2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Tembaga di alam. 2.2.Manfaat & Toksisitas tembaga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Tembaga di alam. 2.2.Manfaat & Toksisitas tembaga"

Transkripsi

1 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tembaga di alam Tembaga tersebar luas di banyak tempat di bumi, dan ditemukan pada bijih-bijih mineral. Tembaga merupakan salah satu unsur transisi yang terletak pada peride 4 dengan nomor atom 29 dan konfigurasi elektron [Ar] 3d 10 4s 1. Dalam temperatur ruang berwujud padatan yang berwarna coklat kemerahan, kerapatannya pada 20 o adalah 8,94 g cm -3. Titik lelehnya 1083 o dan titik didih normalnya 2595 o bersifat lunak sehingga mudah ditempa. Dibandingkan dengan perak dan emas, yang merupakan unsur satu golongan dengan tembaga, tembaga kurang bersifat mulia. Kecenderungan perak dan emas untuk bereaksi dengan unsur- unsur lain kecil. Oleh karena itu logam perak dan emas didapatkan di alam dalam keadaan bebas. Sedangkan tembaga yang sifatnya relatif kurang mulia dibandingkan dengan perak dan emas, lazim didapatkan dalam bentuk senyawa. Bijih tembaga yang penting adalah kalkopirit (ufes 2 ), cuprite (u 2 O), chalcosite (u 2 S) dan malasit (u 2 (O) 2 O 3 ). Tembaga tidak melimpah di alam, jumlahnya hanya 55 ppm namun terdistribusi secara luas sebagai mineral sulfida, arsenida, klorida, dan karbonat. 1 Tembaga di alam diperoleh dengan cara ekstraksi dengan pemanggangan dan peleburan oksidatif, atau dengan pencucian dengan bantuan mikroba yang diikuti oleh elektrodeposisi dari larutan sulfat. Tembaga digunakan dalam aliasi seperti kuningan dan bercampur sempurna dengan emas. Tembaga sangat lambat teroksidasi dalam uap udara, kadang-kadang menghasilkan lapisan hijau hidrokso karbonat dan hidrokso sulfat. Tembaga mudah larut dalam asam nitrat dan asam sulfat dengan adanya oksigen. Selain itu, tembaga juga larut dalam larutan amonia dan KN. 2.2.Manfaat & Toksisitas tembaga Logam tembaga sangat penting ditinjau dari segi industri, misalnya dalam pembuatan kabel listrik dan dapat digunakan sebagai konduktor. Tembaga dapat digunakan sebagai pelindung logam-logam yang mudah terkena korosi. Tembaga dapat digunakan sebagai campuran dalam pembuatan kuningan dan perunggu.

2 Beberapa senyawa tembaga memiliki kegunaan yang spesifik, misalnya ul yang dalam larutan asam mampu mengikat gas O. Sehingga dapat digunakan dalam penentuan kadar O di udara. Tembaga sulfat digunakan sebagai bahan pembuatan fungisida, misalnya campuran bordeaux (uso 4 a(o) 2 ) untuk menyemprot hama tanaman. ijau paris (Paris Green u ( 3 3 O 2 ) 2.3uAsO 3 )) yang dapat digunakan sebagai insektisida. Tembaga adalah salah satu logam penting pada proses metabolisme manusia setelah besi dan zink. Makanan manusia biasanya mengandung antara 2 dan 5 mg tembaga setiap hari agar tubuh tubuh dalam keadaan normal dan sehat. Badan orang dewasa kira-kira mengandung mg tembaga, pada otot manusia terkandung 64 mg, tulang 23 mg, dan sisanya terdapat dalam otak dan darah. Pada darah terkandung suatu protein tembaga yang penting dalam pembentukan hemoglobin, walaupun protein ini tidak terdapat pada molekul hemoglobin. Tembaga pada plasma sebagian besar terdapat pada protein ceruplasmin yang bertanggung jawab pada penyebaran tembaga pada tubuh. 2 Meskipun tembaga diperlukan untuk mengatur kesetimbangan sistem tubuh, tetapi jika jumlahnya berlebih dapat menyebabkan gangguan. Jika jumlah tembaga yang dikonsumsi terus meningkat, dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal, otak, dan sistem susunan saraf. Dengan mengkonsumsi sekitar 20 gram tembaga dapat menyebabkan kematian. Tembaga bersifat racun terhadap makhluk hidup karena dapat menginhibisi enzim-tiol sehingga tidak bersifat sebagai biokatalisator. 2.3.Bahan polimer pendukung Salah satu resin polimer berpori besar (macroporous) komersial yang banyak digunakan sebagai bahan pendukung pada metode prakonsentrasi maupun Solvent Impregnated Resin (SIR) adalah Polistiren Divinilbenzen (PSDVB). Salah satu merek dagang PSDVB adalah XAD, yang merupakan polimer non ionik yang mempunyai ikatan silang. XAD berbentuk butiran putih yang tidak larut didalam air. Resin ini mempunyai struktur makroretikular, yaitu terdiri dari sebuah fasa rantai polimer dan fasa rantai berpori dengan luas permukaan yang tinggi sehingga dapat berperan sebagai materi pengabsorpsi. XAD banyak jenisnya, tetapi secara umum terdiri dari senyawa polar dan senyawa non polar. XAD terdiri dari beberapa jenis anatara lain, XAD-4, XAD-7, XAD- 16, XAD-1180 yang mempunyai sifat dan karakteristik masing-masing dengan berat molekul yang berbeda-beda serta distribusi pori yang karakteristik. XAD-4, XAD-16, dan XAD-1180 merupakan XAD dengan gugus ikatan silang aromatik. Sedangkan XAD-7 mempunyai ikatan silang gugus karbonil dari senyawa alifatik. 4

3 Pada penelitian ini, polimer pendukung yang digunakan adalah XAD-16. Polimer XAD-16 adalah polimer non-ionik, hidrofob dengan permukaan yang luas, dan mempunyai gugus aromatik pada permukaannya. Resin ini mempunyai porositas, volume pori dan luas permukaan melebihi jenis amberlite yang lainnya. Sehingga kapasitas untuk menampung ekstrak menjadi lebih besar. 3 Adapun struktur Polistiren Divinilbenzen ditunjukkan oleh gambar 2.1 n Gambar 2.1. Struktur Polystyrene Divinylbenzene Polistiren Divinilbenzen terbentuk melalui ikatan silang antara gugus stiren dengan divinilbenzen dalam reaksi polimerisasi Sifat non-polar dari XAD-16 diharapkan dapat memperkuat ikatan van der waals antara gugus stiren divinilbenzen dari XAD-16 tersebut dengan gugus fenil dari molekul α-nitrosoβ-naftol yang digunakan. Sehingga diharapkan lebih stabil dan memiliki keberulangan yang baik. Adapun struktur resin pengkhelat Polistiren Divinilbenzene dengan ligan α-nitroso-β- Naftol ditunjukkan seperti gambar n O N= O N = N Gambar 2.2. Struktur PSDVB-NN Struktur Polistiren Divinilbenzene yang termodifikasi ligan NN melalui gugus perantara azo(-n=n-) 5

4 2.4.Prakonsentrasi Prakonsentrasi merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menaikkan konsentrasi analit tanpa melalui proses penambahan standar atau secara sederhana dapat disebut juga dengan proses pemekatan. Beberapa teknik yang umum digunakan untuk prakonsentrasi ion logam diantaranya adalah penguapan pelarut, ekstraksi pelarut, sorpsi permukaan, pengendapan, presipitasi dan pertukaran ion. 5 Tiap metode prakonsentrasi memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Penggunaan teknik penguapan pelarut untuk pemekatan dinilai lebih praktis jika jumlah sampel yang dianalisis sedikit, pengurangan volume sampel yang relatif kecil serta analit yang tidak mudah terdekomposisi dan nonvolatil. Metode ini lebih rentan dari kesalahan sebagai akibat sistem yang terbuka ketika proses penguapan. Sistem terbuka memungkinkan terjadinya transfer materi antara sistem dan lingkungan. Salah satu metode prakonsentrasi yang paling banyak digunakan untuk menghilangkan gangguan matriks adalah retensi analit secara kontinyu pada suatu materi pendukung padat menggunakan minikolom suatu sistem injeksi alir, berdasarkan transfer masa antara fasa cair dan fasa padat. 6 Metode prakonsentrasi ini dapat digabungkan secara langsung dengan teknik deteksi atomik. Spektrofotometri serapan atom adalah suatu teknik sederhana dan banyak tersedia dalam analisis logam berat yang terdapat di perairan. Namun sensitivitas yang rendah untuk analisis sampel dalam kadar renik menjadikan metode AAS saja kurang efektif. Masalah tersebut dapat diatasi dengan menggunakan metode prakonsentrasi Resin Pengkhelat Metode prakonsentrasi yang lebih selektif dapat melibatkan modifikasi material nonpolar dengan reagen yang bereaksi selektif dengan analit pada kondisi tertentu. Banyak penelitian yang mengembangkan teknik prakonsentrasi menggunakan material pendukung berupa polimer nonpolar yang dimodifikasi dengan ligan pengkompleks logam. Perkembangan resin pengkhelat berkembang sangat pesat dan telah terbukti dapat diaplikasikan untuk memisahkan berbagai unsur logam, diantaranya: ion logam dalam jumlah renik, unsur-unsur transisi, unsur logam mulia pemisahan uranium-thorium dan juga pemisahan senyawa organik. 6

5 Secara sederhana, metode yang dapat digunakan pada proses imobilisasi senyawa pengkhelat ke dalam struktur polimer pendukung ada empat macam, yaitu: 8,9 Metode Kering Metode kering merupakan metode yang digunakan secara luas untuk proses impregnasi. Terutama impregnasi senyawa pengkhelat yang bersifat hidrofilik seperti amin dan keton. Pengkhelat yang ditambahkan air yang sesuai dengn sejumlah pelarut. ampuran ini kemudian dikontakkan dengan bahan polimer pendukung. Pelarut dapat dihilangkan dengan cara penguapan didalam oven vakum. Metode Basah Sebelum kontak dengan polimer pendukung, pengkhelat diencerkan. Pelarut yang biasa digunakan adalah pelarut organik, seperti: n-heksan, etanol dan aseton. ampuran pelarut dan pengkhelat kemudian dikontakkan dengan polimer pendukung hingga polimer mengabsorpsi seluruh cairan. Butiran polimer kemudian direndam dalam larutan ion logam untuk membentuk kompleks pengkhelat-logam. Setelah pembentukan kompleks, resin dicuci dengan air bebas ion berlebih, logam kemudian dikeluarkan melalui kontak dengan asam. Metode Gabungan Merupakan metode gabungan antara metode basah dengan metode kering. Karakterisasi yang menaikkan pemasukan air kedalam polimer ditingkatkan, kemudian pelarut diuapkan seperti pada metode kering. Metode Kolom Polimer dibiarkan kontak dengan diluent hingga mengembang sempurna. Kemudian polimer dimasukkan ke dalam kolom, selanjutnya pengkhelat dialirkan melalui kolom. Resin pengkhelat yang baik harus memenuhi persyaratan tertentu yang menyangkut sifat-sifat & karakteristiknya. Idealnya resin pegkhelat yang baik harus mempunyai mobilitas senyawa pengkhelat yang baik di dalam resin dan mobilitas yang baik logam diantara larutan encer dan resin, kapasitas ikatan yang tinggi, keselektifan ion yang tinggi, mempunyai stabilitas kimia dan fisika yang baik, serta kehilangan senyawa pengkhelat yang rendah. 10 Resin pengkhelat dibuat dengan cara mengikatkan secara kimia suatu senyawa pengkhelat yang biasa digunakan pada proses pengkhelatan ke dalam suatu polimer resin macroporous non-gugus fungsional dengan perbandingan tertentu. Keterbatasan ataupun kendala yang mungkin terjadi pada metode ini ketika pada proses pengkhelatan berlangsung ialah stabilitas pengkhelat dalam pori-pori resin kadang-kadang kurang stabil. Untuk mengatasi masalah ini 7

6 perlu diperhatikan kesesuaian antara sifat kimia dan sifat fisika dari resin pengkhelat dengan bahan polimer pendukung (resin) yang digunakan serta metode preparasinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan khelat, seperti kekuatan basa dari gugus fungsi, elektronegativitas dari atom yang berikatan, ukuran dan jumlah dari cincin khelat yang terbentuk. Unsur-unsur pada golongan transisi, mudah bereaksi dengan pengkhelat karena sifatnya yang memiliki keelektronegatifan yang rendah. Logam tembaga yang tergolong unsur golongan transisi dapat membentuk khelat dengan ligan α-nitroso-β-naftol. 11 Dengan demikian resin pengkhelat Polystiren Divinlbenzen yang termodifikasi ligan α- Nitroso-β-Naftol dapat digunakan dalam mempelajari karakteristik retensi dari ion logam u 2+ tersebut. Ion logam u 2+ akan membentuk kompleks bidentat dengan ligan NN seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3. O N O u 2+ O N Gambar 2.3. Struktur kompleks ion logam u 2+ dengan ligan NN Ion logam u 2+ akan membentuk kompleks bidentat dengan ligan α-nitroso-β-naftol O 2.6.Analisis Injeksi Alir Analisis Injeksi Alir (Flow Injection Analysis, FIA) dapat didefinisikan sebagai metode analitik yang didasarkan pada penginjeksian sejumlah sampel dalam bentuk larutan ke dalam suatu aliran yang tidak bersegmen. Sampel yang diinjeksikan berbentuk zona, aliran tersebut menuju ke suatu detektor atau sensor untuk direkam dalam bentuk parameter seperti absorbansi, potensial elektroda atau parameter fisik lainnya sebagai sinyal analitik yang kontinyu. 12 Tiga prinsip dasar FIA adalah kombinasi antara injeksi sampel, kontrol dispersi dan tetapan waktu. al yang membuat teknik analisis injeksi alir ini diterima adalah: prinsip dasarnya yang mudah dimengerti dan diimplementasikan, instrumentasinya dapat dibuat dari komponen yang sederhana dan murah, menyediakan prosedur analisis kimia basah yang terautomatisasi. Analisis injeksi alir adalah teknik yang ideal untuk automatisasi analisis sampel dalam bentuk larutan. 8

7 Prakonsentrasi menggunakan FIA memilki keunggulan dibandingkan dengan proses prakonsentrasi biasa. FIA dapat memperkecil dan mengeliminasi kesalahan operator karena sistem ini menggunakan saluran dan reaktor yang tertutup. Proses prakonsentrasi yang berlangsung dalam reaktor menghindarkan proses dari kesalahan analisis yang mungkin terjadi akibat proses pergantian alat, kontaminasi, ataupun perubahan jumlah analit. Selain itu, pengukuran dengan sistem FIA memerlukan jumlah reagen dan analit yang lebih sedikit dan waktu analisis yang singkat sehingga lebih ekonomis, dan menghasilkan kebolehulangan yang lebih baik. Secara sederhana, terdapat empat tahapan sistem kinerja FIA. Keempat tahapan tersebut adalah injeksi, dispersi, deteksi, dan elusi atau pembilasan. arrier merupakan larutan pembawa yang juga dipergunakan sebagai blanko. arrier menjadi pembawa semua jenis reagen atau analit yang akan direaksikan di reaktor. Oleh karena itu, larutan pembawa ini harus dapat bercampur baik dengan semua reagen yang dipergunakan dan tidak memberikan sinyal pada detektor. arrier juga berfungsi untuk menjaga kondisi resin yang terdapat dalam minikolom sehingga tetap dalam kondisi optimumnya. Larutan pembawa ini terus menerus dialirkan dengan laju alir konstan menuju detektor oleh pompa peristaltik yang dapat diatur laju alirnya. Input reagen atau sampel ke dalam rangkaian alat dapat dilakukan dengan cara menggantikan carrier dengan larutan tersebut pada jalur yang sama. Pengaturan volume input reagen atau sampel dalam sistem FIA dapat dipermudah dengan katup putar sistem yang berbasis volum, volume reagen yang dimasukkan pada tiap-tiap pengukuran sama. Diagram konstruksi alat FIA-AAS ditunjukkan pada Gmbar 2.4. Gambar 2.4. Diagram konstruksi alat FIA terintegrasi AAS arrier berupa air p 7, eluen: larutan NO 3 dengan konsentrasi 2 M, minikolom yang berisi resin PSDVB-NN dan detektor menggunakan AAS 9

8 Instrumentasi yang umum digunakan A Pompa peristaltik Alat ini berfungsi sebagai pendorong cairan baik sampel, reagen, maupun carrier dalam sistem FIA. Pompa peristaltik dapat diatur sedemikian rupa sehingga mampunyai kecepatan aliran tertentu yang stabil. B Selang kapiler Janis pipa yang paling banyak digunakan sebagai selang kapiler pada sistem FIA adalah jenis Poly Tetra Fluoro Ethylene (PTFE). Pipa ini mempunyai diameter 0,35 sampai 1,0 mm. Dinding pipa diharapkan tidak lebih tipis dari 0,5 mm untuk memastikan kecukupan dalam kekuatan mekaniknya. Penggunaan selang kapiler sebagai tabung aliran atau konduit pada sistem FIA sangat penting untuk mempertahankan kondisi aliran laminar dari cairan yang dialirkan. Dengan demikian, aliran turbuler yang dapat mengakibatkan laju alir dari reagen yang tidak sama di setiap titik (aliran fluida yang terpisah dengan ruang kosong) dapat dihindari. 13 Panjang selang kapiler untuk FIA perlu menjadi salah satu faktor teknis yang perlu diperhatikan. Selang yang panjang akan memperlama waktu kontak antar reagen, sehingga akan terjadi proses pengenceran analit pada tahap dispersi. Adanya pengenceran tersebut akan memperkecil perolehan sinyal pada detektor. Katup putar multi jalur Sistem katup ini digunakan untuk memasukkan sampel maupun reagen dengan volume tertentu sesuai yang dibutuhkan secara periodik ke dalam aliran carrier. Sistem katup ini digunakan untuk menjaga adanya faktor pengganggu dalam sistem zona sampel seperti pulsa udara yang kadang-kadang dapat memberikan sinyal pada rekorder. Selain itu, sistem katup ini juga berfungsi untuk menyergamkan proses input sehingga dapat mengeliminasi kesalahan akibat ketidakseragaman proses input. D Reaktor Pada metode prakonsentrasi ini, digunakan minikolom yang diisi PSDVB-NN sebagai reaktor. Reaktor atau kolom sebagai tempat terjadinya interaksi antar reagen dan terjadinya proses prakonsentrasi. 10

9 Berdasarkan proses yang terjadi dalam reaktor, teknik analisis injeksi alir untuk prakonsentrasi dan pemisahan dapat dikelompokkan menjadi kategori ekstraksi cair-cair, ekstraksi gas-cair, sorpsi, presipitasi, dan dialisis. Untuk tujuan prakonsentrasi, dapat dipergunakan kolom sorpsi, presipitasi, ekstraksi cair-cair, dan sebagainya. FIA juga dapat digunakan untuk pengukuran langsung analit (auto sampling) atau juga kondisi suatu reaksi melalui pengukuran parameter fisik yang berubah selama reaksi berlangsung. E Detektor Detektor berfungsi untuk menterjemahkan perubahan parameter fisik yang diukur dari analit sebagai puncak transien. Jenis detektor yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik analit. Pengukuran analit yang berupa logam dapat mempergunakan detektor berupa FAAS, AES, IP-AES, dsb. Detektor dapat pula dikombinasikan dengan rekorder sehingga sinyal yang dihasilkan instrumen dapat direkam baik secara analog maupun secara digital. Tinggi dan luas puncak yang terekam sebanding dengan konsentrasi. Dengan demikian, informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi. senyawa yang ditentukan, dengan membandingkannya dengan kurva kalibrasi. Pengukuran analit yang memilki serapan di daerah sinar tampak ataupun ultra violet dapat mempergunakan detektor berupa spektrofotometer UV-VIS. Instrumentasi lain dapat dipergunakan sebagai detektor, disesuaikan dengan kebutuhan, ketersediaan alat, dan tujuan analisis Evaluasi kinerja FIA A. Faktor pengayaan (Enrichment Factor, EF) Faktor pengayaan merupakan perbandingan antara konsentrasisampel setelah tahap prakonsentrasi (e) terhadap konsentrasi sampel sebelum prakonsentrasi (s), dapat dinyatakan menjadi: e EF = s Pada dasarnya EF adalah suatu pendekatan. al ini dikarenakan dalam aplikasinya konsentrasi analit dalam konsentrat (e) tidak dapat diketahui secara pasti. Nilai EF dianggap mendekati nilai sesungguhnya jika kondisi analitik, meliputi karakteristik respon detektor tidak mengalami perubahan pada dua kalibrasi tersebut. 11

10 B. Efisiensi konsentrasi (oncentration Efficiency, E) Selain EF yang tinggi, waktu dan jumlah analit yang diperlukan pada tahap prakonsentrasi juga mempengaruhi efisiensi pengukuran. Efisiensi konsentrasi disefinisikan sebagai hasil kali antara faktor EF dan frekuensi sampling dari analisis per menit. E diekspresikan sebagai : f E = EF 60 Dengan demikian E menunjukkan faktor pengayaan analit yang dicapai oleh sistem per menitnya. Dengan mengabaikan prinsip pemisahan, konsep efisiensi konsentrasi dapat dapat diperluas untuk semua sistem prkonsentrasi sehingga memungkinkan penggunaan nilai E untuk membandingkan efisiensi prosedur prakonsentrasi yang menggunakan prinsip pemisahan yang berbeda.. Faktor Indeks Konsumtif (onsumtive Indeks, I) Indeks konsumtif mewakili aspek lain dari efisiensi sistem prakonsentrasi, antara lain efisiensi konsumsi sampel dalam mililiter untuk mencapai tiap unit EF. I biasanya digunakan untuk sampel dengan volume yang terbatas atau jika sampel berjumlah banyak. D. Validasi metode Beberapa parameter standar yang harus dipenuhi dalam penilaian kelayakan suatu metode untuk digunakan dalam analisis antara lain adalah kebolehulangan, linearitas, limit deteksi dan akurasi. Parameter diatas termasuk parameter standar yang dipakai umum oleh berbagai kelompok penelitian dan komite internasional. Kebolehulangan adalah parameter yang menujukkan kemampuan suatu metode analisis untuk memberikan hasil yang sama, terhadap analit yang sama, pada pengukuran yang berbeda, dengan batas variasi koefisien varian tertentu. Linearitas dari suatu metode analisis adalah kemampuan metode untuk memberikan hasil analisis yang berbanding lurus secara proporsional dengan konsentrasi analit dalam sampel, pada rentang konsentrasi yang diberikan. Limit deteksi adalah titik dimana nilai yang terukur lebih besar dari ketidakpastian yang menyertainya. Dengan kata lain limit deteksi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat dideteksi, namun tidak dikuantisasi. Akurasi dari suatu metode adalah besaran yang menunjukkan perbandingan hasil analisis suatu metode dengan nilai yang sebenarnya. 12

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Sintesis dan Karakterisasi Resin Pengkhelat Sintesis resin pengkhelat dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik retensi ion logam Cu 2+ pada resin PSDVB-NN. Untuk

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Timbal

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Timbal 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Timbal Timbal adalah logam berat yang pada tabel periodik ditulis dengan simbol Pb (bahasa latin: Plumbum). Timbal merupakan suatu unsur yang memiliki nomor atom 82 yang pada sistem

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. Gambar 2.1 Siklus nitrogen di lingkungan hidrosfer

2 Tinjauan Pustaka. Gambar 2.1 Siklus nitrogen di lingkungan hidrosfer 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Nitrogen Amonia Nitrogen merupakan nutrien dasar untuk semua bentuk kehidupan, bahkan perubahan yang sangat kecil dari kadar nitrogen yang tersedia di alam dapat mempengaruhi tingkat

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung. Jalan Ganesha no.10 Bandung. 3.2.Alat Pada penelitian

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembentukan Senyawa Indotimol Biru Reaksi pembentukan senyawa indotimol biru ini, pertama kali dijelaskan oleh Berthelot pada 1859, sudah sangat lazim digunakan untuk penentuan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis PSDVB-PAR Senyawa 4-(2 Piridilazo) Resorsinol merupakan senyawa yang telah lazim digunakan sebagai indikator logam pada analisis kimia karena kemampuannya membentuk

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat yang Digunakan Selain peralatan gelas standar laboratorium kimia, digunakan pula berbagai peralatan lain yaitu, pompa peristaltik (Ismatec ) untuk memompakan berbagai larutan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Reaktor-separator terintegraasi yang dikembangkan dan dikombinasikan dengan teknik analisis injeksi alir dan spektrofotometri serapan atom uap dingin (FIA-CV-AAS) telah dikaji untuk

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung, yang terletak di Lantai 3 Gedung Kimia bagian Utara. 3.1 Peralatan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III BAHAN DAN ALAT Bahan Alat... 24

DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III BAHAN DAN ALAT Bahan Alat... 24 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii PENDAHULUAN... 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA... 4 1.1. Formalin... 4 1.1.1.

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya BAB I PENDAHULUAN Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 16-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1. Tahapan Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan. Pertama adalah pembuatan elektroda pasta karbon termodifikasi diikuti dengan karakterisasi elektroda yang

Lebih terperinci

RESIN POLISTIREN DIVINILBENZEN TERMODIFIKASI α-nitroso-β-naftol UNTUK RETENSI ION LOGAM Cu 2+ SKRIPSI. Putrika Swasti Warapsari

RESIN POLISTIREN DIVINILBENZEN TERMODIFIKASI α-nitroso-β-naftol UNTUK RETENSI ION LOGAM Cu 2+ SKRIPSI. Putrika Swasti Warapsari RESIN POLISTIREN DIVINILBENZEN TERMODIFIKASI α-nitroso-β-naftol UNTUK RETENSI ION LOGAM Cu 2+ SKRIPSI Putrika Swasti Warapsari 10504057 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pengaruh ph larutan terhadap pembentukan Cr-PDC ph merupakan faktor yang penting dalam pembentukan senyawa kompleks, oleh karena itu perlu dilakukan percobaan penentuan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahapan. Tahap yang pertama adalah pembuatan elektroda dan karakterisasi elektroda. Karakterisasi elektroda ini meliputi penentuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan februari sampai Agustus 2015 di Laboratorium Kimia Material dan Hayati FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

PENGGOLONGAN & RUANG LINGKUP KIMIA ANALITIK

PENGGOLONGAN & RUANG LINGKUP KIMIA ANALITIK PENGGOLONGAN & RUANG LINGKUP KIMIA ANALITIK KIMIA ANALITIK Cabang dari ilmu kimia yang mempelajari teori dan cara-cara melakukan analisis kimia terhadap suatu bahan atau zat kimia. ANALISIS KIMIA Organik

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda Teknik elektrometri telah dikenal luas sebagai salah satu jenis teknik analisis. Jenis teknik elektrometri yang sering digunakan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logam Berat Istilah "logam berat" didefinisikan secara umum bagi logam yang memiliki berat spesifik lebih dari 5g/cm 3. Logam berat dimasukkan dalam kategori pencemar lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. Salah satu bahan tambang yang banyak fungsinya yaitu batu bara, misalnya untuk produksi besi

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA K I M I A PROGRAM STUDI IPA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan persiapan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Penetapan kadar metoflutrin dengan menggunakan kromatografi gas, terlebih dahulu ditentukan kondisi optimum sistem kromatografi gas untuk analisis metoflutrin. Kondisi

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

Bab III. Metodologi Penelitian

Bab III. Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1. Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian potensi pemanfatan limbah las karbid dalam proses karbonatasi mineral sebagai alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memainkan peranan sebagai neurotransmiter yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. dalam memainkan peranan sebagai neurotransmiter yang dapat mempengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dopamin adalah salah satu senyawa katekolamin yang paling signifikan dalam memainkan peranan sebagai neurotransmiter yang dapat mempengaruhi fungsi otak (Deng, 2011).

Lebih terperinci

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini : Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan metode pemisahan dengan KLT dan dapat mengaplikasikannya untuk analisis suatu sampel Gambaran Umum KLT Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Pengukuran serapan harus dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimumnya agar kepekaan maksimum dapat diperoleh karena larutan dengan konsentrasi tertentu dapat memberikan

Lebih terperinci

Titik Leleh dan Titik Didih

Titik Leleh dan Titik Didih Titik Leleh dan Titik Didih I. Tujuan Percobaan Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia

Lebih terperinci

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. B. Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Hari : Senin, 13 April 2009 Waktu : 10.20 12.00 Tempat : Laboratorium

Lebih terperinci

Laporan Kimia Analitik KI-3121

Laporan Kimia Analitik KI-3121 Laporan Kimia Analitik KI-3121 PERCOBAAN 5 SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 1 Tanggal Percobaan : 19 Oktober 2012 Tanggal Laporan : 2 November 2012 Asisten

Lebih terperinci

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015 JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015 EKSTRAKSI LOGAM KROMIUM (Cr) DAN TEMBAGA (Cu) PADA BATUAN ULTRABASA DARI DESA PUNCAK MONAPA KECAMATAN LASUSUA KOLAKA UTARA MENGGUNAKAN LIGAN POLIEUGENOL

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah mengekstrak polipeptida dari ampas kecap melalui cara pengendapan dengan

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran lingkungan karena logam berat merupakan masalah yang sangat serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan di bidang

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

Kelarutan & Gejala Distribusi

Kelarutan & Gejala Distribusi PRINSIP UMUM Kelarutan & Gejala Distribusi Oleh : Lusia Oktora RKS, S.F.,M.Sc., Apt Larutan jenuh : suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Kelarutan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini menyebabkan konsumsi masyarakat terhadap barang-barang elekronik seperti handphone, komputer dan laptop semakin meningkat.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004). 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Penelitian ini menggunakan campuran kaolin dan limbah padat tapioka yang kemudian dimodifikasi menggunakan surfaktan kationik dan nonionik. Mula-mula kaolin dan

Lebih terperinci

2 Ditinjau dari caranya, kimia analitik digolongkan menjadi : Analisis klasik Analisis klasik berdasarkan pada reaksi kimia dengan stoikiometri yang t

2 Ditinjau dari caranya, kimia analitik digolongkan menjadi : Analisis klasik Analisis klasik berdasarkan pada reaksi kimia dengan stoikiometri yang t BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kimia Analitik Kimia analitik merupakan ilmu kimia yang mendasari analisis dan pemisahan sampel. Analisis dapat bertujuan untuk menentukan jenis komponen apa saja yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengumpulan Sampel Pengumpulan sampel ini dilakukan berdasarkan ketidaklengkapannya informasi atau keterangan yang seharusnya dicantumkan pada etiket wadah dan atau pembungkus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas telah muncul sebagai salah satu logam yang paling mahal dengan mencapai harga tinggi di pasar internasional. Kenaikan harga emas sebanding dengan peningkatan permintaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HPLC : ANALISA TABLET VITAMIN C

LAPORAN PRAKTIKUM HPLC : ANALISA TABLET VITAMIN C LAPORAN PRAKTIKUM HPLC : ANALISA TABLET VITAMIN C Nama : Juwita (127008003) Rika Nailuvar Sinaga (127008004) Hari / Tanggal Praktikum : Kamis / 19 Desember 2012 Waktu Praktikum : 12.00 15.00 WIB Tujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan

Lebih terperinci

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR Oleh : MARTINA : AK.011.046 A. PENGERTIAN AIR senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya karena fungsinya

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra 3.3 KOROSI Korosi dapat didefinisikan sebagai perusakan secara bertahap atau kehancuran atau memburuknya suatu logam yang disebabkan oleh reaksi kimia

Lebih terperinci

4002 Sintesis benzil dari benzoin

4002 Sintesis benzil dari benzoin 4002 Sintesis benzil dari benzoin H VCl 3 + 1 / 2 2 + 1 / 2 H 2 C 14 H 12 2 C 14 H 10 2 (212.3) 173.3 (210.2) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan ksidasi alkohol, keton, katalis logam transisi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melamin merupakan senyawa kimia bersifat basa yang digunakan terutama sebagai bahan polimer. Tidak ada peraturan yang mengijinkan penambahan langsung melamin ke dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL Ani Suryani FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENDAHULUAN Sumber Enzim Tanaman dan Hewan Mikroba Enzim dari Tanaman Enzim dari Hewan Enzim dari Mikroba

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengembangan Metode Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun hanya salah satu tahapan saja. Pengembangan metode dilakukan karena metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015. Ekstraksi hemin dan konversinya menjadi protoporfirin dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis DHA Kondisi analisis optimum kromatografi gas terpilih adalah dengan pemrograman suhu dengan suhu awal

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang

BAB III METODE PENELITIAN. diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang 43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Garis besar penelitian ini adalah pengujian potensi senyawa azo yang diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik Voltametri Teknik voltametri digunakan untuk menganalisis analit berdasarkan pengukuran arus sebagai fungsi potensial. Hubungan antara arus terhadap potensial divisualisasikan

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari 6 bagian, yaitu optimasi pembuatan membran PMMA, uji kinerja membran terhadap air, uji kedapat-ulangan pembuatan membran menggunakan uji Q Dixon, pengujian aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penyiapan Zeolit Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Tasikmalaya. Warna zeolit awal adalah putih kehijauan. Ukuran partikel yang digunakan adalah +48 65 mesh,

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA Penentuan Kadar Glukosa Darah Oleh : Kelompok 4 - Offering C Desy Ratna Sugiarti (130331614749) Rita Nurdiana (130331614740)* Sikya Hiswara (130331614743) Yuslim Nasru S. (130331614748)

Lebih terperinci

Prosiding Farmasi ISSN:

Prosiding Farmasi ISSN: Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Optimasi Stabilitas Uji Carik Menggunakan Pereaksi Schryver dalam Matriks Polistiren Divinilbenzen Stability Optimation of Strip Test Using Schryver Reagent in Polystirene

Lebih terperinci