MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015"

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA MENDENGARKAN KETERANGAN AHLI PEMOHON (VI) J A K A R T A SENIN, 7 SEPTEMBER 2015

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria [Pasal 21 ayat (1) dan ayat (3), serta Pasal 36 ayat (1)] dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan [Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 35 ayat (1)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Ike Farida ACARA Mendengarkan Keterangan Ahli Pemohon (VI) Senin, 7 September 2015 Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Arief Hidayat (Ketua) 2) Aswanto (Anggota) 3) Manahan MP Sitompul (Anggota) 4) Suhartoyo (Anggota) 5) Maria Farida Indrati (Anggota) Dewi Nurul Savitri Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Ike Farida B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Stanley Gunadi 2. Ahmad Basrafi 3. Ismayati 4. Roberto B. 5. Yahya Tulus Nami C. Ahli dari Pemohon: 1. Arie Sukanti Hutagalung D. Saksi dari Pemohon: 1. Alya Hiroko Oni 2. Juliani Wistarina Luthan E. Pemerintah: 1. Heni Susila Wardoyo 2. Jaya 3. Tri Rahmanto 4. Anang 5. Arif Febrianto 6. Nur Kasin 7. Anwar ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: ARIEF HIDAYAT Bismillahirrahmaanirrahiim. Sidang dalam Perkara Nomor 69/PUU- XIII/2015 dengan ini dibuka dan terbuka untuk umum. Sebelum saya mulai, saya akan minta pendapat dari Pemohon dan Pemerintah. Semestinya sidang pada pagi hari ini adalah sidang Pleno, sidang Pleno memerlukan persyaratan kuorum dihadiri oleh minimal tujuh orang hakim, tapi karena ada empat orang hakim yang ada tugas lain, maka pada pagi hari ini hanya dihadiri oleh lima orang hakim. Tetapi dalam rangka persidangan yang tidak mengambil putusan, itu istilahnya bukan sidang Pleno tapi sidang Panel diperluas dan untuk memeriksa ahli atau saksi dan mendengar keterangan dari Pemerintah atau DPR masih dimungkinkan oleh hukum acara Mahkamah Konstitusi. Maka saya menanyakan terlebih dahulu pada Pemohon apakah bisa dilanjutkan karena tidak berpengaruh apa-apa, baik secara prosedural menurut hukum itu masih bisa berlangsung, ada keberatan? 2. PEMOHON: IKE FARIDA Terima kasih, Yang Mulia. Saya tidak keberatan, Yang Mulia, dan mohon untuk dilanjutkan. Terima kasih. 3. KETUA: ARIEF HIDAYAT 4. PEMERINTAH: Baik, dari Pemerintah yang mewakili Presiden? Baik, Yang Mulia. Pemerintah dapat memberikan persetujuan untuk dilanjutkan. 5. KETUA: ARIEF HIDAYAT KETUK PALU 3X Baik, kalau begitu kita lanjutkan, ya. Agenda pada hari ini adalah mendengarkan keterangan ahli dari Pemohon dan sekaligus mestinya hanya ahli, tapi ahli hanya satu, kemudian ada saksi dua orang, maka kita bisa menyelesaikan persidangan ini untuk memeriksa ahli dan saksi. Saksi [Sic!] yang sudah hadir Prof. Dr. Arie Sukanti Hutagalung, S.H., M.Li., sudah hadir. Kemudian dua orang saksi Alya Hiroko Oni dan 1

5 Juliani Wistarina Luthan. Sebelum memberikan keterangan, saya mohon untuk maju ke depan untuk diambil sumpahnya terlebih dahulu. Baik Ahli maupun Saksi semuanya beragama Islam, saya mohon Prof. Aswanto bisa mengambil sumpahnya. Agak terpisah untuk ahli di sisi sebelah sini. Baik, untuk Ahli terlebih dahulu. 6. ANGGOTA: HAKIM ASWANTO Baik, Ahli, Prof. Ikuti lafal sumpah yang saya sampaikan. Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya sesuai dengan keahlian saya. 7. AHLI BERAGAMA ISLAM BERSUMPAH: Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya sesuai dengan keahlian saya. 8. ANGGOTA: HAKIM ASWANTO Terima kasih. 9. KETUA: ARIEF HIDAYAT Berikutnya lanjutkan Saksi. 10. ANGGOTA: HAKIM ASWANTO Untuk yang Saksi, ikuti lafal yang saya tuntunkan. Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah sebagai Saksi akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari yang sebenarnya. 11. SELURUH SAKSI BERAGAMA ISLAM BERSUMPAH: Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah sebagai Saksi akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari yang sebenarnya. 12. ANGGOTA: HAKIM ASWANTO Terima kasih. 2

6 13. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, terima kasih. Terima kasih, Prof. Aswanto. Silakan kembali ke tempat. Saudara Pemohon, siapa dulu, Ahli dulu apa Saksi dulu? 14. PEMOHON: IKE FARIDA Terima kasih, Yang Mulia. Seperti persidangan sebelumnya, maka saya ingin memohon kepada Ahli untuk menyampaikan terlebih dahulu. Terima kasih. 15. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, saya persilakan Prof. Arie Sukanti. Kalau sakit di... duduk boleh, tapi kalau bisa berdiri, saya persilakan untuk di podium berdiri. Boleh minum, ya, silakan, Ibu. Dibawa ke tempatnya. 16. AHLI DARI PEMOHON: ARIE SUKANTI HUTAGALUNG Assalamualaikum wr. wb. Bismillahirrahmaanirrahiim. Majelis Hakim Yang Mulia, Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang saya muliakan. Saya diminta memberikan kesaksian Ahli dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi hari ini dengan pengujian beberapa pasal dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria dan juga Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang dianggap bertentangan dengan konstitusi. Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang saya muliakan. Sesuai dengan keahlian dan keilmuan yang saya pahami, mungkin Pak Ketua koreksi sedikit, saya profesor yang bukan doktor, profesor karier. Saya akan menitikberatkan keterangan ini pada bidang pertanahan yang menyangkut pasal-pasal UUPA yang menjadi pokok perkara dalam permohonan pengujian pasal-pasal dalam pengujian undang-undang ini. Berdasarkan Pasal 2 dari Undang-Undang Pokok Agraria, kekuasaan yang diberikan negara atas bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, meletakkan kewajiban negara untuk mengatur kepemilikan dan memimpin penggunaan, sehingga semua tanah di seluruh wilayah kedaulatan bangsa dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dengan demikian, hukum agraria nasional harus mewujudkan penjelmaan daripada Ketuhanan Yang Maha Esa, perikemanusiaan yang adil dan beradab, kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan sosial sebagai asas kerohaniaan negara dan cita-cita bangsa seperti yang tercantum di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun

7 Majelis Hakim yang saya muliakan. Hak bangsa Indonesia sebagai hak penguasaan tanah yang tertinggi diatur dalam Pasal 1 ayat (1) sampai ayat (3) yang berbunyi, Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air seluruh rakyat Indonesia. Seluruh bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah merupakan kekayaan nasional. Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air, dan ruang angkasa termasuk dalam ayat (2) ini adalah hubungan yang bersifat abadi. Nah dengan demikian, subjek hak bangsa Indonesia adalah merupakan seluruh rakyat Indonesia sepanjang yang bersatu sebagai bangsa Indonesia dari generasi ke generasi. Selanjutnya, asas-asas dasar hukum agraria dewasa ini tersebar dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan UUPA, yaitu asas regiulitas dalam konsideran berpendapat, Pasal 1, Pasal 49 UUPA mengenai hak-hak atas tanah untuk kegiatan keagamaan. Asas kebangsaan yang mendahulukan kepentingan nasional memberi tetapi di lain pihak memberi kesempatan pihak asing menguasai, menggunakan tanah untuk keperluan usahanya untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa, negara, Pasal 9, Pasal 20, dan Pasal 55 UUPA. Asas demokrasi dengan tidak ada perbedaan antara antargender, suku, agama, wilayah. Masalah gender ini kemudian ditampakkan lagi dalam TAP 9 MPR Tahun 2001 karena masih ada masih banyak tuntutan persamaan perlakuan antarpria dan wanita di bidang agraria, 40 tahun yang sudah lalu, yang sudah mendapatkan penegasan dalam UUPA. Dalam Pasal 9 ayat (2) pun sudah tertera bahwa tiap warga negara Indonesia, baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan sama untuk mempunyai, memperoleh suatu hak atas tanah dan mendapatkan manfaat dari hasilnya. Asas pemerataan, pembatasan, dan keadilan penguasaan dan pemanfaatan tanah yang tersedia maaf, Bapak-Bapak Majelis ini di sini, saya baru melihat banyak salah ketik, ya akan kami perbaiki. Itu diatur dalam Pasal 11 dan Pasal 12 asas kepastian hukum dan keterbukaan dalam penguasaan penggunaan tanah serta perlindungan hukum golongan ekonomi lemah, terutama para petani, yaitu pada Pasal 11, Pasal 13, dan Pasal 19. Asas penggunaan dan pemanfaatan tanah sebagai sumber daya yang strategis, berencana, optimal, efisien, dan berkelanjutan diatur dalam Pasal 13 dan Pasal 14. Asas kemanusiaan yang adil dan beradab dalam penyelesaian pertanahan sesuai dengan sila kedua Pancasila. Majelis Hakim Yang Mulia, yang saya muliakan. Setelah menelaah permohonan yang diajukan, permohonan dari Saudari Ike Farida, pasal dimohonkan pengujiannya adalah Pasal 21 ayat (1), Pasal 3, Pasal 36 ayat (1) yang bunyinya adalah sebagai berikut. Pasal 21, Hanya Warga Negara Indonesia yang dapat mempunyai hak milik. Ini sudah jelas merupakan pengejawantahan dari Pasal 9 Undang-Undang Pokok Agraria. 4

8 Lalu Pasal 3, Orang asing yang berlakunya undang-undang ini memperoleh hak milik karena warisan tanpa wasiat, percampuran harta karena perkawinan. Demikian pula warga negara Indonesia yang mempunyai hak milik setelah berlakunya undang-undang, kehilangan kewarganegaraannya, mempunyai kewajiban untuk melepaskan hak atas tanahnya dalam waktu satu tahun atau mengalihkan hak atas tanah tersebut sebagai kepada pihak yang berwenang. Jika jangka waktu itu sudah lampau, maka tanah menjadi tanah negara. Hal yang sama diatur juga dalam Pasal 36 ayat (1), yaitu mengenai subjek daripada yang dapat mempunyai hak guna bangunan warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia. Ini mungkin agak kesalahan yang badan hukum yang diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963, ini sebetulnya subjek daripada hak milik, yaitu badan-badan keagamaan, badan-badan sosial, koperasi pertanian, dan juga bank-bank pemerintah yang sekarang sudah tidak ada lagi. Izinkanlah saya menjelaskan jalan pikiran dan argumentasi dari pembuat undang-undang mengenai adanya Pasal 21 ini. Pasal 21 ini menjelaskan mengenai subjek hak milik dengan asas nasionalisme yang ada pada Pasal 9 yang mengatakan bahwa prinsipnya hanya Warga Negara Indonesia yang dapat mempunyai hubungan yang terpenuh atas tanah di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan untuk mengantisipasi beralihnya hak milik kepada pihak yang tidak memenuhi syarat sebagai pemegang hak milik, maka Pasal 21 ayat (3) diatur tiga peristiwa hukum yang menyebabkan beralihnya hak milik kepada warga negara asing. Misalnya, percampuran harta dalam perkawinan campuran, pewarisan tanpa wasiat, dan Warga Negara Indonesia yang kehilangan kewarganegaraannya. Tiga peristiwa itu tersebut di atas memberikan kewajiban kepada Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak milik untuk melepaskan haknya kepada negara atau mengalihkan haknya kepada pihak lain yang memenuhi syarat sebagai pemegang hak milik, dalam arti atau WNI yang lain. Adanya kewajiban tersebut, tidak mempunyai alat kendali dalam pelaksanaannya. Artinya, pihak kantor pertanahan tidak akan memperingati kepada WNA tersebut untuk segera melepaskan haknya atau mengalihkan haknya kepada pihak lain dan tidak secara merta akan berubah sebagai tanah negara. Jadi, di dalam buku tanah kantor pertanahan itu tetap tanah terdaftar atas nama WNI yang bersangkutan. Kemudian, Pasal 36 juga mengatur persitiwa hukum yang sama untuk hak guna bangunan dan Pasal 30 ayat (2) untuk hak guna usaha. Jadi, tidak ada perbuatan hukum yang mengatur secara spesifik apakah WNI yang melakukan kawin campur tidak diperbolehkan secara tegas untuk membeli properti atau hak milik dengan hak guna bangunan, hak milik, hak guna bangunan, dan hak guna usaha. 5

9 Ditegaskan dalam (suara tidak terdengar jelas) bahwa negara memberikan hak atas negara kepada setiap Warga Negara Indonesia, laki-laki maupun wanita sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 9. Hanya Warga Negara Indonesia yang dapat mempunyai hubungan sepenuhnya dengan bumi, air, dan ruang angkasa, dan batas-batas ketentuan Pasal 1 ayat (2), Setiap Warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan untuk memperoleh suatu hak atas tanah dan untuk dapat mendapatkan manfaat lahir hasilnya baik sendiri maupun dengan keluarganya. Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Undang-Undang Pokok Agraria diundangkan pada tanggal 24 September Sebentar lagi sudah berusia berapa ya, sudah sudah tualah, sudah cukup lama. Yang tujuan utama untuk univikasi hukum agraria dan univikasi hak-hak atas tanah. Pada saat dilahirkannya UUPA, ketentuan hukum perkawinan yang berlaku adalah ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Oleh karenanya bunyi Pasal 21 ayat (3) harus disesuaikan dengan keadaan hukum perkawinan yang ada sekarang. Bahwa bagaimana keadaan pemikiran pada saat pembentukan UUPA pada waktu itu telah dan sengaja supaya dibentuk, dan dibuat didasari oleh seluruh buah-buah pikiran akan antisipasi hilangnya hak-hak masyarakat Indonesia akan tanah di negaranya sendiri, sebagaimana hal diatur dalam di lihat dalam Pasal 26 ayat (2) UUPA, Setiap jual/beli, penukaran, penghibahan, pemberian dengan wasiat perbuatanperbuatan lain yang dimaksudkan untuk langsung atau tidak langsung memindahkan hak milik kepada orang asing, kepada warga negara yang disamping kewarganegaraan Indonesia mempunyai kewarganegaraan asing, atau suatu badan hukum kecuali ditetapkan oleh pemerintah adalah batal karena hukum dan tanah jatuh kepada negara. Nah, ini misalnya ada perbuatan sewa-menyewa seratus tahun di Bali. Nah, itu tidak diizinkan, itu pemindahan hak secara langsung kepada warga negara asing. Tidak hanya itu, UUPA telah mengatur Pasal 21 ayat (3), Apabila memiliki tanah dengan status hak milik dan akibatnya dalam waktu paling lambat satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut, yang bersangkutan harus melepaskan haknya, lewat jangka waktu itu maka hak atasnya hapus, dan karena hukum tanah jatuh kepada negara. Begitu pula kepemilikan hak guna bangunan, bagi dirinya dikenakan Pasal 36 ayat (2) apabila memiliki hak guna bangunan yang mana ketentuan tersebut mewajibkan mengalihkan haknya kepada pihak lain yang memenuhi syarat (suara tidak terdengar jelas) melepaskan pada negara. Peralihan hak yang dimaksud dengan Pasal 21 ayat (3) dan Pasal 36 ayat (1) di atas merupakan akibat dari peristiwa hukum yang disebabkan beralihnya hak tersebut dikarenakan perceraian atau perwarisan. Hal itu tentu secara jelas dan terang menguatkan roh 6

10 pembentukan UUPA yang bertujuan untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Oleh karenanya frasa Warga Negara Indonesia Pasal 21 ayat (1) dan Pasal 36 ayat (1) harus dimaknai sebagai warga Indonesia tanpa terkecuali, baik Warga Negara Indonesia yang tidak kawin atau yang kawin dengan sesama Warga Negara Indonesia, atau Warga Negara Indonesia yang kawin dengan warga negara asing. Dikarenakan keadaan saat ini menyebabkan multitafsir sehingga menyebabkan sedikit banyak merenggut hak-hak dasar Warga Negara Indonesia yang dijamin Undang-Undang Dasar. Status subjek hukum dalam hal kewarganegaraan sangat menentukan status tanah yang dikuasainya, berbanding dengan sebelum UUPA, status subjek hukum tidak memenuhi status tanah yang dikuasainya, orang Hindia-Belanda dapat mempunyai hak milik adat, sebaiknya [Sic!] hak orang anggota masyarakat hukum adat dapat mempunyai hak (suara tidak terdengar jelas). Mengingat cita-cita tinggi UUPA sebagai alat untuk membangun masyarakat adil dan makmur, serta menjamin kepastian hukum dan hakhak atas rakyat Indonesia tanpa terkecuali sebagaimana yang dinyatakan oleh di dalam Pasal 28H, maka frasa Warga Negara Indonesia dalam Pasal 21 ayat (1) dan Pasal 36 ayat (1) haruslah dimaknai dengan Warga Negara Indonesia tanpa terkecuali dalam segala status perkawinan, baik Warga Negara Indonesia yang tidak kawin, Warga Negara Indonesia yang kawin dengan Warga Negara Indonesia, ataupun Warga Negara Indonesia yang kawin dengan warga negara asing agar tidak terjadinya kekeliruan dalam pemaknaan. Di bidang perkawinan kala itu berlaku kitab undang-undang hukum perdata dimana harta perkawinan merupakan persatuan harta kekayaan yang hak milik bersama, yaitu suatu bentuk (suara tidak terdengar jelas) yang dapat terjadi kalau antara para pemiliknya terjadi suatu hubungan. Ketentuan yang berlaku mengenai harta bersama diatur dalam Pasal 119 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, segera saat dilaksanakan perkawinan, maka menurut hukum menjadi harta bersama antara suami sejauh tentang hal itu tidak ditiadakan ketentuan lain dalam perjanjian perkawinan. Harta bersama itu sendiri selama perkawinan berjalan tidak boleh ditiadakan dan diubah dengan suatu persetujuan antara suami-istri. Dalam perkawinan, maka terjadi harta percampuran pula sehingga harta yang diperoleh suami sebelum dan sepanjang perkawinan demi hukum menjadi harta istri, demikian juga sebaliknya. Apabila seorang WNI menikah dengan WNA, seluruh harta yang dimiliki menjadi harta bersama. Dikaitkan dengan Pasal 21 ayat (3) menjadi tepat karena seluruh harta yang dimiliki WNI demi hukum menjadi harta bersama dengan dari WNA. Ketentuan mengenai peraturan harta bersama dalam perdata yang lebih dikenal dengan percampuran bulat, kemudian diubah 7

11 dikarenakan diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang lebih spesifik mengatur mengenai harta bersama dengan tujuan hukum nasional seperti perkawinan. Pemerintah mengundangkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di dalam ketentuan penutup, undang-undang ini dinyatakan antara lain bahwa berlakunya undang-undang tersebut, ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sepanjang mengatur perkawinan menjadi tidak berlaku. Nah, perihal harta benda dalam Undang-Undang Perkawinan, Undang-Undang Perkawinan menentukan bahwa harta benda yang diperoleh selama perkawinan adalah harta bersama. Harta bawaan adalah harta yang (suara tidak terdengar jelas) suami-istri, harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan di bawah penguasaan masing-masing para pihak dan tidak menentukan lain. Pasal 36 mengatur mengenai harta bersama suami-istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak. Mengenai harta bawaan masing-masing suami-istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bersama. Pengertian harta benda yakni khususnya mengenai tanah. Inilah yang kemudian menjadi masalah dalam praktik. Banyak pihak beranggapan bahwa karena menjadi harta bersama, maka penguasaan pemilikan baik fisik juridis menjadi milik bersama. Sehingga berakibat bagi pelaku perkawinan campuran. Sekalipun tanah hak milik, hak guna bangunan dimiliki terdaftar atas nama WNI, menjadi milik bersama WNA. Hal ini berakibat Pasal 21 ayat (3) tetap berlaku dan akhirnya berdampak hilangnya hak konstitusional seorang WNI untuk mempunyai tanah dengan status hak milik dan hak guna bangunan. Oleh karenanya saya menyetujui bahwa dikeluarkannya hak milik dan hak guna bangunan dari harta bersama oleh WNI yang melakukan kawin campur. Dengan catatan adanya pengawasan yang diperketat apabila terjadi peristiwa hukum yang menyebabkan hak milik dan HGB tersebut jatuh ke tangan asing. Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang saya muliakan. Demikian pendapat ini saya sampaikan, kiranya menjadi bahan pertimbangan bagi Yang Mulia mengambil keputusan yang terbaik akan memberikan kepastian hukum dan jaminan terpenuhinya hak-hak konstitusinya bagi Pemohon dan masyarakat Indonesia yang pelaku kawin campur. Atas perhatian Yang Mulia Majelis Hakim, saya sampaikan terima kasih. Sebelumnya juga saya mohon maaf kalau di sana-sini dalam membacanya saya juga melakukan kesalahan-kesalahan dikarenakan saya baru saja sembuh dari flu yang cukup panjang selama seminggu dan baru hari ini beraktifitas. Wabillahitaufik walhidayah wassalamualaikum wr. wb. Prof. Ari Sukanti Hutagalung, S.H., M.MLI. 8

12 17. KETUA: ARIEF HIDAYAT Terima kasih Prof. Ari, silakan duduk kembali. Baik, yang berikutnya sekarang kita akan mendengar keterangan Saksi. Saudari Alya Hiroko Oni, silakan di mimbar. Pemohon, apakah dipandu atau langsung memberikan keterangan? 18. PEMOHON: IKE FARIDA Seperti persidangan sebelumnya, akan saya persilakan. Nanti kalau ada yang perlu saya pandu, mungkin. 19. KETUA: ARIEF HIDAYAT Oh, silakan. 20. SAKSI FAKTA DARI PEMOHON: ALYA HIROKO ONI Bismillahirrahmaanirrahiim, assalamualaikum wr. wb. 21. KETUA: ARIEF HIDAYAT Waalaikumsalam. 22. SAKSI FAKTA DARI PEMOHON: ALYA HIROKO ONI Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Pemohon, dan Kuasa Pemohon, Saksi Ahli, Kuasa Pemerintah, dan Pihak Terkait yang saya hormati, dan hadirin sekalian yang berbahagia salam sejahtera untuk kita semua. Pertama-tama, izinkanlah saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang pada hari ini memberikan kesempatan kepada saya untuk memberikan keterangan secara singkat dalam permohonan uji materiil yang diajukan oleh Pemohon Ibu Ike Farida. Nama saya Alya Hiroko Oni, umur 18 tahun, saya lahir di Jakarta, dan tinggal di daerah Jakarta Timur. Saya adalah anak dari pasangan perkawinan campuran dimana mama saya kewarganegaraan Indonesia dan papa saya berkewarganegaraan Jepang. Saya hadir di sini sebagai wakil dari teman-teman lain selaku anak dari Warga Negara Indonesia pelaku perkawinan campur. Saat saya lahir pada tahun 1996, hukum di Indonesia mewajibkan saya untuk menjadi warga negara sesuai warga negara ayah. Karenanya saat ini saya masih berkewarganegaraan Jepang. Tetapi di tahun ini, sesuai dengan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru, saya diberi 9

13 hak untuk memilih. Dan saat ini saya sudah menetapkan pilihan saya. Insya Allah, dalam waktu dekat, saya akan menjadi Warga Negara Indonesia. Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang saya hormati. Sebagai anak pasangan perkawinan campuran, secara tidak langsung, saya juga mengalami perasaan serupa dengan apa yang dialami oleh mama saya sebagai warga Indonesia yang menikah dengan warga negara asing karena saya merupakan bagian dari keluarga. Dalam kesempatan ini, saya ingin menceritakan cerita singkat kesedihan saya dan teman-teman lain sebagai anak pasangan perkawinan campur yang turut merasakan ketidakadilan dan diskriminasi akibat berlakunya pasal-pasal yang diminta pengujiannya oleh Pemohon. Dulu, ketika saya masih duduk di bangku SMP, saya pernah bertanya kepada mama saya, Ma, apa bedanya perempuan seperti mama yang kawin dengan orang asing, dengan perempuan lain yang kawin dengan Warga Negara Indonesia? Mama hanya menjawab sambil tertawa, Tidak ada bedanya, Kak. Tidak ada perbedaan. Kita sama-sama punya hak dan kewajiban yang sama. Punya hak untuk memilih presiden, memilih wakil-wakil rakyat. Punya kewajiban yang sama, harus membayar pajak, harus merawat lingkungan, dan seterusnya. Nampaknya mama benar. Karena faktanya, saya dan adik-adik saya bersekolah di sekolah negeri, SMP negeri, SMA negeri, dan pihak sekolah tidak mendiskriminasikan atau melarang saya yang warga negara asing untuk bersekolah di sekolah negeri. Yang Mulia, sejak tiga tahun yang lalu, keluarga kami tidak seceria sebelumnya. Saya melihat berkurangnya wajah ceria pada diri mama dan papa. Mereka sering terlihat merenung, bicara dengan kata dengan wajah lelah, atau dengan nada sedih membahas sesuatu. Dan sekilas, saya mendengar kata-kata diskriminasi. Namun, setelah saya kuliah di fakultas hukum, mulailah mama sedikit demi sedikit bercerita bahwa mama tidak bisa beli rumah, hak milik, atau hak guna bangunan. Meskipun telah membayar lunas, pihak developer menolak untuk menyerahkan unitnya dengan alasan karena mama menikah warga negara asing. Menurut developer dan notarisnya, undang-undang melarang mama untuk mempunyai rumah dengan hak milik dan hak guna bangunan. Mendengar penjelasan mama, saya pun merasa sedih. Saya dan adik-adik merasa aturan itu tidak adil, tidak menjunjung asas dan prinsip keadilan justice before the law. Adik sempat berkata, Jika mama saja yang Warga Negara Indonesia tidak bisa beli rumah di negaranya sendiri, apalagi kita sebagai keturunan dari pasangan perkawinan campuran. Saya juga pernah tidak sengaja mendengar percakapan mama dan papa ketika sedang duduk berdua karena pintunya terbuka. Waktu 10

14 itu, keadaan mama sedang sedih dan nampaknya menangis karena pengembang bersikeras tidak mau menyerahkan unitnya kepada mama. Padahal, papa sudah membuat akta notaris yang melepaskan haknya terhadap seluruh harta dan aset selama perkawinan, namun tetap ditolak. Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Saat itu, saya mendengar papa berkata kepada mama, Maafkan saya karena Anda menikah dengan saya, orang asing, sehingga menjadikan Anda kehilangan hak untuk membeli rumah, membeli tanah. Mohon maafkan saya. Mendengar itu, kaki saya lemas, hati saya merintih, pipi saya basah dengan air mata. Penderitaan mama dan papa begitu besar karena berlakunya pasal-pasal dalam kedua undang-undang tersebut. Mama hanya ingin beli rumah dan mendapatkan haknya, namun penderitaan mereka begitu besar. Rasa sedih yang saya alami sebagai anak dari pasangan perkawinan campuran juga pasti dirasakan oleh anak-anak lain. Hanya saja saat kami kecil, kedua orang tua kami tidak berbagi kepedihan dan lukanya kepada kami. Namun demikian, kami anak-anak perkawinan campuran juga merasakan ketakutan terintimidasi, kecamasan, dan kepedihan tersebut. Sekarang saya sudah dewasa dan kebetulan saya adalah mahasiswi Fakultas Hukum di salah satu Universitas di Indonesia. Saya pernah menanyakan permasalahan yang mama alami kepada salah satu pengajar di kampus, Mengapa warga Indonesia yang menikah dengan warga negara asing tidak boleh mempunyai hak milik dan hak guna bangunan atas tanah? Lalu saya dijawab, Jika tidak mempunyai perjanjian kawin, ya, memang tidak bisa. Saya bertanya lagi, Kenapa tidak bisa? Kemudian dijawab, Ya karena undang-undangnya sudah mengatur demikian. Orang asing hanya diizinkan memiliki hak pakai saja. Dalam hati saya berkata, Kan mama warga Indonesia bukan orang asing. Bukankah Undang-Undang Dasar Tahun 1945 memberikan jaminan bahwa setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak dapat diambil secara sewenang-wenang oleh siapa pun dan bukankah setiap orang berhak bebas dari perlakuan diskriminatif asal atas dasar apa pun. Mengapa mama saya seorang Warga Negara Indonesia diperlakukan diskriminatif oleh negara? Majelis Hakim, Yang Mulia. Dalam waktu dekat, insya Allah saya akan menjadi Warga Negara Indonesia. Kemudian, setelah lulus kuliah nanti, saya akan bekerja dan dalam beberapa tahun menabung, saya bercita-cita ingin membeli dan mempunyai rumah hak milik atau hak guna bangunan, meskipun membelinya dengan cara mencicil ke bank. 11

15 Namun, Yang Mulia. Mama saya kan seorang Warga Negara Indonesia yang sudah berpuluh-puluh tahun tinggal di Indonesia. Mama menabung dan mengidam-idamkan punya rumah, ternyata ketika tabungannya mencukupi sampai seumur hidupnya, mama tidak akan pernah bisa punyak hak milik dan hak guna bangunan atas tanah. Jika memang negara menjamin hak konstitusional seseorang dalam Undang- Undang Dasar Tahun 1945, seharusnya mama saya tidak mengalami penderitaan terintimidasi dan perlakuan diskriminatif seperti ini. Jika permohonan ini tidak dikabulkan, maka sudah tentu di masa yang akan datang, jika saya bersuamikan orang asing, maka saya juga akan mengalami hal yang sama dengan yang dialami oleh mama sekarang ini. Apakah Yang Mulia akan mengabaikan kesedihan, ketakutan, dan rasa cemas kami? Apakah kesedihan intimidasi dan diskriminasi ini akan dibiarkan hidup dari generasi ke generasi? Saya berharap dan memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim untuk mengabulkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon. Karena permohonan tersebut merupakan permohonan kami juga anak-anak dari pasangan perkawinan campuran. Jeritan seluruh Warga Negara Indonesia pelaku kawin campur adalah jeritan kami juga para anaknya. Yang Mulia, mungkin orang-orang menyebut bahwa hanya separuh darah saya Warga Negara Indonesia. Namun, hati dan jiwa kami, anak-anak dari perkawinan campuran adalah seorang Warga Negara Indonesia. Yang pasti Pemohon dan seluruh pelaku perkawinan campuran, para ibu-ibu dan bapak-bapak di sini mengharapkan sebuah keputusan yang sama. Hakim pada Mahkamah Konstitusi adalah orang-orang terpilih dan orang terbaik di negeri ini. Dan saya percaya bahwa Yang Mulia sebagai orang-orang terpilih di negeri ini akan menjalankan amanah dan memberikan kebijaksanaan yang memutus. Saya berdoa suatu saat nanti, saya pun dapat berbakti kepada bangsa ini, berbakti seperti Yang Mulia membebaskan masyarakat dari jeratan diskriminasi, intimidasi, dan mengembalikan hak-hak konstitusionalnya. Demikian yang saya sampaikan, semoga Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi dapat membebaskan rasa cemas, ketakutan, intimidasi, kesedihan semua pasangan perkawinan campuran, anak-anak mereka, dan keluarganya dengan memberikan putusan terbaik. Amin, ya robbal alamin. Atas perhatian yang diberikan, saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum wr. wb. Hormat saya Alya Hiroko Oni. 23. KETUA: ARIEF HIDAYAT Waalaikumussalam wr. wb. Terima kasih, Mbak Alya. Silakan duduk kembali. Berikutnya silakan Ibu Juliani. 12

16 24. SAKSI FAKTA DARI PEMOHON: JULIANI WISTARINA LUTHAN Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamualaikum wr. wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Pemohon, Kuasa Pemohon, Ahli, Kuasa Pemerintah yang saya hormati, dan hadirin sekalian yang berbahagia. Pertama, izinkanlah saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang pada hari ini telah memberikan kesempatan kepada saya untuk memberikan keterangan sebagai Saksi dalam permohonan uji materiil terhadap Undang-Undang Pokok Agraria dan Undang-Undang Perkawinan yang diajukan oleh Pemohon Ibu Ike Farida. Perkenalkan, nama saya Juliani Wistarina Luthan. Saya menikah 19 tahun yang lalu dengan seorang laki-laki berkewarganegaraan Jepang dan kami dikaruniai satu orang anak laki-laki berusia 17 tahun. Sejak menikah sampai sekarang, kami menetap dan berkehidupan di Jakarta. Yang Mulia, pada kesempatan hari ini saya dan teman-teman dari Perkumpulan Masyarakat Perkawinan Campuran Indonesia hadir di sini untuk memberikan dukungan kepada Pemohon. Saat ini saya menjabat sebagai Ketua Perwakilan Ketua Perkumpulan Masyarakat Perkawinan Campuran Indonesia atau disebut sebagai Perca Indonesia yang beranggotakan WNI pelaku kawin campur yang tersebar di hampir seluruh kota-kota besar di Indonesia maupun yang ada di mancanegara. Pada saat ini, kami memiliki anggota hampir sebanyak 800 orang. Sebagai ketua umum, salah satu tugas saya adalah menerima keluhan atau persoalan-persoalan yang terkait dengan hukum yang dihadapi oleh anggota kami para pelaku perkawinan campuran. Yang Mulia Hakim Mahkamah Konstitusi. Pada persidangan sebelumnya, telah disampaikan oleh saksi-saksi fakta yang memberikan kesaksian atas perlakuan diskriminatif dan hilangnya hak konstitusi yang mereka alami karena menikah dengan WNA. Hal tersebut adalah kenyataan yang kami hadapi dalam keseharian yang hanya merupakan beberapa contoh kecil dari kepahitan-kepahitan lain yang kami alami. Setiap pelaku kawin campur mengalami masalah dan diskriminasi yang berbeda. Saptalita, Cahyariani, Lolita, dan Lintoni yang menjadi saksi telah menceritakan permasalahan dan diskriminasi yang dialaminya dan masih banyak masalah dan diskriminasi yang kami alami. Seperti misalnya, ada anggota kami yang berupaya membeli properti secara tunai dengan status kepemilikan HGB. Namun, saat melakukan AJB, dirinya diberitahukan bahwa tanahnya akan diturunkan menjadi hak pakai. Ada pula WNI yang membeli tanah hak milik sebelum menikah, kemudian setelah menikah dengan WNA, ketika tanah itu akan dijual, dengan sangat mengherankan tanah tersebut sebelumnya harus 13

17 diturunkan menjadi hak pakai. Tentu saja harga tanah menjadi jauh lebih murah dan bahkan calon pembelinya membatalkan niat. Masalah lain kadang terjadi dalam kasus warisan. Ketika seorang pelaku kawin campur mendapatkan warisan dari orang tuanya menjadi khawatir untuk menjual karena takut akan turun haknya menjadi hak pakai sehingga membiarkan nama dalam sertifikat tetap pada nama orang tuanya. Yang Mulia Hakim Mahkamah Konstitusi. Perlakuan diskriminatif ini sungguh sangat melukai sumpah kami pada bangsa. Kami menderita puluhan tahun tanpa ada yang mendengar atau membantu. Kami dianggap punya resiko kabur atau flight a risk kalau meminjam uang di bank sehingga apa pun situasinya, pihak bank pasti menolak. Sungguh kami telah banyak kehilangan kesempatan dan kebebasan dalam melakukan tindakan hukum. Banyak anggota kami yang diyakinkan untuk sebaiknya tidak berstatus nikah secara resmi, harus menyelundupkan statusnya karena akan lebih mudah bagi dia bila membeli rumah atau tanah bila dia masih berstatus lajang. Kami juga tidak bisa mengagunkan harta bawaan kami ke bank, padahal harta bawaan bukanlah termasuk harta gono-gini karena adanya percampuran harta bersama. Pengaduan disertai dukungan, dukungan semangat, dukungan doa, hingga hari ini semakin keras dukungannya terlebih pada saat mengetahui bahwa salah satu anggota kami Ibu Ike Farida mengajukan uji materiil di Mahkamah Konstitusi. Begitu banyak pengaduan dan kasus yang kami terima disampaikan oleh anggota ataupun non-anggota Perca Indonesia dari Batam, dari Balikpapan, Pangandaran, Surabaya, Bali, Bogor, Jakarta, dan cerita yang sama juga muncul dari teman-teman berkebangsaan Indonesia pelaku kawin campur yang tinggal di luar negeri. Diskriminasi ini tidak hanya menjadi terjadi di ibu kota tapi juga terjadi di berbagai wilayah lain di nusantara, dan ternyata perlakuan diskriminatif tersebut tidak saja menimpa kami rakyat biasa tapi juga pejabat negara sekelas Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra mengalaminya. Yang Mulia Majeli Hakim Mahkamah Konstitusi. Saya dan ribuan teman-teman yang senasib dan sependeritaan dengan Pemohon sungguh-sungguh menaruh harapan yang sangat tinggi kepada Yang Mulia untuk mengabulkan permohonan Pemohon seluruhnya sebagaimana disampaikan oleh Pemohon dalam persidangan sebelumnya bahwa untuk menunjukkan betapa besar harapan kami kepada Yang Mulia untuk mengabulkan seluruh permohonan Pemohon dalam proses persidangan kami menggalang dukungan dalam bentuk petisi. Dukungan ini datang dari pelaku kawin campur baik di dalam dan di luar negeri. Bahkan sebagian diantaranya adalah beberapa kelompok atau organisasi masyarakat WNI yang bukan pelaku kawin campur yang memberikan dukungan dan simpati besar pada Pemohon dan pelaku 14

18 kawin campur. Hal ini bisa dapat dilihat dari jumlah petisi kami yang mencapai ribuan dalam waktu yang relatif singkat. 25. KETUA: ARIEF HIDAYAT Ibu, maaf. Tolong disampaikan Ibu sebagai Saksi, tidak menyampaikan hal-hal yang semacam itu dukungan itu, tapi tolong Ibu sebagai Saksi menyampaikan apa yang Ibu alami saja karena ini saksi. Silakan. 26. SAKSI FAKTA DARI PEMOHON: JULIANI WISTARINA LUTHAN Yang kami dukung dari perjuangan Pemohon adalah sebuah kenyataan dan fakta yang kami alami dan bukan sekedar interpretasi hukum atau penerapan hukum. Yang Pemohon suarakan di sini juga adalah permohonan kami semua sebagai WNI yang dilindungi hak konstitusionalnya sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan bukan untuk WNA. Kami tidak menyuarakan kepentingan atau hak-hak WNA, tapi karena kami sangat menjunjung tinggi kedaulatan negara, kepentingan nasional, dan keutuhan Republik Indonesia. Yang Mulia, organisasi kami sejak tahun 2010 telah mengerahkan berbagai upaya untuk bisa memperoleh solusi dalam perlakuan diskriminatif yang diterima oleh WNI pelaku kawin campur. Organisasi kami melakukan audiensi dan diskusi dengan para pakar hukum, pelaksana kebijakan, notaris, pihak perbankan, dan pihak-pihak lain yang terkait dengan masalah agraria dan perkawinan. Dengan upaya swadaya, kami melakukan focus group discussion menggelar forum lingkar diskusi untuk bisa membagi pengetahuan dan pemahaman atas masalah yang merundung kami. Namun nampaknya suara kami belum terdengar dan kesetaraan yang diharapkan masih belum bisa terwujud. Hingga kemudian pada sidang berikutnya, ketika pihak Pemerintah memberikan keterangan secara bijaksana mengakui adanya kekosongan hukum sehingga hak-hak konstitusi Pemohon belum dipenuhi, pihak Pemerintah meminta dan mohon Yang Mulia untuk memberikan putusan yang seadil-adilnya agar hak Pemohon Ibu Ike Farida dapat dipulihkan kembali. Kami sungguh mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Republik Indonesia yang pada akhirnya melihat dan mengakui adanya diskriminasi dan terampasnya hak-hak WNI pelaku kawin campur sebagaimana dialami oleh Pemohon. Selanjutnya dalam sidang berikutnya ketika para ahli yang dihadirkan Pemohon, yakni Prof. Dr. Yusril Ihza, Dr. Neng Djubaedah, keduanya dengan uraian hukum sejarah hingga terlahirnya Undang-Undang Perkawinan dan Undang- Undang Pokok Agraria hingga akhir kesaksian para ahli mendukung seluruh permohonan Pemohon dalam pengujian undang-undang ini. 15

19 Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi, Pemohon, Kuasa Pemohon, Ahli, perwakilan Pemerintah, dan hadirin yang saya hormati. Saat sidang ketiga atau sidang Pleno yang pertama ditanyakan Yang Mulia Hakim Konstitusi Dr. Dewa Palguna, Berapa sebenarnya jumlah pelaku perkawinan campuran ( ) 27. KETUA: ARIEF HIDAYAT Ibu, yang berkaitan dengan kesaksian Ibu sebagai seorang Saksi yang Ibu alami, yang Ibu dengar. Jadi, Ibu tidak bisa melakukan analisis terhadap prose situ ya. Tolong Pemohon, ini posisi saksi itu lain ya. Jadi, apa yang dia harus sampaikan. Jadi, harus mestinya sama dengan apa yang disampaikan oleh Alia tadi. Kalau ini kan berarti menganalisis apa yang sudah terjadi dan ini ada dukungan-dukungan ini tidak kita perlukan ya. Silakan. 28. PEMOHON: IKE FARIDA Mohon izin sebentar bicara, Yang Mulia. 29. KETUA: ARIEF HIDAYAT Ya. 30. PEMOHON: IKE FARIDA Sebetulnya di sidang sebelumnya kan memang banyak sekali saksi yang ingin bersaksi, Yang Mulia. 31. KETUA: ARIEF HIDAYAT Ya. Jadi, begini. Saksi itu tidak ditunjukan dari berapa banyak saksi, yang dibutuhkan adalah kualitas kesaksiannya ya. Ribuan saksi, tapi kalau tidak berkualitas untuk mendukung permohonan juga enggak ada artinya. Tapi sebetulnya, itu adalah kualitas dari apa yang dia dengar, dia saksikan sendiri. Jadi, tidak memberikan kalau Ibu ahli bisa mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh saksi ini, gitu ya. Jadi, lain posisinya. 32. PEMOHON: IKE FARIDA Baik, Yang Mulia. 16

20 33. KETUA: ARIEF HIDAYAT Apa masih ada yang harus disampaikan secara ( ) 34. PEMOHON: IKE FARIDA Ya, Ibu Juliani ingin menyampaikan bahwa memang sebagai ketua dari perkawinan campuran itu mengalami sendiri betapa banyak masalah yang datang sehingga nampaknya Ibu Juliani ( ) 35. KETUA: ARIEF HIDAYAT Ini tadi sudah disampaikan kalau banyak. 36. PEMOHON: IKE FARIDA Ya. Saya rasa sebentar lagi selesai, Yang Mulia. Mohon waktunya satu menit. Terima kasih. 37. KETUA: ARIEF HIDAYAT Ya, silakan. Jadi, anu tidak menganalisis persidangan yang kemarin banyak begini-begini tidak sampai di situ ya. silakan. 38. PEMOHON: IKE FARIDA Baik. Terima kasih, Yang Mulia. 39. SAKSI FAKTA DARI PEMOHON: JULIANI WISTARINA LUTHAN Ya. Saya lanjutkan sebentar, Yang Mulia. Saya memang hadir di sini sebagai ketua sehingga saya menyampaikan apa-apa yang disampaikan oleh teman-teman saya sebagai pelaku kawin campur. Saya lanjutkan sebentar, Yang Mulia. 40. KETUA: ARIEF HIDAYAT Silakan. 41. SAKSI FAKTA DARI PEMOHON: JULIANI WISTARINA LUTHAN Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, Insya Allah data yang tercatat di berbagai instansi pemerintah adalah puncak dari gunung es seluruh jumlah pelaku perkawinan campuran di Indonesia dan mungkin momentum ini bisa memicu pemerintah sebagai pemegang 17

21 anggaran dan otoritas pembangunan untuk menangkap gejala sosial kemasyarakatan yakni perkawinan campuran. 42. KETUA: ARIEF HIDAYAT Ya, itu yang anu kalau itu yang disampaikan, itu mestinya sebagai pihak terkait. Organisasi ini menjadi pihak terkait begitu, bukan saksi fakta, ya. Jadi posisinya yang lain. 43. SAKSI FAKTA DARI PEMOHON: JULIANI WISTARINA LUTHAN Mohon maaf, Yang Mulia. Mohon kebijakan Majelis dan Pemerintah, untuk memberikan rekomendasi terhadap jumlah banyaknya pelaku perkawinan campuran di Indonesia, dan mungkin hampir menjadi satu keniscayaan di masa depan, apakah ada anak, cucu, keponakan, atau kerabat dari Yang Mulia Majelis Hakim atau Kuasa Presiden menjadi pelaku perkawainan campuran juga. Kami semua adalah Warga Negara Indonesia, kami memiliki darah leluhur kami orang Indonesia, dan kami cinta negara ini. Kami hanya mohon hak konstitusional kami sebagai WNI dipulihkan sesuai amanah Undang-Undang Dasar Tahun Kami mohon agar permohonan Pemohon dapat dikabul secara bijaksana, dan kami tidak mewakili kepentingan asing walaupun sebagian dari keluarga kami adalah WNA. Akhir kata, bersama ini saya serahkan petisi, mohon maaf Yang Mulia kami sudah siapkan petisi ini yang kami kumpulkan dengan semangat dan jiwa nasionalis kami, kami mohon petisi ini dapat diterima oleh Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi, dan dengan segala kerendahan hati, kami mohon agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan betapa besarnya kami menaruh harapan kepada Yang Mulia Majelis Hakim untuk mengabulkan permohonan Pemohon untuk membebaskan bumi Indonesia dari segala bentuk diskriminasi terhadap Pemohon dan terhadap pelaku kawin campur. Demikian saya sampaikan, wassalamualaikum wr. wb. Hormat saya Juliani Wistarina Luthan, Ketua Masyarakat Perkawinan Campuran Indonesia. 44. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, terima kasih Ibu Juliani. Jadi Pemohon ya, mestinya kalau Ibu ini, organisasi ini, mestinya menjandi Pihak Terkait yang mempunyai kepentingan yang sama dengan Pemohon, ya posisinya lain dengan Saksi. Ya kalau Saksi itu memberikan keterangan apa yang dialaminya sendiri, didengarnya sendiri, yang berkaitan dengan kasus ini. Tadi, sama seperti yang disampaikan oleh apa... Alya tadi, itu yang namanya 18

22 Saksi, tapi kalau menyampaikan sebagai organisasi, ya itu Pihak Terkait ya. Dia punya kepentingan yang sama, sehingga aspirasi dia Pihak Terkait itu sama dengan permohonan Ibu, gitu. Misalnya mengenai usia kawin, kemarin itu ya. Itu ada dari perkumpulan apa, misalnya perukumpulan gender dan sebagainya, begitu. Jadi tidak sebagai saksi tapi sebagai Pihak Terkait, ya tapi sudah terlanjur ya, sudah. Baik. 45. PEMOHON: IKE FARIDA Terima kasih Yang Mulia. 46. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, kita lanjutkan yang berikutnya, apakah ada pendalaman dari Pemohon untuk menanyakan pada Ahli atau pada Saksi? 47. PEMOHON: IKE FARIDA Terima kasih, Yang Mulia... Terima kasih, Yang Mulia. Saya ada satu pertanyaan kepada Ahli, tapi sebelumnya, apakah Yang Mulia mengizinkan masyarakat... Ketua Masyarakat Perkawinan Campuran untuk menyampaikan pada hari ini, petisi yang sudah dikumpulkan oleh teman-teman? 48. KETUA: ARIEF HIDAYAT Nanti dianu... di itu... keterangan tertulisnya dilampirkan di keterangan tertulisnya, disampaikan juga nanti ya. 49. PEMOHON: IKE FARIDA Baik, kalau begitu Yang Mulia. Saya akan lanjutkan satu pertanyaan kepada Ahli. Ahli yang terhormat, Prof. Arie Hutagalung, terima kasih atas kesaksianya. Sangat jelas uraian yang disampaikan oleh Ahli, dalam hal ini saya hanya ingin satu... memiliki satu pertanyaan terkait dengan Pasal 21 ayat (3) yang tadi sudah sempat dibahas oleh Ahli. Di situ di Pasal 21 ayat (3), mohon izin Yang Mulia membacakan satu kali lagi. Pasal 21 ayat (3), Orang asing yang sesudah berlakunya undangundang ini memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa wasiat, atau percampuran harta karena perkawinan, demikian pula Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak milik dan setelah berlakunya undangundang ini kehilangan kewarganegaraannya, wajib melepaskan hak itu di dalam jangka waktu satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut. 19

23 Saya baca sampai di situ saja, Ahli. Di sini ada kata-kata melepaskan hak itu, di dalam jangka waktu satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau hilangnya kewarganegaraan itu. Yang ingin saya tanyakan adalah frasa melepaskan... melepaskan hak itu di dalam pengertian atau pun di dalam Undang-Undang UUPA Nomor 5 Tahun 1960 ini apakah misalkan si A menikah... A yang WNI menikah dengan katakanlah mohon maaf saya meminjam nama Jhon, misalnya yang orang asing pada tahun Kemudian mereka menikah di tahun 1999, dan mereka membeli tanah, ini hanya... hanya perumpamaan Prof, di tahun Pertanyaan saya adalah kata atau frasa melepaskan hak di sini, apakah pasangan tersebut harus melepaskan haknya di tahun 2001? Satu tahun setelah memperoleh, itu ada kata-kata di situ, ataukah ketika mereka bercerai di tahun 2010 misalnya, mereka bercerai... mereka membeli... kawin di 1999, membeli tanah di tahun Kemudian pada tahun 2010 bercerai. Nah, melepaskan haknya itu di sini apakah di tahun 2001 ataukah setelah perceraiannya itu terjadi satu tahun setelah perceraian. Terima kasih. 50. KETUA: ARIEF HIDAYAT ada? Ya, Ibu... Prof. Ari, dikumpulkan terlebih dahulu. Dari Pemerintah 51. PEMERINTAH: HENI SUSILA WARDOYO Baik, Yang Mulia. Sedikit (...) 52. KETUA: ARIEF HIDAYAT Dikumpulkan terlebih dahulu. 53. PEMERINTAH: HENI SUSILA WARDOYO Baik. 54. KETUA: ARIEF HIDAYAT Silakan. 55. PEMERINTAH: HENI SUSILA WARDOYO Terkait dengan konklusi yang disampaikan Prof. Ari. Di sana kami kutip kembali, Oleh karenanya saya pun menyetujui bahwa dikeluarkannya hak milik atau hak guna bangunan dari harta bersama 20

24 oleh Warga Negara Indonesia yang melakukan kawin campur dengan catatan adanya pengawasan yang diperketat, apabila terjadi peristiwa hukum yang menyebabkan hak milik, hak guna bangunan tersebut jatuh ke tangan asing. Saya mohon pendapat Prof. Ari, kesimpulan itu ketika dimaknai demikian, Oleh karenanya saya pun menyetujui bahwa dikeluarkannya hak milik atau hak guna bangunan dari harta bersama oleh Warga Negara Indonesia yang melakukan kawin campur dengan catatan adanya hak milik/hak guna bangunan tersebut tidak sampai atau jangan sampai jatuh ke tangan asing. Artinya jika demikan, maka itu warga Indonesia tanpa terkecuali. Prinsipnya yang dimaksud kekosongan hukum diketerangan Pemerintah yang lalu itu sesungguhnya bahwa agar jangan sampai hak milik itu atau hak guna bangunan itu jatuh ke tangan asing. Prinsipnya itu sesungguhnya, Prof. Jadi kami mohon kira-kira kesimpulan Prof tadi jika dikasih underline, ya, dengan catatan hak milik atau hak guna bangunan tersebut tidak sampai jatuh ke tangan asing. Mohon pendapat. Terima kasih, Yang Mulia. 56. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Dari meja Hakim? Yang Mulia Pak Suhartoyo, saya persilakan. Nanti Pak Manahan. 57. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Terima kasih, Pak... Yang Mulia Pak Ketua. Saya ada beberapa yang ingin minta tanggapan atau pandangan dari Ahli Prof. Arie. Yang pertama, memang menjadi dilematis, ya karena di satu sisi memang Pasal 21 itu memang amanatnya sangat... sangat kental dengan nuansa bahwa memang negara harus melindungi tanah air ini. Artinya bahwa tidak boleh sejengkal tanah pun mestinya tidak boleh dimiliki oleh warga negara asing, makanya larangan itu sebenarnya sangat straight. Tapi memang di sisi yang lain juga bahwa memang kita tidak menutup mata memang banyak warga negara kita yang juga harus dilindungi karena melakukan perkawinan campur dengan warga negara asing, yang berakibat adanya bagaimana akibat-akibat hukum terhadap harta-harta yang dimiliki akibat adanya perkawinan percampuran... perkawinan campur itu. Ada beberapa permohonan dari Pemohon, kalau Prof. Arie mencermati bahwa ada beberapa dalam petitum itu yang dimintakan, artinya bahwa kalau itu dipandang sebagai komulatif rasanya sangat... saya minta pandangan Prof. Arie, bagaimana apakah itu bisa di... 21

25 kemudian di... karena kalau ditoleransi artinya permohonan yang secara kumulatif, tapi kalau secara alternatif barangkali, apakah salah satu permohonan dari Pemohon yang kemudian supaya dimaknai adanya perjanjian perkawinan yang diperluas yang sejak undang-undang ada itu hanya terbatas sebelum dan pada saat perkawinan berlangsung, perjanjian perkawinan itu boleh dibuat, kemudian dimaknai oleh Pemohon supaya diperluas menjadi selama perkawinan itu ada. Artinya bahwa kalau itu menjadi alternatif, barangkali itu sebenarnya sudah bisa menjadi pintu masuk tanpa mengabaikan hakikat daripada Pasal 21 itu, Prof. Dan saya kira juga hanya persoalannya begini, apakah juga dimungkinkan seseorang untuk melakukan perjanjian itu dipaksakan, kalau itu menjadi syarat kan menjadi sepertinya dipaksakan karena tanpa ada perjanjian perkawinan kalau salah satu permohonan Pemohon ini bisa ditolelir misalnya, hanya sekadar untuk supaya mendapatkan legitimasi terhadap pembelian properti tanah maupun bangunan di Indonesia yang kemudian supaya bisa balik nama kepada Pemohon atau warga negara-warga negara Indonesia yang kawin dengan asing. Artinya kan juga kemudian agak bertentangan dengan prinsip-prinsip kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Tapi paling tidak kalau ini pun bisa kita lebih flexible barangkali itu sebenarnya sekali lagi itu pintu masuk yang sangat bagus. Saya minta pandangan, yang pertama pandangan dari Prof, apakah Prof juga sependapat dengan wacana ini? Kemudian yang kedua, Prof. Kalau saya membaca keterangan Ahli tadi sebenarnya juga ada keraguan-keraguan, artinya di satu sisi juga mempertahankan prinsipprinsip Pasal 21 itu bagaimana negara harus melindungi warga negaranya? Jangan nanti ada penyalahgunaan yang sebenarnya waktu ada Prof. Yusril juga pernah saya tanyakan, kalau ini nanti diberi toleransi, saya kemudian tidak suuzan kemudian dengan orang-orang Indonesia yang memang tujuannya baik dan karena ketulusan, dia mendapatkan jodoh dengan orang asing, tapi ada kemudian penyalahgunaan-penyalahgunaan dengan tendensi-tendensi tertentu bahwa sebenarnya orang yang mempunyai modal yang kuat ini ingin menguasai salah satu atau mungkin banyak tanah-tanah di Indonesia yang kemudian nanti bisa saya pakai istilah yang ekstrem orang-orang Indonesia ini... maaf... bicara masih banyak secara financial belum mampu, nanti malah bisa menjadi penyewa di negaranya sendiri, barangkali kalau kita biarkan akan seperti itu. Nah, saya kembali kepada keterangan Prof tadi bahwa keraguankeraguan saya, yaitu saya baca dari di satu sisi mendelegitimasi bahwa memang itu mau tidak mau menjadi harta bersama, itu tidak bisa dihindarkan, tapi kok ada pesan-pesan bahwa harus ada pengawasan di dalam keterangan Prof tadi. Pengawasan itu bentuknya seperti apa, Prof? Kalau boleh apakah maksudnya juga dengan syarat-syarat seperti 22

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 69/PUU-XIII/2015 Hak Milik dan Hak Guna Bangunan Terhadap Warga Negara Indonesia yang Menikah dengan Warga Negara Asing I. PEMOHON Ike Farida II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 69/PUU-XIII/2015 Hak Milik dan Hak Guna Bangunan Terhadap Warga Negara Indonesia yang Menikah dengan Warga Negara Asing I. PEMOHON Ike Farida II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL, UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA DIUBAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dengan membuat Permohonan penetapan kepada Pengadilan Negeri. Surabaya yang isinya menyatakan bahwa benar telah didaftarkannya

BAB V PENUTUP. dengan membuat Permohonan penetapan kepada Pengadilan Negeri. Surabaya yang isinya menyatakan bahwa benar telah didaftarkannya 77 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pokok permasalahan dalam kasus ini adalah perjanjian perkawinan yang tidak berlaku terhadap pihak ketiga karena tidak tercantum dalam akta perkawinan. Tindakan hukum yang

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA DIUBAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 16/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 16/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 16/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN TERHADAP UNDANG-

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010

PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH --------------------- KONSTITUSI RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010 REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH PERIHAL SIDANG PERKARA NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 66/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 66/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 66/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah terakhir

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan [Pasal

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 106/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 106/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 106/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [Pasal 58 huruf c] terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA TELAH

Lebih terperinci

BERSAMA PERCA INDONESIA DUKUNG IKE FARIDA DI MAHKAMAH KONSTITUSI (a Judicial Review for Mix Marriage Couple)

BERSAMA PERCA INDONESIA DUKUNG IKE FARIDA DI MAHKAMAH KONSTITUSI (a Judicial Review for Mix Marriage Couple) Dampak pasal-pasal UUPA dan UU Perkawinan tersebut terhadap pelaku perkawinan campuran yang tidak mempunyai prenuptial agreement: 1. WNI kawin campur tidak dapat membeli tanah dan bangunan dengan status

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 57/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 57/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 57/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 84/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 84/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 84/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat [Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3)] terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 137/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 137/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 137/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DESA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 29/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 29/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 29/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Kitab Undang-Undang Hukum Pidana [Pasal 505] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 11/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 11/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 11/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAHAKAM

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-V/2007

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN TERHADAP

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 48/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 48/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 48/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 59/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 59/PUU-XIII/2015 /PUU MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 59/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika [Pasal 111 ayat ( 2), Pasal 112 ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XV/2017 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Sebagaimana

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 117/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 117/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 117/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN JUNCTO

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi [Pasal 55] terhadap Undang-Undang

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 129/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 129/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 129/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 59/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 59/PUU-XIII/2015 /PUU MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 59/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Kitab Undang-Undang Hukum Pidana [Pasal 231 ayat (3)] Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 87/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 87/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 87/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1985 TENTANG PAJAK BUMI BANGUNAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 125/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 125/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 125/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 127/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 127/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 127/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI TERHADAP UNDANG-

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 78/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 78/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 78/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK ACARA MENDENGARKAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 125/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 125/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 125/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 30/PUU-XI/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 30/PUU-XI/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 30/PUU-XI/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan [Pasal 7 ayat (1)] terhadap Undang-Undang

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-XV/2017 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XIV/2016 PERKARA NOMOR 91/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERKARA NOMOR 36/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERKARA NOMOR 36/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERKARA NOMOR 36/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat [Pasal

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci