BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Celebrity Worship Definisi Celebrity Celebrity adalah seseorang atau sekelompok orang yang menarik perhatian media karena memiliki suatu kelebihan atau daya tarik yang menonjol. Menurut Young dan Pinsky (2006) celebrity adalah sekelompok individu yang berhasil mencapai tingkat ketenaran dan membuat individu tersebut berhasil dikenal dikalangan masyarakat. Istilah celebrity sering diidentikkan dengan kekayaan, keberuntungan, ketenaran, serta kekuasaan. Individu yang dikategorikan celebrity adalah orang yang kompeten serta memiliki kemampuan yang menonjol pada bidangnya serta dapat berasal dari dunia olahraga maupun hiburan (Brockes, 2010) Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa celebrity merupakan individu atau sekelompok individu yang memeliki ketenaran atau dikenal oleh masyarakat luas atas kemampuan serta apa yang telah mereka lakukan Definisi Celebrity Worship Menurut Yue dan Cheung (Liu,2013) celebrity worship dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk pemujaan terhadap orang yang terkenal secara luas dan menarik perhatian publik dan media. Sedangkan dalam Maltby, dkk (2005) celebrity worship adalah sebuah gambaran perilaku obsesif individu dimana mereka berusaha untuk selalu terlibat didalam kehidupan idola mereka sehingga tak jarang ikut terbawa didalam kehidupan mereka sehari-hari. Darfiyanti dan Putra (2012) menjelaskan bahwa jika intensitas keterlibatan dengan selebriti meningkat, maka penggemar akan menganggap idolanya adalah orang yang dekat serta memiliki hubungan langsung dengan dirinya dan penggemar pun akan terus mengembangkan hubungan parasosial Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa celebrity worship adalah suatu bentuk perilaku memuja atau mengidolakan celebrity yang melibatkan hubungan 7

2 8 parasosial antar penggemar dan idola mereka sebagai suatu hiburan ataupun pemuasan diri Teori Celebrity Worship Menurut Maltby dkk (2005), ada 3 tahapan didalam celebrity worship berdasarkan intensitasnya, dimensi tersebut terdiri dari : 1. Entertainment Social (sosial dan hiburan) Dimensi ini terdiri dari sikap fans yang tertarik pada selebriti favorit mereka karena mampu menghibur dan menjadi pusat fokus sosial. Pada aspek ini, penggemar mencari informasi yang berhubungan dengan idola mereka serta senang untuk membicarakan idola mereka dengan orang lain terutama dengan orang yang memiliki idola yang sama. 2. Intense Personal Dimensi ini mencerminkan perasaan yang lebih intim dan kompulsif tentang selebriti dan memperlihatkan rasa obsesif penggemar terhadap artis idolanya. Pada aspek ini penggemar memiliki empati yang sangat tinggi terhadap idola mereka sehingga mereka bahkan ikut merasakan apa yang terjadi pada idola mereka tersebut. Misalnya, penggemar merasa sedih bila idola mereka mengalami kegagalan atau penggemar ikut merasa bahagia bila idola mereka mendapatkan suatu hal yang baik. 3. Borderline Pathological Dimensi ini memperlihatkan perilaku yang tidak terkendali dan mengembangkan fantasi dengan keterlibatan idola mereka didalam skenario tersebut. Hal ini ditambah dengan gambaran kesediaan mereka untuk melakukan apa saja demi idola mereka walaupun hal tersebut melanggar hukum sekalipun. Penggemar pun memiliki keyakinan bahwa idola mereka akan memberikan bantuan bila mereka berada di dalam kesulitan Dampak-Dampak Celebrity Worship Dampak Positif 1. Penggemar dengan celebrity worship pada tahap entertainment-social cenderung lebih optimis, bahagia, dan memiliki kepribadian yang periang

3 9 (Maltby dkk,2005). Sebuah studi di Kanada yang dilakukan oleh Boon dan Lomore ( dalam Sheridan dkk, 2006) melakukan survey kepada 75 mahasiswa. Di dalam penelitian ini ditemukan bahwa lebih dari setengah mahasiswa tersebut percaya bahwa idola mereka sedikit banyak telah mempengaruhi mereka dalam hal sikap dan keyakinan dan mengilhami mereka untuk mengejar kegiatan tertentu. Dengan kata lain celebrity worship terhadap artis idola membuat penggemar memiliki motivasi untuk mengejar suatu kegiatan Dampak Negatif 1. Kecenderungan untuk menjadi narsistik Celebrity worship juga dihubungkan dengan narsistik. Celebrity worship contoh sempurna dari hubungan parasosial dimana penggemar mencari sebanyak mungkin informasi tentang artis idolanya dan artis sama sekali tidak mengetahui tentang penggemarnya (Horton & Wohl). Ashe, Maltby, and McCutcheon (2005) mengadakan studi kepada 219 orang dari Inggris dan 124 orang dari Amerika. Semua partisipan diberikan Celebrity Attitude Scale, Narcisstic Personality Inventory, and Self-liking/Selfcompetence Harga diri Scale. Hasil menunjukkan bahwa diantara partisipan Inggris dan Amerika menunjukkan hasil yang sama. Terdapat hubungan positif antara celebrity worship pada dimensi intense personal dan borderline pathological dengan kecenderungan menjadi narsistik. Menurut Ashe, Maltby, dan McCutcheon (2005), hubungan terjadi antara kedua varibel tersebut karena penggemar merasa mereka memiliki kemampuan sosial yang luar biasa dan jika mereka benar-benar bertemu dengan artis idola mereka, artis tersebut akan menyadari betapa luar biasanya si penggemar. Lebih lanjut, studi oleh Ashe, Maltby, dan McCutcheon (2005) menyatakan bahwa ada hubungan positif antara celebrity worship dengan kecenderungan menjadi narsistik. 2. Memiliki harga diri dan kinerja yang rendah Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Cheung dan Yue (dalam Sheridan dkk, 2007) terhadap 833 sampel di Cina yang memuja celebrity, ditemukan hasil bahwa celebrity worship diperkirakan membuat sampel rendah

4 10 dalam kinerja kerja maupun kinerja belajar, memiliki harga diri yang rendah dan kesulitan dalam menemukan identitas diri. 3. Orang dengan Celebrity Worship memiliki Psychology well being yang rendah. Maltby mengindikasikan bahwa orang dengan celebrity worship memiliki kesejahteraan psikologi yang lebih rendah daripada yang tidak (Maltby, McCutcheon, Ashe & Houran, 2004). Tes yang mereka adakan pada 307 partisipan mengidentifikasi adanya variasi berbeda pada disfungsi sosial dan gejala-gejala depresi serta kecemasan. Lebih lanjut, Maltby et al (2004) mengungkapkan celebrity worship adalah bentuk perilaku dari rendahnya kesejahteraan psikologis, hasil dari gagalnya individu untuk menyesuaikan diri atau keluar dari tekanan dalam hidup mereka. 2.2 Harga diri Pengertian Harga diri Harga diri dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai harga diri, istilah tersebut kemudian dijabarkan oleh beberapa ahli kedalam suatu definisi yang lebih luas. Menurut Coopersmith (2002) harga diri adalah suatu penilaian yang dibuat oleh individu untuk menggambarkan sikap menerima atau tidak dengan keadaan dirinya serta menjadi penanda seberapa jauh individu tersebut percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan, serta berharga. Sedangkan menurut Baron dan Byme (dalam Geldard, 2010) menyatakan bahwa harga diri adalah bagaimana individu menilai diri mereka sendiri serta dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh orang lain sebagai perbandingan.hal ini berbeda dengan pendapat Brehm (dalam Riyanti, 2005), menurutnya harga diri memiliki hubungan dengan cara pendekatan yang dilakukan individu terhadap hidupnya. Individu yang memiliki penilaian atau pendekatan baik terhadap dirinya cenderung lebih bahagia, sehat, berhasil serta mudah beradaptasi. Sebaliknya, individu yang memiliki penilaian negatif terhadap dirinya cenderung cemas, takut, tidak sehat, stres, serta pesimis dalam menghadapi masa depan serta lebih cenderung melakukan kesalahan. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah suatu bentuk penilaian individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan apa yang menjadi

5 11 patokan ideal mereka atau karakteristik orang lain sebagai pembanding baik secara positif maupun negatif dan kemudian mempengaruhi individu tersebut dalam menjalani kehidupan serta menghadapi masa depan mereka Aspek-aspek Harga diri Menurut Tafarodi (2001) terdapat dua aspek dari harga diri : 1. Self competence Self competence adalah bagaimana individu dalam meotivasi dirinya dalam bersikap serta berperan dalam menyesuaikan diri. Self competence ditandai dengan adanya ekspektasi individu untuk sukses. 2. Self Liking Self liking adalah sebuah perasaan berharga individu akan dirinya sendiri dalam lingkungan sosial dan hal ini bergantung dari nilai sosial yang individu berikan pada dirinya Faktor Yang Mempengaruhi Harga diri Terdapat empat faktor yang mempengaruhi harga diri seseorang menurut pendapat Monks (2004). Keempat faktor tersebut antara lain : A. Lingkungan Keluarga Keluarga adalah ruang lingkup sosialisasi pertama bagi individu.sikap dan perlakuan yang adil dan demokratis didapat pada individu yang memiliki harga diri yang tinggi. B. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sangat mempengaruhi dalam pembentukan harga diri individu. Penghinaan, pelecehan dari teman sebaya akan menurunkan harga diri. Sebaliknya, keberhasilan, persahabatan, dan pergaulan yang baik akan meningkatkan harga diri. C. Faktor Psikologis Bagaimana individu menerima dirinya akan mengarahkan individu tersebut untuk mampu menentukan arah dirinya pada saat memasuki hidup yang bermasyarakat. D. Jenis Kelamin Perbedaan jenis kelamin menyebabkan adanya perbedaan dalam pola pikir serta cara bertindak antara laki-laki dan perempuan.

6 Remaja Akhir Pengertian Remaja Menurut Papalia,Olds, & Feldmasn (2007), masa remaja adalah masa dimana seorang individu mengalami transisi dari masa kanak-kanak (childhood) ke dewasa (adulthood). Pada masa remaja terdapat perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,Olds, & Feldmasn, 2007). Hal serupa diungkapan oleh Santrock (2003), dimana masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa dan mencakup perkembangn biologis, kognitif, dan sosial emosional. Sementara Rumini dan Sundari (2004) berpendapat masa remaja adalah masa dimana terjadi peralihan dari masa anak ke masa dewasa dan mengalami perkembangan semua aspek hidupnya untuk memasuki masa dewasa. Di dalam Santrock (2013) dijelaskan bahwa masa remaja juga merupakan masa dimana individu mencari jati diri dan mengenal identitasnya serta meliputi pertanyaan-pertanyaan tentang siapa diri saya sebenarnya, apa yang akan saya lakukan selanjutnya, dan lain sebagainya. Salah satu fenomena yang terjadi dalam karakteristik remaja adalah pemujaan terhadap idola (Lin & Lin, 2007). Pada masa itulah mereka berusaha mencari-cari idola atau panutan yang dapat mereka jadikan teladan dalam hidup mereka (Haryanto,2011) Tahap- tahap Perkembangan Remaja Akhir Tahapan remaja akhir menurut Monks (2002) berada pada tahapan usia 18 sampai 21 tahun. Di tahapan ini individu mengalami masa konsolidasi menuju ke periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu : A. Memiliki minat yang kuat terhadap fungsi-fungsi intelek B. Menginginkan kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mencari pengalaman-pengalaman baru. C. Terbentuk identitas seksual yang bersifat permanen atau tidak akan berubah lagi. D. Rasa egosentrisme mulai diganti dengan keseimbangan antara kepentingan sendiri dengan kepentingan orang lain. E. Mulai tumbuh pembatas yang memisahkan dirinya (private self) dan masyarakat umum.

7 Tugas Perkembangan Remaja Akhir Tugas perkembangan remaja akhir menurut Hurlock (1990) : 1. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya baik sejenis maupun lawan jenis. 2. Mencapai peran sosial pria dan wanita 3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab 5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya 6. Mempersiapkan karir ekonomi untuk masa yang akan datang 7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga 8. Memperoleh nilai-nilai dan system etis sebagai pegangan untuk berperilaku dan mengembangkan ideologi Teori Perkembangan Remaja Akhir Erikson berpendapat bahwa remaja akhir berada pda tahap Identitas versus kekacauan identitas (identity versus identity confusion). Pada masa ini individu diharapkan pada pertanyaan siapa mereka, mereka itu sebenarnya apa, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya. Pada masa inilah mulai berkembang identitas sosial, yaitu status dan peran yang diberikan orang lain kepada indiividu di tengah masyarakat. Sedangkan identitas pribadi, yaitu peleburan berbagai peran diri, yang merupakan identifikasi masa lampau, masa kini, dan watak pribadi. Identitas sosial dan identitas pribadi dilebur dan diintegrasikan menajdi suatu konstruksi global yang disebut identitas ego (Santrock, 2012). Menurut Erikson (dalam Papalia et al, 2001) remaja tidak membentuk identitas diri mereka dengan hanya memodel atau mencontohnya dari orang lain tetapi juga memodifikasi dan menyatukan hasil identifikasi awal di atas menjadi suatu struktur psikologis yang baru, dan lebih besar dan penjumlahan bagian-bagiannya. Di dalam membentuk identitas dirinya, remaja harus dapat memastikan dan mengorganisasikan kemampuan, kebutuhan, minat, keinginan mereka agar dapat diterima dan diekspresikan dalam konteks sosial 2.4 Kerangka Berpikir Penelitian ini mengembangkan sebuah kerangka berpikir berdasarkan fenomena banyaknya remaja, terutama di Jakarta yang memiliki celebrity

8 14 worship. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara celebrity worship dengan harga diri pada remaja. Berikut ini merupakan kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian : Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Fenomena Perilaku celebrity worship banyak ditemukan pada remaja, dalam perkembangannya remaja berada pada tahap bertanya tentang siapa mereka dan apa yang akan mereka lakukan kedepannya, dan hal ini sangat berhubungan dengan bagaimana mereka menilai atau menghargai dirimereka. Variabel 1 Celebrity Worship Variabel 2 Self-Esteem Pada masa remaja akhir, dalam tahap perkembangan menurut Erikson, remaja menjawab pertanyaan siapa diriku dalam hubungannya dengan keluarga dan masyarakat. Pada masa itulah mereka berusaha mencari-cari idola atau panutan yang dapat mereka jadikan teladan dalam hidup mereka (Haryanto,2011). Menurut Hansen (Skirvin, 2003) beberapa remaja mengagumi seorang idola karena beberapa aspek dari idolanya tersebut merefleksikan persepsi mereka mengenai realitas sosial. Lebih lanjut, Skirvin (2003) mengungkapkan bahwa beberapa remaja tertentu memiliki ikatan yang kuat dengan idolanya karena merasa memiliki masalah mental yang sama. Mereka juga menempatkan idolanya di tempat pertama karena mereka membagi karakteristik tertentu, yang mereka lihat sebagai seorang model peran yang sesuai dengan mereka dan menarik bagi nilai serta apsirasi mereka. Namun terkadang pemujaaan terhadap idola ini menjadi suatu hal yang berlebihan dan hanya menjadi hubungan yang searah atau hubungan parasosial.. Hubungan parasosial sendiri adalah hubungan yang searah karena perilaku idola

9 15 dapat mereka amati melalui media, sedangkan perilaku penggemar tidak diamati. Akibatnya, penggemar merasa dirinya dekat dengan tokoh idola meskipun mereka tidak pernah bertemu secara langsung (Baranews, 2013). Hubungan parasosial antar penggemar dan idolanya ini merupakan salah satu perilaku dari Celebrity Worship (Maltby,dkk 2005). Celebrity Worship adalah perilaku obsesi individu untuk selalu terlibat di setiap kehidupan selebriti yang digemari sehingga terbawa kedalam kehidupan sehari-hari individu tersebut (Maltby,dkk 2005). Celebrity worship memiliki tiga dimensi, yaitu entertaiment-social, intense-personal, dan borderline - pathological (Maltby, Day, McCutcheon, Houran, & Ashe dalam Liu, 2013). Di tahap entertaiment-social, penggemar masih berada pada tahap yang normal dalam mengetahui kehidupan orang yang digemari, seperti membaca berita mengenai orang yang digemari, melakukan pembicaraan yang menyangkut dengan orang yang digemari, dan orang tersebut merasa bahwa mereka tertarik dengan orang yang dikenal seperti selebriti, karena mereka meyakini bahwa selebriti tersebut dapat memberikan sebuah hiburan. Selanjutnya, di tahap intense-personal, penggemar yakin bahwa mereka memiliki hubungan pribadi yang kuat dengan idola mereka dan menganggap idola mereka sebagai belahan jiwanya.tahap yang terakhir adalah bordeline pathological dimana penggemar seperti terobsesi dengan idola, mencari detail dari idola mereka dan seakan percaya bahwa mereka dapat berkomunikasi dengan idola mereka (Maltby, Day, McCutcheon, Houran, & Ashe dalam Liu, 2013). Hasil penelitian North et al (2007) menyatakan bahwa dimensi entertainment social tidak memiliki hubungan dengan harga diri karena karakteristik individu dan hal yang dilakukan adalah hal yang terlalu sehari-hari dan biasa untuk dapat memiliki implikasi dengan harga diri. Sementara, Cheung dan Yue (dalam Sheridan dkk, 2007) melakukan penelitian terhadap 833 sampel di Cina yang memuja celebrity, dan ditemukan hasil bahwa celebrity worship pada tahapan intense personal diperkirakan membuat sampel rendah dalam kinerja kerja maupun kinerja belajar, memiliki harga diri yang rendah dan kesulitan dalam menemukan identitas diri. Pencarian jati diri dan identitas pada remaja akhir memiliki kaitan erat dengan bagaimana mereka mengevaluasi dan menilai diri mereka sendiri

10 16 (Santrock, 2007). Menurut Coopersmith (dalam Susanti, 2012) bentuk evaluasi atau penilaian yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap kemampuan yang dimiliki disebut harga diri. Hal ini senada dengan pendapat Stuart dan Sundeen (1991), yang mengatakan bahwa harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Harga diri merupakan salah satu komponen penting dalam tahap perkembangan remaja akhir karena harga diri pada seorang remaja akan menentukan keberhasilan atau kegagalan individu di masa mendatang (Santrock, 2007). Ashe, Maltby, and McCutcheon (2005) mengadakan studi kepada 219 orang dari Inggris dan 124 orang dari Amerika. Semua partisipan diberikan Celebrity Attitude Scale, Narcisstic Personality Inventory, and Self-liking/Self-competence Self esteem Scale. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara celebrity worship pada dimensi intense personal dan borderline pathological dengan kecenderungan menjadi narsistik. Sementara menurut Kernis (2001) harga diri yang rapuh merupakan komponen terpenting yang ada didalam diri individu narsistik. Sementara, penelitian Maltby et al, (2004), menunjukan bahwa dalam hal kesehatan mental dari perilaku celebrity worship hanya salah satu aspek dari celebrity worship yang secara signifikan berhubungan dengan kesehatan mental, yaitu dimensi intense-personal. Kesehatan mental yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah depresi, kecemasan, gejala somatik, disfungsi sosial, stres dan kepuasan hidup. Sementara Tzeniewski et al (dalam Erol & Orth 2011) menyatakan bahwa harga diri yang rendah pada remaja dapat memprediksikan kesehatan mental. Hal ini membuat peneliti ingin meneliti, adakah hubungan yang signifikan antara celebrity worship dan harga diri. 2.5 Asumsi Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara celebrity worship dan harga diri pada remaja akhir, secara spesifik bila ditinjau dari aspek celebrity worship, hipotesis pertama adalah tidak ada hubungan antara celebrity worship pada aspek entertainment social dengan harga diri pada remaja akhir di DKI Jakarta. Pada aspek intense personal, terdapat

11 17 hubungan antara celebrity worship dengan harga diri pada remaja di Jakarta. Hipotesis terakhir adalah terdapat hubungan antara celebrity worship pada aspek boderline pathological dengan harga diri. Pada aspek terakhir, yaitu boderline pathological, peneliti memiliki asumsi bahwa dengan sikap obsesi yang dimiliki individu terhadap selebriti idola, maka tidak menutup kemungkinan boderline pathological memiliki hubungan dengan harga diri pada remaja akhir di Jakarta.

12 18

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korean Wave atau hallyu atau gelombang Korea adalah suatu bentuk arus peningkatan popularitas kebudayaan Korea di seluruh dunia. Gelombang hallyu pertama kali dibawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berpacaran Pada tinjauan pustaka ini akan dibicarakan terlebih dahulu definisi dari intensi, yang menjadi konsep dasar dari variabel penelitian ini. Setelah membahas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Celebrity 2.1.1. Pengertian Celebrity: Menurut Young dan Pinsky (2006) celebrity adalah seorang individu yang berhasil mencapai tingkat ketenaran yang membuat individu berhasil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. CELEBRITY WORSHIP 1. Definisi Celebrity Worship Menyukai selebriti sebagai idola atau model adalah bagian normal dari perkembangan identitas di masa kecil dan remaja (Greene dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. ini, akan dijelaskan mengenai parasosial, dan penjelasan mengenai remaja

BAB II TINJAUAN TEORI. ini, akan dijelaskan mengenai parasosial, dan penjelasan mengenai remaja BAB II TINJAUAN TEORI Bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang digunakan didalam penelitian ini, akan dijelaskan mengenai parasosial, dan penjelasan mengenai remaja 2.1. Parasosial 2.2.1. Pengertian

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean

Bab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau Korean Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi saat ini, salah satu budaya yang masih berkembang di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean Wave" adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Self-Control 2. 1. 1. Definisi Self-Control Self-control adalah tenaga kontrol atas diri, oleh dirinya sendiri. Delisi dan Berg (2006) mengungkapkan bahwa self-control berkaitan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau juga dikenal dengan Hallyu atau Korean wave adalah istilah yang diberikan untuk

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI & SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI & SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI & SARAN 5.1 Simpulan Tujuan awal dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan di antara masing-masing dimensi celebrity worship dan compulsive buying dalam membeli merchandise

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia hiburan (entertainment) terjadi secara pesat di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Perkembangan tersebut membuat media massa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumtif 2.1.1 Definisi Perilaku Konsumtif Menurut Fromm (1995) perilaku konsumtif merupakan perilaku yang ditandai oleh adanya kehidupan berlebihan dan menggunakan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Ego Untuk dapat memenuhi semua tugas perkembangan remaja harus dapat mencapai kejelasan identitas (sense of identity) yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi dari masa anak-anak hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Remaja tidak mempunyai tempat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

WORKING PAPER PERANAN CELEBRITY WORSHIP TERHADAP BODY IMAGE PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA

WORKING PAPER PERANAN CELEBRITY WORSHIP TERHADAP BODY IMAGE PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA WORKING PAPER PERANAN CELEBRITY WORSHIP TERHADAP BODY IMAGE PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA Stacia Andani dan Moondore Madalina Ali Universitas Bina Nusantara, staciaandani@gmail.com ABSTRACT Adolescence

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa maupun menjadi calon penggerak kehidupan bangsa dari sumbangsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki tujuan sama dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk membantu individu dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada masa transisi ini remaja mengalami perubahan yang cepat dan fundamental menuju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Celebrity Worship 2.1.1 Celebrity (Idola) Celebrity adalah seseorang yang memiliki pengakuan publik dan sering memiliki ciri khas seperti daya tarik dan kepercayaan (McCracken,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Esteem 2.1.1 Pengertian Self-Esteem Menurut Rosenberg (dalam Mruk, 2006), Self-Esteem merupakan bentuk evaluasi dari sikap yang di dasarkan pada perasaan menghargai diri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Merokok 1. Definisi frekuensi Frekuensi berasal dari bahasa Inggris frequency berarti kekerapan, keseimbangan, keseringan, atau jarangkerap. Smet (1994) mengatakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis musik K-Pop kini semakin digandrungi di Indonesia. K-Pop atau Korean Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. K-Pop adalah salah satu produk

Lebih terperinci

BAB I `PENDAHULUAN. Demam korea atau yang dikenal sebagai K-pop di Indonesia telah sampai pada

BAB I `PENDAHULUAN. Demam korea atau yang dikenal sebagai K-pop di Indonesia telah sampai pada BAB I `PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demam korea atau yang dikenal sebagai K-pop di Indonesia telah sampai pada kalangan anak muda selama kurang lebih sepuluh tahun. Mendunianya wabah demam Korea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan individu yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan biologis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Namun saat ini adolescence memiliki arti yang lebih luas mencakup kematangan mental,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Normative Social Influence 2.1.1 Definisi Normative Social Influence Pada awalnya, Solomon Asch (1952, dalam Hogg & Vaughan, 2005) meyakini bahwa konformitas merefleksikan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup, artinya secara fisik individu akan terus tumbuh namun akan berhenti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan menikah seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) menyatakan bahwa kepercayaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tahap perkembangan remaja, kebanyakan mereka tidak lagi mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan yang akan dilakukan. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prostitusi merupakan fenomena yang tiada habisnya. Meskipun telah dilakukan upaya untuk memberantasnya dengan menutup lokalisasi, seperti yang terjadi di lokalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Masing-masing individu yang berinteraksi akan memberikan respon yang berbeda atas peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD dan SMP, kemudian dilanjutkan ke jenjang SMA dan perguruan tinggi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. SD dan SMP, kemudian dilanjutkan ke jenjang SMA dan perguruan tinggi. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan tonggak penting pembangunan manusia. Melalui pendidikan, dapat dibentuk sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998). Hal senada diungkapkan oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik. Pada masa ini remaja tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikis, perubahan terhadap pola perilaku dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu mengalami masa peralihan atau masa transisi. Yang dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001).

Lebih terperinci

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu menginginkan kehidupan yang bahagia dan tubuh yang ideal. Harapan ini adalah harapan semua wanita di dunia, tetapi kenyataannya tidak semua wanita memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH. Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH. Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH II.1 Pengertian Harga diri (Self-Esteem (SE)) II.1.1 Definisi Harga diri (Self-Esteem) Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun dan terbagi menjadi masa remaja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menguraikan beberapa teori terkait dengan judul yang peneliti sampaikan diatas. Di dalam bab ini akan menguraikan teori mengenai identitas diri pada remaja beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja Menurut Havighurst (dalam Syaodih. 2009.: 161) mengatakan bahwa: Definisi tugas perkembangan adalah suatu tugas yang

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia memiliki tugas perkembangannya masing-masing sesuai dengan tahap perkembangannya. Mahasiswa memiliki berbagai tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pasti melewati segala peristiwa dalam kehidupan mereka. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh setiap individu dapat beragam, dapat berupa peristiwa yang menyenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. identitas ( identity vs identity confusion). Menurut Kroger (dalam Papalia, 2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. identitas ( identity vs identity confusion). Menurut Kroger (dalam Papalia, 2004) 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjelasan Konsep Teoritis 1. Aspek Psikososial Remaja Masa remaja merupakaan masa dimana remaja mencari identitas, dan dalam proses pencarian identitas tersebut tugas utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai meninggalkan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peserta didik di SMA memasuki masa late adolescence yang berada pada rentang usia 15-18 tahun. Santrock (2007) menjelaskan, remaja mengalami berbagai perubahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran identitas diri pada remaja yang menikah dini. Bab ini adalah penutup dari seluruh naskah penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada dilingkungannya hingga waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Pada umumnya remaja didefiniskan sebagai masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di usia republik yang sudah melebihi setengah abad ini, sudah sepatutnya bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

HUBUNGAN CELEBRITY WORHIP PADA IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN BODY IMAGE DI KOMUNITAS K-POP UCEE

HUBUNGAN CELEBRITY WORHIP PADA IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN BODY IMAGE DI KOMUNITAS K-POP UCEE HUBUNGAN CELEBRITY WORHIP PADA IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN BODY IMAGE DI KOMUNITAS K-POP UCEE OLEH HILDA MONICA NOKY 802011017 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescent yang mempunyai arti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Diet 1. Pengertian Perilaku Diet Perilaku diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangai berat badan (Kim & Lennon, 2006). Demikian pula Hawks (2008) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin banyak remaja yang mengalami perubahan khususnya dalam segi penampilan dan hal ini mendorong remaja untuk terus memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju ke arah kedewasaan. Masa ini juga sering disebut masa peralihan atau masa pencarian jati diri seseorang.

Lebih terperinci

HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP TERHADAP IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN PERILAKU IMITASI PADA REMAJA

HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP TERHADAP IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN PERILAKU IMITASI PADA REMAJA HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP TERHADAP IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN PERILAKU IMITASI PADA REMAJA Nawang Nila Kusuma Nawangnila190@yahoo.com Universitas Brawijaya Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah perubahan dalam pandangan orang dewasa mengenai pernikahan. Hal ini didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan individu, masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang disebut juga masa transisi. Siswa SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks dimana individu baik laki-laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah seperti perubahan fisik, perubahan emosi,

Lebih terperinci

KERANGKA TEORI. dilarang. 1 Teori labeling memiliki dua proposisi, pertama, perilaku menyimpang bukan

KERANGKA TEORI. dilarang. 1 Teori labeling memiliki dua proposisi, pertama, perilaku menyimpang bukan I. DESKRIPSI MASALAH Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang

Lebih terperinci