HUBUNGAN PENGUASAAN BAHASA INGGRIS SISWA SMA DENGAN PENGUASAAN POSSESSIVARTIKEL BAHASA JERMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PENGUASAAN BAHASA INGGRIS SISWA SMA DENGAN PENGUASAAN POSSESSIVARTIKEL BAHASA JERMAN"

Transkripsi

1 HUBUNGAN PENGUASAAN BAHASA INGGRIS SISWA SMA DENGAN PENGUASAAN POSSESSIVARTIKEL BAHASA JERMAN Ayu Riani Sondari Abstraksi Dalam pembelajaran bahasa Jerman di SMA, banyak siswa mengalami kendala dalam mempelajari tata bahasa, contohnya pada materi Possessivartikel (Kata Ganti Kepemilikan). Bahasa Inggris sebagai bahasa asing pertama di sekolah, dapat membantu untuk memudahkan pembelajaran. Hal ini disebabkan penguasaan sebuah bahasa dapat menunjang penguasaan bahasa lainnya. Alasan tersebut yang mendasari penulis untuk mengadakan penelitian ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Inggris siswa SMA, (2) penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman siswa SMA, (3) hubungan antara penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Inggris dan penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman, dan (4) kontribusi penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Inggris terhadap penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman. Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif analitik dengan teknik analisis kolerasi dan teknik analisis regresi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara penguasaan possessive adjective dan Possessivartikel siswa SMA. Kata kunci: Possessivartikel, Possessive Adjective, kata ganti kepemilikan, penguasaan bahasa, transfer tata bahasa Pendahuluan Tata bahasa merupakan aspek yang berpengaruh dalam mempelajari bahasa asing. Belajar tata bahasa dapat saja menjadi hal yang cukup sulit, terutama bagi siswa SMA. Dalam pembelajaran bahasa Jerman di SMA, diketahui bahwa banyak siswa mengalami kendala dalam mempelajari tata bahasa, salah satunya dalam materi Possessivartikel. Hal ini dibuktikan dari hasil tes mengenai materi Possessivartikel atau

2 kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman yang dikerjakan oleh siswa kelas XI IPA dan IPS di sebuah sekolah. Dari hasil tersebut, diketahui masih banyak siswa yang kesulitan menentukan bentuk kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman. Siswa masih kurang jeli menentukan subjek yang menjadi penentu sebuah kata ganti kepemilikan. Selain itu, kata ganti kepemilikan masih sering tertukar dengan bentuk pronominal dalam bahasa Jerman. Tertukarnya kedua bentuk ini mungkin saja disebabkan kurangnya pengalaman siswa dalam mempelajari bahasa Jerman, sehingga untuk mempermudah pembelajaran siswa sering menggunakan kaidah bahasa Indonesia sebagai bahasa yang terlebih dahulu dikuasainya. Dalam kasus kata ganti kepemilikan, pola bahasa Indonesia dengan pola bahasa Jerman berbeda, contohnya seperti berikut: (1) Rina ist seine Schwester. (2) Rina adalah Kepunyaan dia saudara perempuan Rina adalah saudara kepunyaan dia (-nya). Dari contoh kalimat di atas, dapat terlihat perbedaan antara pola bahasa Indonesia dan bahasa Jerman. Perbedaan pertama dapat terlihat dari posisi kata ganti kepemilikan pada kedua bahasa. Posisi kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman adalah di depan nomina, sedangkan dalam bahasa Indonesia di belakang nomina. Perbedaan kedua dapat dilihat dari bentuk perubahan pronomina. Dalam bahasa Jerman, sein berasal dari kata er (dia laki-laki) yang mengalami perubahan bentuk pada kasus kepemilikan. Sementara itu, kata dia yang menunjukkan kepemilikan dalam bahasa Indonesia sama dengan kata dia sebagai subjek, akan tetapi ketika menghadapi kasus kepemilikan kata dia diberi tambahan kata kepunyaan atau dilebur menjadi -nya. Penggunaan kaidah bahasa yang satu ke bahasa yang lainnya seperti di atas disebut transfer tata bahasa. Akan tetapi, transfer kaidah tata bahasa antara satu bahasa ke bahasa lainnya tidak dapat begitu saja dilakukan. Pada kasus tersebut dapat dikatakan bahwa transfer kaidah kata ganti kepemilikan dari tata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jerman mengalami hasil yang negatif. Lain halnya jika siswa melakukan transfer tata bahasa Jerman tersebut dengan bahasa Inggris. Berikut contohnya: (3) Rina ist seine Schwester. (kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman) (4) Rina is his Sister. (kata ganti kepemilikan dalam bahasa Inggris)

3 Pada kalimat (3) dan (4) terdapat kemiripan struktur di antara kedua bahasa. Kemiripan tersebut ditunjukkan dengan struktur kata ganti kepemilikan yang sama di antara kedua bahasa. Sama seperti pada bahasa Jerman, dalam bahasa Inggris kata ganti orang ketiga untuk laki-laki dan perempuan dibedakan. His pada kalimat (7) merupakan kata ganti kepemilikan untuk laki-laki dalam bahasa Inggris yang asalnya dari he (kata ganti orang ketiga untuk laki-laki). Selain itu, penempatan kata ganti kepemilikan di antara kedua bahasa adalah di depan nomina. Dari permasalahan ini, dapat disimpulkan transfer tata bahasa Inggris mungkin saja dilakukan untuk memudahkan pembelajaran bahasa Jerman. Berdasarkan latar belakang di atas diperlukan adanya penelitian untuk melihat pengaruh bahasa Inggris terhadap bahasa Jerman. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes penguasaan bahasa Inggris dan bahasa Jerman siswa SMA. Hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan tentang: (1) penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Inggris siswa SMA, (2) penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman siswa SMA, (3) hubungan antara penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Inggris dan penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman, dan (4) kontribusi penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Inggris terhadap penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman. Di samping itu, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk: (1) memberikan gambaran mengenai hubungan antara penguasaan bahasa Inggris siswa SMA dan penguasaan Possessivartikel bahasa Jerman. (2) menjadi referensi untuk penelitian lanjutan, sekait hubungan bahasa asing pertama dengan penguasaan bahasa asing kedua atau selanjutnya. Landasan Teoretis 1. Hakikat Penguasaan Bahasa Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk berbahasa. Kemampuan berbahasa tersebut merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan. Chomsky (Fachrurrozi, 2010: 24) berpendapat...bahasa adalah potensi dasar yang dimiliki manusia sejak lahir. Pentingnya penguasaan bahasa menuntut setiap orang untuk mempelajari bahasa, sekalipun bahasa ibunya sendiri. Penguasaan bahasa menurut Iskandarwassid (2008:84) diartikan sebagai periode seorang individu memperoleh

4 bahasa atau kosakata baru. Periode yang dimaksud dalam kutipan ini adalah sepanjang hayat. Jadi, selama pembelajar masih mendapatkan kosakata baru atau masih menggunakan kosakata yang sudah didapatkan, maka proses penguasaan bahasa itu masih berlangsung. Skinner (Fachrurrozi, 2010: 22) mengemukakan bahwa penguasaan bahasa adalah berupa kebiasaan-kebiasaan yaitu melalui stimulus, respon, dan penguatan. Penguatan yang dimaksud pada kutipan ini adalah proses pembelajaran. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa pembelajar bahasa tidak dapat hanya mengandalkan kemampuan berbahasa yang dimiliki, akan tetapi tetap perlu adanya penguatan bahasa yang sudah didapatkan. Penguasaan bahasa pertama, kedua, dan selanjutnya masing-masing memiliki proses yang berbeda. Bahasa pertama lazimnya dapat dikuasai secara alami, akan tetapi bahasa kedua dan selanjutnya tidak begitu saja dapat langsung dikuasai. Namun, ternyata bahasa pertama dapat mempengaruhi penguasaan bahasa kedua dan selanjutnya. Iven (Thürsam: 2006) dalam E-Book berpendapat bahwa Muttersprache bildet also das notwendige Grundgerüst um eine zweite Sprache zu erlernen. Aus diesem Grund ist es sehr wichtig, dass ein Kind die Muttersprache zunächst festigt, bevor es die zweite Sprache hinzulernt. Kutipan ini mengandung arti bahasa ibu membentuk kerangka dasar yang penting dalam mempelajari bahasa kedua. Dalam hal ini jika seorang siswa ingin menguasai bahasa kedua atau bahasa asing, maka siswa tersebut dianjurkan untuk menguasai bahasa pertama terlebih dahulu secara ajeg. Keberhasilan siswa menguasai bahasa pertama dapat menjadi aspek yang diperhitungkan dalam penguasaan bahasa kedua atau selanjutnya. a. Penguasaan Bahasa Pertama Bagi siswa yang terlahir di era modern, terutama bagi siswa yang orang tuanya melakukan pernikahan campuran antarsuku atau berada dalam masyarakat yang heterogen seperti di kota-kota besar, ada kecenderungan bahasa ibu yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Jika seorang siswa lahir dari orang tua yang berada dalam lingkungan suku budaya yang homogen, maka terdapat kemungkinan bahasa pertama yang dikuasai adalah bahasa daerahnya. Lain lagi dengan masyarakat seperti di negara-negara wilayah Eropa yang lebih homogen. Masing-masing negara memiliki

5 bahasanya masing-masing dan dalam Baginda (2011: 47) disebutkan bahwa bahasa Inggris menjadi bahasa kedua sekaligus bahasa asing pertama yang dipelajari di Eropa. Bahasa pertama atau disebut juga bahasa ibu. Pengertian bahasa ibu menurut Kloiber (2003) dalam E-Book sprache-fremdsprache-und-zweitsprache yaitu die Muttersprache als eine Sprache, die jeder als Kind von den Eltern oder anderen Bezugspersonen gelernt hat und im primären Sprachgebrauch verwendet. Kutipan tersebut mengandung arti bahwa bahasa ibu sebagai bahasa yang dipelajari setiap orang saat masih kecil dari orang tua atau orang terdekat lainnya dan digunakan sebagai bahasa primer. Iskandarwassid (2008: 78) juga mengemukakan bahwa bahasa ibu jika dilihat dari urutan pemerolehannya disebut juga bahasa pertama sebab bahasa ibu itu yang terlebih dahulu dikuasai seorang anak. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa ibu biasanya digunakan seorang ibu dalam rangka berinteraksi dengan anaknya ketika masih bayi. Bahasa tersebut juga menjadi bahasa primer yang digunakan anak-anak sehari-hari. b. Penguasaan Bahasa Kedua/Asing Berkat perkembangan informasi dan komunikasi di dunia, muncul kebutuhan di dunia pendidikan yang menyebabkan para siswa perlu untuk menguasai dua bahasa, bahkan tiga bahasa sekaligus atau lebih. Bahasa kedua adalah bahasa lain atau bahasa asing yang dipelajari setelah bahasa pertama atau bahasa ibu. Klein (Kloiber, 2003) dalam E-Book mengemukakan bahwa bahasa kedua yaitu Zweitsprache hingegen ist eine Sprache, die nach oder neben der Erstsprache als zweites Mittel der Kommunikation dient und gewöhnlich in einer sozialen Umgebung erworben wird, in der man sie tatsächlich spricht. Kutipan ini mengandung arti bahwa bahasa kedua adalah bahasa yang digunakan setelah atau bersamaan dengan bahasa pertama sebagai alat komunikasi yang kedua dan biasanya diperoleh dari sebuah lingkungan sosial, di tempat bahasa tersebut digunakan. Terdapat dua proses penguasaan bahasa kedua/asing, yaitu dengan pendekatan transfer struktur bahasa dan pembelajaran universal (Selinker, 2008: 151). Pola transfer struktur bahasa yaitu penguasaan bahasa yang ditunjang dengan penguasaan bahasa

6 sebelumnya, sedangkan pembelajaran yang universal adalah proses penguasaan bahasa yang tidak disangkutkan kepada bahasa terdahulu, yakni melalui kemampuan berbahasa manusia. Selinker (2008: 151) mengetengahkan dua penelitian dalam proses penguasaan bahasa kedua/asing. Penelitian pertama dilakukan oleh Frenck-Mestre yang menganut teori penguasaan bahasa kedua/asing dengan pendekatan transfer struktur bahasa. Mereka melakukan penelitian terhadap pembelajar yang berbahasa Inggris dan bahasa Spanyol sebagai bahasa ibu dan keduanya sedang mempelajari bahasa Perancis sebagai bahasa kedua. Frenck-Mestre menuturkan bahwa this suggests an important role for L1 processing when confronted with the L2. Kutipan ini berarti dalam penelitian ini (this merujuk pada penelitian) ditunjukkan bahwa pentingnya peran proses penguasaan bahasa pertama saat dihadapkan dengan proses penguasaan bahasa kedua. Penelitian kedua dilakukan oleh VanPatten dan Keating yang menganut teori penguasaan bahasa kedua/ asing melalui pembelajaran universal. VanPatten dan Keating menyimpulkan learners begin with universal processing principle and not with their L1 processing strategy, although they do abandon their L1 strategies with greater proficiency. Kutipan ini mengandung arti peserta didik mulai dengan prinsip pengolahan universal dan tidak dengan strategi pengolahan bahasa pertama mereka, meskipun mereka meninggalkan strategi penguasaan bahasa pertama mereka dengan kemampuan yang lebih besar. Untuk menengahi kedua proses penguasaan bahasa kedua/ asing yang berbeda ini, Selinker menyimpulkan bahwa It may be that with more complex syntax as in the case of the Frenck-Mestre studies, a greater reliance on L1 may be found. Ini mengandung arti bisa jadi pada sintaksis yang lebih kompleks seperti pada penelitian yang dilakukan Frenck-Mestre, ketergantungan besar terhadap bahasa pertama dapat ditemukan. Menurut Hoffmann dalam ABC/Spracherwerb.html penguasaan bahasa pertama berkaitan erat dengan penguasaan bahasa kedua, seperti berikut: Zweitsprachliche Strukturen können an erstsprachliche Mental angedockt sein. Aus sprachwissenschaftlicher Sicht wichtig ist die ausreichende Entwicklung der Erstsprache, jede Sprache bedeutet einen Bereicherung, jede lässt die Welt etwas anders sehen.

7 Makna kutipan di atas adalah dari sisi linguistik, bahasa dapat menunjang satu sama lain, meskipun setiap bahasa berbeda. Berdasarkan aspek linguistik itu pula yang menjadi landasan bahwa proses penguasaan bahasa kedua/asing melalui transfer struktur bahasa dapat dilakukan. Selain itu, Lado (Iskandarwassid, 2008: 88) yang mengkampanyekan teori analisis kontrastif, menyebutkan bahwa, pemerolehan bahasa kedua sedikit banyak keberhasilannya ditentukan oleh bahasa yang telah dikuasai sebelumnya oleh peserta didik... jika bahasa pertama yang dipelajari memiliki kesamaan dengan bahasa kedua, maka terjadi semacam kemudahan proses belajarnya, yaitu melalui transferisasi. Namun, jika struktur di antara kedua bahasa tersebut ternyata berbeda, maka akan terjadi transfer negatif yang menyebabkan pembelajar bahasa kesulitan memperoleh bahasa yang sedang dipelajarinya tersebut. Kutipan yang dikemukakan Lado tersebut diperkuat oleh Skinner dalam teori transfer yang diusung olehnya yaitu teori transfer (dalam teori belajar) adalah suatu proses pengoperan prilaku yang telah dipelajari dari satu situasi kepada situasi lainnya negatif dan positif (Tarigan, 2009: 64). Pada teori ini dikemukakan bahwa terdapat stimulus dan respon dalam pengajaran bahasa kedua atau asing ini. 2. Perbandingan Kata Ganti Kepemilikan dalam Bahasa Jerman dan dalam Bahasa Inggris a. Kata Ganti Kepemilikan dalam Bahasa Jerman Pengertian Possessivwörter menurut Neubold (2008: 12) yakni Possessivwörter zeigen den Besitz oder eine Zugehörigkeit an. Maksudnya adalah Possessivwörter adalah untuk menunjukkan kekuasaan atau kepemilikan. Lebih spesifik lagi, Neubold juga membagi Possessivwörter ini ke dalam 2 (dua) bentuk, sebagai berikut: a. Possessivartikel Possessivartikel dalam Neubold (2008:12) adalah begleiten ein Subtantiv. Sie ersetzen einen Artikel. Kutipan ini mengandung arti Possessivartikel menyertai sebuah nomina. Contoh kalimat dengan Possessivartikel adalah sebagai berikut: (1) Das ist mein Buch. (Possessivartikel) Ini adalah milik saya buku. Ini adalah buku saya.

8 b. Possessivpronomen Possessivpronomen dalam Neubold (2008: 12) adalah ersetzen meistens ein Subtantiv. Kutipan ini berarti Possessivpronomen menggantikan keseluruhan nomina. Contoh kalimat dengan Possesivpronomen adalah sebagai berikut: (2) Das Buch ist meines. (Possessivpronomen) Ini buku adalah milik saya. Buku ini adalah milik saya Dari teori yang telah diuraikan dapat terlihat adanya kesamaan fungsi dari Possessivartikel dan Possessivpronomen, akan tetapi pada pola keduanya terdapat perbedaan. b. Kata Ganti Kepemilikan dalam Bahasa Inggris Dalam bahasa Inggris, possessive case terbagi menjadi 2 (dua) yaitu: possessive pronoun dan possessive adjective (Kardimin, 2007: 97). a. Possessive Pronoun Riyanto (2010: 19) menjelaskan pengertian possessive pronoun adalah words that used to express possession. They can stand alone. They are not followed by noun. Artinya kata yang digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Kata ganti tersebut dapat berdiri sendiri dan tidak diikuti nomina. Contoh penggunaan possessive pronoun dalam kalimat: (1) The red bag is mine. (possessive pronoun) Merah tas adalah milik saya tas merah itu adalah milik saya b. Possessive Adjective Di dalam bahasa Inggris dikenal juga possessive adjective yang memiliki fungsi seperti Possessivartikel yaitu sebagai kata ganti kepemilikan yang menggantikan Artikel yang melekat pada suatu benda. Riyanto (2010: 19) mengemukakan bahwa possessive adjective are words that are used to express possession. They can not stand alone, but they are followed by a noun. Artinya kata yang digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Kata ganti kepemilikan ini tidak dapat berdiri sendiri tetapi diikuti nomina. Contoh penggunaan possessive adjective dalam kalimat adalah sebagai berikut:

9 (1) Please bring my bag! (possessive adjective) Tolong bawakan milik saya tas! Tolong bawakan tas saya! Dari teori yang telah diuraikan dapat terlihat bahwa terdapat kesamaan fungsi pada pola possessive adjective dan possessive pronoun, akan tetapi terdapat perbedaan pola.. c. Perbandingan antara Possessivartikel dan Possessive Adjective Perubahan yang terdapat pada pronomina dalam bahasa Jerman dan bahasa Inggris dapat dikatakan hampir sama, sedangkan pronomina dalam bahasa Indonesia tidak banyak mengalami perubahan. Berdasarkan persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa di antara kedua struktur bahasa ini dapat saling menunjang dalam pembelajaran. Dalam penggunaan pola Possessivartikel dan possessive adjective siswa dapat terbantu, karena keduanya sama-sama menggunakan struktur frase menjelaskandijelaskan (MD), sehingga kata ganti kepemilikan dari kedua bahasa sama-sama menempati posisi di depan nomina. Berikut ini contoh kalimat kata ganti kepemilikan: (1) Dia adalah ibu saya. Jika dianalisis struktur kedua bahasa tersebut, seperti berikut: (2) Sie ist meine Mutter. (Bahasa Jerman) subjek predikat possessivartikel nomina M D She is my mom. (Bahasa Inggris) predikat possessive adjective nomina M D subjek Struktur ini tidak sama dengan kaidah bahasa Indonesia yang memiliki pola frase dijelaskan-menjelaskan (DM), sebagai berikut: (3) Dia adalah ibu saya. subjek predikat nomina kata ganti kepemilikan D M Dari hasil perbandingan yang telah dilakukan, ditemukan adanya kemiripan pada materi Possessivartikel dan possessive adjective ini, contohnya pada bentuk dan struktur yang

10 telah diuraikan. Oleh sebab itu, dapat diperkirakan bahwa penguasaan materi possessive adjective dapat menunjang penguasaan materi Possessivartikel. Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan untuk melihat hubungan antara penguasaan possessive adjective (variabel X) dan penguasaan Possessivartikel (variabel Y). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 07 Mei 2015 di SMA Negeri 18 Bandung dengan dilakukan tes terkait penguasaan bahasa Inggris dan bahasa Jerman siswa SMA. Subjek penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI Lintas Minat A yang keseluruhan berjumlah 23 orang. Dalam pengolahan data penelitian digunakan teknik analisis kolerasi dan teknik analisis regresi. Adapun instrumen yang digunakan terlebih dahulu diujikan kepada 32 orang siswa SMA kelas XI yang mempelajari bahasa Jerman juga. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kevalidan instrumen. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil tes penguasaan Possessiv adjective siswa SMA, diperoleh rata-rata nilai sebesar 71,5 yang artinya kemampuan siswa dalam menguasai materi ini termasuk pada kategori baik. Sementara itu, dari hasil tes penguasaan Possessivartikel siswa SMA diperoleh rata-rata nilai sebesar 57,3 yang artinya kemampuan siswa dalam menguasai materi ini termasuk pada kategori cukup. Hasil pengujian hipotesis melalui teknik analisis kolerasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara penguasaan possessive adjective siswa dan penguasaan Possessivartikel. Sementara itu, dari hasil penghitungan uji-t hubungan di kedua variabel ini signifikan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa secara parsial variabel X dan Y terikat satu sama lain. Akan tetapi, perlu diperhatikan juga hasil yang diperoleh melalui penghitungan uji-f menunjukkan bahwa variabel X tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel Y secara simultan (bersama-sama), yang artinya hubungan di antara dua variabel ini tidak signifikan. Dari hasil penghitungan kelinearan garis regresi menunjukkan bahwa hubungan antara dua variabel tidak berbanding lurus. Hal ini berarti penguasaan possessive adjective tidak mutlak menjadi prediktor. Maka dapat disimpulkan bahwa kolerasi pada kedua variabel ini merupakan hubungan

11 fungsional, yang artinya terdapat kemungkinan kedua variabel ini dapat saling mempengaruhi. Adapun besarnya kontribusi yang diperoleh dari hasil penghitungan, yaitu sebesar 24%. Akan tetapi, kontribusi tersebut dinilai tidak terlalu besar. Dengan kata lain, penggunaan transfer tata bahasa pada materi kata ganti kepemilikan ini tidak mutlak dapat dilakukan. Salah satu penyebabnya adalah kemampuan siswa untuk menghafal bentuk kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman dan bahasa Inggris. Meskipun dari polanya mirip dan dapat memudahkan pembelajaran, namun masingmasing memiliki bentuk dan ejaan yang berbeda. Oleh sebab itu, siswa akan tetap kesulitan menguasai materi Possessivartikel apabila siswa tidak benar-benar hafal bentuk dan ejaannya. Selain itu juga, resiko adanya interferensi bahasa juga dapat mengganggu penguasaan bahasa siswa. Adapula faktor-faktor lain yang mempengaruhi siswa dalam menguasai bahasa, yakni seperti dalam Iskandarwassid (2008) : (1) lingkungan dalam kelas; (2) frekuensi belajar; (3) lingkungan luar kelas (masyarakat); (4) pengaruh usia; (5) sikap, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan konatif; (6) minat atau hasrat seseorang; dan (7) kebiasaan membaca. Simpulan Dari data yang telah diuji dan dianalisis, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dengan rata-rata nilai yang diperoleh siswa sebesar 71,5, penguasaan bahasa Inggris siswa SMA, terutama pada materi possessive adjective dapat dikategorikan baik. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa SMA pada umumnya memiliki penguasaan bahasa Inggris yang baik. 2. Dengan rata-rata nilai yang diperoleh siswa sebesar 57,3, penguasaan bahasa Jerman siswa SMA, terutama pada materi Possessivartikel dapat dikatakan termasuk pada kategori cukup. 3. Terdapat hubungan yang positif antara penguasaan possessive adjective dan penguasaan Possessivartikel. Hal ini dibuktikan melalui hasil penghitungan koefisien kolerasi dengan nilai r = 0,488, dengan derajat hubungan yang termasuk pada kategori cukup baik. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa hubungan antara penguasaan possessive adjective dan penguasaan Possessivartikel ini terikat secara parsial. Akan tetapi, dari hasil uji koefisien regresi (Uji-F) diketahui bahwa

12 hubungan penguasaan possessive adjective dan penguasaan Possessivartikel tidak terikat secara simultan. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara penguasaan possessive adjective dan penguasaan Possessivartikel adalah jenis hubungan fungsional. 4. Penguasaan possessive adjective memberikan kontribusi yang positif terhadap penguasaan Possessivartikel. Hal ini dapat dilihat dari besarnya kontribusi yang diperoleh sebesar 24%. Daftar Pustaka Baginda, Putrasulung Analisis Kontrastif Tata Bahasa Antara Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris Serta Implikasinya Terhadap Proses Pembelajaran. Jurnal Bahasa dan Sastra Jerman: Allemania. Bandung: FPBS UPI vol 1 no. 1. Fachrurrozi, Aziz dan Mahyuddin, Erta Pembelajaran Bahasa Asing. Jakarta Timur: Bania Publishing. Hoffmann, Ludger. Mehrsprachigkeit und Bilingualismus. [online]. Tersedia dalam [23 Maret 2015] Iskandarwassid dan Sunendar, D Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kardimin, Akhmad Smart English Grammar. Edisi Revisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kloiber, Julia Was ist Unterschied zwischen Erstsprache, Fremdsprache und Zweitsprache, und in Welchem Verhätlnis stehen sie zu Einander. [online]. Tersedia dalam: [23 Maret 2015] Neubold, Joachim Pons: Grammatik Kurz und Bündig Deutsch. Stuttgart: Ernst Klettsprachen GmbH. Riyanto, S, NH, Emilia, dan NH, Leila A Handbook of English Grammar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Selinker, Larry, dan Grass, Susan Second Language Acquisition. Edisi Revisi. Newyork: Routledge Taylor & Francis Group. Tarigan, Henry Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Edisi Revisi. Bandung: Angkasa. Thürsam, Myra B.I.T Online-Inovativ. [Online]. Tersedia dalam g+erstspache+für+zweitsprache & source. [23 Januari 2015]

BAB I PENDAHULUAN. Jika menggunakan Possessivartikel, kalimat tersebut menjadi: (2) Rina ist seine Schwester.

BAB I PENDAHULUAN. Jika menggunakan Possessivartikel, kalimat tersebut menjadi: (2) Rina ist seine Schwester. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tata bahasa merupakan aspek yang berpengaruh dalam mempelajari bahasa asing. Akan tetapi terkadang dalam percakapan langsung, tata bahasa bukan aspek utama

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN FLIP CHART UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI POSSESSIVPRONOMEN. Eva Eloka Verany, Amir, Ending Khoerudin.

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN FLIP CHART UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI POSSESSIVPRONOMEN. Eva Eloka Verany, Amir, Ending Khoerudin. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN FLIP CHART UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI POSSESSIVPRONOMEN Eva Eloka Verany, Amir, Ending Khoerudin Abstrak Possessivpronomen dalam bahasa Jerman memiliki empat kasus,

Lebih terperinci

PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING. Lersianna Saragih*)

PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING. Lersianna Saragih*) PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING Lersianna Saragih*) Abstrak Jeder Fremdsprachelernende bewusst oder unbewusst verwendet in seinem Lernprozess eine Strategie. Ermust mit der von

Lebih terperinci

2015 ANALISIS FRASA PREPOSISI DENGAN MODIFIKATOR AUS SEBAGAI ERGÄNZUNGEN DAN ANGABEN DALAM ROMAN BESCHÜTZER DER DIEBE

2015 ANALISIS FRASA PREPOSISI DENGAN MODIFIKATOR AUS SEBAGAI ERGÄNZUNGEN DAN ANGABEN DALAM ROMAN BESCHÜTZER DER DIEBE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Pada umumnya, masyarakat Indonesia menguasai dua bahasa yaitu bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 26 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada bab I, dapat dirumuskan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan struktur yang baku yang biasa disebut tata bahasa. Penguasaan tata bahasa merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia, yang pembelajarannya dimulai pada tingkat SMA. Seperti halnya pada setiap pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang harus dikuasai adalah tata bahasa. Dalam bahasa Jerman, tata bahasa atau yang biasa dikenal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PALOPO

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PALOPO HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PALOPO Desi Sugiarti 1 dan Muddin 2 Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat banyak lembaga pendidikan formal maupun nonformal

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat banyak lembaga pendidikan formal maupun nonformal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat banyak lembaga pendidikan formal maupun nonformal yang mengajarkan bahasa Jerman. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 65 LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN II. 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2 / Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini bahasa Jerman merupakan bahasa asing selain bahasa Inggris yang banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa digunakan sebagai alat komunikasi. Selain itu, bahasa juga digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN

ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN Herlina Jasa Putri Harahap Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 47 Lampiran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2/ Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi Waktu

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas / Semester : XI / 1 Materi Pokok : membaca Bestimmte-unbestimmte Artikel im Nominativ und Akkusativ Alokasi waktu : 2 jam pelajaran

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan menyimak (Hörfertigkeit),

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan menyimak (Hörfertigkeit), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Jerman, terdapat empat keterampilan bahasa yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan menyimak (Hörfertigkeit), keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. Keterampilan menulis dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis

BAB I PENDAHULUAN. memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses penerjemahan bukan hanya menyangkut keterampilan seseorang memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis kembali pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran bahasa asing diajarkan di SMA Negri 7 Purworejo sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran bahasa asing diajarkan di SMA Negri 7 Purworejo sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa asing diajarkan di SMA Negri 7 Purworejo sebagai dengan mengacu pada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Bahasa Inggris dan bahasa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 55 LAMPIRAN 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2/ Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi Waktu

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN KREISLAUF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN KREISLAUF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang banyak dipelajari di berbagai sekolah di Indonesia. Adanya ketertarikan terhadap negara dan kebudayaan Jerman

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN JIGSAW PUZZLE

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN JIGSAW PUZZLE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa asing dalam dunia kependidikan di Indonesia bukanlah hal yang baru di kalangan seluruh peserta didik, karena mulai dari jenjang pendidikan formal yang

Lebih terperinci

Kesalahan Pembentukan Finalsatz Bahasa Jerman Oleh Mahasiswa Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang

Kesalahan Pembentukan Finalsatz Bahasa Jerman Oleh Mahasiswa Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang Kesalahan Pembentukan Finalsatz Bahasa Jerman Oleh Mahasiswa Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang Taufan Reza Achmadi Drs.Tiksno Widiytmoko, M.A. Edy Hidayat, S. Pd., M. Hum. Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa bahasa orang akan sulit untuk mengekspresikan apa yang diinginkannya. Bahasa dapat menjadi

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas

DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL Oleh : Adriani Rasinta Mananohas 070913004 UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS SASTRA MANADO 2013 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan salah satu bahasa asing yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam pembelajaran bahasa Jerman salah satu aspek yang harus dipelajari dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran bahasa asing bertujuan agar pembelajar terampil

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran bahasa asing bertujuan agar pembelajar terampil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pembelajaran bahasa asing bertujuan agar pembelajar terampil menggunakan bahasa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Agar dapat terampil

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Identifikasi Awal Dalam bab ini akan dibahas data dan pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan kegiatan observasi

Lebih terperinci

TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA

TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA Firma Pradesta Amanah Firma.pradesta@gmail.com Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA. Tia Hadianti*, Amir, Lersianna H.

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA. Tia Hadianti*, Amir, Lersianna H. PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA Tia Hadianti*, Amir, Lersianna H. Saragih Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya siswa yang mengalami

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SMAN 1 Banguntapan : Bahasa Jerman : XI /Gasal : 2x45 menit Standar Kompetensi : 1. Berbicara Mengungkapkan

Lebih terperinci

UNIT 1 Pengertian, Jenis, dan Contoh Noun dalam Kalimat

UNIT 1 Pengertian, Jenis, dan Contoh Noun dalam Kalimat UNIT 1 Pengertian, Jenis, dan Contoh Noun dalam Kalimat Jenis dan Contoh Noun Noun merupakan salah satu part of speech ( unsur kalimat dalam bahasa Inggris) yang berupa orang atau sesuatu seperti benda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isma Mentari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isma Mentari, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting untuk dikuasai di samping ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini dikarenakan pada umumnya informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mempelajari bahasa terutama bahasa asing memerlukan keterampilan khusus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mempelajari bahasa terutama bahasa asing memerlukan keterampilan khusus dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari bahasa terutama bahasa asing memerlukan keterampilan khusus dan kesungguhan untuk dapat menguasainya. Setiap bahasa memiliki ciri khas tersendiri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa data yang sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa data yang sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil Penelitian Berdasarkan analisa data yang sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Penguasaan bahasa Inggris siswa kelas Bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam setiap penelitian dibutuhkan sebuah metode. Metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam setiap penelitian dibutuhkan sebuah metode. Metode penelitian 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam setiap penelitian dibutuhkan sebuah metode. Metode penelitian digunakan untuk mendapatkan data yang obyektif, valid dan digunakan untuk memecahkan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS- TS) DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 SEYEGAN SLEMAN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1. Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1. Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Tema Alokasi Waktu Standar Kompetensi Nilai kebangsaan : SMAN 2 Purworejo : Bahasa Jerman : XI IPS/IPS : Familie in Deutschland

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 2 MAKASSAR ABSTRAK ABSTRACT

ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 2 MAKASSAR ABSTRAK ABSTRACT ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 2 MAKASSAR Agung Rinady Malik 1 dan Syarifah Fatimah 2 Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar Email

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Tatabahasa Dalam Teks Deskriptif Pada Siswa Kelas X SMA 8 Muhammadiyah Kisaran

Analisis Kesalahan Tatabahasa Dalam Teks Deskriptif Pada Siswa Kelas X SMA 8 Muhammadiyah Kisaran Analisis Kesalahan Tatabahasa Dalam Teks Deskriptif Pada Siswa Kelas X SMA 8 Muhammadiyah Kisaran Putri Lidiana Permata Sari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP UNA, Kisaran Sumatera Utara permatasari474@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MULTITEKS PADA PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEPANJEN

PENGGUNAAN MULTITEKS PADA PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEPANJEN PENGGUNAAN MULTITEKS PADA PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEPANJEN Amalia Sofie Yuana Pembimbing I: Edy Hidayat, S.Pd., M. Hum. Pembimbing II: Dudy Syafruddin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bahasa Jerman terdapat beberapa aspek penting yang harus dikuasai. Aspek-aspek tersebut terdiri dari keterampilan menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Shindy Grafina Callista, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Shindy Grafina Callista, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat dan juga tidak dapat dipisahkan. Bahasa memainkan peran yang sangat penting dalam hidup, walaupun lazimnya

Lebih terperinci

SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS

SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS CONTOH-CONTOH KESALAHAN YANG UMUM DILAKUKAN OLEH MAHASISWA DALAM MENULIS KARANGAN BAHASA JERMAN, YANG BERASAL DARI ASPEK BUDAYA 1. Ich und meine Freunde gehen in die

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan tata bahasa mutlak diperlukan ketika pembelajar bahasa akan

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan tata bahasa mutlak diperlukan ketika pembelajar bahasa akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penguasaan tata bahasa mutlak diperlukan ketika pembelajar bahasa akan mempelajari suatu bahasa asing, karena penguasaan tata bahasa tersebut akan mendasari pembelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN WARNA UNTUK MENGUASAI ARTIKEL KATA BENDA BAHASA JERMAN.

BAB I PENDAHULUAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN WARNA UNTUK MENGUASAI ARTIKEL KATA BENDA BAHASA JERMAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini menguasai bahasa asing merupakan tuntutan zaman. Penguasaan bahasa asing merupakan nilai lebih yang menunjang seseorang memiliki performa setingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca dalam pembelajaran bahasa termasuk ke dalam keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Membaca dalam pembelajaran bahasa termasuk ke dalam keterampilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca dalam pembelajaran bahasa termasuk ke dalam keterampilan reseptif dan salah satu keterampilan yang menuntut pemahaman seseorang. Hal ini berlaku untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran. Berdasarkan Undang - Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran. Berdasarkan Undang - Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi era globalisasi, bangsa yang memiliki kemampuan bersaing akan memperoleh keuntungan dan tidak akan tersingkir dari arena persaingan. Bangsa yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia, khususnya di beberapa SMA dan di Universitas tertentu. Dalam belajar bahasa Jerman terdapat

Lebih terperinci

oleh Cindhy Dwi Meidany

oleh Cindhy Dwi Meidany KONTRIBUSI PENGUASAAN KOSAKATA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA TEKS BERBAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN ANIMASI SMK NEGERI 5 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional. Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang harus dilatih. Keempat keterampilan itu meliputi. keterampilan menyimak Hören, keterampilan membaca Lesen,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang harus dilatih. Keempat keterampilan itu meliputi. keterampilan menyimak Hören, keterampilan membaca Lesen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa ada beberapa keterampilan yang harus dipelajari. Demikian halnya dengan pembelajaran bahasa Jerman, ada empat keterampilan yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa verbal/lisan atau berbicara. Manusia bisa berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

J.C. Sutoto Pradjarto

J.C. Sutoto Pradjarto INTERFERENSI GRAMATIKAL BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA INGGRIS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEMAMPUAN PRODUKTIF PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS TINGKAT PEMULA J.C. Sutoto Pradjarto Program Studi Bahasa Inggris,

Lebih terperinci

2015 PENGGUAAN MEDIA BOARDGAME GERMAN TRIP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI ADJEKTIVDEKLINATION PADA SISWA SMA

2015 PENGGUAAN MEDIA BOARDGAME GERMAN TRIP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI ADJEKTIVDEKLINATION PADA SISWA SMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari dalam pendidikan di Indonesia. Dalam mempelajari bahasa Jerman, sama halnya dalam pengajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TES KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM BISNIS BAGI PENUTUR ASING BERBASIS PENDEKATAN INTEGRATIF

PENGEMBANGAN TES KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM BISNIS BAGI PENUTUR ASING BERBASIS PENDEKATAN INTEGRATIF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang secara resmi dibuka pada akhir tahun 2015 perlu dipersiapkan dengan matang. Lalu lintas perekonomian termasuk

Lebih terperinci

No. RPP/JER/21 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari

No. RPP/JER/21 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari 1. Fakultas / Program Studi : Bahasa dan Seni/ Pendidikan Bahasa Jerman 2. Mata Kuliah & Kode : Hörverstehen III Kode : GER 204 3. SKS : Teori : 1 SKS Praktik : 1 SKS Sem : 1 Waktu : 2 X 50 Menit 4. Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan oleh setiap anggota masyarakat. Bahasa berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE DALAM KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 MAKASSAR ABSTRAK

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE DALAM KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 MAKASSAR ABSTRAK KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE DALAM KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 MAKASSAR Sudarmi 1 dan Burhanuddin 2 Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas

Lebih terperinci

LINKING BE (TO BE) To be (am, are, is) berarti ada atau adalah, tetapi dalam bahasa Indonesia, pada umumnya to be tidak diterjemahkan.

LINKING BE (TO BE) To be (am, are, is) berarti ada atau adalah, tetapi dalam bahasa Indonesia, pada umumnya to be tidak diterjemahkan. LINKING BE (TO BE) To be (am, are, is) berarti ada atau adalah, tetapi dalam bahasa Indonesia, pada umumnya to be tidak diterjemahkan. To be digunakan sebagai penghubung antara subjek dan predikat. Predikat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya cara untuk memecahkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya cara untuk memecahkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya cara untuk memecahkan masalah. Cara untuk memecahkan masalah yang telah dipilih dan disusun secara sistematis

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Azmayunira Muharramah Sabran Dr. Wisman Hadi, M.Hum. Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

KUALITAS BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI MOTIVASI, MINAT, DAN STIMULUS SISWA BELAJAR

KUALITAS BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI MOTIVASI, MINAT, DAN STIMULUS SISWA BELAJAR KUALITAS BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI MOTIVASI, MINAT, DAN STIMULUS SISWA BELAJAR Hastari Mayrita dan Ayu Puspita Indah Sari Universitas Bina Darma Abstrak Buku pelajaran

Lebih terperinci

RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Mata Kuliah : Strukturen 1 Kode Matakuliah : JER 46006 Kredit Semester : 4 (empat) Program Studi : Pendidikan Bahasa Jerman Status : Wajib Tempuh Semester /tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jerman pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jerman pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jerman pada jenjang SMA, berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti salah satu faktor yang menjadi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL WORD SQUARE DALAM MENULIS KALIMAT SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS X SMA ISTIQLAL SUMBER CENTENG KOTAANYAR

PENERAPAN MODEL WORD SQUARE DALAM MENULIS KALIMAT SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS X SMA ISTIQLAL SUMBER CENTENG KOTAANYAR Dwi Hadi Rachmawati S1 PENDIDIKAN BAHASA JERMAN, FBS, UNESA dhadi11@yahoo.com Abstrak Menulis adalah kegiatan atau keterampilan yang produktif dan kompleks. Siswa perlu ide-ide untuk menulis sesuatu. Untuk

Lebih terperinci

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21 PRESENT TENSE.

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21 PRESENT TENSE. MEDIA SMART LOG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT PRESENT TENSE Ndayani SMPN 1 Dukun Magelang bgt_bunda@yahoo.com Abstrak. Best Practices ini didasarkan pada rendahnya kemampuan menulis kalimat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. Secara garis besar kalimat imperatif bahasa Indonesia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya, serta memberikan berbagai informasi kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi yang dibutuhkan oleh manusia dalam menyampaikan ide, pendapat, dan perasaannya yang dituangkan, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat penting dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajar yang mempelajari bahasa Jerman diduga tidak asing lagi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajar yang mempelajari bahasa Jerman diduga tidak asing lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajar yang mempelajari bahasa Jerman diduga tidak asing lagi dengan Fragewörter, yang merupakan salah satu unsur dari W-Fragen. Dalam pembelajaran bahasa

Lebih terperinci

Dimensi Pemerolehan Bahasa

Dimensi Pemerolehan Bahasa Dimensi Pemerolehan Bahasa Dalam penjelasan Tarigan (1988:164) terdapat enam dimensi pemerolehan bahasa, yaitu propensity (kecenderungan), language faculty (kemampuan berbahasa), acces (jalan masuk), sructure

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 MAKASSAR. Nurhayati Said SMA Negeri 8 Makassar. Abstract

KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 MAKASSAR. Nurhayati Said SMA Negeri 8 Makassar. Abstract KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 MAKASSAR Nurhayati Said SMA Negeri 8 Makassar Abstract This study aims to obtain data on essay writing skills in German of the students at SMA Negeri 8 Makassar.

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN. Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana ABSTRAK

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN. Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana ABSTRAK HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana Departemen Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Bab dua berisi tentang penelitian sebelumnya yang meneliti tentang kata ganti orang, baik yang berbahasa Indonesia maupun berbahasa Mandarin. Kemudian

Lebih terperinci

SILABUS KLS VII. SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS : VII

SILABUS KLS VII. SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS : VII SILABUS KLS VII SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS : VII KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016 KOMPETENSI DASAR,

Lebih terperinci

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dalam. Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dalam. Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dalam Sekar Chandra Ratnasari, Amir, Azis Mahfuddin. Abstaksi Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORETIK. Sudrajat (2008) mengungkapkan bahwa istilah pengajaran dan

BAB II LANDASAN TEORETIK. Sudrajat (2008) mengungkapkan bahwa istilah pengajaran dan BAB II LANDASAN TEORETIK A. Teknik Show Not Tell 1. Pengertian Teknik Pembelajaran Sudrajat (2008) mengungkapkan bahwa istilah pengajaran dan pembelajaran sering dianggap sama maknanya, padahal kedua istilah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia pada semester

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan BAB V PENUTUP Pada bagian ini dipaparkan simpulan dan saran sebagai bagian akhir dalam penelitian ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan analisis data

Lebih terperinci

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain Eni Sukaeni, 2012 Penggunaan Model Penemuan Konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran I. KOMPETENSI DASAR, MATERI, DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN A. KELAS VII Alokasi Waktu: 4 jam pelajaran/minggu Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa asing terutama bahasa Jerman, salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa asing terutama bahasa Jerman, salah satu aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bahasa asing terutama bahasa Jerman, salah satu aspek yang harus dikuasai dan dipelajari adalah kosakata. Kosakata merupakan salah satu unsur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini menuntut guru untuk selalu berinovasi dan berkreasi. Saat ini, pemerintah mewajibkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Interferensi kata-kata..., Hikmah Triyantini Hidayah Siregar, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Interferensi kata-kata..., Hikmah Triyantini Hidayah Siregar, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi menjadikan bahasa sebagai unsur penting bagi manusia untuk berinteraksi baik secara lisan maupun tulisan. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pemerolehan bahasa dialami manusia sejak lahir. Seorang bayi

BAB I PENDAHULUAN. Proses pemerolehan bahasa dialami manusia sejak lahir. Seorang bayi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pemerolehan bahasa dialami manusia sejak lahir. Seorang bayi mempelajari bahasa pertamanya dari ibunya atau lingkungan keluarganya, kemudian dari lingkungan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) (SAP) HÖREN I JR212 PEPEN PERMANA, S.PD. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 1 : Kosakata : Alphabet dan Café d / Struktur: Aussagesatz,

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENGUASAAN STRUKTUR KALIMAT DAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 3 PALANGKARAYA SKRIPSI

KONTRIBUSI PENGUASAAN STRUKTUR KALIMAT DAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 3 PALANGKARAYA SKRIPSI KONTRIBUSI PENGUASAAN STRUKTUR KALIMAT DAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 3 PALANGKARAYA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Dalam pengajaran bahasa terdapat empat keterampilan

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 ALLA KABUPATEN ENREKANG

KORELASI ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 ALLA KABUPATEN ENREKANG KORELASI ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 ALLA KABUPATEN ENREKANG Ririn Ismiyanti 1 dan Muddin 2 Bahasa dan Sastra, Universitas

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Di dalam Grammatik tata bahasa bahasa Jerman terdapat aturan-aturan yang berbeda dengan bahasa lainnya, misalnya konjugasi verba yang disesuaikan degan subjek.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Siti Alfiyah, 2014 Hubungan Daya Ingat Dan Penguasaan Unregelmäβige Verben Bentuk Präteritum

BAB 1 PENDAHULUAN. Siti Alfiyah, 2014 Hubungan Daya Ingat Dan Penguasaan Unregelmäβige Verben Bentuk Präteritum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup manusia di seluruh dunia. Mempelajari bahasa merupakan suatu keharusan, karena bahasa

Lebih terperinci

Wuri Kumalawati Pembimbing I: Dra. Rosyidah M. Pd. Pembimbing II: M. Kharis, S.Pd., M. Hum.

Wuri Kumalawati Pembimbing I: Dra. Rosyidah M. Pd. Pembimbing II: M. Kharis, S.Pd., M. Hum. KESALAHAN PENGGUNAAN KATA INGKAR NICHT DAN KEIN DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG ANGKATAN 2010/2011 PADA MATAKULIAH AUFSATZ I Wuri Kumalawati Pembimbing I: Dra.

Lebih terperinci