BAB 2. Tinjauan Pustaka
|
|
- Yulia Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use PIU merupakan sindrom multidimensional yang terdiri dari gejala kognitif,emosional, dan perilaku yang mengakibatkan seseorang kesulitan dalam mengelola kehidupannya ( Caplan, 2003 ). Caplan membagi PIU kedalam 5 dimensi yaitu dimensi Preference Online Social Interaction (POSI), Mood Regulation (MR), Cognitive Preoccupation (CP), Compulsive Internet Use (CIU) dan Negative Outcome (NO). PIU didefinisikan oleh gejala kognitif dan perilaku, pikiran obsesif tentang internet, kurangnya kontrol impuls (Young, 1999), kesenangan dalam menggunakan Internet (Chou, 2001), dan rasa bersalah tentang penggunaan internet (Caplan, 2003). Hal tersebut dinyatakan sebagai gejala kognitifdari PIU (Durak & Durak, 2011). Meskipun peneliti dari penelitian sebelumnya masih tidak setuju pada lingkup, sifat, etiologi, dan efek dari PIU (Widyanto & Griffiths, 2005). Literatur menunjukkan bahwa gejala yang terdapat pada PIU diantaranyaterkait dengan regulasi mood yang adaptif, penggunaan kompulsif terhadap Internet, cenderung lebih tertarik melakukan interaksi sosial Onlinedari pada bertatap muka langsung dan memberikan efek negatif akibat penggunaan internet (Caplan, 2005 dalam Capalan, 2010). LaRose, Lin, dan Eastin ( 2003) berpendapat bahwa keterlibatan PIU dalam kegiatan online, untuk meringankan suasana hati negatif, untuk menghilangkan stres, kesepian, depresi atau kecemasan. Sedangkan Caplan (2003) membagi sejumlah tanda kognitif dan perilaku dari PIU yaitu, seringkali terjadinya perubahaan mood (konsumsi internet untuk beberapa perubahaan pada hal-hal negatif), adanya persepsi dari keuntungan online sosial (merasa mendapatkan keuntungan ketika melakukan sosialisasi secara online), terjadinya penggunaan internet secara kompulsif (kemampuan untuk mengontrol penggunaan internet berkurang), penggunaan secara berlebihan (menggunakan internet secara berlebihan melampaui batasan normal dari penggunaan internet yang telah di rencanakan), pengulangan kembali (merasa gelisah jika jauh atau tidak dapat mengakses internet), dan merasa memiliki kontrol sosial (memiliki persepsi bahwa kontrol sosial yang dilakukan ketika berinteraksi dengan online lebih baik dibandingkan berinteraksi sosial di dunia nyata). Selain dari identifikasi tersebut, 9
2 10 Caplan (2003) juga menjabarkan bahwa dari setiap tanda kognitif yang muncul bersama dengan perilaku seseorang, memiliki hubungan negatif secara signifikan dalam penggunaan internet. Caplan meyakini bahwa dua tanda kognitif (persepsi mendapatkan keuntungan Online sosial dan persepsi akan kontrol Online sosial) ini akan membantu menjelaskan secara teoritis bagaimana hasil negatif terhubung dengan preferensi virtual (maya) seseorang, di bandingkan dengan hubungan secara langsung Karakteristik PIU Dalam Problematic Internet Use yang dikembangkan oleh Caplan (2010), memiliki sekitar 5 dimensi didalamnya. Dimensi-dimensi tersebut diantaranya adalah, Preference Online Social Interaction (POSI) merupakan dimensi dimana jika seseorang mengalami POSI maka, seseorang tersebut akan mengalami kecendrungan untuk lebih menyukai berinteraksi secara online dari pada face to face.mood Regulation (MR) adalah dimana jika seseorang mengalaminya, individu tersebut memiliki motivasi menggunakan internet untuk memperbaiki moodnya. Cognitive Preoccupation (CP) mengarah kepada pemikiran yang obsesif akan penggunaan internet, dimana ketika individu tersebut sedang tidak online, yang ada dipikirannya hanyalah untuk selalu online.compulsive Internet Use (CIU) mengarah pada sebuah perilaku kompulsif dimana individu yang mengalaminya cenderung, akan menunjukkan perilaku tidak dapat mengontrol penggunaan internetnya hingga meninggalkan aktifitas normalnya. Negative Outcome (NO) merupakan hasil-hasil negatif yang ditimbulkan dari penggunaan internet secara berlebihan Faktor-Faktor dalam PIU Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan individu mengalami PIU diantaranya adalah self esteem rendah, pencarian reward, permasalahan didalam keluarga, dan ketertarikan yang Terdapat kuat terhadap teknologi (Tam & Walter, 2013). Berdasarkan faktor-faktor yang terdapat dalam PIU tersebut, self esteem menjadi salah satu faktor yang memiliki keterkaitan langsung terhadap PIU, hal tersebut dapat dijelaskan berdasarkan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa self esteem rendah menjadi salah satu prediktor yang memicu terjadinya PIU (Durak & Durak, 2011).
3 11 2.2Cogntive Distortion Cogntive Distortion di definisikan sebagai keadaan tidak berfungsinya pola pikir, memiliki pikiran negatif, serta mengalami ketidak akuratan dalam berpikir, menyebabkan dampak klinis terhadap diri, serta memotivasi perilaku maladaptif pada seseorang (Briere, 2001). Sedangkan menurut Aaron Beck (1979) Cogntive Distortion adalah pikiran berlebihan yang di identifikasikan sebagai kenyataan akan sesuatu yang tidak benar-benar rasional atau tidak logis. Distorsi kognitif terjadi ketika seseorang membuat kesalahan dalam kognisi dan persepsi atau mendistorsi informasi secara sistematis. Cogntive Distortion sendiri di populerkan oleh David D. Burns, seorang profesor dari University of Stanford University School of Medicine. Burns, serta pengikutnya, menyatakan bahwa Cogntive Distortion adalah kelemahan dalam berpikir logis, juga dikenal sebagai kekeliruan (Burns, 1989).Dari beberapa definisi menurut para ahli yang telah di jabarkan diatas, dapat disimpulkan bahwa Cogntive Distortion sangatlah mempengaruhi pola pikir dari seseorang, dimana seseorang tersebut seringkali melakukan pemikiran tidak logis atau lemahnya seseorang dalam berpikir logis, sehingga seringkali menimbulkan keyakinan dari sebuah pemikiran yang sulit diterima oleh nalar, serta bertentangan dengan keadaan normal yang biasa terjadi Karakteristik CD Briere (2001) menjelaskan Cognitive Distortion dengan membaginya ke dalam beberapa dimensi diantaranya, Self Criticism (SC) mengarah pada kecenderungan seseorang untuk mengkritik atau merendahkan diri sendiri, baik secara internal maupun kepada orang lain. Self Blame (SB) mengarah pada kecenderungan seseorang dalam menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang tidak diinginkan, serta kejadian negatif yang telah terjadi dalam hidupnya. Termasuk menyalahkan diri sendiri untuk pengalaman merugikan yang berada diluar kendali diri. Helplessness (HOP) mengarah pada persepsi atas ketidakmampuan individu mengontrol aspek-aspek penting dari kehidupan. Hopelessness (HLP) mengarah pada kecenderungan berpikir sejauh mana individu percaya memiliki masa depan yang suram dan ditakdirkan untuk menderita atau gagal. Hingga seringkali dicirikan sebagai individu yang pesimis dan gagal dalam bertahan dalam kegiatan yang membutuhkan harapan serta hasil dari masa depan yang positif. Preoccupation With Danger (PWD) individu dengan kecenderungan untuk
4 12 melihat dunia sebagai tempat yang berbahaya. Menganggap keadaan yang tidak berbahaya mengandung resiko emosional atau fisik yang negatif. 2.3 Remaja Menurut Santrock (2003), bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.papalia (2004) menyatakan bahwa remaja adalah suatu periode yang panjang sebagai proses transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dengan rentang usia tahun.hal senada juga diungkapkan oleh Santrock(2003) bahwa remajadiartikan sebagai masaperkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosialemosional. Menurut literatur pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa transisi yang terjadi pada masa remaja menghadapkan mereka pada tantangan dalam mengembangkan hubungan interpersonal yang intim (Erikson, 1959 dalam Yang & Brown, 2013). Jika menurut Santrock (2003) bahwa remaja masih mengalami perkembangan transisi dari segi aspek biologis, kognitif serta sosial dan emosionalnya, para remaja yang sedang dalam tahapan perkembangan transisi tersebut cenderung menggunakan Facebook untuk hal yang positif dan negatif, dalam hal positif mereka menggunakan Facebook sebagai sarana dalam tetap menjalin hubungan dengan temanteman lamanya atau teman-teman yang sulit untuk dijumpai dengan bertatap muka. Sedangkan dalam hal negatif motif mereka menggunakan Facebook hanya untuk terlihat gaul atau dianggap keren, bahkan sampai ada yang melakukan pengintaian (lurking) atau memata-matai (stalking) (Subrahmanyam et al dalam Yang & Brown, 2013) Karakteristik remaja dengan PIU Remaja masa kini menggunakan internet sebagai alat pemersatu untuk informasi, komunikasi serta hiburan (Tsitsika et al. 2009). Menurut literatur pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa transisi yang terjadi pada masa remaja menghadapkan mereka pada tantangan dalam mengembangkan hubungan interpersonal yang intim (dalam Yang & Brown, 2013, Erikson 1959). Menurut Reasoner (2004) remaja sering memiliki permasalahan terhadap self esteem atau rendahnya kepercayaan dirinya. Karakteristik yang terjadi pada remaja ini sangat kuat kaitannya langsung
5 13 dengan variabel Problematic Internet. Dimana pada PIU self esteem merupakan salah satu prediktor untuk seseorang mengalami PIU (Likewise, Armstrong et al, 2000,dan Kim & Davis, (2009) dalam Durak & Durak, 2011) Karakteristik remaja dengan CD Reasoner (2004) mengemukakan remaja sering memiliki permasalahan terhadap self esteem atau rendahnya kepercayaan dirinya. Ini merupakan salah satu karakteristik pada remaja yang terkait dengan CD. Pernyataan tersebut didukung oleh pandangan menurut Briere (2001) individu yang mengalami self esteem rendah memiliki kecenderungan untuk mengalami self criticsm, yang merupakan salah satu dimensi dalam CD. 2.4 Facebook Facebook merupakan salah satu jejaring sosial yang beroperasi sebagai situs pribadi, namun dalam komunitasnya Facebook didefinisikan atau memiliki fungsi, dimana fiturnya memungkinkan pengguna untuk mencari dan berinteraksi satu sama lain. Pada situs atau halaman Facebook, pengguna dapat memberikan informasi tentang diri mereka sendiri (termasuk hubungan sosial yang penting, rincian seperti orientasi seksual dan apakah mereka sedang dalam relationship atau tidak), mengunggah foto, membuat group dan berkomentar mengenai perasaan mereka atau berbagi cerita dengan orang lain. Mereka juga dapat menulis pesan kepada teman-teman sesama pengguna Facebook, mengunggah sesuatu di halaman Facebook teman, atau tag (mencantumkan) teman dalam foto. Selain fitur-fitur tersebut, akses informasi ini dapat dibatasi untuk anggota Facebook lainnya dan dapat dibatasi lebih lanjut oleh masing masing pengguna Facebook itu sendiri (Yang & Brown, 2013). Facebook lainnya dan dapat dibatasi lebih lanjut oleh masing-masing pengguna Facebook itu sendiri (Yang&Brown, 2013).
6 Kerangka Berpikir Gambar 2.1 SkemaBerpikir Skema di atas menjelaskan bahwa para remaja di era globalisasi kini sangat mengenal apa itu Social Networking Site (SNS) atau situs jejaring sosial, yang salah satunya adalah Facebook. Menurut fenomena yang terjadi belakang ini remaja yang aktif menggunakan Facebook seringkali berlebihan dalam menggunkannya bahkan mereka mengakses Facebook mereka hampir setiap jam dan melakukan itu setiap hari. Hingga akhirnya mereka seringkali melupakan kegiatan lainnya atau kewajiban yang harus mereka lakukan setiap harinya, hanya karena terlalu sering menggunakan Facebook mereka (Young, 1998 dalam Chittaro & Vianello, 2013). Penggunaan berlebihan yang dimaksud adalah frekuensi dalam penggunaan Facebook mereka. Jika dimisalkan individu mengakses Facebook pada jam pertama dan mengaksesnya kembali pada 1 jam berikutnya, dan begitu seterusnya. Aktifitas tersebut tidak lagi merujuk pada batasan waktu namun lebih merujuk kepada Cognitive Preoccupation yaitu ketika seseorang mengalami obsesi dalam pemikiran, yang mengakibatkan seseorang tersebut memiliki kecenderungan untuk selalu ingin kembali online walaupun ia sedang tidak online, seperti para remajaa yang hampir selalu online setiap jamnya dan Compulsive
7 15 Internet Use yaitu merupakan sebuah perilaku yang akhirnya menjadi deficient self regulation atau perilaku yang kurang baik dalam penggunaan internet yang kompulsif (Caplan, 2010). Hasil dari literatur-literatur yang ada, menunjukkan bahwa banyaknya remaja sebagai pengguna Facebook di Indonesia, memungkinkan untuk mengalami Problematic Internet Use jika penggunaan Facebook mereka berlebihan. Seperti hal nya yang telah dijelaskan berdasarkan fenomena yang ada, keadaan ini menimbulkan kemungkinan negatif terhadap kognitif para remaja, serta kemungkinan akan terganggunya fungsi normal keseharian hidupnya. Pernyataan tersebut didukung oleh literatur yang menjabarkan bahwa pandangan terhadap perilaku kognitif dapat di gunakan untuk menjelaskan perkembangan dan kelanjutan dari Problematic Internet Use, yang mana dasar dari pandangan ini dikenal sebagai maladaptive cognitions (Durak & Durak, 2011). Selain itu pada maladaptive cognition juga ditemukan disfungsi perilaku seperti ketidak mampuan untuk terlibat dalam sosial, keluarga, dan pekerjaan, serta penggunaan internet diketahui dapat menjadi alasan sebagai cara melarikan diri dari permasalahan psikologis yang mengarah pada Problematic Internet Use (Caplan, 2002 dalam Durak&Durak, 2011). Sedangkan Cognitive Distortion menurut Brier (2001) menjelaskan bahwa hasil dari Cognitive Distortion salah satunya adalah memotivasi perilaku maladaptif. Hal ini sangat sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pandangan mengenai maladaptive cognition dapat mengarah pada terjadinya Problematic Internet Use (Durak&Durak, 2011). Selain itu keterkaitan lainnya dapat dijelaskan melalui kaitan antara dimensi pada kedua variabel dimana menurut Briere (2001) Cogntive Distortion telah digambarkan baik sebagai perilaku mementingkan atau merendahkan diri sendiri (self criticism). Jika ditelusuri lebih lanjut Preference Online Social Interaction (POSI) yang merupakan salah satu dari dimensi PIU, memiliki keterkaitan dengan Self Criticism yang merupakan salah dimensi dari CD. Hal tersebut dijelaskan oleh Briere (2001) bahwa individu yang mengalami Self Criticism seringkali memunculkan pikiran negatif dengan merendahkan dirinya sendiri hingga mengaggap dirinya buruk dan tidak dapat diterima dalam lingkungan. Namun Briere (2001) menyatakan bahwa seseorang dengan Self Criticism biasanya dianggap sebagai individu dengan self esteem rendah.
8 16 Sedangkan menurut Caplan (2010) individu yang mengalami POSI lebih menyenangi berinteraksi melalui online daripada bertatap muka langsung, yang berarti jika seseorang mengalami Self Criticism sejatinya seseorang tersebut cenderung akan lebih senang berinteraksi secara online daripada bertatap muka langsung. Salah satunya adalah dengan menggunakan situs jejaring sosial Facebook, individu dengan self criticism cenderung mengisolasi diri untuk menghindari interaksi langsung terhadap dunia luar (Douglas, Mills, Niang, Stepchenkova, Byun, Ruffini, 2008 dalam Durak & Durak, 2011), mereka mengatasi permasalahan itu dengan melakukan interaksi onlineyang salah satunya menggunakan facebook sebagai mood regulator (Caplan, 2005). Facebook juga dapat menjaga mereka tetap dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa harus bertemu langsung dengan orang tersebut, hal tersebut didukung oleh fitur yang terdapat didalam facebook dimana salah satu fiturnya memungkinkan untuk individu memiliki banyak pertemanan, dan dapat melakukan obrolan (chatting)(yang & Brown, 2013). Hal tersebut didukung dengan temuan dari literatur, yang menyatakan benar adanya bahwa Self Criticsm yang merupakan salah satu dimensi dalam CD, dapat menjadi faktor pemicu seseorang tersebut mengalami PIU (Ridolfi, Myers, Crowther & Ciesla, 2011).
9
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use (PIU) Caplan (2010) menjelaskan problematic internet use atau PIU dengan beberapa dimensi, yaitu (1) lebih memilih untuk berinteraksi sosial secara online
Lebih terperinciBAB 3 Metode Penelitian
BAB Metode Penelitian.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis.1.1 Definisi operasional PIU Problematic Internet Use adalah variabel (x) yang akan diukur pada penelitian ini yang hasilnya di dapat melalui nilai
Lebih terperinciBAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Kesepian Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problematic Internet Use 2.1.1 Pengertian Problematic Internet Use (PIU) Problematic Internet Use atau PIU merupakan sindrom multi-dimensi dengan gejala kognitif maladatif dan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dijabarkan dalam bab sebelumnya untuk menjawab hipotesa didapatkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu terdapat
Lebih terperinciBAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use Problematic Internet use (PIU) didefinisikan sebagai cara penggunaan internet yang menyebabkan penggunanya memiliki gangguan atau masalah secara psikologis,
Lebih terperinciBAB 2. Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use (PIU) 2.1.1 Definisi Problematic Internet Use Problematic Internet Use (PIU) didefinisikan sebagai penggunaan internet yang menyebabkan sejumlah gejala
Lebih terperinciHubungan Kecerdasan Emosional dan Problematic Internet Use pada Mahasiswa
Hubungan Kecerdasan Emosional dan Problematic Internet Use pada Mahasiswa Nama : Dyan Permatasari NPM : 12513744 Kelas : 3 PA 12 Pembimbing : Desi Susianti, S.Psi., M.Si. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
Lebih terperinciBab 3 Metodologi Penelitian
Bab 3 Metodologi Penelitian Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai variabel dan hipotesis penelitian. Selain itu, akan diuraikan juga desain penelitian yang digunakan untuk membantu kelancaran didalam
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas mengenai landasan teori variabel yang akan diteliti beserta dimensi, landasan teori mengenai dewasa muda, kerangka berpikir dan asusmsi penelitian. 2.1
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesepian (loneliness) 2.2.1 Pengertian Kesepian (loneliness) Loneliness diartikan sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan yang terjadi ketika hubungan sosial dalam lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dunia teknologi sudah semakin berkembang dan bertumbuh di berbagai Negara termasuk di Indonesia. Teknologi juga sangat bermanfaat untuk banyak orang, salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. situs web, atau chatting. Dengan aneka fasilitas tersebut individu dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi saat ini sudah semakin maju, khususnya perkembangan teknologi internet. Melalui teknologi internet, individu dapat menggunakan berbagai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Attachment 2.1.1 Definisi Attachment Bowlby adalah tokoh pertama yang melakukan penelitian dan mengemukakan teori mengenai attachment dan tetap menjadi dasar teori bagi penelitian-penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 49% berusia tahun, 33,8% berusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia mengungkapkan, pengguna internet di Indonesia tahun 2014 mencapai 88,1 juta orang dari total penduduk Indonesia. Dari
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan internet yang semakin menanjak popularitasnya menimbulkan pro dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problematic internet use Penggunaan internet yang semakin menanjak popularitasnya menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Hal ini pula yang menarik minat para ahli
Lebih terperinciBAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use (PIU) 2.1.1 Pengertian Problematic Internet Use (PIU) PIU merupakan penggunaan berlebihan atau penyalahgunaan fungsi-fungsi konten spesifik dari internet.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi yang pesat, terutama teknologi informasi dan komunikasi kian banyak digunakan orang untuk berbagai manfaat salah satunya internet. Internet (Interconnected
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS HASIL
BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil pengumpulan data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada murid SMP di lima wilayah bagian di Jakarta meliputi bagian Barat, Timur,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problematic Internet Use 2.1.1 Definisi Problematic Internet Use Awal penelitian empiris tentang penggunaan internet yang berlebihan ditemukan dalam literatur yang dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan internet yang meluas adalah hasil dari berkembangnya teknologi yang semakin canggih zaman modern ini. Sebagian besar manusia di dunia menggunakan internet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat. berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang berkembang, internet merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi kian maju dewasa ini, khususnya pada perkembangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi kian maju dewasa ini, khususnya pada perkembangan teknologi komputer. Dari yang digunakan hanya untuk mengetik hingga sekarang penggunaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kecanduan internet merupakan ketergantungan psikologis pada internet, apapun
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kecanduan Internet Kandell (dalam Panayides dan Walker, 2012) menyatakan bahwa kecanduan internet merupakan ketergantungan psikologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan komunikasi atau sering disebut dengan Information and Communication
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat terutama dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi atau sering disebut dengan Information and Communication Technology
Lebih terperinciHubungan Antara Kesepian dengan Problematic Internet Use pada Mahasiswa
Hubungan Antara Kesepian dengan Problematic Internet Use pada Mahasiswa Riska Dwi Cahyani Wahyu Agusti Tino Leonardi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. This study aimed to determine
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PROBLEMATIC INTERNET USE DENGAN HAPPINESS PADA MAHASISWA PENGGUNA FACEBOOK DI JAKARTA*
HUBUNGAN ANTARA PROBLEMATIC INTERNET USE DENGAN HAPPINESS PADA MAHASISWA PENGGUNA FACEBOOK DI JAKARTA* Nadiana Anandita S. dan Esther Widhi, S.Psi., M.Psi., Bina Nusantara University, Jakarta Barat, Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi akademik Kata prokrastinasi pertama kali digunakan oleh Brown and Holtzman untuk menggambarkan kecenderungan individu dalam menunda penyelesaian tugas atau pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat semakin memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini adalah teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi internet telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di era globalisasi internet telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sebagian besar populasi penduduk dunia. 1 Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuka
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ` 5.1 Simpulan Berdasarkan data yang diperoleh pada 146 remaja awal pengguna Facebook diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan positif antara loneliness dengan cognitive
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Celebrity Worship 2.1.1 Definisi Celebrity Celebrity adalah seseorang atau sekelompok orang yang menarik perhatian media karena memiliki suatu kelebihan atau daya tarik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dahlia Veronika Sitanggang, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi yang semakin canggih memudahkan semua orang untuk memperoleh informasi yang mereka inginkan. Teknologi informasi (information technology) dalam era
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keberadaan internet sebagai media komunikasi baru memiliki kelebihan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan internet sebagai media komunikasi baru memiliki kelebihan dalam menyajikan berbagai informasi secara aktual. Pesatnya perkembangan internet saat ini
Lebih terperinciOF MISSING OUT) DENGAN KECANDUAN INTERNET (INTERNET ADDICTION) PADA REMAJA DI SMAN 4 BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Internet merupakan salah satu bentuk evolusi perkembangan komunikasi dan teknologi yang berpengaruh pada umat manusia. Salah satu akibat adanya internet adalah
Lebih terperinciBAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Agresivitas Perilaku Agresivitas menurut Buss (1961) adalah suatu perilaku yang dilakukan untuk menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran penelitian. Kesimpulan diharapkan dapat memberikan gambaran secara menyeluruh terhadap temuan dan analisis data terkait pokok permasalahan
Lebih terperinciHubungan antara Self-esteem dan Self-esteem dengan Internet Addiction. May Rauli Simamora (13/359560/PPS/02841)
Hubungan antara Self-esteem dan Self-esteem dengan Internet Addiction May Rauli Simamora (13/359560/PPS/02841) Tujuan mini riset online ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self-esteem dan self-control
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. Salah satu pemanfaatan teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah internet. Menurut data
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Esteem 2.1.1 Pengertian Self-Esteem Menurut Rosenberg (dalam Mruk, 2006), Self-Esteem merupakan bentuk evaluasi dari sikap yang di dasarkan pada perasaan menghargai diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Periode remaja merupakan periode peralihan antara masa anak-anak dan dewasa. Periode remaja merupakan masa kritis karena individu yang berada pada masa tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam penelitian ini, telah dibuktikan melalui uji hipotesa bahwa terdapat korelasi antara self-disclosure online dengan penggunaan internet bermasalah pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Internet merupakan produk teknologi baru yang terus menerus mengalami perkembangan. Perkembangan aplikasi internet seakan tiada hentinya. Mulai dari aplikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengguna internet yang terus meningkat mengindikasikan bahwa komputer sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komputer dan internet telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Internet awalnya hanya digunakan sebagai media untuk menambah pengetahuan dan informasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu
Lebih terperinci15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jaringan sosial. Jaringan sosial itu sendiri terdiri dari berbagai macam media sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada jaman sekarang kemajuan internet sungguhlah pesat, terutama di jaringan sosial. Jaringan sosial itu sendiri terdiri dari berbagai macam media sosial yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai kebutuhan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperincikalangan masyarakat, tak terkecuali di kalangan remaja. Beberapa kejadian misalnya; kehilangan orang yang dicintai, konflik keluarga,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini stres menjadi problematika yang cukup menggejala di kalangan masyarakat, tak terkecuali di kalangan remaja. Beberapa kejadian misalnya; kehilangan orang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal abad ke-21, istilah internet sudah dikenal berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, terlepas dari usia, tingkat pendidikan, dan status sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesejahteraan subjektif merupakan suatu hal yang penting dan sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan subjektif merupakan suatu hal yang penting dan sangat berhubungan dengan kondisi psikologis individu, serta dapat melihat sejauh mana kepuasan hidup yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. tatap muka secara langsung menjadi komunikasi yang termediasi oleh teknologi.
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Terjadi perubahan dalam cara berkomunikasi dari bentuk komunikasi tatap muka secara langsung menjadi komunikasi yang termediasi oleh teknologi. Situs jejaring sosial online
Lebih terperinciMODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK
www.mercubuana.ac.id MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK Aaron Beck adalah psikiater Amerika yang merintis penelitian pada psikoterapi dan mengembangkan terapi kognitif. Ia dianggap sebagai bapak cognitive
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Remaja (adolescense) adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengguna situs media sosial saat ini telah mengalami kemajuan yang pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media sosial mendominasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pasti melewati segala peristiwa dalam kehidupan mereka. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh setiap individu dapat beragam, dapat berupa peristiwa yang menyenangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet merupakan kebutuhan dan bagian dari kehidupan sehari-hari saat ini, baik itu digunakan untuk media komunikasi, mencari berbagai informasi, melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Internet merupakan salah satu media yang paling diminati banyak orang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Internet merupakan salah satu media yang paling diminati banyak orang. Awalnya, internet merupakan hasil riset yang dilakukan oleh Departemen Pertahanan Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama dekade terakhir internet telah menjelma menjadi salah satu kebutuhan penting bagi sebagian besar individu. Internet adalah sebuah teknologi baru yang berdampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar untuk berkomunikasi dan terhubung dengan manusia lain. Manusia cenderung berkumpul dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja dengan perubahan yang mengacu pada perkembangan kognitif, biologis, dan sosioemosional (Santrock, 2012).
Lebih terperinciFENOMENA KEINGINAN MENAMPILKAN DIRI PADA MAHASISWA MELALUI LAYANAN SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI
FENOMENA KEINGINAN MENAMPILKAN DIRI PADA MAHASISWA MELALUI LAYANAN SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua individu mengikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Saat ini teknologi memiliki peranan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini teknologi memiliki peranan penting dalam berkomunikasi. Internet menyuguhkan fasilitas dalam berkomunikasi dan hiburan. Penggunanya tidak hanya para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu fenomena menarik dalam perkembangan teknologi adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena menarik dalam perkembangan teknologi adalah adanya internet yang dapat memberi kemudahan baik setiap individu untuk berhubungan dalam jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. identitas ( identity vs identity confusion). Menurut Kroger (dalam Papalia, 2004)
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjelasan Konsep Teoritis 1. Aspek Psikososial Remaja Masa remaja merupakaan masa dimana remaja mencari identitas, dan dalam proses pencarian identitas tersebut tugas utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Individu dalam tahapan dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu dalam tahapan dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang salah satunya adalah untuk membentuk hubungan intim dengan orang lain (Santrock, 1992 : 113), maka
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIF AFILIASI DENGAN INTENSITAS MENGGUNAKAN FACEBOOK PADA DEWASA AWAL SKRIPSI
0 HUBUNGAN ANTARA MOTIF AFILIASI DENGAN INTENSITAS MENGGUNAKAN FACEBOOK PADA DEWASA AWAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin cepat. Hal tersebut memiliki pengaruh pada perilaku konsumen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi selalu berkembang, dan perkembangannya setiap hari semakin cepat. Hal tersebut memiliki pengaruh pada perilaku konsumen yang menginginkan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah di pelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Merokok 2.1.1 Pengertian Perilaku Merokok Chaplin (2001) memberikan pengertian perilaku terbagi menjadi 2: pengertian dalam arti luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian
Lebih terperinciKesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang terlahir pada umumnya dapat mengenal lingkungan atau orang lain dari adanya kehadiran keluarga khususnya orangtua yg menjadi media utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan memasuki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini sudah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini sudah sedemikian pesatnya. Awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi lahir dari pemikiran manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Problematic internet use merupakan salah satu variabel (x) yang diteliti dalam
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Definisi Operasional Problematic Internet Use Problematic internet use merupakan salah satu variabel (x) yang diteliti dalam penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep remaja 1. Pengertian Batasan remaja menurut WHO adalah suatu masa dimana secara fisik individu berkembang dari saat pertama kali menunjukan tanda-tanda seksual sekunder
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup, artinya secara fisik individu akan terus tumbuh namun akan berhenti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996). Mahasiswa yang dimaksud adalah individu yang berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai meninggalkan kebiasaan
Lebih terperinci