BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesepian (loneliness) Pengertian Kesepian (loneliness) Loneliness diartikan sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan yang terjadi ketika hubungan sosial dalam lingkungan kurang sempurna dalam beberapa hal penting, baik secara kuantitatif dari kualitatif (Taylor, Peplau & Sears, 2012). Loneliness juga diartikan sebagai situasi yang terjadi dari kurangnya kualitas hubungan. Hal ini termasuk situasi ketika jumlah hubungan yang ada lebih kecil dari yang diinginkan atau diterima, serta situasi dimana keintiman seseorang untuk belum terealisasi.dalam kedua definisi tersebut, loneliness dianggap ekspresi perasaan negatif tentang hubungan yang hilang dan terjadi pada individu dari segala usia (Taylor, Peplau & Sears, 2012). Sedangkan menurut Russel ( dalam Peplau dan Perlman, 1982) Kesepian merupakan keterbatasan dalam diri sehingga membawa individu tersebut sulit dan kurang dalam berhubungan sosial. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri orang yang loneliness yakni tidak adanya pasangan intim, tidak maksimalnya fungsi keluarga, khususnya ikatan orangtua dan anak, tidak adanya hubungan kekerabatan dan partisipasi dalam kerja yang sukarela Jenis dan Aspek loneliness Menurut Weiss (dalam Gierveld & Tilburg, 2006) loneliness dapat dibedakan dalam dua tipe, yaitu : a. Loneliness Emosional : merupakan ketidak hadirannya sebuah hubungan intim atau ikatan emosional yang dekat pada pasangan atau sahabat. b. Loneliness Sosial : merupakan ketidak hadiran kelompok yang lebih luas dari hubungan atau jaringan sosial yang menarik, misalnya teman, kerabat, dan orang-orang dilingkungan sekitar.

2 Menurut Rusell (dalam Taylor, Peplau & Sears, 2012) loneliness di didasari tiga aspek, yaitu ; 1. Personality atau kepribadian merupakan sistem psikofisik yang menentukan karakteristik perilaku dan berfikir. 2. Social Diserbility, yaitu adanya keinginan kehidupan sosial yang di senangi individu dan kehidupan lingkungannya. 3. Depresion terjadi karena adanya tekanan dari diri yang tidak dapat diatasi, 2.2 Distorsi Kogitif (cognitive distortion) Pengertian cognitive distortion Cognitive distortion adalah pikiran tentang kejadian atau peristiwa yang mengalahkan diri sendiri yang tidak dapat didukung oleh realitas atau kenyataan tertentu yang masuk akal. Dalam cognitive distortion seseorang terdapat hubungan yang kuat antara emosi, pikiran dan perilaku. Emosi yang terbentuk oleh suatu peristiwa disebabkan oleh penilaian atau pikiran terhadap peristiwa. Sebelum seseorang bertindak tehadap suatu peristiwa apapun maka individu harus memprosesnya dengan pikiran serta memberikan arti. Individu harus memahami apa yang sedang terjadi, sebelum dapat merasakan dan menentukan tindakan. Dengan demikian, kunci pertama dari emosi dan perilaku adalah bagaimana pikiran individu terhadap situasi. (Navid,J. S., 2005) Cognitive distortion juga membuat individu memiliki pikiran yang salah dan selalu menyalahkan diri sendiri. Pada orang seperti ini ditemukan adanya perubahan dalam jumlah hormon. Hormon noradrenalin yang memegang peranan utama dalam mengendalikan otak dan aktivitas tubuh juga berkurang pada individu yang mengalami cognitive distortion. Subjek yang mengalami over generalisasi berarti ia menampilkan proses mental yang berantakan (Navid,J.S., 2005), yaitu secara nyata menyimpulkan bahwa satu hal yang pernah terjadi pada dirinya akan terjadi lagi berulang kali, dan akan merasa terganggu karenanya. Salah satu akibat yang dapat terjadi pada penalaran akan hal tersebut adalah penundaan. Kemudian memberi cap berarti mencipatakan sebuah

3 gambaran diri yang negatif, yang didasarkan pada kesalahan diri sendiri. Ini merupakan bentuk ekstrim dari over generalisasi. Memberi cap pada diri sendiri bukan hanya mengalahkan dan merusak diri, tetapi juga bersifat irasional (Navid,J. S., 2005) Dimensi cognitive distortion Menurut Briere (2000) terdapat 5 dimensi cognitive distortion, yaitu ; 1. Self-criticism (SC) ialah perasaan dimana individu mengalami rendah self esteem, dan rendah self devaluation dan cenderung mengkritik dan merendahkan diri sendiri. 2. Self-blame (SB) ialah kecenderungan individu untuk menyalahkan diri sendiri untuk peristiwa atau kejadian yang diluar kemampuan dan kontrolnya. 3. Hoplesness (HLP) ialah perasaan ketidakmampuan untuk mengontrol aspek-aspek penting dalam kehidupan individu tersebut. 4. Helplessness (HOP) ialah perasaan individu yang yakin bahwa masa depannya suram dan ditakdirkan untuk gagal. 5. Preoccupitional with Danger (PWD) ialah kecenderungan untuk meliat lingkungan adalah tempat yang bahaya bagi diri individu tersebut. 2.3 Remaja Awal Pengertian Remaja Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu usia 12 atau 13 sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah remaja awal dan 17 atau 18 sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah remaja akhir (Santrock, 2003). Santrock (2003) mengartikan masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13

4 tahun dan berakhir antara usia 18 dan 22 tahun. Perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berfikir abstrak sampai pada kemandirian. Semakin banyak ahli perkembangan yang menggambarkan remaja sebagai masa remaja awal dan akhir. Masa remaja awal kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama kisaran umur tahun. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa. Saat anak mulai remaja, dimana anak merasa tidak lagi di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama Tahap Perkembangan Remaja Awal Beserta Ciri - Cirinya Elizabet, B. Hurlock (2001) mengemukakan bahwa seperti halnya semua periode penting selama rentang kehidupan, masa remaja juga mempunyai ciri-ciri yang membedakan dengan peroide lain. Menurut Hurlock, masa remaja merupakan suatu periode yang sangat penting karena akan terjadi serangkaian perubahan. Pada masa remaja, akan terjadi perkembangan fisik yang cepat dengan disertai juga oleh perkembangan mental, terutama pada masa awal remaja. Elizabet, B. Hurlock (2001) mengatakan bahwa masa remaja awal merupakan masa peralihan, dimana dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Begitu juga dengan remaja, remaja akan mengalami ketidakjelasan dan keraguan terhadap perannya. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Santrock turut menuturkan beberapa perubahan yang terjadi pada remaja awal (Santrock, 2003). Terdapat empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal dialami oleh semua remaja awal, yaitu : 1. Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. 2. Perubahan Fisik, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, sehingga remaja awal akan mengalami masalah baru.

5 3. Dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai akan ikut berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting, maka pada masa remaja bisa saja sesuatu yang tidak penting itu berubah menjadi penting. Misalnya, penampilan. 4. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Remaja menginginkan kebebasan, tetapi takut untuk bertanggung jawab akan akibat yang ditimbulkan Loneliness pada Remaja Remaja sendiri merupakan golongan usia yang rentan mengalami loneliness. Hasil survei nasional di Amerika yang dilakukan oleh majalah Psychology Today (dalam Sears, 1994), memperlihatkan bahwa dari individu, yang kadang-kadang bahkan seringkali merasa loneliness adalah individu pada kelompok usia remaja, yaitu sebanyak 79%, dibandingkan dengan kelompok individu yang berusia diatas 55 tahun. Sejumlah remaja merasa loneliness karena mereka memiliki kebutuhan yang kuat akan keintiman, tetapi mereka belum memiliki keterampilan sosial yang baik atau kematangan dalam sebuah hubungan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Santrock, 2002). Hal inilah yang menyebabkan munculnya perasaan subjektif karena ketidaknyamanan emosi Facebook Pengertian Facebook Menurut Mardiana Wati dan A.R. Rizky (2009) Facebook merupakan jejaring sosial (social network) yang bisa dimanfaatkan oleh para pengguna untuk saling mengenal dan berkomunikasi dalam berbagai keperluan dan juga bersifat rekreasi. Facebook adalah situs jejaring sosial yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 dan didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang lulusan Harvard dan mantan murid Ardsley High School. Keanggotaannya pada awalnya dibatasi untuk siswa dari Harvard College. Dalam dua bulan selanjutnya, keanggotaannya diperluas ke sekolah lain di wilayah Boston (Boston College, Boston University, MIT, Tufts), Rochester, Stanford, NYU, Northwestern, dan

6 semua sekolah yang termasuk dalam Ivy League. Banyak perguruan tinggi lain yang selanjutnya ditambahkan berturut-turut dalam kurun waktu satu tahun setelah peluncurannya. Akhirnya, orang-orang yang memiliki alamat surat suatu universitas (seperti:.edu,.ac,.uk, dll) dari seluruh dunia dapat juga bergabung dengan situs jejaring sosial ini. Selanjutnya dikembangkan pula jaringan untuk sekolah-sekolah tingkat atas dan beberapa perusahaan besar. Sejak itu orang dengan alamat surat apa pun dapat mendaftar di Facebook. Pengguna dapat memilih untuk bergabung dengan satu atau lebih jaringan yang tersedia, seperti berdasarkan sekolah, tempat kerja, atau wilayah geografis. Hingga Juli 2007, situs ini memiliki jumlah pengguna terdaftar paling besar di antara situs-situs yang berfokus pada sekolah dengan lebih dari 900 juta anggota aktif yang dimilikinya dari seluruh dunia. merupakan situs nomor satu untuk foto di Amerika Serikat, mengungguli situs publik lain seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat setiap harinya.(tekno.kompas.com) Kegiatan Mengakses Jejaring Sosial Facebook Menurut bahasa Indonesia mengakses berasal dari kata akses yang artinya jalan masuk. Sehingga dapat didefinisikan Mengakses situs jejaring sosial Facebook yaitu membuat akses atau membuka situs jejaring sosial Facebook dan memanfaatkannya untuk kehidupan pribadi atau bermasyarakat. Menurut Mardiana Wati dan A.R. Rizky (2009) kegiatan mengakses situs jejaring sosial Facebook meliputi: 1) Mengelola Facebook, yaitu: 1. Mengisi profil atau informasi jati diri dan mengisi foto diri pada profil. Profil atau data diri merupakan halaman yang akan dilihat oleh orang lain. Halaman ini akan menunjukan kepada user lain terkait seluruh info dan daftar riwayat pemilik akun Facebook, oleh karena itu sebaiknya mengisi profil secara lengkap dan menyisipkan foto. 2. Menambah teman (add friend). Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencari dan menambah teman dalam Facebook yaitu: menggunakan fasilitas Temukan Orang yang Anda Kenal, Menggunakan Kotak Pencarian, memilih

7 teman dalam daftar, menggunakan Hubungkan Diri Anda dengan Lebih Banyak Teman, menggunakan Undang teman bergabung dengan Facebook. 3. Informasi dan konfirmasi pertemanan, setelah pemilik akun Facebook mengirimkan undangan pada teman tertentu akan terlihat informasi permintaan pertemanan dari user lain untuk mengajak pemilik akun Facebook berteman. Langkah yang dilakukan yaitu konfirmasi pertemanan. 4. Memberikan pesan atau komentar, setelah mendapatkan teman dalam Facebook, maka pemilik akun Facebook dapat memberikan pesan atau komentar pada salah satu teman yang dipilih tersebut. Pesan atau komentar dapat berupa salam, testimonial dan lain sebagainya. Beberapa pesan atau komentar dapat dikirimkan pada teman, salah satunya berupa pesan pribadi. 5. Memberi komentar, salah satu cara untuk mengakrabkan diri dengan teman di Facebook yaitu dengan cara memberi komentar. 6. Catatan pada Facebook, pemilik akun Facebook dapat menambahkan catatan dalam Facebook yang dikelola. Catatan tersebut dapat dikomentari orang lain, sehingga akan lebih mengakrabkan di antara pengguna Facebook. 7. Mengelola taut pada Facebook, taut atau link merupakan salah satu cara untuk memperlihatkan alamat website tertentu dan juga cara dikunjungi oleh teman-teman di Facebook. 8. Menulis status, pemilik akun Facebook dapat mengirimkan status yang sedang dikerjakan pada saat akan di share kepada orang lain. 2) Mengelola foto dan video di Facebook, yaitu: 1. Menyisipkan foto, 2. Membuat album foto, 3. Berbagi album foto pada orang lain. Album foto yang telah dibuat pemilik akun Facebook akan lebih baik apabila dapat berbagi dengan teman-teman di Facebook, 4. Memberi tanda (tag) pada foto. Setelah pemilik akun Facebook menyisipkan atau membuat album foto tersebut dapat diberi keterangan (tanda) sehingga pemilik akun dapat mudah dikenal. Pemberian tanda tersebut, biasanya pada foto yang

8 berisi beberapa orang dan pemilik akun Facebook salah satu dari bagian foto tersebut, 5. Upload video. Selain pemilik akun Facebook dapat menempatkan foto maka juga dapat menempatkan video dengan durasi tertentu dalam Facebook. 3) Chatting menggunakan Facebook Messenger Salah satu fasilitas dalam Facebook adalah berkomunikasi dengan orang lain sesama penguna Facebook yang sedang online, di antaranya adalah chatting Dampak negatif dan positif Facebook bagi Pelajar Menurut Wijaya, Adrianto M. (2010) terdapat dampak negatif dan positif mengakses Facebook bagi pelajar yaitu: Dampak negatif Facebook bagi pelajar: 1. Banyaknya kasus kriminalitas baik penipuan atau sebagainya 2. Menyita waktu belajar bagi pelajar 3. Menyita waktu para pelajar untuk selalu mengakses Facebook. 4. Para pelajar tidak peduli dengan daerah sekitarnya 5. Menghamburkan uang terlebih lagi jika mengakses Facebook di warnet 6. Mengganggu kesehatan mata karena terus duduk di depan komputer atau smart phone 7. Data pribadi yang menyebar luas 8. Timbulnya rasa malas, baik mandi, makan ataupun sebagainya. Dampak positif Facebook bagi pelajar: 1. Mendapatkan mendapatkan teman yang banyak. 2. Mempermudah berkomunikasi dengan kerabat di tempat yang jauh. 3. Mendapatkan info-info tertentu dengan mudah. 4. Mendapatkan tali persaudaraan 5. Sebagai tempat diskusi

9 6. Sebagai sarana untuk promosi. 2.5 Kerangka Berfikir Pengguna Facebook terbanyak didomininasi oleh kalangan remaja awal yang rentang umurnya 12 hingga 15 tahun (tekno.kompas.com). Facebook memberikan kesempatan untuk membuat lebih banyak koneksi dengan orang lain (Reid, G. G. & Boyer, W.; 2005). Namun semakin lama penggunaan internet menyebabkan penurunan yang signifikan dalam keterlibatan sosial, dan meningkatnya loneliness serta depresi (Hu, Mu, 2007; Lee,2013). Hal ini juga dapat terjadi pada remaja awal pengguna Facebook. Penggunaan Facebook dapat memberikan orang rasa palsu koneksi yang pada akhirnya meningkatkan loneliness (newsweek, 2009). Ketika berkomunikasi di Facebook, seperti mengomentari status teman, menulis status, mengomentari foto teman, dan menulis pesan, remaja awal tidak mendapat respon seperti yang diharapkan, maka remaja tersebut dapat mengalami loneliness. Hal ini sejalan dengan pengertian dari loneliness menurut Perlman & Peplau (dalam Taylor, Peplau & Sears, 2012) yaitu perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang kita inginkan dan jenis hubungan sosial yang kita miliki. Remaja awal tersebut memiliki harapan akan hubungan sosial yang dimiliki dengan temannya di Facebook, namun saat tidak mendapat respon atau mendapat respon yang tidak sesuai harapan, maka remaja tersebut akan merasa kecewa karena merasa terisolasi dan tidak ada seorapun yang memahaminya dengan baik. Santrock (2003) mengemukakan bahwa loneliness dapat terjadi ketika seseorang merasa bahwa tidak ada seorang pun memahaminya dengan baik, merasa terisolasi, dan tidak memiliki seorang pun untuk dijadikan pelarian, saat dibutuhkan atau saat stress dan depresi Loneliness juga dapat terjadi pada remaja awal pengguna Facebook ketika lebih banyak waktu yang digunakan untuk mengakses Facebook daripada berkomunikasi secara langsung. Menurut Seepersad, S. (2004) internet meningkatkan level loneliness,

10 karena penggunaan internet telah mengambil waktu yang seharusnya digunakan dalam aktivitas sosial dan mendorong terjadinya isolasi sosial. Jejaring sosial telah mendorong orang untuk lebih dekat dengan mesin sehingga mereka akan lebih jauh satu sama lain. Terkadang hal ini lah yang membuat sebagian orang masih selalu merasakan loneliness meskipun mereka dikelilingi oleh ratusan teman yang online bersamanya (Lee, 2013). Loneliness merupakan pengalaman subjektif yang mempengaruhi pikiran yang kurang memuaskan dari yang diharapkan (Hu, Mu, 2007). Hal tersebut berkaitan dengan cognitive distortion, karena cognitive distortion merupakan kesalahan berpikir dalam menginterpretasi situasi (HuanHuan, L. & Su, W., 2012). Keterkaitan antara loneliness dengan cognitive distortion terletak pada interpretasi subyektif dari individu terkait dengan situasi yang dihadapinya. Loneliness pada remaja awal pengguna Facebook berkaitan dengan interpretasi subyektif atas ada tidaknya hubungan sosial yang diharapkan, sedangkan cognitive distortion pada remaja awal pengguna Facebook terkait dengan interpretasi subyektif atas makna Facebook bagi dirinya. Selain itu, loneliness juga dapat menyebabkan berbagai macam emosi negatif sehingga padat menyebabkan kesalahan berfikir berupa kecemasan, ketidakbahagiaan, ketidakpuasan, menyalahkan diri sendiri (Anderson, 1994). Kesalaan berfikir yang mengakibatkan kecemasan, ketidakbahaiaan, ketidakpuasan dan menyalahkan diri termasuk kedalam cognitive distortion. Menurut Briere (2000) terdapat lima dimensi dari cognitive distortion, yaitu self-critism, self-blame, hopelessness, helpessness, dan preoccupuation with danger. Penggunaan Facebook dapat mendorong remaja awal untuk mengkritisi diri sendiri, yaitu ketika merasa rendah diri untuk berinteraksi offline daripada online. Penggunaan Facebook dapat membuat remaja awal menjadi menyalahkan diri sendiri ketika tidak mengakses internet karena merasa tertinggal informasi yang terupdate. Penggunaan Facebook juga dapat membuat remaja awal berpikir tidak dapat mengontrol peristiwa yang terjadi dalam hidup ketika remaja tersebut tidak mengupdate status atau membuka Facebook sehingga membuatnya mengalami peristiwa yang buruk. Penggunaan Facebook dapat membuat remaja awal berputus asa ketika tidak mengakses Facebook karena remaja tidak dapat mengontrol imege secara online. Selain itu penggunaan

11 Facebook dapat membuat remaja awal selalu terokupasi pada bahaya ketika remaja merasa Facebook merupakan tempat yang aman dalam berinteraksi daripada secara offline. Gambar 2.1 Kerangka Berfikir REMAJA AWAL PENGGUNA Facebook Loneliness Cognitive Distortion

12

BAB I PENDAHULUAN. Dalam aktifitas promosi di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh praktek dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam aktifitas promosi di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh praktek dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam aktifitas promosi di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh praktek dan jenis-jenis promosi yang ada di negara lain, khususnya negara-negara yang telah maju perkembangan

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use (PIU) 2.1.1 Pengertian Problematic Internet Use (PIU) PIU merupakan penggunaan berlebihan atau penyalahgunaan fungsi-fungsi konten spesifik dari internet.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan sekarang ini mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan sekarang ini mengalami peningkatan yang cukup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sekarang ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan antara lain pada sistem, metode maupun media pembelajaran yang digunakan. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ` 5.1 Simpulan Berdasarkan data yang diperoleh pada 146 remaja awal pengguna Facebook diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan positif antara loneliness dengan cognitive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam seluruh aspek kehidupan. Media komunikasi pun semakin berkembang seriring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Kesepian Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak sekarang sudah

BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak sekarang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Peran internet menjadi kebutuhan sumber informasi utama pada berbagai kalangan. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak sekarang sudah menggunakan internet untuk

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use PIU merupakan sindrom multidimensional yang terdiri dari gejala kognitif,emosional, dan perilaku yang mengakibatkan seseorang kesulitan dalam mengelola

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use (PIU) Caplan (2010) menjelaskan problematic internet use atau PIU dengan beberapa dimensi, yaitu (1) lebih memilih untuk berinteraksi sosial secara online

Lebih terperinci

BAB II OBJEK PENELITIAN. gambaran singkat Group SMA Stella Duce 2 Yogyakarta di Facebook dan gambaran

BAB II OBJEK PENELITIAN. gambaran singkat Group SMA Stella Duce 2 Yogyakarta di Facebook dan gambaran BAB II OBJEK PENELITIAN A. GAMBARAN JEJARING SOSIAL FACEBOOK Pada bab ini berisikan tentang sejarah singkat situs jejaring sosial Facebook, gambaran singkat Group SMA Stella Duce 2 Yogyakarta di Facebook

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB Metode Penelitian.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis.1.1 Definisi operasional PIU Problematic Internet Use adalah variabel (x) yang akan diukur pada penelitian ini yang hasilnya di dapat melalui nilai

Lebih terperinci

FENOMENA KEINGINAN MENAMPILKAN DIRI PADA MAHASISWA MELALUI LAYANAN SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI

FENOMENA KEINGINAN MENAMPILKAN DIRI PADA MAHASISWA MELALUI LAYANAN SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI FENOMENA KEINGINAN MENAMPILKAN DIRI PADA MAHASISWA MELALUI LAYANAN SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan kontrol diri (self-control)

BAB II LANDASAN TEORI. Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan kontrol diri (self-control) BAB II LANDASAN TEORI A. KONTROL DIRI 1. Definisi Kontrol Diri Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan kontrol diri (self-control) sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang;

Lebih terperinci

BAB II SUBYEK PENELITIAN

BAB II SUBYEK PENELITIAN BAB II SUBYEK PENELITIAN Pada bab ini, peneliti menjelaskan sekilas mengenai Facebook sebagai media yang digunakan oleh Online seller dalam mempromosikan produk dan jasanya, serta sekilas mengenai sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. Salah satu pemanfaatan teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah internet. Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan teknologi e-commerce dalam berinteraksi dengan para

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan teknologi e-commerce dalam berinteraksi dengan para BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan pesatnya pertumbuhan global dalam perdagangan elektronik (ecommerce), banyak bisnis mencoba untuk memperoleh keunggulan bersaing dengan menggunakan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi semakin berkembang dan maju, terutama dibidang teknologi informasi dan telekomunikasi. Seperti yang kita kenal dalam dunia informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat semakin memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini adalah teknologi

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai variabel dan hipotesis penelitian. Selain itu, akan diuraikan juga desain penelitian yang digunakan untuk membantu kelancaran didalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS 8 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS Pada bab ini dibahas secara berturut-turut mengenai (1) landasan teori, (2) kerangka berpikir, (3) hipotesis. 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Layanan

Lebih terperinci

Mendaftar dan Menggunakan Fasilitas Akun Facebook 2009 PUSKOM UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

Mendaftar dan Menggunakan Fasilitas Akun Facebook 2009 PUSKOM UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA Mendaftar dan Menggunakan Fasilitas Akun Facebook 2009 PUSKOM UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 a. Membuka website Facebook... 2 b. Mendaftar Facebook... 2 c. Login... 5 d.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan. Secara biologis manusia dengan mudah dibedakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN 2.1. Ego Development Definisi identitas menurut Erikson (dalam Subrahmanyam & Smahel, 2011) adalah perasaan subjektif terhadap diri sendiri yang konsisten dan berkembang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian (loneliness) 1. Pengertian Kesepian Menurut Sullivan (1955), kesepian (loneliness) merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali tahun 2004 oleh Mark Zuckerberg dan mulai resmi dapat di akses secara umum pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai meninggalkan kebiasaan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan. Dalam mencapai Drajat Sarjana S1 Psikologi. Disusun Oleh : ANA ARIFA SARI F

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan. Dalam mencapai Drajat Sarjana S1 Psikologi. Disusun Oleh : ANA ARIFA SARI F HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL TWITTER DENGAN PENGENDALIAN DIRI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI ANGKATAN 2013-2014 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dari tahun ke tahun berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dari tahun ke tahun berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dari tahun ke tahun berjalan dengan sangat pesat.penggunaan internet pun digunakan dari berbagai kalangan mulai dari mulai dari anak-anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dunia ini tidak hidup sendiri, selalu ada bersama-sama dan berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang dalam kesehariannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media sosial merupakan salah satu elemen di era globalisasi yang paling berkembang berdasarkan segi fitur dan populasi pemakai. Berdasarkan data dari US Census Bureau

Lebih terperinci

EFEK POSITIF DAN NEGATIF JEJARING SOSIAL FACEBOOK. Oleh : Iyat Ratna Komala, S.T., M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi jenjang S-1

EFEK POSITIF DAN NEGATIF JEJARING SOSIAL FACEBOOK. Oleh : Iyat Ratna Komala, S.T., M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi jenjang S-1 5.2 Saran Ada beberapa hal yang dapat kami sarankan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti yang akan datang, sebagai berikut : a. Dari hasil rancangan Sistem informasi laporan keuangan di ladiva

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dahlia Veronika Sitanggang, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dahlia Veronika Sitanggang, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi yang semakin canggih memudahkan semua orang untuk memperoleh informasi yang mereka inginkan. Teknologi informasi (information technology) dalam era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Esteem 2.1.1 Pengertian Self-Esteem Menurut Rosenberg (dalam Mruk, 2006), Self-Esteem merupakan bentuk evaluasi dari sikap yang di dasarkan pada perasaan menghargai diri

Lebih terperinci

OKTALIA JUWITA

OKTALIA JUWITA OKTALIA JUWITA 9108.205.303 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Social media memiliki keunikan untuk mendukung sistem pemasaran. Facebook merupakan salah satu social media site yang banyak digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use Problematic Internet use (PIU) didefinisikan sebagai cara penggunaan internet yang menyebabkan penggunanya memiliki gangguan atau masalah secara psikologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak dapat terbendung lagi. Perkembangan tersebut diiringi juga dengan perkembangan media internet yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengguna situs media sosial saat ini telah mengalami kemajuan yang pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media sosial mendominasi

Lebih terperinci

ANALISIS SWOT PADA FACEBOOK

ANALISIS SWOT PADA FACEBOOK Digital dan Internet Marketing Tuti Susilawati, S.Kom, M.M ANALISIS SWOT PADA FACEBOOK Kelompok 2 : Syaripah Alawiyah Ryan Cash Mujiyati Panji 1. PENGENALAN FACEBOOK Facebook adalah sebuah layanan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 49% berusia tahun, 33,8% berusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 49% berusia tahun, 33,8% berusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia mengungkapkan, pengguna internet di Indonesia tahun 2014 mencapai 88,1 juta orang dari total penduduk Indonesia. Dari

Lebih terperinci

PERILAKU PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL FACEBOOK BAGI SISWA SEKOLAH DASAR (STUDI KASUS SD N SALATIGA 06) Artikel Ilmiah

PERILAKU PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL FACEBOOK BAGI SISWA SEKOLAH DASAR (STUDI KASUS SD N SALATIGA 06) Artikel Ilmiah PERILAKU PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL FACEBOOK BAGI SISWA SEKOLAH DASAR (STUDI KASUS SD N SALATIGA 06) Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Bidang teknologi informasi saat ini telah berkembang secara massal dan cepat. Teknologi tersebut telah berhasil mengubah bentuk masyarakat manusia, dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan teknologi membuat facebook dapat diakses dimana saja, kapan saja dan melalui apa saja. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat, akses internet menjadi semakin mudah dan murah. Hal tersebut memberikan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diketahui dengan cepat melalui informasi-informasi yang tersedia.

BAB I PENDAHULUAN. diketahui dengan cepat melalui informasi-informasi yang tersedia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan dunia yang semakin pesat, perkembangan kondisi pasar yang sekarang ini telah membawa pengaruh terhadap strategi yang harus diterapkan oleh perusahaan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FACEBOOK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

OPTIMALISASI FACEBOOK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN OPTIMALISASI FACEBOOK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Oleh Wisnu Adi Parwatha 3290/ VI H PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2012 ABSTRAK Tidak

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use (PIU) 2.1.1 Definisi Problematic Internet Use Problematic Internet Use (PIU) didefinisikan sebagai penggunaan internet yang menyebabkan sejumlah gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil penelitian Yahoo!-TNSNet Index, aktivitas internet yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil penelitian Yahoo!-TNSNet Index, aktivitas internet yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjadi salah satu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan jaman, beragam media komunikasi dan cara berinteraksi mulai berubah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan inovasi media komunikasi di bidang teknologi informasi dan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan inovasi media komunikasi di bidang teknologi informasi dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan inovasi media komunikasi di bidang teknologi informasi dan telekomunikasi dewasa ini begitu pesat sehingga komunikasi atau interaksi antar pribadi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Loneliness 2.1.1 Definisi Loneliness Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Miler (dalam Daryanto, 2011) menjelaskan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Miler (dalam Daryanto, 2011) menjelaskan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tidak akan pernah lepas dari proses komunikasi antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi merupakan sebuah peristiwa sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesepian tanpa adanya teman cerita terlebih lagi pada remaja yang cendrung untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesepian tanpa adanya teman cerita terlebih lagi pada remaja yang cendrung untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu tidak akan pernah dapat hidup sendirian, mereka selalu membutuhkan orang lain untuk dapat diajak berteman atau pun bercerita dalam kehidupan

Lebih terperinci

Pada Bab ini akan di jelaskan latar belakang keberadaan jaringan sosial maupun sejarah berdiri-nya

Pada Bab ini akan di jelaskan latar belakang keberadaan jaringan sosial maupun sejarah berdiri-nya BAB JARINGAN SOSIAL 8 M anusia sebetulnya lebih suka bertemu dan berdiskusi dengan manusia lain, daripada dengan komputer atau mesin. Tidak heran jika fasilitas untuk berinteraksi antar manusia di Internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

PENGARUH LONELINESS TERHADAP IMPULSIVE BUYING PRODUK FASHION PADA MAHASISWI KONSUMEN ONLINE SHOP

PENGARUH LONELINESS TERHADAP IMPULSIVE BUYING PRODUK FASHION PADA MAHASISWI KONSUMEN ONLINE SHOP PENGARUH LONELINESS TERHADAP IMPULSIVE BUYING PRODUK FASHION PADA MAHASISWI KONSUMEN ONLINE SHOP Mariatul Qibtiyah_11410027 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Lebih terperinci

BAB III KASUS TALAK LEWAT PESAN FACEBOOK DI KECAMATAN WIYUNG SURABAYA

BAB III KASUS TALAK LEWAT PESAN FACEBOOK DI KECAMATAN WIYUNG SURABAYA BAB III KASUS TALAK LEWAT PESAN FACEBOOK DI KECAMATAN WIYUNG SURABAYA A. Latar Belakang Pernikahan Susi dan Eko di Kec. Wiyung Kasus ini bermula pada sepasang kekasih yang bernama Susi 1 (20) dengan Eko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet menjadi salah satu teknologi informasi yang fenomenal sebagai sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk komunikasi interaktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian. dan terpisah dari mereka yang ada sekitar anda (Beck & Dkk dalam David G.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian. dan terpisah dari mereka yang ada sekitar anda (Beck & Dkk dalam David G. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian 1. Pengertian Kesepian Kesepian adalah dengan merasa terasing dari sebuah kelompok, tidak dicintai oleh sekeliling, tidak mampu untuk berbagi kekhawatiran pribadi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIF AFILIASI DENGAN INTENSITAS MENGGUNAKAN FACEBOOK PADA DEWASA AWAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA MOTIF AFILIASI DENGAN INTENSITAS MENGGUNAKAN FACEBOOK PADA DEWASA AWAL SKRIPSI 0 HUBUNGAN ANTARA MOTIF AFILIASI DENGAN INTENSITAS MENGGUNAKAN FACEBOOK PADA DEWASA AWAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI DENGAN KESEPIAN PARA ISTRI ANGGOTA TNI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 oleh : DWI BUDI UTAMI F 100 040

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Masalah Penelitian Pada zaman mordernisasi ini, kemajuan dari fungsi telepon genggam semakin berkembang pesat. Tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalar keseluruh dunia. Rata-rata masyarakat modern, seperti orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. menjalar keseluruh dunia. Rata-rata masyarakat modern, seperti orang-orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jejaring sosial sebagai media komunikasi baru saat ini telah menjalar keseluruh dunia. Rata-rata masyarakat modern, seperti orang-orang yang tinggal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa. BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa. Seorang perempuan dianggap sudah seharusnya menikah ketika dia memasuki usia 21 tahun dan laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pasti melewati segala peristiwa dalam kehidupan mereka. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh setiap individu dapat beragam, dapat berupa peristiwa yang menyenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan ini juga menyebabkan perubahan-perubahan peran para. individu dalam kehidupanya (Tancer 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan ini juga menyebabkan perubahan-perubahan peran para. individu dalam kehidupanya (Tancer 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi, teknologi informasi berperan sangat penting, dengan menguasai teknologi kita memiliki modal yang cukup untuk jadi pemenang dalam persaingan global sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah jam hanya untuk mengakses internet dan layanan teknologi baru lainnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah jam hanya untuk mengakses internet dan layanan teknologi baru lainnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, saat ini individu tidak hanya hidup di dunia nyata, tetapi juga memiliki kehidupan di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepi dari pembaharuan-pembaharuan. Pembaharuan itu dapat berasal dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sepi dari pembaharuan-pembaharuan. Pembaharuan itu dapat berasal dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia pendidikan dan pengajaran telah sejak lama tak pernah sepi dari pembaharuan-pembaharuan. Pembaharuan itu dapat berasal dari berbagai pihak. Dunia pendidikan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Kesepian 2.1.1 Definisi Kesepian Kesepian didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan sosial. Jaringan sosial itu sendiri terdiri dari berbagai macam media sosial

BAB I PENDAHULUAN. jaringan sosial. Jaringan sosial itu sendiri terdiri dari berbagai macam media sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada jaman sekarang kemajuan internet sungguhlah pesat, terutama di jaringan sosial. Jaringan sosial itu sendiri terdiri dari berbagai macam media sosial yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situs jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang tersedia, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Internet menjadi salah satu teknologi informasi yang fenomenal belakangan

BAB I PENDAHULUAN. Internet menjadi salah satu teknologi informasi yang fenomenal belakangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Internet menjadi salah satu teknologi informasi yang fenomenal belakangan ini. Pertumbuhan penggunaan internet yang pesat juga terjadi di Indonesia, beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar untuk berkomunikasi dan terhubung dengan manusia lain. Manusia cenderung berkumpul dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau mengarahkan diri ke arah yang lebih baik ketika di hadapkan dengan godaangodaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau mengarahkan diri ke arah yang lebih baik ketika di hadapkan dengan godaangodaan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi self-control Self-control di definisikan sebagai kemampuan individu untuk menahan diri atau mengarahkan diri ke arah yang lebih baik ketika di hadapkan dengan godaangodaan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, internet menjadi salah satu inovasi teknologi komunikasi yang banyak digunakan. Kehadiran internet tidak hanya menjadi sekadar media komunikasi, tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniarsih, 2014 Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniarsih, 2014 Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang mana saling membutuhkan satu dengan yang lainnya agar dapat bertahan hidup. Untuk mempertahankan hidupnya maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. San Francisco dan didirikan oleh Dave Morin (techno.okezone.com, 2013). Media

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. San Francisco dan didirikan oleh Dave Morin (techno.okezone.com, 2013). Media BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Path Path merupakan aplikasi media sosial yang digunakan berbasis pada gadget. Perusahaan Path ini berada di negara Amerika Serikat (USA) tepatnya di San Francisco

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khususnya teknologi informasi seperti internet, teknologi ini tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khususnya teknologi informasi seperti internet, teknologi ini tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi membawa indikator kemajuan di bidang teknologi, khususnya teknologi informasi seperti internet, teknologi ini tidak hanya mungkin menyediakan informasi

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia hiburan (entertainment) terjadi secara pesat di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Perkembangan tersebut membuat media massa dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Dari hasil analisa utama bab 4 dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Dari hasil analisa utama bab 4 dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisa utama bab 4 dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya berpengaruh terhadap kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengaksesnya melalui handphone dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengaksesnya melalui handphone dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengakses internet saat ini sudah menjadi rutinitas kebanyakan masyarakat. Tidak hanya dengan menggunakan komputer atau laptop saja tetapi sekarang dapat mengaksesnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LONELINESS DAN COGNITIVE DISTORTION PADA REMAJA AWAL PENGGUNA FACEBOOK DI JABODETABEK

HUBUNGAN ANTARA LONELINESS DAN COGNITIVE DISTORTION PADA REMAJA AWAL PENGGUNA FACEBOOK DI JABODETABEK HUBUNGAN ANTARA LONELINESS DAN COGNITIVE DISTORTION PADA REMAJA AWAL PENGGUNA FACEBOOK DI JABODETABEK Syerlie July Anggita Bina Nusantara, Eyi_eya@yahoo.com Rani Agias Fitri Bina Nusantara, h_ranny_k@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi membawa dampak yang signifikan pada pertumbuhan pengguna internet di negara-negara berkembang. Salah satu negara berkembang yang menunjukkan

Lebih terperinci