BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi Gorontalo. Kota Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 Kelurahan. Kecamatan dengan luas terbesar adalah Kecamatan Kota Barat. Secara astronomis Kota Gorontalo terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Gorontalo memiliki batas-batas : Utara Selatan Barat Timur : Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango. : Teluk Tomini. : Kecamatan Telaga dan Batudaaa Kabupaten Gorontalo. : Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Luas wilayah menurut Kecamatan yang berada di Kota Gorontalo dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Gorontalo, 2011 No Kecamatan Luas Persentase (km 2 ) (%) 1 Kota Barat Dungingi Kota Selatan Kota Timur Hulonthalangi Dumbo Raya Kota Utara Kota Tengah Sipatana Kota Gorontalo Sumber : BPS Kota Gorontalo, 2011

2 Berdasarkan Tabel 1. Menunjukan bahwa Kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar yaitu Kota Barat 20,08 km 2 sedangkan Kecamatan Dungingi merupakan Kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil yaitu 4,67 km Keadaan Penduduk Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2011, jumlah penduduk Kota Gorontalo adalah orang, dan masing-masing di setiap Kecamatan yang berada di Kota Gorontalo terdapat pada tabel 2. Tabel 2. Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Gorontalo, 2011 No Kecamatan Penduduk (Jiwa) 1 Kota Barat Dungingi Kota Selatan Kota Timur Hulonthalangi Dumbo Raya Kota Utara Kota Tengah Sipatana Kota Gorontalo Sumber : BPS Kota Gorontalo, 2011 Berdasarkan Tabel 2. Menunjukan bahwa Kecamatan Kota Tengah, Kota Timur, dan Dungingi merupakan tiga Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu masing-masing orang, orang, dan orang. Sedangkan Kecamatan dengan penduduk paling sedikit adalah Hulonthalangi yaitu orang. 2. Pemerintahan Sejak akhir tahun 2010, kota Gorontalo terdiri atas Sembilan Kecamatan, yaitu Kecamatan Kota Barat, Kecamatan Dungingi, Kecamatan Kota Selatan, Kecamatan Kota Timur, Kecamatan Hulonthalangi, Kecamatan Dumbo Raya, Kecamatan Kota Utara, Kecamatan Kota Tengah dan Kecamatan Sipatana. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.

3 Tabel 3. Kelurahan, Lingkungan, RW, dan RT menurut Kecamatan di Kota Gorontalo, No Kecamatan Kelurahan Lingkungan RW RT 1 Kota Barat Dungingi Kota Selatan Kota Timur Hulonthalangi Dumbo Raya Kota Utara Kota Tengah Sipatana Kota Gorontalo Sumber : BPS Kota Gorontalo, 2011 Berdasarkan Tabel 3. Menunjukan bahwa Kecamatan Kota Barat merupakan Kecamatan terbanyak yang memiliki 7 Kelurahan, 30 Lingkungan, 34 RW, dan 122 RT, sedangkan yang paling sedikit terdapat pada Kecamatan Sipatana yaitu sebanyak 5 Kelurahan, 14 Lingkungan, 12 RW, dan 27 RT. B. Deskripsi UPTD TPI-PPI Tenda Kota Gorontalo UPTD TPI-PPI adalah salah satu lembaga pelaksana teknis dinas dibawah garis komando Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Gorontalo. Sebagai sarana transaksi hasil-hasil usaha perikanan terbesar di Provinsi Gorontalo bahkan Teluk Tomini dan sekitarnya, PPI Kota Gorontalo dari tahun ketahun terus berbenah diri. Dari segi manajemen dan penataan, selalu membuka setiap pelaku maupun pembeli yang ingin menggunakan kawasan transaksi agar selalu tersedia bahan baku ikan untuk menunjang kebutuhan konsumen yang datang langsung ke kawasan transaksi UPTD TPI-PPI atau konsumen yang menggunakan jasa pedagang besar, pedagang kecil dan pedagang keliling dengan menggunakan sepeda motor ikan yang diantar langsung kelokasi/perumahan calon pembeli. Rekapitulasi Potensi Pengguna Kawasan Di UPTD TPI-PPI Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo, dapat di lihat pada Tabel 4.

4 Tabel 4. Rekapitulasi Potensi Pengguna Kawasan Di UPTD TPI-PPI Pangkalan Pendaratan Ikan Kota Gorontalo, dapat di lihat pada Tabel dibawah ini No Bulan Data potensi Pedagang besar Pedagang kecil Pedagang keliling 1. Januari 42 Orang 40 Orang 50 Orang 2. Februari 42 Orang 40 Orang 50 Orang 3. Maret 42 Orang 40 Orang 50 Orang 4. April 42 Orang 40 Orang 50 Orang 5. Mei 42 Orang 40 Orang 50 Orang 6. Juni 42 Orang 40 Orang 50 Orang 7. Juli 42 Orang 40 Orang 50 Orang 8. Agustus 42 Orang 40 Orang 50 Orang 9. September 42 Orang 40 Orang 50 Orang 10. Oktober 42 Orang 40 Orang 50 Orang 11. November 42 Orang 40 Orang 50 Orang 12. Desember 42 Orang 40 Orang 50 Orang Jumlah 504 Orang 480 Orang 600 Orang Total 42 Orang 40 Orang 50 Orang Sumber: UPTD TPI-PPI Kota Gorontalo, Berdasarkan Tabel 4. Menunjukan bahwa jumlah pedagang di UPTD TPI-PPI Kota Gorontalo terdapat tiga model pedagang antara lain pedagang besar, pedagang kecil, dan pedagang keliling. Dari tiga pedagang yang berada di UPTD TPI-PPI jumlah pedagang terbanyak terdapat pada pedagang keliling dengan jumlah 50 orang, sedangkan yang paling sedikit adalah pedagang kecil dengan jumlah 40 orang.

5 Tabel 5. Jenis-Jenis Ikan Yang Didaratkan Di PPI Tenda Kota Gorontalo, No. Jenis Ikan Alat Tangkap 1 Ekor Kuning Pukat Cincin 2 Kodi-Kodi Pukat Cincin 3 Cakalang Pukat Cincin 4 Tongkol/Deho Pukat Cincin 5 Layang Pukat Cincin 6 Selar/Oci Pukat Cincin 7 Lolosi Payang 8 Teri/Ikan Putih Payang 9 Tamako Payang 10 Tandipang Payang 11 Malalugis Payang 12 Antoni/Kapia Payang 13 Tuna Pancing 14 Singaru/Merlin Pancing 15 Ladama Pancing 16 Ikan Batu/Ikan Dasar Pancing 17 Nike Pukat Nike Sumber : Rekapitulasi Data Statistik Perjenis Ikan Perhari UPTD-TPI PPI Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 5 diatas menunjukan jenis ikan yang paling banyak didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo yaitu ikan yang sebagian besar ditangkap oleh alat tangkap purse seine, hal ini menunjukan sebagian kapal yang melakukan pendaratan ikan di PPI Kota Gorontalo adalah kapal yang menggunakan alat tangkap purse seine kapal dengan kapasitas yang berbeda-beda. Kegiatan pendaratan ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo pada intinya dapat dilakukan dan bisa berlangsung kapan saja. hal ini disebabkan waktu kedatangan perahu dan kapal yang tidak menentu, namun sebagian besar nelayan mendaratkan ikan hasil tangkapannya pada waktu pagi hari. Informasi yang diperoleh dari nelayan setempat menyebutkan bahwa kegiatan pendaratan ikan biasanya dimulai dari pukul sampai pukul 09.00, pada jam tersebut pengunjung sangat ramai melakukan transaksi jual beli ikan. Pendaratan ikan diluar jam tersebut sangat jarang dilakukan karena keadaan pelelangan sudah tidak ramai lagi, biasanya

6 ikan yang dijual di luar jam tersebut adalah ikan yang didatangkan dari luar gorontalo. 1. Ikan Lokal ikan lokal adalah merupakan salah satu ikan yang di peroleh nelayan dan armada kapal yang melakukan proses penangkapannya di sekitaran Kota Gorontalo serta yang mendaratkan hasil tangkapannya di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo. 2. Ikan Non Lokal Ikan non lokal merupakan salah satu ikan yang di peroleh dari armada kapal yang berada dari luar Kota Gorontalo atau Provinsi Gorontalo, dan untuk memperolah maka dengan menggunkan via Mobil agar bisa mendatangkan ikan-ikan tersebut dalam bentuk cool box. C. Karakteristik Nelayan Karakteristik responden dalam penelitian ini berupa umur, pendidikan dan pengalaman berusaha. Adapun penjelasan karakteristik responden nelayan yang mengisi kuesioner penelitian sebagai berikut : 1. Umur Umur responden nelayan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan nelayan dalam mengelola usaha. Selain itu juga bila ditinjau dari segi fisik, umur merupakan salah satu faktor penentu dalam meningkatkan produktivitas. Adapun umur responden nelayan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini : Tabel 6. Karakteristik Responden Nelayan Berdasarkan Tingkat Umur Di Kota Gorontalo, No Umur Jumlah Responden Presentase (%) 1 0 < > > Jumlah Sumber : Data diolah, 2013

7 Berdasarkan Tabel 6. Menunjukan bahwa umur responden yang produktif pada kategori 15 > 60 tahun berjumlah 9 orang atau 90%, pada umur ini nelayan mampu bekerja sedangkan responden nelayan yang tidak produktif pada kategorai > 60 tahun berjumlah 1 orang atau 10%. Hal ini menunjukan nelayan yang memiliki umur yang sudah tidak produktif kemampuan fisik nelayan sangat kecil, sehingga sangat sulit untuk menunjang peningkatkan produktifitas usaha. 2. Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh nelayan sampel yaitu mulai dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah umum. Tingkat pendidikan menggambarkan daya pikir nelayan dalam mengelola usaha, sehingga tingkat pendidikan nelayan sampel juga merupakan salah satu variabel yang perlu diperhatikan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 7 berikut : Tabel 7. Karakteristik Responden Nelayan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Gorontalo, No Pendidikan Jumlah (Org) Persentase (%) 1 SD SMP SMA - - Jumlah Sumber: Data diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 7. Menunjukan bahwa tingkat pendidikan nelayan rata-rata umumnya tamat SD sebanyak 8 atau 80%, SMP sebanyak 2 orang atau 20% dan SMA berjumlah 0 orang atau 0%. Tingkat pendidikan ini merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam mengelola usaha. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan nelayan responden masih rendah, minimal nelayan dapat mengetahui pentingnya suatu usaha dalam produksi ikan.

8 3. Jumlah Tanggungan Keluarga Tanggungan keluarga adalah orang-orang yang biaya hidupnya di tanggung oleh respoden nelayan. Adapun banyaknya tanggungan keluarga responden nelayan di panggkalan pendaratan ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah : Tabel 8. Karakteristik Responden Nelayan berdasarkan Jumlah Tanggungan Kota Gorontalo No Jumlah Tanggungan (Org) Jumlah Responden (Org) Persentase (%) > Jumlah Sumber: Data diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 8. Menunjukan bahwa sebagian besar responden nelayan memiliki jumlah tanggungan keluarga yang cukup besar, jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga > 6 orang berjumlah 1 orang atau 10%, sedangkan responden yang memiliki jumlah tanggungan 4-6 berjumlah 8 orang atau 80%, dan untuk responden yang memiliki jumlah tanggungan 0-3 berjumlah 1 orang atau 10%. Hal ini menunjukan semakin besar jumlah tanggungan maka akan semakin besar biaya yang akan dikeluarkan. 4. Pengalaman Nelayan Pengalaman nelayan merupakan faktor penentu dalam keberhasilan nelayan. Semakin lama usaha yang dilakukan maka semakin banyak pula pengalaman yang diperoleh. Semakin banyak pengalaman maka nelayan semakin banyak memiliki kemampuan dalam mengelola usaha. Pengalaman nelayan di Kota Gorontalo dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini :

9 Tabel 9. Karakteristik Responden Nelayan Berdasarkan Pengalaman Kota Gorontalo, No Pengalaman Jumlah Persentase (Tahun) (Orang) (%) 1 < > Jumlah Sumber: Data yang di olah, 2013 Berdasarkan Tabel 9. Menunjukan bahwa pengalaman yang dimiliki nelayan yaitu kisaran kurang dari sepuluh tahun sebanyak 1 orang atau 10%, sedangkan lama berusaha kisaran tahun mencapai 6 orang atau 60%, dan kisaran lebih dari 20 tahun sebanyak 3 orang atau 30%. Hal ini menunjukan semakin lama pengalaman berusaha maka semakin banyak pula pengalaman yang di dapat dalam mengelola usahanya. D. Karakteristik Responden Pedagang Besar 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan pedagang dalam mengelola usahanya. Umumnya Pedagang yang masih muda dan sehat relatif lebih mudah menerima serapan teknologi dan mudah menanggung resiko serta memiliki kemampuan fisik yang kuat dan berenergik untuk bekerja dibandingkan pedagang yang sudah lanjut usia. Persentase jumlah pedagang responden berdasarkan tingkat umur disajikan pada Tabel 10 di bawah ini : Tabel 10. Karakteristik Responden Pedagang Besar Berdasarkan Tingkat Umur di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo, No Umur Jumlah Presentase (%) 1 0 < > > Jumlah Sumber : Data diolah, 2013

10 Berdasarkan Tabel 10. Menunjukan bahwa ada 3 tingkatan umur pedagang. Pertama, pedagang besar dari 0 < 15 tahun berjumlah 0 orang atau 0%, Kedua, pedagang yang memiliki kisaran umur 15 > 60 tahun berjumlah 8 orang atau 80%, sedangkan yang Ketiga, pedagang yang berumur lebih dari 60 tahun berjumlah 2 orang atau 20%, hal ini menunjukan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh besar terhadap usaha berdagang, semakin muda umur dari pedagang maka akan samakin baik pedagang mengelola usaha sehingga sangat menunjang dalam meningkatan produktifitas berdagang, karena umur yang sudah lanjut usia kemampuan fisiknya sangat lemah dan sangatlah berpengaruh terhadap produktifitas berdagang. 2. Pendidikan Tingkat pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal yang pernah di jalani oleh pedagang responden mulai dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Tingkat pendidikan pedagang responden menggambarkan daya pikir dalam mengelola usahanya. Sehingga tingkat pendidikan pedagang responden merupakan salah satu variabel yang perlu diperhatikan dalam suatu usaha. Gambaran tingkat pendidikan pedagang di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo dapat disajikan melalui Tabel 11 berikut : Tabel 11. Karakteristik Responden Pedagang Besar Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo, No Pendidikan Jumlah (Org) Presentase (%) 1 SD SMP SMA 2 20 Jumlah Sumber : Data diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 11. Menunjukan bahwa tingkat pendidikan pedagang responden rata-rata umumnya tamat SD atau sebanyak 6 orang atau 60%, untuk tingkat SMP sebanyak 2 orang atau 20%, sedangkan tingkat pendidikan SMA

11 sebanyak 2 orang atau 20%. Hal ini menunjukan tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam berdagang. 3. Pengalaman Berdagang Pengalaman lebih berhati-hati dalam menerima suatu teknologi, karena mengandalkan kemampuan yang dimilikinya. Pengalaman dari pedagang responden ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pengalaman pedagang yang kurang dari 5 tahun dan pengalaman pedagang yang lebih dari 5 tahun. Karakteristik pedagang responden berdasarkan pengalaman dalam berdagang ikan laut dapat disajikan pada Tabel 12 berikut: Tabel 12. Karakteristik Responden Pedagang Besar Berdasarkan Pengalaman Berdagang Ikan, di Pangkalan Pendaratan Ikan Kota Gorontalo, No Pengalaman Berdagang Jumlah Responden Presentase (Tahun) (Orang) (%) 1 < > Jumlah Sumber: Data diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 12. Menunjukan bahwa pengalaman berdagang yang dimiliki responden pedagang besar sudah cukup lama karena rata-rata pedagang besar telah memiliki pengalaman berdagang lebih dari 5 tahun berjumlah 7 orang atau 70%, sedangkan pedagang yang memiliki pengalaman kurang dari 5 tahun berjumlah 1 orang atau 10%. Sedangkan sisanya responden pedagang besar yang sudah tidak produktif lagi berjumlah 2 orang atau 20%. Hal ini menunjukan pada umumnya pedagang besar memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai berdagang ikan secara turun temurun.

12 E. Karakteristik responden Pedagang Pengecer 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kemampuan pedagang dalam mengelola usahanya. Bila dilihat dari segi fisik, umur merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengelola usahanya. Persentase jumlah pedagang responden berdasarkan tingkat umur dapat disajikan pada Tabel 13 dibawah ini: Tabel 13. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Tingkat Umur DiPangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo, No Umur Jumlah Responden Presentase (%) 1 0 < > > Jumlah Sumber: Data diolah, 2013 Bedasarkan Tabel 13. Menunjukan umur dibagi atas 3 (tiga) kelompok yaitu pedagang kurang dari 15 tahun, pada umur ini pedagang pengecer belum produktif dan masih dalam kisaran wajib sekolah, karena pada umur ini kemampuan fisik pedagang belum maksimal, pedagang yang memiliki umur lebih dari 60 tahun berjumlah 0 orang atau 0%. Sedangkan pedagang yang memiliki umur tahun sebanyak 10 orang atau 100%. Dan yang memiliki umur kurang dari 15 tahun berjumlah 0 atau 0%. Hal ini menunjukan pedagang yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo rata-rata umurnya sudah produktif atau kemampuan fisiknya bisa melakukan usaha berdagang. 2. Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan, diharapkan pola pikir semakin rasional untuk menerima inovasi atau teknologi baru dalam pengembangan usahanya. Dengan tingkat pendidikan tersebut pedagang menjadi lebih dinamis dan berani mengambil resiko dengan pertimbangan yang matang. Persentase jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kota Gorontalo, dapat disajikan pada Tabel 14 di bawah ini :

13 Tabel 14. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer berdasarkan Tingkat Pendidikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo, No Pendidikan Jumlah (Org) Presentase (%) 1 SD SMP SMA 2 20 Jumlah Sumber : Data diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 14. Menunjukan bahwa sebagian besar pedagang pengecer memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah. Hal ini terlihat dari pedagang kecil responden sebagian besar duduk di bangku sekolah dasar (SD), sebanyak 7 orang atau 70%. Sedangkan di tingkat sekolah menengah pertama (SMP), sebanyak 1 orang atau 10% dan yang melanjutkan ke tingkat sekolah menengah atas (SMA), hanya berjumlah 2 orang atau 20%. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan pedagang responden merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan, meskipun dengan pendidikan rendah minimal pedagang telah dapat mengetahui pentingnya suatu usaha dalam berdagang. 3. Pengalaman Berdagang Pengalaman pedagang adalah tolak ukur untuk dapat lebih meningkatkan usahanya. Pengalaman pedagang yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo memiliki pengalaman yang di bagi menjadi dua kelompok yaitu pengalaman kurang dari 5 tahun dan pengalaman pedagang lebih dari 5 tahun keatas. Karakteristik pedagang responden berdasarkan pengalaman dalam berdagang ikan laut dapat disajikan pada Tabel 15 berikut:

14 Tabel 15. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Pengalaman Berdagang Ikan, di Pangkalan Pendaratan Ikan Kota Gorontalo, No Pengalaman Berdagang Jumlah Responden Presentase (Tahun) (Orang) (%) 1 < > Jumlah Sumber: Data diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 15, menunjukan bahwa pengalaman berdagang yang dimiliki pedagang pengecer responden rata-rata lebih dari 5 tahun sebesar 4 orang atau 40%, dan pedagang yang memiliki pengalaman kurang dari 5 tahun sebesar 6 orang atau 60%. Sedangkan responden pedagang yang memiliki pengalaman > 10 tahun sebanayak 0 atau 0%. Hal ini menunjukan pada umumnya pedagang kecil memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam berdagang ikan secara turun temurun. F. Karakteristik Responden Pedagang Keliling 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tingkat kemampuan para pedagang dalam mengelola usahanya. Pada umumnya pedagang yang masih muda dan sehat relatif lebih mudah menerima serapan teknologi dan mudah menanggung resiko serta memiliki kemampuan fisik yang kuat dan berenergik untuk bekerja dibandingkan pedagang yang sudah lanjut usia. Persentase jumlah pedagang responden berdasarkan tingkat umur disajikan pada Tabel 16 berikut: Tabel 16. Karakteristik Responden Pedagang Keliling Berdasarkan Tingkat Umur Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo, No Umur Jumlah Responden Presentase (%) 1 0 < > > Jumlah Sumber: Data diolah, 2013

15 Berdasarkan Tabel 16. Menunjukan bahwa ada 3 tingkatan umur pedagang. Pertama, pedagang keliling dari 0 < 15 tahun berjumlah 0 orang atau 0%, dan Kedua, pedagang yang memiliki kisaran umur 15 > 60 tahun berjumlah 90 orang atau 90%, Ketiga, sedangkan pedagang yang berumur lebih dari 60 tahun berjumlah 1 orang atau 10%. Hal ini menunjukan bahwa pedagang yang umurnya terbilang muda akan bekerja lebih produktif, karena di usia yang masih terbilang muda kemampuan fisik pedagang sangat kuat dan berenergik, sehingga sangat menunjang dalam meningkatkan produktifitas berdagang. Dan usia yang tidak produktif lagi sangatlah berpengaruh terhadap usaha berdagang karena umur yang sudah lanjut usia kemampuan fisiknya terbilang sangat lemah. 2. Pendidikan Semakin tingginya tingkat pendidikan, maka diharapkan pola fikir semakin rasional untuk menerima inovasi atau teknologi baru dalam pengembangan usahanya. Dengan tingkat pendidikan tersebut pedagang menjadi lebih dinamis dan berani mengambil resiko dengan pertimbangan yang matang. Persentase jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kota Gorontalo, dapat disajikan pada Tabel 17 berikut : Tabel 17. Karakteristik Responden Pedagang Keliling berdasarkan Tingkat Pendidikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo, No Pendidikan Jumlah (Org) Presentase (%) 1 SD SMP SMA - - Jumlah Sumber : Data diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 17. Menunjukan bahwa sebagian besar pedagang keliling memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah. Hal ini terlihat dari umumnya pedagang keliling responden sebagian besar duduk di bangku sekolah dasar (SD), sebanyak 8 orang atau 80%. Sedangkan di tingkat sekolah menengah pertama (SMP),

16 sebanyak 2 orang atau 20% dan yang melanjutkan ke tingkat sekolah menengah atas (SMA), hanya berjumlah 0 orang atau 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan pedagang responden merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan, meskipun dengan pendidikan rendah minimal pedagang telah dapat mengetahui pentingnya suatu usaha dalam berdagang. 3. Pengalaman Berdagang Pedagang keliling yang berpengalaman akan lebih berhati-hati dalam menerima suatu teknologi, karena mengandalkan kemampuan yang dimilikinya. Pengalaman dari pedagang responden ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pengalaman pedagang keliling yang kurang dari 5 tahun dan pengalaman pedagang yang lebih dari 5 tahun. Karakteristik pedagang responden berdasarkan pengalaman dalam berdagang ikan laut dapat disajikan pada Tabel 18 berikut: Tabel 18. Karakteristik Responden Pedagang Keliling Berdasarkan Pengalaman Berdagang Ikan, di Pangkalan Pendaratan Ikan Kota Gorontalo, No Pengalaman Berdagang Jumlah Responden Presentase (Tahun) (Orang) (%) 1 < > Jumlah Sumber: Data diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 18, menunjukan bahwa pengalaman berdagang yang dimiliki pedagang keliling responden belum lama karena rata-rata pedagang keliling telah memiliki pengalaman berdagang lebih dari 5 tahun sebesar 6 orang atau 60%, pedagang yang memiliki pengalaman kurang dari 5 tahun sebesar 4 orang atau 40%. Sedangkan sisanya pedagang keliling responden yang sudah tidak produktif lagi sebanyak 0 orang atau 0%. Hal ini menunjukan semakin lama pedagang mengelola usahanya maka akan semakin banyak pengalaman yang di dapat oleh pedagang, namun pada umumnya pedagang kecil memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai berdagang ikan secara turun temurun.

17 G. Deskripsi Pedagang Besar Pedagang besar merupakan orang yang memperjual belikan hasil produk yang di miliki, salah satunya menjual ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan. ikan di jual dengan bermacam-macam harga dari Rp /kg sampai Rp /kg, karena tergantung kualitas yang di jual. Adapun ikan yang diperjual belikan oleh pedagang besar selain ikan laut lokal dan ikan laut non lokal ada juga ikan danau yang didatangkan dari berbagai daerah dari dalam atau dari luar Provinsi Gorontalo. Pedagang besar yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo berasal dari berbagai tempat tinggal di Kota Gorontalo. pedagang besar yang menjual ikan berjumlah 10 orang sebagian yang menjual kaum pria dan wanita. Keberhasilan dalam berdagang merupakan strategi yang di lakukan oleh setiap pedagang, untuk merpertimbangkan harga yang akan di tetapkan dalam penjualan. Dalam menjual harus menyesuaikan setiap keuntungan yang di peroleh para pedagang. Ketersediaanya sarana dan transportasi dalam melakukan usaha berdagang merupakan salah satu penghambat setiap pedagang dalam mempertimbangkan kondisi fluktuasi harga ikan yang mereka temui. Setiap ikan diperjual belikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo merupakan ikan yang mereka beli dari nelayan/armada kappal dari berbagai daerah. Harga yang diperoleh dari para nelayan/armada kapal berkisar Rp /kg sampai Rp /kg tergantung pembelian dan tergantung kualitas yang akan di jual. Dalam satu hari permintaan berkisar 1-3 ton / hari. H. Deskripsi Pedagang Pengecer Pedagang pengecer merupakan orang yang memperjual belikan hasil produk yang di miliki, adapun ikan yang dijual adalah semua jenis ikan yang didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan tersebut. ikan di jual bermacam-macam harga dari Rp /kg sampai Rp /kg, karena tergantung kualitas yang di jual. Pedagang kecil yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo berasal dari berbagai tempat tinggal di Kota Gorontalo, pedagang kecil yang menjual ikan

18 berjumlah 10 orang. Keberhasilan dalam berdagang merupakan strategi yang di lakukan oleh setiap pedagang, untuk merpertimbangkan harga yang akan di tetapkan dalam penjualan. Dalam menjual harus menyesuaikan setiap keuntungan yang di peroleh para pedagang. Keterbatasan sarana dan transportasi dalam melakukan usaha berdagang merupakan salah satu penghambat setiap pedagang untuk mempertimbangkan fluktuasi harga ikan. Setiap ikan diperjual belikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo merupakan ikan yang mereka beli dari nelayan/armada kapal dari berbagai daerah atau pada pedagang besar yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo. Adapun harga yang diperoleh dari para nelayan/armada kapal atau pedagang besar berkisar Rp /kg sampai Rp /kg tergantung pembelian dan tergantung kualitas yang akan di jual. dalam satu hari permintaan berkisar Kg / hari. I. Deskripsi Pedagang Keliling/pengecer Pedagang keliling/pengecer adalah orang yang memperjual belikan hasil produk yang di miliki, ikan di jual dengan bermacam-macam harga dari Rp /kg sampai Rp /kg, pedagang keliling biasanya hanya menjual ikan dengan kebutuhan konsumen seperti ikan Lajang, Oci dan Teri/Ikan Putih. Dan pedagang keliling yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo berasal dari berbagai tempat tinggal di Kota Gorontalo. Pedagang keliling menjual ikannya langsung ketempat pemukiman, pedagang keliling yang menjual ikan berjumlah 10 orang semuanya adalah kaum pria. Keberhasilan dalam berdagang merupakan strategi yang dilakukan setiap pedagang, untuk merpertimbangkan harga yang akan ditetapkan dalam penjualan. Para pedagang menjual hasil produknya harus menyesuaikan dengan keuntungan yang di peroleh. Dengan ketersediaan sarana dan transportasi dalam melakukan usaha berdagang merupakan salah satu penghambat setiap pedagang dalam mempertimbangkan kondisi harga ikan. Setiap ikan diperjual belikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

19 Tenda Kota Gorontalo merupakan ikan yang mereka beli dari pedagang besar yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo. Harga yang diperoleh dari para pedagang besar berkisar Rp /kg, dalam satu hari permintaan berkisar Kg / hari. J. Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo yaitu : 1. Nelayan Nelayan merupakan orang yang menangkap ikan dan menjual ikan kepada pedagang dan konsumen. Rata-rata umur nelayan yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo ini berumur lebih dari 15 tahun ke atas dengan pengalaman berusaha lebih dari 1 tahun. Nelayan menjual ikan dengan bermacammacam harga yaitu sebesar Rp /kg, sampai Rp /kg tergantung banyak sedikitnya ikan tersebut. 2. Pedagang Besar Pedagang besar yaitu pedagang yang membeli ikan langsung dari nelayan/armada kapal, Rata-rata usia pedagang besar yaitu lebih dari 15 tahun dengan pengalaman berusaha lebih dari 5 tahun. Pedagang besar menjual ikan pada pedagang kecil dan pedagang keliling yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo. Pedagang besar membeli ikan dari nelayan/armada kapal dengan rata rata harga sebesar Rp / kg kemudian menjual kembali ke konsumen dengan harga Rp per kg. Setiap hari pedagang mampu menjual ikan sampai 1-3 ton per hari. 3. Pedagang Pengecer Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli ikan dari nelayan/armada kapal dan pedagang besar, setelah itu langsung menjual kepada konsumen dengan cara menjajakan daganganya ke konsumen yang datang di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo. Rata-rata umur pedagang kecil yaitu berumur lebih dari

20 25 tahun dengan pengalaman beusaha lebih dari 5 tahun. Pedagang kecil membeli ikan dari nelayan atau pedagang besar dengan rata-rata harga sebesar Rp /kg dan menjual kembali konsumen dengan harga sebesar Rp /kg. pedagang pengecer mampu menjual ikan sampai 250 kg per hari. 4. Pedagang Pengecer/keliling Pedagang pengecer/keliling adalah pedagang yang membeli ikan dari pedagang besar dan langsung menjual ikan kepada konsumen dengan cara menjual dagangannya langsung ke tempat tinggal konsumen. Rata-tata umur pedagang keliling yaitu berumur lebih dari 20 tahun dengan pengalaman berusaha lebih dari 5 tahun. Pedagang keliling membeli ikan dari pedagang besar dengan rata-rata harga sebesar Rp per kilo gram dan menjual kembali ke konsumen dengan harga Rp per kilo gram. Pedagang keliling mampu menjual ikan sampai 50 kg per hari. 5. Konsumen akhir Konsumen yaitu orang yang membeli ikan dari nelayan/armada kapal maupun dari pedagang. Konsumen membeli ikan melalui nelayan, pedagang besar, pedagang pengecer yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo atau langsung membeli ke pedagang keliling yang tersebar di Kota Gorontalo. konsumen biasanya membeli ikan dengan harga berkisar Rp Rp /kg tergantung pembeliannya. K. Saluran Pemasaran Ikan Saluran pemasaran merupakan serangkaian lembaga pemasaran yang mengambil alih hak, atau membantu dalam pengalihan hak dalam hal ini pedagang membantu penyaluran komoditi ikan dari nelayan/armada kapal hingga konsumen. Saluran pemasaran komoditi ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo melibatkan beberapa lembaga pemasaran, diantaranya: saluran I yaitu dari nelayan/armada kapal, pedagang besar, pedagang kecil, pedagang keliling sampai ke

21 konsumen akhir. Untuk itu dapat dilihat pada Gambar 2 diberikut tentang saluran pemasaran ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo. Nelayan Armada kapal Pedagang Besar Pedagang pengecer Pedagang Keliling Konsumen nen Gambar 2. Model Saluran Pemasaran Ikan Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo, Saluran pemasaran dapat menggambarkan proses penyaluran ikan dari produsen ke konsumen, saluran pemasaran ini diawali dari nelayan. pada Gambar 2. Dapat di jelaskan bahwa saluran pemasaran ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo yaitu nelayan/armada kapal menjual ikan dalam keadaan segar ke pedagang besar setelah itu pedagang besar menjual ikan tersebut ke pedagang pengecer, pedagang keliling dan konsumen. 1. Saluran Pemasaran 1. Adapun saluran pemasaran I dapat lihat pada Gambar 3 dibawah ini: Nelayan Armada kapal Pedagang Besar Pedagang Pengecer Pedagang Keliling Konsumen Gambar 3. Saluran Pemasaran I Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo, 2013 Pada saluran I terdiri dari nelayan dan armada kapal, pedagang besar, pedagang pengecer, pedagang keliling, dan konsumen. Sistim pemasaran pada saluran ini tidak langsung dimana nelayan dan armada kapal menjual ikan ke pedagang besar dan pedagang kecil, dengan cara pedagang langsung datang ke tempat nelayan dan

22 armada kapal bersandar, dan kemudian pedagang besar menjual ke pedagang pengecer, pedagang keliling yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo, setelah itu menjual ke konsumen. 2. Saluran Pemasaran 2 Adapun saluran pemasaran II dapat lihat pada Gambar 4 dibawah ini: Nelayan Armada Kapal Pedagang Besar Konsumen Gambar 4. Saluran Pemasaran II Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo, Pada saluran II terdiri dari nelayan dan armada kapal, pedagang pedagang besar dan konsumen. Seperti pada saluran pertama nelayan dan armada kapal menjual ikan ke pedagang besar dengan cara pedagang datang langsung ke tempat kapal nelayan atau armada kapal bersandar. Setelah itu pedagang besar membawa ke pangkalan pendaratan ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo, dan kemudian di jual ke konsumen. 3. Saluran Pemasaran 3 Adapun saluran pemasaran III dapat lihat pada Gambar 5 dibawah ini : Nelayan Konsumen Armada Kapal Gambar 5. Saluran Pemasaran III Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo, Pada saluran pemasaran III terdiri dari nelayan dan armada kapal dan konsumen. Pada saluran ini merupakan saluran langsung yaitu nelayan menjual langsung ke

23 konsumen tanpa adanya perantara dimana nelayan dan armada kapal menjual ikan langsung ke konsumen dengan cara konsumen datang langsung ke nelayan atau armada kapal dengan pembicaraan terlebih dahulu. konsumen membeli ikan langsung ke nelayan/armada kapal hanya konsumen tertentu. Berdasarkan hasil analisis data maka hipotesis 1, bahwa saluran pemasaran ikan laut lokal dan ikan laut non lokal di Kota Gorontalo lebih dari satu pemasaran terbukti yaitu saluran pemasan ikan laut tidak langsung dimana nelayan dan armada kapal menjual hasil tangkapan ikan ke pedagang-pedagang yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), sedangkan berdasarkan saluran pemasaran III yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo adalah saluran pemasaran langsung yang artinya nelayan/armada kapal menjual langsung ke konsumen. L. Margin Pemasaran Ikan Margin Pemasaran merupakan perbedaan harga atau selisih harga yang di bayar konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh nelayan. Dalam hal ini margin pemasaran pada pedagang besar adalah perbedaan harga yang di bayarkan ke nelayan dengan harga jual kepada pedagang pengecer, pedagang keliling, dan konsumen dalam saluran pemasaran dengan komiditi yang sama. Sebaran margin pemasaran pada setiap pola saluran pemasaran berbeda. Margin pemasaran pada pedagang pengecer dihitung berdasarkan harga yang di peroleh pedagang besar dari nelayan dengan selisih harga penjualan pedagang besar kepada pedagang pengecer, pedagang keliling dan konsumen pada saluran pemasaran. Margin pemasaran dapat diperoleh dari harga per kilo ikan yaitu sebagai berikut. 1. Marjin Pemasaran Margin merupakan perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh nelayan/armada kapal. Dalam hal ini margin pemasaran pada pedagang besar adalah perbedaan harga yang dibayarkan kepada nelayan/armada kapal dengan harga jual kepada pedagang pengecer, pedagang keliling dan konsumen dalam saluran pemasaran dengan komoditi yang sama.

24 Analisis margin digunakan untuk mengetahui faktor pembentukan margin pemasaran yang terbesar, Sebaran margin pada setiap pola saluran pemasaran berbeda. Margin pemasaran pada pedagang ikan dihitung berdasarkan harga yang diperoleh pedagang besar dari nelayan/armada kapal dengan selisih harga penjualan pedagang besar kepada pedagang pengecer dan konsumen pada saluran pemasaran. Margin pemasaran ikan yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo pada saluran I, dapat dilihat pada Tabel 19 diberikut ini.

25 Tabel 19. Margin Pemasaran Ikan Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo Pada Saluran I. No. Lembaga Pemasaran Nilai Rata-rata (Rp/Kg) Saluran I Persentase (%) 1. Nelayan / Armada Kapal Harga Jual Pedagang Besar a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran Biaya Transportasi 961,11 6,67 Sewa Tempat 37,03 0,25 Sewa Bea/mobil 22,22 0,15 Sewa Kebersihan 1,48 0,01 a. Keuntungan 678,16 4,70 d. Harga Jual Pedagang Pengecer a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran Biaya Transportasi 58,37 0,40 Sewa Pengangkutan 94,59 0,65 Sewa Kebersihan 10,81 0,07 c. Keuntungan 1236,23 8,590 d. Harga Jual Pedagang Pengecer/Keliling a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran Biaya Transportasi 388,74 2,70 Sewa Kebersihan ,41 c. Keuntungan 10858,91 75,40 d. Harga Jual Konsumen Akhir a. Harga Beli Margin Pemasaran Sumber :Data Primer Setelah Diolah, Pada Tabel 19. Menunjukan bahwa saluran pemasaran I terdiri dari nelayan/armada kapal, pedagang besar, pedagang pengecer, pedagang pengecer/keliling dan konsumen. Total margin sebesar Rp ,- per kilogram dengan total biaya pemasaran sebesar Rp.1626,7,- per kilogram. Komponen untuk

26 biaya pedagang besar adalah sebesar Rp.1021,84,- untuk biaya pemasaran dengan perhitungan biaya transportasi sebesar Rp. 961,11,- per kilo gram, biaya sewa tempat sebesar Rp. 37,03,- kilo gram, biaya sewa bea/mobil sebesar Rp.22,22,- per kilo gram, dan biaya kebersihan Rp.1,48. Untuk pedagang pengecer komponen biaya pemasaran yaitu sebesar Rp.163,77,- dengan perhitungan biaya transportasi sebesar Rp.58,37,- per kilo gram, biaya angkutan 94,59,- kilo gram dan biaya kebersihan sebesar Rp. 10,81,- per kilo gram.sedangkan untuk pedagang pengecer/keliling komponen biaya pemasaran yaitu sebesar Rp.441,09- dengan perhitungan biaya transportasi Rp. 388,74,- per kilo gram. Biaya kebersihan Rp.52,35- per kilo gram. Pada saluran ini memiliki margin dalam jumlah yang besar karena nelayan menjual ikan dari pedagang besar ke pedagang pengecer, lalu ke pedagang keliling dan setelah itu ke konsumen.

27 Tabel 20. Marjin Pemasaran Pada Saluran II Di Pangakalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo, Saluran II No. Lembaga Pemasaran Nilai Rata-rata (Rp/Kg) Persentase (%) 1. Nelayan/Armada Kapal Harga Jual Pedagang Besar a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran Biaya Transportasi 961,11 56,55 Sewa Tempat 37,03 2,17 Sewa Bea/mobil 22,22 1,30 Sewa Kebersihan 1,48 0,08 c. keuntungan 678,16 39,90 d. Harga Jual Konsumen Akhir Harga Beli Margin Pemasaran Sumber : Data primer setelah diolah, Pada Tabel 20. Menunjukan bahwa saluran pemasaran II terdiri dari nelayan/armada kapal, pedagang besar dan konsumen. Total margin sebesar Rp.1.700,- per kilogram dengan total biaya pemasaran sebesar Rp.1021,84,- per kilogram. Komponen untuk biaya pedagang besar adalah sebesar Rp.1021,84,- untuk biaya pemasaran dengan perhitungan biaya transportasi sebesar Rp. 961,11,- per kilo gram, biaya sewa tempat sebesar Rp. 37,03,- kilo gram, biaya sewa bea/mobil sebesar Rp.22,22,- per kilo gram, dan biaya kebersihan sebesar Rp. 1,48,- per kilo gram. Pada saluran ini memiliki margin tapi lebih kecil dari saluran pertama karena hanya melalui satu lembaga pemasaran yaitu lembaga pemasaran yang terdiri dari nelayan/armada kapal, pedagang besar dan konsumen.

28 Tabel 21. Harga Rata-Rata, Margin Pemasaran Ikan Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo, No. Unsur Margin Pemasaran Nilai (Rp/Kg) Saluran 3 Presentase (%) A. Nelayan / Armada Kapal Harga Jual B. Konsumen Akhir Harga Pembelian Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Pada Tabel 21. Menunjukan bahwa saluran pemasaran III terdiri dari nelayan/armada kapal langsung menjual ke konsumen. pada saluran ini tidak memiliki margin karena nelayan/armada kapal langsung menjual kepada konsumen, nelayan/armada kapal juga tidak perlu mengeluarkan biaya pemasaran karena konsumen sendiri yang datang langsung ke nelayan/armada kapal. Perbedaan biaya pemasaran pedagang besar yang menjual ke pedagang dengan yang menjual langsung ke konsumen di pengaruhi oleh biaya yang di keluarkan dan kuanlitas ikan yang dijual per harinya. Total margin yang di peroleh pada saluran II dan III lebih kecil dibandingkan dengan saluran I, hal tersebut karena hanya satu lembaga pemasaran yang terlibat yaitu nelayan/armada kapal. Berdasarkan Tabel sebaran margin pemasaran pada nelayan/armada kapal, pedagang besar, pedagang pengecer dan pedagang keliling di atas dapat dilihat perbedaan pada saluran dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, adalah lembaga yang terlibat, dan besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh suatu lembaga pemasaran.

29 Tabel 22. Margin Pemasaran Ikan Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tenda Kota Gorontalo Pada Saluran I, II, Dan III. Jumlah Margin Saluran Pemasaran (Rp) I II III - Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Dari Tabel 22 di atas menunjukan bahwa pada saluran I memiliki margin sebesar Rp yang artinya pemasaran ini melalui banyak saluran pemasaran sehingga margin yang di dapat nilainya besar dan keuntungan yang di dapat oleh nelayan sedikit. Pada saluran II memiliki margin sebesar Rp pada saluran ini jumlah margin yang di peroleh lebih kecil di bandingkan pada saluran I. Pada saluran III tidak mempunyai jumlah margin karena nelayan langsung menjual ke konsumen dan keuntungan yang akan di peroleh nelayan akan lebih besar. Pada intinya saluran II memiliki margin pemasaran lebih kecil di bandingkan dengan saluran I karena saluran II hanya menggunakan satu lembaga pemasaran dan biaya pemasaran sedikit. Sedangkan saluran III tidak memiliki margin karena tidak menggunakan lembaga pemasaran artinya produsen langsung menjual ke konsumen. Dengan hasil analisis data di peroleh margin pemasaran yang memberikan keuntungan pada Tabel margin ke tiga, dengan demikian hipotesis dua terbukti bahwa saluran pemasaran ikan lokal dan ikan non lokal di Kota Gorontalo adalah saluran pemasaran yang dapat menguntungkan bagi nelayan/armada kapal.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Provinsi Gorontalo, melalui undang-undang Nomor 38 Tahun 2000 merupakan Provinsi ke 32 setelah memarkan diri dari provinsi

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Pulubala merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Secara Geografis Kecamatan ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara 58 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu kota Manado terletak antara 0 15 5 34 Lintang Utara dan antara 123 07 127 10 Bujur Timur,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG 66 6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG Hubungan patron-klien antara nelayan dengan tengkulak terjadi karena pemasaran hasil tangkapan di TPI dilakukan tanpa lelang. Sistim pemasaran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pasar Ciroyom Bermartabat terletak di pusat Kota Bandung dengan alamat Jalan Ciroyom-Rajawali. Pasar Ciroyom

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Cilacap Selatan berada dipusat kota Cilacap

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan 23 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi dan Topografi Kecamatan Brondong merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Timur. Brondong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lamongan,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 26 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden 5.1.1. Umur Karakteristik internal dari suatu individu salah satunya adalah umur. Dimana umur dapat mempengaruhi fungsi dan fisikologis individu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

PETA LOKASI PENELITIAN 105

PETA LOKASI PENELITIAN 105 14 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu dan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok,

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 78 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 1. Keadaan Geografis Kecamatan Teluk Betung Selatan merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang terdapat di Kota Bandar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah Penelitian 1. Letak Geografis Daerah Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo terletak antara 00 0 28 17-00 0 35 56 lintang Utara dan antara 122 0 59 44-123 0 051 59

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 25 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di PPI Muara Angke Jakarta karena PPI Muara angke berperan penting dalam pemasaran hasil tangkapan di Jakarta (Gambar 1).

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga berjarak 6 km dari ibukota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan luas

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA Trisnani Dwi Hapsari 1 Ringkasan Ikan

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 16 4 KEADAAN UMUM 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km dari Kota Jakarta.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 61 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis 4.1.1 Kota Ambon Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979, luas Kota Ambon adalah 377 Km 2 atau 2/5 dari luas wilayah Pulau Ambon.

Lebih terperinci

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON 28 5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON Perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon memiliki prasarana perikanan seperti pangkalan pendaratan ikan (PPI). Pangkalan pendaratan ikan yang

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif (Umar, 2004). Desain ini bertujuan untuk menguraikan karakteristik

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi dan Keadaan Umum Kabupaten Tojo Una-una

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi dan Keadaan Umum Kabupaten Tojo Una-una 46 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.. Lokasi dan Keadaan Umum Kabupaten Tojo Unauna... Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Tojo Unauna merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah,

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Pemasaran Dalam penelitian ini yang diidentifikasi dalam sistem pemasaran yaitu lembaga pemasaran, saluran pemasaran, serta fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapang dilakukan pada bulan Mei 2009. Penelitian bertempat di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. sudah dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang

BAB I PENGANTAR. sudah dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kepulauan Mentawai terdiri dari empat pulau besar dan berpenghuni yaitu Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Setelah Indonesia merdeka dan sistem pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga berjarak 10

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN PEMASARAN TAHU BULAT (Studi Kasus pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

ANALISIS SALURAN PEMASARAN TAHU BULAT (Studi Kasus pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis) ANALISIS SALURAN PEMASARAN TAHU BULAT (Studi Kasus pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis) Oleh : 1 Ahmad Nurussalam, 2 Yus Rusman, 3 Zulfikar Noormansyah 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN 2.1 Profil Daerah Penelitian Sub bab ini akan membahas beberapa subjek yang berkaitan dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO Perencanaan Energi Provinsi Gorontalo 2000-2015 ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO Hari Suharyono Abstract Gorontalo Province has abundace fishery sources, however the

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi terletak di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 0 57-7 0 25 Lintang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi. Namun zaman modern bahkan katanya sudah posmodern masih menyisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi. Namun zaman modern bahkan katanya sudah posmodern masih menyisahkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia berubah begitu cepat, tetapi tidak semua peralihan modal produksi manusia dari berburu masalah perindustian sampai dengan aktifitas nelayan telah terjadi. Namun

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GABAH (Oriza sativa ) DI GAPOKTAN SAUYUNAN (Suatu Kasus di Desa Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GABAH (Oriza sativa ) DI GAPOKTAN SAUYUNAN (Suatu Kasus di Desa Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) ANALISIS SALURAN PEMASARAN GABAH (Oriza sativa ) DI GAPOKTAN SAUYUNAN (Suatu Kasus di Desa Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) Oleh: Dede Kurnia 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto

Lebih terperinci

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini 33 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Trenggalek 4.1.1 Keadaan geografi Kabupaten Trenggalek terletak di selatan Provinsi Jawa Timur tepatnya pada koordinat 111 ο 24 112 ο 11 BT dan 7 ο

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak penduduk dengan berbagai macam ragam mata pencaharian. Dimana mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk dapat memperoleh taraf hidup

Lebih terperinci

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR Oleh : FRANSISKUS LAKA L2D 301 323 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan Indonesia sebagai negara termiskin ketiga di dunia. Pertambahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Pelabuhan Pekalongan semula merupakan pelabuhan umum. Semenjak bulan Desember 1974 pengelolaan dan asetnya diserahkan

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor tanaman pangan merupakan penghasil bahan makanan pokok bagi penduduk Indonesia salah satunya adalah komoditi kedelai.kedelai merupakan tanaman pangan yang penting

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin Karakteristik responden usaha pengolahan ikan asin memberikan gambaran mengenai responden atau pemilih usaha ikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Gorontalo 4.1.1 Keadaan Geografis Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bonebolango.

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo

Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pulubala merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo yang memiliki 11 desa. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 44 6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6.1 Harga Hasil Tangkapan 6.1.1 Harga pembelian hasil tangkapan Hasil tangkapan yang dijual pada proses pelelangan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Gorontalo memiliki letak yang sangat strategis sebagai pusat akses lintas daerah karena posisinya berada di titik tengah wilayah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Desa Blanakan Desa Blanakan merupakan daerah yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur Potensi Terumbu Karang Luwu Timur Kabupaten Luwu Timur merupakan kabupaten paling timur di Propinsi Sulawesi Selatan dengan Malili sebagai ibukota kabupaten. Secara geografis Kabupaten Luwu Timur terletak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan berperan penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau daerah. Sumber daya alam ini diharapkan dapat mensejahterakan rakyat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Desa Mekarjaya merupakan salah satu dari 13 (tiga belas desa) yang berada di Kecamatan Bungbulang. Kecamatan Bungbulang merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Oleh: Erwin Krisnandi 1, Soetoro 2, Mochamad Ramdan 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 40 V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Fisik Geografis Wilayah Kota Ternate memiliki luas wilayah 5795,4 Km 2 terdiri dari luas Perairan 5.544,55 Km 2 atau 95,7 % dan Daratan 250,85 Km 2 atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya terkandung kekayaan hayati sumberdaya ikan, yang apabila potensi tersebut dikelola dengan baik,

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN TELUK MERANTI

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN TELUK MERANTI Ba b 5 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN TELUK MERANTI 5.1. Potensi Sumberdaya Perairan dan Perikanan Sumberdaya perairan yang terdapat di Kecamatan Teluk Meranti diantaranya terdapatnya empat buah tasik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci