HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan"

Transkripsi

1 dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans dan konsentrasi Zn dalam air limbah (SNI ) Contoh diambil sebanyak 25 ml, dikocok sampai homogen, ditambahkan 5 ml larutan HNO 3 65%, kemudian dipanaskan sampai volume tertentu. Selanjutnya, air bebas ion sebanyak 1 ml ditambahkan ke dalam gelas piala tersebut, diaduk, disaring, dan dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml. Volume ditepatkan sampai tanda tera dengan air bebas ion. Absorbans dan konsentrasi Zn diukur pada panjang gelombang nm dengan AAS. Analisis FTIR Endapan yang diperoleh pada konsentrasi koagulan dan ph koagulasi optimum, dikeringkan dalam oven sampai bobot konstan lalu ditimbang. Endapan kering lalu dicampur dengan KBr dan digerus dengan mortar agate, lalu dibuat pelet KBr dengan bantuan vakum. Pelet yang terbentuk dianalisis dengan FTIR. HASIL DAN PEMBAHASAN Pencucian Pelat Cetak cair pencucian pelat cetak memiliki warna biru kehijauan dan berbau. Data mengenai limbah cair sebelum mendapatkan beserta baku mutu air limbah yang aman untuk dibuang ke lingkungan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 cair pencucian pelat cetak Nilai parameter Baku mutu Parameter limbah cair sebelum [(IFC (27)] ph COD mg/l 15 mg/l BOD mg/l 3 mg/l TSS 252 mg/l 5 mg/l Tembaga (Cu).125 mg/l.5 mg/l Lanjutan Nilai parameter Baku mutu Parameter limbah cair sebelum [(IFC (27)] Seng (Zn).85 mg/l.5 mg/l Besi (Fe).625 mg/l 3 mg/l Timbal (Pb).19 mg/l 1 mg/l Kadmium (Cd).1 mg/l.1 mg/l Kromium (Cr).155 mg/l.5 mg/l Perak (Ag).4 mg/l.5 mg/l Tabel 1 menunjukkan bahwa dari sebelas parameter analisis yang diuji, ada lima parameter yang memiliki nilai yang masih berada di atas baku mutu air limbah yang aman untuk dibuang ke lingkungan menurut IFC 27. Kelima parameter tersebut adalah ph, COD, BOD 5, TSS, dan logam Zn. Hal ini cukup membuktikan bahwa limbah cair pencucian pelat cetak cukup berbahaya. Dari kelima parameter tersebut, parameter COD yang memiliki nilai yang sangat tinggi dan sangat jauh di atas baku mutu. Oleh karena itu, parameter uji COD inilah yang dijadikan sebagai parameter utama dalam penentuan konsentrasi koagulan dan ph koagulasi optimum. Nilai COD yang tinggi menunjukkan bahwa limbah cair pencucian pelat cetak mengandung banyak senyawa organik dan anorganik. Konsentrasi Koagulan dan ph Koagulasi Optimum cair pencucian pelat cetak dapat diendapkan dengan penambahan koagulan tawas dan FeCl 3 (Lampiran 7). ini disentrifugasi terlebih dahulu sebelum penambahan koagulan untuk memisahkan padatan limbah dari cairannya. Penambahan kedua koagulan ini dapat menurunkan ph limbah walaupun penurunannya tidak terlalu besar (Lampiran 8 dan 9). Setiap koagulan memiliki konsentrasi dan ph koagulasi optimum yang berbeda-beda. Pada penelitian ini, parameter yang digunakan dalam penentuan konsentrasi koagulan dan ph koagulasi optimum adalah COD dan bobot endapan yang terbentuk. Tawas Tawas adalah garam aluminium yang dapat membantu proses pengendapan partikel dalam limbah. Gambar 3 menunjukkan

2 Bobot endapan (gram) Nilai COD (mg/l) hubungan antara konsentrasi tawas dan nilai COD pada setiap variasi ph koagulasi optimum Konsentrasi tawas (mg/l) Gambar 3 Hubungan antara konsentrasi tawas (mg/l) dan nilai COD (mg/l), Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa konsentrasi optimum tawas sebesar 11 mg/l. Pada kondisi tersebut COD yang diperoleh minimum yaitu sebesar 768 mg/l. Data lengkap nilai COD pada setiap keragaman konsentrasi tawas dan ph koagulasi dapat dilihat di Lampiran 1. Oleh karena yang memiliki kemampuan untuk menjerap senyawa organik maupun anorganik dengan penambahan koagulan tawas adalah Al(OH) 3, maka tercapainya kondisi optimum pengendapan dapat dikaitkan dengan jumlah Al(OH) 3 yang terbentuk. Tercapainya kondisi optimum koagulan tawas pada konsentrasi 11 mg/l dapat dijelaskan sebagai berikut: pada konsentrasi di bawah 11 mg/l, Al(OH) 3 yang terbentuk belum maksimum, artinya Al(OH) 3 masih dapat terbentuk dengan ditambahkannya kembali konsentrasi tawas sehingga COD masih dapat turun sampai pada konsentrasi 11 mg/l. Pada konsentrasi di atas 11 mg/l, COD kembali naik karena semakin banyak konsentrasi tawas yang dihasilkan maka semakin banyak pula H yang dihasilkan dalam reaksi hirolisisnya, dengan kata lain suasana semakin asam. Suasana yang semakin asam dapat kembali melarutkan Al(OH) 3 yang telah terbentuk. Penurunan COD pada kondisi optimum dengan penambahan koagulan tawas cukup besar yaitu sebesar % (Lampiran 9). Akan tetapi persen penurunan COD yang cukup besar ini memiliki nilai COD yang masih berada di atas baku mutu COD air limbah menurut IFC (27) (Tabel 1). Kondisi optimum pengendapan dengan koagulan tawas tercapai pada ph 8. Hal ini sesuai dengan kisaran ph optimum koagulan tawas yang berkisar antara ph 6 dan 8 (Lugosi & Gajari 22). Berdasarkan hasil penelitian, urutan ph koagulasi dari mulai COD terendah sampai COD tertinggi adalah ph 8, 7, 6, 5, dan 9. Hal ini berarti koagulasi cenderung berlangsung dengan baik pada ph mendekati netral sampai dengan asam. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: pada ph optimum, reaksi tawas dalam air menghasilkan Al(OH) 3 yang dapat menjerap partikel di sekitarnya dan memiliki kelarutan yang rendah sehingga dapat mengendap bersama-sama partikel. Pada ph di bawah ph optimum (ph asam), kelarutan Al(OH) 3 akan meningkat membentuk muatan positif [Al(OH) 2 )], [Al(OH)] 2 dan pada ph di atas ph optimum (ph basa), kelarutan Al(OH) 3 akan meningkat pula membentuk muatan negatif [Al(OH) 4 ] -. Kelarutan Al(OH) 3 yang meningkat menyebabkan berkurangnya jumlah Al(OH) 3 yang menjerap partikel di sekitarnya. Reaksi penjerapan yang terjadi merupakan rekasi pertukaran ion (Manahan 1994) optimum Konsentrasi tawas (mg/l) Gambar 4 Hubungan antara konsentrasi tawas (mg/l) dan bobot endapan (gram), Gambar 4 menunjukkan hubungan antara konsentrasi tawas dan bobot endapan yang terbentuk pada setiap variasi ph koagulasi. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa konsentrasi optimum tawas sebesar 11 mg/l dan ph koagulasi optimum pada ph 8 dengan bobot endapan terbesar sebesar.629 g. Data lengkap bobot endapan pada setiap variasi konsentrasi tawas dan ph koagulasi dapat dilihat di Lampiran 11. Data bobot endapan ternyata berbanding terbalik dengan data COD, artinya semakin rendah nilai COD, maka semakin banyak endapan yang

3 Bobot endapan (gram) Nilai COD (mg/l) terbentuk. Hal ini berarti endapan yang terbentuk mengandung senyawa organik maupun anorganik, sehingga kandungan senyawa organik dan anorganik dalam filtrat menurun. FeCl 3 FeCl 3 merupakan garam besi yang dapat membantu proses pengendapan partikel dalam limbah. Gambar 5 menunjukkan hubungan konsentrasi FeCl 3 dan nilai COD pada setiap variasi ph koagulasi Optimum Konsentrasi FeCl 3 (mg/l) Gambar 5 Hubungan antara konsentrasi FeCl 3 (mg/l) dan nilai COD (mg/l), Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa konsentrasi optimum FeCl 3 sebesar 8 mg/l. Pada kondisi tersebut COD yang diperoleh minimum yaitu sebesar 52.8 mg/l. Data lengkap nilai COD pada setiap variasi konsentrasi FeCl 3 dan ph koagulasi dapat dilihat di Lampiran 12. Konsentrasi optimum FeCl 3 lebih kecil daripada konsentrasi optimum tawas. Hal ini dikarenakan luas permukaan Fe(OH) 3 lebih besar daripada luas permukaan Al(OH) 3. Luas permukaan Fe(OH) 3 sebesar 2-4 m 2 /g sedangkan luas permukaan Al(OH) 3 sebesar m 2 /g (Mahvi et al. 25). Semakin luas permukaan hidroksida logam koagulan, maka semakin besar kemampuannya dalam menjerap partikel yang ada di sekelilingnya, sehingga semakin kecil konsentrasi optimum koagulan tersebut. Persen penurunan COD dengan koagulan FeCl 3 pada kondisi optimum cukup besar yaitu sebesar 93.91% (Lampiran 12), akan tetapi walaupun persen penurunan COD cukup besar, nilai COD yang masih berada di atas baku mutu COD air limbah menurut IFC (27) (Tabel 1). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa koagulan FeCl 3 lebih baik dan efisien daripada koagulan tawas karena untuk memperoleh COD minimum, konsentrasi FeCl 3 yang dibutuhkan lebih kecil daripada tawas (konsentrasi optimum FeCl 3 sebesar 8 mg/l sedangkan konsentrasi optimum tawas sebesar 11 mg/l) dan persen penurunan COD yang dihasilkan oleh FeCl 3 pada kondisi optimum lebih besar daripada tawas (persen penurunan COD oleh FeCl 3 sebesar 93.91% sedangkan oleh tawas sebesar 89.79%). Koagulasi optimum oleh FeCl 3 dicapai pada ph 6. Hal ini sesuai dengan kisaran ph optimum koagulan FeCl 3 yang berkisar antara ph 4 dan 7 (Lugosi & Gajari 22). Urutan ph koagulasi dari COD terendah sampai COD tertinggi adalah ph 6, 5, 7, 8, dan 9. Hal ini berarti koagulasi cenderung berlangsung dengan baik pada ph mendekati netral sampai asam. Sama seperti tawas, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: pada ph optimum, reaksi FeCl 3 dalam air menghasilkan Fe(OH) 3 yang dapat menjerap partikel di sekitarnya dan memiliki kelarutan yang rendah sehingga dapat mengendap bersama-sama partikel. Pada ph di bawah ph optimum (ph asam), kelarutan Fe(OH) 3 akan meningkat membentuk muatan positif [Fe(OH) 2 )], [Fe(OH)] 2 dan pada ph di atas ph optimum (ph basa), kelarutan Fe(OH) 3 akan meningkat pula membentuk muatan negatif [Fe(OH) 4 ] -. Kelarutan Fe(OH) 3 yang meningkat menyebabkan berkurangnya jumlah Fe(OH)3 yang menjerap partikel di sekitarnya. Reaksi penjerapan yang terjadi merupakan rekasi pertukaran ion (Manahan 1994) Optimum Konsentrasi FeCl 3 (mg/l) Gambar 6 Hubungan antara konsentrasi FeCl 3 (mg/l) dan bobot endapan (gram),

4 Konsentrasi Zn (mg/l Hubungan antara konsentrasi FeCl 3 dan bobot endapan yang terbentuk pada setiap variasi ph koagulasi juga menunjukkan bahwa konsentrasi optimum FeCl 3 yang diperoleh sebesar 8 mg/l dengan ph koagulasi optimum pada ph 6 (Gambar 6). Data lengkap bobot endapan pada setiap variasi konsentrasi FeCl 3 dan ph koagulasi dapat dilihat pada Lampiran 13. Sama seperti tawas, hubungan antara nilai COD dan bobot endapan yang terbentuk setelah penambahan FeCl 3 adalah berbanding terbalik, artinya semakin rendah nilai COD, maka semakin banyak endapan yang terbentuk. Aktivasi Zeolit Zeolit yang digunakan adalah zeolit Lampung. Zeolit Lampung termasuk jenis klinoptilolit yang berwarna putih dan keras. Zeolit Lampung termasuk zeolit alam dengan kadar Si sedang dan nisbah Si/Al sebesar Daya pertukaran ion dari zeolit maksimum bila perbandingan Si/Al mendekati 1. Nilai KTK zeolit Lampung sebesar me/1 g dengan luas permukaan spesifik sebesar m 2 /g (Aningrum 26). Ukuran zeolit yang digunakan sebesar 2-4 mesh karena kapasitas jerapannya cukup besar. Dan metode jerapan tumpak dipilih karena kapasitas jerapan metode tumpak lebih besar daripada kapasitas jerapan metode lapik tetap (Kusumawati 26). Aktivasi zeolit dengan pemanasan bertujuan untuk mengeluarkan air yang terdapat dalam rongga zeolit. Apabila molekul air yang terdapat dalam rongga zeolit telah dikeluarkan, maka molekul-molekul yang memiliki jari-jari lebih kecil dari rongga zeolit dapat masuk ke dalam rongga zeolit (Sastiono 1993). Jerapan Zeolit cair pencucian pelat cetak memiliki kandungan logam Zn yang masih berada di atas baku mutu logam Zn dalam air limbah menurut IFC (27) (Tabel 1). Untuk mengurangi atau mengendapkan logam Zn diperlukan suasana basa yaitu pada ph 9-1 (Armenante 1999). Oleh karena ph optimum koagulan tawas dan FeCl 3 berada pada yang suasana kurang basa, maka diperlukan usaha pengolahan limbah kembali untuk mengurangi kandungan logam Zn dalam limbah. Salah satu cara untuk mengurangi kandungan logam Zn dalam limbah adalah dengan jerapan menggunakan zeolit tanpa tanpa tawas.8 FeCl tawas zeolit Gambar 7 Konsentrasi Zn dalam limbah tanpa dan dengan penambahan koagulan dan zeolit Gambar 7 menunjukkan penambahan koagulan dapat menurunkan kadar logam Zn dalam limbah, walaupun penurunannya tidak terlalu besar. Persen penurunan kadar Zn dalam limbah cair dengan penambahan koagulan tawas lebih besar daripada dengan penambahan koagulan FeCl 3. Persen penurunan kadar Zn dengan penambahan koagulan tawas dan FeCl 3 berturut-turut sebesar 11.76% dan 5.88%. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor ph. Filtrat hasil pengendapan optimum dengan tawas memiliki ph yang lebih basa daripada filtrat hasil pengendapan optimum dengan FeCl 3. Semakin basa ph filtrat maka semakin besar pula kemungkinan Zn 2 yang akan terendapkan (Armenante 1999). Mekanisme jerapan yang terjadi merupakan pembentukan kompleks antara permukaan Al(OH) 3 dan Fe(OH) 3 dengan ion logam (Manahan 1994). Gambar 7 juga menunjukkan bahwa konsentrasi Zn dapat diturunkan dengan penambahan zeolit. Akan tetapi penurunannya masih berada di atas baku mutu logam Zn dalam air limbah yang aman menurut IFC (27) (Tabel 1). Salah satu mekanisme jerapan dengan zeolit adalah melalui pertukaran kation. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: kation dari larutan, dalam hal ini Zn 2 yang memiliki jari-jari ion berukuran 1.38 Å, masuk ke dalam rongga atau pori zeolit yang berdiameter Å, kemudian terjadi pertukaran antara kation zeolit dengan kation Zn 2 dari larutan, sehingga kandungan Zn 2 dalam limbah berkurang. Proses pertukaran akan berakhir saat mencapai kesetimbangan yaitu keadaan dengan perbandingan konsentrasi kation yang terjerap pada zeolit terhadap kation dalam larutan mencapai maksimum. Keadaan setimbang memiliki laju.75 FeCl3 FeCl 3 zeolit zeolit

5 Nilai TSS (mg/l) Nilai COD (mg/l) Nilai BOD5 (mg/l penjerapan adsorbat oleh adsorben sama dengan laju desorpsi (pelepasan adsorbat yang telah terikat kembali ke dalam larutan) (Ming dan Mumpton 1989). Penurunan logam Zn oleh zeolit pada filtrat hasil pengendapan dengan FeCl 3 lebih kecil daripada filtrat hasil pengendapan dengan tawas. Persen penurunan kadar Zn oleh zeolit pada filtrat hasil pengendapan dengan FeCl 3 dan tawas berturut-turut sebesar 11.76% dan 2%. Hal ini dikarenakan filtrat hasil pengendapan dengan FeCl 3 memiliki ph yang lebih asam daripada filtrat hasil pengendapan dengan tawas. Semakin asam ph maka semakin besar kemungkinan masih terdapatnya logam-logam terlarut lainnya selain Zn 2 yang dapat menjadi pengganggu proses masuknya Zn 2 ke dalam rongga zeolit mupun proses pertukaran antara kation zeolit dengan Zn 2. Kation logam-logam terlarut tersebut dapat berkompetisi dengan Zn 2 sehingga menyebabkan Zn 2 yang terjerap pada zeolit menjadi lebih sedikit. Nilai kapasitas jerapan zeolit terhadap Zn 2 yang terdapat pada filtrat hasil pengendapan dengan tawas dan FeCl 3 berturut-turut sebesar.36 me/1 g dan.25 me/1 g (Lampiran 14). Nilai kapasitas jerapan zeolit terhadap Zn 2 ini sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai KTK zeolit Lampung sebesar me/1 g (Aningrum 26), dengan kata lain Zn 2 pada filtrat hasil pengendapan dengan tawas dan FeCl 3 yang terjerap oleh zeolit berturut-turut sebesar.4% dan.3% dari total kation dapat tukar tanpa tanpa tawas FeCl3 3 tawas tawas zeolit FeCl3 FeCl 3 zeolit Gambar 8 Nilai COD tanpa dan dengan penambahan koagulan dan zeolit Penambahan zeolit pada filtrat hasil pengendapan dengan koagulan ternyata masih dapat menurunkan nilai COD filtrat tersebut, hanya saja persen penurunannya tidak terlalu besar (penurunan dibandingkan terhadap COD filtrat hasil pengendapan dengan koagulan) (Gambar 8) dan masih berada di atas baku mutu COD air limbah yang aman. Persen penurunan COD oleh zeolit pada filtrat hasil pengendapan dengan tawas dan FeCl 3 berturut-turut sebesar 27.27% dan 15.38% (Lampiran 15) Kebutuhan Oksigen Biokimia tanpa tanpa tawas FeCl tawas tawas zeolit zeolit Gambar 9 Nilai BOD 5 tanpa dan dengan penambahan koagulan dan zeolit Gambar 9 menunjukkan nilai BOD 5 menurun dengan adanya penambahan koagulan maupun zeolit. Penurunan BOD 5 dengan penambahan FeCl 3 lebih besar daripada dengan penambahan tawas dan penurunannya lebih besar lagi dengan penambahan zeolit. BOD 5 minimum sebesar 41.9 mg/l diperoleh pada penambahan koagulan FeCl 3 dan zeolit. Walaupun pada BOD 5 minimum sebesar 41.9 mg/l memiliki persen penurunan BOD 5 yang sudah cukup besar yaitu sebesar 89.95% (Lampiran 16), akan tetapi nilai ini masih berada di atas baku mutu BOD 5 air limbah yang aman untuk dibuang ke lingkungan (Tabel 1) Padatan Tersuspensi Total tanpa tanpa tawas 128 FeCl FeCl3 FeCl 3 zeolit zeolit tawas tawas FeCl3 FeCl 3 zeolit zeolit Gambar 1 Nilai TSS tanpa dan dengan penambahan koagulan dan zeolit

6 Gambar 1 menunjukkan nilai TSS menurun dengan adanya penambahan koagulan maupun zeolit. Contoh perhitungan nilai TSS dapat dilihat di Lampiran 17. Penurunan TSS dengan penambahan koagulan FeCl 3 lebih besar daripada penambahan tawas dan penurunan kembali terjadi lagi dengan penambahan zeolit walaupun penurunannya tidak besar. Persen penurunan TSS pada nilai minimum 122 mg/l sebesar 51.59% (Lampiran 17) dan nilai ini masih berada di atas baku mutu TSS air limbah yang aman (Tabel 1). Analisis FTIR Spektrum inframerah endapan hasil pengendapan koagulan tawas dan FeCl 3 hampir sama (Lampiran 18), karena pada dasarnya endapan yang dianalisis berasal dari limbah yang sama, hanya berbeda jenis koagulan yang ditambahkannya. Kedua hasil spektrum IR tersebut memiliki uluran OH pada kisaran bilangan gelombang cm -1, Si-OH pada kisaran bilangan gelombang cm -1, ulur Si-O pada kisaran bilangan gelombang cm -1, tekuk Si-O pada kisaran bilangan gelombang 45-1 cm -1. Selain itu, serapan Al-O dengan kisaran bilangan gelombang cm -1 muncul pada spektrum IR endapan hasil pengendapan dengan tawas dan serapan Fe-O dengan kisaran bilangan gelombang cm -1 muncul pada spektrum IR hasil pengendapan dengan FeCl 3 (Nakamoto 1997) (Tabel 2). Tabel 2 Bilangan gelombang inframerah dan dugaan gugus fungsi Puncak Dugaan Endapan serapan (cm -1 ) gugus fungsi Pengendapan OH dengan Si-OH tawas Ulur Si-O Ulur Al-O Ulur Si-O Tekuk Si-O Tekuk Si-O Pengendapan OH dengan Si-OH FeCl Ulur Si-O Ulur Fe-O Ulur Si-O Tekuk Si-O Tekuk Si-O Pelat cetak dicuci dengan larutan pengembang:air (1:7), sehingga senyawa yang terkandung dalam limbah pencucian pelat cetak merupakan senyawa yang terkandung dalam larutan pengembang dan air. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa endapan hasil koagulasi mengandung senyawa silikat, terlihat dari munculnya serapan Si-O pada spektrum inframerah (Lampiran 18). Hal ini sesuai dengan senyawa yang terkandung dalam larutan pengembang. Larutan pengembang yang digunakan di percetakan IPB merupakan larutan pengembang jenis Superdot Posidev 9. Senyawa dalam larutan pengembang ini sebagian besar air dan natrium silikat. Penjelasan tentang larutan pengembang ini dapat dilihat di Lampiran 19. Serapan Al-O dan Fe-O juga muncul pada spektrum inframerah. Kedua serapan tersebut berasal dari Al(OH) 3 dan Fe(OH) 3 yang memiliki kelarutan yang rendah. Serapan OH pun muncul pada spektrum inframerah. Serapan OH ini dapat berasal dari hidroksida hasil hidrolisis koagulan dan silanol. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan cair pencucian pelat cetak dapat diendapkan dengan penambahan koagulan. Konsentrasi optimum koagulan tawas dalam mengendapkan limbah cair adalah sebesar 11 mg/l dengan ph koagulasi optimum pada ph 8, sedangkan kosentrasi optimum koagulan FeCl 3 dalam mengendapkan limbah cair adalah sebesar 8 mg/l dengan ph koagulasi optimum pada ph 6. Koagulan FeCl 3 menghasilkan persen penurunan COD, BOD 5 dan TSS limbah yang lebih besar daripada koagulan tawas. Akan tetapi persen penurunan kadar Zn dalam limbah lebih besar dengan penambahan koagulan tawas daripada koagulan FeCl 3. Endapan hasil koagulasi mengandung senyawa silikat. Zeolit dapat membantu mengurangi nilai COD, BOD 5, TSS, dan logam Zn dalam limbah. Perlakuan FeCl 3 -zeolit menghasilkan persen penurunan COD, BOD 5, TSS yang lebih besar daripada tawas-zeolit. Akan tetapi persen penurunan kadar Zn dalam limbah lebih besar dengan tawaszeolit daripada FeCl 3 -zeolit. Nilai COD, BOD 5, TSS, dan logam Zn yang diperoleh pada setiap masih berada di atas baku mutu air limbah yang aman untuk dibuang ke lingkungan.

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PERCETAKAN DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN TAWAS DAN FeCl 3 SERTA PENJERAPAN OLEH ZEOLIT RETNO SUDIARTI

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PERCETAKAN DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN TAWAS DAN FeCl 3 SERTA PENJERAPAN OLEH ZEOLIT RETNO SUDIARTI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PERCETAKAN DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN TAWAS DAN FeCl 3 SERTA PENJERAPAN OLEH ZEOLIT RETNO SUDIARTI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PERCETAKAN DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN TAWAS DAN FeCl 3 SERTA PENJERAPAN OLEH ZEOLIT RETNO SUDIARTI

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PERCETAKAN DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN TAWAS DAN FeCl 3 SERTA PENJERAPAN OLEH ZEOLIT RETNO SUDIARTI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PERCETAKAN DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN TAWAS DAN FeCl 3 SERTA PENJERAPAN OLEH ZEOLIT RETNO SUDIARTI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

MODIFIKASI ZEOLIT MELALUI INTERAKSI DENGAN Fe(OH) 3 UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS TUKAR ANION. Syafii, F; Sugiarti, S; Charlena.

MODIFIKASI ZEOLIT MELALUI INTERAKSI DENGAN Fe(OH) 3 UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS TUKAR ANION. Syafii, F; Sugiarti, S; Charlena. MODIFIKASI ZEOLIT MELALUI INTERAKSI DENGAN Fe(OH) 3 UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS TUKAR ANION Syafii, F; Sugiarti, S; Charlena Departemen Kimia, FMIPA Institut Pertanian Bogor Abstrak Aktivasi zeolit pada

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Aerasi untuk Menurunkan Polutan Lindi Pengolahan lindi menjadi efluen yang aman untuk dibuang ke lingkungan dilakukan melalui proses aerasi dengan memberikan empat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban 5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perkembangan industri, semakin menimbulkan masalah. Karena limbah yang dihasilkan di sekitar lingkungan hidup menyebabkan timbulnya pencemaran udara, air

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Organik Asal Hasil analisis ph, KTK, kadar air, padatan terlarut (TSS), C-organik, N- total dan C/N pada bahan serasah pinus (SP), gambut kering (GK),

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HasU Penelitian 4.1.1. Sintesis Zeolit mo 3«00 3200 2aiW 2400 2000 IMO l«m l«m I2«) 1000 100 600 430.0 Putri H_ kaolin 200 m_zeolit Gambar 11. Spektogram Zeolit A Sintesis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh Contoh yang diambil dari alam merupakan contoh zeolit dengan bentuk bongkahan batuan yang berukuran besar, sehingga untuk dapat dimanfaatkan harus diubah ukurannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Sampel Buatan Pada prosedur awal membuat sampel buatan yang digunakan sebagai uji coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Limbah Laboratorium Limbah laboratorium yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah sisa analisis COD ( Chemical Oxygen Demand). Limbah sisa analisis COD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penyiapan Zeolit Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Tasikmalaya. Warna zeolit awal adalah putih kehijauan. Ukuran partikel yang digunakan adalah +48 65 mesh,

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 lat dan Bahan lat yang digunakan pada pembuatan karbon aktif pada penilitian ini adalah peralatan sederhana yang dibuat dari kaleng bekas dengan diameter 15,0 cm dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit 8 s n i1 n 1 x x i 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit s RSD (%) 100% x Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit Pengujian Alkaloid Satu gram contoh dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan terukur yang melebihi 0,1 mg/l tersebut dikarenakan sifat ortofosfat yang cenderung mengendap dan membentuk sedimen, sehingga pada saat pengambilan sampel air di bagian dasar ada kemungkinan sebagian material

Lebih terperinci

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 27, Hal. : 86- PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) K. Haryani, Hargono dan C.S. Budiyati *) Abstrak Khitosan adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

Titrasi Pengendapan. Titrasi yang hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut

Titrasi Pengendapan. Titrasi yang hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut TITRASI PENGENDAPAN Titrasi Pengendapan Titrasi yang hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut Prinsip Titrasi:: Reaksi pengendapan yangg cepat mencapai kesetimbangan pada setiap

Lebih terperinci

MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA

MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA CELLULOSE ACETATE MEMBRANE FROM PINEAPPLE CROWN (Ananas Comocus)

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 28 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Limbah Padat Agar-agar Limbah hasil ekstraksi agar terdiri dari dua bentuk, yaitu padat dan cair. Limbah ini mencapai 65-7% dari total bahan baku, namun belum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna Adsorpsi Zat Warna Pembuatan Larutan Zat Warna Larutan stok zat warna mg/l dibuat dengan melarutkan mg serbuk Cibacron Red dalam air suling dan diencerkan hingga liter. Kemudian dibuat kurva standar dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN PERBANDINGAN MASSA ALUMINIUM SILIKAT DAN MAGNESIUM SILIKAT Tahapan ini merupakan tahap pendahuluan dari penelitian ini, diawali dengan menentukan perbandingan massa

Lebih terperinci

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 217 ADSORPSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini; Latar Belakang: Sebelum air limbah domestik maupun non domestik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004). 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Penelitian ini menggunakan campuran kaolin dan limbah padat tapioka yang kemudian dimodifikasi menggunakan surfaktan kationik dan nonionik. Mula-mula kaolin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus berkurang dikarenakan adanya sumber-sumber air yang tercemar.

BAB I PENDAHULUAN. harus berkurang dikarenakan adanya sumber-sumber air yang tercemar. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Air merupakan bagian tervital dari kehidupan. Hampir seluruh aspek kehidupan melibatkan air dalam prosesnya. Keberadaan air di bumi pun sangat besar jumlahnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri mempunyai pengaruh besar terhadap lingkungan, karena dalam prosesnya akan dihasilkan produk utama dan juga produk samping berupa limbah produksi, baik limbah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya. 8 kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Kapasitas Tukar Kation Kapasitas tukar kation

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan komponen alami yang terdapat di kulit bumi yang tidak dapat didegradasi atau dihancurkan (Agustina, 2010). Logam dapat membahayakan bagi kehidupan

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kitosan merupakan senyawa dengan rumus kimia poli(2-amino-2-dioksi-β-d-glukosa) yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitosan serta turunannya sangat bermanfaat

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

AMOBILISASI LOGAM BERAT Cd 2+ dan Pb 2+ DENGAN GEOPOLIMER. Warih Supriadi

AMOBILISASI LOGAM BERAT Cd 2+ dan Pb 2+ DENGAN GEOPOLIMER. Warih Supriadi AMOBILISASI LOGAM BERAT Cd 2+ dan Pb 2+ DENGAN GEOPOLIMER Warih Supriadi BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Encapsulation B3 tidak boleh bebas Di lingkungan (Chen. dkk, 2008) Amobilisasi dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI 85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap peningkatan ph tanah (Tabel Lampiran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2010 sampai Maret 2011 di Laboratorium Bagian Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB dan di Laboratory of Applied

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL KELOMPOK : 3 NAMA NIM APRIANSYAH 06111010020 FERI SETIAWAN 06111010018 ZULKANDRI 06111010019 AMALIAH AGUSTINA 06111010021 BERLY DWIKARYANI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Perlakuan awal kaolin dan limbah padat tapioka yang dicuci dengan akuades, bertujuan untuk membersihkan pengotorpengotor yang bersifat larut dalam air. Selanjutnya

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory), 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory), Karakterisasi FTIR dan Karakterisasi UV-Vis dilakukan di laboratorium Kimia Instrumen,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan. 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Kerja Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biomassa dari bulan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Abstrak.Teknik penyulingan yang dilakukan pengrajin minyak atsiri belum benar, sehingga minyak

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tahap Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan meliputi tahap studi literatur, persiapan alat dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah nata de banana. 3.1. Persiapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Fotodegradasi Senyawa Biru Metilena

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Fotodegradasi Senyawa Biru Metilena 4 koloid pada tabung tersebut dengan jarak 10 cm dari permukaan larutan. Fraksi ini ditampung dan dikoagulasikan dengan penambahan NaCl. Setelah fraksi terkoagulasi, larutan bagian atas dibuang dan endapan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VIII Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Periset Sains Kimia di Era Program Studi Pendidikan FKIP UNS Surakarta, 14 Mei 2016 MAKALAH PENDAMPING PARALEL

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat

Lebih terperinci

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif Landiana Etni Laos, Arkilaus Selan Prodi Pendidikan Fisika STKIP Soe, Nusa Tenggara Timur E-mail: etni.laos@yahoo.com Abstrak. Karbon aktif merupakan

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Cair Percetakan dengan Menggunakan Koagulan Aluminium Sulfat dan Besi (III) Klorida

Pengolahan Limbah Cair Percetakan dengan Menggunakan Koagulan Aluminium Sulfat dan Besi (III) Klorida Pengolahan Limbah Cair Percetakan dengan Menggunakan Koagulan Aluminium Sulfat dan Besi (III) Klorida Arsendi Nugraha, Dr. Sutanto, M.Si, Dra Ardi Muharini, M.Si Program Studi Kimia, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Unila. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat yang digunakan Ayakan ukuran 120 mesh, automatic sieve shaker D406, muffle furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat titrasi

Lebih terperinci

θ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif.

θ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif. Intensitas 5 selama 24 jam. Setelah itu, filtrat dipisahkan dari sampel C, D, dan E dengan cara mendekatkan batang magnet permanen pada permukaan Erlenmeyer. Konsentrasi filtrat ditentukan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga Bab 7 Soal-Soal Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Larutan Penyangga 1. Berikut ini yang merupakan pasangan asam basa terkonjugasi (A) H 3 O + dan OH

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

JKK,Tahun 2014,Volum 3(3), halaman 7-13 ISSN

JKK,Tahun 2014,Volum 3(3), halaman 7-13 ISSN PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ADSORBEN BESI PADA AIR TANAH Antonia Nunung Rahayu 1*,Adhitiyawarman 1 1 Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 215 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI DYAH DWI POERWANTO, 1 EKO PRABOWO HADISANTOSO, 1*

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran lingkungan karena logam berat merupakan masalah yang sangat serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan di bidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum tentang pemanfaatan cangkang kerang darah (AnadaraGranosa) sebagai adsorben penyerap logam Tembaga (Cu) dijelaskan melalui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Uji Akademi Kimia Analisis Penelitian dilakukan bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal K Oleh Said Mihdar Said Hady Nrp. 1407201729 Dosen Pembimbing Dra. Ratna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 KerangkaPenelitian Tahapan dalam penelitian ini dimulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan

Lebih terperinci