1.1 Konsep Model Jaringan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1.1 Konsep Model Jaringan"

Transkripsi

1 A 1 MODEL JARINGAN UNTUK SISTEM SEDERHANA 1.1 Konsep Model Jaringan Pada bab sebelumnya telah dijelaskan aplikasi dasar dari teori peluang untuk pengukuran keandalan sistem. Namun demikian, pada praktiknya sistem sering dimodelkan dengan menggunakan jaringan (network) dimana komponen komponen pada sebuah sistem dihubungan dalam pola hubungan seri, paralel, serta gabungan seri dan paralel. Kesulitan dalam pemahaman metoda-metoda analitik penilaian keandalan sering diakibatkan lemahnya pemahaman terhadap pemodelan jaringan ini. Disamping itu harus diingat pulan bahwa topologi struktur sistem tidak selalu sama dengan model jaringan. Hal ini karena sistem kadang memiliki mekanisme kerja yang berbeda dengan topologi struktur yang terlihat. Sebagai contoh, sistem pompa sentrifugal yang tersusun paralel secara phisik kadang kala memiliki karakteristik kerja dimana satu atau lebih pompa beroperasi dan pompa lainnya akan bekerja saat pompa utama gagal beroperasi. Karena itu hendaknya pemahaman terhadap karakeristik kerja sistem dimiliki terlebih dahulu sebelum kita melakukan pemodelan jaringan. Komponen-komponen dapat dikatakan terhubung secara seri jika untuk menjamin sistem sukses semua komponen harus beroperasi atau tidak boleh gagal. Kegagalan pada satu komponen yang terhubung seri akan menyebabkan kegagalan sistem. Komponen-komponen dikatakan terhubung secara paralel jika hanya satu komponen saja yang terhubung secara seri dibutuhkan untuk menjamin sistem 1

2 sukses. Sistem akan gagal jika semua komponen yang terhubung paralel juga gagal. Dengan demikian sistem seri sering juga disebut dengan istilah non-redundant system serta sistem paralel disebut dengan fully redundant system. 1.2 Sistem Seri A Sistem yang terdiri dari dua komponen seri yakni komponen A dan komponen memiliki indeks keandalan komponen (R) masing-masing R a dan R b. Dengan demikian keandalan sistem dapat ditentukan dengan: Gambar Sistem seri dengan 2 komponen R s = R a x R b... Jika terdapat n komponen yang terhubung secara seri maka: n R s = Ri... i= 1 Dengan demikian indeks keandalan sistem yang terdiri dari beberapa komponen seri adalah perkalian dari indeks keandalan masing-masing komponen didalam sistem tersebut. Pada beberapa kasus penilaian keandalan, adakalanya akan lebih untuk menghitung indeks ketidakhandalan (unreliability-q) terlebih dahulu sebelum menghitung indeks keandalan. Mengingat keandalan dan ketidakhandalan adalah komplementer terhadap satu sama lain, maka Q s = 1 - R a x R b = 1-(1-Q a ).(1-Q b ) = Q a + Q b - Q a.q b... Dan untuk n komponen seri maka 2

3 n Q s = 1 Ri... i= 1 Contoh 3.1 Sistem A terdiri dari 5 komponen dan sistem terdiri dari 10 komponen identik dimana semua sistem harus beroperasi untuk menjamin sistem sukses. Jika indek keandalan masing-masing komponen adalah 0.95, berapakah indek keandalan sistem A dan tersebut tersebut? Untuk sistem A, maka Rs = = 0,7737 Untuk sistem, maka Rs = = 0,5987 Dari contoh soal di atas dapat diamati bahwa sistem seri akan sukses jika semua komponen yang ada pada sistem juga sukses. Kegagalan pada satu komponen akan menyebabkan sistem menjadi gagal. Semakin banyak komponen yang terhubung secara seri, maka keandalan sistem akan makin rendah. Contoh 3.2 Dua buah komponen identik yang terhubung secara seri memiliki indeks keandalan komponen erapakah indeks ketidakhandalan system? Qs = 1 Ra.Rb = = Contoh 3.3 Sebuah sistem membutuhkan 200 buah komponen identik yang terhubung secara seri. Jika indeks keandalan sistem tidak boleh kurang dari 0.99, berapakah indeks keandalan komponen dalam sistem? Rs = R 200 = 0.99 Dengan demikian R = /200 =

4 1.3 Sistem Paralel A Perhatikan dua komponen A dan yang terhubung secara paralel seperti terlihat pada gambar 3.2. Pada susunan tersebut, sistem sukses ditentukan jika paling tidak salah satu dari komponen tersebut sukses. Dengan kata lain, sistem akan gagal jika semua komponen yang terhubung paralel gagal. Gambar Sistem paralel dengan 2 komponen Indeks ketidakandalan sistem dirumuskan dengan: Q p = Q a x Q b... Jika terdapat n komponen yang terhubung secara seri maka, indeks ketidakandalan sistem adalah: n Q p = Qi i= 1... Dengan demikian indeks keandalan sistem diperoleh dengan: R p = 1 - Q s = 1 (Q a x Q b )... Jika terdapat n komponen yang terhubung secara seri maka, indeks keandalan sistem adalah: n R p = Qi 1... i= 1 Daro pernyataan di atas dapat diketahui bahwa semakin banyak komponen yang terhubung secara paralel di dalam sistem, maka indeks keandalan sistem akan semakin tinggi. Contoh 3.4 Sebuah sistem terdiri dari empat komponen yang terhubung paralel dengan indeks keandalan komponen adalah 0.99, 0.95, 0.98, dan erapakah indeks keandalan dan ketidakandalan sistem? 4

5 Q p = Q 1 x Q 2 x Q 3 x Q 4 = (1-0.99) x (1-0.95) x (1-0.98) x (1-0.97) = Dengan demikian indeks keandalan sistem adalah = Contoh 3.5 Sebuah komponen memiliki indeks keandalan 0.8. Analisalah pengaruh penambahan jumlah komponen jika komponen tersebut terhubung paralel satu sama lain. Jumlah Keandalan penambahan prosentase Komponen sistem keandalan keandalan Dari persamaan yang telah dibahas di depan, maka diperoleh hasil , ,96 sebagai berikut: Disini ,99 terlihat bahwa penambahan koponen pertama terhadap satu komponen utama memberikan peningkatan prosentase keandalan yang paling besar. Penambahan beberapa komponen berikutnya tidak terlalu signifikan meningkatkan keandalan sistem secara keseluruhan. Contoh 3.6 Sebuah sistem yang memiliki indeks keandalan komponen 0.7, harus didisain agar memiliki indeks keandalan sistem sebesar erapakah jumlah minimum komponen yang harus dihubungkan secara paralel? = (1 0.7) n = 0.3 n, sehingga n = 5,74 komponen, atau kalau dibulatkan akan menjadi 6 komponen. 1.4 Kombinasi sistem seri-paralel Pada kasus susunan kombinasi antara seri dan paralel, maka penyederhanaan sistem dapat dilakukan dengan menggabungkan beberapa komponen yang terhubung secara seri atau paralel menjadi satu nilai keandalan gabungan. 5

6 Contoh Tentukan berapa indeks keandalan total sistem seriparalel ini jika indek keandalan masing-masing komponen adalah 0.9 Gambar Sistem kombinasi seri-paralel Sistem di atas dapat disederhanakan dengan menggabungkan keempat komponen seri (1, 2, 3, 4) (disebut dengan 9) menjadi satu bagian gabungan, dan proses yang sama juga dilakukan untuk komponen seri (5, 6, 7, 8) (disebut dengan 10). Selanjutnya dua gabungan komponen yang terhubung secara paralel dapat diselesaikan dengan algoritma sistem paralel R 9 = R 1 R 2 R 3 R 4 R 10 = R 5 R 6 R 7 R 8 R 11 = 1 (1-R 9 )(1-R 10 ) = R 9 +R 10 -R 9 R 10 R 11 = = Gambar Penyederhanaan sistem kombinasi seri-paralel Contoh Dapatkan ekspresi keandalan sistem disebelah dan hitung indeks ketidakandalan sistem jika indeks keandalan masing-masing komponen adalah 0.8 Gambar kombinasi seri-paralel Langkah penyederhanaan adalah dengan menggabungkan komponen 3 dan 4 menjadi gabungan komponen 6. Selanjutnya komponen 1, 2 dan 6 digabungkan kembali menjadi gabungan komponen 7 dan diakhiri dengan menyederhanakan susunan parelel antara komponen 7 dan komponen 5. 6

7 Gambar Langkah penyederhanaan kombinasi seri-paralel Dari gambar diatas dapat dirumuskan: Q 6 = Q 3. Q 4 Q 7 = 1 (1 Q 1 )(1 Q 2 )(1 Q 6 ) = Q 1 +Q 2 +Q 6 Q 1 Q 2 -Q 2 Q 6 -Q 6 Q 1 +Q 1 Q 2 Q 6 Q 8 = Q 5. Q 7 Q 8 = Q 5 (Q 1 +Q 2 +Q 3 Q 4 -Q 1 Q 2 -Q 2 Q 3 Q 4 -Q 3 Q 4 Q 1 +Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 ) = Atau dengan cara yang lain diperoleh: R 6 =R 3 +R 4 -R 3 R 4 R 7 =R 1 R 2 R 6 R 8 =R 5 +R 7 -R 5 R 7 =R 5 +R 1 R 2 (R 3 +R 4 -R 3 R 4 )-R 5 R 1 R 2 (R 3 +R 4 -R 3 R 4 ) = Q 8 = = Partially Redundant System 2 4 Tentukan ekspresi indeks keandalan gambar berikut dimana dari 3 komponen yaitu komponen 4, 5 dan 6, minimum hanya 2 komponen saja yang harus sukses untuk menjamin sistem sukses. Gambar Partially redundant system 7

8 Sistem di atas dapat disederhanakan dengan cara menggabungkan komponen 2 dan 3 menjadi gabungan 8, selanjutnya komponen 4, 5 dan 6 digabungkan menjadi gabungan komponen 9. Komponen 1, gabungan 8 dan gabungan 9 selanjutnya dapat disederhanakan menjadi gabungan komponen 10 dan akhirnya dapat disederhanakan dengan memparalelkan gabungan komponen 10 dengan komponen 7. Langkah langkah tersebut dapat dilihat pada gambar berikut Gambar Penyederhanaan partially redundant system Perbedaan dengan contoh 3.8 di atas adalah bahwa pada kasus partially redundant system, gabungan komponen 9 tidak dapat dihitung langsung dengan memparalelkan ketiga komponen pendukungnya, karena ada persyaratan bahwa cukup 2 komponen saja harus sukses untuk menjamin gabungan komponen tersebut sukses. Ini bisa diselesaikan dengan menggunakan pendekatan distribusi binomial seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Q 8 = Q 2 Q 3 R 10 = R 1 R 8 R 9 Q 11 = Q 10 Q 7 = Q 7 (1-R 1 R 8 R 9 )= Q 7 (1-R 1 (1-Q 2 Q 3 )R 9 )= Q 7 (1-R 1 R 9 +R 1 R 9 Q 2 Q 3 ) Selanjutnya R9 diperoleh dengan menggunakan distribusi binomial, dimana R 4 =R 5 =R 6 =R dan Q 4 =Q 5 =Q 6 =Q dan menghasilkan R 9 = R 3 + 3R 2 Q dan Q 9 = 3RQ 2 + Q 3 Jika R 4 KR 5 KR 6 dan Q 4 KQ 5 KQ 6, maka: R 9 =R 4 R 5 R 6 +R 4 R 5 Q 6 +R 5 R 6 Q 4 +R 6 R 4 Q 5,dan Q 9 = R 4 Q 5 Q 6 +R 5 Q 6 Q 4 +R 6 Q 4 Q 5 +Q 4 Q 5 Q 6 Jika Ri = 0.8, maka R 9 = , Q 9 = , dan Q 11 = Standby Redundant System 8

9 Sistem standby mengoperasikan satu atau lebih komponen utama dan satu atau lebih komponen dalam posisi standby yang akan beroperasi bila komponen utama gagal. Proses pemindahan kerja komponen ini dilakukan dengan menggunakan switch. Gambar 3.9 (a) adalah susunan parallel redundant dimana komponen A dan beroperasi secara bersama-sama untuk melayani fungsi tertentu. Sementara itu Gambar 3.9 (b) adalah susunan standby redundant dimana komponen A beroperasi terlebih dahulu (karena terhubung dengan switch) sampai komponen tersebut gagal dan selanjutnya jika gagal switch akan berpindah ke komponen untuk menggantikan fungsi komponen A. A A (a) (b) Gambar (a) Parallel redundancy (b) Standby redundancy Pada buku ini hanya akan dibahas penurunan algoritma sistem standby untuk kasus switch sempurna (tidak mungkin gagal) dan kasus switch tidak sempurna. Kasus switch sempurna: Jika switch sempurna, dimana switch pasti sukses dalam memindahkan fungsi kerja komponen A ke komponen saat komponen A tersebut gagal, maka sistem akan gagal jika komponen A gagal dan komponen gagal (dimana A sudah gagal terlebih dahulu), atau dapat dituliskan: Q = Q( A). Q( A) Jika komponen A dan komponen diasumsikan independen satu sama lain, maka Q = Q A. Q... Persamaan di atas serupa dengan persamaan peluang kegagalan sistem parallel redundancy. Hal ini tidak benar, sebab sekalipun peluang kegagalannya sama, 9

10 namun pada standby redundancy waktu operasi komponen-komponen didalamnya tentunya akan lebih kecil jika dibandingkan dengan parallel redundacy, sebab komponen hanya akan berfungsi jika komponen A gagal. Hal ini berbeda dengan parallel redundancy dimana kedua komponen beroperasi bersama-sama. Kasus switch tidak sempurna: Jika switch tidak sempurna, maka berarti switch tersebut memiliki peluang untuk gagal dalam memindahkan fungsi kerja komponen A saat gagal menuju komponen. Jika peluang switch sukses melakukan kerjanya adalah P s, maka peluang kegagalan switch akan menjadi Q s = (1 P s ). Permasalahan ini selanjutnya dapat diselesaikan dengan konsep peluang bersyarat (conditional probability) dimana: P(sistem gagal) = P(sistem gagal jika switch sukses) x P(switch sukses) + P(sistem gagal karena switch gagal) x P(switch gagal) Pernyataan diatas dapat diterjemahkan secara matematis menjadi: Q = Q A.Q.P s + Q A.Q s = Q A Q P s + Q A (1-P s ) = Q A Q P s + Q A Q A P s = Q A Q A P s (1-Q )... Jika switch terhubung dengan komponen (komponen A standby), maka: Q = Q QP s (1-Q A )... Jika switch memiliki peluang gagal tidak hanya pada saat melakukan fungsi pemindahan namun juga pada saat switch tersebut berada pada kondisi standby, maka kondisi tersebut bisa diwakili oleh hubungan seri antara Komponen A dan yang terhubung paralel dengan switch tersebut. Pada kondisi ini switch tidak hanya memiliki peluang gagal pada saat melakukan fungsi pemindahan kerja (P s ) namun juga memiliki peluang gagal saat pada kondisi standby (indeks 10

11 keandalan switch tidak sama dengan 1 saat pada posisi standby). Hal tersebut dapat dijelaskan melalui gambar berikut. A Ps Rs Gambar Standby redundancy dengan switch tidak sempurna Dengan demikian: Q = [Q A -Q A P s (1-Q )] + Qs [Q A -Q A P s (1-Q )]Q s... R = R s (1-(Q A -Q A P s (1-Q ))... Jika switch terhubung dengan komponen (komponen A standby) maka: Contoh 3.9 Q = [Q -Q P s (1-Q A )] + Q s [Q -Q P s (1-Q A )]Q s... R = R s (1-(Q -Q P s (1-Q A ))... Jika susunan seperti pada gambar 3.10 memiliki indeks keandalan komponen A dan adalah 0.9 dan komponen memiliki keandalan jika komponen A sudah gagal terlebih dahulu sebesar 0.96, maka berapakah keandalan sistem jika (a) switch sempurna? (b) switch punya peluang gagal 0.08? (c) switch memiliki keandalan saat kondisi operasi sebesar 0.98? (a) R = 1 (1-0.9) (1-0.96) = 1 (0.1 x 0.04) = (b) R = 1 ( x0.92(1-0.04)) = (c) R = 0.98 x = Contoh 3.10 Sama seperti contoh 3.9, jika susunan seperti gambar dibawah dan komponen C dan D memiliki indeks keandalan 0.99 dan 0.8, berapa indeks keandalan sistem? 11

12 A Ps Rs C D Indeks keandalan bagian A,,P s dan R s sudah didapatkan pada contoh sebelumnya yakni Karena itu indeks keandalan sistem secara keseluruhan adalah: R = R C (1-Q D ( )) = 0.99(1-0.2( ) =

B D. 1.1 Konsep Model Jaringan

B D. 1.1 Konsep Model Jaringan A 1 MODEL JARINGAN UNTUK SISTEM KOMPLEKS 1.1 Konsep Model Jaringan P ada bab sebelumnya telah diuraikan teknik dalam melakukan pemodelan jaringan untuk sistem sederhana. eberapa pola hubungan komponen

Lebih terperinci

#3 PEMODELAN JARINGAN DAN SISTEM

#3 PEMODELAN JARINGAN DAN SISTEM #3 PEMODELAN JARINGAN DAN SISTEM 3.1. Pendahuluan Untuk mengevaluasi keandalan dari suatu komponen atau sistem yang pertama kali harus dilakukan adalah dengan memodelkan komponen atau sistem tersebut kedalam

Lebih terperinci

#8 Model Keandalan Dinamis

#8 Model Keandalan Dinamis #8 Model Keandalan Dinamis 8.1. Pendahuluan Prosedur standar untuk mengevaluasi keandalan dari suatu sistem adalah dengan memecah sistem itu menjadi beberapa komponen. Langkah berikutnya adalah mengestimasi

Lebih terperinci

Materi #2 TIN315 Pemeliharaan dan Rekayasa Keandalan Genap 2015/2016

Materi #2 TIN315 Pemeliharaan dan Rekayasa Keandalan Genap 2015/2016 #2 PROBABILITAS 2.1. Pendahuluan Kata probabiliitas sering dipakai jika kehilangan sentuhan dalam mengimplikasikan bahwa suatu kejadian yang mempunyai peluang yang bagus akan terjadi. Dalam hal ini penilaian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi 1 Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel dan dinyatakan dengan S.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi 1 Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel dan dinyatakan dengan S. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian Definisi 1 Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel dan dinyatakan dengan S. Tiap hasil dalam ruang sampel disebut

Lebih terperinci

1.1 Konsep Probabilitas

1.1 Konsep Probabilitas TEORI DASAR PROBABILITAS 1.1 Konsep Probabilitas Probabilitas/peluang secara umum dapat diartikan sebagai ukuran matematis terhadap kecenderungan akan munculnya sebuah kejadian. Secara matematis peluang

Lebih terperinci

PROSES MARKOV KONTINYU (CONTINOUS MARKOV PROCESSES)

PROSES MARKOV KONTINYU (CONTINOUS MARKOV PROCESSES) #11 PROSES MARKOV KONTINYU (CONTINOUS MARKOV PROCESSES) 11.1. Pendahuluan Masalah keandalan yang berhubungan dengan sistem secara normal adalah space memiliki sifat diskrit yaitu sistem tersebut dapat

Lebih terperinci

Modul 2: Metode Model Kombinatorik

Modul 2: Metode Model Kombinatorik Modul 2: Metode Model Kombinatorik Pendahuluan metode kombinatorik Metode validasi kombinatorik adalah semacam teknik analitik / numerik dan dapat digunakan untuk model keandalan dan ketersediaan dibawah

Lebih terperinci

#12 SIMULASI MONTE CARLO

#12 SIMULASI MONTE CARLO #12 SIMULASI MONTE CARLO 12.1. Konsep Simulasi Metode evaluasi secara analitis sangat dimungkinkan untuk sistem dengan konfigurasi yang sederhana. Untuk sistem yang kompleks, Bridges [1974] menyarankan

Lebih terperinci

Pengukuran dan Peningkatan Kehandalan Sistem

Pengukuran dan Peningkatan Kehandalan Sistem Pengukuran dan Peningkatan Kehandalan Sistem Pengukuran Kehandalan Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Menguraikan proses perancangan kehandalan sistem 3 Kehandalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Adapun penelitian yang dibahas pada skripsi ini adalah penerapan redundant link atau jalur koneksi alternatif pada sebuah jaringan untuk meningkatkan keandalan jaringan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryatno Sudirham Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu 2 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik () A 8 Metoda Analisis Dasar Metoda analisis dikembangkan berdasarkan teorema rangkaian

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL FISIKA SMA KELAS X LISTRIK DINAMIS. a. Seri b. Paralel.

KISI-KISI SOAL FISIKA SMA KELAS X LISTRIK DINAMIS. a. Seri b. Paralel. KISI-KISI SOAL FISIKA SMA KELAS X LISTRIK DINAMIS Berpikir Kritis Indikator Outcome No. Soal Soal Poin 1. Menganalisa data mengidentifikasi rangkaian seriparalel. (C4). 1 Sebuah rangkaian listrik terdiri

Lebih terperinci

Spanning-Tree Protocol

Spanning-Tree Protocol Modul 26: Overview digunakan pada jaringan switch untuk menciptakan logical topology bebas looping dari physical topology yang memiliki looping. Spanning-Tree Protocol memberikan keamanan dari redundant

Lebih terperinci

Distribusi Probabilitas Diskret Teoritis

Distribusi Probabilitas Diskret Teoritis Distribusi robabilitas Diskret Teoritis Distribusi robabilitas Teoritis Diskret Distribusi seragam diskret (discrete uniform distribution) Distribusi hipergeometris (hypergeometric distribution) Distribusi

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil Perbaikan dan Analisis

Bab 4 Hasil Perbaikan dan Analisis Bab 4 Hasil Perbaikan dan Analisis 4.1 Hasil Perbaikan 4.1.1 Hasil Percobaan Pembuatan Pola dan Kotak Inti Hasil pemeriksaan secara visual, pola dan kotak inti B tidak ada perbedaan dengan pola dan kotak

Lebih terperinci

BASIS DATA TERDISTRIBUSI

BASIS DATA TERDISTRIBUSI SIS DT TERDISTRIUSI Dalam sebuah database terdistribusi, database disimpan pada beberapa komputer. Komputer-komputer dalam sebuah sistem terdistribusi berhubungan satu sama lain melalui bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial Persamaan diferensial adalah suatu hubungan yang terdapat antara suatu variabel independen, suatu variabel dependen, dan satu atau lebih turunan dari

Lebih terperinci

PROBABILITY AND GENETIC EVENTS

PROBABILITY AND GENETIC EVENTS M.K. GENETIKA (JUR. PEND. BIOLOGI SEM IV) PROBABILITY AND GENETIC EVENTS Paramita Cahyaningrum Kuswandi* FMIPA UNY 2015 Email*: paramita@uny.ac.id Genetika dan statistika Rasio genetika biasanya berupa

Lebih terperinci

RANGKAIAN ARUS SEARAH

RANGKAIAN ARUS SEARAH BAB VII RANGKAIAN ARUS SEARAH Tujuan Pembelajaran : Memahami perbedaan pada rangkaian seri dan paralel Mengerti tentang perhitungan pada rangkaian seri dan paralel Dalam bab ini kita akan membahas aturan

Lebih terperinci

ANALISIS KEANDALAN SISTEM INSTRUMENTASI PLTG DI PT. PLN PLTD/G TELUK LEMBU PEKANBARU

ANALISIS KEANDALAN SISTEM INSTRUMENTASI PLTG DI PT. PLN PLTD/G TELUK LEMBU PEKANBARU ANALISIS KEANDALAN SISTEM INSTRUMENTASI PLTG DI PT. PLN PLTD/G TELUK LEMBU PEKANBARU TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Elektro Pada Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

PENENTUAN KEANDALAN DENGAN MENGGUNAKAN RELIABILITY BLOCK DIAGRAM (RBD) YANG BERKONFIGURASI REDUNDANT PADA MESIN BOILER DI PT. X

PENENTUAN KEANDALAN DENGAN MENGGUNAKAN RELIABILITY BLOCK DIAGRAM (RBD) YANG BERKONFIGURASI REDUNDANT PADA MESIN BOILER DI PT. X Seminar Nasional IENACO 0 ISSN: - PENENTUAN KEANDALAN DENGAN MENGGUNAKAN RELIABILITY BLOCK DIAGRAM (RBD) YANG BERKONFIGURASI REDUNDANT PADA MESIN BOILER DI PT. X Faula Arina, Putro Ferro Ferdinant dan

Lebih terperinci

ANALISIS MEKANISME REDUNDANCY GATEWAY DENGAN MENGGUNAKAN PROTOKOL HSRP DAN VRRP

ANALISIS MEKANISME REDUNDANCY GATEWAY DENGAN MENGGUNAKAN PROTOKOL HSRP DAN VRRP ANALISIS MEKANISME REDUNDANCY GATEWAY DENGAN MENGGUNAKAN PROTOKOL HSRP DAN VRRP Rendy Munadi 1, Rumani M 2, Kukuh Nugroho 3 1 IT Telkom, Jl. Telekomunikasi, Dayeuh Kolot, Bandung, rnd@ittelkom.ac.id 2

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (state of the art) Berdasarkan topik usulan tugas akhir yang diambil, terdapat beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percobaan Bernoulli merupakan suatu percobaan yang memiliki dua nilai outcome (kemunculan) yang mungkin yakni sukses dan gagal yang masing-masing dinotasikan dengan

Lebih terperinci

O L E H : H I DAYAT J U R U SA N TEKNIK KO M P U TER U N I KO M 2012

O L E H : H I DAYAT J U R U SA N TEKNIK KO M P U TER U N I KO M 2012 O L E H : H I DAYAT J U R U SA N TEKNIK KO M P U TER U N I KO M 2012 Outline Penjelasan tiga operasi logika dasar dalam sistem digital. Penjelasan Operasi dan Tabel Kebenaran logika AND, OR, NAND, NOR

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI TIPE EROPA DENGAN METODE BINOMIAL

PENENTUAN HARGA OPSI TIPE EROPA DENGAN METODE BINOMIAL Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 07, No. 2 (2018), hal 127 134. PENENTUAN HARGA OPSI TIPE EROPA DENGAN METODE BINOMIAL Syarifah Nadia, Evy Sulistianingsih, Nurfitri Imro ah INTISARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehilangan/kerusakan data maupun kesalahan pemrosesan data. [12]

BAB I PENDAHULUAN. kehilangan/kerusakan data maupun kesalahan pemrosesan data. [12] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ketersediaan jaringan yang terjamin sangat dibutuhkan oleh berbagai organisasi demi melindungi berjalannya bisnis dari kerusakan sistem, kehilangan/kerusakan data

Lebih terperinci

JARINGAN UNTUK MERGING

JARINGAN UNTUK MERGING SORTING - Merging Definisi: A = {a 1, a 2,..., a r } B = {b 1, b 2,..., b s } merupakan dua deret angka yang terurut naik; merge A dan B merupakan deret C = {c 1, c 2,..., c r+s } yang juga terurut naik,

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: SIMULASI DINAMIKA SISTEM PADA SISTEM BAHAN BAKAR MOTOR INDUK: SEBUAH ANALISA SENSITIVITAS KEMAMPUAN ANAK BUAH KAPAL (ABK) TERHADAP BIAYA PEMELIHARAAN DAN KEANDALAN SISTEM Didiet Sudiro Resobowo, Lahar

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012 PENENTUAN RELIABILITAS SISTEM DAN PELUANG SUKSES MESIN PADA JENIS SISTEM PRODUKSI FLOW SHOP Imam Sodikin 1 1 Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl.

Lebih terperinci

CHAPTER 7 DISCRETE PROBABILITY

CHAPTER 7 DISCRETE PROBABILITY CHAPTER 7 DISCRETE PROBABILITY 1 7.1 AN INTRODUCTION TO DISCRETE PROBABILITY 2 Sejarah 1526: Cardano menulis Liber de Ludo Aleae (Book on Games of Chance). Abad 17: Pascal menentukan kemungkinan untuk

Lebih terperinci

Beberapa pertanyaan mendasar akan muncul dalam kaitannya dengan keandalan sistem. Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi:

Beberapa pertanyaan mendasar akan muncul dalam kaitannya dengan keandalan sistem. Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang K egagalan operasi sebuah sistem ataupun komponen tidak hanya berpengaruh terhadap komponen/sistem tersebut serta keberlangsungan dari proses produksi dimana sistem/komponen

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Interface). Dengan mengunakan GNS3 kita dapat merancang dan. mengimplementasikan jaringan mendekati keadaan yang sebenarnya.

LAMPIRAN. Interface). Dengan mengunakan GNS3 kita dapat merancang dan. mengimplementasikan jaringan mendekati keadaan yang sebenarnya. L1 LAMPIRAN Instalasi Software GNS3 GNS3 merupakan software pemodelan yang berorientasi GUI (Graphical User Interface). Dengan mengunakan GNS3 kita dapat merancang dan mengimplementasikan jaringan mendekati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan mengalami down. Jalur redundansi pada jaringan akan segera mem-backup

BAB I PENDAHULUAN. jaringan mengalami down. Jalur redundansi pada jaringan akan segera mem-backup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infrastruktur jaringan yang memadai dan memiliki redundansi sangatlah dibutuhkan bagi suatu instansi. Hal ini akan sangat berguna ketika jalur utama pada jaringan mengalami

Lebih terperinci

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL 3 BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL 3.1.Kerja Pompa Sentrifugal Pompa digerakkan oleh motor, daya dari motor diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeler yang dipasangkan pada poros tersebut. Zat cair yang

Lebih terperinci

Latihan soal-soal PENGHANTAR

Latihan soal-soal PENGHANTAR Latihan soal-soal PENGHNTR 1 1. Isilah tabel berikut untuk kawat tembaga : Ø (mm) (mm) R untuk 100m (Ω) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 ρ tembaga = 0,0175 Ωmm 2 /m 2. Pada rangkaian gambar di bawah ini,

Lebih terperinci

Untai Elektrik I. Metode Analisis. Dr. Iwan Setyawan. Fakultas Teknik Universitas Kristen Satya Wacana. Untai 1. I. Setyawan. Metode Arus Cabang

Untai Elektrik I. Metode Analisis. Dr. Iwan Setyawan. Fakultas Teknik Universitas Kristen Satya Wacana. Untai 1. I. Setyawan. Metode Arus Cabang Untai Elektrik I Analisis Dr. Iwan Setyawan Fakultas Teknik Universitas Kristen Satya Wacana (1) Pada (Branch Current), setiap cabang pada untai diberi arus. Kemudian, kita terapkan Kirchhoff s Current

Lebih terperinci

STATISTIKA EKONOMI I Chapter 4 Distribusi Probabilitas Normal dan Binomial Chapter 5 Teori Sampling

STATISTIKA EKONOMI I Chapter 4 Distribusi Probabilitas Normal dan Binomial Chapter 5 Teori Sampling STATISTIKA EKONOMI I Chapter 4 Distribusi Probabilitas Normal dan Binomial Chapter 5 Teori Sampling Rengganis Banitya Rachmat rengganis.rachmat@gmail.com 4. Distribusi Probabilitas Normal dan Binomial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kapal sebagai sebuah wahana teknis terdiri dari beberapa sistem permesinan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kapal sebagai sebuah wahana teknis terdiri dari beberapa sistem permesinan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kapal sebagai sebuah wahana teknis terdiri dari beberapa sistem permesinan yang bekerja sesuai fungsinya masing-masing. Pada setiap sistem dibangun oleh berbagai komponen

Lebih terperinci

BAB 4. PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan tahap perancangan, simulasi dan uji coba pertama bagaimana fitur Hot Standby Router Protocol pada router Cisco dalam menjaga avaibility jaringan komputer

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. menyediakan layanan ke komputer lain melalui koneksi jaringan. Server dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. menyediakan layanan ke komputer lain melalui koneksi jaringan. Server dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Server Server (Sosinsky, 2009:108) adalah sebuah program perangkat lunak yang menyediakan layanan ke komputer lain melalui koneksi jaringan. Server dapat dijalankan pada sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berbeda agar bisa melakukan komunikasi antar device di dalam jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berbeda agar bisa melakukan komunikasi antar device di dalam jaringan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Router merupakan sebuah alat yang berfungsi menghubungkan jaringan yang berbeda agar bisa melakukan komunikasi antar device di dalam jaringan tersebut. Router bekerja

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN JARINGAN MENGGUNAKAN HSRP DAN VLAN PADA PT. MICROREKSA INFONET

ANALISIS DAN PERANCANGAN JARINGAN MENGGUNAKAN HSRP DAN VLAN PADA PT. MICROREKSA INFONET ANALISIS DAN PERANCANGAN JARINGAN MENGGUNAKAN HSRP DAN VLAN PADA PT. MICROREKSA INFONET Nurdiansyah. Z Universitas Bina Nusantara, Jakarta, ansyah_nrd@yahoo.com Frans Effendi Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

Jobsheet Praktikum REGISTER

Jobsheet Praktikum REGISTER REGISTER A. Tujuan Kegiatan Praktikum - : Setelah mempraktekkan Topik ini, anda diharapkan dapat :. Mengetahui fungsi dan prinsip kerja register.. Menerapkan register SISO, PISO, SIPO dan PIPO dalam rangkaian

Lebih terperinci

Design by: Zaenal Abidin. Kontrak Perkuliahan. Prof. Dr. Sukestiyarno Alamsyah, S.Si., M.Kom Zaenal Abidin, S.Si.

Design by: Zaenal Abidin. Kontrak Perkuliahan. Prof. Dr. Sukestiyarno Alamsyah, S.Si., M.Kom Zaenal Abidin, S.Si. Kontrak Perkuliahan Prof. Dr. Sukestiyarno Alamsyah, S.Si., M.Kom Zaenal Abidin, S.Si. Manfaat Mata Kuliah Setelah perkuliahan ini, mahasiswa dapat menerapkan teori basis data untuk pembuatan aplikasi

Lebih terperinci

GRAF DALAM TOPOLOGI JARINGAN

GRAF DALAM TOPOLOGI JARINGAN GRAF DALAM TOPOLOGI JARINGAN Charles Hariyadi (13305105) Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha no 10,Bandung if15105@students.if.itb.ac.id ABSTRAK Topologi jaringan biasanya

Lebih terperinci

http://www.brigidaarie.com Di lingkungan file-server, pemrosesan didistribusikan ke jaringan yang Local Area Network (LAN). File-Server menunjang kebutuhan file dengan aplikasi-aplikasi dan DBMS. Aplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat cair melalui saluran tertutup. Pompa menghasilkan suatu tekanan yang

BAB I PENDAHULUAN. zat cair melalui saluran tertutup. Pompa menghasilkan suatu tekanan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pompa merupakan pesawat angkut yang bertujuan untuk memindahkan zat cair melalui saluran tertutup. Pompa menghasilkan suatu tekanan yang berfungsi untuk mengalir

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel

LANDASAN TEORI. menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel 5 II. LANDASAN TEORI 2.1 Model Regresi Poisson Analisis regresi merupakan metode statistika yang populer digunakan untuk menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel prediktor

Lebih terperinci

6/26/2011. Database Terdistribusi. Database Terdesentralisasi

6/26/2011. Database Terdistribusi. Database Terdesentralisasi Sekumpulan database independen pada komputer komputer yang tidak saling berhubungan melalui jaringan Suatu database logis secara fisik tersebar pada beberapa komputer (di beberapa lokasi) dihubungkan melalui

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA MINIMALISASI WATER HAMMER DENGAN VARIASI PEMILIHAN GAS ACCUMULATOR PADA SISTEM PERPIPAAN DI PT.

TUGAS AKHIR ANALISA MINIMALISASI WATER HAMMER DENGAN VARIASI PEMILIHAN GAS ACCUMULATOR PADA SISTEM PERPIPAAN DI PT. TUGAS AKHIR ANALISA MINIMALISASI WATER HAMMER DENGAN VARIASI PEMILIHAN GAS ACCUMULATOR PADA SISTEM PERPIPAAN DI PT. KALTIM PRIMA COAL Chairul Anwar 2107100021 Dosen Pembimbing : NUR IKHWAN, ST., M. Eng.

Lebih terperinci

BAB 7 REGISTER Register

BAB 7 REGISTER Register BAB 7 - REGISTER/HAL. 98 BAB 7 REGISTER 7.. Register Sebuah flip flop dapat digunakan untuk menyimpan data bit, sehingga jika ada sederetan dari n buah FF, maka dapat dipergunakan untuk menyimpan data

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 2. Rangkaian Seri dan Paralel. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Modul Praktikum Program Studi Teknik Komputer

PRAKTIKUM 2. Rangkaian Seri dan Paralel. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Modul Praktikum Program Studi Teknik Komputer Politeknik Elektronika Negeri Surabaya TS PRKTKUM 2 Rangkaian Seri dan Paralel Tujuan : Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang rangkaian seri dan parallel Memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk

Lebih terperinci

KARTU SOAL BENTUK PILIHAN GANDA

KARTU SOAL BENTUK PILIHAN GANDA Gambar detail meliputi, kecuali: Simbol pada alat ukur listrik 1 Lengkapi table prosentase kesalahan pada skala penuh meter, berikut: Klas meter 0,2 0,5 1,0 1,5 2,5 Prosentase kesalahan a. ±0,2, ± 0,5,

Lebih terperinci

Interaksi Manusia Mesin ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA

Interaksi Manusia Mesin ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA Jurusan Teknik Industri Semester Gasal 2014/2015 Interaksi Manusia Mesin ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA 4 Debrina Puspita Andriani e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ O U T

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PROBABILITAS DAN TERMINOLOGI KEANDALAN

DISTRIBUSI PROBABILITAS DAN TERMINOLOGI KEANDALAN #7 DISTRIBUSI PROBABILITAS DAN TERMINOLOGI KEANDALAN 7.1. Pendahuluan Pada pembahasan terdahulu, keandalan hanya dievaluasi sebagai suatu sistem rekayasa (engineering) dengan tidak menggunakan distribusi

Lebih terperinci

DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #3_INTERAKSI MANUSIA MESIN ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA

DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #3_INTERAKSI MANUSIA MESIN ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #3_INTERAKSI MANUSIA MESIN ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA O U T L I N E Sistem Manusia Mesin Synchronous Servicing Completely Random Servicing Combination Servicing Manusia

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan metode yang digunakan untuk mencapai hasil terbaik (optimal) seperti keuntungan maksimum atau biaya minimum dalam model matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi merupakan teknik statistik untuk investigasi dan pemodelan hubungan antar variabel. Hubungan antara dua variabel dapat dilihat dengan analisis

Lebih terperinci

: Distribusi Peluang. : D. Rizal Riadi

: Distribusi Peluang. : D. Rizal Riadi MATERI 3 Mata Kuliah Dosen : Distribusi Peluang : Statistik : D. Rizal Riadi Mengingat data kuantitatif dipengaruhi faktor-faktor ketidakpastian dan variasi yang disebabkan akurasi instrumen penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Algoritma Genetika merupakan metode yang menggunakan evolusi alam sebagai gagasan utamanya dalam menyelesaikan suatu permasalahan tertentu. Algoritma ini diterapkan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik pada abad ini sudah merupakan kebutuhan primer yang tidak bisa tergantikan. Karena pentingnya listrik ini, sistem yang menyuplai dan mengalirkan listrik ini

Lebih terperinci

Praktikum Mesin-Mesin Fluida 2013 PENUNTUN PRAKTIKUM MESIN MESIN FLUIDA DISUSUN OLEH: MUHAMMAD HASBI, ST., MT

Praktikum Mesin-Mesin Fluida 2013 PENUNTUN PRAKTIKUM MESIN MESIN FLUIDA DISUSUN OLEH: MUHAMMAD HASBI, ST., MT PENUNTUN PRAKTIKUM MESIN MESIN FLUIDA DISUSUN OLEH: MUHAMMAD HASBI, ST., MT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALUOLEO

Lebih terperinci

Maintenance and Reliability Decisions

Maintenance and Reliability Decisions Chapter 17 Maintenance and Reliability Decisions Tujuan dari maintenance & reliability mengelola kapabilitas dari sistem. Sistem haruslah didesain dan dikelola untuk mencapai kinerja perusahaan yang diharapkan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian yang telah dibahas

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian yang telah dibahas BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang berkaitan

Lebih terperinci

Dynamic Programming. Pemrograman Dinamis

Dynamic Programming. Pemrograman Dinamis Pemrograman Dinamis Pemrograman dinamis merupakan suatu teknik analisa kuantitatif untuk membuat tahapan keputusan yang saling berhubungan. Teknik ini menghasilkan prosedur yang sistematis untuk mencari

Lebih terperinci

PENS. Probability and Random Process. Topik 5. Beberapa jenis Distribusi Variabel Acak. Prima Kristalina April 2015

PENS. Probability and Random Process. Topik 5. Beberapa jenis Distribusi Variabel Acak. Prima Kristalina April 2015 Program Pasca Sarjana Terapan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Probability and Random Process Topik 5. Beberapa jenis Distribusi Variabel Acak Prima Kristalina April 215 1 Outline 1. Beberapa macam

Lebih terperinci

LISTRIK ARUS SEARAH (Oleh : Sumarna)

LISTRIK ARUS SEARAH (Oleh : Sumarna) LSTK US SEH (Oleh : Sumarna) angkaian arus searah (DC, direct current) merupakan rangkaian listrik dengan arus stasioner (dalam arti polaritas tetap) yang tidak berubah terhadap waktu. esaranbesaran utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan teknologi informasi khususnya jaringan komputer saat ini semakin kompleks pada setiap perusahaan. Sebagian besar perusahaan sangat bergantung kepada jaringan

Lebih terperinci

MODUL 3: Finite Automata

MODUL 3: Finite Automata MODUL 3: Finite Automata Slide dari 38 DEFINISI FA mesin yang dapat mengenai bahasa regular tanpa menggunakan storage/memory. Sejumlah status dapat didefinisikan pada mesin untuk mengingat beberapa hal

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Sistem Distribusi Menggunakan Program Analisis Kelistrikan Transien dan Metode Section Technique

Analisis Keandalan Sistem Distribusi Menggunakan Program Analisis Kelistrikan Transien dan Metode Section Technique JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 B-153 Analisis Keandalan Sistem Distribusi Menggunakan Program Analisis Kelistrikan Transien dan Metode Section Technique Henki Projo Wicaksono,

Lebih terperinci

Rekonfigurasi jaring distribusi untuk meningkatkan indeks keandalan dengan mengurangi rugi daya nyata pada sistem distribusi Surabaya.

Rekonfigurasi jaring distribusi untuk meningkatkan indeks keandalan dengan mengurangi rugi daya nyata pada sistem distribusi Surabaya. Rekonfigurasi jaring distribusi untuk meningkatkan indeks keandalan dengan mengurangi rugi daya nyata pada sistem distribusi Surabaya. RIZKIANANTO WARDANA M Misbach Fachri 2207100038 Sistem Tenaga Listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan sumber energi listrik terus meningkat seiring meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan sumber energi listrik terus meningkat seiring meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan sumber energi listrik terus meningkat seiring meningkatnya peradaban manusia yang saat ini tidak lepas dari penggunaan peralatan listrik. Pasokan listrik

Lebih terperinci

Gambar 5(a).Tabel Kebenaran Full Adder

Gambar 5(a).Tabel Kebenaran Full Adder . Full dder Gambar 5 merupakan bentuk singkat dari tabel penambahan biner, dengan situasi 1 + 1 + 1. tabel kebenaran pada gambar 5(a) memperlihatkan semua kombinasi yang mungkin dari,, dan Cin (masukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di jaman yang modern ini, pembelajaran pada umumnya menitikberatkan pada cara belajar siswa aktif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di jaman yang modern ini, pembelajaran pada umumnya menitikberatkan pada cara belajar siswa aktif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di jaman yang modern ini, pembelajaran pada umumnya menitikberatkan pada cara belajar siswa aktif. Siswa dituntut lebih banyak berusaha agar dapat memahami konsep dengan

Lebih terperinci

Distribusi Probabilitas Variabel Acak Diskrit

Distribusi Probabilitas Variabel Acak Diskrit Pertemuan ke-8 Distribusi Probabilitas Variabel Acak Diskrit Dr.Eng. Agus S. Muntohar Geotechnical Engineering Division Department of Civil Engineering 2 POKOK BAHASAN 5.1 Distribusi Bernoulli 5.2 Distribusi

Lebih terperinci

Penggunaan Dynamic Programming pada Persoalan Penjadwalan Kedatangan Pesawat Terbang

Penggunaan Dynamic Programming pada Persoalan Penjadwalan Kedatangan Pesawat Terbang Penggunaan Dynamic Programming pada Persoalan Penjadwalan Kedatangan Pesawat Terbang Sidik Soleman, 13508101 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam jaringan komputer, banyaknya client yang mengakses dan mengambil data pada server dalam waktu yang berurutan, dapat mengakibatkan server menjadi sibuk. Server

Lebih terperinci

RANGKUMAN MATERI LISTRIK DINAMIS

RANGKUMAN MATERI LISTRIK DINAMIS RANGKUMAN MATERI LISTRIK DINAMIS KUAT ARUS LISTRIK (I) Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak di dalam suatu penghantar. Arah arus listrik (I) yang timbul pada penghantar berlawanan

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER

PEMODELAN DAN SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER PEMODELAN DAN SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) PADA SISTEM PANEL SURYA (PHOTOVOLTAIC SOLAR PANEL) MENGGUNAKAN METODE POWER FEEDBACK DAN VOLTAGE FEEDBACK Disusun Oleh: Nama : Yangmulia Tuanov

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Antrian Sistem antrian adalah merupakan keseluruhan dari proses para pelanggan atau barang yang berdatangan dan memasuki barisan antrian yang seterusnya memerlukan pelayanan

Lebih terperinci

Pertemuan 3 METODE PEMBUKTIAN

Pertemuan 3 METODE PEMBUKTIAN Pertemuan 3 METODE PEMBUKTIAN Metode Pembuktian Petunjuk umum dalam pembuktian Langkah-langkah untuk melakukan pembuktian adalah sebagai berikut: 1. Tulislah teorema yang akan dibuktikan 2. Tandailah permulaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak semua permasalahan matematis atau perhitungan dapat diselesaikan dengan mudah. Bahkan dalam prinsip matematik, dalam memandang permasalahan, terlebih dahulu

Lebih terperinci

- Perintah SWICTH memiliki bentuk umum sebagai berikut :

- Perintah SWICTH memiliki bentuk umum sebagai berikut : Praktikum : Algoritma dan Pemrograman I Modul Praktikum ke : 04 Judul Materi : Pemilihan II / Selection II ujuan / Sasaran : Mahasiswa dapat membuat pseudecode dan flowchart serta mempraktekkan perintah

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV MENGGUNAKAN METODE SECTION TECHNIQUE DAN RNEA PADA PENYULANG RENON

STUDI PERBANDINGAN KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV MENGGUNAKAN METODE SECTION TECHNIQUE DAN RNEA PADA PENYULANG RENON STUDI PERBANDINGAN KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV MENGGUNAKAN METODE SECTION TECHNIQUE DAN RNEA PADA PENYULANG RENON I. N. Partawan 1, I. G. Dyana Arjana 2, A. I. Weking 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR POMPA. Kerja yang ditampilkan oleh sebuah pompa merupakan fungsi dari head

BAB III TEORI DASAR POMPA. Kerja yang ditampilkan oleh sebuah pompa merupakan fungsi dari head BAB III TEORI DASAR POMPA 3.1 Pengkajian Pompa Kerja yang ditampilkan oleh sebuah pompa merupakan fungsi dari head total dan berat cairan yang dipompa dalam jangka waktu yang diberikan. Daya batang torak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi terus berkembang dan mengalami kemajuan. Hal ini sangat membantu dan mempermudah kinerja manusia dan organisasi perusahaan. Interaksi dan komunikasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, pembelian didefinisikan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, pembelian didefinisikan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi 2.1.1 Pembelian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, pembelian didefinisikan sebagai proses, pembuatan, atau cara membeli. Sedangkan Philip Kotler (2000,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era ini, industri menggunakan mesin-mesin untuk melakukan proses produksi. Namun, setiap mesin memiliki umur masing-masing. Mesin-mesin tersebut tidak selamanya

Lebih terperinci

Definisi Metode Numerik

Definisi Metode Numerik Definisi Metode Numerik Seringkali kita menjumpai suatu model matematis yang berbentuk persamaan, baik itu linier ataupun non-linier, sistem persamaan linier ataupun sistem persamaan non-linier, differensial,

Lebih terperinci

(7) Sebagai contoh, sebuah kalimat dari bahasa Jerman dengan terjemahannya dalam bahasa Inggris seperti berikut ini :

(7) Sebagai contoh, sebuah kalimat dari bahasa Jerman dengan terjemahannya dalam bahasa Inggris seperti berikut ini : Pengaruh PoS pada Word Alignment Word alignment dari korpus bilingual memberikan pengetahuan penting untuk banyak tugas pengolahan bahasa alami, seperti ekstraksi dari kata-kata bilingual atau leksikal.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Air adalah karunia Allah SWT yang secara alami ada di seluruh muka bumi. Makhluk hidup, termasuk manusia sangat tergantung terhadap air. Untuk kelangsungan hidupnya,

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA4181 Pengantar Proses Stokastik Precise and Stochastic. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah MA4181 Pengantar Proses Stokastik Precise and Stochastic. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah MA4181 Pengantar Proses Stokastik Precise and Stochastic Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2015 Tentang MA4181 (Pengantar)

Lebih terperinci

Pengenalan perangkat keras Iwan Syarif

Pengenalan perangkat keras Iwan Syarif - 125 - Dengan hub, komputer dan peralatan lain dihubungkan dalam satu lingkaran dengan tiap-tiap peralatan atau node terhubung ke hub. Komputer sendiri tidak perlu diatur secara fisik membentuk lingkaran

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI. 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol OSPF dan GLBP

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI. 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol OSPF dan GLBP BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol OSPF dan GLBP Berdasarkan usulan pemecahan masalah yang telah diajukan, maka akan diaplikasikan teknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH... MODUL 1: LOGIKA MATEMATIKA 1.1 Kegiatan Belajar 1: Latihan Rangkuman Tes Formatif

TINJAUAN MATA KULIAH... MODUL 1: LOGIKA MATEMATIKA 1.1 Kegiatan Belajar 1: Latihan Rangkuman Tes Formatif Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... i MODUL 1: LOGIKA MATEMATIKA 1.1 Pernyataan, Negasi, DAN, ATAU, dan Hukum De Morgan...... 1.3 Latihan... 1.18 Rangkuman... 1.20 Tes Formatif 1...... 1.20 Jaringan Logika

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PLANT RELIABILITY DAN RISIKO DI PABRIK PHONSKA PT.PETROKIMIA GRESIK

PERHITUNGAN PLANT RELIABILITY DAN RISIKO DI PABRIK PHONSKA PT.PETROKIMIA GRESIK PERHITUNGAN PLANT RELIABILITY DAN RISIKO DI PABRIK PHONSKA PT.PETROKIMIA GRESIK IGP Raka Arthama, Patdono Soewignjo, Nurhadi Siswanto, Stefanus Eko Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi

Lebih terperinci