DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Penjelasan Materi Pelatihan Pengakuan Kompetensi Terkini Pengertian-pengertian / Istilah... 4 BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta Paket Pelatihan Pengertian Unit Standar Kompetensi Unit Kompetensi yang Dipelajari... 7 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan BAB IV APLIKASI MODEL MATEMATIS JARINGAN IRIGASI Umum Persiapan Proses Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi Penggunaan Aplikasi Model Matematis pada Perencanaan Jaringan Irigasi Rangkuman Data Hasil Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI Sumber Daya Manusia Sumber-sumber Perpustakaan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan Halaman: 1 dari 51

2 BAB I PENGANTAR 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Pelatihan berbasis kompetensi. Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja Kompeten ditempat kerja. Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan Desain materi pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri. 1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang instruktur. 2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari instruktur Isi Materi pelatihan 1) Buku Informasi Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur maupun peserta pelatihan. 2) Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan. c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja. Halaman: 2 dari 51

3 3) Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi : a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. e. Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek. f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan Penerapan materi pelatihan 1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah: a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja. 2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan adalah: a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja. d. Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja. e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh instruktur. 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency- RCC) Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan Persyaratan Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh melalui: Halaman: 3 dari 51

4 1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau 2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau 3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. 1.4 Pengertian-pengertian / Istilah Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan Standarisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Halaman: 4 dari 51

5 1.4.7 Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Sertifikat Kompetensi Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional. Halaman: 5 dari 51

6 BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1 Peta Paket Pelatihan Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Ahli Muda Perencana Irigasi yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Melakukan Aplikasi Model Matematis - Kode Unit F45 AMPI , sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu: Penerapan Peraturan dan Perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi Penerapan Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi Perencanaan Layout Daerah Irigasi Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Perencanaan Bangunan Utama (Bendung) Parameter Standar Penggambaran Irigasi Panduan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi 2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi Unit Kompetensi Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu Unit kompetensi yang akan dipelajari Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah Melakukan Aplikasi Model Matematis Durasi / waktu pelatihan Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu Kesempatan untuk menjadi kompeten Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. Halaman: 6 dari 51

7 2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. memeriksa kemajuan peserta pelatihan. menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian Judul Unit Melakukan Aplikasi Model Matematis Kode Unit Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk melakukan jaringan irigasi Kemampuan Awal Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan Menerapkan Peraturan dan perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi, dan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L). Menerapkan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air Mengumpulkan data irigasi Merencanakan Layout Daerah Irigasi Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi Merencanakan Bangunan Utama (Bendung) Menerapkan Parameter Standar Penggambaran Irigasi Menyusun Panduan Operasi dan Pemeliharaaan Irigasi berdasarkan Kriteria Perencanaan Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 1. Melakukan persiapan proses 1.1 Perangkat lunak (software) untuk pembuatan dipilih dengan teliti sesuai dengan kebutuhan. 1.2 Gambar layout definitif disiapkan sesuai dengan kebutuhan. 1.3 Data-data yang terkait dengan aplikasi model dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan. Halaman: 7 dari 51

8 Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 2. Mengaplikasikan model yang dibutuhkan untuk jaringan irigasi 3. Membuat rangkuman data hasil 2.1 Program jaringan irigasi disiapkan sesuai dengan prosedur. 2.2 Input data yang dibutuhkan dalam proses dilakukan dengan cermat sesuai dengan prosedur. 2.3 Proses dijalankan sesuai dengan prosedur. 2.4 Hasil analisis berdasarkan diperiksa dengan teliti. 3.1 Hasil disusun sesuai dengan format. 3.2 Penyajian data hasil dibuat sesuai dengan format standar sehingga mudah dibaca dan dipahami. 3.3 Hasil yang telah tersusun dilaporkan kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur Batasan Variabel 1) Kontek Variabel a. Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu dan atau berkelompok, pada lingkup pekerjaan jasa konstruksi utamanya pada irigasi. b. Unit kompetensi ini berlaku dalam melakukan c. Unit kompetensi ini diterapkan sebagai landasan sikap seorang perencana irigasi dalam. melakukan, meliputi: (1) Pemilihan program. (2) Pengoperasian program jaringan irigasi (3) Program 2) Perlengkapan dan Peralatan a. Peralatan: Komputer dan software dalam Pengumpulan dan penyajian data b. Bahan: data base data/profil social, ekonomi teknik, kelembagaan yang terkait irigasi Halaman: 8 dari 51

9 c. Fasilitas: Ruangan dan lokasi studi lapangan 3) Tugas-tugas yang harus dilakukan : a. Melakukan persiapan proses jaringan irigasi b. Melakukan yang dibutuhkan untuk c. Membuat rangkuman data hasil jaringan irigasi. 4) Materi dan peraturan-peraturan yang diperlukan : a. Pedoman atau peraturan tentang irigasi b. Manual Pemograman c. SOP irigasi yang dimodelkan Panduan Penilaian 1) Kondisi Pengujian a. Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. b. Penilaian dapat dilakukan dengan cara : Tes tertulis, Tes lisan (wawancara) dan atau Praktek/simulasi, Porto folio atau metode lain yang relevan; 2) Penjelasan prosedur penilaian; Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini serta unit-unit kompetensi yang terkait. a. Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya, meliputi: (1) F45 AMPI Menerapkan Peraturan dan perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi, dan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L). (2) F45 AMPI Menerapkan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air (3) F45 AMPI Mengumpulkan data irigasi (4) F45 AMPI Merencanakan Layout Daerah Irigasi Halaman: 9 dari 51

10 (5) F45 AMPI Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi (6) F45 AMPI Merencanakan Bangunan Utama (Bendung) (7) F45 AMPI Menerapkan Parameter Standar Penggambaran Irigasi (8) F45 AMPI Menyusun Panduan Operasi dan Pemeliharaaan Irigasi berdasarkan Kriteria Perencanaan b. Unit kompetensi yang terkait, meliputi: ( - ) 3) Pengetahuan yang dibutuhkan : a. Software b. Penyajian data hasil c. Mengklasifikasi data hasil para-analisis. 4) Keterampilan yang dibutuhkan : a. Mengoperasikan program jaringan irigasi b. Menginterpretasikan data hasil proses c. Mengelompokkan dan mengklasifikasikan data yang dibutuhkan dalam proses 5) Aspek Kritis Aspek kritis yang harus diperhatikan : a. Kecermatan dalam memilih program aplikasi yang akan digunakan (software). b. Kecermatan dalam mengoperasikan program. c. Ketelitian dalam memasukan data. d. Kecermatan dalam menginterpretasikan data hasil proses aplikasi model Kompetensi kunci No Kompetensi Kunci Tingkat 1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi 3 2. Mengomunikasikan informasi dan ide-ide 2 Halaman: 10 dari 51

11 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara dan teknis 3 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi 3 Halaman: 11 dari 51

12 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1 Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh instruktur. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan Instruktur dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat Persiapan / 1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti. 2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. 3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. 4) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan Permulaan dari proses pembelajaran 1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar. 2) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki Pengamatan terhadap tugas praktek 1) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh instruktur atau orang yang telah berpengalaman lainnya. 2) Mengajukan pertanyaan kepada instruktur tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan Implementasi 1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman. 2) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek. 3) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan Halaman: 12 dari 51

13 3.2 Metode Pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui instruktur setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar Belajar berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, instruktur dan pakar/ahli dari tempat kerja Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh instruktur atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu. 3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan Rancangan pembelajaran materi pelatihan bertujuan untuk melengkapi hasil analisis kebutuhan meteri pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi yang merupakan tugasnya sebagai instruktur. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan sebagai berikut: Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 1 Kriteria Unjuk No Kerja/Indikator Unjuk Kerja 1.1 Perangkat lunak (software) untuk pembuatan dipilih dengan teliti sesuai dengan kebutuhan 1) Dapat menjelaskan tujuan penggunaan perangkat lunak Melakukan Aplikasi Model Matematis Melakukan persiapan proses Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memilih perangkat lunak (software) untuk pembuatan dengan teliti sesuai dengan Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 1. Menjelaskan tentang tujuan penggunaan perangkat lunak pada 2. Menjelaskan tentang jenis perangkat lunak untuk pembuatan Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Pedoman atau peraturan tentang irigasi b. Manual Pemograman c. SOP irigasi yang dimodelkan Jam Pelajaran Indikatif 10 menit Halaman: 13 dari 51

14 Kriteria Unjuk No Kerja/Indikator Unjuk Kerja pada aplikasi model 2) Dapat menyebutkan jenis perangkat lunak untuk pembuatan 3) Mampu mengidentifikasi jenis perangkat lunak untuk pembuatan 4) Mampu menentukan jenis perangkat lunak untuk pembuatan sesuai dengan kebutuhan 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam memilih perangkat lunak (software) untuk pembuatan 1.2 Gambar layout definitive disiapkan sesuai dengan kebutuhan 1) Dapat menjelaskan gambar layout yang sudah definitif 2) Dapat menjelaskan kelengkapan gambar lainnya terkait dengan yang akan digunakan 3) Mampu menunjukkan gambar layout definitive sesuai kebutuhan 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam Tujuan Pembelajaran kebutuhan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menyiapkan gambar layout definitive sesuai dengan kebutuhan Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 3. Memberikan contoh cara mengidentifika si jenis perangkat lunak untuk pembuatan 4. Memberikan contoh cara menentukan jenis perangkat lunak untuk pembuatan sesuai dengan kebutuhan 5. Memberikan contoh cara memilih perangkat lunak (software) untuk pembuatan dengan cermat dan teliti 1.Menjelasakan tentang gambar layout yang sudah definitif 2. Menjelaskan tentang kelengkapan gambar lainnya terkait dengan yang akan digunakan 3. Memberikan contoh cara menunjukkan gambar layout definitive sesuai kebutuhan 4. Memberikan contoh cara menyiapkan gambar layout definitive Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Pedoman atau peraturan tentang irigasi b. Manual Pemograman c. SOP irigasi yang dimodelkan Jam Pelajaran Indikatif 10 menit Halaman: 14 dari 51

15 Kriteria Unjuk No Kerja/Indikator Unjuk Kerja menyiapkan gambar layout definitive sesuai kebutuhan 1.3 Data-data yang terkait dengan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan 1) Dapat menjelaskan data yang diperlukan dalam proses aplikasi model 2) Mampu mengidentifikasi data-data yang terkait dengan untuk dikelompokkan 3) Mampu menyusun datadata yang terkait dengan aplikasi model untuk dikelompokkan 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam mengelompokan data-data yang terkait dengan Diskusi: Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu mengelompok kan data-data yang terkait dengan sesuai dengan kebutuhan Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran sesuai kebutuhan dengan cermat dan teliti 1. Menjelaskan tentang data yang diperlukan dalam proses 2.Memberikan contoh cara mengidentifika si data-data yang terkait dengan untuk dikelompokkan 3.Memberikan contoh cara menyusun data-data yang terkait dengan untuk dikelompokkan 4.Memberikan contoh cara mengelompok an data-data yang terkait dengan dengan cermat dan teliti Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Pedoman atau peraturan tentang irigasi b. Manual Pemograman c. SOP irigasi yang dimodelkan Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan Jam Pelajaran Indikatif 15 menit Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 2 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja 2.1 Program aplikasi model disiapkan sesuai dengan prosedur Melakukan Aplikasi Model Matematis Mengaplikasikan model yang dibutuhkan untuk jaringan irigasi Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat menyiapkan Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 1.Menjelaskan tentang cara mengoperasika n program Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Pedoman atau peraturan tentang Jam Pelajaran Indikatif 30 menit Halaman: 15 dari 51

16 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja 1) Dapat menjelaskan cara mengoperasikan program aplikasi model 2) Mampu menjalankan program aplikasi model sesuai prosedur 3) Harus mampu bersikap taat terhadap prosedur program aplikasi model 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menyiapkan program aplikasi model 2.2 Input data yang dibutuhkan dalam proses aplikasi model dilakukan dengan cermat sesuai dengan prosedur 1) Dapat menjelaskan jenis data yang akan masukan proses 2) Dapat menjelaskan cara meng-input data sesuai dengan prosedur 3) Mampu melakukan input data secara benar sesuai dengan prosedur 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam melakukan input data 2.3 Proses aplikasi model dijalankan sesuai dengan prosedur 1) Dapat menjelaskan proses aplikasi Tujuan Pembelajaran program sesuai dengan prosedur Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat menginput data yang dibutuhkan dalam proses dengan cermat sesuai dengan prosedur Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat menjalankan proses aplikasi model mate- Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 2. Memberikan contoh cara menjalankan program sesuai prosedur 3. Memberikan contoh mentaati prosedur program 4. Memberikan contoh cara menyiapkan program dengan cermat dan teliti 1.Menjelaskan tentang jenis data yang akan masukan proses aplikasi model 2. Menjelaskan tentang cara meng-input data sesuai dengan prosedur 3. Memberikan contoh cara melakukan input data secara benar sesuai dengan prosedur 4. Memberikan contoh cara melakukan input data dengan cermat dan teliti 1.Menjelaskan tentang proses sesuai dengan prosedur 2. Memberikan Sumber/ Referensi yang Disarankan irigasi b. Manual Pemograman c. SOP irigasi yang dimodelkan a. Pedoman atau peraturan tentang irigasi b. Manual Pemograman c. SOP irigasi yang dimodelkan a. Pedoman atau peraturan tentang irigasi b. Manual Jam Pelajaran Indikatif 45 menit 55 menit Halaman: 16 dari 51

17 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja model sesuai dengan prosedur 2) Mampu menjalankan proses aplikasi model sesuai prosedur 3) Mampu menunjukkan hasil proses aplikasi model 4) Mampu menelusuri proses jika terjadi kesalahan 5) Harus mampu bersikap taat terhadap prosedur dalam menjalankan proses aplikasi model 2.4 Hasil analisis berdasarkan diperiksa dengan teliti 1) Dapat menjelaskan hasil analisis berdasarkan 2) Mampu mengevaluasi hasil analisis berdasarkan 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam memeriksa hasil analisis berdasarkan Diskusi: Tujuan Pembelajaran matis sesuai dengan prosedur Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memeriksa hasil analisis berdasarkan dengan teliti Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran contoh cara 3. Memberikan contoh cara menunjukkan hasil proses 4. Memberikan contoh cara menelusuri proses aplikasi model jika terjadi kesalahan 5. Memberikan contoh cara menjalankan proses aplikasi model dengan cermat sesuai prosedur 1. Menjelaskan tentang hasil analisis berdasarkan 2. Memberikan contoh cara mengevaluasi hasil analisis berdasarkan 3. Memberikan contoh cara memeriksa hasil analisis berdasarkan dengan cermat dan teliti Sumber/ Referensi yang Disarankan Pemograman c. SOP irigasi yang dimodelkan a. Pedoman atau peraturan tentang irigasi b. Manual Pemograman c. SOP irigasi yang dimodelkan Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan Jam Pelajaran Indikatif 40 menit Halaman: 17 dari 51

18 Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 3 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja 3.1 Hasil aplikasi model disusun sesuai format 1) Dapat menjelaskan format yang digunakan dalam penyusunan hasil 2) Mampu menyajikan hasil sesuai dengan format yang ditentukan 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menyusun hasil sesuai format Melakukan Aplikasi Model Matematis Membuat rangkuman data hasil Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menyusun hasil aplikasi model sesuai format Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 1.Menjelaskan tentang format yang digunakan dalam penyusunan hasil aplikasi model 2. Memberikan contoh cara menyajikan hasil aplikasi model sesuai dengan format yang ditentukan 3. Memberikan contoh cara menyusun hasil sesuai format dengan cermat dan teliti Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Pedoman atau peraturan tentang irigasi b. Manual Pemograman c. SOP irigasi yang dimodelkan Jam Pelajaran Indikatif 30 menit 3.2 Data hasil dibuat sesuai dengan format standar sehingga mudah dibaca dan dipahami 1) Dapat menjelaskan cara penyajian data hasil sehingga mudah dibaca dan dipahami 2) Dapat menjelaskan tujuan penyajian data hasil 3) Mampu menunjukkan data hasil sehingga mudah dibaca dan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu membuat data hasil aplikasi model sesuai dengan format standar sehingga mudah dibaca dan dipahami 1. Ceramah 2. Diskusi 1.Menjelaskan tentang cara penyajian data hasil aplikasi model sehingga mudah dibaca dan dipahami 2. Menjelaskan tentang tujuan penyajian data hasil aplikasi model 3. Memberikan contoh cara menunjukkan data hasil sehingga mudah dibaca dan dipahami 4. Memberikan contoh cara menyajikan data hasil a. Pedoman atau peraturan tentang irigasi b. Manual Pemograman c. SOP irigasi yang dimodelkan 30 menit Halaman: 18 dari 51

19 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja dipahami 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menyajikan data hasil aplikasi model sehingga mudah dibaca dan dipahami 3.3 Hasil aplikasi model yang telah tersusun dilaporkan kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur 1) Dapat menjelaskan format yang digunakan dalam penyusunan laporan hasil 2) Dapat menjelaskan cara menyusun laporan hasil 3) Mampu menyusun laporan hasil sesuai prosedur 4) Dapat menjelaskan pihak-pihak terkait yang harus menerima laporan hasil sesuai prosedur 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam melaporkan hasil mate-matis yang telah tersusun Diskusi: Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu melaporkan hasil aplikasi model yang telah tersusun kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran sehingga mudah dibaca dan dipahami dengan cermat dan teliti 1.Menjelaskan tentang format yang digunakan dalam penyusunan laporan hasil 2. Menjelaskan tentang cara menyusun laporan hasil 3. Memberikan contoh cara menyusun laporan hasil sesuai prosedur 4. Menjelaskan tentang pihakpihak terkait yang harus menerima laporan hasil sesuai prosedur 5. Memberikan contoh cara melaporkan hasil aplikasi model yang telah tersusun dengan cermat dan teliti Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Pedoman atau peraturan tentang irigasi b. Manual Pemograman c. SOP irigasi yang dimodelkan Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan Jam Pelajaran Indikatif 30 menit Halaman: 19 dari 51

20 BAB IV PENGGUNAAN MODEL MATEMATIS JARINGAN IRIGASI 4.1 Umum Bab ini berisi uraian mengenai kegiatan persiapan proses, penggunaan pada, serta pembuatan rangkuman data hasil aplikasi model. Berdasarkan informasi yang dimuat dalam Buku Pengelolaan Alokasi Air pada Wilayah Sungai yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Air 2011, terdapat beberapa model /perangkat lunak (software) yang bisa dipakai untuk perhitungan alokasi air. Model tersebut dapat berupa model sederhana memanfaatkan fasilitas yang ada dalam Ms-Excel, maupun model yang lebih advance menggunakan bahasa pemrograman. Modelmodel tersebut antara lain: a) Model WRMM b) Pemodelan sederhana dengan lembar kerja elektronik c) Model alokasi air Ms-Excel untuk pengelolaan real-time d) Model alokasi air Ms-Excel untuk strategis dan tahunan A. Model WRMM Penggunaan model komputer dalam alokasi air secara meluas di Indonesia telah didorong oleh proyek Basin Water Resources Management (BWRM) dari tahun 1999 sampai dengan 2010, yang fungsinya memperkuat Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi. Model yang digunakan untuk membantu pengelolaan alokasi air secara tepat waktu atau real-time ini adalah model WRMM (water resources management model) dan model sederhana dengan Microsoft-Excel. WRMM dibuat oleh Optimal Solutions Ltd. untuk Alberta Environment di Kanada. Di Indonesia telah digunakan pada Studi Pola Tata Air SWS Jratunseluna; Perencanaan Sistem Irigasi di Lombok Barat; dan Studi Pola Tata Air SWS Tondano Ranowangko. Pada proyek Java Irrigation and Water Management Project (JIWMP, ) pada paket Basin Water Resources Management (BWRM) di DPS Ciujung, Cisanggarung, Jratunseluna, Progo-Opak-Oyo, dan Sampean telah diperkenalkan model WRMM sebagai model alokasi air real-time. Penggunaan WRMM dilanjutkan pada proyek BWRM II ( ) di seluruh SWS di Pulau Jawa (Virama Karya dkk, 2000). Model WRMM ini yang bersifat deterministik dan steady-state ini merupakan neraca air yang menitik beratkan pada distribusi air, yaitu mensimulasikan kebijaksanaan operasi alokasi air dan dampaknya terhadap debit aliran di seluruh Halaman: 20 dari 51

21 sistem tata air. Model akan membuat alokasi air yang terbaik berdasarkan kendala fisik dan operasional yang ada. Model WRMM ini dapat dipergunakan antara lain untuk: 1) evaluasi kelayakan pembangunan infrastruktur, mengkaji seberapa jauh pembangunan saluran, waduk dan bendung dapat mencapai sasaran yang ditetapkan; 2) menentukan ukuran infrastruktur yang akan dibangun, misalnya menentukan kapasitas waduk yang paling optimal, dan luas areal irigasi yang akan dikembangkan; 3) analisis waktu pengisian waduk, dengan berbagai skenario air masuk waduk (inflow); 4) mengkaji dampak dari suatu kebijakan pengoperasian, misalnya mengevaluasi dampak dari cara alokasi air yang memprioritaskan air minum dan industri, dan menentukan cara pengoperasian waduk yang paling optimal. B. Pemodelan sederhana dengan lembar kerja elektronik Kenyataannya model alokasi air yang banyak digunakan oleh para pengelola wilayah sungai di Indonesia adalah model alokasi air dengan lembar kerja elektronik, misalnya dengan Microsoft-Excel. Model simulasi sederhana ini cukup mudah digunakan, terutama untuk Daerah Aliran Sungai yang sistem tata airnya relatif tidak terlalu kompleks. Langkah pertama dari setiap penyusunan model alokasi air adalah menyusun skematisasi sistem tata air. Skematisasi sistem tata air perlu dibuat sedemikian rupa sehingga cukup sederhana akan tetapi dapat menggambarkan kondisi infrastruktur pengairan dalam kaitannya untuk alokasi distribusi air, sehingga skematisasi tersebut cukup menggambarkan kondisi hidrologis dari daerah aliran sungai ditinjau. Skematisasi sistem tata air terdiri atas simpul-simpul yang menyatakan sumber air, kebutuhan air dan infrastruktur, dan cabang-cabang yang menyatakan sungai, saluran atau pipa. Simpul-simpul terdiri atas tiga jenis, yaitu simpul biasa, simpul aktivitas, dan simpul kendali. Simpul biasa merupakan unsur dalam tata air yang tidak mengatur aliran air, terdiri atas simpul aliran, simpul akhir, simpul pertemuan, simpul pembangkit listrik, dan simpul semu. Penjelasan singkat dari masing-masing simpul biasa adalah sebagai berikut: a. simpul aliran (inflow node), menyatakan lokasi dimana air memasuki sistem, misalnya dapat berupa aliran dari Daerah Aliran Sungai di bagian hulu, air dari sumber mata air atau air tanah; b. simpul akhir (terminal node): menyatakan batas akhir dari wilayah sungai, biasanya berupa laut namun dapat juga berupa transfer ke wilayah sungai lain; c. simpul pertemuan (confluence node): menyatakan lokasi pertemuan dua buah atau lebih anak sungai; d. simpul listrik mikrohidro (run-of-river node): menyatakan pembangkit listrik tenaga air yang terletak pada sungai atau saluran (tanpa tampungan seperti pada waduk) misalnya listrik mikrohidro di saluran irigasi; Halaman: 21 dari 51

22 e. simpul semu (dummy node): menyatakan lokasi tertentu di dalam sistem yang misalnya dapat digunakan untuk kalibrasi aliran terukur dan perhitungan; dan Simpul aktivitas merupakan simpul kebutuhan air, terdiri atas: a. simpul air bersih (public water supply node), menyatakan lokasi dimana dilakukan pengambilan air untuk PDAM, industri dan rumah-tangga; b. simpul aliran rendah (low flow node), menyatakan lokasi dimana suatu besaran aliran rendah tertentu harus diadakan, misalnya untuk keperluan penggelontoran, memelihara kedalaman air untuk navigasi, lingkungan, dan sebagainya; c. simpul irigasi (irrigation node), menyatakan lokasi daerah irigasi; d. simpul tambak (fishpond node), menyatakan lokasi tambak; e. simpul kehilangan air (loss flow), menyatakan lokasi dimana terjadi kehilangan air, misalnya bocoran, rembesan, penguapan, dan pengambilan liar. Simpul kendali merupakan infrastruktur pengairan yang dapat digunakan untuk mengendalikan sistem tata air, terdiri atas: a. simpul bendung (diversion node), menyatakan bendung atau bangunan pengambilan air; dan b. simpul waduk (reservoir node), menyatakan waduk. Dalam praktek beberapa jenis simpul yang sering terdapat di lapangan disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.1. Simpul dan masukan serta keluarannya Halaman: 22 dari 51

23 C. Model alokasi air Ms-Excel untuk pengelolaan real-time Untuk alokasi air secara tepat waktu atau real-time, maka permasalahannya adalah bagaimana membagi air pada berbagai pengguna air secara adil, sesuai dengan prioritasnya. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: 1) Penyusunan skematisasi sistem tata air; 2) Perhitungan kebutuhan air secara kumulatif dari hilir ke hulu; dan 3) Alokasi pembagian air, dari hulu ke hilir. Agar dapat melakukan alokasi pembagian air di bendung atau waduk, maka terlebih dahulu harus diketahui berapa jumlah kebutuhan air di hilir bendung atau waduk tersebut. Untuk itu perlu dijumlahkan semua kebutuhan air dari hilir ke hulu sampai dengan bangunan pembagi air tersebut, sehingga dapat diketahui berapa jumlah kebutuhan air secara kumulatif dari hilir ke hulu. Alokasi pembagian air dilakukan pada setiap bendung dan waduk. Untuk setiap bendung dapat dilakukan berbagai kebijakan alokasi air, antara lain prioritas pada yang dibelokkan, proporsi yang konstan, dan proporsional dengan air yang dibutuhkan. Prioritas pada air yang dibelokkan (diverted), mengakibatkan hilir sungai mendapat sisanya. Sistem ini dapat digunakan pada pengambilan air minum yang menurut undang-undang merupakan prioritas tertinggi, atau pada bendung yang dibagian hilir sungainya tidak atau belum dimanfaatkan lagi. Metode proporsi yang konstan adalah berdasarkan air yang tersedia, misalnya air yang dibelokkan mendapat 60% dari air yang tersedia, dan 40% sisanya ke hilir sungai. Cara sederhana ini dapat dilakukan antar pengguna air yang sama, misalnya irigasi. Sedangkan metode proporsional dengan air yang dibutuhkan ini merupakan metode yang paling adil dan sebaiknya digunakan bilamana memungkinkan. Metode ini memerlukan perhitungan kebutuhan air di hilir bendung. Bentuk umum dari rumus alokasi air secara proporsional dengan kebutuhannya ini adalah sebagai berikut: alokasi = (kebutuhan/(jumlah kebutuhan)) * air yang tersedia dimana jumlah kebutuhan adalah pada bendung pembagi, meliputi seluruh kebutuhan air dari hilir yang meminta air dari bendung tersebut. D. Model alokasi air Ms-Excel untuk strategis dan tahunan Perencanaan alokasi air strategis dan taktis memerlukan simulasi selama paling tidak setahun, dengan langkah waktu bulanan atau tengah-bulanan. Penyusunan model alokasi air dengan MSExcel ini terdiri atas tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Penggambaran skematisasi; 2) Penyusunan tabel kebutuhan dan ketersediaan air; Halaman: 23 dari 51

24 3) Perhitungan kebutuhan air pada setiap titik; 4) Alokasi pemberian air; 5) Menjalankan simulasi; 6) Perhitungan kekurangan air; dan 7) Penyajian hasil simulasi. 1. Skematisasi Penggambaran skematisasi tata air untuk, serupa dengan skematisasi untuk pengoperasian secara real-time, dan telah dibahas pada bab sebelumnya. Perbedaannya terletak pada adanya indikator waktu atau time-step, yang dapat dipilih untuk mengkaji kondisi pada suatu saat tertentu. Misalnya kondisi pada tengah-bulan September pertama. 2. Penyusunan tabel kebutuhan dan ketersediaan air Jika skematisasi tata air menyatakan ketersediaan dan kebutuhan air menurut ruang atau secara spasial, maka untuk menyatakan data runtut waktu (timeseries) dari ketersediaan air pada simpul aliran dan kebutuhan air pada berbagai simpul kebutuhan air perlu dibuat pula tabel-tabel. Untuk menyatakan ketersediaan dan kebutuhan air pada suatu saat yang disajikan pada skematisasi, maka tabel tersebut diacu dengan menggunakan fungsi: =vlookup(indeks, tabel, kolom) atau =hlookup(indeks, tabel, baris) 3. Perhitungan kebutuhan air pada setiap titik Sebelum alokasi air direncanakan, jumlah kebutuhan air di hilir bendung atau waduk harus diketahui terlebih dahulu. Untuk itu maka dilakukan penjumlahan kebutuhan air dari hilir ke hulu, sehingga pada setiap titik dapat diketahui kebutuhan airnya secara kumulatif dari hilir. 4. Alokasi pemberian air Pemberian air dimulai dengan melakukan penelusuran air yang tersedia dari hulu ke hilir. Permasalahan pengendalian alokasi air muncul pada bangunan air bendung dan waduk. Untuk membagi air pada bendung dapat digunakan beberapa alternatif antara prioritas pada air yang dibelokkan, proporsi yang konstan berdasarkan air yang tersedia, dan proporsional terhadap air yang dibutuhkan. Khususnya pada waduk, untuk setiap langkah waktu kita dihadapkan pada permasalahan berapa air yang harus dikeluarkan. Hal ini bergantung pada kebijakan pengoperasian waduk, dan persamaan neraca air waduk sebagai berikut: S( t+1 ) = S( t ) + I( t ) - O( t ) + (P( t )-E( t ))*A dimana: S adalah tampungan waduk, I adalah air masuk waduk, O adalah air keluar dari waduk, P adalah curah hujan, E adalah evaporasi, A adalah areal waduk. Halaman: 24 dari 51

25 Dua buah metode sederhana untuk mengoperasikan waduk, yaitu Metode Operasi Sederhana dan Metode Operasi dengan Kurva Atur. Metode Operasi Sederhana dilaksanakan dengan algoritma sebagai berikut: a) Jika air di waduk mencukupi, keluarkan air dari waduk (outflow O) sesuai dengan kebutuhan air di hilir (D) b) Hitung neraca air waduk dari persamaan (1) c) Perhatikan kondisi limpasan dan kekurangan air: 1. jika S(t+1) > Smax maka S(t+1) = Smax; dan O = D + S(t+1) Smax 2. jika S(t+1) < Smin maka S(t+1) = Smin; O = D + S(t+1) Smin Cara operasi dengan kurva atur (rule curve) pada prinsipnya menggunakan dua buah kurva atur, yaitu: - Flood control curve (FRC) jika S(t+1) > FRC maka S = FRC; O = D + S(t+1) - FRC - Utility rule curve (URC) jika S(t+1) < URC maka O = f * D, dimana 0 < r < 1 dan neraca air dihitung kembali. Langkah 1) sampai dengan 4) diatas telah dapat menyajikan kebutuhan dan alokasi air dari suatu daerah aliran sungai yang tidak memiliki tampungan waduk pada saat tertentu, misalnya pada suatu bulan di musim kemarau. Untuk mengkaji pemenuhan kebutuhan air pada suatu periode tertentu, terutama jika terdapat tampungan waduk, maka perlu dilakukan simulasi yang berjalan dari awal hingga akhir waktu simulasi. 5. Menjalankan simulasi; Untuk mensimulasikan alokasi air pada suatu periode tertentu (misalnya 1 tahun atau satu kali masa tanam) maka kita perlu menjalankan waktu. Untuk itu maka perlu disusun rangkaian makro pada MS-Excel berupa program Visual Basic, yang prinsipnya menghitung angka, misalnya dari angka 1 sampai dengan 12. Program tersebut pada dasarnya menggunakan perintah for misalnya sebagai berikut: For Tengah_Bulan = 1 to 24 (perhitungan-perhitungan simulasi alokasi air) Next Tengah_Bulan yang menghitung Tengah_Bulan dari 1 sampai dengan 24 sambil melakukan perhitungan simulasi alokasi air. Halaman: 25 dari 51

26 6. Menghitung kekurangan air Alokasi air dilakukan pada jaringan tata air yang dinyatakan sebagai skematisasi tata air, sedangkan kekurangan air untuk seluruh waktu simulasi berada pada tabel. Untuk mengetahui kekurangan air, maka terlebih dahulu harus diketahui realisasi pasokan air hasil simulasi dari skema tata air yang dipindahkan ke dalam tabel dengan menggunakan makro yang disimpan misalnya pada subprogram hitung sebagai berikut: Sub hitung() For i = 1 To 24 Cells(4, 3) = i Cells(80, i ) = Cells(9, 4) Cells(83, i ) = Cells(9, 6) Cells(86, i ) = Cells(32, 6) Cells(89, i ) = Cells(16, 6) Next i End Sub Program hitung tersebut di atas menghitung waktu tengah-bulanan dari 1 sampai dengan 24, dan pada saat yang sama melakukan hal-hal sebagai berikut: a) Memberi nilai 1 sampai dengan 24 pada sel C4. Langkah ini mengakibatkan di layar dapat disaksikan berubahnya angka pada sel C4 tersebut. b) Memindahkan nilai realisasi pasokan air dari sel D9 ke dalam tabel, yaitu sel F80, G80, sampai dengan S80 c) Memindahkan nilai dari sel F9, F32, dan F16 ke dalam tabel. 7. Menyajikan hasil simulasi Hasil simulasi untuk setiap saat tertentu dapat dilihat pada gambar skematisasi tata air. Untuk menyajikan hasil simulasi keseluruhan dapat disajikan dalam gambar grafik antara kebutuhan air dan realisasi pasok air selama periode simulasi, atau kriteria keandalan berupa prosentase terpenuhinya kebutuhan air untuk seluruh simpul kebutuhan air. 4.2 Persiapan Penggunaan Model Matematis Jaringan Irigasi Terkait dengan upaya menjaga keberlanjutan (sustainable) dari suatu system, PDSDA-PAI berusaha untuk memenuhi kebutuhan semua persyaratan berlanjutnya sistem melalui tahapan-tahapan pengembangan yang konkrit, terstruktur, dan terbuka untuk dikembangkan lebih lanjut. Kajian-kajian khusus mengenai kelembagaan, penyusunan perundangan, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan prosedur operasional standar, telah dilakukan sebagai acuan bagi PDSDA-PAI dan selanjutnya dituangkan ke dalam arsitektur pengembangan PDSDA-PAI yang komprehensif. PDSDA-PAI adalah suatu program Pengolah Data Sumber Daya Air Pengelolaan Aset Irigasi. Halaman: 26 dari 51

27 Ada dua hal mendasar yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan PDSDA-PAI, yaitu aspek yang terkait dengan biaya pengembangan dan implementasi (efektivitas biaya), dan aspek reliabilitas dari sistem aplikasi yang dikembangkan (kehandalan sistem). Program PDSDA (Pengolah Data Sumber Daya Air) versi 3.0 adalah pengembangan lebih lanjut dari sistem aplikasi PDSDA versi sebelumnya. Beberapa penyempurnaan dan penambahan pada fitur sistem aplikasi diharapkan akan meningkatkan kemampuan sistem untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang dinamis. PDSDA dibangun dalam dua versi yang berbeda dalam platform program aplikasi namun terintegrasi, yaitu versi website dan versi PC Based. Hal ini dimaksudkan agar memungkinkan updating data yang efisien, tergeneratenya manfaat bagi pengguna (Pusat, Balai, Propinsi, Kabupaten dan Publik), dan keberlangsungan sistem bisa tetap terjaga. PDSDA versi website bisa diakses di sedangkan versi PC Based dibagi ke dalam dua program aplikasi, yaitu PC Based untuk Pusat, dan Distribusi. PC Based Pusat akan digunakan di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, sedangkan versi distribusi akan bisa digunakan di Balai PSDA, Propinsi, dan Kabupaten Perangkat lunak (software) untuk penggunaan. Perangkat lunak (software) yang akan digunakan harus dipilih dengan teliti sesuai dengan kebutuhan. Dalam modul ini disajikan salah satu contoh mengenai software PDSDA-PAI, dengan pertimbangan kedekatan dengan bidang irigasi dan telah mulai disosialisasikan melalui kegiatan pelatihan Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) yang berbasiskan Informasi Komunikasi dan Tekhnologi (ICT) yang diselenggarakan oleh PDSDA kabupaten Sukabumi berkerja sama dengan IMRI Jabar sebagai konsultan Irigasi dibawah payung Word bank, dengan target lebih dari 450 P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) dan GP3A (Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air). Secara umum tujuan penggunaan perangkat lunak pada antara lain adalah: a) untuk mempermudah dan mempercepat pembuatan peta jaringan irigasi. b) Kerapian dan kebersihan gambar c) Ketepatan (presisi) ukuran, dimensi dan skala yang digunakan d) Efisien dan hemat tempat dalam penyimpanan data/ dokumen Spesifikasi perangkat keras minimum (minimum requirement) untuk menjalankan aplikasi PDSDA-PAI adalah sebagai berikut : 1) CPU (Central Processing Unit) Pentium III 2) Monitor 14 inch dengan resolusi 800 x 600 Halaman: 27 dari 51

28 3) RAM 64 MB 4) Ruang Hard disk Tersisa 300 MB 5) Mouse 6) Keyboard 7) Printer grafik untuk pencetakan Sedangkan spesifikasi perangkat lunak yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : 1) Sistem operasi berbasis Windows 32 bit (Windows 95/98/NT/2000 atau yang lebih tinggi) 2) Software Database Server (Firebird Opensource) 3) Runtime ESRI Mapobject untuk menjalankan aplikasi peta. Software ini adalah versi deployment sehingga tidak diperlukan lisensi pada saat diinstalasi. 4) Software Spreadsheet (bisa menggunakan Microsoft Excel yang berlisensi atau menggunakan software yang opensource/freeware seperti Star Office for Windows, Open Office for Windows, dan lainlain) untuk melakukan pencetakan data tabular 5) Adobe Acrobat Reader (freeware) untuk membaca panduan 6) Run-time aplikasi sistem aplikasi pengolah data sumber daya air Menyiapkan Gambar Layout Jaringan Irigasi Definitif Gambar layout yang sudah definitif perlu disiapkan sebagai salah satu bahan input data ke dalam software PDSDA-PAI. Struktur menu utama PDSDA adalah terdiri dari : 1) Arsip 2) Data 3) Laporan 4) Supervisor 5) Peta 6) Skin 7) Windows 8) Panduan Gambar 4.1. Struktur menu PDSDA-PAI Menu Data terdiri dari beberapa sub-menu seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.2. Halaman: 28 dari 51

29 Gambar 4.2. Menu Data dalam PDSDA-PAI Dalam menu data, kita bisa memasukkan data-data yang terkait dengan tujuan dari penggunaan program PDSDA-PAI. Sebagai contoh untuk submenu Daerah Irigasi akan terdiri dari sub-sub menu sebagai berikut. Gambar 4.3. Sub-sub menu data Daerah Irigasi 1.1. Daerah Irigasi Pemerintah Digunakan untuk melakukan pemeliharaan data daerah irigasi pemerintah. Dalam windows sub-sub menu ini, terdapat beberapa opsi yang bisa dipilih, sesuai dengan peruntukan. Sebagai contoh; a) Pilih propinsi dan kabupaten, selanjutnya gunakan tombol navigasi untuk melakukan pemeliharaan data. b) Untuk melakukan pencarian DI, isikan nama DI. c) Klik infrastruktur untuk pemeliharaan data infrastruktur dan masa tanam untuk pemeliharaan data masa tanam. Catatan : data disimpan dalam series data per tahun. d) Gunakan tombol navigasi untuk melakukan pemeliharaan data Halaman: 29 dari 51

30 Gambar 4.4. Sub-sub menu data Daerah Irigasi Daerah irigasi pemerintah mencakup dua data dinamis, yaitu data infrastruktur dan musim tanam. Klik infrastruktur, maka akan masuk ke pemeliharaan data infrastruktur sebagai berikut. Gambar 4.5. Data infrastruktur Jika diklik musim tanam, maka akan muncul tampilan sebagai berikut : Halaman: 30 dari 51

31 Gambar 4.6. Data musim tanam Untuk mengganti daerah administrasi (misalkan, suatu daerah irigasi pindah ke kabupaten lain pada saat terjadi pemekaran), maka klik tombol pindah sehingga akan muncul tampilan sebagai berikut : Gambar 4.7. Ganti Daerah Admnistrasi 1.2. Daerah Irigasi Lintas Digunakan untuk masuk ke modul daerah irigasi lintas. Masukkan kode dan nama daerah irigasi lintas, selanjutnya cari dan masukkan nama-nama daerah irigasi yang merupakan daerah irigasi lintas. Halaman: 31 dari 51

32 Gambar 4.8. Daerah Irigasi Lintas 1.3. Daerah Irigasi Desa Digunakan untuk masuk ke modul daerah irigasi desa. Prosedur penggunaan sama dengan modul daerah irigasi pemerintah Tadah Hujan dan Lahan Kering Digunakan untuk masuk ke modul tadah hujan dan lahan kering. Prosedur penggunaan sama dengan modul daerah irigasi pemerintah Impor data PDSDA PAI Digunakan untuk melakukan memasukkan database PDSDA PAI. Sebagai salah satu input data yang penting, terlepas dari model apa yang akan dipakai, maka perlu kecermatan dan ketelitian dalam menyiapkan gambar layout definitive sesuai kebutuhan Pengelompokan Data untuk Aplikasi Model Matematis Data dasar sangat diperlukan dalam proses sebagai input data. Sebagaimana telah disebutkan dalam sub-bab sebelumnya, berbagai data dasar terkait dengan pemakaian model jaringan sungai, antara lain: a. Peta/ layout definitf b. Daerah irigasi (luas, jenis, sub-das, daerah administrasi, dsb) c. Musim tanam d. Sumber air Halaman: 32 dari 51

33 e. Dan sebagainya Seluruh data-data yang ada di lapangan harus diidentifikasi dan dipilih khususnya yang terkait dengan, kemudian dikelompokkan sesuai dengan jenis input data yang diperlukan. Kegiatan identifkasi dan pengelompokkan ini sangat penting karena akan memudahkan dan mempercepat dalam melakukan input data. Pemahaman terhadap model (software) menjadi penting supaya bisa ditetapkan dan dikelompokkan data apa saja yang terkait dan diperlukan. Secara umum, setiap model akan menyediakan fasilitas bantuan berupa modul atau tutorial singkat mulai dari bagaimana cara menjalankan/ membuka program, menyusun skema model, melakukan input data, memproses hitungan, menyajikan hasil, dan lain-lain. Di dalam menu input data akan ditemukan beberapa data yang diperlukan untuk kajian/ analisis yang diperlukan. Dari sana, bisa diketahui data apa saja yang diperlukan, dikumpulkan, dan kemudian dikelompokkan. Untuk itu perlu adanya kecermatan dan ketelitian dalam mengelompokan data-data yang terkait dengan. 4.3 Penggunaan Aplikasi Model Matematis pada Perencanaan Jaringan Irigasi Sebagai illustrasi pemakaian model pada, dalam modul ini akan diberikan contoh kasus penerapan pemodelan alokasi air di sumber air dan di dengan software sederhana. Sebagai contoh implementasi model alokasi air pada lembar-kerja elektronik yang mudah didapat, banyak digunakan, yaitu Microsoft Excel. Pada dasarnya model alokasi air berfungsi menelusuri perjalanan air dari hulu ke hilir; jika ada anak sungai maka debitnya ditambahkan; dan jika ada pengambilan maka debitnya dikurangi. Model alokasi air diharapkan akan dapat membantu para pengelola sumberdaya air dalam memecahkan beberapa permasalahan dalam berbagai tingkat pengelolaan air sebagai berikut: a. Perencanaan strategis, membantu proses studi penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sumberdaya Air (water resources master plan) dan studi kelayakan (feasibility study), terutama dalam mengkaji dampak dari berbagai skenario (misalnya kondisi tahun kering) dan upaya (misalnya upaya perubahan pola tanam, pembangunan infrastruktur, dan perubahan cara pengoperasian waduk). Penggunaan model alokasi air untuk strategis ini biasa menggunakan data hidrologi yang cukup panjang (minimum 20 tahun), dengan asumsi bahwa kondisi hidrologi pada masa silam tidak akan berubah pada masa mendatang. Halaman: 33 dari 51

34 b. Perencanaan taktis, membantu memperkirakan dampak dari suatu peluang atau permasalahan yang muncul secara mendadak. Contoh taktis ini antara lain adalah sebagai berikut: 1. Kajian neraca air dalam rangka pemberian ijin pengambilan air sungai untuk suatu industri. 2. Perencanaan alokasi air tahunan (lampiran Surat Keputusan Bupati). Dalam hal ini maka model biasa dijalankan untuk periode waktu satu tahun, sehingga dampak dari suatu tindakan, yang misalnya berupa lamanya kekurangan air, dapat diperkirakan sebelumnya. c. Pengelolaan operasional, menyarankan bagaimana air harus dialokasikan secara adil dan optimal; memberikan informasi mengenai dampak dari suatu tindakan alokasi air tertentu. Pengelolaan operasional ini biasa dilaksanakan secara tepat-waktu atau real-time, dalam periode tengah-bulanan atau sepuluh-harian. Dengan demikian terdapat dua jenis alokasi air, yaitu untuk (jangka panjang maupun tahunan), dan aplikasi pengelolaan operasional yang bersifat sesaat atau real-time. Contoh model alokasi air yang biasa digunakan untuk adalah Ribasim dan WRMM. Sedangkan untuk real-time contohnya adalah Model Kowater di Kedungombo, dan WRMM di proyek BWRM Menyiapkan Program Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi Untuk menerapkan model alokasi air dengan MS-Excel sebagai contoh model, ada beberapa tahapan persiapan sebagai berikut: 1) Penyusunan/Penggambaran skematisasi; 2) Penyusunan tabel kebutuhan dan ketersediaan air; 3) Perhitungan kebutuhan air pada setiap titik; 4) Alokasi pemberian air; 5) Menjalankan simulasi; 6) Perhitungan kekurangan air; dan 7) Penyajian hasil simulasi. 1. Penyusunan/Penggambaran Skematisasi Sistem Tata Air Skematisasi sistem tata air perlu dibuat sedemikian rupa sehingga cukup sederhana akan tetapi dapat menggambarkan kondisi infrastruktur pengairan dalam kaitannya untuk alokasi distribusi air, sehingga Halaman: 34 dari 51

35 skematisasi tersebut cukup menggambarkan kondisi hidrologis dari daerah aliran sungai ditinjau. Skematisasi sistem tata air terdiri atas simpul-simpul yang menyatakan sumber air, kebutuhan air dan infrastruktur, dan cabang-cabang yang menyatakan sungai, saluran atau pipa. Simpul-simpul terdiri atas tiga jenis, yaitu simpul biasa, simpul aktivitas, dan simpul kendali. Simpul biasa merupakan unsur dalam tata air yang tidak mengatur aliran air, terdiri atas: a. simpul aliran (inflow node), menyatakan lokasi dimana air memasuki sistem, misalnya dapat berupa aliran dari Daerah Aliran Sungai di bagian hulu, air dari sumber mata air atau air tanah; b. simpul akhir (terminal node): menyatakan batas akhir dari wilayah sungai, biasanya berupa laut namun dapat juga berupa transfer ke wilayah sungai lain; c. simpul pertemuan (confluence node): menyatakan lokasi pertemuan dua buah atau lebih anak sungai; d. simpul listrik mikrohidro (run-of-river node): menyatakan pembangkit listrik tenaga air yang terletak pada sungai atau saluran (tanpa tampungan seperti pada waduk) misalnya listrik mikrohidro di saluran irigasi; e. simpul semu (dummy node): menyatakan lokasi tertentu di dalam sistem yang misalnya dapat digunakan untuk kalibrasi aliran terukur dan perhitungan; dan Simpul aktivitas merupakan simpul kebutuhan air, terdiri atas: a. simpul air bersih (public water supply node), menyatakan lokasi dimana dilakukan pengambilan air untuk PDAM, industri dan rumahtangga; b. simpul aliran rendah (low flow node), menyatakan lokasi dimana suatu besaran aliran rendah tertentu harus diadakan, misalnya untuk keperluan penggelontoran, memelihara kedalaman air untuk navigasi, lingkungan, dan sebagainya; c. simpul irigasi (irrigation node), menyatakan lokasi daerah irigasi; d. simpul tambak (fishpond node), menyatakan lokasi tambak; e. simpul kehilangan air (loss flow), menyatakan lokasi dimana terjadi kehilangan air, misalnya bocoran, rembesan, penguapan, dan pengambilan liar. Simpul kendali merupakan infrastruktur pengairan yang dapat digunakan untuk mengendalikan sistem tata air, terdiri atas: Halaman: 35 dari 51

36 a. simpul bendung (diversion node), menyatakan bendung atau bangunan pengambilan air; dan b. simpul waduk (reservoir node), menyatakan waduk. Pada prakteknya beberapa jenis simpul yang sering terdapat di lapangan adalah sebagai berikut pada tabel dibawah ini. Tabel 4.2. Masukan dan Keluaran Simpul Jenis Simpul Data Masukan Hasil Informasi Irigasi Luas Daerah Irigasi (ha) Kebutuhan air (liter/detik/ha) Kebutuhan air (m 3 /detik) Alokasi air (m 3 /detik) PDAM/ Industri Bendung Waduk Inflow Kebutuhan air (m 3 /detik) Kebutuhan air di hilir (m 3 /detik) Debit air di hulu (m 3 /detik) Kapasitas (juta m 3 ) Kebutuhan air di hilir (m 3 /detik) Debit air di hulu (m 3 /detik) - Debit aliran sungai (m 3 /detik) Alokasi air (m 3 /detik) Alokasi air (m 3 /detik) Air keluar dari waduk (m 3 /detik) Pada tahap ini, terdapat indikator waktu (time-step), yang dapat dipilih untuk mengkaji kondisi pada suatu saat tertentu. Misalnya kondisi pada tengah-bulan September pertama. 2. Penyusunan Tabel Kebutuhan dan Ketersediaan Air Jika skematisasi tata air menyatakan ketersediaan dan kebutuhan air menurut ruang (data spasial), maka untuk menyatakan data runtut waktu (time-series) dari ketersediaan air pada simpul aliran dan kebutuhan air pada berbagai simpul kebutuhan air perlu dibuat pula tabel-tabel. Untuk menyatakan ketersediaan dan kebutuhan air pada suatu saat yang disajikan pada skematisasi, maka tabel ini diacu dengan menggunakan fungsi: =vlookup(indeks, tabel, kolom) atau =hlookup(indeks, tabel, baris) Halaman: 36 dari 51

37 3. Menghitung Kebutuhan Air pada Setiap Titik Untuk keperluan alokasi air, maka berapa jumlah kebutuhan air di hilir bendung atau waduk harus diketahui. Untuk itu dilakukan penjumlahan kebutuhan air dari hilir ke hulu, sehingga pada setiap titik dapat diketahui kebutuhan airnya secara kumulatif dari hilir. 4. Alokasi Pemberian Air a). Pembagian Air di Bendung Pemberian air dimulai dengan melakukan penelusuran air yang tersedia dari hulu ke hilir. Permasalahan pengendalian alokasi air muncul pada bangunan air bendung dan waduk. Untuk membagi air pada bendung dapat digunakan beberapa alternatif antara lain sebagai berikut: 1) Prioritas pada air yang dibelokkan (diverted), sehingga hilir sungai mendapat sisanya. Sistem ini dapat digunakan pada pengambilan air minum yang menurut undang-undang merupakan prioritas tertinggi, atau pada bendung yang dibagian hilir sungainya tidak atau belum dimanfaatkan lagi. 2) Proporsi yang konstan berdasarkan air yang tersedia, misalnya air yang dibelokkan mendapat 60% dari air yang tersedia, dan 40% sisanya ke hilir sungai. 3) Proporsional dengan air yang dibutuhkan. b). Pengaturan Air di Waduk (reservoir) Khususnya pada waduk, untuk setiap langkah waktu (time-step) kita dihadapkan pada permasalahan berapa air yang harus dikeluarkan. Hal ini bergantung pada cara pengoperasian waduk, dan persamaan neraca air waduk sebagai berikut: S(t+1) = S(t) + I(t) - O(t) + (P(t)-E(t))*A dimana: S I O P E adalah tampungan waduk adalah air masuk waduk adalah air keluar dari waduk adalah curah hujan adalah evaporasi Halaman: 37 dari 51

38 A adalah areal waduk Terdapat dua buah cara yang sederhana untuk mengoperasikan waduk, yaitu: 1. Cara operasi sederhana: keluarkan air dari waduk (outflow O) sesuai dengan kebutuhan air di hilir (D) jika air tesebut mencukupi; dan hitung neraca air waduk dari persamaan di atas, kemudian perhatikan kondisi limpasan dan kekurangan air sebagai berikut dibawah ini: jika S(t+1) > Smax maka S(t+1) = Smax; O = D + S(t+1) - Smax jika S(t+1) < Smin maka S(t+1) = Smin; O = D + S(t+1) Smin 2) Cara operasi dengan kurva atur (rule curve) Kurva atur yang sederhana terdiri atas tiga buah kurva, yaitu: Flood control curve (FRC) jika S(t+1) > FRC maka S = FRC; O = D + S(t+1) - FRC Utility rule curve (URC) jika S(t+1) < URC maka O = f * D, dimana 0 < r < 1 dan neraca air dihitung kembali. 5. Menjalankan Simulasi Langkah 1) sampai dengan 4) diatas telah dapat menyajikan kebutuhan dan alokasi air dari suatu daerah aliran sungai yang tidak memiliki tampungan waduk pada saat tertentu (misalnya pada suatu bulan di musim kemarau). Untuk mengkaji pemenuhan kebutuhan air pada suatu periode tertentu, terutama jika terdapat tampungan waduk, maka perlu dilakukan simulasi yang berjalan dari awal hingga akhir waktu simulasi. Untuk mensimulasikan alokasi air pada suatu periode tertentu (misalnya 1 tahun atau satu kali masa tanam) maka kita perlu menjalankan waktu. Untuk itu maka perlu disusun rangkaian makro pada MS-Excel berupa program Visual Basic, yang prinsipnya menghitung angka (misalnya dari 1 sampai dengan 12). Program tersebut pada dasarnya menggunakan perintah for misalnya sebagai berikut: For Tengah_Bulan = 1 to 24 Next Tengah_Bulan (perhitungan-perhitungan simulasi alokasi air) Halaman: 38 dari 51

39 yang menghitung Tengah_Bulan dari 1 sampai dengan 24 sambil melakukan perhitungan simulasi alokasi air. 6. Perhitungan Kekurangan Air Alokasi air dilakukan pada jaringan tata air yang dinyatakan sebagai skematisasi sistem tata air, sedangkan kekurangan air untuk seluruh waktu simulasi berada pada tabel. Untuk dapat mengetahui kekurangan air, maka terlebih dahulu harus diketahui realisasi pasokan air hasil simulasi dari skema tata air yang dipindahkan ke dalam tabel dengan menggunakan makro yang disimpan pada subprogram hitung sebagai berikut: Sub hitung() End Sub For i = 1 To 24 Next i Cells(4, 3) = i Cells(80, i ) = Cells(9, 4) Cells(83, i ) = Cells(9, 6) Cells(86, i ) = Cells(32, 6) Cells(89, i ) = Cells(16, 6) Program hitung tersebut diatas menghitung waktu tengah-bulanan dari 1 sampai dengan 24, dan pada saat yang sama melakukan hal-hal sebagai berikut: a) Memberi nilai 1 sampai dengan 24 pada sel C4. Jadi di layar dapat disaksikan berubahnya angka pada sel C4 tersebut. b) Memindahkan nilai realisasi pasokan air dari sel D9 ke dalam tabel, yaitu sel F80, G80, sampai dengan S80 c) Memindahkan nilai dari sel F9, F32, dan F16 ke dalam tabel. 7. Penyajian Hasil Simulasi Hasil simulasi untuk setiap saat tertentu dapat dilihat pada gambar skematisasi tata air. Untuk menyajikan hasil simulasi keseluruhan dapat disajikan dalam gambar grafik antara kebutuhan air dan realisasi pasok air selama periode simulasi, atau kriteria keandalan berupa prosentase terpenuhinya kebutuhan air untuk seluruh simpul kebutuhan air. Halaman: 39 dari 51

40 Mengingat pentingnya langkah pertama dalam menjalankan suatu model, maka perlu adanya ketaatan terhadap prosedur program, serta perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menyiapkan program Proses input Data Tahap penyusunan model alokasi air dengan Ms-Excel adalah: pembuatan skematisasi sistem tata air; perhitungan kebutuhan air dari hilir ke hulu; dan alokasi air dari hulu ke hilir. Selain untuk pengelolaan secara real-time, model ini dapat juga digunakan untuk. Jika digunakan untuk mengevaluasi suatu strategi, maka model ini harus dilengkapi dengan program makro dari Ms-Excel yang berupa bahasa Visual Basic. contoh cara melakukan input data secara benar sesuai dengan prosedur. Sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 4.2, maka beberapa komponen data yang diperlukan sebagai input data adalah: a) Jenis simpul; informasi mengenai keberadaan Irigasi, PDAM/Industri, Bendung, Waduk, dan Inflow b) Luas daerah irigasi (ha) c) Kebutuhan air irigasi (m 3 /det), kebutuhan air PDAM/industry (m 3 /det), kebutuhan air di hulu dan hilir bendung (m 3 /det) dan kapasitas tampungan waduk (m 3 ), serta kebutuhan air di hulu dan hilir waduk (m 3 /det), serta inflow berdasarkan debit aliran sngai (m 3 /det). Masing-masing data tersebut kemudian dimasukkan dalam model, dan siap untuk diproses hitungannya. Mengingat model bekerja secara otomatis dimana sangat tergantung pada data yang dimasukkan, jika data yang dimasukkan benar maka hasilnya akan mendekati benar, sebaliknya jika ada kesalahan dalam input data maka hasilnya cenderung akan over-predict atau under-predict. Oleh karena itu, perlunya kecermatan dan ketelitian dalam melakukan input data untuk setiap model yang dipakai Menjalankan Proses Sebagai contoh aplikasi dari model simulasi alokasi air dengan MS-Excel ini, diterapkan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane. Pada DAS Cisadane ini terdapat bendung Empang yang mengairi hektar sawah dan bendung Pasarbaru yang mengairi Daerah Irigasi Pasarbaru Barat seluas hektar dan Daerah Irigasi Pasarbaru Timur seluas hektar. Untuk menunjang kebutuhan air minum kawasan Serpong dan sekitarnya, maka telah dilakukan pengambilan air yang pada masa Halaman: 40 dari 51

41 mendatang diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pemukiman di Jakarta Barat bagian Selatan ini. Skematisasi sistem tata air DAS Cisadane ini dapat dilihat pada Gambar 4.9 bagian atas, yang menyajikan debit dalam meter-kubikper-detik pada masing-masing titik untuk Bulan September tengah bulan kedua, dengan kondisi pasok air debit andalan Q80%. Gambar 4.9 Skematisasi Sistem Tata Air S.Cisadane Jika model ini diterapkan pada DAS yang kompleks, maka akan dijumpai beberapa kesulitan dalam penyusunan (development) dan pelacakan (debugging) program. Solusinya adalah dengan mengundang intervensi pemakai dalam menentukan alokasi yang paling adil dan optimal, sehingga Halaman: 41 dari 51

42 Q (m3/de Q (m3/de Q (m3/de Q (m3/det) Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi model tidak lagi berfungsi sebagai alat optimasi, melainkan sebagai sarana simulasi, untuk alat negosiasi. Perlunya ketaatan terhadap prosedur dalam menjalankan proses aplikasi model Memeriksa hasil analisis berdasarkan Pada contoh kasus ini dikaji sampai seberapa jauh pengambilan air baku dapat dilakukan tanpa mengganggu air irigasi untuk produksi padi. Simulasi dengan debit andalan Q80% pada 24 tengah bulanan menunjukkan bahwa pengambilan air bersih ternyata berpengaruh terhadap pasokan air untuk irigasi. Gambar 4.10 bagian bawah menunjukkan terjadinya kekurangan air yang cukup serius di Dearah Irigasi Pasarbaru Barat dan Pasarbaru Timur pada bulan Juni sampai dengan Oktober. Untuk itu maka perlu dikaji upaya-upaya penanggulangannya, misalnya dengan pembuatan waduk D. I. PASARBARU BARAT 14.0 D. I. PASARBARU TIMUR Bulan Demand Supply Bulan Demand Supply D.I. EMPANG 10.0 AIR BAKU SERPONG Bulan Demand Supply Bulan Demand Supply Gambar 4.10 Hasil Simulasi Kondisi Saat Ini Halaman: 42 dari 51

43 Berdasarkan hasil simulasi model, agar dapat diambil langkah-langkah strategis untuk menyelesaikan permasalahan yang mungkin ada, maka perlu adanya kecermatan dan ketelitian dalam memeriksa hasil analisis berdasarkan. 4.4 Rangkuman Data Hasil (Penggunaan) Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi Hasil penerapan model selanjutnya dirangkum, sehingga terdokumentasi dengan baik dan dapat dilaporkan/ dikonsultasikan kepada pihak pengambil keputusan dan kebijakan dalam menentukan langkah strategis penyelesaian Menyusun Hasil (penggunaan) Penyusunan hasil umumnya mengikuti format yang sudah ditentukan. Secara garis besar, informasi yang disusun setidaknya memuat; a) Tabel-tabel data input dan data hasil simulasi b) Gambar skematis awal dan skematis hasil simulasi c) Gambar atau grafik yang menunjukkan imbangan air (water balance) untk setiap titik simpul dan setiap waktu yang ditinjau. Contoh penyajian hasil yang telah disusun dalam bentuk gambar skematis dan grafik disajikan dalam Gambar 4.11 sampai dengan Gambar Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menyusun hasil sesuai format agar mudah dibaca dan dipahami Menyajikan data hasil Hasil simulasi untuk setiap saat tertentu dapat dilihat pada gambar skematisasi tata air. Untuk menyajikan hasil simulasi keseluruhan dapat disajikan dalam gambar grafik antara kebutuhan air dan realisasi pasok air selama periode simulasi, atau kriteria keandalan berupa prosentase terpenuhinya kebutuhan air untuk seluruh simpul kebutuhan air. Gambar 4.11 menyajikan hasil simulasi alokasi air yang memberikan perkiraan kondisi sumberdaya air jika dibangun waduk Parungbadak dengan kapasitas tampungan sebesar 600 juta m 3. Hampir seluruh kebutuhan air dapat dipenuhi, kecuali Daerah Irigasi Empang yang terletak di hulu waduk. Model ini dapat juga menyarankan sampai seberapa jauh air bersih dapat diambil, atau sebaliknya berapa kapasitas minimal waduk Parungbadak agar dapat melayani kebutuhan air di hilirnya. Halaman: 43 dari 51

44 Gambar 4.11 Alokasi Air setelah ada Waduk Halaman: 44 dari 51

45 Q (m3/de Q (m3/de Q (m3/de Q (m3/det) Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi 40.0 D. I. PASARBARU BARAT D. I. PASARBARU TIMUR Bulan Demand Supply Bulan Demand Supply D.I. EMPANG 10.0 AIR BAKU SERPONG Bulan Demand Supply Bulan Demand Supply Gambar 4.12 Hasil Simulasi Setelah ada Waduk Gambar 4.13 menunjukkan tata-letak (layout) lembar-kerja dengan komponen sebagai berikut: a. Skematisasi sistem tata air, pada bagian atas; b. Gambar grafik kebutuhan dan realisasi pasok air terletak di bagian tengah; dan c. Tabel inflow, kebutuhan air dan realisasi pasokan air untuk 24 buah tengah bulanan diletakkan pada bagian bawah. Halaman: 45 dari 51

46 Gambar 4.13 Layout Lembar Kerja Untuk dapat memberikan informasi yang tepat mengenai hasil simulasi model kepada para pengambil keputusan, maka perlu adanya kecermatan dan ketelitian dalam menyajikan data hasil sehingga mudah dibaca dan dipahami Laporan Hasil Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi Hasil akhir dari penerapan model yang telah dirangkum, kemudian dilakukan finalisasi dalam bentuk laporan. Laporan hasil aplikasi model disusun mengikuti format yang sudah ditentukan. Secara umum format laporan hasil setidaknya memuat informasi tentang: Halaman: 46 dari 51

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PEMBINAAN KOMPETENSI KELOMPOK KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman,

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENGATURAN PELAKSANAAN PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan

Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan BUKU

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : FKK.MP.02.006.01-I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU

Lebih terperinci

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

Penyamaan Persepsi Tim Perencana

Penyamaan Persepsi Tim Perencana MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Penyamaan Persepsi Tim Perencana BUKU INFORMASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR.. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK).. 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan.. 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Sistem setelah dianalisa dan dirancang, maka sistem tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap implementasi sistem ini merupakan tahap meletakkan perancangan sistem

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

KODE UNIT KOMPETENSI INA

KODE UNIT KOMPETENSI INA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR AIR MINUM JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN PERPIPAAN MEMBUAT RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN KODE UNIT KOMPETENSI INA.52.00.204.

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERAPIAN DAN PEMELIHARAAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Pemeriksaan Hasil Kompilasi Pengolahan Data BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar.... Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK). 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan..... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1 i BAB I PENGANTAR. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan...... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini.. 3 1.4

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Sistem setelah dianalisa dan dirancang, maka sistem tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap implementasi sistem ini merupakan tahap meletakkan perancangan sistem

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (SDA) bertujuan mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waduk adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk melestarikan sumberdaya air dengan cara menyimpan air disaat kelebihan yang biasanya terjadi disaat musim penghujan

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN ALOKASI AIR BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN ALOKASI AIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN ALOKASI AIR BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin berkembangnya seluruh aspek kehidupan sebagai dampak meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan,

Lebih terperinci

MENGENAL DSS-RIBASIM DECISION SUPPORT SYSTEM RIVER BASIN SIMULATION MODEL

MENGENAL DSS-RIBASIM DECISION SUPPORT SYSTEM RIVER BASIN SIMULATION MODEL MENGENAL DSS-RIBASIM DECISION SUPPORT SYSTEM RIVER BASIN SIMULATION MODEL 2011 Waluyo Hatmoko Peneliti Utama di Balai Hidrologi dan Tata Air Radhika Calon Peneliti di Balai Hidrologi dan Tata Air Puslitbang

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Sistem setelah dianalisa dan dirancang, maka sistem tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap implementasi sistem ini merupakan tahap meletakkan perancangan sistem

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6 Panduan

Lebih terperinci

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

SMK MUHAMMADIYAH 5 BABAT Jl. Rumah Sakit No Telp (0322) web-site:http://www.smkmuh5babat.co.

SMK MUHAMMADIYAH 5 BABAT Jl. Rumah Sakit No Telp (0322) web-site:http://www.smkmuh5babat.co. MODUL MENGINSTALASI SUMBER DAYA BERBAGI PAKAI PADA JARINGAN KOMPUTER Disusun Oleh: ABDUL ROHMAN SMK MUHAMMADIYAH 5 BABAT Jl. Rumah Sakit No. 15-17 Telp (0322) 451313 e-mail:smkm5babat@yahoo.com web-site:http://www.smkmuh5babat.co.cc

Lebih terperinci

BAB I STANDAR KOMPETENSI

BAB I STANDAR KOMPETENSI BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Judul Unit Kompetensi Menyediakan Data Untuk Pembuatan Gambar Kerja. 1.2 Kode Unit. 1.3 Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV EVALUASI DAN EVALUASI. menentukan lokasi budidaya burung walet yang baru dalam rangka

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV EVALUASI DAN EVALUASI. menentukan lokasi budidaya burung walet yang baru dalam rangka 50 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV EVALUASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Implementasi perangkat lunak ini berupa aplikasi pemrograman yang menerapkan metode Fuzzy, dipadukan dengan Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Desain Penelitian Pengoperasian waduk harus disusun sesuai karakteristik sistem daerah yang ditinjau, oleh karena itu diperlukan pemahaman terhadap karakteristik sistem

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR 2 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 Penjelasan Materi Pelatihan.... 2 Pengakuan Kompetensi Terkini.. 4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI KOORDINASI KEGIATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Istilah komputer berasal dari bahasa latin computer yang berarti menghitung. Dalam bahasa Inggris komputer berasal dari kata to compute yang artinya menghitung.

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING KOMUNIKASI TIMBAL BALIK DI TEMPAT KERJA

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING KOMUNIKASI TIMBAL BALIK DI TEMPAT KERJA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI KOMUNIKASI TIMBAL BALIK DI TEMPAT KERJA KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Neraca Air Ilmu Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari sirkulasi air. Dalam proses sirkulasi air, penjelasan mengenai hubungan antara aliran ke dalam (inflow) dan aliran keluar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

BAB I STANDAR KOMPETENSI. mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.

BAB I STANDAR KOMPETENSI. mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Unit Standar Kompetensi Kerja yang Dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : mengidentifikasikan

Lebih terperinci

MEMERIKSA SISTEM KEMUDI OTO.KR

MEMERIKSA SISTEM KEMUDI OTO.KR MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR OTOMOTIF SUB SEKTOR KENDARAAN RINGAN MEMERIKSA SISTEM KEMUDI BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN

Lebih terperinci

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23 PENGANTAR Pada konteks pelaksanaan uji kompetensi atau penilaian berbasis kompetensi, seorang Asesor Uji Kompetensi memiliki peran yang sangat penting dan menentukan dalam mencapai kualitas uji kompetensi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi dengan baik adalah : a. Prosesor Intel Pentium IV atau lebih tinggi

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi dengan baik adalah : a. Prosesor Intel Pentium IV atau lebih tinggi BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras minimum yang digunakan untuk dapat menjalankan aplikasi dengan baik adalah : a. Prosesor

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT PAM.MM03.002.01 BUKU KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

2. Pelaksanaan Unit Kompetensi ini berpedoman pada Kode Etik Humas/Public Relations Indonesia yang berlaku.

2. Pelaksanaan Unit Kompetensi ini berpedoman pada Kode Etik Humas/Public Relations Indonesia yang berlaku. KODE UNIT : KOM.PR01.005.01 JUDUL UNIT : Menyampaikan Presentasi Lisan Dalam Bahasa Inggris DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan profesi humas

Lebih terperinci

Perancangan Metode Survei

Perancangan Metode Survei MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Perancangan Metode Survei BUKU INFORMASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI

DEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI v n t= 1 = 1 n t= 1 DEFt Di W t 2. Nilai maksimum deficit ratio v 2 = max DEFt Dt 3. Nilai maksimum deficit v = max { } DEF 3 t BAB III METODOLOGI 24 Tahapan Penelitian Pola pengoperasian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang komprehensif dan akurat tentang badan usaha yang dikelola atau yang

BAB I PENDAHULUAN. yang komprehensif dan akurat tentang badan usaha yang dikelola atau yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanpa data dan informasi yang memadai dan akurat, setiap pihak yang memerlukan informasi keuangan dari suatu badan usaha akan mengambil keputusan yang salah dan tanpa

Lebih terperinci

MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKSANAKAN PEKERJAAN AKHIR KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

11. Tampilan Tambah Barang

11. Tampilan Tambah Barang 281 11. Tampilan Tambah Barang Gambar 4.78 Rancangan Layar Tambah Barang 12. Tampilan Ubah Barang Gambar 4.79 Rancangan Layar Ubah Barang 282 13. Tampilan Master Stok Barang Gambar 4.80 Rancangan Layar

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM 5.1 Kebutuhan Perangkat Lunak Sistem Pendukung Keputusan Pendukung Penempatan Jabatan dibutuhkan perangkat lunak Visual Studio 2010 dengan menggunakan bahasa pemrograman C# untuk

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Untuk mengetahui manfaat dari aplikasi backup dan restore ini, perlu dilakukan suatu implementasi. Implementasi yang benar dan tepat sasaran memerlukan pula ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini begitu pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini begitu pesat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini begitu pesat. Seiring dengan itu, banyak solusi yang diciptakan melalui teknologi informasi. Dalam dunia informasi

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM. perancangan sistem kedalam bentuk coding bahasa pemrograman selain implementasi

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM. perancangan sistem kedalam bentuk coding bahasa pemrograman selain implementasi BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Sistem setelah dianalisa dan dirancang, maka sistem tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap implementasi sistem ini merupakan tahap meletakkan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Untuk itu diperlukan adanya metode

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Untuk itu diperlukan adanya metode BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap perusahaan didirikan untuk mendapatkan keuntungan (profit) seoptimal mungkin, sehingga dapat memperluas jaringan usaha yang dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL FORMULA CAMPURAN KERJA BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI. A. Lingkungan Implementasi. Dalam hal kegiatan implementasi sistem ini adapun yang

BAB V IMPLEMENTASI. A. Lingkungan Implementasi. Dalam hal kegiatan implementasi sistem ini adapun yang BAB V IMPLEMENTASI A. Lingkungan Implementasi Dalam hal kegiatan implementasi sistem ini adapun yang meliputi kebutuhan didalamnya adalah perangkat lunak, perangkat keras, listing program yang sesuai,

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 43 BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Tahapan berikutnya dalam kegiatan perancangan SPK adalah tahapan implementasi atau uji coba terhadap hasil rancangan SPK pada sistem nyata. Berikut ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Adapun permasalahan yang sering muncul adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Pembagian Rayon dalam Suatu Wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Pembagian Rayon dalam Suatu Wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan otonomi yang dimiliki perusahaan daerah untuk mengelola air minum menghadapi masalah pemetaan. Masalah pemetaan ini disebabkan oleh pembagian wilayah dan

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Penerimaan dan Pembayaran Siswa/Siswi Baru yaitu: Software yang mendukung aplikasi ini, yaitu:

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Penerimaan dan Pembayaran Siswa/Siswi Baru yaitu: Software yang mendukung aplikasi ini, yaitu: BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Yang Digunakan Berikut ini adalah hardware dan software yang dibutuhkan untuk menggunakan Aplikasi Penerimaan dan Pembayaran Siswa/Siswi Baru yaitu: A. Software

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi permasalahan, analisis permasalahan, solusi dari permasalahan, dan perancangan sistem pada Rancang Bangun Aplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor manusia (human error). Salah satu bidang yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor manusia (human error). Salah satu bidang yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Saat ini peranan sistem informasi dalam suatu organisasi tidak dapat diragukan lagi. Dukungannya dapat membuat sebuah perusahaan memiliki keunggulan kompetitif dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. III.1 Acuan Pengembangan Program

BAB III METODOLOGI. III.1 Acuan Pengembangan Program BAB III METODOLOGI III.1 Acuan Pengembangan Program Pengembangan program komputer ESC-2 mengikuti beberapa acuan pengembangan. Langkah pertama adalah evaluasi dan pengembangan basis pengetahuan program

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisis Masalah Tahapan analisis permasalahan terhadap suatu sistem dilakukan sebelum tahapan permasalahan dilakukan. Tujuan diterapkannya analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN TAMPILAN LAYAR

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN TAMPILAN LAYAR 141 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN TAMPILAN LAYAR 4.1 Arsitektur Aplikasi Pengajaran Mata Kuliah Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Berbasiskan Multimedia Arsitektur aplikasi pengajaran mata kuliah Analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang sangat besar terutama potensi sumber daya air. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang sangat besar terutama potensi sumber daya air. Pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung memiliki kedudukan yang strategis dalam pembangunan nasional. Di samping letaknya yang strategis karena merupakan pintu gerbang selatan Sumatera,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM. tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap Implementasi Sistem

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM. tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap Implementasi Sistem BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Setelah tahap penganalisaan dan perancangan, maka langkah selanjutnya dalam membangun sebuah sistem informasi adalah menguji apakah sistem tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjadi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware)

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjadi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware) 78 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi sistem informasi geografi yang digunakan untuk aplikasi ini terbagi menjadi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Pendaftaran Atlet Pekan Olahraga Daerah yaitu: Software yang mendukung aplikasi ini, yaitu:

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Pendaftaran Atlet Pekan Olahraga Daerah yaitu: Software yang mendukung aplikasi ini, yaitu: BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Yang Digunakan Berikut ini adalah hardware dan software yang dibutuhkan untuk menggunakan Aplikasi Pendaftaran Atlet Pekan Olahraga Daerah yaitu: A. Software

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI DATA WAREHOUSE

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI DATA WAREHOUSE BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI DATA WAREHOUSE 4.1 Arsitektur Data Warehouse Pelaksanaan rancangan data warehouse dimulai dengan menjalankan pencarian data yang berhubungan dengan pembuatan laporan bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengantar Dewasa ini fungsi komputer semakin dimanfaatkan dalam segala bidang. Baik di bidang pendidikan, bisnis, ataupun penelitian. Penggunaan komputer kini tidak lagi terbatas

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN. e-mon DAK Versi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

BUKU PANDUAN. e-mon DAK Versi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air BUKU PANDUAN e-mon DAK Versi 2.20 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM TA 2012 1 Instalasi Sebelum melakukan instalasi, perlu diketahui bahwa spesifikasi komputer untuk aplikasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer mempunyai arti yang luas dan berbeda untuk orang yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer mempunyai arti yang luas dan berbeda untuk orang yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Istilah komputer mempunyai arti yang luas dan berbeda untuk orang yang berbeda. Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa Latin Computare yang berarti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Hasil akhir dari pelaksanaan penelitian tugas akhir ini yaitu berupa suatu aplikasi pengolahan data penjualan kendaraan pada PD. Rezeki Palembang yang di buat menggunakan

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PAM.MM02.007.01 BUKU KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PAM.MM02.003.01 BUKU DEPARTEMEN PEAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa Latin Computare yang berarti

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa Latin Computare yang berarti BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Istilah komputer mempunyai arti yang luas dan berbeda untuk orang yang berbeda. Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa Latin Computare yang berarti

Lebih terperinci