ANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA JASA PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN SUMATERA BARAT
|
|
- Widya Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA JASA PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT I1 PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT oleh : ZULFALDI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2 Zulfaldi. F Analisa Biaya dan Kelayakad Usaba Jasa Perontokan Padi di Kabupaten Daerab Tingkat I1 Padang Pariaman, Sumatera Barat. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Setyo Pertiwi, MAgr. RINGKASAN Kebutuhan pangan nasional yang cenderung meningkat perlu dibarengi dengan usaha-usaha peningkatan ~roduksi pangan. usaha yang dilakukan adalah meningkatkan hail pertanian. Salah satu Peningkatan hasil pertanian meliputi peningkatan kuantitas, mengurangi kehilangan hasil, dan peningkatan kualitas produksi. Khusus untuk tanaman padl terus digalakkan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan dan melestarikan swasembada beras yang telah dicapai pada tahun Kabupaten Padang Pariaman sebagai salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Barat dalam peningkatan hasil tanaman padi menghadapi masalah masih tingginya susut yang tejadi pada tahapan pasca panen, terjadnya pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa, dan ketersediaan alat dan mesin pertanian pasca panen dengan skala yang sesuai dan efisien baik teknis, maupun ekonomis. Dari pennasalahan di atas perlu dilakukan analisa mengenai kelayakan usaha jasa perontokan padi. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari performansi tekxus dan ekonomi mesin perontok pa&, membuat analisa kelayakan usaha jasa pelayanan, dan mempelajari prospek pengembangan usaha jasa pelayanan tersebut. Performansi teknis yang dldapat dari percobaan lapangan adalah nilai susut tercecer maksimum 3 %, minimum 1 %, dan rata-rata 1.6 %.
3 Kapasitas perontokan alat maksimum 900 kgljam, minimum 600 kg /jam, dan rata-rata 800 kgljam. Pemakaian bahan bakar maksimum 2.2 Idjam, minimum 1.7 ldjam, dan rata-rata 2.1 lt/jam. Berdasarkan data tekms dan hasil survey CLI lapangan diperoleh biaya pokok perontokan (Rplkg) dan upah perontokan dalam bentuk natura 6-7 % dari hasil perontokan. Titik impas usaha jasa perontokan padi (hari kerjaltahun). Biaya pokok perontokan dan titik impas tergantung dari kapasitas perontokan dan pemakaian bahan bakar. Biaya pengelolaan (management fee) ditetapkan 5 % dari biaya pokok perontokan. Dari hasil analisa kelayakan finansial maka usaha jasa perontokan padi adalah lay& karena dari kapasitas perontokan minimum dan pemakaian bahan bakar maksimum menghasilkan nilai NPV, B/C, dan IRR masing-masing , 1.16, dan %. Dari hasil analisa sensitivitas diketahui bahwa pada pemakaian bahan bakar maksimum kelayakan usaha jasa perontokan padi paling sensitif terhadap berbagai perubahan seperti penurunan harga gabah, kenaikan harga bahan bakar, dan kenaikan upah operator. Pada analisa sensitivitas penurunan harga gabah 7.5 % dari harga standar, kapasitas perontokan 600 kg/jam dan pemakaian bahan bakar 2.2 liter/jam menjadikan usaha jasa perontokan padi tidak layak secara finansial. Hal ini terlihat dari nilai NPV, B/C, dm IRR masing-masing , 0.92, dan %. Analisa sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar 30 % dari harga sekarang, kapasitas perontokan 600 kg/jam dan pemakaian bahan bakar 2.2 liter/jam, juga menjadikan usaha jasa perontokan padi tidak layak. Hal ini terlihat dari nilai NPV,
4 BIC, dan IRR masing-masing , 0.99 dan 19.3 %. Lebih lanjut analisa sensitivitas terhadap kenaikan upah operator sebesar 22.5 % dari harga sekarang, kapasitas perontokan 600 kgljam dan pemakaian bahan bakar 2.2 literljam juga menjadikan usaha jasa perontokan padi tidak layak. Hal ini terlihat dari nilai NPV, BIC, dan IRR masing-masing , 0.98, dan %. Salah satu pengusaha yang berhasil mengelola usaha jasa perontokan pa& adalah pengusaha penggilingan pa&. Sebab upah perontokan umumnya diterima dalam bentuk natura, maka ketika harga gabah jatuh pendapatan usaha jasa perontokan dari pengusaha penggilingan padi tidak berkurang karena mereka tidak menjual gabah tapi akan mengolah gabah tersebut menjadi beras. Pengusaha penggilingan padi dapat menjadi salah satu pionir dalam pengembangan usaha jasa alat dan mesin pertanian, terutama usaha jasa pelayanan perontokan pad.
5 ANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA JASA PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT I1 PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT oleh : ZULFALDI F SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Jurusan Mekanisasi Pertanian FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1995 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN LNSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
6
7
8
9
10
ANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA JASA PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN SUMATERA BARAT
ANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA JASA PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT I1 PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT oleh : ZULFALDI F 26.0127 1995 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Juli 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian
Lebih terperinciANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK BARAT NTB)
FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha
Lebih terperinciBAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI
BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa dari 13 (tiga belas) desa yang terdapat di kecamatan Ciampea, dan wilayahnya masuk dalam Kabupaten
Lebih terperinciWNWLlSlS PEMlLlHAN CARA PANEN DAN PERONTOKAN PAD% SERTA KEBUTUHAN PERALATAN DI KECAMATAN JAT!SARI, KARAWANG, JAWA BARAT
WNWLlSlS PEMlLlHAN CARA PANEN DAN PERONTOKAN PAD% SERTA KEBUTUHAN PERALATAN DI KECAMATAN JAT!SARI, KARAWANG, JAWA BARAT Oleh : REKY HENDRAWAN F 26.1347 1995 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah negara pengekspor beras. Masalah ketahanan pangan akan lebih ditentukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen beras yang besar, tetapi kebutuhan konsumsi beras dan pertumbuhan penduduk yang besar menyebabkan Indonesia tidak mampu menjadi
Lebih terperinciLAMPIRAN HARGA SATUAN JUMLAH 1 4,000 50, ,000, ,300 50,000 65,000, ,400 50,000 70,000, ,000 25,000,000
LAMPIRAN Lampiran 1. INVESTASI UNTUK KAPASITAS 1000 KG/JAM (6") TANAH SAMPEL JUMLAH (M²) HARGA SATUAN (Rp) JUMLAH 1 4,000 50,000 200,000,000 2 1,300 50,000 65,000,000 3 1,400 50,000 70,000,000 4 500 50,000
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA (Studi Kasus di Lumbung Tani Sehat Ciburuy, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : NIRWAN NURDIANSYAH F14103040 2008 DEPARTEMEN
Lebih terperinciUJI KINERJA DAN ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN HEAD FEED COMBINE HARVESTER (YANMAR, CA 85 M) PADA SAWAH TRADISIONAL. Oleh: LUKI NANDHA WARDHANA F 30.
UJI KINERJA DAN ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN HEAD FEED COMBINE HARVESTER (YANMAR, CA 85 M) PADA SAWAH TRADISIONAL Oleh: LUKI NANDHA WARDHANA F 30.0208 8-!""" ".-: ".::, # 1998 FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciUJI KINERJA DAN ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN HEAD FEED COMBINE HARVESTER (YANMAR, CA 85 M) PADA SAWAH TRADISIONAL. Oleh: LUKI NANDHA WARDHANA F 30.
UJI KINERJA DAN ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN HEAD FEED COMBINE HARVESTER (YANMAR, CA 85 M) PADA SAWAH TRADISIONAL Oleh: LUKI NANDHA WARDHANA F 30.0208 8-!""" ".-: ".::, # 1998 FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciANAllSlS MASUKBN - KELUABAN ENERGI PADA PENANAMAN PAD! coryza Sativa L. I VARlETAS IR 64 DENGAM BEBERAPA PERLAKUAM PENGOLAHAM TA#AW
ANAllSlS MASUKBN - KELUABAN ENERGI PADA PENANAMAN PAD! coryza Sativa L. I VARlETAS IR 64 DENGAM BEBERAPA PERLAKUAM PENGOLAHAM TA#AW Oleh ENNY SETIYOWATI F 26. 1605 1994 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciSTRATEGI PENANGANAN PASCA PANEN PADI DI DAERAH PASANG SURUT DAN RAWA LEBAK SUMATERA SELATAN HASBI
STRATEGI PENANGANAN PASCA PANEN PADI DI DAERAH PASANG SURUT DAN RAWA LEBAK SUMATERA SELATAN HASBI PUSAT UNGGULAN RISET PENGEMBANGAN LAHAN SUB OPTIMAL UNIVERSITAS SRIWIJAYA PASCA PANEN PENTING? Gabah adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 1984 Indonesia telah dapat berswaswembada beras. Namun, akhir-akhir ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Sejak tahun 1984 Indonesia telah dapat berswaswembada beras. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai
Lebih terperinciANALISIS KELA Y AKAN PENGGUNAAN LEMARI PENGASAP TIPE BEELONIA UNTUK PRODUK PANGAN. Oleh BINTAR NURCAHYO ADI F
:' /-rc-f' I ti)c) 0 U'J 1-0] ANALISIS KELA Y AKAN PENGGUNAAN LEMARI PENGASAP TIPE BEELONIA UNTUK PRODUK PANGAN Oleh BINTAR NURCAHYO ADI F01495087 JURUSAN TEKNIK PERT ANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1960, namun sampai sekarang ketergantungan terhadap beras dan terigu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakenaragaman (diversifikasi) pangan sudah diusahakan sejak tahun 1960, namun sampai sekarang ketergantungan terhadap beras dan terigu belum dapat dihilangkan.
Lebih terperinciVII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM Oleh : Sumaryanto PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di sebagian besar Negara Asia, beras mempunyai nilai politik strategis, yang mempunyai implikasi, pemerintahan akan labil jika beras harganya tidak stabil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan dari masalah yang akan diselesaikan, tujuan yang ingin dicapai, pembatasan masalah pada penelitian ini, serta sistematika
Lebih terperinciKESEMPATAN KERJA DAN HUBUNGAN KERJA Dl PEDESAAN
KESEMPATAN KERJA DAN HUBUNGAN KERJA Dl PEDESAAN (STUD1 KASUS Dl DESA BAHAGIA, KECAMATAN BABELAN, KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT) NlNUK PURNANINGSIH A 241264 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS
Lebih terperinciKESEMPATAN KERJA DAN HUBUNGAN KERJA Dl PEDESAAN
KESEMPATAN KERJA DAN HUBUNGAN KERJA Dl PEDESAAN (STUD1 KASUS Dl DESA BAHAGIA, KECAMATAN BABELAN, KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT) NlNUK PURNANINGSIH A 241264 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS
Lebih terperinciRib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167
Rib,, ti p., : ANALISIS ENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1 SERTAKECENDE RSI LAHAN SAWM Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOlMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciRib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167
Rib,, ti p., : ANALISIS ENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1 SERTAKECENDE RSI LAHAN SAWM Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOlMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciALAT DAN MESIN PANEN HASIL PERTANIAN drh. Saiful Helmy, MP
ALAT DAN MESIN PANEN HASIL PERTANIAN drh. Saiful Helmy, MP Proses panen padi dimulai dengan pemotongan bulir padi yang sudah tua (siap Panen) dari batang tanaman padi, dilanjutkan dengan perontokan yaitu
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara) Ismael Limbong*), Mozart B Darus**), Emalisa**) *) Alumni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Bahan makanan seperti padi atau beras dan jagung hanya diproduksi oleh pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk
Lebih terperinci... aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidnpi sekarang di dalam
... aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidnpi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia yang penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Kebutuhan akan
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Padi merupakan bahan baku dari beras, dimana beras merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat, juga merupakan sektor andalan
Lebih terperinciPENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) MARET 2005 TERHADAP PROFITABILITAS USAHA JASA ALSINTAN DAN USAHATANI PADI
PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) MARET 2005 TERHADAP PROFITABILITAS USAHA JASA ALSINTAN DAN USAHATANI PADI (Kasus Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan dan Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur) Pantjar
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat
Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara Agraris dimana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Hal ini di dukung dengan kenyataan bahwa di Indonesia tersedia
Lebih terperinciFAKTOR-F PERUBAHAN PENGGUNAAN LWHAN SAWAH Dl KABUPATEN JWM ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTAQIIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ti 'w$- * / 7..,.>.., 6 oy@t FAKTOR-F PERUBAHAN PENGGUNAAN LWHAN SAWAH Dl KABUPATEN JWM ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTAQIIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1995 RINGKASAN KARTlNI PANGARIBUAN.
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA
Lebih terperinci7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi
7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Komoditi padi sebagai bahan konsumsi pangan pokok masyarakat, tentunya telah diletakkan sebagai prioritas dan fokus kegiatan program
Lebih terperinciANALISIS PEMILIHAN DAN PENYEBARAN PERONTOK KEDELAI MEKANIS PADA TINGKAT KELOMPOK TAN1 Dl KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA
Pb ANALISIS PEMILIHAN DAN PENYEBARAN PERONTOK KEDELAI MEKANIS PADA TINGKAT KELOMPOK TAN1 Dl KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA Oleh S U H E R M A N F 21. 0539 1989 FAKULTAS TEKWOLOGI PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkembang. Kebutuhan manusia juga semakin banyak yang bergantung dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Di zaman yang semakin canggih ini, kemajuan teknologi juga semakin pesat berkembang. Kebutuhan manusia juga semakin banyak yang bergantung dengan teknologi, khususnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai media untuk menanam padi. memprihatinkan, dimana negara Indonesia yang memiliki lahan yang cukup luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, sehingga padi termasuk tanaman prioritas. Hampir diseluruh
Lebih terperinciMasa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks.
Nama Laboratorium : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian ; Ir. H. Koes Sulistiadji, M.S. Mekanik Traktor roda empat Pengukuran dimensi : - Dimensi unit traktor IK-SP TR4: 2007 butir 1 - Dimensi
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
RENCANA SEMESTER Program Studi : AGROTEKNOLOGI Kode / Nama Mata Kuliah : MEP3202 / Mesin dan Alat Pertanian Jumlah SKS : 3 (2-1) Semester : III (TIGA) Mata Kuliah Prasyarat : - Unsur Capaian Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian orang mengartikan pertanian sebagai kegiatan manusia dalam membuka lahan dan menanaminya dengan berbagai jenis tanaman yang termasuk tanaman semusim maupun
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI. ABSTRACT. i iii iv v vii ix xi xii xiii xiv I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciRancang Bangun Mesin Perontok Padi (Paddy Thresher) dalam Upaya Peningkatan Kualitas dan Efisiensi Produksi Beras Pasca Panen
Rancang Bangun Mesin Perontok Padi (Paddy Thresher) dalam Upaya Peningkatan Kualitas dan Efisiensi Produksi Beras Pasca Panen Pathya Rupajati 1,a), Saharudin 2,b), Syaiful Arif 3,c),Dwita Suastiyanti 4,d)
Lebih terperinciVIII. ANALISIS FINANSIAL
VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.
Lebih terperinci50kg Pita ukur/meteran Terpal 5 x 5 m 2
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan Februari 2010. Pembuatan desain prototipe dilakukan di laboratorium Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena produksi padi Indonesia yang masih rendah dan ditambah dengan. diperbaiki dengan manajemen pascapanen yang benar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai sumber karbohidrat. Kebutuhan pangan pokok beras
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI ALAT DAN MESIN PERTANIAN
STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI ALAT DAN MESIN PERTANIAN (Studi Kasus : Produksi Ditcher Lengan Ayun Untuk Saluran Drainase Pada Budidaya Tanaman Tebu Lahan Kering) Oleh: KETSIA APRILIANNY LAYA F14102099
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi Umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras,
Lebih terperinciMETODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian
15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG ANGGUN NURUL MAULIDDAR, MOZART B. DARUS, LILY FAUZIA Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. padi jika dibandingkan dengan tanaman-tanaman lainnya seperti tanaman jagung
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan komoditi pangan unggulan di Indonesia sehingga di Indonesia mayoritas petani lebih memilih menanami sawahnya dengan tanaman padi jika dibandingkan dengan
Lebih terperinciDEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008
PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN TRAKTOR DALAM PENGOLAHAN TANAH DI KECAMATAN PERBAUNGAN MAKALAH Oleh: TAUFIK RIZALDI, STP, MP. DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pascapanen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan, pengolahan, sampai dengan hasil siap konsumsi (Hasbi, 2012:187). Sedangkan penanganan pascapanen adalah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Sangkuriang Jaya yang terletak di Desa Babakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor berkeinginan untuk melakukan pengembangan usaha untuk meraup
Lebih terperinciVII ANALISIS ASPEK FINANSIAL
VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu
Lebih terperinciEVALUASI USAHA PENGGILINGAN PADI SUMBER HIDUP DI DESA MARINDI KECAMATAN HARUAI KABUPATEN TABALONG
Jurnal Ekonomi Modernisasi http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jeko JEM 12,2 (2016) 72-82 EVALUASI USAHA PENGGILINGAN PADI SUMBER HIDUP DI DESA MARINDI KECAMATAN HARUAI KABUPATEN TABALONG Gusti Marliani
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperincipelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.
pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. 2.2. PENDEKATAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dirumuskan menjadi
Lebih terperinciPROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012
PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012 1 LATAR BELAKANG Kementerian Pertanian mengemban amanat untuk terus berupaya meningkatkan
Lebih terperinciDl KABUPATEH WGAWI, PROPlNSl JAWA TlMUR
KEBUTUHAW PEROWTOK KEDELAI MEKANIS PADA TlMGKAT WILAYAN KERJA PENYULUH PERTANIAN WKPP 1 Dl KABUPATEH WGAWI, PROPlNSl JAWA TlMUR Oleh SYAMSUL ARlFlN F 26. 0875 1996 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN Indriani, Satia Negara Lubis dan Sinar Indra Kusuma Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar proses pembuatan tahu
LAMPIRAN 35 Lampiran 1. Gambar proses pembuatan tahu 1. Pemanenan Kedelai* 2. Perontokan Biji Kedelai** 3. Pencucian Kedelai 4. Pengupasan Kulit Ari Kedelai 5. Kedelai Setelah Dicuci 6. Penggilingan Kedelai
Lebih terperinciV. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR
V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR Analisa Biaya Manfaat Ikan Hias Air Tawar Layak tidaknya usaha dapat diukur melalui beberapa parameter pengukuran seperti Net Present Value (NPV),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin berkembang tidak seiring dengan kesejahteraan para petani beras di Indonesia khususnya.ketidaksejahteraan petani ini disebabkan
Lebih terperinciLampiran 1. Karakteristik Pengusaha Sampel Penggilingan Padi Mobile di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin
Lampiran 1. Karakteristik Pengusaha Sampel Penggilingan Padi Mobile di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin Nama Pemilik Umur (Tahun) Lama Usaha Tingkat Pendidikan (Tahun) Wiyanto 35 2 Thn
Lebih terperinciTanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis yang harus berkembang secara dinamis dan menjurus pada liberalisasi perdagangan internasional dan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan agroindustri merupakan bagian integral dari sektor pertanian mempunyai kontribusi penting dalam proses industrialisasi terutama di wilayah pedesaan. Efek
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan
Lebih terperinciLaporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani
92 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi dihadapkan pada beberapa permasalahan,
Lebih terperinciPengembangan Jasa Pengolahan Tanah Sawah Secara Mekanis di Kabuapten Kuningan
Pengembangan Jasa Pengolahan Tanah Sawah Secara Mekanis di Kabuapten Kuningan SKRIPSI DIYANTI WEDA SARI F14103060 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur
47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan
LAMPIRAN Lampiran 1.Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk, namun hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan kuantitas dan
Lebih terperinciDAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TERHADAP PRODUKSI, PENDAPATAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
2004 Dwi Haryono Makalah Falsafah Sains (PPs-702) Sekolah Pascasarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Nopember 2004 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan (gramineae) yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia sejak lama. Beras merupakan kebutuhan
Lebih terperinciBONTCJK MENIGANALISIS SISTEM PENANGARAN PASCA PANEN PAD!
PROTOTIPE PROGRAM KBMPBBTER BONTCJK MENIGANALISIS SISTEM PENANGARAN PASCA PANEN PAD! 1994 FAKUQTAS TEKMOLOGI PERTANIAN lrlstltur PERTANIAN BOGOR BOGOR BUDIAWAN, F 26.1223, Prototipe Program Komputer Untuk
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN
PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN MENUJU PERTANIAN MODERN KEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN 1. Pengelolaan Alsintan Melalui Brigade Tanam: a. Bersifat task force b. Dikelola oleh Dinas Pertanian Propinsi
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL
Lebih terperinciPermasalahan bila padi tidak segera dikeringkan ialah : 1. Secara teknis apabila gabah tidak segera dikeringkan akan terjadi kerusakan pada butir
1.1 latar Belakang Gabah dikenal dengan nama latin ORYZA SATIVA adalah famili dari rumput rumputan (GRAMINEAE) merupakan salah satu bahan makanan dari biji bijian tertua didunia yang dikonsumsi sebagian
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN HARGA PEMBELIAN GABAH OLEH PEMERINTAH KOTA PASURUAN DARI PETANI/KELOMPOK TANI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. Sekitar 60% penduduknya tinggal di daerah pedesaan dan bermata pencaharian sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi
Lebih terperinciRANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA
RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA Ole h IMAM ROSYADI F 24. 1455 1991 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciUJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA
UJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA Oleh : SALIX FINI MARIS F14104091 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR UJI UNJUK
Lebih terperinciLampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian. Mulai. Menyiapkan alat dan bahan. Mengambil data anthropometri 10 orang operator
48 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Menyiapkan alat dan bahan Mengambil data anthropometri 10 orang operator Mengambil data dimensi alat Menguji kapasitas efektif alat Menganalisis hasil
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian
36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bulat, beruas-ruas dan tingginya antara cm. Jagung merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang mempunyai batang bebentuk bulat, beruas-ruas dan tingginya antara 60 300 cm. Jagung merupakan komoditas vital dalam
Lebih terperinciINOVASI DESAIN MESIN PERONTOK PADI UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS HASIL PANEN
INOVASI DESAIN MESIN PERONTOK PADI UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS HASIL PANEN [1,2] Twintha Omega Saputra [1],Paulus Wisnu Anggoro[2] Program S1 UAJY_ATMI Prodi Teknik Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Lebih terperinciYjlr33 PENGEMBANGAN MODEL HUBUNGAN TINGKAT HASlL TANAMAN PANGAN DENGAN KETERSEDIAAN TENAGA PERTANIAN Dl PROPINSI JAWA BARAT.
F [-id!j..!jp. Yjlr33 PENGEMBANGAN MODEL HUBUNGAN TINGKAT HASlL TANAMAN PANGAN DENGAN KETERSEDIAAN TENAGA PERTANIAN Dl PROPINSI JAWA BARAT Oleh R U S D l F 31 0414 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTlTUT
Lebih terperinci