BAB II LANDASAN TEORETIS. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan sistemik yang sangat
|
|
- Budi Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Metode Tutorial 1. Pengertian Metode Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan sistemik yang sangat kompleks. Untuk mendapatkan suatu hasil pembelajaran yang baik perlu disusun suatu metode yang efektif dan efisien. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Pengertian metode yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan Surakhmad (1986: 75) yang menjelaskan bahwa metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Pendapat di atas sesuai dengan yang disampaikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008), yang menjelaskan bahwa metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, ditemukan kata kunci yang menjadi prinsip mendasar dari metode, yaitu cara, sistem dan tujuan. 6
2 7 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode pada prinsipnya yaitu suatu cara yang dijalankan secara sistemik untuk mencapai suatu tujuan. Ahmadi (1997: 52) menyatakan: metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini mendorong seorang guru untuk mencari metode yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat diserap dengan baik oleh siswa. Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar. 2. Pengertian Tutorial Dasar pemikiran tentang tutorial adalah siswa yang pandai memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman-teman sekelasnya di sekolah atau di luar sekolah/di luar jam mata pelajaran (Semiawan, 1985: 94). Sama hal nya dengan Semiawan, Ischak dan Warji (2003: 82) mengemukakan bahwa: tutorial adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya.
3 8 Ketuntasan dalan belajar tidak selalu berarti telah menyelesaikan tingkatan atau kelas tertentu, tetapi lebih mengarah kepada ketuntasan pada bidang atau sub pelajaran tertentu dengan hasil evaluasi yang cukup memuaskan, sehingga siswa yang telah tuntas tersebut bisa membantu siswa lainnya. Pendapat yang lebih rinci disampaikan oleh Ahmadi (1997: 73), yang berpendapat bahwa tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk arahan dan motivasi agar para siswa belajar secara efisien dan efektif. Selanjutnya, Ahmadi menjabarkan apa yang dimaksud dengan bimbingan, bantuan, petunjuk/arahan, dan motivasi dalam tutorial sebagai berikut: a. Bimbingan berarti membantu para siswa memecahkan masalahmasalah belajar, b. Pemberian bantuan berarti membantu siswa dalam mempelajari materi modul, c. Petunjuk berarti memberikan penjelasan tentang cara belajar secara efektif dan efisien, d. Arahan berarti mengarahkan para siswa dalam mempelajari masingmasing modul, e. Motivasi berarti menggerakan kegiatan para siswa dalam mempelajari modul-modul, mengerjakan tugas-tugas dan mengikuti penilaian. 3. Ciri-Ciri Metode Tutorial Suhito (1984: 64) menjelaskan bahwa dalam model pembelajaran tutorial terdapat ciri-ciri yang menjadi kekhasan dari model pembelajaran ini. Ciri-ciri itu antara lain sebagai berikut:
4 9 a. Tujuan pengajaran dari model pembelajaran tutorial ini adalah memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong dalam kehidupan, mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota merasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab, mengembangkan kemampuan kepemimpinan ketrampilan pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok. b. Siswa dalam pembelajaran ini memiliki ciri ciri : Tiap siswa merasa sadar diri sebagai anggota kelompok Tiap siswa merasa sadar diri memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok Memiliki rasa saling membutuhkan dan tergantung Interaksi dan komunikasi antar anggota Ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok c. Guru berperan dalam pembentukan kelompok, perencanaan tugas kelompok, pelaksanaan, dan tahap evaluasi hasil belajar kelompok. Dalam tahap pembentukan kelompok dipertimbangkan antara lain tujuan yang akan diperoleh siswa dalam kelompok (latihan bergotong-royong, peningkatan kecepatan dan ketepatan kerja, dan lain-lain), latar belakang pengalaman siswa, minat / pusat perhatian
5 10 siswa. Dalam tahap perencanaan tugas kelompok, guru memperhatikan jenis tugas yang diberikan apakah tugas paralel ataukah tugas komplementer. Tugas paralel artinya semua kelompok mendapat tugas yang sama, tugas komplementer artinya kelompok saling melengkapi pemecahan masalah. Dalam tahap pelaksanaan mengajar guru berperan antara lain pemberi informasi umum tentang proses belajar kelompok, guru sebagai fasilitator pembimbing dan pengendali ketertiban kelompok. 4. Pelaksanaan Metode Tutorial Menurut Suherman dalam Supriyadi (2003: 17) pada praktiknya, tutorial dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: tutorial tidak sebaya/tutor kakak, dan tutorial teman sebaya. Pada tutorial tidak sebaya/tutor kakak tutor berasal dari kelas yang lebih tinggi, sedangkan pada tutorial teman sebaya tutor adalah teman sebaya yang lebih pandai atau setidaknya telah menuntaskan pembelajaran dengan hasil yang cukup memuaskan. Branley dalam Suherman yang dikutip Supriyadi, (2003 : 22) menggambarkan hubungan antara tutor dengan siswa lain yang dibimbingnya dalam tutorial sebaya dengan bagan sebagai berikut: student student tutor student student student
6 11 Pelaksanaan model pembelajaran tutorial yang diberikan kepada teman sekelas di sekolah dapat dilakukan sebagai berikut: a. Beberapa siswa pandai yang akan dijadikan tutor disuruh mempelajari suatu topik. Dalam hal ini Supriyadi (Suherman, 2003) menguraikan cara memilih tutor yang baik, perlu diperhatikan syarat-syarat siswa yang ditunjuk sebagai tutor dalam model pembelajaran tutor sebaya agar berjalan efisien adalah sebagai berikut: 1) Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan yaitu dapat menerangan pelajaran kepada temannya. 2) Dapat diterima anggota kelompok, sehingga siswa tidak merasa takut atau enggan untuk bertanya. 3) Dapat menjelaskan pelajaran yang diperlukan oleh siswa. b. Guru memberi penjelasan umum tentang topik yang akan dibahas c. Kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang siswa dan diusahakan kelompok yang dibentuk tersebut adalah kelompok yang heterogen. d. Siswa yang pandai (para tutor) disebar ke setiap kelompok untuk memberikan bantuannya. e. Guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus f. Jika ada masalah siswa yang lebih paham memberi tahu siswa yang kurang paham dan jika ada masalah yang tidak dapat terpecahkan, siswa meminta bantuan kepada guru g. Guru mengadakan evaluasi B. Adjektivedeklination (Deklinasi Adjektif) 1. Hakikat Adjektif Dalam sebuah bahasa adjektif memegang peranan yang penting. Seperti halnya jenis kata yang lain, adjektif memiliki ciri khas tersendiri serta fungsi tertentu. Menurut Jung (1971:302) Das Adjektiv ist die wichtige Wortart, die Merkmale, vor allem Eigenschaften bezeichnet, Dikatakannya bahwa adjektif merupakan jenis kata yang penting yang menunjukan ciri terutama sifat.
7 12 Pendapat berbeda dikemukakan oleh Kürschner (2004:32) yang memberikan batasan tentang kata sifat, sbb:,,adjektive sind auf Substantiv oder Verben bezogene Wörter, die entweder attributive (der schöne Tag) oder prädikativ (Der Tag ist schön) oder adverbial als Umstandsbestimmung (Er singt schön) stehen können. Sie bezeichnen Merkmale oder Eigenschaften der vom Substantiv benannten Gröβe oder des vom Verb benannten Geschehens. Menurutnya adjektif adalah kata-kata yang mengacu pada kata benda atau kata benda yang dapat berfungsi atributif, predikatif atau adverbial. Adjektif menunjukan ciri-ciri atau sifat-sifat dari besaran (ukuran) yang di tunjukkan oleh kata benda atau kejadian yang ditunjukan oleh kata kerja. Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa adjektif adalah kata yang mengacu pada kata benda atau kata kerja. Kata-kata sifat ini dapat bertindak sebagai atribut, predikat dan adverb dan menunjukkan sifat-sifat atau ciri-ciri dari sebuah kata benda atau kata kerja. Penjelasan yang hampir sama mengenai adjektif diberikan oleh Engel (1996:556),, dass Adjektive Wörter ohne konstantes Genus, die zwischen Determinativ und Nomen stehen können. Menurutnya adjektif adalah kata yang tidak memiliki jenis (artikel) yang tetap Adjektif ini dapat diletakkan di antara determinatif dan kata benda. Contoh: die schöne Frau ein toller Mann
8 13 der tolle Bruder mein teures Buch Konsep serupa juga disampaikan oleh Griesbach (1960:25) yang mengemukakan bahwa:,, Das Adjektive ist eine Wortart, die als attributiv ein Nomen oder Pronomen beschreibt oder näher kennzeichnet, wobei es sich seiner Deklinationsform nach dem Nomen oder Pronomen richtet Definisi tersebut menjelaskan adjektif adalah jenis kata yang apabila berfungsi atributif menggambarkan atau menunjukkan sebuah verba atau kata ganti dimana bentuk deklinasi adjektif ini mengacu pada verba dan kata ganti tersebut. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa adjektif adalah sebuah kelas kata yang berfungsi atributif. Senada dengan Griesbach, Götz (1997:24) menjelaskan pengertian adjektif sebagai berikut:,,das Adjektiv ist ein Wort, das man deklinieren und moisten auch steigern kann, das im Deutschen entweder beim Verb (Prädikativ oder Adverb) vor dem Substantiv (Atributif) steht und diesem eine bestimmte Eigenschaft ode rein Merkmal zuschreibt. Menurutnya adjektif adalah sebuah kata yang dapat di deklinasi pada umumnya mempunyai bentuk perbandingan. Jika adjektif berfungsi sebagai atributif maka diletakkan di depan kata benda, namun jika sebagai predikatif atau adverb maka diletakkan dekat dengan kata kerja. Adjektif tersebut menggambarkan sebuah sifat atau ciri tertentu dari suatu kata benda atau kata
9 14 kerja. Contoh : Das kleine Kind ist krank Dalam kalimat tersebut terdapat dua buah adjektif yakni klein dan krank. Adjektif klein mendapat akhiran e karena dalam kalimat tersebut kata sifat ini berfungsi atributif sedangkan adjektif krank tidak mendapat penambahan akhiran karena berfungsi predikatif. Dari contoh diatas tampak bahwa sebagai atribut adjektif merupakan kelas kata yang mengalami perubahan akhiran dan diletakkan di depan sebuah kata benda. Selain itu kata sifat juga dapat berdiri sendiri dan juga dapat diletakkan setelah kata kerja. Hal ini dimungkinkan juga kata sifat tersebut bertindak sebagai predikatif atau adverbial. Dari penjelasan-penjelasan mengenai adjektif seperti yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa adjektif dalam bahasa Jerman adalah kelas kata yang menunjukan ciri khas atau sifat. Sebuah adjektif tidak memiliki jenis artikel dapat berfungsi atributif dan predikatif 2. Penggunaan kata Sifat Engel (1996:556) secara umum mengkasifikasikan adjektif berdasarkan penggunaannya menjadi enam kelompok, yakni: a. Adjektif yang hanya dapat digunakan sebagai atribut Dalam kelompok ini termasuk semua adjektif yang merincikan kelas, tempat atau waktu ke kata benda yang memegang peranan. Contoh:
10 15 ärztlich : der ärztliche Rat parlamentarisch : ein parlamentarischer Staatsekretär b. Adjektif yang hanya dapat digunakan sebagai atribut dan keterangan Adjektif seperti täglich, tatsächlich dan juga adjektif yang menyatakan kualifikasi yang tidak hanya menentukan ukuran namun juga suatu kejadian. Contoh: sein täglicher Spaziergang ( sebagai atribut) Nehmen Sie dieses Mittel täglich ein (sebagai kalimat keterangan) c. Adjektiv yang hanya dapat digunakan sebagai atribut, apposisi dan adjunkt Dalam kelompok ini termasuk sebagian besar partizipien I dan II yakni kata kerja yang berfungsi seperti kata sifat contoh: geöffnet terbuka, weinend yang menangis. Contoh: alle noch geöffneten Bäckerein (sebagai atribut) Alle Bäckereien, teilweise sonntags geöffnet,.(apposisi) Er hatte die Bäckerei geöffnet gesehen. (sebagai adjunkt) Ein schimmernder Teich (atribut) Ein Teich, schimmernd in der Herbstsonne,..(apposisi)
11 16 Der Teich lag schimmernd da. (adjunkt) d. Adjektif yang hanya dapat digunakan sebagai atribut, apposisi, adjunkt dan pelengkap Kedalam kelompok ini termasuk kata sifat ansässig bertempat tinggal di, tätig sibuk. Contoh: sein in Heppenheim tätiger Bruder (atribut) sein Brüder, in Heppenheim tätig,..(apposisi) Ich habe ihr in Heppenheim tätig gesehen. (adjunkt) Sein Brüder war in Heppenheim tätig. (pelengkap) e. Adjektif yang hanya dapat digunakan sebagai atribut, apposisi, pelengkap dan keterangan Yang termasuk ke dalam kelompok ini hanya sebagian kecil kata sifat seperti erheblich cukup besar, gleichzeitig dalam waktu bersamaan, wahrscheinlich kemungkinan. Contoh: eine erhebliche Differenze (atribut) diese Differenze, erhebliche im Hinblick auf seine Einkünfte (apposisi) Diese beiden Vorgänge erfolgen gleichzeitig. (pelengkap)
12 17 Beide fingen gleichzeitig zu reden an. (keterangan f. Adjektif yang kemungkinan digunakan dalam setiap kelas kata Ke dalam kelompok ini termasuk adjektif yang bersifat qualifikatif. Contoh: Ein zuverlässiger Partner (atribut) Unser Vorsitzender, zuverlässig wie immer, (apposisi) Rifki ist zuverlässig. (pelengkap) Sie wird zuverlässig kontrollieren. (adjunkt) Die Sache wird zuverlässig erledigt werden. (keterangan) Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak semua kata sifat dapat digunakan dalam kelima fungsi yang disebutkan diatas secara menyeluruh. 3. Deklinasi Adjektif a. Hakikat Deklinasi Selama adjektif itu dapat dideklinasikan, maka adjektif tersebut dideklinasikan berdasarkan genus, kasus dan jumlah. Namun hal tersebut hanya pada penggunaan atributif. dan jika kata benda memiliki beberapa adjektif, maka semua kata sifat tersebut dideklinasikan sama.
13 18 Heringer (1989:) menyatakan: Flektierte Adjektive in dem Rachmen zwischen Artikel und Substantiv stehen. Definisi tersebut menjelaskan, bahwa adjektif yang dideklinasikan ditempatkan diantara kata benda dan artikel. Pendapat senada dikemukakan oleh Steinmann (1988) : Die Endung eines Adjektives vom Nomen abhängt zu dem es gehört. Das Adjektive hat denselben Kasus (Nominativ, genitive, Dativ oder akkusativ), denselben Numerus (Singular oder plural) und dasselbe genus (Feminin, Maskulin und Neutral). Das heiβt dass das Adjektiv mit dem Nomen congruent ist. Pendapat di atas mengungkapkan bahwa akhiran sebuah adjektif itu bergantung pada kata benda. Adjektif itu memiliki kesamaan kasus (Nominatif, genitif, datif dan akkusatif), jumlah (singular atau jamak) dan Genus (Feminim, maskulin dan neutral) seperti kata benda. Ini berarti bahwa adjektif itu sesuai dengan kata benda. Berdasarkan hal tersebut Steinmann (2003) juga menjelaskan bahwa terdapat 2 kategori dari akhiran adjektif yakni: Wenn das Artikelwort kein Kasussignal hat (oder vor dem Adjektiv kein Artikelwort ist), steht das kasussugnal am Adjektiv, zum Beispiel: ein heiβer Kaffee, ein ruhiges Zimmer Wenn das Artikelwort ein Kasussignal hat (oder wenn ein neutrales oder maskulines Nomen im Genitiv Singular steht),hat das Adjektiv die Endung-e oder en, wie zum beispiel: Wegen des kalten Wassers
14 19 Penjelasan di atas menyatakan: Jika artikel tidak memiliki signal kasus (atau sebelum adjektif tidak terdapat artikel) maka signal kasus terletak pada adjektif, Contoh: : ein heiβer Kaffee, ein ruhiges Zimmer Jika artikel memiliki signal kasus (atau jika sebuah kata benda berjenis neutrum atau maskulin terletak dalam kasus genitif singular), maka akhiran dari adjektif tersebut yakni e atau en Contoh: Wegen des kalten Wassers Berbeda dengan pendapat Steinmann, Homberger dan Madsen (1988) menjelaskan: die Deklination des attributtiven Adjektivs nach drei Bedigungen richtet: 1. Das Adjektiv wird in Genus, Numerus und Kasus entsprechend dem zugehörigen Nomen dekliniert (dies nennt man: gramatische Komgruenz): ich bemerkte eine geöffnete Tür. (feminininum Singular, Akkusativ) 2. Wenn dem Adjektive ein Artikel vorageht, wird es schwach dekliniert: in der Küche duftete es nach einem frischen Fisch 3. Wenn das Adjektiv allein, ohne Artikel, vor dem Nomen steht, wird es stark dekliniert: in der Küche duftete es nach frischem Brot. Penjelasan di atas dapat dipahami yakni: deklinasi adjektif sebagai atribut mengacu pada tiga syarat, yakni:
15 20 1. Adjektif di deklinasikan berdasarkan genus, jumlah dan kasus yang disesuaikan dengan kata benda (hal tersebut dikenal sebagai kesesuaian Grammatik/ tata bahasa) Contoh : Ich bemerkte eine geöffnete Tür (feminimum, Singular, Akkusativ) 2. Jika sebuah artikel terletak di depan adjektif, maka adjektif tersebut di deklinasikan lemah. Contoh : In der Küche duftete es nach einem frischen Fisch 3. Jika adjektif tidak disertai artikel dan terletak di depan kata benda, maka adjektif tersebut dideklinasikan kuat. Contoh : :Iin der Küche duftete es nach frischem Brot. b. Deklinasi Kata Sifat Setiap adjektif atributif tidak langsung terikat oleh kata benda, melainkan oleh satu dari 3 jenis artikel (kata sandang) atau sebuah determinatif. Berikut ini adalah deklinasi artikel (kata sandang) tentu dan tanpa artikel (nol artikel) menurut Klinger (2002) : 1. Adjektive mit dem bestimmten Artikel (Schwahe Deklination) Dalam artikel (kata sandang) tentu hanya terdapat 2 akhiran adjektif yang berbeda, yakni:
16 21 -e : dalam kasus nominativ (mask/fem/neut) dalam kasus akkusatif singular (fem + neutr) -en: dalam jumlah jamak dalam kasus dativ dan genitif jumlah singular dalam kasus akkusatif jumlah singular tetapi berbentuk maskulin Maskulin Sing. NOM der alte Bruder AKK den alten Bruder DAT dem alten Bruder GEN des alten Bruders Plural NOM die alten Brüder AKK die alten Brüder DAT den alten Brüdern* GEN der alten Brüder Neutrum Sing NOM das kleine Kind AKK das kleine Kind DAT dem kleinen Kind GEN des kleinen Kindes
17 22 Plural NOM die kleinen Kinder AKK die kleinen Kinder DAT den kleinen Kindern* GEN der kleinen Kinder Feminin Sing NOM die junge Mutter AKK die junge Mutter DAT der jungen Mutter GEN der jungen Mutter Plural NOM die jungen Mütter AKK die jungen Mütter DAT den jungen Müttern* GEN der jungen Mütter Adjektive nach dieser/diese/dieses und anderen Artikelwörtern Maskulin Sing NOM dieser junge Bruder AKK diesen jungen Bruder DAT diesem jungen Bruder GEN dieses jungen Bruders Plural NOM diese jungen Brüder
18 23 AKK diese jungen Brüder DAT diesen jungen Brüdern* GEN dieser jungen Brüder Neutrum Sing NOM jedes kleine Kind AKK jedes kleine Kind DAT jedem kleinen Kind GEN jedes kleinen Kindes Plural NOM alle kleine Kinder AKK alle kleine Kinder DAT allen kleinen Kindern* GEN aller kleinen Kinder Feminin Sing NOM dieselbe junge Mutter AKK dieselbe junge Mutter DAT derselben jungen Mutter GEN derselben jungen Mutter Plural NOM dieselben jungen Mütter AKK dieselben jungen Mütter DAT denselben jungen Müttern* GEN derselben jungen Mütter
19 24 2. Adjektive nach unbestimmten Artikel (Gemischte Deklination) Maskulin Sing. NOM ein junge Bruder AKK einen jungen Bruder DAT einem jungen Bruder GEN eines jungen Bruders Neutrum Sing NOM ein kleines Kind AKK ein kleines Kind DAT einem kleinen Kind GEN eines kleinen Kindes Feminin Sing NOM eine junge Mutter AKK eine junge Mutter DAT einer jungen Mutter GEN einer jungen Mutter Adjektiv mit Possessivartikel Maskulin Sing NOM sein alter Freund AKK seinen alten Freund
20 25 DAT seinem alten Freund GEN seines alten Freundes Plural NOM seine alten Freunde AKK seine alten Freunde DAT seinen alten Freunden* GEN seiner alten Freunde Neutrum Sing NOM ihr altes Haus AKK ihr altes Haus DAT ihrem alten Haus GEN ihres alten Hauses Plural NOM ihre altes Häuser AKK ihre altes Häuser DAT ihren alten Häusern* GEN ihres alten Häuser Feminin Sing NOM unsere alte Freundin AKK unsere alte Freundin DAT unserer alten Freundin GEN unserer alten Freundin Plural NOM unsere alten Freundinnen AKK unsere alten Freundinnen
21 26 DAT unserer alten Freundinnen GEN unserer alten Freundinnen 3 Adjektive Ohne Artikel Maskulin Sing NOM guter Wein AKK guten Wein DAT gutem Wein GEN guten Weines Sing NOM gute Weine AKK gute Weine DAT guten Weinen* GEN guter Weinen Neutrum Sing NOM reines Wasser AKK reines Wasser DAT reinem Wasser GEN reinen Wassers Plural NOM kleine Kinder AKK kleine Kinder DAT kleinen Kindern* GEN kleiner Kinder
22 27 Feminin Sing NOM klare Luft AKK klare Luft DAT klarer Luft GEN klarer Luft Plural NOM junge Frauen AKK junge Frauen DAT junge Frauen GEN junge Frauen C. Kerangka Berpikir Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar siswa tersebut. Adapun faktor dari luar diantaranya adalah kurikulum, program, sarana dan fasilitas serta guru atau tenaga pendidik. Oleh karena itu keberadaaan model dan strategi pembelajaran sangatlah mendukung dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan menyeluruh. Sejauh ini diketahui bahwa pengajaran yang dilakukan guru kebanyakan menggunakan metode pengajaran konvensional, sehingga anak lebih bersifat pasif. Kebanyakan siswa akan merasa malu atau takut untuk aktif bertanya langsung dengan gurunya apabila dia mengalami kesulitan dalam belajar, selain itu kendala lain yang menyebabkan pasifnya siswa dalam mengajukan suatu
23 28 pertanyaan adalah bahasa apa yang sesuai untuk mengungkapkan maksud yang ingin mereka sampaikan. Melalui model pembelajaran tutor / teman sebaya siswa kecakapan komunikasi siswa akan terlatih, karena dengan model pembelajaran ini siswa akan lebih leluasa untuk bertanya tanpa ada perasaan malu, takut, ataupun kesulitan dalam penyampaian maksud yang ingin mereka sampaikan, karena dalam hal ini guru mereka tak lain adalah teman mereka sendiri, sehingga tidak akan timbul perasaan canggung. Dengan meningkatnya kecakapan komunikasi siswa maka dapat membawa siswa pada pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu hal. Hal tersebut senada dengan pendapat Suherman (2003), yang mengungkapkan bahwa bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Sementara itu, bagi tutor sendiri yang memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa lainnya, pembelajaran dengan metode ini memberikan manfaat bagi pengembangan karakter dan pengalaman. Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman dan sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri. Dalam model pembelajaran tutorial ini, mereka (para tutor) harus berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan teman
24 29 sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan sosial. Dengan demikian, beban yang diberikan kepada mereka akan memberi kesempatan untuk mendapatkan perannya, bergaul dengan orang orang lain, dan bahkan mendapatkan pengetahuan serta pengalaman. Metode tutorial sangat sesuai digunakan dalam pembelajaran bahasa terutama dalam upaya pemerolehan bahasa (kosa kata) maupun pemahaman grammatik. Dengan model pembelajaran teman sebaya, maka tidak ada batasan bagi tiap siswa untuk lebih terbuka dan saling berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya sehingga diharapkan dapat melatih kecakapan komunikasi siswa. Melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir logisnya, dan siswa dapat meng explore ide-ide mereka. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Penggunaan metode tutorial dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran penggunaan grammatik pada materi pokok Adjektivdeklination im Akkusativ
ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN
ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN Herlina Jasa Putri Harahap Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan struktur yang baku yang biasa disebut tata bahasa. Penguasaan tata bahasa merupakan salah
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas / Semester : XI / 1 Materi Pokok : membaca Bestimmte-unbestimmte Artikel im Nominativ und Akkusativ Alokasi waktu : 2 jam pelajaran
Lebih terperinciSKRIPSI. Yogyakartaa. Oleh
PENGGUNAAN ADJEKTIVA DAN ADVERBIA DALAM NOVEL RABET DAN PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA KARYA MARTIN JANKOWSKI SKRIPSI DiajukanKepadaFakultasBahasadanSeni UniversitasNegeri Yogyakartaa UntukMemenuhiSebagianPersyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komponen yang memiliki pola yang beraturan. Aturan tersebut dapat disusun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah satu sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang memiliki pola yang beraturan. Aturan tersebut dapat disusun menjadi kaidah. Sebagai
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA Analisis Penggunaan Kata Sifat lieb dan schön serta Kata Kerja lieben dalam Dongeng Konrad oder das Kind aus der Konservenbüchse karya Christine Nöstlinger MAKALAH NONSEMINAR HANUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar suatu bahasa tidak terlepas dari latihan keterampilan berbahasa. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman terdapat empat
Lebih terperinciBAHAN AJAR / RPP. C. Metode Pembelajaran : Inquiri I. Kegiatan Pembelajaran :
BAHAN AJAR / RPP Bidang Studi : Bahasa Jerman Pokok Tema : Erste Kontake Sub Tema :Erste Kontakte mit Deutschen ( ich, du, sie/er/es (sing), Sie, sie (pl)) Kelas / Semester: X / gasal Standar Kecakapan
Lebih terperinciDiajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sastra
PROSES DEKLINASI AJEKTIVA DALAM MAJALAH JUGENDMAGAZIN JURNAL SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sastra Oleh : Rein Lantang 120913008 SASTRA JERMAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pretest (x) dan
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pretest (x) dan postest (y). Pretest dan postest diselenggarakan dengan menggunakan perangkat
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1. Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Tema Alokasi Waktu Standar Kompetensi Nilai kebangsaan : SMAN 2 Purworejo : Bahasa Jerman : XI IPS/IPS : Familie in Deutschland
Lebih terperinciSILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN
SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN Nama Pendidikan : SMA Kelas / Semester : X / 2 Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur,
Lebih terperinciPRIX JEUNESSE SUITCASE #2
PRIX JEUNESSE SUITCASE #2 PONDS OF MIRROR SPIEGELTEICH IRIB, Iran / 2002 / Live-Drama / 9 Min. / Farbe Der verzweifelte Versuch eines Jungen, das Leben seines Fischs zu retten. Beim Fußballspielen wird
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
(SAP) HÖREN I JR212 PEPEN PERMANA, S.PD. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 1 : Kosakata : Alphabet dan Café d / Struktur: Aussagesatz,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang harus dikuasai adalah tata bahasa. Dalam bahasa Jerman, tata bahasa atau yang biasa dikenal
Lebih terperinci2015 ANALISIS FRASA PREPOSISI DENGAN MODIFIKATOR AUS SEBAGAI ERGÄNZUNGEN DAN ANGABEN DALAM ROMAN BESCHÜTZER DER DIEBE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Pada umumnya, masyarakat Indonesia menguasai dua bahasa yaitu bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SMAN 1 Banguntapan : Bahasa Jerman : XI /Gasal : 2x45 menit Standar Kompetensi : 1. Berbicara Mengungkapkan
Lebih terperinciHUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN. Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana ABSTRAK
HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana Departemen Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi hal yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Seiring dengan berkembangnya zaman, semakin bertambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bahasa Jerman terdapat beberapa aspek penting yang harus dikuasai. Aspek-aspek tersebut terdiri dari keterampilan menyimak, berbicara, membaca,
Lebih terperinciEfektivitas Teknik Permainan Alphabet Race dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman ABSTRAK .
Efektivitas Teknik Permainan Alphabet Race dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman Damayanti, Drs. Setiawan, M. Pd., Dra. Nining Warningsih, M.Pd. Departemen Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya, serta memberikan berbagai informasi kepada
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGGUNAAN DEIKSIS BAHASA JERMAN DALAM PENERJEMAHAN DARI TEKS BAHASA INDONESIA NAMAKU MALUBA BAGAIMANA STATUS ANAK-ANAK PEREMPUAN KITA? KEDALAM TEKS BAHASA JERMAN MEIN NAME
Lebih terperinciKesalahan Penggunaan Konjungsi als dan wenn Pada Karangan Mahasiswa Semester Empat Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang.
Kesalahan Penggunaan Konjungsi als dan wenn Pada Karangan Mahasiswa Semester Empat Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang. Ninuk Rahayu, Rosyidah, dan Edy Hidayat Universitas Negeri
Lebih terperinciRANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Mata Kuliah : Strukturen 1 Kode Matakuliah : JER 46006 Kredit Semester : 4 (empat) Program Studi : Pendidikan Bahasa Jerman Status : Wajib Tempuh Semester /tahun Ajaran
Lebih terperinciUJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008
UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JERMAN PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan
Lebih terperinciPenggunaan Media Memory Games dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman. Tri maryana*, Irma Permatawati, Ending Khoerudin
Penggunaan Media Memory Games dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman Tri maryana*, Irma Permatawati, Ending Khoerudin Abstraksi Kosakata merupakan salah satu aspek yang harus dikuasai dalam mempelajari
Lebih terperinci2015 PENGGUAAN MEDIA BOARDGAME GERMAN TRIP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI ADJEKTIVDEKLINATION PADA SISWA SMA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari dalam pendidikan di Indonesia. Dalam mempelajari bahasa Jerman, sama halnya dalam pengajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jerman pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jerman pada jenjang SMA, berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti salah satu faktor yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Pada pembelajaran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa terdapat empat keterampilan yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik. Keempat keterampilan tersebut yaitu keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat banyak lembaga pendidikan formal maupun nonformal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat banyak lembaga pendidikan formal maupun nonformal yang mengajarkan bahasa Jerman. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki
Lebih terperinciIDE-IDE METODIS-DIDAKTIS UNTUK PENGAJARAN BAHASA JERMAN YANG BERORIENTASI PADA PEMBELAJAR 1. Oleh : HAFDARANI 2
IDE-IDE METODIS-DIDAKTIS UNTUK PENGAJARAN BAHASA JERMAN YANG BERORIENTASI PADA PEMBELAJAR 1 Oleh : HAFDARANI 2 PENDAHULUAN Sebagai guru bahasa Jerman kita sering mendengar atau membaca bahwa pengajaran
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
55 LAMPIRAN 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2/ Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi Waktu
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
9 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini memaparkan teori-teori yang menjelaskan interferensi. Untuk mengetahui jenis interferensi yang terjadi, diperlukan teori tata bahasa ibu dan bahasa asing serta teori interferensi.
Lebih terperinciANALISIS GENITIV DALAM ROMAN CAFÉ SARATOGA KARYA SCHWERDTFEGER Wily Damayyati, Putrasulung Baginda, Hafdarani.
ANALISIS GENITIV DALAM ROMAN CAFÉ SARATOGA KARYA SCHWERDTFEGER Wily Damayyati, Putrasulung Baginda, Hafdarani. Abstraksi Dalam bahasa Jerman terdapat Genitiv. Genitiv adalah salah satu dari empat kasus.
Lebih terperinciRadio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 19 Penipuan Terungkap
Pelajaran 19 Penipuan Terungkap Walaupun bundaran gandum dibuat oleh para petani, tetap mempercayai eksistensi UFO. Informasi yang beredar di penduduk desa tentang penipuan bundaran gandum menyeret dan
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN AJEKTIVA MENJADI NOMINA
ANALISIS PERUBAHAN AJEKTIVA MENJADI NOMINA Yulfitri*), Dr. Mery D. Hutabarat, M.Pd, Dra. Lersianna H. Saragih, M.Pd Abstrak Nomina merupakan kelas kata dalam bahasa Jerman yang dapat terbentuk dari kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isma Mentari, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting untuk dikuasai di samping ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini dikarenakan pada umumnya informasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis.
37 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif dilakukan dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
(SAP) STRUKTUR UND WORTSCHATZ II JR216 IRMA PERMATAWATI, S.PD. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 1 : Kosakata : Sprachen und Biografien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seseorang yang mempelajari suatu bahasa secara tidak langsung dia juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seseorang yang mempelajari suatu bahasa secara tidak langsung dia juga mempelajari aturan tata bahasa itu agar dapat memahami makna serta informasi yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses penerjemahan bukan hanya menyangkut keterampilan seseorang memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis kembali pemahaman
Lebih terperinciKesalahan Pembentukan Finalsatz Bahasa Jerman Oleh Mahasiswa Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang
Kesalahan Pembentukan Finalsatz Bahasa Jerman Oleh Mahasiswa Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang Taufan Reza Achmadi Drs.Tiksno Widiytmoko, M.A. Edy Hidayat, S. Pd., M. Hum. Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini bahasa Jerman merupakan bahasa asing selain bahasa Inggris yang banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan
Lebih terperinciKata Kunci: Teknik Permainan, Magic Box, Penguasaan Kata Benda.
Efektivitas Teknik Permainan Magic Box Untuk Meningkatkan Penguasaan Kata Benda Bahasa Jerman Inesz Dewi Annisa, Hafdarani, Pepen Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
47 Lampiran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2/ Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi Waktu
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGUASAI NOMINA. Imas Aulianingtyas*, Hafdarani, Pepen Permana
ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGUASAI NOMINA Imas Aulianingtyas*, Hafdarani, Pepen Permana Abstraksi Kosakata sangat berperan penting dalam setiap bahasa, karena kosakata merupakan unsur terkecil yang
Lebih terperinci2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN JIGSAW PUZZLE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa asing dalam dunia kependidikan di Indonesia bukanlah hal yang baru di kalangan seluruh peserta didik, karena mulai dari jenjang pendidikan formal yang
Lebih terperinciNo. RPP/JER/21 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari
1. Fakultas / Program Studi : Bahasa dan Seni/ Pendidikan Bahasa Jerman 2. Mata Kuliah & Kode : Hörverstehen III Kode : GER 204 3. SKS : Teori : 1 SKS Praktik : 1 SKS Sem : 1 Waktu : 2 X 50 Menit 4. Standar
Lebih terperinciRadio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 22 Peselancar Yang Hilang
Pelajaran 22 Peselancar Yang Hilang dan mencari jejak ikan hiu. Mereka menemukan sesuatu yang aneh: Papan selancar tanpa pemiliknya di pelabuhan dan berita surat kabar yang membingungkan. Agak jauh dari
Lebih terperinciRadio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak
Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak dan bertanya kepada laki-laki yang dianggap sebagai Raja Ludwig di istana Schloss Neuschwanstein. Tetapi secara kebetulan menemukan sesuatu yang menarik.
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGUASAAN BAHASA INGGRIS SISWA SMA DENGAN PENGUASAAN POSSESSIVARTIKEL BAHASA JERMAN
HUBUNGAN PENGUASAAN BAHASA INGGRIS SISWA SMA DENGAN PENGUASAAN POSSESSIVARTIKEL BAHASA JERMAN Ayu Riani Sondari Abstraksi Dalam pembelajaran bahasa Jerman di SMA, banyak siswa mengalami kendala dalam mempelajari
Lebih terperinciSILABUS. Alokasi Waktu. Sumber Belajar Kompetensi. Standar Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian
SILABUS Nama Sekolah : SMA N 3 Kediri Program : Pilihan/ Umum Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas : XI Semester : 2 Tahun Pelajaran : 2007-2008 : 19 minggu x 2 JP Standar Dasar Materi Pembelajaran Indikator
Lebih terperinciRadio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 26 Perpisahan Ayhan
Pelajaran 26 Perpisahan Satu kabar sedih: harus meninggalkan rekan-rekan kerjanya karena ia akan pindah ke Turki. Walaupun teman kerja membuat satu pesta, namun suasana tetap muram. Ketika tiba di kantor,
Lebih terperinciSurya Masniari Hutagalung Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK
PENERAPAN TEKNIK TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MAHASISWA SEMESTER V TAHUN 2016 PRODI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Surya Masniari Hutagalung Fakultas Bahasa dan
Lebih terperinciKata Kunci: Indefinitpronomen, MOMO, Fungsi, Sintaksis
Analisis Indefinitpronomen dalam Roman Karya Michael Ende MOMO Martha Putri Saraswati *), Mery Dahlia Hutabarat, Lersiana Saragih Abstraksi Promina merupakan kelas kata dalam bahasa Jerman yang berkorelasi
Lebih terperinciUntuk Profesor juga sesuatu yang sulit. Profesor berkonsentrasi dengan akhiran Artikel maskulin dalam Akkusativ.
Pelajaran 21 Ikan Hiu di Hamburg Cuaca hari ini sangat panas. Untung ada suatu kesempatan bagi dan untuk jalan ke kota Hamburg, di dekat laut. Mereka mendapat perintah untuk menyelidik munculnya ikan hiu
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA
PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA Lailatul Rohmah Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Lebih terperinciPENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATERI UHRZEIT. Syaiful Qudsi, Lersianna HS, Pepen Permana
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATERI UHRZEIT Syaiful Qudsi, Lersianna HS, Pepen Permana Salah satu materi yang dipelajari dalam pembelajaran bahasa
Lebih terperinciRadio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 20 Angket Pendengar
Pelajaran 20 Angket Pendengar dan menanyakan pendapatan pendengar. Topik siaran: "Apakah kebohongan berdosa?" Di sini pendengar bisa mengungkapkan bundaran gandum palsu dan menilai tindakan petani. "Apakah
Lebih terperinciPhilipp memberitakan dari Schwarzwald (Blackforest) dan dia menikmati suasana karnaval. Tetapi teman kerjanya, Paula, tidak menyukai tradisi ini.
Pelajaran 14 Nenek Sihir di Schwarzwald (Blackforest) memberitakan dari Schwarzwald (Blackforest) dan dia menikmati suasana karnaval. Tetapi teman kerjanya,, tidak menyukai tradisi ini. menikmati suasana
Lebih terperinciEFEKTIVITAS MEDIA PERMAINAN BUCHSTABENDIKTAT DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN. Milda Anika, Lucky Herliawan Y.A.
1 EFEKTIVITAS MEDIA PERMAINAN BUCHSTABENDIKTAT DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN Milda Anika, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana Abstrak Dalam mempelajari bahasa Jerman ada empat keterampilan
Lebih terperinciKLATJSA RELATIF BAHASA JERMAN : KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIS
KLATJSA RELATIF BAHASA JERMAN : KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIS Makalah disampaikan dalam pembentangan disertasi doktor falsafah Oleh : Dian Indira Pusat Pengajian Bahasa dan Linguistik Universiii Kebangsaan
Lebih terperinciEfektivitas Permainan im Dreierpack Untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman
Efektivitas Permainan im Dreierpack Untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman Silfi Eka Juliani, Azis Mahfuddin Penulis Penanggung Jawab, Nining Warningsih Penulis Penanggung Jawab Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciOleh : Irene Yesy, S.Pd
PEMBAHASAN SOAL UN BAHSA JERMAN TAHUN AJARAN 2016/2017 1. Jawab : E. Hallo Pembahasan : sapaan dalam bahasa Jerman memulai suatu percakapan. Biss dann, Bis spatter, biasanya digunakan untuk salam perpisahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak buku ajar bahasa Jerman yang beredar di masyarakat dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini banyak buku ajar bahasa Jerman yang beredar di masyarakat dengan berbagai macam pilihan yang ditawarkan, mulai dari buku yang hanya berisi tulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN WARNA UNTUK MENGUASAI ARTIKEL KATA BENDA BAHASA JERMAN.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini menguasai bahasa asing merupakan tuntutan zaman. Penguasaan bahasa asing merupakan nilai lebih yang menunjang seseorang memiliki performa setingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama manusia menggunakan bahasa yang berbeda, maka selama itu pula
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama manusia menggunakan bahasa yang berbeda, maka selama itu pula kegiatan penerjemahan dianggap sebagai hal yang sangat penting dan perlu dilakukan. Kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beberapa Sekolah Mengengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jerman sebagai salah satu bahasa asing yang diajarkan pada beberapa Sekolah Mengengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbeda dengan
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN KARANGAN BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XII SMA N 2 KLATEN
ANALISIS KESALAHAN KARANGAN BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XII SMA N 2 KLATEN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna
Lebih terperinciKARTU KUARTET SEBAGAI MEDIA LATIHAN PEMBENTUKAN POLA KALIMAT PERFEKT DALAM MATA KULIAH SCHREIBEN I (MENULIS I)
SKENARIO INOVASI PEMBELAJARAN KARTU KUARTET SEBAGAI MEDIA LATIHAN PEMBENTUKAN POLA KALIMAT PERFEKT DALAM MATA KULIAH SCHREIBEN I (MENULIS I) IRMA PERMATAWATI NIP. 132313369 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN
Lebih terperinciKEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA VIENNA AUSTRIA
KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA VIENNA AUSTRIA N0. SP. :. FORMULIR PERMOHONAN UNTUK MENDAPATKAN VISA BERDIAM SEMENTERA ANTRAGSFOMULAR ZUR ERLANGUNG EINES SEMI-PERMANENT-VISUM 1. Nama lengkap pemohon
Lebih terperinciRadio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 17 Lingkaran di Ladang Gandum
Pelajaran 17 Lingkaran di Ladang Gandum dan Philipp merencanakan menyelidiki bundaran misterius di tengah-tengah ladang gandum. Apakah ini cerita tentang tempat landasan pesawat UFO ataukah seseorang akan
Lebih terperinciModalitas Können dalam Kalimat Bahasa Jerman
Modalitas Können dalam Kalimat Bahasa Jerman oleh Sulis Triyono Abstrak Tulisan ini merupakan pengantar untuk memahami pengertian dasar penggunaan modalitas können dapat dalam kalimat bahasa Jerman. Satuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Metode Peer Tutoring ( Tutor Sebaya )
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Peer Tutoring ( Tutor Sebaya ) Menurut Ischak dan Warji dalam Suherman (2003:276) berpendapat bahwa tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah
Lebih terperinciBAB 2 KERANGKA TEORI
BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1 Teks Teks berasal dari bahasa Latin textus, bentuk verbanya texere, yang berarti jaringan (Heinz, 1994: 15). Berdasarkan pengertian etimologisnya, jaringan, komponen penyusun teks
Lebih terperinciPERANCANGAN MESIN PRESS SAMPAH PLASTIK DENGAN KAPASITAS 200 KG/JAM
PERANCANGAN MESIN PRESS SAMPAH PLASTIK DENGAN KAPASITAS 200 KG/JAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri Oleh: Eduardus Setiadharma 091606070 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (percakapan) untuk mengungkapkan suatu informasi dari pembicara, sebab kata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tata bahasa memiliki cakupan yang begitu luas, meliputi huruf, kata, frasa dan kalimat. Kata merupakan bagian yang penting dalam suatu tulisan dan lisan (percakapan)
Lebih terperinciSTRUKTUR UND WORTSCHATZ II JR 216
SILABUS STRUKTUR UND WORTSCHATZ II JR 216 Irma Permatawati, S.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 SILABUS 1. Identitas Mata Kuliah
Lebih terperinciDEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas
DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL Oleh : Adriani Rasinta Mananohas 070913004 UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS SASTRA MANADO 2013 1
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 2 MAKASSAR ABSTRAK ABSTRACT
ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 2 MAKASSAR Agung Rinady Malik 1 dan Syarifah Fatimah 2 Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar Email
Lebih terperinciMODALITAS KÖNNEN DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN
MODALITAS KÖNNEN DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN oleh Sulis Triyono FBS Universitas Negeri Yogyakarta Abstract This article is an introduction to the basic concept of using the modality of können 'can' in
Lebih terperinciKata kunci: karangan, Präposition nach dan zu, penggunaan
PENGGUNAAN PRӒPOSITION NACH DAN ZU PADA KARANGAN MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN ANGKATAN 2009 UNIVERSITAS NEGERI MALANG Vidya Adinarti, Rosyidah, Desti Nur Aini. vady_art7@yahoo.com ABSTRAK: Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan salah satu bahasa asing yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam pembelajaran bahasa Jerman salah satu aspek yang harus dipelajari dan
Lebih terperinciSUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS
SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS CONTOH-CONTOH KESALAHAN YANG UMUM DILAKUKAN OLEH MAHASISWA DALAM MENULIS KARANGAN BAHASA JERMAN, YANG BERASAL DARI ASPEK BUDAYA 1. Ich und meine Freunde gehen in die
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berhubungan dengan individu dan kelompok lain. Dalam kehidupan sosial, manusia cenderung untuk berkelompok dengan manusia lain
Lebih terperinciKEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI
KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENGGUNAAN WARNA UNTUK MENGUASAI ARTIKEL KATA BENDA BAHASA JERMAN SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN WARNA UNTUK MENGUASAI ARTIKEL KATA BENDA BAHASA JERMAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Jerman Oleh: NITA LISTYANI NIM
Lebih terperinciE JURNAL UNESA ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) BAHASA JERMAN KELAS X MIA 6 SMA NEGERI 1 MAOSPATI TAHUN PELAJARAN 2015/2016
E JURNAL UNESA ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) BAHASA JERMAN KELAS X MIA 6 SMA NEGERI 1 MAOSPATI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Irena Melinda Febriani Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas
Lebih terperinciKALIMAT MAJEMUK KOORDINATIF BAHASA JERMAN: KAJIAN TATA BAHASA TRANSFORMASI. Abd. Kasim Achmad Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar
KALIMAT MAJEMUK KOORDINATIF BAHASA JERMAN: KAJIAN TATA BAHASA TRANSFORMASI Abd. Kasim Achmad Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar E-mail : abdulkasim@unm.ac.id ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciPENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHAREDALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHAREDALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA Fiqih Sri Ayundari, Azis Mahfuddin, Hafdarani SYNOPSE Einer der Faktoren für den Lernprozesserfolg
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
26 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada bab I, dapat dirumuskan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Deskripsi
Lebih terperinciIrma Indriani, Azis Mahfuddin, Irma Permatawati
Efektivitas Penggunaan Metode Talking Stick dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman (Studi Penggunaan Metode Talking Stick di SMAN 3 Cimahi) Irma Indriani, Azis Mahfuddin, Irma Permatawati
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. responden. Angket tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan yang terdiri atas lima
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Analisis Data Dalam bab ini dibahas data yang diperoleh dari angket yang diisi oleh para responden. Angket tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN GRAMATIKA DALAM BERBICARA MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG BERDASARKAN TAKSONOMI SIASAT PERMUKAAN
ANALISIS KESALAHAN GRAMATIKA DALAM BERBICARA MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG BERDASARKAN TAKSONOMI SIASAT PERMUKAAN Lisa Anggraini Pembimbing I: Dra. Rosyidah M.Pd. Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di
- 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia, yang pembelajarannya dimulai pada tingkat SMA. Seperti halnya pada setiap pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. Keterampilan menulis dan keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai dari tingkat SMA sampai tingkat Universitas. Pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa kedua yang diajarkan di Indonesia mulai dari tingkat SMA sampai tingkat Universitas. Pembelajaran bahasa Jerman sebagai bahasa
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan
BAB V PENUTUP Pada bagian ini dipaparkan simpulan dan saran sebagai bagian akhir dalam penelitian ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan analisis data
Lebih terperinci