HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Suhendra Teguh Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pewarnaan HE diawali dengan deparafinisasi dalam xylol I selama 2 menit dan xylol II selama 2 menit. Tahapan berikutnya adalah rehidrasi dalam alkohol bertingkat dimulai dari alkohol absolut (2 menit), alkohol 95% (1 menit), dan alkohol 80% (1 menit). Setelah perendaman dalam alkohol dilanjutkan dengan pencucian mengunakan air kran selama 10 menit. Perendaman dalam hematoksilin dilakukan selama 8 menit dilanjutkan pencucian mengunakan air kran selama 30 detik. Setelah itu direndam dalam lithium karbonat selama detik dan dicuci kembali dalam air kran selama 2 menit. Perendaman dalam eosin dilakukan selama 2-3 menit, dilanjutkan pencucian menggunakan air kran selama menit. Tahap akhir adalah dehidrasi dalam alkohol bertingkat (95% hingga absolut) masing-masing 2 menit. Kemudian dilakukan penjernihan dalam xylol dua kali ulangan selama 2 menit. Preparat yang telah dijernihkan kemudian ditutup dengan gelas penutup yang direkatkan pada kaca objek menggunakan enthelan. 5 Penghitungan Sel pada Histopatologis Hati Penghitungan dilakukan menggunakan program software ImageJ pada gambar yang telah diperoleh melalui pengambilan gambar jaringan hati dengan mikroskop cahaya perbesaran 400 x. Gambar yang diambil sebanyak lima bidang pengamatan pada hepatosit di sekitar vena porta (VP) dan vena sentralis (VS). Sel yang dihitung adalah sel hati normal dan sel yang mengalami perubahan seperti degenerasi hidropis, degenerasi lemak serta nekrosa. Jumlah sel tersebut akan dijadikan dalam bentuk persentase kemudian dianalisis dengan uji Analysis of Variance (ANOVA) dan uji Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Aktivitas Enzim SGPT Hati merupakan organ aksesoris pada sistem digesti sekaligus kelenjar terbesar dalam tubuh (Akers dan Denbow 2008). Pada hewan tikus, hati terletak di bagian kanan pada region epigastrikus, tepat di belakang dari diafragma. Hati terdiri atas lobus-lobus dan setiap lobus terbagi menjadi lobulus-lobulus (Rogers dan Dintzis 2012). Setiap lobulus merupakan badan heksagonal dengan ukuran 0,7 x 2 mm yang terdiri atas sel-sel parenkim hati (hepatosit), vena sentralis, sinusoid, cabang-cabang vena porta, cabang-cabang arteri hepatika, sel Kupffer, duktus empedu, buluh darah limfatik, dan saraf (Dancygier 2010). Hati berperan dalam hampir semua fungsi metabolisme tubuh termasuk pada proses metabolisme obat parasetamol (Sloane 2003). Parasetamol yang masuk ke dalam tubuh melalui sistem gastrointestinal kemudian akan diserap dan dibawa oleh vena porta ke hati agar dapat dimetabolisme oleh enzim-enzim mikrosomal hati. Proses metabolisme dilakukan dalam dua fase yaitu, fase I dan fase II. Pada fase I, parasetamol akan dioksidasi dengan bantuan enzim mikrosomal hati yaitu enzim sitokrom P450 monooksigenase menjadi N-acetyl-para-benzoquinone imine (NAPQI) yang
2 6 merupakan toksin sangat reaktif. Selanjutnya pada fase II, sebagian besar parasetamol akan dikonjugasikan dengan substrat endogen seperti asam glukuronat, sulfat, glutation, asetat, asam amino, dan gugus metil menjadi metabolit tidak berbahaya (Haschek dan Rousseaux 1998). Pada dosis normal, metabolit toksik NAPQI ini segera didetoksifikasi menjadi konjugat yang tidak toksik (asam merkapturat dan sistein) oleh glutation dan segera dikeluarkan oleh ginjal melalui urin. Namun apabila mengkonsumsi parasetamol pada dosis tinggi, glutation akan mengalami deplesi sekitar 90% sehingga konsentrasi metabolit toksik ini menjadi jenuh. NAPQI yang berada dalam keadaan bebas akan berikatan dengan makromolekul protein pada membran hepatosit sehingga menyebabkan kerusakan membran sel hati. Sel-sel hepatosit akan pecah sehingga enzim golongan aminotransferase seperti ALT atau SGPT dan AST atau SGOT yang terdapat dalam sel hepatosit akan keluar dan masuk aliran darah di sekitar vena sentralis sehingga terjadi kenaikan aktivitas enzim SGPT dan SGOT melebihi normal (Cooper 2010). Pada penelitian sebagai indikator kerusakan hati adalah kadar enzim SGPT. Enzim SGPT merupakan indikator yang sensitif dalam mengenali adanya penyakit pada hati yang bersifat akut. Hal ini disebabkan hepatosit yang rusak atau mati akan melepaskan enzim SGPT ke dalam aliran darah (Chopra 2001). Enzim SGPT merupakan enzim yang lebih dipercaya dibandingkan SGOT dalam menentukan kerusakan sel hati. Hal ini disebabkan SGPT banyak ditemukan terutama di hati sedangkan SGOT dapat ditemukan selain di hati, seperti di otot jantung, otot rangka, ginjal, pankreas, otak, sel darah merah, dan sel darah putih. Dengan demikian, jika hanya terjadi peningkatan SGOT maka dapat saja yang mengalami kerusakan adalah sel-sel organ lainnya yang mengandung SGOT (Sari et al. 2008). Data aktivitas enzim SGPT pada tikus jantan yang diberikan ekstrak air pegagan sebagai usaha hepatoproteksi dari penginduksian parasetamol dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Aktivitas Enzim SGPT Pada Tikus yang Diberi Ekstrak Air Pegagan Sebagai Usaha Hepatoproteksi dari Penginduksian Menggunakan Parasetamol Nilai SGPT (U/I) Kelompok II Kelompok III Kelompok Kelompok I (Setelah diinduksi (Setelah dilakukan (Sebelum diinduksi parasetamol 1000 pemberian ekstrak air parasetamol) mg/kg BB) pegagan selama 8 hari) K 4,95 ± 2,36 ab 8,47 ± 7,34 ab 8,01 ± 5,35 ab F 6 8,51± 5,99 ab 5,59 ± 3,61 ab 4,15 ± 3,13 ab F 10 8,22 ± 6,18 ab 4,05 ± 1,71 ab 8,52 ± 6,54 ab F12 6,98 ± 9,24 ab 4,64 ± 3,98 ab 10,58 ± 9,97 ab F 16 5,24 ± 3,53 ab 7,67 ± 8,91 ab 4,64 ± 2,86 ab Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) Pengukuran nilai enzim SGPT pertama dilakukan sebelum pemberian parasetamol dan ekstrak air pegagan. Tujuannya adalah untuk mengetahui nilai
3 awal dari enzim SGPT yang terkandung dalam plasma darah tikus jantan sehingga nilai awal ini dapat dibandingkan dengan nilai enzim SGPT saat diberikan parasetamol dan ekstrak air pegagan. Nilai enzim SGPT yang didapatkan setiap kelompok berada di bawah nilai enzim SGPT normal pada tikus, yaitu U/l (Giknis dan Clifford 2008). Perbedaan ini terjadi kemungkinan berhubungan dengan metode yang digunakan. Untuk memperoleh kadar enzim pada literatur, sampel diambil dari tikus yang teranestesi oleh anestesi inhalasi. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan, sampel diambil dari ekor tikus dalam keadaan hidup. Hal inilah yang dapat menyebabkan nilai SGPT berada di bawah nilai normal. Menurut Ganiswara (1995), anaestesi inhalasi seperti eter dapat menyebabkan gangguan fungsi hati ringan sehingga memungkinkan kenaikan nilai SGPT. Hal ini didukung dengan penelitian Collin et al. (1978) yang menyatakan bahwa eter dapat menaikkan level enzim SGPT tikus walaupun tidak terlihat abnormalitas pada histologi jaringan hati atau organ lainnya. Pengukuran nilai enzim SGPT kedua dilakukan setelah pemberian parasetamol dosis 1000 mg/kg BB yang bertujuan untuk menginduksi kerusakan hepatosit sehingga dapat dilihat perubahannya saat diberikan ekstrak air pegagan. Namun berdasarkan hasil pengamatan, kenaikan nilai SGPT hanya terlihat pada kelompok kontrol dan F 16. Sedangkan pada kelompok F 6, F 10, dan F12 yang terjadi adalah penurunan nilai SGPT. Hal ini menunjukkan induksi parasetamol dalam dosis 1000 mg/kg BB belum mampu merusak hepatosit sehingga tidak terjadi peningkatan nilai enzim SGPT. Sedangkan menurut penelitian Abraham (2004), pemberian parasetamol dengan dosis 1000 mg/kg BB sudah dapat memperlihatkan kerusakan hati yang ditandai dengan peningkatan kadar enzim SGPT. Dosis 1000 mg/kg BB termasuk dalam golongan dosis toksik dari parasetamol. Hal ini didukung penelitian Roy dan Das (2010) yang menggunakan parasetamol dosis 1000 mg/kg BB dengan pemberian per oral menunjukkan setelah 48 jam terjadi peningkatan level ALT, AST, ALP, dan serum bilirubin. Pada histopatologi hati terlihat adanya kongesti parah pada pembuluh darah, degenerasi hidropis ringan, dan nekrosis. International Agency for Research on Cancer (1999) juga menyatakan bahwa pemberian parasetamol dosis melebihi 300 mg/kg BB per hari pada tikus akan menyebabkan kerusakan hati, renal, dan testikularis. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kejadian ini adalah kurang pekanya tikus terhadap dosis parasetamol yang ditentukan dan kekurangmurniannya parasetamol yang digunakan. Oleh karena tidak terjadi peningkatan nilai enzim SGPT maka data yang diperoleh dari kelompok F 6, F 10, dan F12 tidak dapat digunakan untuk penelitian ini. Pengukuran nilai enzim SGPT ketiga dilakukan setelah pemberian parasetamol dosis 1000 mg/kg BB pada hari pertama dan dosis 500 mg/kg BB/hari pada hari kedua hingga hari ke sembilan. Dosis 500 mg/kg BB/hari merupakan dosis maintenance yang bertujuan untuk tetap menjaga kerusakan hati akibat induksi parasetamol dosis 1000 mg/kg BB. Setelah itu satu jam kemudian diberikan ekstrak air pegagan dengan dosis ekstrak 1500 mg/kg BB selama 8 hari (sediaan 200 mg/ml). Melalui hasil analisis statisik terlihat efek yang diberikan F 16 tidak terlalu signifikan (p>0,05) terhadap kontrol. Namun dapat dilihat kelompok F 16 menunjukkan penurunan nilai enzim SGPT akibat pemberian ekstrak air pegagan. Hal ini mengindikasikan zat aktif pegagan yang terkandung dalam F 16 seperti asiatikosida, madekasosida, dan brahminosida (glikosida 7
4 8 saponin) mampu memperbaiki kerusakan hati akibat parasetamol yang cukup baik (Brinkhaus et al. 2000). Asiatikosida yang merupakan kandungan utama dari pegagan mampu meningkatkan efek enzim antioksidan seperti superoksida dismutase, katalase, dan glutation peroksidase sehingga diduga mampu menghambat NAPQI untuk menetap dan merusak hepatosit (Antony et al. 2006). Madekasosida dan asam madekasat membantu persembuhan kerusakan hati karena aktifitas antiinflamatori dan imunomodulator yang dimilikinya (Vohra et al. 2011). Selain kandungan tersebut, total glukosida dari pegagan turut membantu memperbaiki fungsi hati yang rusak sehingga terjadi penurunan nilai enzim SGPT (Ming et al. 2004). Histopatologi Organ Hati Pengamatan histolopatologi hati dilakukan untuk memberikan informasi mengenai perubahan mikroskopis hati yang ditimbulkan akibat pemberian ekstrak air pegagan terhadap hati yang diinduksi parasetamol. NAPQI yang dihasilkan dari biotransformasi parasetamol dengan sistem enzim sitokrom P450 akan bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hepatosit sehingga menyebabkan kerusakan hati. Perubahan mikroskopis dapat meliputi perubahan inti sel, sitoplasma, dan sel secara keseluruhan. Berdasarkan pengamatan histopatologi pada kelompok kontrol dan F 16 ditemukan adanya sel normal dan sel yang mengalami perubahan sublethal serta lethal pada hepatosit. Perubahan ini diskoring menggunakan program software ImageJ dan dibandingkan antara vena porta dan vena sentralis untuk melihat efek hepatoprotektif dari ekstrak air pegagan. Skoring dilakukan terhadap lima bidang pengamatan pada hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis untuk menggambarkan derajat keparahan jaringan hati. Perubahan sublethal atau yang sering disebut perubahan degeneratif merupakan proses yang jika rangsangannya dihentikan, maka sel dapat kembali seperti semula. Sedangkan proses lethal merupakan suatu proses sel telah mencapai titik tidak dapat lagi mengkompensasi kerusakan dan telah terjadi kematian sel (nekrosa) (Price dan Wilson 2003). Perubahan sublethal yang terlihat pada bidang pengamatan adalah degenerasi hidropis dan degenerasi lemak. Degenerasi hidropis umumnya dimulai dari daerah porta yang meluas menuju sentralis karena daerah porta merupakan daerah yang pertama kali menerima suplai darah dari saluran pencernaan.darah yang mengandung toksin dibawa dari usus, masuk ke hati melewati vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis (Price dan Wilson 2003). Secara makroskopis, organ yang mengalami degenerasi hidropis terlihat lebih besar, warnanya opaque, konsistensinya lunak dan rapuh, serta kurang memiliki bentuk lagi. Sedangkan secara mikroskopis, ukuran sel meningkat disertai batas sel yang tidak jelas, sebagian organela sel akan berubah menjadi kantong air, sitoplasma terlihat seperti bervakuola, opaque, dan lebih granuler. Hal ini terjadi karena metabolit reaktif NAPQI merusak membran sel sehingga keseimbangan ion natrium dan kalium terganggu dan terjadilah peningkatan jumlah air ke dalam sel (Mugera 2000).
5 Sedangkan pada degenerasi lemak, secara makroskopis hati akan terlihat pucat atau coklat kekuningan, licin, dan biasanya perlemakan menyebar ke seluruh bagian. Sedangkan secara mikroskopis, tampak jaringan hati sudah tidak teratur, adanya lemak dalam bentuk droplet kecil atau besar yang mengisi ruang sitoplasma sel hati sehingga komponen dan inti sel hati akan terdesak ke tepi. Hal ini terjadi karena metabolit reaktif NAPQI mengganggu sintesis dan pematangan protein di ribosom pada retikulum endoplasma kasar sehingga tidak terbentuknya apoprotein dan lipoprotein yang akan membawa trigliserida keluar ke plasma untuk dimetabolisme. Hal inilah yang menyebabkan asam lemak tidak dapat disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati (Cheville 2006). Pada jaringan histopatologi, degenerasi lemak terlihat seperti ruang kosong di sitoplasma karena saat proses dehidrasi dalam alkohol, droplet lemak akan menghilang meninggalkan bentuk vakuola pada sitoplasma (Mugera 2000). Perubahan lethal yang terlihat pada bidang pengamatan adalah nekrosa. Perubahan nekrosa meliputi perubahan nukleus yaitu piknosis, karioreksis, kariolisis, dan sel yang hilang (Haschek dan Rousseaux 1998). Nekrosa yang terjadi akibat parasetamol adalah nekrosa sentrilobular yang ditandai kerusakan terutama di hepatosit sekitar daerah vena sentralis. Hal ini dikaitkan dengan terbentuknya metabolit sangat reaktif setelah parasetamol dimetabolisme di hati (Cooper 2010). Persentase berbagai perubahan sel hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Persentase Perubahan Keadaan Hepatosit di Sekitar Vena Porta dan Vena Sentralis pada Tikus Putih Jantan Kelompok Kontrol dan yang Diberi Ekstrak Air Pegagan Selama 8 Hari Sebagai Usaha Hepatoproteksi terhadap Efek Toksik Parasetamol 9 Kelompok Lokasi Normal (%) Degenerasi hidropis (%) Degenerasi lemak (%) Nekrosa (%) K F 16 VP 29,3 ± 14,6 ab 38,5 ± 8,9 ab 5,4 ± 2,6 ab 26,8 ±19,5 ab VS 24,7 ±11,8 ab 40,6 ± 5,7 ab 9,2 ± 2,0 ab 25,6 ±15,0 ab VP 36,1 ± 8,0 ab 39,2 ± 6,2 ab 5,3 ± 2,0 ab 19,4 ± 5,0 ab VS 30,4 ± 9,0 ab 46,1 ± 2,3 ab 7,1 ± 4,7 ab 16,3 ± 4,8 ab Keterangan : superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05). Pada vena porta, sel hepatosit normal pada kelompok F 16 memperlihatkan persentase sel normal yang lebih tinggi disertai degenerasi lemak dan nekrosa yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Sedangkan nilai persentase degenerasi hidropis lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini menandakan formula ekstrak air pegagan kelompok F 16 berperan dalam mencegah kerusakan sel hati sehingga persentase nekrosa lebih rendah apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kandungan seperti asiatikosida, madekasosida, dan braminosida merupakan zat yang memiliki sifat hepatoprotektif (Brinkhaus et al. 2000;Antony et al. 2006;Vohra et al. 2011). Nilai degenerasi hidropis yang lebih tinggi dapat diartikan sebagai kerusakan awal yang bersifat sementara dan dapat kembali menjadi normal apabila penyebab
6 10 kerusakan dihentikan (Price dan Wilson 2003). Namun persentase hepatosit normal, hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis, degenerasi lemak, dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di vena porta tidak berbeda nyata (p>0,05). Hal ini kemungkinan disebabkan proses metabolisme parasetamol saat masuk ke dalam vena porta belum sepenuhnya menghasilkan metabolit toksik NAPQI. Parasetamol yang terkandung dalam aliran darah dari saluran gastroinstestinal saat masuk ke hati melalui vena porta baru akan dimetabolisme hingga fase II (Haschek dan Rousseaux 1998). Gambaran histopatologi hati di sekitar vena porta disajikan pada Gambar 1. VP F 16 VP K 20 µm 20 µm Gambar 1 Perbandingan gambaran histopatologi jaringan hati di sekitar vena porta pada kelompok F 16 dan kontrol. Lesio hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah biru), degenerasi lemak (panah hijau), nekrosa (panah hitam), dan sel normal (panah merah). Pewarnaan HE, Perbesaran 400 x. Pada vena sentralis, persentasi hepatosit normal pada kelompok F 16 juga lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini diikuti dengan persentasi degenerasi lemak dan nekrosa pada kelompok F 16 yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Sedangkan nilai persentase degenerasi hidropis lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol walaupun tidak terjadi perbedaan yang nyata pada seluruh perlakuan (p>0,05). Hal ini semakin membuktikan F 16 memiliki kemampuan meningkatkan daya tahan sel dan menjaga kelangsungan sel normal serta memulihkan sel yang mengalami perubahan degenerasi bersifat sementara akibat metabolit reaktif parasetamol menjadi sel normal kembali. Hal ini disebabkan oleh asiatikosida yang merupakan kandungan utama dari pegagan mampu meningkatkan efek enzim antioksidan sehingga mampu menghambat radikal bebas NAPQI (metabolit reaktif) untuk menetap dan merusak membran sel hepatosit (Antony et al. 2006). Total glukosida dari ekstrak juga efektif untuk menghambat perubahan degenerasi lemak pada hepatosit. Persembuhan juga semakin cepat terjadi karena kandungan triterpenoid saponin seperti madekasosida dan asam madekasat yang memiliki aktifitas antiinflamasi dan imunomodulator (Vohra et al. 2011). Gambaran histopatologi hati disekitar vena sentralis disajikan pada Gambar 2.
7 11 VS F 16 VS K 20 µm 20 µm Gambar 2 Perbandingan gambaran histopatologi jaringan hati di sekitar vena sentralis pada kelompok F 16 dan kontrol. Lesio hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah biru), degenerasi lemak (panah hijau), nekrosa (panah hitam), dan sel normal (panah merah). Pewarnaan HE, Perbesaran 400 x. Hasil skoring pada histopatologi hati ini selaras dengan hasil pengukuran kadar enzim SGPT. Hal ini ditunjukkan melalui penurunan jumlah sel nekrosa pada hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis pada kelompok F 16 dibandingkan kelompok kontrol. Penurunan jumlah sel nekrosa pada kelompok F 16 akibat perlindungan dari ekstrak air pegagan menyebabkan penurunan pelepasan enzim SGPT ke dalam aliran darah sehingga kadar enzim SGPT yang terukur pun menurun dibandingkan kelompok kontrol. Beberapa herbal lain yang dapat dijadikan sebagai perbandingan terhadap efek hepatoprotektif dari pegagan adalah Psidium guajava, Pleurotus florida, dan Plumbago zeylanica. Psidium guajava memiliki kandungan antioksidan yang cukup baik sehingga mampu mengeliminasi radikal bebas yang dihasilkan oleh metabolit parasetamol (Roy dan Das 2010). Sedangkan Pleurotus florida, walaupun belum diketahui komponen yang bertanggung jawab terhadap efek hepatoprotektif, namun terbukti berperan dalam menurunkan level serum bilirubin dan menjaga jaringan hati dengan mengeleminasi radikal bebas hasil metabolit parasetamol (Sumy et al. 2011). Plumbago zeylanica juga menunjukkan aktifitas hepatoprotektif yang baik. Kandungan triterpenoid dan steroid yang dimiliki tumbuhan ini mampu menurunkan level serum penanda kerusakan hati (Kanchana dan Sadiq 2011). SIMPULAN Formula ekstrak air pegagan pada F 16 memiliki kemampuan yang baik dalam menjaga kelangsungan hepatosit normal dan memulihkan hepatosit yang mengalami kerusakan sementara untuk pulih kembali sehingga terjadi penurunan nilai enzim SGPT setelah diinduksi parasetamol walaupun efek yang diberikan tidak terlalu signifikan dibandingkan kelompok kontrol.
UJI AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK AIR PEGAGAN (Centella asiatica) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI PARASETAMOL GPC SARAI SILABAN
UJI AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK AIR PEGAGAN (Centella asiatica) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI PARASETAMOL GPC SARAI SILABAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Parasetamol atau acetaminofen merupakan nama resmi yang sama dengan senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory drugs (NSAID) yang
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2-5% dari berat badan pada orang dewasa normal yang terletak pada kwadran
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Hati Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh dengan berat 1500 gr atau 2-5% dari berat badan pada orang dewasa normal yang terletak pada kwadran kanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam (makanan, dibuang melalui urin atau asam empedu.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Drug Induced Liver Injury Tubuh manusia secara konstan dan terus menerus selalu menerima zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-p-aminofenol merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-p-aminofenol merupakan obat antipiretik dan analgesik yang sering digunakan sebagai obat manusia. Parasetamol menggantikan
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4
28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Evaluasi dataperforman Ayam Dari hasil penelitian didapatkan rataan bobot badan ayam pada masing-masing kelompok perlakuan, data tersebut dapat dilihat pada Tabel
Lebih terperinciDiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa
BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini, pengembangan obat obat baru terus dilakukan dengan upaya untuk meningkatkan potensi obat obatan yang ada. Adanya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang demikian pesatnya,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Kadar Enzim SGPT dan SGOT Pada Mencit Betina Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki Tabel 1. Kadar Enzim SGPT pada mencit betina setelah pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam proses memasak. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng adalah salah satu kebutuhan pokok masyarakat di Indonesia dalam proses memasak. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar makanan dan jenis makanan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Penyakit pada hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Hepatitis adalah suatu peradangan difus jaringan hati
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data primer berupa gambaran histologi ginjal dan kadar kreatinin hewan coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang termasuk dalam lemak, baik yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun dari
Lebih terperinciWaktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data primer yang digunakan berupa pengamatan histologis sediaan hati yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik, dan nekrosis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama digunakan di dunia. Parasetamol merupakan obat yang efektif, sederhana dan dianggap paling aman sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam memproduksi daging. Mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Ayam Pedaging Ayam pedaging atau broiler merupakan ayam ras unggul hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jamur telah menjadi bahan pengobatan tradisional di daerah oriental, seperti Jepang, Cina, Korea, dan daerah Asia lainnya sejak berabad-abad lalu, (Ooi,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE PENELITIAN
MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati berupa ratusan jenis tanaman obat dan telah banyak dimanfaatkan dalam proses penyembuhan berbagai penyakit. Namun sampai sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini di dunia kafein banyak dikonsumsi dalam berbagai bentuk yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein terdapat dalam berbagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerusakan Hati Ikan Mas Hati merupakan salah satu organ yang paling banyak mengalami kerusakan. Menurut Carlton (1995) dalam Permana (2009) ada dua alasan yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian paparan ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum) pada mencit galur DDY selama 90 hari adalah sebagai berikut. 4.1.1 Deskripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kortikosteroid bukan merupakan obat baru bagi masyarakat. Di dunia kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat kortikosteroid mulai berkembang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows.
18 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai Agustus 2011. Kegiatan pemeliharaan dan perlakuan hewan coba bertempat di Fasilitas Kandang
Lebih terperinciOleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati Agustin Cahyaningrum
Pengaruh FRAKSI HEKSAN EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) terhadap serum glutamate piruvat transaminase PADA TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Ditinjau dari sistematika ternak,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Ditinjau dari sistematika ternak,
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dengan berat 1,2 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa, menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen, dan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan yang mengakibatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jejas hati imbas obat (drug-induced liver injury; DILI) atau biasa dikenal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jejas hati imbas obat (drug-induced liver injury; DILI) atau biasa dikenal dengan hepatotoksisitas imbas obat merupakan kerusakan pada hepar yang disebabkan oleh pajanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tikus putih yang memiliki nama ilmiah Ratus novergicus adalah hewan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tikus Putih (Ratus novergicus) Tikus putih yang memiliki nama ilmiah Ratus novergicus adalah hewan coba yang sering dipakai untuk penelitian. Hewan ini termasuk hewan nokturnal
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinduksi aloksan, dengan perlakuan pemberian ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian penurunan kadar glukosa darah tikus diabetes yang diinduksi aloksan, dengan perlakuan pemberian ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) secara oral menggunakan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan fitokimia merupakan suatu metode kimia untuk mengetahui kandungan kimia suatu simplisia, ekstrak ataupun fraksi senyawa metabolit suatu tanaman herbal. Hasil penapisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai media massa (Rochmayani, 2008). Menurut World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok saat ini menjadi masalah yang terus - menerus dibicarakan di berbagai media massa (Rochmayani, 2008). Menurut World Health Organization (2012), Indonesia menduduki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostasis tubuh meliputi metabolisme, biotransformasi, sintesis, penyimpanan dan imunologi sel. Sel hati
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nekrosis merupakan proses degenerasi yang menyebabkan kerusakan sel yang terjadi setelah suplai darah hilang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein dan
Lebih terperinciPengamatan Histopatologi Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan dan Kondisi Fisik Hewan Coba
larutan alkohol dengan konsentrasi bertingkat. Hasilnya diberi permount mounting medium dan ditutup dengan kaca penutup (Hastuti 2008). Pengamatan Histopatologi Pengamatan histopatologi dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian
41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian Penimbangan berat badan menunjukkan bahwa pada awal penelitian berat badan tikus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan tersebut yang secara
Lebih terperinciI. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat
I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Hati merupakan organ yang mempunyai kemampuan tinggi untuk mengikat, memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat kimia yang tidak berguna/merugikan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai
BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai proteksi kerusakan sel-sel ginjal. Bawang putih diperoleh dari Superindo dan diekstraksi di Lembaga Penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbal merupakan salah satu logam berat yang bersifat racun bagi manusia, dapat ditemukan pada semua lingkungan sekitar kita, dan merupakan logam berat yang lebih
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. post test only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan the post test only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah penting bagi kesehatan karena merupakan salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia cukup banyak laporan tentang kasus hepatotoksisitas, walaupun jumlah kematian akibat toksisitas ini tidak begitu tinggi. Salah satu penyebab dari toksisitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, cukup banyak laporan tentang kasus hepatotoksisitas; walaupun jumlah kematian akibat hepatotoksisitas tidaklah begitu tinggi. Salah satu penyebab hepatotoksisitas
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing berukuran satu kepalan tangan, dan terletak tepat di bawah tulang rusuk. Setiap hari kedua ginjal menyaring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS. goreng terbagi menjadi Minyak dengan asam lemak jenuh (saturated fatty acids)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Minyak goreng Minyak merupakan campuran dari ester asam lemak dengan gliserol. Berdasarkan ada atau tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jenis makanan yang terdapat di masyarakat tidak jarang mengandung bahan kimia berbahaya serta tidak layak makan, penggunaan bahan kimia berbahaya yang marak digunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah kecoklatan yang memiliki berat sekitar 1,4 kg atau sekitar 2,5% dari massa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian hati Hati merupakan kelenjar terbesar dan kompleks dalam tubuh, berwarna merah kecoklatan yang memiliki berat sekitar 1,4 kg atau sekitar 2,5% dari massa tubuh.letaknya
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan tikus Wistar sebagai hewan coba. Mekanisme dasar
BAB 6 PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan tikus Wistar sebagai hewan coba. Mekanisme dasar dalam pengaturan perkembangan hepar pada tikus, seperti halnya spesies vertebrata lain, mempunyai kemiripan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam yang ada di bumi juga telah di jelaskan dalam. firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban), telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional baik dalam bentuk bahan segar, kering maupun dalam bentuk ramuan. Tanaman ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan, air, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia, termasuk Bahan Tambahan Pangan
Lebih terperinciEFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari
EFEK TOKSISITS SUBKRONIK EKSTRK ETNOL KULIT BTNG SINTOK PD TIKUS PUTIH GLUR WISTR* Sri di Sumiwi, nas Subarnas, Rizki Indriyani, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, e-mail: sri.adi@unpad.ac.id Intisari
Lebih terperinciMENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL
MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang
Lebih terperinciEFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR. Intisari
EFEK TOKSISITS SUKRONIK EKSTRK ETNOL KULIT TNG SINTOK PD TIKUS PUTIH GLUR WISTR Sri di Sumiwi, nas Subarnas, Rizki Indriyani, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, e-mail: sumiwi@yahoo.co.id Intisari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kanker merupakan suatu jenis penyakit berupa pertumbuhan sel yang tidak terkendali secara normal. Penyakit ini dapat menyerang semua bagian organ tubuh dan dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit degeneratif disebabkan oleh tubuh yang tidak dapat menstabilkan molekul radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh, contoh penyakit degeneratif adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk makan, tempat berteduh, pakaian, termasuk untuk obat.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kesehatan Jiwa, dan Patologi Anatomi. ini akan dilaksanakan dari bulan Februari-April tahun 2016.
27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Farmakologi, Biokimia, Ilmu Kesehatan Jiwa, dan Patologi Anatomi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum
39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum lycopersicum L.) terhadap perubahan histologi kelenjar mammae mencit betina yang diinduksi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World Health Organization
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Alat dan Bahan
6 Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 5.
BAHAN DAN METODE Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 5. Pengujian Lactobacillus plantarum (BAL1) dan Lactobacillus fermentum (BAL2) pada tikus dengan perlakuan:
Lebih terperinciLampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan
LAMPIRAN 30 Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan Dehidrasi merupakan proses mengeluarkan air dari dalam jaringan/organ dengan menggunkan bahan-bahan kimia tertentu. Dehidrasi jaringan dilakukan untuk mengikat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sasaran utama toksikasi (Diaz, 2006). Hati merupakan organ
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati merupakan organ metabolisme terpenting dalam proses sintesis, penyimpanan, dan metabolisme. Salah satu fungsi hati adalah detoksifikasi (menawarkan racun tubuh),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014), dari 241.000.000 orang penduduk Indonesia, Prevalensi gangguan karena penggunaan alkohol adalah
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini berjumlah 60 ekor mencit strain DDY yang terdiri dari 30 mencit jantan dan 30 mencit betina.
Lebih terperinciOleh : Wiwik Yulia Tristiningrum M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 Pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) pada struktur mikroanatomi hepar dan kadar glutamat piruvat transaminase (gpt) serum tikus putih (Rattus norvegicus L.) setelah pemberian karbon tetraklorida
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi
HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi Pengamatan histopatologi limpa dilakukan untuk melihat lesio pada limpa. Dari preparat yang diamati, pada seluruh kelompok perlakuan baik kontrol (-) maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plumbum adalah salah satu logam berat yang bersifat toksik dan paling banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non essential trace element
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.
26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu dari penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Handphone adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat dibawa ke mana-mana (portable,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Boraks pada saat ini sering sekali diberitakan melalui media cetak maupun elektronik karena penyalahgunaannya dalam bahan tambahan makanan. Berdasarkan dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap SOD, dan histologi hepar Tikus ( Rattus norvegicus) yang diinduksi oleh aloksan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas
A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada hewan uji tikus putih yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas Gadjah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ribuan jenis tumbuhan yang diduga berkhasiat obat, sejak lama secara turun-temurun dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu dari tumbuhan berkhasiat obat ini adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Dalam perkembangannya, tuberkulosis telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk terapi anti tuberkulosis (TB), tetapi hepatotoksisitas yang dihasilkan dari penggunaan obat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, sirosis hati, katarak,
Lebih terperinciLampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi
LAMPIRAN 38 Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Pembuatan preparat histologi terdiri dari beberapa proses yaitu dehidrasi (penarikan air dalam jaringan) dengan alkohol konsentrasi bertingkat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki iklim tropis dan merupakan tempat yang baik untuk perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi penyakit yang ditularkan
Lebih terperinciSMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.1
1. Perhatikan nama-nama bagian sel berikut ini! dinding sel inti sel kloroplas Lisosom sentriol Bagian sel yang tidak dimiliki oleh sel hewan adalah... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan
Lebih terperinciPENGARUH Agen KIMIA Dan MEKANISME perubahan sel Serta penyakit Yang ditimbulkannya
PENGARUH Agen KIMIA Dan MEKANISME perubahan sel Serta penyakit Yang ditimbulkannya 2013 Manusia dikenakan paparan berbagai xenobiotik (bahan kimia) terus. xenobiotik adalah senyawa hadir dalam lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parasetamol (asetaminofen) merupakan salah satu obat analgesik dan antipiretik yang banyak digunakan di dunia sebagai obat lini pertama sejak tahun 1950 (Sari, 2007).
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. B. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciPENGANTAR FARMAKOLOGI
PENGANTAR FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI : PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - DIAGNOSIS - PENGOBATAN GEJALA PENYAKIT FARMAKOTERAPI : CABANG ILMU PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - PENGOBATAN FARMAKOLOGI KLINIK : CABANG
Lebih terperinciTOKSIKOPATOLOGI HATI MENCIT (Mus musculus) PADA PEMBERIAN PARASETAMOL HEIRMAYANI
TOKSIKOPATOLOGI HATI MENCIT (Mus musculus) PADA PEMBERIAN PARASETAMOL HEIRMAYANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK HEIRMAYANI. Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. obat ini dijual bebas di apotik maupun di kios-kios obat dengan berbagai merek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parasetamol atau juga sering disebut asetaminofen salah satu obat golongan analgesik-antipiretik yang digunakan sangat luas di kalangan masyarakat Indonesia. Pada umumnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. antara V/m. Demikian juga bumi secara alamiah bermedan. listrik V/m dan bermedan magnet 0,004-0,007 mt.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Medan listrik dan medan magnet sudah ada sejak bumi kita ini terbentuk. Awan yang mengandung potensial air, terdapat medan listrik yang besarnya antara 3000-30.000 V/m.
Lebih terperinci