HUKUMAN DENDA NIKAH SIRRI SEBAGAI SYARAT ITSBAT NIKAH DI PENGADILAN AGAMA. Drs. H. Masrum M Noor, M.H. (Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUKUMAN DENDA NIKAH SIRRI SEBAGAI SYARAT ITSBAT NIKAH DI PENGADILAN AGAMA. Drs. H. Masrum M Noor, M.H. (Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten)"

Transkripsi

1 HUKUMAN DENDA NIKAH SIRRI SEBAGAI SYARAT ITSBAT NIKAH DI PENGADILAN AGAMA Drs. H. Masrum M Noor, M.H (Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten) MUKADIMAH Setelah Pengadilan Agama memperoleh eksistensinya sebagai Peradilan yang sesungguhnya, sejak saat itu pula Peradilan Agama mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat dengan peradilan yang lainnya. Dahulu, keberlakuan putusan Pengadilan Agama harus dikukuhkan Pengadilan Negeri terlebih dahulu (pasal 63 ayat (2) UU nomor 1 tahun 1974), kini jeratan itu telah tidak berlaku lagi. Dahulu, orang islam yang ingin menyelesaikan perkara waris boleh memilih mangajukan perkaranya di Pengadilan Agama atau di Pengadilan negeri, pilihan itu kini telah mutlak menjadi wewenang Pengadilan Agama, meskipun sebelumnya jika di dalam perkara tersebut terdapat sengketa milik tersebut harus diputus terlebih dahulu oleh Pengadilan Negeri dan baru saja beberapa tahun ini perkara waris itu mutlak menjadi wewenang Pengadilian Agama. Dahulu Pengadilan Agama tidak berwenang melakukan eksekusi, kini telah dipersiapkan Jurusita, sehingga dapat melaksanakan eksekusi sendi, meskipun tentang eksekusi putusan Basyarnas telah diamputasi. Dahulu sidang Pengadilan Agama diselenggarakan di serambi masjid atau di rumah sewaan murah di kampung-kampung yang nylempit, kini telah memiliki gedung-gedung Pengadilan Agama yang megah. Alhamdulillah Peradilan Agama terus bangkit menggeliat menuju Peradilan Agama yang agung. Seiring dengan perkembangan menuju ke kesamaan derajat itu, para senior lingkungan peradilan agama telah, sedang dan akan terus giat mempersiapkan aparaturnya dengan hasil yang spektakuler, baik kwalitas maupun kuantitasnya. Hakim dan aparatur peradilan agama kini telah dapat dipertanggung jawabkan keilmuan dan skilnya untuk menyongsong kewenangan apapun yang akan dibebankan kepadanya. Telah banyak hakim peradilan agama yang menguasai bukan saja hukum syariah, tetapi juga mahir dalam bidang hukum perdata umum,

2 hukum bisnis/niaga, hukum pidana, hukum tata negara dan hukum administrasi negara. Pendek kata, insyaallah aparatur peradilan agama kini tidak lagi culun dan kekyai-kyaian seperti pengamatan sementara orang selama ini. Bahkan kadangkadang mengagetkan banyak pihak, lantaran penampilan hakim-hakim agama kini tampak lebih sekuler dari pada hakim dari lingkungan lainnya. Mereka sudah banyak yang tidak memakai peci dan sarung lagi. Mereka sudah lebih sering memakai PSL dengan dasi yang mewah, sudah berolah raga, bahkan tim PTWP nya mampu mengalahkan tim-tim lainnya. Beberapa dari mereka telah bermain golf. Mereka telah mampu menjadi pionir bidang tegnologi informasi, hingga diakui dunia. Mereka telah menyeponsori sidang keliling hingga ke kantor-kantor perwakilan RI di luar negeri dan lain-lain. Pendek kata Peradilan Agama kini tidak memalukan lagi. Namun akhir-akhir ini, masih ada saja pihak-pihak yang meragukan kapabelitasnya, bahkan masih saja diperdebatkan soal-soal kewenangan absolut Pengadilan Agama, seperti tentang kewenangan mengadili penetapan pengesahan anak-anak muslim dalam rangka mendapatkan akta kelahirannya dari kantor catatan sipil. Pengadilan Agama berpendapat sebagai kewenangannya dengan alasan azas personalitas keislaman serta berdasarkan penjelasan pasal 49 ayat (2) angka 14 UU nomor 7 tahun 1989 dan penjelasan pasal 49 huruf a, angka 14 UU nomor 3 tahun Sedangkan Pengadilan Negeri juga berpendapat sebagai kewenangannya dengan alasan yang penulis sendiri belum dapat memastikan argumentasinya. Akan tetapi syukurlah, bahwa selama ini tidak sedikit kantor catatan sipil dan beberapa Pengadilan Negeri yang telah dengan legowo mengarahkan orang-orang yang berkepentingan mendapat akta kelahiran anak-anaknya, agar terlebih dahulu mengajukan penetapan pengesahan anak atau asal-usul anak ke Pengadilan Agama. Persoalan yang aktual lainnya saat ini adalah maraknya kawin illegal atau kawin sirri atau kawin tidak tercatat atau kawin di bawah tangan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia muslim, baik dari kalangan pejabat, maupun masyarakat awam, termasuk TKI yang ada di negara asing dengan latar belakang dan alasan yang bermacam-macam. Penyebab utamanaya adalah lantaran pencatatan perkawinan hanya dipandang sebagai soal administrai kenegaraan semata dan tidak menjadi kewajiban yuridis, apalagi kewajiban agama. Prilaku para pelaku nikah sirri ini ternyata kemudian menimbulkan madlarat yang sangat besar, terutama bagi sang

3 isteri dan anak-anaknya. sementara negara tidak dapat memberi perlindungan kepada mereka. Akibatnya pasangan sirri ini berduyun-duyun mengajukan permohonan pengesahan nikah atau itsbat nikah di Pengadilan Agama, sebagai syarat untuk mendapatkan akta nikah bagi perkawinannya. Apapun alasannya, yang pasti bahwa perkawinan yang tidak tercatat adalah suatu pelanggaran terhadap UU perkawinan. Tetapi hal tersebut selama ini tidak pernah disentuh oleh penegak hukum, termasuk oleh Peradilan Agama, sehingga pelanggaran itu terus berjalan dengan tanpa merasa telah melakukan pelanggaran hukum dan undang-undang. Ironisnya Pengadilan Agama terus menerus mengesahkan nikah sirri tersebut dengan mengabulkan permohonan itsbat nikah, tanpa mempedulikan pelanggaran hukum itu sendiri. Sehingga muncul stigma sangat memilukan; penetapan itsbat nikah Pengadilan Agama sebagai penyebab merajalelanya kawin sirri dan pembangkangan terhadai UU perkawinan. Oleh karena itu, maka Peradilan Agama harus segera menentukan sikap, lebih baik terlambat dari pada tidak berbuat apa-apa. Peradilan Agama mesti sadar, bahwa dirinya adalah salah satu lembaga yudikatif terpenting dalam menegakkan hukum perkawinan bagi ummat islam Indonesia. Jika Peradilan Agama membiarkan maraknya kawin sirri atau tidak tercatat ini, maka stigma itu menjadi sangat benar. KARAKTERISTIK PERKARA ITSBAT NIKAH DI PENGADILAN AGAMA Secara kebahasaan, itsbat bermakna penyungguhan, penetapan, penentuan kebenaran terhadap sesuatu. Jadi itsbat nikah berarti menyungguhkan, menentukan dan atau menetapkan kebenaran nikah. Sedangkan secara yuridis pengertian itsbat nikah adalah pernyataan tentang sahnya perkawinan yang sah menurut hukum agama atau sah menurut hukum yang lain, tetapi tidak tercatat oleh Pejabat pencatat perkawinan (KUA), sehingga perkawinan tersebut tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah (disarikan dari penjelasan pasal 49 UU no. 7 tahun 1989, UU no. 3 tahun 2006 dan KHI). Adapun dasar hukum itsbat nikah adalah: 1. Undang-Undang nomor 22 tahun 1946, jo UU nomor 32 tahun 1954; 2. Undang-Undang nonor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama dengan segala perubahannya, tarakhir dengan UU nomor 50 tahun 2009;

4 3. Instruksi Presiden RI nomor 1 tahun 1999 tentang Kompilasi Hukum Islam. Secara tegas istilah Itsbat Nikah itu disebut oleh Instruksi Presiden nomor 1 tahun 1999 tentang Kompilasi hukum Islam yang menurut sejarah kelahirannya merupakan solusi untuk mengurang atau jika mungkin mengeliminasi tradisi perkawinan ummat islam Indonesia yang tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama sekaligus dalam rangka memenuhi ketertiban administrasi kependudukan, sehingga perkawinan ummat islam tertata, teratur dan tercatat secara resmi di kantor pencatatan perkawinan yang berwenang dan pada gilirannya keluarga dan rumah tangga kaum muslimin akan mendapat perlindungan dari negara. Pencatatan perkawinan penduduk Indonesia itu sangat penting karena satu-satunya alat bukti perkawinan seorang warga negara hanyalah akta perkawinan, sedangkan akta perkawinan tersebut hanya dapat diperoleh pasangan suami-isteri, apabila perkawinannya tercatat di Kantor Urusan Agama. Persoalan mendasar tentang lembaga itsbat nikah sesungguhnya terletak pada bunyi pasal 2 ayat (2) UU nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang tidak tegas dan interpretatif. Sampai saat ini masih ada dua pendapat yang berbeda dan sulit bertemu; pendapat pertama mengatakan, bahwa pencatatan perkawinan merupakan syarat sahnya perkawinan sebagaimana yang termuat dalam konsep dan draft RUU undang-undang perkawinan tersebut. Sedangkan pendapat ke-dua mengatakan, bahwa pencatatan perkawinan hanya merupakan persyaratan administratif. Pergulatan antara dua pendapat tersebut tidak pernah berhenti hingga saat ini. Masing-masing pihak telah pula mengemukakan argumentasi masingmasing yang kadang-kadang disertai dengan perdebatan secara emosional, lantaran hal ini telah menyangkut kepercayaan keagamaan. Terhadap adanya dua pendapat tersebut di atas, Prof. Dr. H. Suparman Usman, S.H, dalam makalahnya yang disampaikan dalam acara Penelitian dan Pengkajian Aspek Hukum Itsbat Nikah yang diselenggarakan oleh Mahkamah Agung RI pada tanggal Mei 2012 di Serang, Banten menyampaikan pendapatnya; Jika kita ingin pencatatan perkawinan merupakan bagian dan syarat sahnya perkawinan, maka pasal 2 UU nomor 1 tahun 1974 harus diubah dengan menggabungkan ayat (1) dan ayat (2) nya, sehingga berbunyi: Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan dicatat menurut peraturan perundang-undangan. Apabila pencatatan perkawinan dianggap hanya merupakan persyaratan administratif, maka dalam undang-undang

5 perkawinan perlu ada klausul tentang adanya itsbat nikah bagi perkawinan yang tidak tercatat, baik yang terjadi sebelum maupun sesudah berlakunya UU nomor 1 tahun Lebih lanjut Prof. Suparman menyatakan, bahwa untuk menentukan pilihan dari dua alternatif di atas, perlu ada rencana besar dari pemerintah, ulama dan cendekiawan muslim untuk menuntaskan masalah status pencatatan perkawinan dan itsbat nikah tersebut. Dalam kehidupan warga negara muslim Indonesia, ternyata masalah pencatatan perkawinan belum bisa bergeser dari pandangan dan tradisi mereka. Pencatatan nikah tidak terdapat didalam kitab-kitab fiqh yang mereka pegangi. Pencatatan perkawinan di KUA hanyalah merupakan persyaratan administrasi yang tidak diwajibkan oleh agama, bahkan acap kali kelompok ini memandang pencatatan perkawinan sebagai bid ah dan tidak berdasarkan syariat. Celakanya pandangan mayoritas ummat islam itu didukung bukan saja oleh hasil ijtimak ulama komisi fatwa MUI, tetapi juga oleh sebagian ahli hukum islam lainnya, sedangkan pendapat yang menyatakan pencatatan perkawinan sebagai syarat sahnya perkawinan sebagaimana yang dikehendaki oleh pemerintah kurang mendapat pemahaman dan apresiasi yang semestinya. Atas dasar kondisi tersebut, maka demi memberikan kepastian hukum bagi keluarga muslim dalam rangka dapat memperoleh perlindungan hukum dari negara serta demi terselenggaranya administrasi kependudukan yang baik dan teratur, maka Peradilan Agama memandang perlu memberi kesempatan terhadap perkawinan tidak tercatat itu untuk mengajukan permohonan itsbat nikah, bagi perkawinan tidak tercatat tersebut dilakukan sebelum berlakunya UU nomor 1 tahun 1974, maupun sesudahnya, meskipun di dalam perkara permohonan itsbat nikah tersebut ada yang menganding pelanggaran terhadap UU perkawinan. Langkah ini memang delimatis, karena Pengadilan Agama mengesahkan suatu perkawinan karena perkawinan tersebut telah dilaksanakan menurut ketentuan hukum agama, namun perkawinan yang dimintakan pengesahan atau itsbat tersebut merupakan suatu pelanggaran. Adapun karakter perkara permohonan pengesahan perkawinan atau itsbat nikah yang diajukan di Pengadilan Agama dan sikap Pengadilan Agama dalam menyelesaikan perkara ini dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Setiap permohonan pengesahan nikah atau itsbat nikah yang diajukan ke pengadilan agama adalah atas dasar adanya perkawinan yang telah

6 dilaksanakan menurut syariat islam, akan tetapi tidak dicatatkan di PPN yang berwenang; 2. Permohonan pengesahan nikah atau itsbat nikah tersebut diajukan karena adanya kepentingan yang jelas dan konkrit, antara lain; dalam rangka perceraian, untuk melaksanakan ibadah haji, untuk kepentingan pembagian warisan, untuk kepentingan urusan pensiun dan kepentingan ingin mendapatkan kepastian hukum; 3. Pengadilan Agama hanya menetapkan tentang sahnya suatu perkawinan, tanpa memandang ada dan tidaknya pelanggaran yang telah dilakukan para pemohon penetapan pengesahan pernikahan tersebut; 4. Pengadilan agama dalam mengambil putusan tentang sahnya perkawinan atau penetapan itsbat nikan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Perkawinan sirri atau tidak tercatat tersebut telah dilaksanakan menurut syariat islam; b. Pelaksanaan perkawinan sirri atau tidak tercatat tersebut telah memenuhi syarat dan rukun nikah dan tidak ada larangan nikah, baik menurut hukum agama maupun menurut UU perkawinan; c. Perkawinan sirri atau tidak tercatat tersebut dilakukan karena para pelakunya dalam keadaan tertentu yang tidak memungkinkan dirinya mencatatkan pernikannya tersebut; d. Penetapan pengesahan nikah atau itsbat nikah yang akan ditetapkan memenuhi azas keadilan, kemaslahatan dan kepastian hukum; e. Pengadilan Agama tidak mempertimbangkan lagi apakah perkawinan sirri atau tidak tercatat tersebut dilakukan sebelum atau setelah berlakunya UU nomor 1 tahun 1974, tentang perkawinan. f. Pengadilan Agama secara ketat menghindari adanya penyelundupan hukum poligami dalam perkara permohonan pengesahan nikah atau itsbat nikah; PENEGAKAN SANKSI PERKAWINAN TIDAK TERCATAT Sebagaimana dimaklumi, bahwa permohonan itsbat nikah atau pengesahan nikah di Pengadilan Agama terdapat kemungkinan adanya pelanggaran terhadap UU perkawinan dan karena pelanggaran tersebut yang bersangkutan dapat dijatuhi

7 hukuman pidana, baik hukuman denda ataupun kurungan berdasar ketentuan beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut: 1. Pasal 3 Undang-Undang nomor 22 tahun 1946, tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk yang diberlakukan berdasarkan UU nomor 32 tahun 1954 yang bunyi selengkapnya sebagai berikut: (1) Barang siapa yang melakukan akad nikah atau nikah dengan seorang perempuan tidak di bawah pengawasan Pegawai yang dimaksudkan pada ayat (2) pasal 1 atau wakilnya dihukum denda sebanyakbanyaknya R 50,- (lima puluh rupiah); (2) Barang siapa yang menjalankan tersebut pada ayat (2) pasal 1 dengan tidak ada haknya, dihukum kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya R 50,- (lima puluh rupiah); (3) Jika seseorang laki-laki yang menjatuhkan talak atau merujuk sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal 1, tidak memberitahukan hal itu didalam seminbggu kepada pegawai yang dimaksudkan pada ayat (2) pasal 1 atau wakilnya, maka dia dihukum denda sebanyakbanyaknya R 50,- (lima puluh rupiah); (4) Orang yang tersebut pada ayat (2) pasal 1 karena menjalankan pengawasan dalam hal nikah, ataupun menerima biaya pencatatan nikah, talak dan rujuk lebih dari pada yang ditetapkan oleh menteri agama menurut ayat (4) pasal 1 atau tidak memasukkan nikah, talak dan rujuk di dalam buku pendaftaran masing-masing sebagai yang dimaksud pada ayat (1) pasal 2 atau tidak memberikan petikan dari pada buku pendaftaran tersebut di atas tentang nikah yang dilakukan di bawah pengawasannya atau talak dan rujuk yang dibukukannya sebagai yang dimaksud ayat (2) pasal 2, maka dihukum kurungan selamalamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya R 100,- (seratus rupiah); (5) Jika terjadi salah satu hal yang tersebut pada ayat pertama, kedua dan ketiga dan ternyata karena keputusan hakim, bahwa ada orang kawin tidak dengan mencukup syarat pengawasan atau ada talak atau rujuk tidak diberitahukan kepada yang berwajib, maka biskalgrifir hakim kepolisian yang bersangkutan mengirim salinan keputusannya kepada pegawai pencatat nikah yang bersangkutan dan pegawai itu

8 memasukkan nikah, talak dan rujuk di dalam buku pendaftaran masingmasing dengan menyebut surat keputusan hakim yang menyatakan hal itu. 2. Pasal 4 Undang-Undang nomor 22 tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk: Hal-hal yang boleh dihukum pada pasal 3 dipandang sebagai pelanggaran. 3. Pasal 2 Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 yang bunyi selengkapnya sebagai berikut: (1) Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masingmasing agama dan kepercayaannya itu; (2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Pasal 45 Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975, yang bunyi selengkapnya sebagai berikut: (1) Kecuali apabila ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka: a. Barang siapa yang melanggar ketentuan yang diatur dalam pasal 3, 10 ayat (3), 40 Peraturan Pemerintah ini dihukum dengan hukuman denda setinggi-tingginya Rp 7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah); b. Pegawai Pencatat yang melanggar ketentuan yang diatur dalam pasal 6, 7, 8, 9, 10 ayat (1), 11, 13, 14 Peraturan Pemerintah ini dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah). (2) Tindak pidana yang dimaksud dalam ayat (1) diatas merupakan pelanggaran. Setelah memahami ketiga peraturan perundang-undangan tersebut (UU NO.22/1946, UU NO.1/1974 dan PP NO.9/1975) dalam satu kesatuan pemahaman yang tidak memisahkan satu sama laian, maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Bahwa perkawinan sirri atau dibawah tangan atau tidak tercatat di kantor pencatatan perkawinan adalah suatu pelanggaran yang pelakunya dapat dijatuhi hukuman denda;

9 2. Bahwa orang yang melangsungkan perkawinan tidak memberitahukan kehendaknya kepada Pegawai Pencatat di tempat perkawinan akan dilangsungkan, dihukum dengan hukuman denda setinggi-tingginya Rp 7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah); 3. Bahwa orang yang melangsungkan perkawinan tidak di hadapan Pegawai Pencatat dan tidak dihadiri oleh dua orang saksi, dihukum dengan hukuman denda setinggi-tingginya Rp 7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah); 4. Bahwa orang laki-laki yang melakukan poligami tanpa mengajukan permohonan ijin tertulis kepada pengadilan, dihukum dengan hukuman denda setinggi-tingginya Rp 7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah); 5. Bahwa Pejabat yang berwenang melaksanakan pencatatan perkawinan yang tidak melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan UU perkawinan, dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 7.500,- (lima ribu lima ratus rupiah). Selanjutnya, agar pasal-pasal dari ketiga peraturan perundang-undang sebagaimana telah disebut di atas tidak mati dan ditaati semua pihak, maka perlu ada langkah-langkah penegakannya yang didukung oleh seluruh kekuatan negara, terutama dari kalangan kyai dan ulama, karena merekalah yang fatwanya selalu ditaati dan langkah-langkahnya selalu diteladani. Selama para ulama tidak mempertimbangkan keadaan buruk ummat islam akibat dari nikah sirri ini dan menganggap pencatatan suatu pernikahan itu tidak penting, serta membiarkan terus berlangsungnya nikah sirri, maka pastilah penyelenggaan perkawinan kaum muslimin itu tidak akan pernah tertib dan teratur. Pengadilan Agama sebagai salah satu pelaku kekuasaan Kehakiman yang diberi tugas dan wewenang untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama islam dibidang perkawinan harus memposisikan diri sebagai pilar utama penegakan hukum perkawinan dan ikut serta bertanggung jawab terhadap merajalelanya nikah sirri ini. Untuk itu Pengadilan Agama seyogyanya tidak mengesahkan nikah sirri kecuali dengan sangat ketat dan hati-hati dengan cara menerapkan sanksi atas pelanggaran tersebut berupa hukuman denda. Dasar kewenangan Pengadilan Agama dalam hal ini adalah pasal 63 ayat (1) Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 dan Pasal 1 huruf b Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 yang menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan

10 pengadilan (dalam UU dan PP tersebut) ialah: Pengadilan Agama bagi mereka yang beragama islam dan Pengadilan Negeri bagi yang lainnya.. Jika dilihat dari bentuk pelanggaran dan besaran hukuman dendanya, oleh karena ancaman hukuman bagi orang yang melakukan nikah sirri hanya berupa denda setinggi-tingginya hanya Rp 7.500,-, maka pelanggaran dalam hal pencatatan perkawinan ini dapat dianggap sebagai tindak pidana ringan sebagaimana ketentuan dalam pasal 205 ayat (1) KUHAP, sehingga prosedur acaranya cukup dipergunakan acara pemeriksaan pidana ringan, sebagaimana ketentuan dalam Bab XVI bagian ke enam, acara pemeriksaan cepat, paragraf 1, acara Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan, pasal 205 sampai dengan pasal 209 KUHAP. Jika perkawinan tidak tercatat tersebut dianggap sebagai tindak pidana ringan, maka sangat mungkin kewenangannya secara khusus dapat diserahkan kepada Pengadilan Agama dalam bentuk pengadilan khusus berdasarkan ketentuan pasal 3A ayat (1) UU nomor 50 tahun 2009 tentang perubahan kedua atas UU nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Pengadilan khusus yang dimaksud adalah sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan pasal 3A tersebut yang menyatakan; yang dimaksud dengan diadakan pengkhususan pengadilan adalah adanya diferensiasi/spesialisasi di lingkungan peradilan agama dimana dapat dibentuk pangdilan khusus, misalnya pengadilan arbitrase syariah. Analog dengan ketentuan tersebut, demi hukum dan Undang- Undang serta dalam rangka terciptanya penyelenggaraan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, maka perlu segera dibentuk peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur tentang tindak pidana ringan berupa pelanggaran perkawinan sirri atau tidak tercatat dengan memberikan kewenangan mengadilinya kepada Pengadilan Agama. Sementara itu, ada sebagaian ahli hukum, termasuk beberapa ulama fiqh berpendapat, bahwa pencatatan perkawinan hanyalah masalah administrasi, bukan masalah yuridis, oleh karena itu nikah sirri hanyalah merupakan pelanggaran administratif, bukan tindak pidana, sehingga perkara ini berada dalam ranah hukum perdata agama, karena nikah sirri atau perkawinan tidak tercatat tersebut pada dasarnya telah sah menurut agama. Logika siapapun tidak akan dapat membenarkan adanya tindakan yang telah sah menurut agama, dianggap sebagai tindak pidana atau kriminal. Apalagi perkawinan sirri tersebut telah pula dinyatakan

11 sah oleh pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan. Jadi perkawinan yang tidak tercatat atau nikah sirri itu bukan pelanggaran pidana, tetapi pelanggaran administratif. Jika pendapat yang terakhir ini kita ikuti, maka langkah yang harus diambil adalah sambil menunggu adanya peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur tentnag hal ini, agar Pengadilan Agama dapat terhindar dari stigma sebagai mana tersebut di atas, untuk sementara Pengadilan Agama perlu menjatuhkan hukuman denda sebagai hukuman administratif sebelum menetapkan sahnya perkawinan sirri dalam perkara permohonan itsbat nikah sesuai ketentuan pasal 3 UU nomor 22 tahun 1946, jis. pasal 2 ayat (2) UU nomor 1 tahun 1974 dan pasal 45 PP nomor 9 tahun Dengan pengertian Pengadilan Agama tidak mengesahkan perkawinan sirri sebelum perkawinan sirri tersebut dihukum dengan hukuman denda. Hakim peradilan agama perlu segera mengakhir posisi delimatis dalam menyelesaikan perkara permohonan itsbat nikah yang diajukan oleh para pelaku nikah sirri atau tidak tercatat. Nyatakan sah atau itsbatkanlah perkawinan sirri itu, tetapi dendalah mereka atas pelanggarannya itu. Demi hukum dan demi Undang- Undang, gunakan kewenangan eks officio hakim untuk menjatuhan hukuman denda sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan kata lain, jadikanlah hukuman denda itu sebagai syarat dalam menetapkan itsbat nikah. Dengan demikian posisi hakim agama adalah penegak hukum agama sekaligus penegak hukum negara. Maknanya, bahwa hakim agama telah menetapkan apa yang seharusnya diitsbatkan karena perkawinan sirri memang telah sesuai dengan hukum agama dan telah menegakkan Undang-Undang dengan menghukum para pelaku nikah sirri sesuai dengan pelanggarannya. Insyaallah dengan cara ini, stigma Pengadilan Agama sebagai penyebab pelanggaran UU perkawinan akan berlalu. Mungkin hukuman denda yang ditentukan terakhir oleh PP nomor 9 tahun 1975 sejumlah setinggi-tingginya Rp 7.500,- itu tidak signifikan menimbulkan effek jera bagi para pelanggarnya. Oleh karena itu direkomendasikan segera dilakukan penyesuaian dengan peraturan baru atau disesuaikan dengan nilai atau nominasi mata uang rupiah pada saat hukuman denda itu dijatuhkan. Yang terpenting Pengadilan Agama perlu segera memulai menjatuhkan sanksi denda kepada pelaku nikah sirri yang mengajukan itsbat nikah, dengan harapan paling tidak akan menjadi pelajaran bagi para peminat kawin sirri, bahwa untuk memperoleh pengesahan nikah sirrinya yang bersangkutan menyadari telah melakukan

12 pelanggaran yang memalukan terhadap UU perkawinan dan kepadanya patut dihukum dengan hukuman denda. Adapun mengenai berat ringannya hukuman denda atas pelanggaran administratif tersebut dapat diukur dengan; apakah pelanggaran tersebut dilakukan sebelum berlakunya UU nomor 22 tahun 1946 tentang Pencatatan nikah, talak dan rujuk dan atau UU nomor 1 tahun 1974 atau setelah berlakunya UU tentang perkawinan dan apakah perkawinan tidak tercatat itu dilakukan dalam keadaan tertentu sehingga yang bersangkutan tidak memungkinkan mencatatkan perkawinannya kepada Pejabat Pencatatan nikah ataukah pelanggaran tersebut dilakukan dengan sengaja untuk tidak mematuhi UU perkawinan dan atau ada alasan lain yang dapat atau tidak dapat dibenarkan oleh Hakim agama. Dalam rangka menjamin terlaksananya peradilan permohonan itsbat nikah dengan baik, seyogyanya denda sebanyak jumlah maksimal (Rp 7.500,-) telah dibayar bersamaan pada saat mengajukan permohonan itsbat nikah, sebagai syarat permohonannya. TAKHTIMAH Kesimpulan dari pemikiran ini ialah: 1. Pelanggaran melakukan nikah sirri atau tidak tercatat adalah pelanggaran administratif; bersifat keperdataan dan dapat dihukum dengan hukuman denda; 2. Dalam menyelesaikan perkara permohonan itsbat nikah, Pengadilan Agama berwenang menjatuhkan hukuman administratif berpa denda. jika Pemohon terbukti melakukan pelanggaran terhadap UU perkawinan, tanpa alasan yang dapat dibenarkan oleh UU; 3. Apabila Pemohon atau para Pemohon tidak melakukan pembayaran denda bersamaan permohonan itsbat nikahnya, sedangkan yang bersangkutan mampu, maka permohonan itsbat nikah dapat dinyatakan tidak memenuhi syarat dan oleh karena itu harus dinyatakan tidak dapat diterima. WALLAHU A LAM BIS-SHAWAB

PERKARA PIDANA DI PENGADILAN AGAMA. Oleh: Ahsan Dawi Mansur. Bagi sebagian orang judul di atas terasa aneh, atau bahkan

PERKARA PIDANA DI PENGADILAN AGAMA. Oleh: Ahsan Dawi Mansur. Bagi sebagian orang judul di atas terasa aneh, atau bahkan PERKARA PIDANA DI PENGADILAN AGAMA Oleh: Ahsan Dawi Mansur Bagi sebagian orang judul di atas terasa aneh, atau bahkan mengada-ada. Pengadilan agama yang selama ini sering diidentikkan dengan kasus-kasus

Lebih terperinci

Kepastian Hukum Itsbat Nikah Terhadap Status Perkawinan, Status Anak dan Status Harta Perkawinan Oleh: Prof. Dr. H. Suparman Usman, S.H.

Kepastian Hukum Itsbat Nikah Terhadap Status Perkawinan, Status Anak dan Status Harta Perkawinan Oleh: Prof. Dr. H. Suparman Usman, S.H. Kepastian Hukum Itsbat Nikah Terhadap Status Perkawinan, Status Anak dan Status Harta Perkawinan Oleh: Prof. Dr. H. Suparman Usman, S.H. I. Pendahuluan. Dalam pandangan Islam perkawinan (nikah) merupakan

Lebih terperinci

PENETAPAN PENGESAHAN PERKAWINAN (ITSBAT NIKAH) BAGI WARGA NEGARA INDONESIA DI LUAR NEGERI. Drs. H. Masrum M Noor, MH.

PENETAPAN PENGESAHAN PERKAWINAN (ITSBAT NIKAH) BAGI WARGA NEGARA INDONESIA DI LUAR NEGERI. Drs. H. Masrum M Noor, MH. PENETAPAN PENGESAHAN PERKAWINAN (ITSBAT NIKAH) BAGI WARGA NEGARA INDONESIA DI LUAR NEGERI Drs. H. Masrum M Noor, MH. Ketua Pengadilan Agama Jakarta Pusat MUKADIMAH Bahwa Mahkamah Agung Republik Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg A. Analisis Pertimbangan dan Dasar Hukum Majelis Hakim Pengadilan Agama Malang Mengabulkan Permohonan Itsbat

Lebih terperinci

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN Menurut Imam Asy-Syathibi jika aturan/hukum itu membawa kepada kemaslahatan, maka aturan /hukum itu harus dijadikan sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor 49/Pdt.P/2015/PA.Lt DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor 49/Pdt.P/2015/PA.Lt DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA É«1 PENETAPAN Nomor 49/PdtP/2015/PALt DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Lahat yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu pada tingkat pertama, dalam persidangan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 153/Pdt.G/2014/PA.Mtk

P U T U S A N Nomor 153/Pdt.G/2014/PA.Mtk P U T U S A N Nomor 153/Pdt.G/2014/PA.Mtk DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Mentok yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu dalam persidangan Majelis Hakim

Lebih terperinci

PENDAFTARAN ITSBAT NIKAH DI KJRI CHICAGO

PENDAFTARAN ITSBAT NIKAH DI KJRI CHICAGO KONSULAT JENDERAL REPUBLIK INDONESIA CHICAGO PENDAFTARAN ITSBAT NIKAH DI KJRI CHICAGO ------------------------------ APAKAH PERNIKAHAN ANDA SAH MENURUT HUKUM POSITIF INDONESIA? Pernikahan yang sah adalah

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

P U T U S A N. NOMOR 52/Pdt.G/2013/PA.Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. NOMOR 52/Pdt.G/2013/PA.Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P U T U S A N NOMOR 52/Pdt.G/2013/PA.Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Singaraja yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 1989 TERHADAP PENENTUAN PATOKAN ASAS PERSONALITAS KEISLAMAN DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 1989 TERHADAP PENENTUAN PATOKAN ASAS PERSONALITAS KEISLAMAN DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA 77 BAB IV ANALISIS UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 1989 TERHADAP PENENTUAN PATOKAN ASAS PERSONALITAS KEISLAMAN DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA A. Dasar Penentuan Patokan Asas Personalitas Keislaman di Pengadilan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG 1946 NOMOR 22 TENTANG PENCATATAN NIKAH, NIKAH, TALAK DAN RUJUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

UNDANG-UNDANG 1946 NOMOR 22 TENTANG PENCATATAN NIKAH, NIKAH, TALAK DAN RUJUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. UNDANG-UNDANG 1946 NOMOR 22 TENTANG PENCATATAN NIKAH, NIKAH, TALAK DAN RUJUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang : 1) bahwa peraturan pencatatan nikah, talak dan rujuk seperti yang diatur di dalam Huwelijksordonnantie

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA. Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA. Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA. Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten yang mengadili perkara tertentu pada tingkat banding

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 94/Pdt.G/2012/PTA.Bdg. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIMDEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 94/Pdt.G/2012/PTA.Bdg. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIMDEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA salinan P U T U S A N Nomor : 94/Pdt.G/2012/PTA.Bdg. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIMDEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama di Bandung yang mengadili perkara tertentu dalam

Lebih terperinci

NIKAH SIRI DARI SUDUT PANDANG HUKUM ISLAM*

NIKAH SIRI DARI SUDUT PANDANG HUKUM ISLAM* NIKAH SIRI DARI SUDUT PANDANG HUKUM ISLAM* Mohamad Hasib Dosen STKIP PGRI Tulungagung ABSTRAKSI : Pada prinsipnya dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 pada Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa perkawinan

Lebih terperinci

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di 79 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TIDAK DITERAPKANNYA KEWENANGAN EX OFFICIO HAKIM TENTANG NAFKAH SELAMA IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI PUTUSAN NOMOR:1110/Pdt.G/2013/PA.Mlg) Putusan di atas merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN MAJELIS HAKIM ATAS PENCABUTAN AKTA KESEPAKATAN DI BAWAH TANGAN YANG DIBUAT

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN MAJELIS HAKIM ATAS PENCABUTAN AKTA KESEPAKATAN DI BAWAH TANGAN YANG DIBUAT 79 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN MAJELIS HAKIM ATAS PENCABUTAN AKTA KESEPAKATAN DI BAWAH TANGAN YANG DIBUAT SUAMI ISTRI DALAM PERKARA CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA MALANG Perkara Nomor:

Lebih terperinci

BAB III PERKAWINAN SIRI DI INDONESIA. A. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Maraknya Perkawinan Siri

BAB III PERKAWINAN SIRI DI INDONESIA. A. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Maraknya Perkawinan Siri BAB III PERKAWINAN SIRI DI INDONESIA A. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Maraknya Perkawinan Siri Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, merupakan suatu upaya pemerintah untuk mengatasi keanekaragaman,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PENCATATAN PERNIKAHAN DAN IS BAT NIKAH. pejabat Negara terhadap peristiwa perkawinan.

BAB II TINJAUAN UMUM PENCATATAN PERNIKAHAN DAN IS BAT NIKAH. pejabat Negara terhadap peristiwa perkawinan. 18 BAB II TINJAUAN UMUM PENCATATAN PERNIKAHAN DAN IS BAT NIKAH A. Pencatatan Pernikahan 1. Pengertian Pencatatan {Pernikahan Pencatatan perkawianan adalah suatu pencatatan yang dilakukan oleh pejabat Negara

Lebih terperinci

Putusan Nomor : 276/Pdt.G/2011/PA.Pkc. hal. 1 dari 10 hal.

Putusan Nomor : 276/Pdt.G/2011/PA.Pkc. hal. 1 dari 10 hal. PUTUSAN Nomor : 276/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara cerai gugat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu hal yang terpenting di dalam realita kehidupan umat manusia. Perkawinan dikatakan sah apabila dilaksanakan menurut hukum masingmasing agama

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor XXX/Pdt.P/2011/PA GM.

P E N E T A P A N Nomor XXX/Pdt.P/2011/PA GM. P E N E T A P A N Nomor XXX/Pdt.P/2011/PA GM. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN AGAMA GIRI MENANG Memeriksa perkara-perkara tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan penetapan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N NOMOR 01/Pdt.P/2013/PA.Msa BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P E N E T A P A N NOMOR 01/Pdt.P/2013/PA.Msa BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM 1 P E N E T A P A N NOMOR 01/Pdt.P/2013/PA.Msa BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Marisa yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor 0028/Pdt.P/2014/PA.Lt BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor 0028/Pdt.P/2014/PA.Lt BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN Nomor 0028/PdtP/2014/PALt BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Lahat yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor 0031/Pdt.P/2014/PA.Lt BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor 0031/Pdt.P/2014/PA.Lt BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN Nomor 0031/Pdt.P/2014/PA.Lt BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Lahat yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor: 0087/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

P U T U S A N. Nomor: 0087/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN P U T U S A N Nomor: 0087/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sungai Penuh yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

FENOMENA NIKAH MASSAL DAN KORELASI TERHADAP ISBAT NIKAH ( Titik Singgung Wewenang 2 in 1 Pengadilan Agama dengan Kementerian Agama )

FENOMENA NIKAH MASSAL DAN KORELASI TERHADAP ISBAT NIKAH ( Titik Singgung Wewenang 2 in 1 Pengadilan Agama dengan Kementerian Agama ) FENOMENA NIKAH MASSAL DAN KORELASI TERHADAP ISBAT NIKAH ( Titik Singgung Wewenang 2 in 1 Pengadilan Agama dengan Kementerian Agama ) Oleh : Mhd. Habiburrahman. SHI 1 A. Pendahuluan Kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor: XXX/Pdt.P/2011/PA GM.

P E N E T A P A N Nomor: XXX/Pdt.P/2011/PA GM. P E N E T A P A N Nomor: XXX/Pdt.P/2011/PA GM. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN AGAMA GIRI MENANG Memeriksa perkara-perkara tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan penetapan

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA P U T U S A N Nomor:0007/Pdt.P/2009/PA.Slk BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sahnya perkawinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. sahnya perkawinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isbat nikah merupakan proses penetapan pernikahan dua orang suami isteri, tujuan dari isbat nikah adalah untuk mendapatkan akta nikah sebagai bukti sahnya perkawinan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 027/Pdt.G/2009/PA.Dgl

P U T U S A N Nomor : 027/Pdt.G/2009/PA.Dgl P U T U S A N Nomor : 027/Pdt.G/2009/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------ Pengadilan Agama Donggala yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu

Lebih terperinci

PENETAPAN NOMOR : 02/Pdt.P/2011/PA.Mrs

PENETAPAN NOMOR : 02/Pdt.P/2011/PA.Mrs 1 PENETAPAN NOMOR : 02/Pdt.P/2011/PA.Mrs ب س م للا م ح ا م ح م DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Marisa yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor: 0158/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 0158/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor: 0158/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sungai Penuh yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor : 0097/Pdt.P/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor : 0097/Pdt.P/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor : 0097/Pdt.P/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam

Lebih terperinci

Pengadilan Agama Tangerang

Pengadilan Agama Tangerang MENAKAR YURIDITAS SIDANG ITSBAT NIKAH DI LUAR NEGERI (Sebuah Catatan Harian) Oleh Aam Hamidah A. Prolog Sabtu sore tanggal 24 Maret 2012 para penegak hukum dari Pengadilan Agama Jakarta Pusat bertolak

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor: 07/Pdt.P/2013/PA. Blu.

PENETAPAN Nomor: 07/Pdt.P/2013/PA. Blu. PENETAPAN Nomor: 07/Pdt.P/2013/PA. Blu. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Blambangan Umpu yang memeriksa dan mengadili perkara perdata Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia secara bersih dan terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia secara bersih dan terhormat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan sangat penting untuk dilakukan yaitu untuk memperoleh keturunan dalam kehidupan manusia baik perorangan maupun kelompok, dengan jalan perkawinan yang

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. pada tingkat pertama, telah melaksanakan sidang keliling bertempat di Desa

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. pada tingkat pertama, telah melaksanakan sidang keliling bertempat di Desa SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 08/Pdt.P/2012/PA.Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Singaraja yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 053/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 053/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 053/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor: 0133/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 0133/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor: 0133/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sungai Penuh yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

ITSBAT NIKAH DAN MASALAH SOSIAL Ahmad Fathoni Ramli 1

ITSBAT NIKAH DAN MASALAH SOSIAL Ahmad Fathoni Ramli 1 ITSBAT NIKAH DAN MASALAH SOSIAL Ahmad Fathoni Ramli 1 Maraknya perkara permohonan dan gugatan itsbat nikah yang diterima pengadilan agama khususnya di daerah-daerah urbanis, menarik perhatian yang memerlukan

Lebih terperinci

P U T U S A N. NOMOR 0004/Pdt.G/2017/PTA.Plk. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. NOMOR 0004/Pdt.G/2017/PTA.Plk. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR 0004/Pdt.G/2017/PTA.Plk. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Palangka Raya yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu dalam tingkat banding

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 0085/Pdt.G/2015/PA.Pkc

PUTUSAN Nomor 0085/Pdt.G/2015/PA.Pkc PUTUSAN Nomor 0085/Pdt.G/2015/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama, dalam sidang

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor : 6/Pdt.P/2017/PA.Kras

P E N E T A P A N Nomor : 6/Pdt.P/2017/PA.Kras P E N E T A P A N Nomor : 6/Pdt.P/2017/PA.Kras DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Karangasem yang memeriksa dan mengadili pada tingkat pertama dalam persidangan Majelis

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor : 1323/Pdt.G/2012/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 1323/Pdt.G/2012/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 1323/Pdt.G/2012/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

PENETAPAN. NOMOR XXXX/Pdt.P/2014/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN. NOMOR XXXX/Pdt.P/2014/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2014/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

EKSEPSI KOMPETENSI RELATIF DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PERADILAN AGAMA. Drs. H. Masrum M Noor, M.H EKSEPSI

EKSEPSI KOMPETENSI RELATIF DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PERADILAN AGAMA. Drs. H. Masrum M Noor, M.H EKSEPSI 1 EKSEPSI KOMPETENSI RELATIF DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PERADILAN AGAMA Drs. H. Masrum M Noor, M.H I EKSEPSI Eksepsi (Indonesia) atau exceptie (Belanda) atau exception (Inggris) dalam istilah hukum acara

Lebih terperinci

PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm

PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. NOMOR 03/Pdt.P/2012/PA.Msa B ISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. penetapan itsbat nikah sebagai berikut dalam perkara yang diajukan oleh:

P E N E T A P A N. NOMOR 03/Pdt.P/2012/PA.Msa B ISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. penetapan itsbat nikah sebagai berikut dalam perkara yang diajukan oleh: 1 P E N E T A P A N NOMOR 03/Pdt.P/2012/PA.Msa B ISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Marisa yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 52/Pdt.G/2012/PTA. Bdg. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 52/Pdt.G/2012/PTA. Bdg. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA S A L I N AN P U T U S A N Nomor : 52/Pdt.G/2012/PTA. Bdg. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 350/Pdt.G/2013/PA.SUB. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 350/Pdt.G/2013/PA.SUB. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P U T U S A N Nomor : 350/Pdt.G/2013/PA.SUB. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sumbawa Besar yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor : 277/Pdt.P/2013/PA.SUB DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor : 277/Pdt.P/2013/PA.SUB DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA S A L I N A N P E N E T A P A N Nomor : 277/Pdt.P/2013/PA.SUB DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sumbawa Besar yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENETAPAN PA SIDOARJO NOMOR. 94/PDT.P/2008/PA.SDA TENTANG PERUBAHAN NAMA SUAMI DALAM PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS PENETAPAN PA SIDOARJO NOMOR. 94/PDT.P/2008/PA.SDA TENTANG PERUBAHAN NAMA SUAMI DALAM PERKAWINAN BAB IV ANALISIS PENETAPAN PA SIDOARJO NOMOR. 94/PDT.P/2008/PA.SDA TENTANG PERUBAHAN NAMA SUAMI DALAM PERKAWINAN A. Analisis Terhadap Dasar pertimbangan Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim Dalam Penetapan

Lebih terperinci

SALINAN P U T U S A N Nomor : 72/Pdt.G/2011/PTA.Bdg.

SALINAN P U T U S A N Nomor : 72/Pdt.G/2011/PTA.Bdg. SALINAN P U T U S A N Nomor : 72/Pdt.G/2011/PTA.Bdg. BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Bandung telah memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor :../Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor :../Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P U T U S A N Nomor :../Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Donggala yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2013/PTA. Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2013/PTA. Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2013/PTA. Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P U T U S A N Nomor : 64/Pdt.G/2012/PA.Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Singaraja yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 57/Pdt.G/2009/PTA.Pdg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N

P U T U S A N Nomor : 57/Pdt.G/2009/PTA.Pdg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N SALINAN P U T U S A N Nomor : 57/Pdt.G/2009/PTA.Pdg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI AGAMA PADANG yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor : 002/Pdt.P/2012/PA.Dum. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor : 002/Pdt.P/2012/PA.Dum. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Dumai yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata tertentu pada tingkat pertama dalam persidangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN AKTA PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor : 366/Pdt.P/2010/PA.Spg. Selanjutnya Pemohon I dan Pemohon II disebut sebagai Para Pemohon

P E N E T A P A N Nomor : 366/Pdt.P/2010/PA.Spg. Selanjutnya Pemohon I dan Pemohon II disebut sebagai Para Pemohon SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 366/Pdt.P/2010/PA.Spg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sampang yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

TENTANG DUDUK PERKARA

TENTANG DUDUK PERKARA P E N E T A P A N Nomor : XX/Pdt.P/2011/PA.Ktb. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

BAB III KEWENANGAN PERADILAN AGAMA

BAB III KEWENANGAN PERADILAN AGAMA BAB III KEWENANGAN PERADILAN AGAMA A. Deskripsi Singkat Bab ini membahas tentang kewenangan peradilan agama. Pembahasan ini mempunyai arti penting karena sebelum diundangkannya UU Nomor 7 Tahun 1989 sering

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG

PUTUSAN Nomor <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG PUTUSAN Nomor /Pdt.G/2017/PTA.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG Memeriksa dan mengadili perkara cerai talak dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor: 0108/Pdt.G/2010/PA.Spn.

P U T U S A N Nomor: 0108/Pdt.G/2010/PA.Spn. P U T U S A N Nomor: 0108/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sungai Penuh yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor : 117/Pdt.P/2010/PA.Sub.

PENETAPAN Nomor : 117/Pdt.P/2010/PA.Sub. PENETAPAN Nomor : 117/Pdt.P/2010/PA.Sub. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sumbawa Besar yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

Nomor 35/Pdt.G/2010/PA Tse BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor 35/Pdt.G/2010/PA Tse BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Nomor 35/Pdt.G/2010/PA Tse BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Tanjung Selor yang mengadili perkara-perkara perdata pada tingkat pertama telah menjatuhkan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 025/Pdt.G/2012/PA.Dgl. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. PENGGUGAT, umur 28 tahun, agama Islam, pendidikan SMK, pekerjaan IRT, tempat

P U T U S A N. Nomor : 025/Pdt.G/2012/PA.Dgl. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. PENGGUGAT, umur 28 tahun, agama Islam, pendidikan SMK, pekerjaan IRT, tempat P U T U S A N Nomor : 025/Pdt.G/2012/PA.Dgl. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA -------Pengadilan Agama Donggala yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

BAB IV. Islam dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang sangat plural. 1. hukum meliputi wilayah Kota atau Kabupaten. Dalam pembahasan kali ini,

BAB IV. Islam dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang sangat plural. 1. hukum meliputi wilayah Kota atau Kabupaten. Dalam pembahasan kali ini, BAB IV ANALISA ATAS PANDANGAN HUKUM HAKIM PENGADILAN AGAMA KAJEN DALAM MEMUTUS PERKARA ISBAT NIKAH YANG PERNIKAHANNYA TERJADI SEBELUM DAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Lebih terperinci

P U T U S A Nomor 59/Pdt.G/2014/MS-Aceh

P U T U S A Nomor 59/Pdt.G/2014/MS-Aceh P U T U S A N Nomor 59/Pdt.G/2014/MS-Aceh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar iyah Aceh yang memeriksa dan mengadili perkara pada tingkat banding dalam persidangan majelis,

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor : 0571/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 0571/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 0571/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA P U T U S A N Nomor:0099/Pdt.G/2010/PA.Slk BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu dalam

Lebih terperinci

TENTANG DUDUK PERKARANYA

TENTANG DUDUK PERKARANYA P E N E T A P A N Nomor: 84/Pdt.P/2011/PA.Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata tertentu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAHREPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

PERATURAN PEMERINTAHREPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN PERATURAN PEMERINTAHREPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: Bahwa untuk kelancaran pelaksanaan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 32/Pdt.G/2009/PA.GM. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 32/Pdt.G/2009/PA.GM. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Nomor Perkara : 32/Pdt.G/2009/PA.GM Para pihak : Penggugat Vs Tergugat Tahun : 2009 Tanggal diputus : 31 Maret 2009 Tanggal dibacakan putusan : 31 Maret 2009 Amar : Dikabulkan Kata Kunci : Cerai Gugat

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 015/Pdt.G/2014/PA.Mtk

PUTUSAN Nomor 015/Pdt.G/2014/PA.Mtk PUTUSAN Nomor 015/Pdt.G/2014/PA.Mtk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Mentok yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu dalam persidangan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 259/Pdt.G/2013/PA.Pkc.

PUTUSAN Nomor : 259/Pdt.G/2013/PA.Pkc. PUTUSAN Nomor : 259/Pdt.G/2013/PA.Pkc. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama, dalam persidangan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor : 205/Pdt.P/2011/PA.Spg

P E N E T A P A N Nomor : 205/Pdt.P/2011/PA.Spg SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 205/Pdt.P/2011/PA.Spg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sampang yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat pertama menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 301/Pdt.G/2011/PA.Pkc.

PUTUSAN Nomor : 301/Pdt.G/2011/PA.Pkc. PUTUSAN Nomor : 301/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara cerai gugat pada

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor xxxx/pdt.g/2012/pa.slw. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

PUTUSAN Nomor xxxx/pdt.g/2012/pa.slw. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN Cerai Gugat khul'i pelanggaran taklik talak - dikabulkan PUTUSAN Nomor xxxx/pdt.g/2012/pa.slw. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Slawi yang memeriksa

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 44/Pdt.G/2015/PTA.Plg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 44/Pdt.G/2015/PTA.Plg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor 44/Pdt.G/2015/PTA.Plg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor 0005/Pdt.P/2015/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor 0005/Pdt.P/2015/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN Nomor 0005/Pdt.P/2015/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama, dalam sidang

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor: 02/Pdt.P/2012/PA.Blu.

PENETAPAN Nomor: 02/Pdt.P/2012/PA.Blu. PENETAPAN Nomor: 02/Pdt.P/2012/PA.Blu. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Blambangan Umpu yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 108//Pdt.G/2011/PA.Pkc.

PUTUSAN Nomor : 108//Pdt.G/2011/PA.Pkc. PUTUSAN Nomor : 108//Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA perkara cerai talak Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili menjatuhkan

Lebih terperinci

SALINAN PENETAPAN Nomor : 06/Pdt.G/2012/PA.Ntn.

SALINAN PENETAPAN Nomor : 06/Pdt.G/2012/PA.Ntn. SALINAN PENETAPAN Nomor : 06/Pdt.G/2012/PA.Ntn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Natuna yang melaksanakan 1okum1 keliling di Kelarek yang memeriksa

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA. Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA. Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA. Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten yang mengadili perkara tertentu pada tingkat banding

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA 16 BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA A. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Lebih terperinci

SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 042/Pdt.P/2011/PA. Skh.

SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 042/Pdt.P/2011/PA. Skh. SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 042/Pdt.P/2011/PA. Skh. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sukoharjo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGGUGAT ; MELAWAN TERGUGAT ;

P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGGUGAT ; MELAWAN TERGUGAT ; Salinan Nomor : P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Donggala yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

Setiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian.

Setiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian. BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PUTUSAN PERCERAIAN ATAS NAFKAH ISTRI DAN ANAK DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA UTARA DAN PENYELESAIANYA JIKA PUTUSAN TERSEBUT TIDAK DILAKSANAKAN A. Pelaksanaan Putusan

Lebih terperinci

Nomor : 121/Pdt.G/2011 /PTA.Bdg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor : 121/Pdt.G/2011 /PTA.Bdg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Salinan P U T U S A N Nomor : 121/Pdt.G/2011 /PTA.Bdg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

Nomor : 10/Pdt.P/2009/PA.Kab.Mn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor : 10/Pdt.P/2009/PA.Kab.Mn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 10/Pdt.P/2009/PA.Kab.Mn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kabupaten Madiun yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 0241/Pdt.G/2012/PA.Bn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 0241/Pdt.G/2012/PA.Bn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 0241/Pdt.G/2012/PA.Bn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Bengkulu Kelas I A yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kelas I A Bengkulu yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

antara pihak-pihak :

antara pihak-pihak : Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan dalam perkara cerai gugat antara pihak-pihak :-------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor: 0767/Pdt.G/2012/PA.Dum DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. tertera di bawah ini dalam perkara cerai talak antara:

PUTUSAN. Nomor: 0767/Pdt.G/2012/PA.Dum DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. tertera di bawah ini dalam perkara cerai talak antara: SALINAN PUTUSAN Nomor: 0767/Pdt.G/2012/PA.Dum DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Dumai yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama dalam persidangan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor: 0100/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

P E N E T A P A N. Nomor: 0100/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA P E N E T A P A N Nomor: 0100/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

TENTANG DUDUK PERKARA

TENTANG DUDUK PERKARA 1 P U T U S A N Nomor : 1598/Pdt.G/2011/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kebumen yang memeriksa dan mengadili perkara perdata Cerai

Lebih terperinci