahu tersebut dibutuhkan mesin perahu dengan kekuatan 5,5 PK. Sedangkan kapal penampung yang digunakan biasanya mempunyai panjang 21m, lebar 3 m dan tinggi 1,4 m. Mesin penggerak perahu penampung berkekuatan 90 PK. Pada operasi penangkapan yang dikombinasikan dengan rumpon, rumpon yang digunakan mempunyai ukuran 3 x 12 x 3 meter. Perahu biasanya dibeli jadi dari Sulawesi Tengah, sedangkan bagan dan pancing ulur dibuat sendiri. 13

27 ASPEK TEKNIS PRODUKSI Foto 4.1 Perahu Penampung No. Tabel 4.1 Peralatan Penangkapan Ikan Pancing Ulur dan Rumpon 1 Kapal penangkap Keterangan Kapal Ukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 m Pancing ulur Mesin Penggerak 5,5 PK 2 Kapal penampung Kapal Ukuran 21 x 3,0 x 1,4 m Mesin Penggerak 90 PK 3 Rumpon Jumlah/ unit usaha Harga satuan Rumpon (3X12X3m) Biaya lainnya Biaya Surat-surat POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

28 Pancing Ulur Berumpon 4.3 Tenaga Kerja Tenaga kerja yang terlibat dalan kegiatan ini terdiri dari 2 orang untuk masingmasing perahu penangkap ikan, 1 orang penunggu rumpon dan 5 orang yang mengoperasikan perahu penampung. Total tenaga kerja yang terlibat dalam satu unit usaha kegiatan ini adalah 16 orang. Jurumudi/kapten perahu penangkap ikan, biasanya adalah pemilik perahu, dibantu oleh tenaga kerja lainnya, yang biasanya diambil dari anggota keluarga yang lain. Sedangkan penjaga rumpon, adalah orang yang diberikan kepercayaan oleh kelompok atau perusahaan untuk menjaga dan mencatat perahu-perahu yang melakukan penangkapan di rumpon. Lima orang yang mengoperasikan kapal penampung, selain membeli ikan-ikan hasil tangkapan nelayan penangkap juga membawa perbekalan penangkapan ikan untuk perahu-perahu penangkap ikan. ABK perahu penampung adalah anggota kelompok. Bila perahu penampung milik perusahaan, maka ABK adalah tenaga kerja yang dibayar oleh perusahaan. Untuk kapal penampung milik kelompok, ABK akan mendapatkan bayaran sebesar 70% dari nilai hasil tangkapan setelah dikurangi perguliran (30% dari total hasil tangkapan), biaya operasional, dan biaya perawatan (30% dari 70% hasil tangkapan setelah dikurangi biaya operasional). Sedangkan untuk pemasaran, Lembaga Keuangan Syariah tidak memperhitungkan sebagai biaya tenaga pemasaran karena hasil tangkapan sudah mempunyai captive market (lokal dan ekspor) meskipun melalui pedagang perantara. Foto 4.2. Nelayan Sedang Melakukan Pemancingan 15

29 ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.4 Teknologi Teknologi yang digunakan dalam operasi penangkap ikan ini masih sangat sederhana. Upaya untuk mengumpulkan ikan dilakukan dengan menggunakan rumpon. Sedangkan untuk memperbaiki kualitas hasil tangkapan, utamanya untuk mengurangi stress ikan dan banyaknya darah yang keluar, nelayan di Gorontalo menggunakan jaket tuna, yaitu kerangka besi seperti tabung yang digunakan untuk mengurangi gerak ikan setelah ditangkap dengan pancing. Pada kegiatan penangkapan ikan dengan pancing ulur yang dilengkapi rumpon ini, ketergantungan kegiatan penangkapan ikan terhadap rumpon sangat tinggi. Sehingga, teknologi rumpon yang diterapkan akan sangat menentukan keberhasilan penangkapan ikan. Dalam banyak kesempatan, rumpon ini sering terbawa oleh gelombang yang besar dan rusak. Oleh sebab itu, teknologi rumpon yang lain dengan memanfaatkan drum plastik atau dari bahan besi bisa dijadikan alternatif perbaikan teknologi yang ada. 4.5 Proses Produksi Proses produksi pancing ulur yang dilakukan dalam studi pola pembiayaan ini adalah proses penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur. Proses penangkapan ikan dengan pancing ulur adalah sebagai berikut : 1. Persiapan, yaitu mempersiapkan seluruh perbekalan ke laut dan anak buah kapal yang terlibat dalam operasi penangkapan ikan. Persiapan biasanya dilakukan pada waktu subuh atau menjelang pagi hari. 2. Perjalanan menuju daerah penangkapan ikan, Setelah persiapan selesai, armada penangkapan kemudian menuju daerah penangkapan (rumpon) yang telah direncanakan. Perjalanan menuju daerah penangkapan ikan biasanya akan memakan waktu 2 4 jam dari pelabuhan perikanan. Kirakira pukul WITA perahu penangkapan ikan sudah sampai di daerah penangkapan ikan yang menjadi tujuan penangkapan ikan. 16 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

30 Pancing Ulur Berumpon 3. Pemasangan pancing, bila ikan di sekitar rumpon dinilai layak, dari segi jumlah ikan dan keselamatan operasi penangkapan kemudian dilakukan operasi penangkapan. Untuk dapat mengoperasikan pancing ulur di sekitar rumpon, maka nelayan harus meminta ijin terlebih dahulu. Bila diijinkan kemudian dilakukan penambatan perahu ke rumpon, dan perahu penangkap siap beroperasi. Penjaga rumpon kemudian mencatat nelayan yang menangkap di rumponnya. Nama-nama nelayan tersebut kemudian dilaporkan kepada pemilik/pengurus rumpon di darat untuk kemudian dijadikan dasar penagihan kepada pengumpul ikan dimana hasil tangkapan nelayan-nelayan tersebut dijual. 4. Perendaman pancing, untuk memberi kesempatan ikan datang mendekati mata pancing dan memakan umpan yang ada di mata pancing, pancing direndam selama kurang lebih 2 jam. Untuk mendapatkan umpan, nelayan melakukan penangkapan umpan terlebih dahulu. Umpan ditangkap dengan jenis pancing yang berukuran lebih kecil. Pada proses perendaman pancing ini, biasanya nelayan akan membuat variasi dengan cara menyentaknyentakkan senar pancing. Kegiatan ini dilakukan terus menerus sampai mata pancing dimakan ikan atau umpan hilang. Bila umpan sudah habis atau hilang maka kemudian dilakukan proses pemasangan umpan dan memancing lagi. 5. Pengangkatan pancing, bila mata pancing dimakan oleh ikan, maka nelayan kemudian melakukan proses pengangkatan pancing. Untuk proses pengangkatan pancing, diperlukan keahlian khusus, karena ikan yang ditangkap berukuran besar. Bila umpan dimakan ikan, maka nelayan akan mengulur senar pancing dan kemudian menarik mendadak dengan menyentak senar. Selanjutnya secara perlahan ikan ditarik ke perahu. 6. Pemasangan ulang, bila belum membuahkan hasil tangkapan, dan hasil tangkapan belum mencukupi secara ekonomi, akan dilakukan proses penangkapan ulang. 17

31 ASPEK TEKNIS PRODUKSI 7. Penjualan hasil tangkapan, hasil tangkapan nelayan yang sudah masuk kelompok biasanya akan ditampung oleh perahu penampung, akan tetapi bagi nelayan non-anggota dapat menjual hasil tangkapannya dimana saja. 8. Kembali ke fishing base, bila hasil tangkapan telah mencukupi atau bila waktu operasi telah lebih dari 12 jam, maka kemudian diputuskan untuk kembali ke fishing base. Secara umum, nelayan-nelayan di lokasi kajian akan sampai di fishing base (pelabuhan perikanan) sekitar pukul WITA. Foto 4.3 Rangkaian Perahu Penangkap di Sekitar Rumpon Karena laut merupakan wahana multifungsi, maka pemasangan rumpon harus memperhatikan beberapa hal: a) Tidak mengganggu alur pelayaran b) Jarak antar rumpon minimal 10 mil laut c) Tidak dipasang dengan cara pemasangan yang mengakibatkan efek pagar (zig-zag) Selanjutnya, berdasarkan Kep.30/MEN/2004 tentang pemasangan dan pemanfaatan rumpon, maka pengajuan ijin pemasangan rumpon diatur dengan ketentuan sbb.: 18 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

32 Pancing Ulur Berumpon a) Pemasangan pada perairan dengan jarak 2 mil laut sampai 4 mil laut dari garis pantai pada titik surut terendah ijin diberikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat Kabupaten/Kota b) Pemasangan pada perairan dengan jarak 4 mil laut sampai 12 mil laut dari garis pantai pada titik surut terendah ijin diberikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat Propinsi c) Pemasangan pada perairan dengan jarak di atas 12 mil laut dari garis pantai pada titik surut terendah sampai ZEE ijin diberikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat Kabupaten/Kota 4.6 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi Jenis ikan yang dihasilkan dari proses penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur di sekitar rumpon ini adalah tuna, cakalang, baby tuna, tenggiri dan beberapa jenis ikan lainnya. Secara umum, dalam satu kali operasi penangkapan ikan akan dihasilkan rata-rata hasil tangkapan sebanyak 15 kg ikan per perahu penangkap ikan. Ini dengan asumsi bahwa dalam setiap 3 hari dihasilkan 1 ekor ikan tuna yang bobotnya mencapai 50 kg/ekor, atau produk lain yang setara. Karena ikan tuna ditangkap dengan menggunakan pancing maka mutu ikan terjamin. Disamping itu, inovasi dalam mengurangi gerakan ikan dengan menggunakan jaket tuna juga mempertinggi kualitas ikan hasil tangkapan. 4.7 Produksi Optimum Seperti kegiatan menangkap ikan pada umumnya, maka faktor cuaca dan musim memegang peranan yang sangat penting. Pada musim ikan, dengan asumsi setiap hari tertangkap ikan tuna dengan bobot 34 kg, maka dalam sebulan (25 hari kerja) sudah mampu menghasilkan ikan sebanyak 850 kg. Bila dalam satu unit penangkapan pancing ulur 5 kapal penangkap, maka secara total akan dihasilkan kg. 19

33 ASPEK TEKNIS PRODUKSI Tuna yang menjadi target utama penangkapan, tidak tertangkap sepanjang tahun, melainkan hanya sekitar 6 bulan saja. Musim tuna berkisar antara bulan September sampai dengan Februari. Sedangkan untuk target penangkapan ikan yang lainnya, akan ditemukan sepanjang tahun namun dengan jumlah dan jenis yang bervariasi. Foto 4.4 Hasil Tangkapan Pancing Ulur 4.8 Kendala Produksi Faktor kritis usaha penangkapan ikan adalah cuaca buruk. Bila musim gelombang tinggi tiba, maka nelayan yang menggunakan kapal relatif kecil tidak bisa melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Pada musim seperti ini, rumpon-rumpon rusak dan tidak jarang yang putus dan hilang. Bila rumpon hilang, maka kegiatan penangkapan juga akan terhenti. Agar produksi terus bisa dilakukan, maka penentuan lokasi penempatan rumpon menjadi kunci terhadap keberhasilan dan keberlanjutan kegiatan penangkapan ikan dengan rumpon. Disisi yang lainnya, usaha ini juga mendapatkan persaingan dari armada penangkapan lain, yaitu purse seine yang juga melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon. Bila purse seine sudah melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon, maka ikan-ikan yang ada di sekitar rumpon khususnya tuna akan berpencar sehingga menyulitkan proses penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur. 20 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

34 BAB V ASPEK KEUANGAN Analisis aspek keuangan diperlukan untuk membantu pihak Lembaga Keuangan Syariah/LKS mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan pembiayaan yang diperoleh dari LKS. Analisis keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha pancing ulur rumpon Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah Produk pembiayaan konvensional hanya mengenal satu macam produk yaitu pembiayaan dengan sistem perhitungan suku bunga. Sedangkan pada pola syariah mempunyai keragaman produk pembiayaan dan perhitungan keuntungan (perolehan hasil) yang fleksibel. Untuk produk syariah banyak ragamnya, diantaranya mudharabah, musyarakah, salam, istishna, ijarah dan murabahah (lampiran 1). Dari produk tersebut, setiap produk juga masih mempunyai turunannya. Oleh karena itu, pada pola pembiayaan syariah satu usaha bisa memperoleh pembiayaan lebih dari satu macam produk. Sedangkan untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan bisa menggunakan sistem margin atau nisbah bagi hasil. Margin merupakan selisih harga beli dengan harga jual sebagai besar keuntungan yang diharapkan. Nisbah bagi hasil adalah proporsi keuntungan yang diharapkan dari suatu usaha. Pada perhitungan nisbah bagi hasil dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing/pls) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing). Profit sharing, nisbah bagi hasil diperhitungkan setelah dikurangi seluruh biaya (keuntungan bersih). Sementara revenue sharing perhitungan nisbah berbasis dari pendapatan usaha sebelum dikurangi biaya operasionalnya. 21

35 ASPEK KEUANGAN Keragaman produk pembiayaan dan perhitungan tingkat keuntungan ini dapat memberi keluwesan/fleksibilitas baik untuk pihak LKS maupun pengusaha guna memilih produk pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Bagi pihak LKS, pemilihan ini dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dan tingkat risiko terhadap nasabah dan usahanya. Sehingga bisa terjadi untuk usaha yang sama, mendapat produk pembiayaan maupun besaran margin atau nisbah per nasabahnya berbeda Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan Karakteristik Usaha Pancing Ulur Berumpon Lokasi rumpon dan jenis rumpon (permanen atau tidak) akan berdampak pada kemudahan memperoleh hasil, mengingat untuk ikan sejenis tuna memang mempunyai musim sendiri. Pada tingkat masyarakat pesisir, nelayan dapat berkontribusi dengan menjalankan kapal penangkap yang relatif membutuhkan alat dan biaya yang tidak mahal.dengan demikian, usaha pancing ulur berumpon ini dapat diusahakan oleh nelayan-nelayan mikro sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan keluarganya karena jenis ikan yang dipancing mempunyai harga yang tinggi dan cenderung stabil. Sehubungan dengan pasar, hasil tangkapan usaha pancing ulur berumpon sangat terbuka, baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor. Terlebih, minat dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan makin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan potensi pasar tersebut, maka usaha pancing ulur berumpon memiliki prospek untuk dikembangkan. 22 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

36 Pancing Ulur Berumpon Pola Usaha dan Pembiayaan Pola usaha yang dipilih adalah pancing ulur berumpon. Kegiatan ini mempunyai prospek yang cukup baik, mengingat komoditas yang dihasilkan adalah produk yang diekspor sehingga harga jual dan permintaan pasar bisa terjamin. Agar menjadi suatu kegiatan usaha yang utuh, maka pola usaha ini merupakan kegiatan yang terintegrasi antara pancing ulur (5 unit), rumpon (1 unit) dan perahu penampung (1 unit). Kapal penangkap yang digunakan untuk operasi penangkapan berukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 meter, dengan tenaga penggerak berkekuatan 5,5 PK. Sedangkan kapal penampung yang digunakan berdimensi (p x l x t) 21 x 3 x 1,4 meter. Sebagai penggerak perahu penampung adalah mesin inboard berkekuatan 90 PK. Rumpon yang digunakan mempunyai ukuran 3 x 12 x 3 meter. Untuk mengoperasi 1 unit usaha ini dibutuhkan 16 tenaga kerja terdiri dari 10 nelayan penangkap (2 orang x 5 perahu), 1 orang penjaga rumpon dan 5 orang ABK perahu penampung. Perhitungan analisis keuangan ini didasarkan pada kelayakan usaha pancing ulur berumpon. Model kelayakan usaha merupakan pengembangan usaha yang telah berjalan dan diharapkan dapat mendorong kemandirian usaha serta upaya replikasi usaha ini di wilayah lain. Pada buku ini, model kelayakan usaha pancing ulur berumpon diasumsikan untuk usaha baru atau peremajaan usaha. Kebutuhan pembiayaan yang diperlukan meliputi biaya investasi dan modal kerja yang dipenuhi dengan pembiayaan yang bersumber dari pengusaha dan LKS. Pembiayaan yang diberikan oleh LKS meliputi biaya investasi guna pengadaan mesin penggerak kapal penampung dan pengadaan rumpon. Sedangkan biaya modal kerja diberikan berupa pengadaan perbekalan selama satu bulan. Jangka waktu pembiayaan investasi adalah 3 (tiga) tahun. 23

37 ASPEK KEUANGAN Merujuk pada sistem keuangan syariah yang mempunyai banyak ragam produk pembiayaan, sistem pembiayaan syariah yang sesuai untuk pembiayaan investasi dan modal kerja dimaksud adalah akad murabahah (jual beli). Pertimbangannya adalah karena dengan produk murabahah ini pengusaha dapat membiayai pengadaan barang/peralatan/mesin/ bahan baku sesuai dengan kemampuannya. Di samping itu, pembiayaan murabahah juga memberi pilihan pada bank maupun nasabah/pengusaha apakah pembiayaan akan digunakan untuk membiayai seluruh komponen usaha atau hanya untuk komponen-komponen tertentu saja. Bagi perbankan syariah, akad ini relatif sederhana perhitungannya dan nilai margin yang akan diperoleh lebih dapat diprediksikan. Dengan demikian, dengan produk murabahah bank dapat lebih mudah melakukan upaya mitigasi risiko baik terhadap usaha maupun nasabah karena margin secara pasti ditentukan di awal akad. Produk murabahah ini juga sudah banyak diterapkan oleh LKS dan masyarakat sudah mengenal serta mengakses akad pembiayaan tersebut. Oleh karena itu, pada usaha penangkapan ikan dengan pancing ulur berumpon, dengan kebutuhan pembiayaan untuk pembelian mesin, rumpon dan perbekalan, maka akad murabahah merupakan pilihan yang cukup sesuai Produk Murabahah Produk pembiayaan murabahah (jual beli) merupakan produk yang paling banyak dimanfaatkan baik oleh LKS maupun oleh nasabah. Peraturan mengenai produk murabahah antara lain mengacu pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah dan Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank 24 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

38 Pancing Ulur Berumpon Syariah, sebagaimana diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 10/16/ PBI/2008 tanggal 25 September Beberapa ketentuan umum terkait Murabahah sebagaimana terdapat dalam ketentuan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: Syarat-syarat yang berlaku pada murabahah antara lain: 1. Dalam melaksanakan kegiatan usaha baik penghimpunan dana, penyaluran dana maupun pelayanan jasa bank wajib memenuhi prinsip syariah, yang terdiri dari prinsip keadilan dan keseimbangan, kemaslahatan, dan universalisme, serta tidak memenuhi unsur gharar, masyir, riba, dzalim, riswah, dan obyek haram. 2. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. 3. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. 4. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. 5. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 6. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. 7. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. 8. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset kepada bank. 25

39 ASPEK KEUANGAN 5.3. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Untuk analisa kelayakan usaha diperlukan adanya beberapa asumsi mengenai parameter teknologi proses maupun biaya, sebagaimana terangkum dalam Tabel 5.1. Dalam kegiatan ini diasumsikan periode proyek 3 tahun dimana dalam kegiatan per tahunnya hanya mempertimbangkan 6 bulan musim ikan. Dalam kegiatan ini juga diasumsikan produksi ikan secara total adalah kg/ bulan dari hasil tangkapan tuna dan beberapa ikan tangkapan sampingan lainnya. Dengan asumsi 50% ikan hasil tangkapan tuna dan 50% ikan lainnya. Tabel 5.1. Asumsi untuk Analisis Keuangan No Asumsi Satuan Nilai/Jumlah 1 Periode proyek tahun 3 2 Bulan kerja tahun bulan 6 3 Hari kerja dalam sebulan hari 25 4 Output, Produksi dan Harga: a. Produksi ikan per bulan b. Produksi ikan per hari c. Harga jual ikan i. Tuna ii. Cakalang iii. Baby tuna d. Keberhasilan produksi kg kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg % Tenaga kerja : a. Produksi orang 16 6 Penggunaan input dan harga: a. BBM b. Harga BBM *) liter/bln Rp/liter Margin Pembiayaan Mudarabah % 8,5 8 Jangka waktu Pembiayaan tahun 3 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo 26 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

40 Pancing Ulur Berumpon 5.4. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha pancing ulur berumpon dibedakan menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah komponen biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dana awal pendirian usaha yang meliputi perahu, mesin dan alat tangkap. Biaya operasional adalah seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi Biaya Investasi Biaya investasi yang dibutuhkan pada tahap awal usaha pancing ulur berumpon ini meliputi rumpon, pancing ulur, serta perahu penangkap dan perahu penampung beserta mesin penggeraknya. Total biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp ,-. Komponen terbesar adalah kapal penampung (62,89%) kemudian kapal penangkap (19,32%), dan rumpon (17,52%) (Tabel 5.2). Selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 3. Tabel 5.2 Komposisi Biaya Investasi (Rp) No Komponen biaya Jumlah Presentase 1 Kapal penangkap ,32 2 Kapal penampung ,89 3 Rumpon ,52 4 Biaya Surat-surat ,27 Jumlah ,00 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo 27

41 ASPEK KEUANGAN Biaya Operasional Biaya operasional dalam usaha pancing ulur berumpon meliputi biaya operasional perahu penangkap, perahu penampung dan perawatan rumpon. Untuk pengoperasi perahu penangkap dibutuhkan Rp ,- per bulan. Pengoperasian kapal penampung, memerlukan Rp ,- per bulan dan untuk perawatan rumpon dibutuhkan Rp ,- per bulan (Tabel 5.3 serta Lampiran 4). Tabel 5.3. Komponen Biaya Operasional No Struktur Biaya Satuan Jumlah Fisik Biaya per satuan (Rp) Jumlah biaya 1 bulan Rp I Kapal Penangkap Perbekalan Rp BBM (solar) liter Olie liter Perawatan Kapal trip Perawatan alat tangkap trip Perawatan Mesin trip No Struktur Biaya Satuan Jumlah Fisik Biaya per satuan (Rp) Jumlah biaya 1 bulan Rp II Kapal Penampung Perbekalan Rp BBM (solar) liter Es Balok Olie liter Perawatan alat tangkap trip POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

42 Pancing Ulur Berumpon III Perawatan rumpon Rp IV Upah ABK Rp Total Biaya Variabel Keterangan: 1. Pemeliharaan dimasukan ke biaya variabel karena biaya pemeliharaan timbul jika melaut saja 2. Biaya tetap yang ada adalah biaya depresiasi saja Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Kebutuhan dana untuk usaha pancing ulur berumpon sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab terdahulu meliputi biaya investasi Rp ,-, dan biaya modal kerja sebesar Rp ,-. Dana investasi dan modal kerja tersebut ada yang bersumber dari pembiayaan LKS dan dana milik sendiri. Kebutuhan dana investasi, pada contoh untuk usaha baru (start up) atau peremajaan usaha, komponen biaya investasi yang memperoleh pembiayaan LKS hanya untuk pengadaan mesin penggerak 90 PK untuk kapal penampung satu unit dan pengadaan rumpon satu unit. Sedangkan komponen yang lain diasumsikan telah dimiliki oleh pengusaha yang bersangkutan sebagai bagian dari kontribusinya dalam usaha. Modal kerja merupakan dana yang digunakan untuk operasional usaha. Pada usaha pancing ulur berumpon ini, modal kerja meliputi biaya operasional usaha selama satu bulan. Berkaitan dengan kebutuhan modal kerja, komponen yang dibiayai dari LKS hanya untuk pengadaan perbekalan untuk kapal penampung sebesar Rp ,- Kebutuhan komponen-komponen biaya modal kerja yang lainnya juga diasumsikan sebagai bagian dari kontribusi pengusaha yang bersangkutan. Pengadaan mesin penggerak 90 PK, rumpon dan bahan perbekalan untuk kapal penampung yang dimaksud pada pembiayaan tersebut di atas, dalam hal ini diasumsikan sudah tersedia dan telah dimiliki oleh pihak LKS. Untuk mengadakan 29

43 ASPEK KEUANGAN barang dan bahan ini pihak LKS dapat menggunakan pihak lain dengan akad yang terpisah dari akad murabahah ini. Keperluan dana investasi dan modal kerja merujuk pada asumsi dari contoh pembiayaan syariah ditampilkan pada tabel 5.4 dan selengkapnya pada lampiran 6. Tabel 5.4 Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja No Uraian Jumlah 1 Total Biaya Investasi Pembiayaan untuk pembelian mesin dan pengadaan rumpon 2 Total Biaya modal kerja Pembiayaan pembeliaan bahan baku (kain) 3 Total Biaya produksi a. Pembiayaan b. Modal sendiri 4 Total pembiayaan dan Margin a. Pembiayaan investasi Margin Investasi b. Pembiayaan modal kerja Margin Modal kerja c. Total margin Jangka waktu pembiayaan baik untuk investasi maupun modal kerja adalah tiga tahun tanpa grace period. Pembiayaan modal kerja pada kenyataannya dapat diperpanjang lagi masa jangka waktunya disesuaikan dengan kemampuan pengusaha membayar. Tingkat margin pembiayaan yang digunakan untuk usaha baru (start up) adalah 8,5% (konvensional setara dengan suku bunga flat p.a). Pembayaran angsuran pembiayaan dalam perhitungan kelayakan diasumsikan secara tetap dengan cara jumlah pembiayaan dibagi jangka waktu pembiayaan dengan mempertimbangkan siklus produksinya. 30 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

44 Pancing Ulur Berumpon 5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Berdasarkan kapasitas yang ada, usaha pancing ulur menghasilkan produksi per bulan sebanyak kg ikan tuna, kg cakalang dan kg baby tuna. Usaha ini diproyeksikan untuk dapat berproduksi secara optimal mulai tahun pertama hingga akhir tahun ketiga (sesuai umur proyek). Dengan merujuk pada asumsi harga jual jenis ikan, maka untuk satu tahun produksi diproyeksikan memperoleh pendapatan sebesar Rp ,- atau rata-rata Rp ,- per bulan selama 6 (enam) bulan operasional. Proyeksi produksi dan pendapatan usaha serta harga penjualan ditampilkan pada Tabel 5.5 dan Lampiran 5. Tabel 5.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan NO PRODUK VOLUME UNIT HARGA JUAL PENJUALAN 1 BULAN 1 Tuna kg Cakalang kg Baby tuna kg TOTAL Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point (BEP) Hasil proyeksi laba rugi usaha menunjukkan usaha pancing ulur telah menghasilkan laba (setelah pajak) pada tahun pertama (kapasitas 100%) sebesar Rp ,- dengan nilai profit on sales 11,14%, dan hal sama juga untuk tahun kedua dan ketiga (Tabel 5.6). 31

45 ASPEK KEUANGAN Tabel 5.6 Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Uraian Tahun A Penerimaan Total Penerimaan B Pengeluaran i. Biaya Variabel ii. Depresiasi iii. Angsuran Margin Pembiayaan iv. Biaya Pemasaran/Distribusi Total Pengeluaran C R/L Sebelum Pajak F Pajak (15%) G Laba Setelah Pajak H Profit on Sales 11,14% 11,14% 11,14% I BEP: Rupiah Dengan membandingkan pengeluaran untuk biaya tetap terhadap biaya variabel dan total penerimaan. maka BEP usaha ini terjadi pada penjualan senilai Rp ,- pada tahun ke-1 hingga tahun ke-3. Selengkapnya proyeksi rugi laba usaha ditampilkan pada Lampiran 7. Tabel.5.7. Rata-rata Laba Rugi dan BEP Uraian Nilai Laba per tahun (Rp) Profit Margin 11,14% BEP: Rupiah POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

46 Pancing Ulur Berumpon 5.8. Proyeksi Arus Kas Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan ikan hasil tangkapan selama satu tahun. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, termasuk angsuran pokok pembiayaan, angsuran margin pembiayaan dan pajak penghasilan. Evaluasi kelayakan untuk usaha pancing ulur berumpon dengan pembiayaan murabahah dapat diukur dari tingkat kemampuan membayar kewajiban angsuran kepada LKS. Hal ini dapat diketahui karena pada produk murabahah besarnya margin sudah ditentukan di awal akad, sehingga pada analisa laba rugi dan arus kas dapat dihitung kemampuan membayar berdasarkan dari pendapatan yang diperoleh usaha tersebut. Dari arus kas diketahui bahwa pada tingkat margin 8,5 % p.a flat, usaha ini mampu membayar kewajiban pembiayaannya dan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian usaha pancing ulur berumpon tersebut layak untuk dilaksanakan dan bisa dipertimbangkan untuk memperoleh pembiayaan. Pada analisa kelayakan dapat juga memakai beberapa indikator yang umum digunakan pada perhitungan konvensional. Indikator tersebut meliputi IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio), PBP (Pay Back Period). Nilai IRR misalnya bisa menjadi indikator untuk mengukur kelayakan usaha, semakin tinggi nilai IRR maka usaha tersebut semakin berpeluang untuk menciptakan keuntungan. Meskipun demikian, indikator tersebut hanya sebagai alat bantu untuk menilai kelayakan suatu usaha. Besaran margin ataupun bagi hasil, harus ditetapkan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak (LKS dan pengusaha). Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha pancing ulur berumpon (Tabel 5.8) selengkapnya ditampilkan pada lampiran 8. 33

PANCING ULUR BERUMPON

PANCING ULUR BERUMPON POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL PANCING ULUR BERUMPON BANK INDONESIA KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian,

Lebih terperinci

PANCING RAWAI BANK INDONESIA

PANCING RAWAI BANK INDONESIA POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL PANCING RAWAI BANK INDONESIA KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknik Unit penangkapan pancing rumpon merupakan unit penangkapan ikan yang sedang berkembang pesat di PPN Palabuhanratu. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM KATA PENGANTAR Cetakan Syariah Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank Indonesia memberikan bantuan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a) Implementasi Akad Murabahah Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam menstabilkan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi yang mempertemukan antara pihak

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) GULA AREN (Gula Semut dan Gula Cetak)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) GULA AREN (Gula Semut dan Gula Cetak) POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) GULA AREN (Gula Semut dan Gula Cetak) HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KATA PENGANTAR Cetakan Syariah Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan berlandaskan syariah Agama Islam. Seperti halnya bank konvensional bank syariah berfungsi sebagai lembaga intermediari

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya bank berbasis syariah. Disusul lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, pengembangan sistem

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI TELUR ASIN (Pola Pembiayaan Syariah)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI TELUR ASIN (Pola Pembiayaan Syariah) POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI TELUR ASIN (Pola Pembiayaan Syariah) BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR

Lebih terperinci

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28 Jurnal perikanan dan kelautan 17,2 (2012): 28-35 ANALISIS USAHA ALAT TANGKAP GILLNET di PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga. FATWA DSN MUI Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro Pertama: Giro ada dua jenis: 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga. 2. Giro yang dibenarkan secara

Lebih terperinci

VII. IMPLEMENTASI MODEL

VII. IMPLEMENTASI MODEL VII. IMPLEMENTASI MODEL A. HASIL SIMULASI Simulasi model dilakukan dengan menggunakan data hipotetik berdasarkan hasil survey, pencarian data sekunder, dan wawancara di lapangan. Namun dengan tetap mempertimbangkan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perbedaan Syariah dengan Konvensional 2.1.1. Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank Konvensional Kusafarida (2003) dalam skripsinya meneliti tentang perbandingan kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) yang akte pendiriannya ditandatangani

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting di Kabupaten Nias dan kontribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan secara

Lebih terperinci

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Hasil analisis LGP sebagai solusi permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak memiliki

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kabupaten Buton diperkirakan memiliki luas sekitar 2.509,76 km 2, dimana 89% dari luas wilayah tersebut merupakan perairan laut. Secara geografis Kabupaten Buton terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang

Lebih terperinci

INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM

INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM BANK INDONESIA KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun

Lebih terperinci

INDUSTRI KERUPUK UDANG

INDUSTRI KERUPUK UDANG POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL INDUSTRI KERUPUK UDANG BANK INDONESIA KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian,

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PRESENTASI TUGAS AKHIR 2

PENDAHULUAN PRESENTASI TUGAS AKHIR 2 SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PRODUKSI KAPAL PENAMPUNG IKAN DI DAERAH SULAWESI UTARA Oleh: M. MARTHEN OKTOUFAN N. N.R.P. 4106 100 074 Dosen Pembimbing: Sri Rejeki Wahyu Pribadi, ST, MT

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan usaha

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

C E =... 8 FPI =... 9 P

C E =... 8 FPI =... 9 P 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satu hal yang sangat menarik, yang membedakan antara manajemen bank syariah dengan bank umum (konvensional) adalah terletak pada pinjaman dan pemberian balas

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.) Penangkapan Tuna dan... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.) PENANGKAPAN TUNA DAN CAKALANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HAND LINE) YANG BERBASIS DI PANGKALAN PENDARATAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang

Lebih terperinci

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG 66 6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG Hubungan patron-klien antara nelayan dengan tengkulak terjadi karena pemasaran hasil tangkapan di TPI dilakukan tanpa lelang. Sistim pemasaran

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa Kabupaten Kepulauan Selayar

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia untuk menembus pasar global atau meningkatkan ekspornya atau menghadapi persaingan dari produk-produk impor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT KETAHANAN PANGAN DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan dunia perbankan. Hampir semua aktivitas perekonomian memanfaatkan perbankan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh orang lain. Penulis ingin melakukan pembahasan dan penelitian terhadap pengaruh prinsip jual

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN Enjah Rahmat ) ) Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregristasi

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KATA PENGANTAR Cetakan Syariah Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) USAHA PENGOLAHAN TAPIOKA

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) USAHA PENGOLAHAN TAPIOKA POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) USAHA PENGOLAHAN TAPIOKA 1 2 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KATA PENGANTAR Cetakan syariah Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),

Lebih terperinci

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa Makassar ABSTRAK

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa Makassar   ABSTRAK ASPEK FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN IKAN TUNA MADIDIHANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HANDLINE) DI KECAMATAN BONTOTIRO KABUPATEN BULUKUMBA Heriansah, Andi Aslinda, dan Fardi Hidayat Sekolah

Lebih terperinci

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP Lampiran 1. Analisis finansial unit penangkapan bagan perahu di Kabupaten Bangka Selatan No Uraian Total I Investasi 1. Kapal dan perlengkapan bangunan bagan 95.. 2. Mesin 15.. 3. Mesin Jenset 5.. 4. Perlengkapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA A. Perbankan Syari ah Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat PT Bank Mega Syariah Indonesia Sejarah kelahiran Bank Mega Syariah Indonesia berawal dari akuisisi PT Bank Umum Tugu oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 72 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan PSAK No. 105 Tentang Sistem Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. 1. Penerapan sesuai dengan PSAK No. 105 Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan syariah di Indonesia semakin berkembang seiring dengan berkembangnya pertumbuhan penduduk yang berpenduduk mayoritas beragama islam. Perbankan syariah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti bahwa Islam diperuntukan bagi seluruh umat manusia di muka bumi dan dapat diterapkan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari   ABSTRAK EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU Oleh T Ersti Yulika Sari Email: nonnysaleh2010@hotmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui usaha perikanan tangkap yang layak untuk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laju pertumbuhan perbankan syariah di tingkat global tak diragukan lagi. Aset lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar dollar AS,

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH KODIFIKASI PRODUK DAN AKTIVITAS STANDAR BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra 47 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra Sejahtera Subah-Batang Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan

Lebih terperinci

Boks : Pembia KEBIJAKAN RESI GUDANG

Boks : Pembia KEBIJAKAN RESI GUDANG Boks : Pembia embiayaan aan UMKM Sektor Pertanian KEBIJAKAN Secara umum kebijakan Pemerintah maupun Bank Indonesia yang terkait dengan pengembangan UMKM cukup banyak, namun belum terkomunikasikan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/ perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam dengan landasan moral dan prinsip-prinsip syariah Islam. Terutama yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam dengan landasan moral dan prinsip-prinsip syariah Islam. Terutama yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah berdiri sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan muslim di Indonesia, yang berupaya mengakomodasi keinginan dari pihak yang menginginkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diantara berbagai kebijaksanaan ekonomi yang dilaksanakan pemerintah, bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian pemerintah karena bank merupakan

Lebih terperinci

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi 7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai sebuah Negara yang mayoritas warga Negaranya memeluk agama Islam, telah membuat Indonesia menjadi tempat yang cocok untuk mengembangkan industri perbankan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan

Lebih terperinci

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan 45 BAB III IMPLEMENTASI PENETAPAN MARGIN DALAM PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG LUMAJANG A. Implementasi Penetapan Margin Pembiayaan Mura>bah{ah Di BSM Lumajang Margin pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan

PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank pada umumnya tentu saja menjalankan fungsi utamanya yakni fungsi intermediasi sebagai penyalur dana dan penghimpun dana. Khususnya pada Bank konvensional dan Bank Syariah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan dapat diartikan sebagai aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Penyaluran dana dalam bentuk

Lebih terperinci

V. MODEL PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN USAHA

V. MODEL PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN USAHA V. MODEL PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN USAHA 5.1 Tipe Pembiayaan Berdasarkan kebutuhan biaya dalam kegiatan pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar kelompok Tani Hurip termasuk ke dalam pembiayaan kredit

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB I PENDAHULUAN

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)  BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Undang undang No.10 Tahun 1998 tentang penyempurnaan Undangundang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan merupakan langkah yang baik dalam perkembangan perbankan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA A. Mekanisme Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Kendaraan Pembiayaan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdapat dalam sektor perikanan dan kelautan yang meliputi beberapa elemen sebagai subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi

Lebih terperinci

Olivie Palit 1, Grace Tambani 2, dan Vonne Lumenta 2. perikanan ini dengan memperhatikan analisis finansial dalam sektor perikanan.

Olivie Palit 1, Grace Tambani 2, dan Vonne Lumenta 2. perikanan ini dengan memperhatikan analisis finansial dalam sektor perikanan. AKULTURASI (Jurnal Ilmiah PS. Agrobisnis Perikanan UNSRAT, Manado) ANALISIS FINANSIAL USAHA SOMA PAJEKO (SMALL PURSE SEINE) KELURAHAN MANADO TUA I KOTA MANADO (Business Financial Analysis Soma Pajeko (Small

Lebih terperinci

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif A. PENDAHULUAN Terlaksananya suatu proyek investasi, seringkali tergantung kepada pertimbangan manajemen yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Pertimbangan kuantitatif lebih bersifat kepada pendekatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT KETAHANAN PANGAN DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci