IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH"

Transkripsi

1 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Kependudukan Komponen penting pada bagian ini adalah penyajian dan mendeskripsikan tentang data kependudukan, perkembangan dan kepadatan serta jenis pekerjaan penduduk juga proyeksi pertumbuhan penduduk. Selanjutnya komponen ekonomi yang berkaitan dengan pertumbuhan dan indikator ekonomi serta keunggulan komparatif dan kompetitif berdasarkan masing-masing sektor di deskripsikan juga. Kemudian komponen keuangan daerah disajikan juga untuk melihat sejauh mana penggunaan anggaran pendapatan dan belanja daerah serta realisasinya. Berkaitan dengan komponen lingkungan, maka aspek ekologi wilyah, ekologi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan ekologi pantai serta ekologi air menjadi bagian penyajian. Terakhir adalah mendeskripsikan tentang profil rumah tangga di lokasi penelitian. Aspek yang dominan memberikan pengaruh dalam setiap perencanaan pembangunan wilayah sebuah daerah yaitu penduduk. Pentingnya masalah penduduk dikarenakan penduduk merupakan sumberdaya manusia yang berperan dalam men yusun dan mensintesis perencanaan. Peranan atau partisipasinya sangat diperlukan agar hasil perencanaan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan. Penduduk dapat berperan sebagai pelaku dan juga sebagai sasaran dalam proses perencanaan pembangunan bahkan berpeluang menjadi korban suatu perencanaan yang tidak baik. Dinamika pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan menjadi persoalan bagi pemerintah dalam menata pembangunan yang diarahkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarat, sehingga faktor manusia tetap mengambil peran yang penting terutama dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk tersebut, penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan daerah dan kemasyarakatan. Memperhatikan data yang diperoleh, dapat d i ketahui konsentrasi jumlah penduduk yang paling tinggi terdapat di Kecamatan Kabila dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebesar jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terkecil terdapat di Kecamatan Bulango Ulu dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama hanya sebesar jiwa. Dilihat dari jumlah keseluruhan

2 66 penduduk yang ada di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2009 yaitu sebesar jiwa, maka diperoleh kepadatan penduduk rata-rata di kabupaten ini adalah sebesar 66 jiwa per km 2. Kepadatan penduduk terus meningkat seiring adanya pertumbuhan penduduk sekaligus menjadi penentuan peningkatan permintaan dan penawaran barang dan jasa atau dalam istilah pemasaran sebagai konsumen. Sebaran penduduk setiap kecamatan di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada (Tabel 11). Tabel 11. Jumlah Penduduk Kabupaten Bone Bolango dirinci per Kecamatan Tahun 2005 s/d 2010 No Kecamatan Tapa 19,016 19,177 6,723 6,900 6, Bulango 9,235 9,313 6,423 6,263 6,537 Utara Bulango - - 8,508 8,631 8,775 Selatan Bulango - - 4,720 5,366 5,325 Timur Bulango Ulu - - 3,481 2,955 3, Kabila 18,307 18,459 17,737 18,318 18, Botu Pingge 4,953 4,995 5,209 5,389 5, Tilong Kabila 14,511 14,634 14,494 14,726 15, Suwawa 24,635 24,843 9,267 9,999 9, Suwawa - - 4,349 4,466 4,510 Selatan Suwawa - - 5,710 5,582 5,815 Timur Suwawa - - 5,100 4,999 5,201 Tengah Bone Pantai 9,487 9,567 9,655 8,889 9, Kabila Bone 9,407 9,487 9,512 9,400 9, Bone Raya 9,504 9,584 5,346 4,767 4, Bone 7,852 7,918 8,164 8,306 8, Bulawa - - 4,650 5,069 4, Jumlah Total 126, , , , , ,915 Sumber: Kabupaten Bone Bolango Dalam Angka, 2011

3 Pertumbuhan Penduduk Tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Bolango selama kurun waktu 4 tahun (tahun 2007 tahun 2010) mengalami kenaikan sebesar 0,98 persen atau jiwa setiap tahunnya, dimana jumlah penduduk pada tahun 2007 berjumlah ; tahun 2008 berjumlah dan tahun 2009 jumlah penduduk di Kabupaten Bone Bolango berjumlah Tren pertumbuhan penduduk erat hubungannya dengan pertumbuhan di sektor lain, meskipun tren pertumbuhannya tidak sama dengan laju tren pertumbuhan penduduk. Disisi lain kondisi demografis Kabupaten Bone Bolango yang berbatasan langsung dengan Ibu Kota Provinsi Gorontalo menjadi pilihan bagi masyarakat untuk menempati pemukiman-pemukiman yang baru dan nyaman yang telah disiapkan oleh pemerintah daerah di Kabupaten Bone bolango. Trend nampak pada (Tabel 12). Tabel 12. Perkembangan Jumlah Penduduk Setiap Tahun di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2007 s/d 2010 (dalam persent) No Kecamatan 2007 % 2008 % 2009 % 2010 % 1 Tapa ,23 2 Bulango Utara ,52 3 Bulango Selatan ,63 4 Bulango Timur ,73 5 Bulango Ulu ,21 6 Kabila ,51 7 Botu Pingge ,22 8 Tilong Kabila ,50 9 Suwawa ,63 10 Suwawa Selatan ,15 11 Suwawa Timur ,28 12 Suwawa Tengah ,18 13 Bone Pantai ,19 14 Kabila Bone ,23 15 Bone Raya ,67 16 Bone ,37 17 Bulawa ,01 Jumlah/Total 0,82 % 0,78% 1.36% 2,14% Sumber: Kabupaten Bone Bolango Dalam Angka, 2010

4 Perkembangan Penduduk Menurut Kelompok Umur Klasifikasi penduduk berdasarkan struktur umur sangat membantu pemerintah dan dunia usaha untuk menyusun program dan strategi terkait dengan kesiapan umur produktif dan siap bekerja pada suatu wilayah. Penggambaran penduduk menurut struktur umur juga berguna untuk mengetahui jumlah penduduk produktif dan penduduk non produktif. Hal ini akan berpengaruh pada angkatan kerja di suatu wilayah serta tingkat ketergantungan penduduk non produktif pada penduduk produktif. Penggambaran penduduk menurut struktur umur juga diperlukan untuk perhitungan penyediaan fasilitas sosial dan ekonomi. Dilihat dari struktur umur penduduk, suatu wilayah dapat dikategorikan dalam 3 klasifikasi, yaitu: 1) Penduduk tua (old population), jika penduduk yang berumur antara 0-14 tahun < 30 persen dan penduduk yang berumur +65 tahun > 10 persen; 2) Penduduk muda (young population), jika penduduk yang berumur antara 0-14 tahun > 40persen dan penduduk yang berumur +65 < 5 persen. 3) Penduduk produktif (productive population), jika penduduk yang berumur antara 0-14 tahun berkisar 30 persen sampai 40 persen dan penduduk yang berumur +65 tahun berkisar antara 5 persen sampai 10 persen. Distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada (Tabel 13). Tabel 13. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Beban Ketergantungan di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2009 Kelompok Umur (Tahun) Tahun JUMLAH beban ketergantungan 63,05 Sumber : Diolah dari Data BPS Bone Bolango,Tahun 2010 Berdasarkan data penduduk, struktur penduduk Kabupaten Bone Bolango menurut kelompok umur memperlihatkan struktur umur produktif. Pada tahun 2009 jumlah penduduk usia produktif relatif lebih banyak dibanding kelompok usia lainnya. Jumlah penduduk usia produktif pada tahun 2009 mengalami

5 69 kenaikan sebesar jiwa dibanding tahun Diperkirakan laju pertumbuhan tingkat angkatan kerja akan tumbuh pesat dimana sebagai daerah yang berkembang, tentu lapangan kerja semakin besar dan akan berdampak langsung terhadap kebutuhan jumlah tenaga kerja yang besar pula Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk menggambarkan tekanan penduduk terhadap luas wilayah. Jumlah penduduk terus bertambah, sedangkan lahan yang ada tetap, mengakibatkan kepadatan semakin bertambah tinggi. Kepadatan penduduk dapat menjadi alat untuk mengukur kualitas dan daya tampung lingkungan. Kepadatan penduduk per kecamatan di kabupate Bone Bolango dapat dilihat pada (Tabel 14). Tabel 14. Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Tahun 2010 di Kabupaten Bone Bolango No Kecamatan Penduduk Luas (Km 2 ) Kepadatan Penduduk (Km 2) 1 Tapa 6,575 6, Bulango Utara 6, , Bulango Selatan 8,775 9, Bulango Timur 5,325 10, Bulango Ulu 3,046 78, Kabila 18, , BotuPingge 5,462 47, Tilongkabila 15,375 79, Suwawa 9,881 33, Suwawa Selatan 4, , Suwawa Timur 5, , Suwawa Tengah 5,201 64, Bone Pantai 9, , Kabila Bone 9, , Bone Raya 4,979 64, Bone 8,307 72, Bulawa 4, ,01 42 Jumlah 131, ,58 66 Sumber: Kabupaten Bone Bolango Dalam Angka, 2010

6 70 Kepadatan Kabupaten Bone Bolango mengalami perubahan setiap tahunnya, berdasarkan hasil perhitungan kepadatan penduduk, diketahui laju pertambahan kepadatan penduduk meningkat sekitar 1 jiwa/km 2 setiap tahun. Dilihat dari data kepadatan, wilayah yang mengalami tingkat kepadatan paling tinggi adalah Kecamatan Bulango Selatan dengan kepadatan penduduk tahun 2009 sebesar 889 jiwa per km 2, dan kecamatan dengan tingkat kepadatan paling rendah berada di Kecamatan Suwawa Timur dengan jumlah kepadatan penduduk pada tahun 2009 sebesar 12 jiwa per km Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan untuk mata pencaharian penduduk yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah di sektor pertanian, dimana jumlah penduduk pada tahun 2009 yang bekerja di sektor ini adalah sebanyak jiwa atau sebesar 38,7 persen. Jenis pekerjaann yang tergolong sektor terkecil yang menyerap tenaga kerja adalah penduduk yang bekerja di sektor listrik, gas dan air sebanyak 47 jiwa atau sebesar 0,09 persen dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan dapat di lihat pada (Tabel 15). Tabel 15. Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2009 di Kabupaten Bone Bolango No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Pegawai Negeri ,2 2 Pertanian ,7 3 Pertambangan ,9 4 Industri ,8 5 Listrik, Gas & Air 47 0,09 6 Konstruksi ,1 7 Perdagangan ,4 8 Transportasi & Komunikasi ,7 9 Keuangan 699 1,3 10 Jasa ,7 Jumlah Total Sumber : Diolah dari Data BPS Bone Bolango,Tahun 2010

7 Proyeksi Kependudukan Untuk dapat merencanakan pembangunan di masa yang akan datang, maka proyeksi jumlah penduduk sangat diperlukan dalam menghitung besaran kebutuhan perencanaan kawasan.tujuannya adalah untuk menjadi informasi ilmiah bagi para pihak untuk menentukan arah kebijakan pembangunan daerah terutama kaitannya terhadap ketersediaan daya dukung lahan dan kelembagaan masyarakat bila asumsi pertumbuhan penduduk akan mencapai jumlah tertentu. Dalam menentukan arahan pengembangan kawasan perencanaan Kabupaten Bone Bolango, dibuat proyeksi penduduk selama rentang waktu Adapun tahapan yang dilalui dalam penghitungan proyeksi penduduk adalah dengan menghitung tingkat pertambahan penduduk alamiah (sudah termasuk komponen migrasi neto). Formulasi yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan penduduk untuk setiap periode waktu yaitu : Pt = Po. (1 +r) n Dimana : Pt = Jumlah penduduk tahun ke-t Po n r = Jumlah penduduk tahun dasar = kurun waktu = Tingkat pertumbuhan penduduk diasumsikan bahwa kebijakan percepatan pengembangan perekonomian (melalui penggalian secara intensif potensi-potensi yang dimiliki oleh wilayah perencanaan) serta kebijakan ketenagakerjaan (pemberian berbagai bentuk insentif untuk membuka peluang usaha baru dan sekaligus menyerap tenaga kerja) mempunyai dampak positif kepada pertumbuhan penduduk di wilayah perencanaan. Proyeksi jumlah penduduk ditampilkan pada (Tabel 16).

8 72 Tabel 16. Proyeksi Jumlah Penduduk Kab. Bone Bolango Tahun No kecamatan Proyeksi Jumlah Penduduk Tapa Bulango Utara Bulango Selatan Bulango Timur Bulango Ulu Kabila Botupingge Tilongkabila Suwawa Suwawa Selatan Suwawa Timur , Suwawa Tengah Bone Pantai Kabila Bone Bone Raya Bone Bulawa Total Sumber : Diolah dari Data BPS Bone Bolango,Tahun 2010 Dari hasil perhitungan proyeksi penduduk menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango dari tahun hanya sebesar 0,98 persen, sementara untuk tahun rencana yaitu antara tahun rata-rata pertumbuhannya sebesar 1,98 persen. Salah satu faktor pendorong tingginya proyeksi laju pertumbuhan penduduk di kabupaten ini adalah karena Kabupaten Bone Bolango merupakan daerah pemekaran yang belum lama ini terbentuk dan masih akan terus berkembang dan letaknya yang bersebelahan dengan Kota Gorontalo yang merupakan ibukota Provinsi Gorontalo, sehingga berpotensi untuk menarik migrasi penduduk dari daerah lainnya (kota Gorontalo).

9 Sektor Ekonomi Sejak kelembagaan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2004 disetujui oleh Presiden sebagai kabupaten otonomi baru yang ke lima di Provinsi Gorontalo kelembagaan ekonomi terus dibenahi meskipun terkesan terlambat dan mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor demografis dan geografis wilayah yaitu secara demografis masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Bone Bolango telah lama memiliki keterikatan langsung dengan kegiatan ekonomi di Kota Gorontalo (Ibu Kota Provinsi Gorontalo) yang hanya berjarak sekitar 7 km dari Ibu Kota Kabupaten Bone Bolango baik di sektor pengolahan hasil produksi maupun sektor jasa. Aspek geografis yaitu kawasan lindung yang tersebar mulai dari wilayah utara (Kecamatan Bulango Utara) membentang luas sampai kewilayah selatan (Kecamatan Bone Raya, Bone, Bulawa, dan Bone Pantai) yaitu sekitar 2/3 wilayah ini adalah Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan hanya 1/3 wilayah atau kawasan budidaya. Oleh karena itu faktor-faktor pertumbuhan ekonomi tersebut sedikit terlambat bila dibandingkan dengan wilayah Kabupaten pemekaran lain di Provinsi Gorontalo seperti Kabupaten Pohuwato yang berada di ujung paling barat dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Tengah bila dibandingkan dengan Kabupaten Bobe Bolango yang berbatasan langsung dengan Sulawesi utara merupakan Provinsi dengan pertumbuhan ekonominya lebih tinggi. Wilayah ini adalah hinterland dari kota Gorontalo sehingga keterkaitan langsung maupun tidak langsung tetap memilki peluang untuk ditumbuhkembangkan seperti sektor properti (pemukiman) dimana wilayah kota Gorontalo semakin terdesak oleh kebutuhan ketresediaan lahan yang notabene lahan-lahan tersebut masih cukup tersedia di Kabupaten Bone Bolango Pertumbuhan Ekonomi Aspek utama menjadi pertimbangan dalam mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu pada tingkatan mana klasifikasi pertumbuhan antarsektor tersebut. Artinya makna pertumbuhan ekonomi di suatu daerah yang masih berada pada tingkatan primer akan berbeda dengan daerah yang telah naik peringkatnya pada sektor sekunder, demikian pula daerah yang telah lebih meningkat lagi yaitu pada

10 74 tingkatan tersier. Kabupaten Bone Bolango masih berada pada tingkatan pertama yaitu primer sehingga hal ini akan memengaruhi pemaknaan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bone Bolango. Indikator pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan kebutuhan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan atau penurunan pertumbuhan ekonomi wilayah secara agregat, sehingga para pihak dapat mengetahui kinerja ekonomi tersebut untuk menjadi rujukan arah kebijakan pengembangan ekonomi ke depan dengan mengamati sektor-sektor manakah yang dapat menjadi penghela perekonomian wilayah. Oleh karena itu kemungkinan-kemungkinan yang menjadi rujukan lain di luar sektor yang menjadi penghela ekonomi bisa saja terjadi karena adanya keterkaitan antar wilayah di suatu daerah. Analisis ekonomi dilakukan untuk mewujudkan ekonomi wilayah yang berkelanjutan melalui keterkaitan ekonomi lokal dalam sistem ekonomi wilayah yang lebih luas. Analisis ekonomi diarahkan untuk menciptakan keterkaitan ekonomi antar kawasan di dalam wilayah kabupaten dan keterkaitan ekonomi antar wilayah kabupaten. Dari analisis ini, diharapkan diperoleh pengetahuan mengenai karakteristik perekonomian wilayah dan ciri-ciri ekonomi kawasan dengan mengidentifikasi basis ekonomi kabupaten, sektor-sektor unggulan, besaran kesempatan kerja, pertumbuhan dan disparitas pertumbuhan ekonomi di wilayah kabupaten. Selain itu penilaian terhadap tingkat pertumbuhan perekonomian juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk di wilayah rencana dengan melihat dominasi kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh mayoritas penduduk. Kemampuan sektor basis selalu dipandang sebagai sektor penghela ekonomi akan tetapi sektor basis akan nampak peningkatannya bila terjadi hubungan antarsektor. Dengan mengetahui tingkat pertumbuhan sektor ekonomi di Kabupaten Bone Bolango maka hal ini akan membantu dalam upaya mengenali kekayaan dan potensi yang dimiliki untuk menunjang kemajuan pembangunan secara umum maupun secara sektoral. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto seluruh kegiatan ekonomi di wilayah tertentu pada periode waktu tertentu, tanpa memperhatikan kepemilikan faktor produksi. Dalam penyajian PDRB dapat dibuat dalam dua bentuk, yaitu PDRB atas harga

11 75 berlaku dan PDRB atas harga konstan. PDRB Kabupaten Bone Bolango berdasarkan harga berlaku dan harga konstan mulai tahun Indikator ekonomi melalui analisis PDRB di Kabupaten Bone Bolango bila dilihat seperti pada (Tabel 17), nampak bahwa sektor yang memainkan peran cukup besar yaitu sektor pertanian. Sektor ini sejak tahun terus mengalami peningkatan yaitu sekitar 4 persen. Peningkatan sektor pertanian disusul sektor industri pengolahan sejak tahun terus mengalami peningkatan yaitu 3 persen dari rata-rata kenaikan per tahunnya. Sektor perdagangan hotel dan restoran merupakan urutan berikutnya pada periode tahun yang sama terus mengalami peningkatan yaitu sekitar 6 persen. Meskipun dari prosentase sektor perdagangan restoran dan yang lebih tinggi namun dari total masing-masing setiap tahun sektor pertanian yang lebih unggul. Bila dilihat dari urutannya maka sektor yang menempati urutan kedua yang mengalami peningkatan setelah sektor pertanian yaitu sektor jasa-jasa yaitu Rp 146,583. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone Bolango telah berada pada stadia sekunder. Peningkatan pertumbuhan sektor jasa-jasa belum dapat menempatkan posisi perekonomian daerah ini seperti yang didefinisikan dalam stadia sekunder tersebut. Karena indikator ekonomi dalam perhitungan ini bersifat makro dimana hal-hal yang berkaitan dengan perilaku ekonomi ditingkat rumahtanga perekonomian suatu wilayah belum dapat dikategorikan dalam perhitungan PDRB. Adapun perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku dapat dilihat pada (Tabel 17).

12 76 Tabel 17. Perkembangan PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bone Bolango Tahun (Juta Rupiah) No Sektor 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, Gas dan Air Bersih Tahun Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) Sumber : BPS Bone Bolango,Tahun 2011 Berdasarkan hasil penghitungan PDRB Kabupaten Bone Bolango (atas dasar harga berlaku) tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari total jumlah PDRB 459,585 juta rupiah di tahun 2005 menjadi 849,263 juta rupiah pada tahun 2009 atau mengalami peningkatan ratarata sebesar 16,6 persen per tahun. PDRB Bone Bolango (atas dasar harga berlaku) masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor lain yang turut berperan besar dalam pembentukan PDRB adalah sektor perdagangan, sektor industri pengolahan dan sektor jasa. Sedangkan hasil perhitungan untuk nilai PDRB Kabupaten Bone Bolango (atas dasar harga konstan) pada rentang waktu yang sama, rata-rata per tahunnya mengalami kenaikan sebesar 6,09 persen,

13 77 dimana jumlah PDRB pada tahun 2005 sebesar 208,386 juta rupiah dan pada tahun 2009 PDRB sebesar 264,028. Selanjutnya perkembangan PDRB Kabupaten Bone Bolango atas dasar harga kontan dapat dilihat pada (Tabel 18). Tabel 18. Perkembangan PDRB (Atas Dasar Harga Konstan) Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005 Tahun 2011 (Juta Rupiah) N o Sektor 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 2 Pertambangan & Penggalian 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, Gas & Air Bersih Tahun Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB (Atas Dasar Harga Konstan) Sumber : BPS Bone Bolango,Tahun 2011 Tabel 19 mendeskripsikan distribusi persentase Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha. Dari sembilan sektor ini terdapat enam sektor yang mengalami penurunan yaitu sektor industri pengolahan 12,82 persen pada tahun 2009 turun menjadi 12,12 persen pada tahun 2010, demikian pula sektor listrik gas dan air bersih pada tahun ,35 persen turun menjadi 0,31 persen tahun pada Sektor konstruksi pada tahun 2009 sebesar 4,79 persen turun menjadi 4,67persen pada tahun 2010, demikian pula sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 12,54 persen tahun pada 2009

14 78 turun menjadi 12,18 persen pada tahun 2010 juga diikuti oleh sektor pengangkutan dan sektor jasa-jasa. Salah satu alasan penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu karena adanya kenaikan harga-harga barang dan jasa-jasa. Karakteristik masyarakat Gorontalo termasuk di Kabupaten Bone Bolango suka mengkonsumsi banyak cabai (rica). Kondisi tersebut terkadang dapat mempengaruhi suplai komoditi cabai karena permintaan terus meningkat sementara produksi cabai (rica) belum memenuhi permintaan, apalagi bila terjadi musim kemarau produksinya cukup menurun dan dapat mempengaruhi inflasi. Distribusi presentasi Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha dapat dilihat pada (Tabel 19). Tabel 19. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Persen) Di Kabupaten Bone Bolango, No Lapangan Usaha Industrial Origin Tahun Year * 2010 ** 1 Pertanian 40,44 39,31 39,63 2 Pertambangan dan Penggalian 0,55 0,59 0,63 3 Industri Pengolahan 13,52 12,82 12,12 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,39 0,35 0,31 5 Konstruksi 4,78 4,79 4,67 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,40 12,54 12,18 7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,09 3,91 3,86 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 10,63 10,73 10,96 9 Jasa-jasa 12,20 14,96 15,63 PDRB 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Bone Bolango tahun 2011 Distribusi persentase Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha terdapat empat sektor yang mengalami peningkatan yaitu sektor pertanian 39,31 persen pada tahun 2009 naik menjadi 39,63 persen tahun pada Sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,59 persen tahun 2009 naik menjadi 0,63 persen tahun pada 2010, demikian pula sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan 10,73 persen tahun pada 2009 naik menjadi 10,96

15 79 persen tahun pada Namun terdapat lima sektor yang mengalami penurunan yaitu sektor industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, konstruksi, perdagangan hotel, dan restoran serta pengangkutan dan komunikasi juga sektor jasa-jasa. Distribusi persentase Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga kontan 2000 menurut lapangan usaha dapat dilihat pada (Tabel 20). Tabel 20. Distribusi Prosentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Persen) Di Kabupaten Bone Bolango, No Lapangan Usaha Tahun * 2010 ** 1 Pertanian 40,43 39,31 39,63 2 Pertambangan dan Penggalian 0,55 0,59 0,63 3 Industri Pengolahan 13,52 12,82 12,12 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,39 0,35 0,31 5 Konstruksi 4,78 4,79 4,67 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,40 12,55 12,18 7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,09 3,91 3,86 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 10,63 10,73 10,96 9 Jasa-jasa 12,20 14,96 15,63 PDRB 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Bone Bolango tahun Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Sektor basis dan non basis di suatu wilayah merupakan sektor yang berpotensi untuk berkembang dan mendukung pertumbuhan serta perkembangan ekonomi wilayah. Sektor basis yaitu sektor utama atau unggulan di wilayah tersebut, sedangkan sektor non basis merupakan sektor penunjang (sektor servis) atau bukan sektor utama. Perkembangan setiap sektor dapat dianalisis menggunakan teknik analisis LQ (Location Quetion), dimana teknik ini merupakan suatu cara untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Sektor yang memiliki nilai LQ > 1 di nyatakan sebagai sektor basis, sedangkan sektor yang memiliki nilai LQ < 1

16 80 dinyatakan sebagai sektor servis. Nilai LQ sektor ekonomi di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada (Tabel 21). Tabel 21. Nilai LQ Sektor-Sektor Ekonomi di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005 Tahun 2007 Sektor Pertanian 0,94 0,89 0,87 a. Tanaman Bahan Makanan 0,71 0,64 0,62 b. Tanaman Perkebunan 0,87 0,93 0,97 c. Peternakan dan hasil-hasilnya 1,30 1,58 1,65 d. Kehutanan 2,08 1,57 1,48 e. Perikanan 1,12 0,80 0,76 2. Pertambangan & Penggalian 1,16 1,07 0,98 a. Minyak & Gas bumi b. Pertambangan Non Migas 0,40 0,47 0,38 c. Penggalian 1,22 1,11 1,03 3. Industri Pengolahan 1,82 2,17 2,27 a. Industri Migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri tanpa Migas 1,82 2,17 2,27 1. Makanan, Minuman & Tembakau 1,74 1,95 2,07 2. Tekstil Barang Kulit & Alas Kaki 2,58 2,72 2,86 3. Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya 2,13 3,37 3,39 4. Kertas dan Barang Cetakan Pupuk Kimia dan barang Cetakan Semen dan Barang galian bukan logam 3,04 2,86 2,77 7. Logam dasar besi & baja Alat angkutan mesin dan peralatan 1,61 1,28 1,16 9. Barang lainnya Listrik, Gas & Air Bersih 0,46 0,54 0,54 a. Listrik 0,44 0,51 0,52 b. Gas c. Air Bersih 0,58 0,68 0,64 5. Bangunan 1,17 1,08 1,08 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 0,82 0,83 0,82 a. Perdagangan Besar & Eceran 0,79 0,80 0,79 b. Hotel c. Restoran 0,99 1,01 1,01 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,04 1,03 0,93 a. Pengangkutan 1,18 1,26 1,24 1. Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya 1,27 1,45 1,50 3. Pengangkutan Laut Angkutan Sungai, Danau & Penyebrangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan 3,10 2,86 3,01 Dilanjutkan pada halaman berikutnya

17 81 Lanjutan tabel 21 b. Komunikasi 0,45 0,34 0,26 1. Pos dan Telekomunikasi 0,45 0,34 0,26 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,40 0,33 0,29 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,88 0,90 1,07 a. Bank 0,77 0,82 1,12 b. Lembaga Keuangan non Bank 0,58 0,44 0,44 c. Lembaga Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 1,14 1,26 1,28 e. Jasa Perusahaan 1,09 1,08 1,07 9. Jasa Jasa 0,43 0,44 0,43 a. Pemerintahan Umum 0,24 0,24 0,23 1. Administrasi Pemerintahan & Pertahanan 0,24 0,24 0,23 2. Jasa Pemerintahan lainnya b. Swasta 1,39 1,55 1,66 1. Sosial Kemasyarakatan 1,13 1,27 1,38 2. Hiburan dan Rekreasi 2,46 2,85 3,08 3. Perorangan dan Rumah Tangga 1,46 1,59 1, Struktur Ekonomi Aspek penting lainya yang dapat ditelaah yaitu struktur ekonomi, karena pertumbuhan ekonomi akan dapat terjabarkan lebih rinci dan jelas pada struktur ekonomi. Untuk itu akan dijabarkan masing-masing struktur ekonomi di Kabupaten Bone Bolango berdasarkan pertumbuhan yang nampak pada Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan Sektor Pertanian Sektor pertanian merupakan kontributor terbesar terhadap PDRB Kabupaten Bone Bolango. Total kontribusi sektor pertanian pada tahun 2009 terhadap nilai PDRB kabupaten adalah sebesar 41,15 persen. Artinya sektor ini menyumbang hampir sebagian dari keseluruhan nilai PDRB Kabupaten Bone Bolango. Semenjak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, persentase kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB ditinjau dari harga berlaku terus mengalami peningkatan rata rata sebesar 17,50 persen per tahun. Pada dasarnya dalam bidang pertanian terdiri atas beberapa subsektor, seperti subsektor tanaman perkebunan, subsektor tanaman makanan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan.

18 82 Besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB kabupaten merupakan implikasi dari luasnya lahan pertanian yang dimiliki serta banyaknya tenaga kerja yang bergerak di sektor ini. Secara riil (berdasarkan interpretasi citra), penggunaan lahan di Kabupaten Bone Bolango untuk keperluan lahan pertanian campuran mencapai ,93 hektar atau setara dengan persen luas wilayah Kabupaten Bone Bolango dengan angkatan kerja yang bergerak di bidang pertanian sebanyak jiwa. Pengembangan sektor pertanian sebagai basis ekonomi kabupaten, diperlukan kebijakan dan investasi yang tepat sasaran. Investasi pada sektor pertanian ditujukan pada beberapa sub sektor yang dianggap memberi andil yang cukup berarti dalam pengembangan perekonomian daerah, antara lain : subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kelautan dan perikanan, serta subsektor kehutanan. Khusus untuk subsektor tanaman pangan dan hortikultura, investasi diutamakan pada pengadaan dan distribusi bahan-bahan pertanian seperti penyediaan bibit unggul, pupuk dan pestisida guna peningkatan kualitas dan kapasitas hasil pertanian. Sedangkan untuk subsektor perkebunan, program investasi diutamakan pada pengadaan industri pengelolaan hasil-hasil perkebunan, selain itu juga diperlukan Investasi sumberdaya manusia guna penelitian dan pengembangan produktivitas hasil perkebunan. Bagi subsektor perikanan, investasi diutamakan untuk pembangunan fasilitas penangkapan ikan, baik yang digunakan untuk keperluan menjala ikan maupun untuk keperluan pendistribusian hasil-hasil perikanan ke daerah-daerah lain di luar Kabupaten Bone Bolango Sektor Pertambangan dan Penggalian Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya mineral di sektor pertambangan dan penggalian belum dapat dirasakan manfaatnya, karena yang melakukan kegiatan pertambangan yaitu pertambangan tanpa izin (PETI). Menurut Undang-Undang Minerba model kegiatan tambang tidak dapat dipungut pajak maupun bentuk retribusi lainnya karena belum menjadi bagian dari sektor yang memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan ekonomi di kabupaten Bone Bolango. Sektor ini memerupakan penyumbang terkecil kedua dalam PDRB

19 83 kabupaten Bone Bolango. Nilai PDRB sektor pertambangan dan barang galian hanya sebesar juta rupiah atau hanya sebesar 0,79 persen dari total jumlah nilai PDRB (atas dasar harga berlaku). Walaupun Kabupaten Bone Bolango kaya akan hasil tambang dan sejak dahulu telah ditambang secara tradisional oleh masyarakat, belum adanya Perda tentang setoran pertambangan tradisional ke kas daerah menjadi salah satu penyebab belum maksimalnya perolehan dari sektor pertambangan Sektor Perdagangan Menempati urutan kedua penyumbang nilai PDRB terbesar di Kabupaten Bone Bolango, sektor perdagangan, hotel dan restoran mulai dilirik untuk terus dikembangkan melihat eksistensi pertumbuhannya yang semakin pesat. Berdasarkan data PDRB, sektor Perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan cukup signifikan dimana PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) tahun 2005 sebesar juta rupiah meningkat menjadi juta rupiah pada tahun 2009 atau mengalami kenaikan rata-rata sebesar 16,76 persen pertahun Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan penyumbang terbesar ke lima dari total nilai PDRB Kabupaten Bone Bolango. Sektor ini terus mengalami peningkatan tiap tahun sebesar 17,65 persen per tahun. Beberapa faktor yang penggerak sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan adalah antara lain pengeluaran konsumsi masyarakat, pembentukan modal usaha, serta pengeluaran pemerintah yang terus mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan kabupaten Sektor Jasa Sebagai sektor penggerak nilai PDRB Kabupaten Bone Bolango terbesar ketiga, sektor jasa-jasa mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar juta rupiah pada tahun 2005 dan meningkat juta rupiah pada tahun 2009 atau mengalami rata-rata kenaikan sebesar 17,6 persen per tahun.

20 84 Peningkatan di sektor ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat akan jasa Sektor Industri Pengolahan Industri yang ada di kabupaten ini hanya terdiri atas industri kecil dan rumah tangga, dimana jumlahnya terus meningkat tiap tahun. Pada Tahun 2005 jumlah perusahaan industri kecil di Kabupaten Bone Bolango tercatat sebanyak unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak orang. Pada tahun 2009 jumlah industri kecil dan rumah tangga meningkat menjadi unit usaha dengan jumlah tenaga kerja orang. Jumlah industri kecil yang tersebar diseluruh Kecamatan di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada (Tabel 22). Tabel 22. Jumlah Industri Kecil di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2009 Indikator No Kecamatan Unit Tenaga Nilai Nilai Bahan Investasi Usaha Kerja Produk Baku 1 Tapa ,150 1,076, ,000 2 Bulango Utara ,275,516 2,635,640 2,159,638 3 Bulango Selatan *) Bulango Timur *) Bulango Ulu *) ,140,684 5,664,262 1,356,547 6 Kabila ,250 5,257,565 3,609,750 7 Botupingge , , ,875 8 Tilongkabila ,000 2,367,250 1,501,000 9 Suwawa ,340 2,859,725 1,908, Suwawa Selatan *) Suwawa Timur *) Suwawa Tengah *) Bone Pantai ,250 1,937,864 1,324, Kabila Bone ,150 1,155, , Bone Raya , , , Bone ,500 1,171, , Bulawa *) Total Sumber : Diolah dari Data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Usaha Kecil, dan Penanaman Modal Kabupaten Bone Bolango,Tahun 2010 *) Data masih gabung dengan Kecamatan Induk

21 Sektor Listrik dan Air Bersih Khusus Air Bersih diinformasikan bahwa Kabupaten Bone Bolango memiliki potensi pengelolaan air yang cukup melimpah karena adanya dua sungai besar (Sungai Bone dan Sungai Bolango) yang mengalir dan bermuara ke Kota Gorontalo. Hasil pengamatan sektor ini belum dikelola secara optimal untuk memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah sekaligus agar potensi air bersih memiliki angaran yang dapat memelihara potensi dalam bentuk jasa lingkungan. Pelayanan listrik di Kabupaten Bone Bolango diselenggarakan oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN), Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) Wilayah VII Cabang Gorontalo dengan sistem interkoneksitas. Pembangkit listrik di wilayah administratif Kabupaten Bone Bolango ada 3 PLTD, yaitu: S.R.Bilunggala, KJG Kabila, PP Tapa. Di sektor pelistrikan jumlah pelanggan listrik yang menggunakan listrik PLN selama tahun 2008 mencapai Jumlah pelanggan listrik dapat dilihat pada (Tabel 23). Tabel 23. Pelanggan Listrik Menurut Unit Kerja Di Kabupaten Bone Bolango Tahun No. Unit Tahun KJG. Kabila PP. Tapa S.R Bilungala Jumlah Sumber: PT PLN Persero Cabang Gorontalo 2009 Kebutuhan air bersih berdasarkan data dari Perusahaan Air Minum Daerah Kabupaten Bone Bolango Jumlah pelanggan PDAM dari tahun 2008 mengalami penambahan jumlah pelanggan yang signifikan tahun Data pelanggan PDAM tahun 2008 sejumlah 659 pelanggan dan pada tahun 2009 jumlah pelanggan PDAM sebesar pelanggan, artinya mengalami kenaikan sebesar 67,07 persen. Sebagian besar pelanggan PDAM disalurkan pada kategori kelompok III yaitu klasifikasi rumah tangga (selain RSS dan mewah), niaga kecil, instansi pemerintahan tingkat Kabupaten/kodya dan Hankam tingkat

22 86 Kabupaten/kodya yaitu sebesar 90,64 persen. Jumlah pelanggan air bersih di Kabupaten Bone Bolango mulai Tahun nampak pada (Tabel 24). Tabel 24. Banyaknya Pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kabupaten Bone Bolango Tahun Tahun 2008 Tahun 2009 Kecamatan KLP KLP KLP KLP KLP KLP KLP KLP KLP Jml KLP I Jml I II III IV V II III IV V Tapa Kabila Tilongkabila Bulawa Bone Pantai Jumlah Sumber: PDAM Kabupaten Bone Bolango 2010 Catatan : KLP I : Hidran Umum, Kamar mandi/wc umum, Terminal Air, Tempat ibadah KLP II : Rumah Sangat Sederhana, Panti Asuhan, Yayasan Sosial, RS Pemerintah, Sekolah Negeri, Instansi Pemerintahan dan Hankam tingkat Kelurahan dan Kecamatan. KLP III : Rumah Tangga (selain RSS & mewah), niaga kecil, industri rumah tangga, Instansi Pemerintahan dan Hankam tingkat Kabupaten/Kodya KLP IV : Rumah mewah, niaga besar dan industri besar KLP V : Pelanggan Khusus Keuangan Daerah Analisis mengenai pembiayaan pembangunan daerah dilakukan untuk mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan pembangunan terutama yang potensial dan besaran biaya pembangunan baik dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), bantuan dan pinjaman luar negeri, perkiraan sumber-sumber pembiayaan masyarakat, dan sumber-sumber pembiayaan lainnya.

23 87 Tabel 25. Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Kabupaten Bone Bolango Tahun No Jenis Pendapatan Daerah Realisasi Tahun 2009 % Jumlah Realisasi Tahun Pendapatan Asli 2, ,80 3, ,70 Daerah Pajak Daerah ,00 0, ,00 0, Retribusi Daerah ,00 1, ,83 1, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan Lain-lain ,80 2, ,87 0,34 Pendapatan Asli Daerah yang sah 1.2 Dana Perimbangan , ,00 94, Dana Bagi Hasil ,00 6, ,00 7,99 Pajak/bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi ,00 72, ,00 76,10 Umum Dana Alokasi ,00 14, ,00 10,41 Khusus Lain-lain 3, Pendapatan Daerah yang sah ,00 2, , Hibah Dana Darurat Bagi Hasil Pajak ,00 1, ,00 1,19 dari Provinsi dan dari Pemerintah Daerah Lainnya Pendapatan lainnya ,00 1, Dana Penyesuaian ,00 1,32 dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah Lainnya**) ,00 0,95 JUMLAH PENDAPATAN DAERAH ( ) , , Sumber : Dinas Pengelolaan Aset Daerah & Keuangan, Kab.Bone Bolango, 2010 % Dari data pada Tabel 25 diketahui bahwa total pendapatan Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 meningkat sebesar 5 persen dibanding tahun sebelumnya. Dimana total pendapatan pada tahun 2008 sebesar juta rupiah dan pendapatan pada tahun 2009 sebesar juta rupiah. Besarnya

24 88 jumlah pendapatan ini didominasi oleh Dana Perimbangan sebesar 94,50 persen dimana komponen penyumbang terbesarnya diperoleh dari dana alokasi umum yaitu sebesar 76,10 persen dari total jumlah pendapatan yang diperoleh. 4.4 Ekologi Wilayah Wwilayah Kabupaten Bone Bolango memiliki kawasan lindung paling luas di Provinsi Gorontalo yaitu Taman Nasional Bogani Nani Wartabone sehingga didalamnya memiliki daerah aliran sungai yang banyak dan menyebar diseluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Diperkirakan terdapat 400 jenis pohon, dengan lebih kurang 24 jenis anggrek, 120 jenis epifit, dan 90 jenis tumbuhan obat yang tumbuh di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Jenis pepohonan khas dan langka antara lain adalah kayu hitam (Dyospiros spp), kayu besi (Intsia spp), kayu matayangan (Pholidocarpus ihur), dan pohon ara pencekik yang menyediakan buah berlimpah bagi banyak satwa. Buah pohon arah adalah makanan utama bagi kera yaki (Macaca nigra) dan julang sulawesi (Rhyticetos cassidix). Selain itu, terdapat beberapa jenis palem seperti palem sarai (caryota mitis), palem landak (Oncosperma horridum), palem tinggi berdaun kipas (Livistona rotundifolia), dan palem liar penghasil gula (Arenga spp). Jenis lainnya adalah kantong semar (Nephenthes sp) dan kayu hitam (Dyospiros celebica). Fauna yang sudah diketahui di kawasan ini terdiri dari 24 jenis mamalia, 11 jenis reptilia, 2 jenis amfibia, 68 jenis aves, 36 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang, dan 19 jenis ikan. Jenis-jenis mamalia endemik Pulau Sulawesi yang terdapat di kawasan ini adalah babi rusa (Babyrousa babyrousa) yang bertumbuh seperti babi, mempunyai taring panjang yang melengkung ke atas dan tidak makan umbi-umbian, tetapi makan buah-buah yang jatuh; anoa besar (Bubalus depresicornus) dan anoa kecil (Bubalus quar-lesi) sering disebut sebagai kerbau kerdil; musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroeckii) yang sulit sekali ditemui; serta kuskus beruang (Phalanger ursinus) dan kuskus kerdil (Phalanger celebensis), satwa ini adalah mamalia bergantung. Jenis primata endemik adalah monyet yaki (Macaca nigra) dan tarsius atau tangkasi (Tarsius spectrum). Jenis aves yang paling unik adalah burung maleo (Macrosephalon maleo), burung ini tidak mengerami telurnya melainkan memendamnya di di dalam tanah dan

25 89 dibiarkan menetas sendiri karena panas bumi atau pantai. Sedikitnya ada 125 jenis burung dengan 45 jenis di antaranya adalah endemik. Jenis endemik lainnya adalah julang sulawesi (Rhyticetos cassidix), burung berparuh besar yang memiliki warna bulu hitam, ekor dan paruh kuning, serta berjambul merah. Burung ini termasuk bertubuh paling besar dibandingkan dengan 54 jenis rangkong yang tersebar di daerah tropis Asia dan Afrika (Kajian Base Line Study UNG, ITB, 2006) Ekologi DAS Kawasan TNBNW merupakan hulu sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Bolang Mongondouw dan Kabupaten Gorontalo. Kawasan ini merupakan daerah tangkapan air bagi Daerah Aliran Sungai (DAS) Ongkag- Dumoga dan DAS Mongondouw yang keduanya terletak di Kabupaten Gorontalo. Sedikitnya ada 20 sungai yang sumbernya berada di kawasan ini. Terpeliharanya daerah tangkapan air yang terdapat di dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone akan menjamin ketersediaan produksi air bagi ketiga bendungan yang ada di sekitar kawasan taman nasional (Bendungan Kasinggolan dan Bendungan Toraut di Kecamatan Dumoga serta bendungan Lolak di Kecamatan Bolaang Uki), sehingga suplai air bagi lahan pertanian, baik di hilir maupun di sekitar taman nasional dengan luas kurang lebih hektar, akan tetap tersedia. Bendungan sangat membantu pertanian, sehingga Kecamatan Dumoga merupakan lumbung beras andalan Propinsi Sulawesi Utara. Produksi Domestik Bruto (PBRB) sektor pertanian untuk Kabupaten Bolaang Mongondouw adalah 16 persen dan Kabupaten Gorontalo sebesar 32 persen, menunjukkan betapa pentingnya kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone sebagai sumber air bagi pertanian. Produksi air bersih dari kawasan taman nasional yang dikelola oleh PDAM akan menjamin kebutuhan air minum bagi masyarakat, khususnya di sekitar kawasan dan umumnya yang ada di Sulawesi Utara bagian tengah dan timur. Sungai merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai potensi sosial ekonomi dan ekologi yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tetapi

26 90 tentu saja kondisi dan kompleksitas biofisik setiap daerah aliran sungai berbeda satu dengan yang lainnya, oleh sebab itu maka dalam upaya pengelolaan daerah aliran sungai diperlukan adanya keterpaduan antara kebijakan pembangunan dengan rencana pengelolaan kawasan. Selain itu peran penduduk dan masyarakat yang bermukim di DAS terutama di daerah hulu dan sekitar sungai, sangat diperlukan untuk ikut memelihara dan melestarikan kawasan ini. Daerah Aliran Sungai merupakan gabungan sejumlah sumberdaya darat dan perairan, dalam suatu hubungan interaksi dan interchange yang saling terkait. DAS dapat disebut sebagai suatu sistem dan tiap-tiap sumberdaya penyusunnya menjadi sub-sistem atau anasirnya (component). Anasir-anasir DAS meliputi iklim hayati (bioclimate); relief permukaan daratan; geologi atau sumberdaya mineral, tanah, air (air permukaan dan air tanah), flora, fauna, manusia dan berbagai sumberdaya budaya lainnya. Kabupaten Bone Bolango mempunyai dua Daerah Aliran Sungai Besar, yaitu DAS Bone dan DAS Bolango, kedua DAS ini bermuara pada satu tempat yaitu teluk Tomini. Selain DAS besar, di Kabupaten ini terdapat juga DAS-DAS kecil lainnya yang umumnya terdapat hampir di seluruh wilayah pegunungan di pinggiran kawasan pantai. DAS Bone jauh lebih luas daripada DAS Bolango. Secara bersama-sama, DAS Bolango-Bone mempunyai luas sekitar km 2. DAS Bolango-Bone didominasi (80 persen) oleh wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 40 persen. DAS ini juga rentan terhadap proses degradasi yang cepat jika kawasan hulu dari catchment areanya dikelola secara tidak tepat. DAS ini sangat rentan banjir. Ini terlihat jelas pada seringnya kejadian banjir di Kota Gorontalo. DAS Bolango-Bone (terutama DAS Bolango) memberi kontribusi besar terhadap sedimentasi Danau Limboto yang saat ini lebih banyak berbentuk daratan dari pada perairan, karena sebagian besar dari mangkuk danau telah berubah menjadi daratan. Selanjutnya nama-nama daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Bone Bolango ditampilkan pada (Tabel 26).

27 91 Tabel 26. Nama-Nama Sungai Besar dan Kecil Di Kabupaten Bone Bolango Nama Sungai Panjang (Km) Kecamatan yang Dilalui Bone 90,00 Suwawa, Botupingge Bolango 40,00 Tapa, Bulango, Tilongkabila Tamboo 3,50 Kabila Bone Inengo 10,25 Kabila Bone Kiki 5,00 Kabila Bone Molotabu 5,50 Kabila Bone Aladi 5,00 Kabila Bone Bututonuo 7,25 Kabila Bone Oluhuta 3,75 Kabila Bone Olele 4,00 Bone Pantai Tolotio 6,25 Bone Pantai Butalo 11,50 Bone Pantai Bilungala 15,00 Bone Pantai Tongokiki 6,50 Bone Pantai Tongodaa 2,75 Bone Pantai Uabanga 7,75 Bone Pantai, Bone Raya Tombulilato 20,00 Bone Raya Ombulo 3,50 Bone Raya Mamunga Daa 7,00 Bone Raya Mopuya Daa 5,00 Bone Raya Mopuya Kiki 3,50 Bone Raya Tapambudu 3,25 Bone Raya, Bone Monano 9,50 Bone Topidaa 3,50 Bone SogitaDaa 6,50 Bone Sogita Kiki 5,50 Bone Taludaa 18,00 Bone Sumber : Peta Rupabumi Indonesia, Ekologi Pantai Umumnya fisiografi pesisir pantai di Kabupaten Bone Bolango didominasi hamparan pasir putih dan landscapen ya tidak menunjukkan kehidupan ekosistem mangrove. oleh karena itu perlunya perlakuan teknis untuk meredam atau meminimalisir aktivitas eksogen, sehingga sedini mungkin dapat dihindari kerusakan kawasan sempadan pantai. Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung ditetapkan bahwa daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat adalah kawasan sempadan pantai.

28 92 Kawasan ini mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Tentunya ketentuan ini semata-mata untuk melindungi sumber daya air yang dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia Ekologi Air Tanah Sumber air tanah di Kabupaten Bone Bolango umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan sehari-hari sebagai sumber air bersih berupa sumur. Sedangkan air sumur bor sampai dengan saat ini terdapat 2 buah sumur bor yang telah dibangun umumnya terdapat di Desa Pauwo dan Desa Moutong Kecamatan Kabila. Sumur bor yang ada saat ini dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan ladang dengan kapasitas 25 liter/detik dan 10 liter/detik. Data Sumur Bor di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada (Tabel 27). Tabel 27. Data Pembangunan Sumur Bor di Kabupaten Bone Bolango No Uraian I II 1. No. /Jenis TWG 55 TWG Lokasi (Desa, Kecamatan) Pauwo Kabila Moutong Kabila 3. Tahun Pemboran 4. Koordinat : X , ,000 Y 61938, ,000 Z 14,000 17, Kedalaman (m) 6. Debit (L/Detik) Sumber : Balai Sungai Wilayah Sulawesi II (2005) Sumber air baku potensial lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai air bersih penduduk dan kegiatan pertanian disamping Sungai Bone, Sungai Bolango dan beberapa sungai kecil lainnya. Terdapat beberapa tempat/daerah genangan dengan luasan bervariasi, salah satu yang terbesar adalah danau perintis dengan luas genangan ± 4,0 hektar berada di Kecamatan Suwawa. Sumber air danau berasal dari aliran permukaan tanah dan suplai air dari Saluran Sekunder Irigasi Alale menggunakan Pompa Air Tanpa Mesin (PATM). Model pompa air ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pemerintah daerah lain untuk meninjaunya.

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. Analisis regresi memberikan keleluasaan untuk menyusun model hubungan atau pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Geografi Kabupaten Bone Bolango secara geografis memiliki batas batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Bolaang Mongondow

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL III. EKONOMI MAKRO KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal mendasar suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi itu sendiri pada dasarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan Kabupaten Sleman memuat tentang hasil-hasil analisis dan prediksi melalui metode analisis ekonomi

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product X Produk Domestik Regional Bruto 306 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Gross Regional Domestic Product 10.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

Keterangan * 2011 ** 2012 *** Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO 3.1. Perkiraan Kondisi Ekonomi Tahun 2006 Stabilitas perekonomian merupakan syarat untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam hal ini pemerintah sebagai

Lebih terperinci

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q. Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN 102 VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN Adanya otonomi daerah menuntut setiap daerah untuk dapat melaksanakan pembangunan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013*** 8 6 4 2 5.99 6.29 6.81 6.45 6.52 6.49 6.50 6.29 6.36 6.16 5.81 6.11 6.035.81 3.40 2.69 2.04 2.76 3.37 1.70 1.50 2.82 3.18 1.42 2.61 0-2 (1.42) (1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis 43 KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografis Provinsi Banten dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten. Wilayah Provinsi Banten berasal dari sebagian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 1/8/124/Th. XIII, 25 Agustus 214 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 213 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 213 sebesar 6,85 persen mengalami

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam rencana kerja Pemerintah

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANGKA BELITUNG KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kondisi tanah dan keterbatasan lahan Kota Pangkal Pinang kurang memungkinkan daerah ini mengembangkan kegiatan pertanian. Dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dimana Pemerintah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 46/08/73/Th. VIII, 5 Agustus 2014 KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan II tahun 2014 yang dihitung berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN 164 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN Adanya keterbatasan dalam pembangunan baik keterbatasan sumber daya maupun dana merupakan alasan pentingnya dalam penentuan sektor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci