BAB I PENDAHULUAN. e. Tahun 2006, dengan berkembangnya ruang lingkup pengelolaan utang dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. e. Tahun 2006, dengan berkembangnya ruang lingkup pengelolaan utang dan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Tugas, Fungsi, Organisasi, dan Sumber Daya Manusia 1. Perkembangan Unit Pengelola Utang Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan mutu pelayanan kepada masyarakat, perlu diwujudkan suatu tata kelola yang baik di lingkungan. Unit pengelola utang telah mengalami beberapa kali perubahan seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas pengelolaan utang sebagai akibat semakin besar dan semakin beragamnya jumlah dan jenis utang Pemerintah. Perkembangan unit pengelola utang secara ringkas dapat disampaikan sebagai berikut: a. Sebelum tahun 1998, sebagian besar utang pemerintah dalam bentuk pinjaman luar negeri dikelola oleh Direktorat Dana Luar Negeri (DDLN) pada Direktorat Jenderal Anggaran; b. Tahun 1999, dibentuk Tim Debt Management Unit (DMU) di bawah Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai tugas mengelola obligasi negara yang diterbitkan untuk menyehatkan perbankan akibat krisis tahun 1998; c. Tahun 2001, Tim DMU diubah menjadi Pusat Manajemen Obligasi Negara (PMON) di bawah Sekretariat Jenderal yang secara khusus mengelola Surat Utang Negara (SUN). d. Tahun 2004, unit pengelolaan utang disatukan dalam Direktorat Jenderal Perbendaharaan. PMON menjadi Direktorat Pengelolaan SUN dan DDLN menjadi Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri; e. Tahun 2006, dengan berkembangnya ruang lingkup pengelolaan utang dan dalam rangka memusatkan pengelolaanya dalam ; dan unit tersendiri, dibentuk f. Tahun 2007 s.d sekarang, telah 2 kali melaksanakan penataan organisasi (reorganisasi) yang ditetapkan melalui: 1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan; dan 1

2 2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan. Penataan organisasi sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.01/2009 tentang Pedoman Penataan Organisasi di Lingkungan Departemen Keuangan, merupakan suatu proses yang dilakukan secara berkesinambungan untuk merespon dinamika perubahan lingkungan dan tuntutan publik, baik sebagai regulator maupun sebagai pemberi layanan kepada masyarakat. Penataan organisasi merupakan upaya untuk menyempurnakan tugas, fungsi dan struktur organisasi demi terwujudnya pencapaian visi dan misi organisasi secara efektif dan efisien. 2. Tugas dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, tugas Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang adalah merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengelolaan utang sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, DJPU menyelenggarakan fungsi: a. Perumusan kebijakan di bidang pengelolaan utang; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan utang; c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan utang; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan utang; dan e. Pelaksanaan administrasi direktorat 3. Organisasi jenderal Pengelolaan Utang. Dalam rangka penerapan international best practice organisasi pengelola utang, Direktorat Jenderal Pegelolaan Utang Bagan 1.1 Best Practise 2

3 mengkategorikan dan membagi struktur organisasinya berdasarkan: a. fungsi front office dilaksanakan oleh: 1) Direktorat Pinjaman dan Hibah (Dit PH); 2) Direktorat Surat Utang Negara (Dit SUN); dan 3) Direktorat Pembiayaan Syariah (Dit PS). b. fungsi middle office dilaksanakan oleh Direktorat Strategi dan Portofolio Utang (Dit SPU); c. fungsi back office dilaksanakan oleh Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen (Dit EAS); serta d. fungsi supporting unit (sebagai pendukung kegiatan teknis) dilaksanakan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal. Proses bisnis dari keempat fungsi tersebut tergambar dalam bagan berikut: Bagan 1.2 Proses Bisnis DJPU 4. Stakeholders Pengelolaan Utang Dalam pelaksanaan tugas selaku pengelola utang negara, peran DJPU terkait secara langsung dengan berbagai institusi baik internal maupun eksternal Kementerian Keuangan, yang dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut: 3

4 a. Internal Kementerian Keuangan antara lain dengan: 1) Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) dalam penyusunan komponen pembiayaan APBN dan penyusunan dokumen anggaran, serta penyiapan Daftar Kegiatan (Proyek) yang telah mendapatkan alokasi dana dari APBN, untuk digunakan sebagai underlying penerbitan Project Base Sukuk; 2) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) dalam pelaksanaan kebijakan fiskal; 3) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) dalam: a) koordinasi pengelolaan kas khususnya untuk mengharmonisasikan pelaksanaan/eksekusi penerbitan/pengadaan utang tunai dengan ketersediaan kas untuk pembiayaan. b) koordinasi pengelolaan penerusan pinjaman. 4) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) dalam penyusunan underlying asset yang akan digunakan dalam penerbitan sukuk; 5) Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) sebagai regulator pasar modal dan secara bersama-sama berperan dalam pengembangan pasar surat berharga dan infrastruktur pasar sekunder; 6) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terkait aspek perpajakan dalam pengelolaan utang; 7) Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan: a) Biro Perencanaan dan Keuangan terkait penyusunan rencana jangka menengah, jangka pendek, strategis, dan rencana kerja tahunan, dan penyusunan anggaran dan Laporan Keuangan Kementerian; b) Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan terkait pelaksanaan penataan organisasi, tata laksana, dan jabatan fungsional; c) Biro Hukum terkait pelaksanaan perumusan peraturan perundangundangan dan memberikan pertimbangan hukum dalam rangka penyelesaian masalah hukum yang berkaitan dengan tugas; d) Biro Bantuan Hukum terkait koordinasi dan pelaksanaan penelaahan kasus hukum, memberikan bantuan hukum, pendapat hukum, 4

5 perimbangan hukum yang berkaitan dengan tugas Kementerian Keuangan; e) Biro Sumber Daya Manusia terkait pembinaan dan pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan DJPU sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; f) Biro Komunikasi dan Layanan Informasi terkait pelaksanaan tugas aktivitas komunikasi, layanan informasi kebijakan pengelolaan utang, penyusunan strategi komunikasi kehumasan, penyusunan program komunikasi publik, monitoring opini publik; g) Biro Perlengkapan terkait pengelolaan perlengkapan DJPU berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; h) Biro Umum terkait pelaksanaan koordinasi urusan tata usaha, rumah tangga; i) Pusat Informasi dan Teknologi Keuangan (Pusintek) terkait aspek pengembangan sistem teknologi, informasi, dan komunikasi di lingkungan Kementerian Keuangan; j) Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan terkait pelaksanaan analisis, harmonisasi dan sinergi kebijakan atas pelaksanaan program dan kegiatan Menteri Keuangan, pengelolaan program dan kegiatan Menteri Keuangan, dan pengelolaan indikator kinerja utama di lingkungan Kementerian Keuangan; dan k) Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik terkait pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pengadaan secara elektronik, pengelolaan sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik serta memberikan pelayanan pengadaan secara elektronik Kementerian Keuangan. 8) Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan terkait pelaksanaan pengawasan intern; 5

6 9) Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) khususnya Pusdiklat Keuangan Umum dan Pusdiklat Pengembangan SDM terkait pelaksanaan Capacity Building DJPU. b. Eksternal Kementerian Keuangan, antara lain dengan: 1) Dewan Perwakilan Rakyat antara lain terkait alokasi pembiayaan melalui utang dalam APBN, persetujuan penggunaan BMN sebagai underlying asset penerbitan SBSN, persetujuan penggunaan dana SAL untuk pembelian SBN dalam rangka stabilisasi pasar SBN; 2) Bank Indonesia (BI) yang dalam kaitannya dengan pengelolaan utang memiliki dua peran yaitu: a) sebagai pengelola kebijakan moneter dan neraca pembayaran dalam kerangka Asset and Liability Management (ALM); dan b) sebagai mitra dalam pengembangan pasar dan sebagai agen lelang, agen penatausahaan utang dan setelmen utang. 3) Pelaku pasar/investor termasuk dealer utama/primary dealers dan peserta lelang dalam mengembangkan kapasitas daya serap pasar dan memperoleh input atas kondisi pasar keuangan pada umumnya (market update), preferensi instrumen, dan rencana alokasi investasi; 4) Lembaga Pemeringkat/Rating agencies dalam rangka assessment tahunan dan assessment transaksi penerbitan SBN valas; 5) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dalam rangka: a) koordinasi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM); b) perencanaan usulan kegiatan yang dapat dibiayai dengan pinjaman atau sebagai underlying asset sukuk project; dan c) pelaksanaan dan monitoring/evaluasi kegiatan yang dibiayai dari pinjaman. 6

7 6) Kementerian/Lembaga dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan penyiapan policy matrix pinjaman program/program loan. 7) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam pemenuhan dokumen pengefektifan pinjaman. 8) DSN MUI dalam rangka penerbitan Fatwa dan Pernyataan Kesesuaian Syariah (Opini Syariah) penerbitan SBSN. 9) Pemberi Pinjaman/Lender dalam rangka memperoleh informasi mengenai fokus pembiayaan dan indikasi besaran/alokasi pinjaman dan 10) Lembaga atau negara pemberi donor. 5. Sumber Daya Manusia Berdasarkan data pegawai per 31 Desember 2011, komposisi pegawai DJPU adalah sebagai berikut: Grafik 1.1 Komposisi Pegawai Menurut Golongan Grafik 1.2 Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II 1 No. Golongan Pegawai Jumlah Pegawai No. Unit Eselon II Jumlah Pegawai 1 IV/d 3 1 Setditjen 80 2 IV/c 2 2 Dit PH 61 3 IV/b 8 3 Dit SUN 42 4 IV/a 18 4 Dit PS 40 5 III/d 55 5 Dit SPU 41 7

8 6 III/c 45 6 Dit EAS 63 7 III/b 37 JUMLAH III/a 96 9 II/d II/c II/b 2 12 II/a 1 JUMLAH 327 Grafik 1.3 Komposisi Pegawai Menurut Jabatan Grafik 1.4 Komposisi Pegawai Menurut Jenis Kelamin No. Jabatan Pegawai Jumlah Pegawai No. Jenis Kelamin Pegawai Jumlah Pegawai 1 Eselon I 1 1 Laki-laki Eselon II 4 2 Perempuan 75 3 Eselon III 24 JUMLAH Eselon IV 86 5 Pelaksana 212 JUMLAH 327 B. Mandat yang Diberikan kepada Instansi Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi DJPU berdasarkan mandat yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan, antara lain: 1. Pedoman umum meliputi: a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit APBN dan APBD, yang mengatur bahwa: 8

9 1) Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD dibatasi tidak melebihi 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun bersangkutan; 2) Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemda dibatasi tidak melebihi 60% dari PDB tahun yang bersangkutan. b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang mengatur antara lain: 1) Pembebanan biaya pengadaan utang/hibah Pemerintah pada APBN; 2) Tata cara pengadaan utang negara dan penerusan utang/hibah luar negeri kepada Pemda dan BUMN/BUMD. c. Undang-Undang tentang APBN yang ditetapkan setiap tahun antara lain menyebutkan bahwa Pemerintah dapat melakukan perubahan instrumen utang dalam hal terdapat sumber utang yang lebih menguntungkan. 2. Pedoman khusus meliputi: a. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang SUN, yang antara lain mengatur tentang tujuan penerbitan SUN; b. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang SBSN yang antara lain mengatur tentang tujuan penerbitan SBSN; c. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri Oleh Pemerintah, yang antara lain mengatur tentang penggunaan pinjaman dalam negeri; d. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun ; e. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, yang antara lain mengatur tentang perencanaan, penggunaan, penatausahaan, pemantaun, evaluasi, dan pelaporan serta pengawasan pinjaman luar negeri dan hibah; f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat; 9

10 g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 86/PMK.05/2008 tentang Sistem Akuntansi Utang Pemerintah; h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/PMK.08/2010 tentang Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, Publikasi, dan Dokumentasi Pinjaman dan/atau Hibah Pemerintah; i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah; j. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah; k. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 514/KMK.08/2010 tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara Tahun C. Peran Strategis Instansi DJPU adalah organisasi yang memegang peranan strategis di bidang pengelolaan utang. Peran strategis DJPU digambarkan sebagai berikut: 1. Memenuhi pembiayaan APBN yang bersumber dari utang Selain penerimaan pajak dan bukan pajak, utang mempunyai kontribusi yang penting dalam menjamin kesinambungan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dalam kerangka pembangunan nasional. Sampai saat ini peranan utang baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri masih menjadi sumber utama pembiayaan APBN. Untuk memenuhi pembiayaan APBN tersebut maka pembiayaan melalui utang harus dapat disediakan dalam jumlah yang cukup, tersedia pada saat diperlukan dengan biaya yang efisien dan tingkat risiko terkendali. Utang digunakan untuk membiayai defisit dan sebagian pengeluaran pembiayaan antara lain pelunasan pokok utang jatuh tempo, buyback, dan penerusan pinjaman. Sumber pembiayaan dari utang, meliputi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) yaitu Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) serta pengadaan Pinjaman Luar Negeri (Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek) dan Pinjaman Dalam Negeri. 10

11 2. Mewujudkan kesinambungan fiskal melalui pengelolaan portofolio dan risiko utang Pengelolaan utang yang dilaksanakan secara profesional, akuntabel, dan transparan dimaksudkan untuk mencapai kondisi keuangan negara yang sehat dan mempertahankan kemampuan negara dalam melaksanakan pembiayaan secara berkesinambungan. Pengelolaan utang yang tidak profesional akan berdampak negatif terhadap kondisi fiskal Pemerintah yang tercermin antara lain dalam ketidakmampuan Pemerintah membayar kewajiban utang secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, membengkaknya kewajiban utang di luar perkiraan, dan terhambatnya kegiatan pemerintahan akibat tidak terjaminnya sumber pembiayaan. Selain itu, dampak selanjutnya dapat berupa menurunnya kepercayaan investor dan kreditor, terjadinya penurunan peringkat utang (sovereign credit rating), terhambatnya perkembangan pasar keuangan domestik, serta ekonomi biaya tinggi. Sebagai gambaran, total jumlah nominal utang pada tanggal 31 Desember 2011 mencapai Rp1.803,49 triliun. Jumlah utang yang relatif besar tersebut memerlukan pengelolaan secara cermat dan berhati-hati, karena utang mempunyai dimensi risiko yang berpotensi menimbulkan masalah terhadap kesinambungan fiskal, antara lain risiko nilai tukar, risiko tingkat bunga, dan risiko refinancing. 11

12 Tabel 1.1 Posisi Utang Pemerintah ( ) Des '11 + Nominal % a. Pinjaman (dlm. miliar US$) % 1). Pinjaman Luar Negeri Bilateral *) % Multilateral **) % Komersial ***) % Suppliers ***) % Lain-Lain ***) % 2). Pinjaman Dalam Negeri b. Surat Berharga Negara (dlm. miliar US$) % Denominasi Valas % Denominasi Rupiah % Total Utang Pemerintah Pusat (dlm. miliar US$) % Total Utang Pemerintah Pusat (ekuivalen dlm. triliun Rupiah) Catatan: + Angka Sangat-Sangat Sementara, per 31 Desember 2011 * Termasuk semi commercial ** Beberapa termasuk semi concessional *** Seluruhnya termasuk commercial Sumber: Perkembangan Utang Negara Edisi Januari 2012 Oleh karena itu, pembiayaan APBN melalui utang harus didukung dengan pengelolaan berbagai risiko dimaksud melalui upaya antara lain dengan melakukan: debt securities buyback, loan prepayment, debt-switch/reprofiling, debt swap, restrukturisasi pinjaman, dan hedging. 3. Pengembangan pasar yang dalam, aktif, dan likuid Saat ini, peningkatan target pembiayaan melalui SBN belum sebanding dengan pertumbuhan daya serap pasar SBN domestik yang masih terbatas. Peningkatan likuiditas dan daya serap pasar SBN domestik diperlukan agar target pembiayaan SBN dapat dipenuhi dengan biaya yang efisien tanpa menyebabkan peningkatan risiko utang yang berlebihan. Basis investor baik domestik maupun luar negeri yang besar dan terdiversifikasi, diperlukan untuk memperkuat dan menjaga kestabilan permintaan terhadap instrumen utang negara. Penerbitan utang dalam bentuk SBN berperan strategis dalam pengembangan pasar keuangan khususnya pasar domestik antara lain: 1, , , , , , % diantaranya SBN Denominasi Rupiah (triliun Rupiah) % SBN Denominasi Valas (triliun Rupiah) % Pinjaman Denominasi Rupiah (triliun Rupiah) % Pinjaman Denominasi Valas (triliun Rupiah) % Nilai Tukar Rupiah (IDR/US$1) 9,020 9,419 10,950 9,400 8,991 9,068 12

13 a. Mendukung pengembangan institusi/lembaga keuangan domestik dengan memberikan alternatif instrumen investasi; b. Mendukung kebutuhan industri keuangan dalam pengelolaan ALM; c. Yield SBN berperan sebagai benchmark bagi penerbitan instrumen keuangan lainnya; d. Pasar SBN yang berkembang akan mendukung terbentuknya pasar repo, derivatif yang akan semakin mengefisienkan pasar keuangan secara keseluruhan; dan e. Memperluas basis investor domestik. D. Sistematika Penyajian LAKIP ini bertujuan untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja DJPU pada tahun 2011, yaitu dengan melakukan analisis atas capaian kinerja (performance results) tahun 2011 terhadap rencana kinerja (performance plans) tahun Analisis tersebut memungkinkan teridentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai umpan balik perbaikan kinerja di masa datang. Sejalan dengan hal tersebut, sistematika penyajian LAKIP adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, menyajikan latar belakang, tugas dan fungsi, dan struktur organisasi. Bab II Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja, menyajikan rencana strategis tahun 2011 dan penetapan kinerja tahunan Bab III Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan, menyajikan analisis terhadap capaian kinerja dan keuangan pada tahun Bab IV Penutup, menyajikan simpulan terhadap pencapaian kinerja di tahun Lampiran-lampiran 13

14 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA A. Rencana Strategis Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Nomor KEP- 16/PU/2010 tentang Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Tahun , telah ditetapkan arahan dalam pelaksanaan tugas DJPU dalam periode 5 tahun ke depan yang dituangkan dalam Renstra. Penyusunan Renstra tersebut mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mewajibkan setiap kementerian/lembaga menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan serta tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. 2. Salah satu prioritas bidang ekonomi dalam RPJMN tahun , yaitu Prioritas Pengelolaan APBN yang Berkelanjutan dengan Fokus Prioritas Perumusan Kebijakan Fiskal, Pengelolaan Pembiayaan Anggaran, dan Pengendalian Risiko. Fokus prioritas tersebut ditujukan untuk mengoptimalkan pengelolaan utang pemerintah, baik yang berasal dari SBN maupun pinjaman dengan biaya dan tingkat risiko yang terkelola dengan baik untuk mendukung kesinambungan fiskal. 3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.01/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun , yang mengamanatkan penyusunan Renstra kepada unit-unit organisasi (Eselon I, Eselon II, Instansi Vertikal, dan Unit Pelaksana Teknis/UPT) di lingkungan Kementerian Keuangan. Dalam Renstra tersebut ditetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai DJPU dalam periode Tahun , yaitu: 1. Visi Visi DJPU untuk periode tahun sebagaimana dalam dokumen Rencana Strategis adalah Menjadi Pengelola Utang yang mampu menyediakan 14

15 sumber pembiayaan APBN yang paling efisien dan aman melalui kegiatan pengelolaan yang mengedepankan standar tata kelola internasional, dengan mengutamakan pemanfaatan potensi pendanaan dari pasar keuangan domestik namun dalam perkembangannya telah dilakukan penyempurnaan dan dicantumkan dalam Peta Strategi Tahun 2011 yaitu Menjadi unit yang profesional dalam mendukung pembiayaan APBN secara efisien dan aman untuk menuju kemandirian keuangan negara. Visi tersebut di atas lebih menekankan pada pengelolaan utang secara profesional, yaitu mampu memenuhi standar tata kelola internasional dan memperhatikan penerapan prinsip-prinsip tatakelola yang baik (good governance principles). Penyediaan sumber pembiayaan APBN dilakukan dengan tujuan agar dalam jangka panjang dapat dicapai biaya utang yang minimal dengan tingkat risiko yang terkendali. Di masa yang akan datang, DJPU sebagai unit pengelola utang diharapkan mampu mengendalikan utang agar dapat mendukung peningkatan kemampuan kemandirian keuangan negara. 2. Misi Misi DJPU yang dirumuskan untuk mewujudkan visi tahun yaitu: a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel dengan strategi yang mengedepankan peningkatan daya dukung terhadap ketahanan dan kesinambungan fiskal; b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang yang mendukung stabilitas fiskal; c. Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui upaya mengedepankan sumber-sumber dalam negeri keuangan domestik yang efisien dan stabil; dan pengembangan pasar d. Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional. 15

16 3. Nilai-Nilai Menteri Keuangan telah melakukan Launching Nilai-Nilai Kementerian Keuangan pada tanggal 29 Juli Nilai-nilai ini menjadi penting karena dengan dasar itulah organisasi bergerak mencapai visi dan misinya. Sosialisasi Nilai-Nilai Kementerian Keuangan di lingkungan telah dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober Adapun Corporate value dimaksud terdiri dari 5 nilai dan 10 perilaku utama yaitu: a. Integritas 1) Bersikap jujur, tulus dan dapat dipercaya; Bagan 2.1 Nilai-nilai Kementerian Keuangan 2) Menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal tercela; b. Profesionalisme 3) Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas; 4) Bekerja dengan hati; c. Sinergi 5) Memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati; 6) Menemukan dan melaksanakan solusi terbaik; d. Pelayanan 7) Melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan; 8) Bersikap proaktif dan cepan tanggap; e. Kesempurnaan 9) Melakukan perbaikan terus menerus; 10) Mengembangkan inovasi dan kreativitas. 4. Tujuan Berdasarkan visi dan misi DJPU tahun , maka ditetapkan tujuan pengelolaan utang pada tahun yaitu: 16

17 a. Mengamankan kebutuhan pembiayaan APBN melalui utang dengan biaya minimal pada tingkat risiko terkendali sehingga kesinambungan fiskal dapat terpelihara; dan b. Mendukung upaya untuk menciptakan pasar SBN yang dalam, aktif dan likuid. Adapun tujuan jangka pendek pengelolaan utang tahun 2011 adalah Memastikan tersedianya dana untuk menutup defisit dan pembayaran kewajiban pokok utang secara tepat waktu dan efisien. 5. Sasaran Strategis Sasaran strategis pengelolaan utang untuk tahun 2011 adalah sebagai berikut: a. Pembiayaan dalam jumlah yang cukup, efisien, dan aman bagi kesinambungan fiskal; b. Transparansi pengelolaan utang; c. Akuntabilitas pengelolaan utang; d. Kredibilitas pengelolaan utang; e. Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas; f. Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid; g. Pengelolaan portofolio utang yang optimal; h. Pengelolaan kewajiban utang yang efektif; i. Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan utang; j. Pembentukan SDM yang berkompetensi tinggi; k. Penataan organisasi yang andal; l. Perwujudan sistem TIK yang terintegrasi; m. Pengelolaan anggaran yang optimal 6. Kebijakan Kebijakan yang ditetapkan DJPU pada tahun 2011 adalah sebagai berikut: 17

18 a. Mengoptimalkan potensi pembiayaan utang dari pasar domestik melalui penerbitan SBN Rupiah maupun penarikan pinjaman dalam negeri; b. Terus melakukan diversifikasi instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih berbagai instrumen yang lebih cost-efficient dan risiko minimal; c. Pengadaan pinjaman/kredit luar negeri dilakukan sepanjang untuk memenuhi kebutuhan prioritas, memberikan terms & conditions yang menguntungkan Pemerintah, dan tanpa agenda politik dari kreditor; d. Tetap mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman/kredit luar negeri secara bertahap; e. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dan otoritas pasar modal, terutama dalam rangka mendorong upaya financial deepening; f. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan sovereign credit rating. 7. Strategi Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan strategi-strategi yang efektif dan tepat sasaran, dimana di sisi lain dapat sekaligus mengatasi permasalahan yang ada. Strategi-strategi yang disusun harus dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki, baik internal maupun eksternal. Adapun strategi DJPU untuk periode tahun adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan pengelolaan utang secara prudent dengan tujuan untuk meminimalkan biaya utang pada tingkat risiko yang terkendali; b. Meningkatkan koordinasi dengan unit terkait dalam rangka pengelolaan kas dan kebijakan fiskal serta penyediaan underlying asset penerbitan SBSN; c. Menyelesaikan penyusunan kerangka hukum dalam pengelolaan pinjaman, hibah, kewajiban kontinjensi, dan hedging; d. Menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk pelaksanaan transaksi dalam rangka pengelolaan portofolio utang; e. Melakukan pengembangan instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih berbagai instrumen yang lebih cost-efficient dan risiko minimal; 18

19 f. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), organisasi, teknologi informasi dan komunikasi (termasuk sistem informasi manajemen utang), dan pengelolaan anggaran; g. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dalam pelaksanaan Asset- Liability Management (ALM); h. Mengoptimalkan potensi pendanaan APBN melalui utang dari sumber domestik melalui penerbitan SBN Rupiah maupun penarikan pinjaman dalam negeri agar dapat mengurangi ketergantungan dari pembiayaan luar negeri; i. Mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman luar negeri dalam periode jangka menengah, pengadaan dilakukan sepanjang untuk memenuhi kebutuhan prioritas, memberikan terms & conditions yang wajar (favourable) bagi Pemerintah, dan tanpa agenda politik dari kreditor; j. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter, otoritas pasar modal, dan pelaku pasar dalam rangka mengembangkan pasar SBN domestik yang solid dan efisien melalui perluasan basis investor domestik dan mengoptimalkan infrastruktur pasar yang mendukung pasar SBN yang likuid; k. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan pinjaman dan sovereign credit rating; l. Meningkatkan monitoring dan evaluasi kinerja pelaksanaan pengelolaan utang; m. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik. 8. Program dan Kegiatan Dalam pelaksanaan kegiatan operasional pada tahun 2011, DJPU memiliki program pokok dan program penunjang. Program pokok adalah Pengelolaan dan Pembiayaan Utang, yang dilaksanakan melalui Kegiatan sebagai berikut: a. Pengelolaan Pinjaman; b. Pengelolaan Surat Utang Negara; c. Pengelolaan Pembiayaan Syariah; 19

20 d. Pengelolaan Strategi dan Portofolio Utang; dan e. Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen Utang. Sedangkan program penunjang yang ditujukan untuk memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal, yaitu: kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya DJPU. B. Penetapan Kinerja Pada tahun 2011, DJPU telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan. Pada Kontrak kinerja tersebut terdapat peta strategi (strategy map) dengan 13 sasaran strategis (SS) yang ingin dicapai. Untuk setiap SS yang disusun dan ditetapkan memiliki ukuran yang disebut sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU). Keseluruhan IKU DJPU pada tahun 2011 untuk semua SS berjumlah 26 IKU. Peta strategi merupakan suatu dashboard (panel instrument) yang memetakan SS ke dalam suatu kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan strategi DJPU. Peta strategi memudahkan DJPU untuk mengkomunikasikan keseluruhan strateginya kepada seluruh pejabat/pegawai dalam rangka pemahaman demi suksesnya pencapaian visi, misi, dan tujuan DJPU. Peta strategi DJPU tahun 2011 yang disepakati antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan pada tanggal 25 Februari 2011 ditunjukkan dalam bagan berikut: 20

21 Bagan 2.2 Peta Strategi DJPU Tahun 2011 Peta strategi DJPU memetakan setiap SS yang disusun dalam rangka pencapaian tujuan organisasi sesuai visi dan misi yang diemban. Dengan menggunakan metodologi Balanced Scorecard, setiap SS dikelompokan kedalam empat perspektif, yaitu stakeholders perspective, customers perpective, internal process perspective, dan learning and growth perspective. Dari perpektif stakeholder, terdapat SS yang disusun untuk mewujudkan Pembiayaan dalam jumlah yang cukup, efisien, dan aman untuk mendukung kesinambungan fiskal. Dari perpektif customer terhadap kreditor, investor, dan donor, terdapat SS yang disusun untuk mewujudkan nilai transparansi, akuntabilitas, dan kredibilitas dalam pengelolaan utang. Dari perpektif proses internal DJPU, untuk mendukung pencapaian SS pada dua layer stakeholders perspective dan customers perpective tersebut diperlukan adanya tiga faktor penting berupa perumusan, pengelolaan dan pengembangan serta pengawasan terhadap core business DJPU. Dalam hal ini, proses internal yang dimaksud terkait dengan proses perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas, pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid, pengelolaan portofolio utang 21

22 yang optimal, pengelolaan kewajiban utang yang efektif, dan monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan utang. Sedangkan dari perspektif learning and growth, terdapat empat faktor penting yang harus dikelola dengan baik guna menciptakan modal utama untuk mencapai tujuan organisasi yaitu faktor pengembangan sumber daya manusia, faktor organisasi, faktor teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan faktor pengelolaan anggaran. Sebagai alat ukur pencapaian SS, target 26 IKU DJPU yang ditetapkan pada awal tahun 2011 adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Target Indikator Kinerja Utama Kemenkeu-One Tahun 2011 SASARAN STRATEGIS IKU Realisasi 2010 Target PU-1 Pembiayaan dalam jumlah yang cukup, efisien, dan aman untuk mendukung kesinambungan fiskal 2. PU-2 Transparansi pengelolaan utang 3. PU-3 Akuntabilitas pengelolaan utang 4. PU-4 Kredibilitas pengelolaan utang 5. PU-5 Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas 6. PU-6 Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid a) PU-1.1 Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang cukup, efisien, dan aman b) PU-1.2 Persentase pencapaian target effective cost c) PU-1.3 Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi d) PU-2.1 Persentase publikasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang e) PU-3.1 Opini BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah f) PU-4.1 Indeks kepuasan pengguna layanan g) PU-4.2 Persentase pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran h) PU-5.1 Persentase penyediaan peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang i) PU-5.2 Persentase penyelesaian dokumen strategi pengelolaan utang j) PU-6.1 Tingkat efektifitas edukasi dan komunikasi k) PU-6.2 Persentase jumlah nominal penawaran yang masuk dalam transaksi SBN rupiah terhadap target indikatif 99,47% (Rp190,95 T) 100% (Rp220,47 T) 80,02% 100% 96,04% 100% 117,76% (610 set) 100 % 87,5% 100% (WTP) N/A 3,87 100% 100% 111,11% (40 set ) 100% (2 dok ) 76,74 % (Efektif) 100 % (32 set) 100% (1 dok) 70 % (Efektif) 265,06% 151,50% 22

23 SASARAN STRATEGIS IKU Realisasi 2010 Target PU-7 Pengelolaan portofolio utang yang optimal 8. PU-8 Pengelolaan kewajiban utang yang efektif 9. PU-9 Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan utang 10. PU-10 Pembentukan SDM yang berkompetensi tinggi 11. PU-11 Penataan organisasi yang andal 12. PU-12 Perwujudan sistem TIK yang terintegrasi 13. PU-13 Pengelolaan anggaran yang optimal l) PU-7.1 Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang m) PU-7.2 Akurasi penetapan yield/imbalan SBN dan biaya pinjaman terhadap benchmark n) PU-7.3 Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang bersumber dari dalam negeri o) PU-8.1 Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu p) PU-9.1 Persentase tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku q) PU-9.2 Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan r) PU-10.1 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya s) PU-10.2 Rasio jam pelatihan pegawai DJPU dibandingkan jam kerja t) PU-10.3 Persentase penyusunan Standard Kompetensi Jabatan (Hard Competency) u) PU-11.1 Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi v) PU-11.2 Persentase UPR yang menerapkan manajemen risiko 5,33 % 6,60% N/A 100% N/A 100% 100% 100% 94,73% 100% N/A 100% 90% 80% 5,90% 2,18% N/A 100% 6 dok 4 dok N/A 60% w) PU-11.3 Persentase penyelesaian SOP 100% 100% x) PU-12.1 Persentase pengembangan database utang yang terintegrasi y) PU-13.1 Persentase penyerapan DIPA (non belanja pegawai) z) PU-13.2 Persentase pencapaian penyerapan anggaran dan kinerja output N/A 45% 83,62% 80 % 114,83% 100 % 23

24 A. Capaian IKU BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN Capaian IKU DJPU tahun 2011 pada stakeholders perspective, customer perspective, internal perspective dan Learning & Growth perspective dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Capaian IKU Kemenkeu-One Tahun 2011 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi Persentase Polarisasi Pencapaian Target 1 Pembiayaan dalam jumlah yang cukup, efisien, dan aman bagi kesinambungan fiskal 1.1 Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang cukup, efisien, dan aman 1.2 Persentase pencapaian target effective cost Persen 100,00% 99,17% 118,34% stabilize Persen 100,00% 83,50% 115,63% minimize 2 Transparansi pengelolaan utang 3 Akuntabilitas pengelolaan utang 4 Kredibilitas pengelolaan utang 1.3 Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi 2.1 Persentase publikasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang 3.1 Opini BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah 4.1 Indeks kepuasan pengguna layanan 4.2 Persentase pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran Persen 100,00% 96,80% 113,60% stabilize Persen 100,00% 104,87% 104,87% maximize Persen 100,00% 87,50% 87,50% maximize Indeks 3,87 3,97 102,58% maximize Persen 100,00% 100,00% 100% maximize 24

25 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi Persentase Polarisasi Pencapaian Target 5 Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas 5.1 Persentase penyediaan peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang Persen 100,00% 143,75% 120% maximize 6 Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid 7 Pengelolaan portofolio utang yang optimal 8 Pengelolaan kewajiban utang yang efektif 9 Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan utang 5.2 Persentase penyelesaian dokumen strategi pengelolaan utang 6.1 Tingkat efektifitas edukasi dan komunikasi 6.2 Persentase jumlah nominal penawaran yang masuk dalam transaksi SBN rupiah terhadap target indikatif 7.1 Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang 7.2 Akurasi penetapan yield/imbalan SBN dan biaya pinjaman terhadap benchmark 7.3 Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang bersumber dari dalam negeri 8.1 Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu 9.1 Persentase tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan ketentuan dan Persen 100,00% 100,00% 100% maximize Persen 70,00% 76,33% 109,03% maximize Persen 151,50% 338,71% 120% maximize Persen 6,11% 5,30% 113,26% minimize Persen 100,00% 95,56% 111,12% minimize Persen 100,00% 99,88% 99,88% maximize Persen 100,00% 100,00% 100% maximize Persen 100,00% 99,62% 119,38% stabilize 25

26 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi Persentase Polarisasi Pencapaian Target prosedur yang berlaku 10 Pembentukan SDM yang berkompetensi tinggi 11 Penataan organisasi yang andal 12 Perwujudan sistem TIK yang terintegrasi 13 Pengelolaan anggaran yang optimal 9.2 Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan 10.1 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya 10.2 Rasio jam pelatihan pegawai DJPU dibandingkan jam kerja 10.3 Persentase penyusunan Standard Kompetensi Jabatan (Hard Competency) 11.1 Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi 11.2 Persentase UPR yang menerapkan manajemen risiko 11.3 Persentase penyelesaian SOP 12.1 Persentase pengembangan database utang yang terintegrasi 13.1 Persentase penyerapan DIPA (non belanja pegawai) 13.2 Persentase pencapaian penyerapan anggaran dan kinerja output Persen 100,00% 100,00% 100% maximize Persen 80,00% 87,83% 109,78% maximize Persen 2,18% 2,33% 106,88% maximize Persen 100,00% 100,00% 100% Maximize Dokumen 4 dok 4 dok 100% Maximize Persen 60,00% 100,00% 120% Maximize Persen 100,00% 100,00% 100% Maximize Persen 45,00% 45,00% 100% Maximize Persen 80,00% 95,57% 119,57% Maximize Persen 100,00% 101,54% 101,54% Maximize Keterangan: polarisasi adalah ekspektasi arah nilai aktual dari IKU dibandingkan relatif terhadap nilai target 26

27 B. Evaluasi dan Analisis Kinerja Capaian SS dan IKU DJPU tahun 2011 dari 13 SS dan 26 IKU adalah: SS dan 24 IKU berstatus hijau atau memenuhi dan atau di atas target; dan 2. 1 SS dan 2 IKU berstatus kuning atau kurang memenuhi target. Dengan nilai kinerja sebesar 108,69% (diatas target). Grafik 3.1 Ikhtisar Capaian Kinerja DJPU Secara detail capaian SS dan IKU tersebut adalah sebagai berikut: 1. SS Pembiayaan dalam jumlah yang cukup, efisien, dan aman bagi kesinambungan fiskal dengan indikator: a. Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang cukup, efisien, dan aman Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang cukup, efisien, dan aman yang menjadi IKU unit pengelola utang dihitung dari realisasi penerbitan SBN dan pengadaan pinjaman program. Pemenuhan pembiayaan dari pinjaman yang digunakan sebagai komponen IKU hanya yang berasal dari pinjaman program, tidak termasuk pinjaman proyek karena sifat pinjaman program yang relatif sama dengan SBN dalam hal pola penarikannya. Pinjaman proyek tidak dimasukkan ke dalam komponen IKU karena penyerapan pinjaman proyek sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan kegiatan/proyek pada Kementerian/Lembaga sebagai Executing Agency. Dalam memenuhi target pembiayaan melalui utang, realisasi penerbitan SBN/pengadaan pinjaman program dilakukan dengan menggunakan 27

28 konsep gross agar lebih mencerminkan upaya/kinerja Pemerintah dalam memenuhi total kebutuhan pembiayaan APBN yang berasal dari utang. Terdapat perubahan target pembiayaan melalui utang dari semula Rp220,46 triliun (dalam strategi pembiayaan tahunan melalui utang tahun 2011) menjadi Rp219,96 triliun, karena: 1) perubahan strategi pembiayaan tahunan melalui utang pada bulan November 2011 yang disebabkan terdapat perubahan pada APBN-P berupa penambahan target utang sebesar Rp9,92 triliun (bruto) 2) pengurangan target utang sebesar Rp10,42 triliun, dengan rincian: a) sesuai arahan Presiden untuk tidak meneruskan/membatalkan pinjaman program Climate Change Program Loan sebesar Rp3,87 triliun equivalen USD400 juta; b) sesuai Disposisi Menteri Keuangan pada Nota Dinas Bersama Dirjen Pengelolaan Utang dan Dirjen Perbendaharaan kepada Menteri Keuangan perihal Penyampaian Kebutuhan Kas dari Pembiayaan Utang sehingga penerbitan SBN sebesar Rp6,55 triliun pada bulan Desember 2011 tidak dilaksanakan (penghentian penerbitan SBN), karena proyeksi saldo kas Pemerintah s.d. akhir tahun 2011 dan awal Januari 2012 masih cukup besar untuk membiayai belanja Pemerintah. IKU ini menggunakan polarisasi stabilize, dimana capaian yang diharapkan adalah sesuai atau mendekati target yang ditetapkan. Adapun deskripsi capaian atas IKU ini sebagai berikut: 1) Pada tahun 2011, Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang cukup, efisien, dan aman ditargetkan sebesar 100% (Rp219,96 triliun), dengan realisasi sebesar 99,17% (Rp218,13 triliun), sehingga terdapat kekurangan pembiayaan sebesar 0,83% (Rp1,83 triliun), dengan perincian: a) kekurangan realisasi penerbitan SBN sebesar Rp0,03 triliun. 28

29 b) kekurangan penarikan pinjaman program Bantuan Operasional Sekolah-Knowledge Improvement Transparency and Accountability (BOS- KITA) Refinancing 2 dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Refinancing-World Bank sebesar Rp1,80 triliun equivalen USD230,74 juta, dengan rincian: (1) sebesar USD218,5 juta, karena Withdrawal Application yang telah diajukan masih diproses oleh lender. (2) sebesar USD12,24 juta karena Executing Agency belum mengajukan Withdrawal Application kepada lender untuk penarikan pinjaman. Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang cukup, efisien, dan aman ditargetkan sebesar 100% (Rp219,96 triliun), dengan realisasi sebesar 99,17% (Rp218,13 triliun), yang terdiri dari: a) Pinjaman Program Dalam rangka memenuhi pembiayaan APBN, pada tahun 2011 dilakukan perjanjian Pinjaman Program dengan pemberi pinjaman multilateral dan bilateral yaitu World Bank, Asian Development Bank dan JICA. Selama tahun 2011 telah ditandatangani tiga perjanjian Pinjaman Program baru (LGFGR, PNPM Rural IV, dan DPL 8) dengan target penarikan sebesar USD2.141,9 juta (APBN-P 2011). Realisasi penarikan Pinjaman Program tahun 2011 adalah sebesar USD1.511,16 juta (Rp13.532,47 miliar) atau 88,28% dari target sebesar USD1.741,9 (setelah disesuaikan dengan adanya pembatalan pinjaman program CCPL sesuai dengan instruksi Presiden). Target Pinjaman Program yang tidak direalisasikan adalah sebesar USD230,74 juta antara lain disebabkan karena Withdrawal Application (WA) atas pinjaman dengan refinancing modality (PNPM dan BOSKITA) yang masih diproses Lender dan belum di-reimburse sampai dengan akhir tahun Selain itu terdapat sejumlah pinjaman program dengan refinancing modality yang belum diajukan WA-nya oleh Executing Agency (PNPM Urban dan Rural). 29

30 Tabel 3.2 Sumber, Target, dan Realisasi Pinjaman Program Tahun 2011 (dalam USD) No Lender Nama Program 1 WB 1. Development Policy Loan (DPL) 8 2. Local Government Decentralization Project (LGDP) - DAK Reimbursement 2011 APBN-P (USD) Realisasi s.d. 30 Des % 200,000, ,000, ,200,000 15,105, BOS-KITA Refinancing 2 328,700, ,208, PNPM Refinancing 499,000, ,613, Climate Change 2 200,000, Sub Total WB 1,241,900,000 1,010,927,276 2 ADB 1. Development Policy Support Program (DPSP) 6 2. low Carbon and Resilient Development Program (LCRDP)* 3. Local Government Finance Reform dan Governance Reform (LGFGR) 2 200,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Sub Total ADB 500,000, ,000,000 3 JICA 1. Infrastructure Reform Sector Development Program 3 2. Climate Change Program Loan III* 100,000, ,229, ,000, Sub Total JICA 300,000, ,229,661 4 France Climate Change Program Loan 3* 100,000, Sub Total France 100,000,000 0 TOTAL setelah disesuaikan dengan Cancellation Catatan: * pinjaman program yang dibatalkan TOTAL 2,141,900,000 1,511,156, ,741,900,000 1,511,156, b) Surat Berharga Negara (SBN) Dalam APBN Tahun 2011 telah ditetapkan bahwa target pembiayaan dari Surat Berharga Negara (SBN) Neto yang terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) adalah sebesar Rp126,6 triliun dengan realisasi sebesar Rp119,86 triliun (memperhitungkan accrued interest). 30

31 Tabel 3.3 Target dan Realisasi SBN Tahun 2011 (dalam jutaan rupiah) Target APBN Realisasi % realisasi (Target APBN) SBN jatuh tempo ,00% SBN Netto (APBN) ,64% Rencana Buyback ,00% Kebutuhan Penerbitan ,88% SUN ,17% SUN Domestik ON SPN ORI SUN Valas SBSN ,71% SBSN Domestik IFR SBSN Ritel SDHI SPN-S SBSN Valas (1) Penerbitan SUN Pada awal tahun 2011 ditetapkan target penerbitan SUN bruto sebesar Rp173,154 triliun. Seiring dengan perkembangan realisasi APBN, maka target penerbitan SUN bruto diubah sesuai dengan revisi strategi pembiayaan tahunan menjadi Rp178,1 triliun (Tabel 3.3). Selanjutnya sesuai hasil koordinasi antara Ditjen Pengelolaan Utang dan Ditjen Perbendaharaan, maka penerbitan SBN bulan Desember 2011 diberhentikan mengingat saldo kas Pemerintah dalam kondisi aman untuk pembiayaan APBN pada awal tahun 2012, sehingga target penerbitan SUN bruto menjadi Rp171,56 triliun. Realisasi penerbitan SUN bruto pada tahun 2011 adalah sebesar Rp171,29 triliun di bawah target. Kekurangan tersebut disebabkan antara lain karena adanya kehilangan potensi upsize lelang SUN yang diberhentikan. Selain itu dalam Undang-Undang tentang SUN disebutkan bahwa target penerbitan SUN Neto merupakan jumlah maksimal, dapat lebih kecil sesuai kebutuhan pembiayaan APBN dan kondisi pasar keuangan. 31

32 Pencapaian indikator Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui SUN yang cukup, efisien dan aman didukung dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: i. Penerbitan SUN dalam mata uang rupiah Tahun 2011, target penerbitan SUN dalam mata uang rupiah adalah sebesar Rp148,05 triliun (belum memperhitungkan rencana penerbitan SPN 3 bulan) sedangkan realisasinya sampai dengan 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp149,85 triliun dengan jumlah penawaran yang masuk sebesar Rp405,7 triliun. Jumlah penerbitan tersebut terdiri dari: (i) Penerbitan Obligasi Negara (ON) dalam denominasi Rupiah (tidak termasuk ORI) sebesar Rp393,4 triliun. Penerbitan Obligasi Negara secara reguler dilakukan dengan cara lelang di pasar perdana. Pada setiap penerbitan, jumlah penawaran yang masuk lebih besar dibandingkan dengan penawaran yang dimenangkan dengan bid to cover ratio berkisar dari 1,02 kali sampai 56,63 kali. Hal ini mencerminkan permintaan pasar atas SUN yang cukup baik meskipun fluktuatif, dan dalam setiap penerbitan SUN, Pemerintah selalu memperhatikan cost and risk of borrowing (tidak serta merta memenangkan seluruh bid yang masuk). Pada lelang SUN di pasar perdana tanggal 9 Agustus 2011, Pemerintah tidak memenangkan semua penawaran yang masuk, dikarenakan beban yang harus ditanggung Pemerintah terlalu tinggi. Selama tahun 2011, Pemerintah menerbitkan ON dengan jenis Fixed Rate yang mempunyai struktur jatuh tempo berjangka pendek, menengah dan panjang, yaitu antara tahun 2016 dan Penerbitan ON dalam denominasi Rupiah mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain: (i) struktur jatuh tempo utang yang sudah ada, (ii) 32

33 pengembangan pasar sekunder SUN, (iii) usulan seri SUN yang akan menjadi seri benchmark pada tahun 2012, dan (iv) analisis cost and risk. (ii) (iii) Penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) selama tahun 2011 adalah sebesar Rp40 triliun. Selama tahun 2011, Pemerintah melakukan lelang penerbitan SPN bersamaan dengan penerbitan ON secara reguler sebanyak 22 kali dari target sebanyak 23 frekuensi dengan menerbitkan seri-seri baru sekaligus juga reopening atas seri SPN tersebut. Pada tahun 2011 ini Pemerintah untuk pertama kalinya melakukan lelang penerbitan SPN tenor 3 bulan. Penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) tahun 2011 yaitu seri ORI008 sebesar Rp11 triliun. Penjualan ORI dalam tahun 2011 ditargetkan sebanyak 1 frekuensi dengan target awal nominal penerbitan sebesar Rp7 triliun. Penjualan ORI merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk memperluas basis investor SUN, karena penjualan ORI ditujukan untuk investor individu/perorangan dan berstatus sebagai Warga Negara Indonesia. ORI008 diterbitkan pada tanggal 26 Oktober 2011 dengan nilai nominal Rp11 triliun dan kupon sebesar 7,3% per tahun yang dibayar secara bulanan. ORI008 memiliki tenor selama 3 tahun dengan jatuh tempo pada tanggal 15 Oktober Penerbitan ORI ini dilaksanakan dengan cara bookbuilding melalui Agen Penjual. Dalam rangka mendukung program pelestarian lingkungan hidup, pada penerbitan ORI008 mengangkat tema ORI008 Investasi Hijau Untuk Negeri, dimana beberapa Agen Penjual akan mendonasikan sebagian 33

34 keuntungan penjualan ORI008 untuk mendukung program pelestarian lingkungan hidup. ii. Penerbitan Surat Utang Negara dalam Valuta Asing di Pasar Perdana Internasional (Global Bonds) Penerbitan Global Bonds dalam tahun 2011 ditargetkan sebanyak 2 frekuensi dengan realisasi penerbitan sampai dengan 31 Desember 2011 sebanyak 1 frekuensi. Sejak tahun 2009 sampai dengan tahun ini, Pemerintah melaksanakan penerbitan SUN dalam denominasi US Dollar melalui program Global Medium Term Notes (GMTN) dengan format RegS/144 A, dimana sebelumnya Pemerintah menerbitkan Global Bonds melalui stand alone dengan format RegS/144 A. Hal ini didasari beberapa pertimbangan, yaitu: (i) Dokumentasi penerbitan tidak banyak berbeda dengan program stand alone yang selama ini telah digunakan Pemerintah. (ii) Waktu pelaksanaan transaksi lebih singkat, sehingga Pemerintah dapat menerbitkan SUN valas secara cepat dengan memanfaatkan peluang yang ada. (iii) Pemerintah mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam penerbitan SUN valas, antara lain dalam penentuan waktu pelaksanaan transaksi, merespon minat beli investor individual (private placement). (iv) Biaya dan dokumentasi penerbitan yang cenderung lebih ringan dibandingkan dengan format SEC Shelf Registration. (v) Distribusi penjualan yang mencakup seluruh dunia (termasuk Qualified Institutional Buyers (QIBs) di Amerika Serikat). 34

35 (vi) Dapat digunakan untuk penerbitan dengan metode private placement dengan jumlah investor terbatas. Penerbitan SUN dalam denominasi US Dollar melalui program GMTN terlaksana pada bulan April 2011 dan setelmen pada bulan Mei 2011, dengan nominal penerbitan sebesar USD 2,5 miliar. Sebagaimana penerbitan sebelumnya, penerbitan pada tahun 2011 ini juga mendapatkan sambutan yang baik di pasar internasional. Total volume pemesanan yang masuk mencapai USD6,9 miliar, dimana + USD3,3 miliar dari wilayah Amerika Serikat, + USD1,5 miliar dari wilayah Eropa dan + USD2 miliar dari wilayah Asia. Hasil penerbitan Global Bonds ini menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari para investor internasional terhadap manajemen fiskal dan prospek ekonomi Indonesia jangka panjang. Pada penerbitan SUN dalam denominasi US Dollar tahun 2011, Pemerintah terlebih dahulu melakukan upsizing GMTN Program dari yang semula USD4 miliar menjadi USD9 miliar. Upsizing dilakukan mengingat terhadap jumlah program awal sebesar USD4 miliar, Pemerintah telah menerbitkan SUN valas dengan program GMTN sebesar USD3 miliar pada tahun 2009, sehingga tersisa USD1 miliar. Untuk mengakomodasi penerbitan SUN valas tahun 2010 dan tahun-tahun selanjutnya, perlu dilakukan upsizing GMTN Program, dalam hal ini upsizing dilakukan hingga keseluruhan program menjadi sebesar USD9 miliar (naik USD5 miliar). Pada tahun 2011, Pemerintah membatalkan penerbitan SUN dalam denominasi Yen atau lebih dikenal dengan nama Samurai Bonds/Shibosai. Hal ini dikarenakan kurang kondusifnya Jepang setelah bencana gempa bumi dan tsunami. 35

36 (2) Penerbitan SBSN Target penerbitan SBSN sesuai dengan perubahan strategi utang tahunan tahun 2011 sebesar Rp33,071 triliun, sedangkan realisasi penerbitan SBSN sampai dengan akhir tahun 2011 sebesar Rp33,306 triliun atau mencapai 100,71%. Kelebihan realisasi penerbitan SBSN sebesar Rp235 milyar disebabkan oleh perbedaan kurs pada saat penerbitan SBSN dalam valuta asing. Adapun rincian realisasi penerbitan SBSN tersebut adalah sebagai berikut: i. Penerbitan SBSN dalam mata uang rupiah sebesar Rp24,271 triliun yang terdiri dari: (i) Penerbitan SBSN melalui metode lelang di pasar perdana dalam negeri. Realisasi penerbitan SBSN seri IFR dengan metode lelang di pasar perdana dalam negeri yang dilakukan secara reguler selama tahun 2011 sebesar Rp4,61 triliun dengan frekuensi pelaksanaan lelang sebanyak 8 kali. Jumlah penawaran pembelian yang disampaikan oleh investor melalui lelang SBSN tahun 2011 cukup besar, yaitu mencapai Rp33,706 triliun dengan rata-rata mencapai 480,31% di atas target indikatif setiap penerbitan. Jumlah penawaran yang masuk lebih besar dibandingkan dengan penawaran yang dimenangkan dengan bid to cover ratio berkisar dari 1,25 kali sampai 15,82 kali, disamping terdapat 4 seri yang tidak diambil oleh Pemerintah. Hal ini mencerminkan permintaan pasar atas SBSN yang cukup baik meskipun fluktuatif, dan dalam setiap penerbitan SBSN, Pemerintah selalu memperhatikan cost and risk of borrowing, sehingga tidak selalu memenangkan seluruh bid yang masuk. Sebagian besar penawaran pembelian disampaikan oleh Bank dan Dana Pensiun, masing-masing mencapai 58,62% dan 15,88%. Sementara itu, penawaran 36

37 pembelian oleh investor syariah masih relatif terbatas, yaitu hanya mencapai 2,88%. Meskipun belum merefleksikan harga wajar, penawaran yield yang disampaikan oleh investor semakin rasional, cenderung menurun mendekati owner estimate yang ditetapkan Pemerintah, yaitu dari rata-rata 49,91 bps di atas yield SUN seri benchmark pada tahun 2010, menjadi rata-rata 45,71 bps di atas yield SUN seri benchmark pada tahun Grafik 3.2 Perkembangan Penerbitan SBSN Seri IFR melalui metode lelang Tahun (Miliar Rp) 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, Jumlah Nominal 1,277 6,150 4,610 Jumlah Lelang (ii) Penerbitan SBSN melalui metode Private Placement. Penerbitan SBSN melalui metode Private Placement selama tahun 2011 dilakukan dengan seri Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI) yang merupakan bentuk kerjasama antara Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan Kementerian Agama Republik Indonesia. Realisasi penerbitan SBSN seri SDHI selama tahun 2011 sebesar Rp11 triliun dengan frekuensi penerbitan sebanyak 3 kali. Penerbitan SBSN seri SDHI tersebut menggunakan akad Ijarah Al-Khadamat, dengan tingkat imbal hasil tetap yang mempunyai struktur jatuh tempo berjangka pendek dan 37

38 jangka menengah. Penerbitan SDHI dimaksud merupakan tindaklanjut dari nota-kesepahaman antara Menteri Keuangan dengan Menteri Agama mengenai sinergi kebijakan pengelolaan SBSN oleh Kemenkeu dan pengelolaan dana haji dan dana abadi umat oleh Kementerian Agama yang dilakukan pada tahun Prinsip-prinsip dalam penempatan dana haji dan dana abadi umat dalam SBSN adalah sebagai berikut: Semaksimal mungkin memberikan manfaat bagi pengelolaan Dana Haji dan Dana Abadi Umat (DAU), melalui penyediaan instrumen investasi yang aman dengan imbal-hasil yang kompetitif serta proses penempatan yang hati-hati, transparan, dan akuntabel. Semaksimal mungkin memberikan manfaat bagi pembiayaan APBN, melalui penyediaan sumber pembiayaan pembangunan yang aman dan berkelanjutan. Sampai dengan saat ini, total penerbitan SDHI mencapai Rp26,469 triliun. Namun sudah terdapat 3 seri SDHI yang jatuh tempo pada tahun 2010 dengan nilai nominal mencapai RpRp2,686 triliun. Dengan demikian total outstanding SDHI per akhir tahun 2011 mencapai Rp23,783 triliun. 38

39 (Miliar Rp) 15,000 Grafik 3.3 Perkembangan Penerbitan SDHI Tahun ,000 9,000 6,000 3, Total Penerbitan Total Outstanding Jumlah Nominal 2,686 12,783 11,000 26,469 23,783 Jumlah Seri (iii) Penerbitan SBSN/Sukuk Negara Ritel melalui metode bookbuilding di pasar perdana dalam negeri. Sukuk Negara Ritel ini adalah salah satu jenis Sukuk Negara yang didesain khusus untuk investor individu Warga Negara Indonesia di pasar perdana. Sampai dengan tahun 2011, Pemerintah telah melakukan penerbitan Sukuk Negara Ritel sebanyak tiga kali, yaitu Sukuk Negara Ritel seri SR-001 dan SR-002 yang diterbitkan masig-masing pada tahun 2009 dan 2010, serta SR-003 pada tahun Adapun manfaat dari penerbitan Sukuk Ritel ini, selain untuk pemenuhan kebutuhan pembiayaan APBN, juga antara lain sebagai berikut: Diversifikasi sumber pembiayaan APBN. Memperluas basis investor Surat Berharga Negara di pasar domestik. Memberikan alternatif instrumen ritel yang berbasis syariah bagi investor. Mendukung pengembangan pasar keuangan syariah. Memberikan kesempatan kepada investor kecil untuk berinvestasi dalam instrumen pasar modal yang amanah dan menguntungkan. 39

40 Memperkuat pasar modal Indonesia dengan mendorong transformasi dari savings-oriented society menjadi investment-oriented society. Realisasi penjualan Sukuk Negara Ritel seri SR003 di pasar perdana dalam negeri melalui metode bookbuilding pada tahun 2011 sebesar Rp7,341 triliun. Dari pengalaman penerbitan dan penjualan Sukuk Negara Ritel tersebut, terlihat bahwa Sukuk Negara Ritel sangat diminati oleh masyarakat khususnya investor individu yang tercermin dari: Permintaan tambahan kuota penjualan hampir dari seluruh Agen Penjual pada setiap kali penerbitan Sukuk Negara Ritel, sehingga terdapat pemesanan pembelian dari beberapa Agen Penjual yang tidak disetujui oleh Pemerintah karena jumlah pemesanan telah melampaui kuota penjualan. Total pemesanan pembelian pada setiap kali penerbitan Sukuk Negara Ritel jauh lebih tinggi dibandingkan indikasi awal dari seluruh Agen Penjual, masing-masing mencapai SR-001 = 213,9%, SR-002 = 184,69% dan SR-003 = 103,84%. Besarnya jumlah investor yang menyampaikan pemesanan pembelian Sukuk Ritel, masing-masing investor pada penerbitan SR-001 meningkat menjadi investor pada penerbitan SR-002, serta investor pada SR

41 Tabel 3.4 Perbandingan Distribusi Investor Sukuk Ritel Berdasarkan Wilayah No. Deskripsi Volume Pembelian (%) Jumlah Investor (%) SR-001 SR-002 SR-003 SR-001 SR-002 SR DKI 53,41 52,32 55,40 41,53 41,58 41,17 2. Indonesia Barat Selain DKI 42,84 44,19 40,33 51,65 52,41 52,32 3. Indonesia Tengah 2,55 2,43 2,97 4,41 4,40 4,62 4. Indonesia Timur 1,11 1,06 1,30 2,41 1,61 1,89 Total Tabel 3.5 Perbandingan Distribusi Investor Sukuk Ritel Berdasarkan Profesi No. Deskripsi Volume Pembelian (%) Jumlah Investor (%) SR-001 SR-002 SR-003 SR-001 SR-002 SR PNS 24,61 11,81 12,77 11,33 22,06 22,94 2. Pegawai Swasta 21,54 34,07 31,05 39,02 23,79 23,74 3. Ibu Rumah Tangga 17,01 15,46 15,24 10,91 19,89 18,38 4. Wiraswasta 13,88 23,69 22,91 16,93 19,00 19,09 5. TNI/Polri 00,42 00,22 0,33 00,28 00,46 0,41 6. Lainnya 22,54 14,76 17,70 21,53 14,80 15,44 Total Terkait penerbitan Sukuk Ritel, Pemerintah menetapkan kebijakan penerbitan hanya 1 kali untuk setiap tahun, yaitu mempertimbangkan daya serap investor ritel yang masih terbatas dan untuk memberikan ruang waktu bagi penerbitan intrumen ritel lainnya (ORI). (iv) Penerbitan Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPN-S) melalui metode lelang. Pada tahun 2011 dilakukan penerbitan instrumen SBSN baru berupa Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPN-S) tenor 6 bulan yang dilaksanakan dengan metode lelang. Instrumen SBSN baru tersebut selain berfungsi sebagai instrumen dalam rangka pengelolaan cash mismatch, juga dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan operasi moneter oleh Bank Indonesia (market-based monetary policy). 41

42 Selain itu, penerbitan SPN-S akan mendorong pengembangan pasar keuangan, khususnya pasar uang syariah, Optimalisasi operasional pengelolaan kas Negara dan penyediaan instrumen untuk mendukung pengelolaan likuiditas bagi perbankan syariah. Realisasi penerbitan SPN-S melalui metode lelang selama tahun 2011 sebesar Rp1,32 triliun. ii. Penerbitan SBSN dalam valuta asing di pasar internasional melalui metode bookbuilding Pada tahun 2011 dilakukan penerbitan SBSN dalam valuta asing sebesar USD1 miliar atau ekuivalen Rp9,035 triliun. Penerbitan SBSN dalam valuta asing seri SNI melalui metode bookbuilding di pasar perdana dalam internasional yang dilakukan pada tahun 2011, dengan pertimbangan sebagai berikut: (i) Menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah internasional; (ii) Perluasan basis investor, khususnya Islamic Investors dari pasar internasional; (iii) Menjaga kontinuitas eksistensi dan kehadiran Indonesia di pasar keuangan syariah internasional; (iv) Menghindari terjadinya crowding out di pasar dalam negeri; (v) Mengurangi tekanan terhadap kondisi pasar Surat Berharga Negara (SBN) di dalam negeri; dan (vi) Memanfaatkan momentum potensi permintaan investor internasional yang cukup besar terhadap Sukuk Global Indonesia, mengingat pada tahun 2010 Indonesia tidak melakukan penerbitan Sukuk Global. 42

43 Grafik 3.4 Sebaran Investor Global Sukuk SNI18 Berdasarkan Tipe Investor Retail 7% Insurance and Pension Fund 6% Sovereign & Sovereign Wealth Fund 11% Funds 59% Bank 17% Grafik 3.5 Sebaran Investor Global Sukuk SNI18 Berdasarkan Wilayah Indonesia 12% Middle East/Islamic 30% Asia 32% Eropa 18% US 8% 2) Beberapa tantangan dalam pemenuhan pembiayaan melalui utang, antara lain: a) Pembiayaan melalui utang khususnya SBN perlu memperhatikan keseimbangan antara realisasi penyerapan/belanja pada APBN dan kondisi saldo kas pemerintah dengan keteraturan penerbitan SBN di pasar keuangan; b) Proyeksi realisasi defisit APBN tidak dapat diketahui secara akurat lebih awal sehingga berdampak pada operasi penerbitan dan buyback SBN; c) Potensi daya serap pasar SBN domestik relatif masih terbatas, yang disebabkan antara lain tingginya tingkat imbal hasil/return yang diharapkan oleh institusi keuangan domestik, termasuk masih 43

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang PENGANTAR

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang PENGANTAR PENGANTAR (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja DJPU tahun 2011 sebagai salah satu Unit Eselon I Kementerian Keuangan. LAKIP DJPU disusun

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. D JPU Tahun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

KEMENTERIAN KEUANGAN. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. D JPU Tahun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah KEMENTERIAN KEUANGAN D JPU Tahun 2011 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah D.JPU Tahun 2011 PENGANTAR (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) merupakan perwujudan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN Pengantar Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja DJPU tahun 2010

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DJPU TAHUN 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG LAPORAN AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA Utang merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang digunakan sebagai salah satu bentuk pembiayaan ketika APBN mengalami defisit dan untuk membayar kembali utang yang jatuh tempo

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Perencanaan dan Strategi Utang

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Perencanaan dan Strategi Utang - 30-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Perencanaan dan Strategi Utang 2. IKHTISAR JABATAN : Melaksanakan penyiapan perumusan, evaluasi, analisis, dan rekomendasi strategi pengelolaan utang jangka

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2009 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara - 181-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan, analisis kinerja,

Lebih terperinci

SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN

SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN Salah satu upaya untuk mengatasi kemandegan perekonomian saat ini adalah stimulus fiskal yang dapat dilakukan diantaranya melalui defisit anggaran. SUN sebagai

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF Pembiayaan APBNP 2017 masih didukung oleh peran utang Pemerintah Pusat. Penambahan utang neto selama bulan Agustus 2017 tercatat sejumlah Rp45,81 triliun, berasal dari penarikan pinjaman

Lebih terperinci

Surat Berharga Syariah Negara

Surat Berharga Syariah Negara Lampiran 13 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2011 I. PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi amanat pasal 16 Undang-Undang

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal - 169-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan analisis dan kajian yang terkait dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF Utang Pemerintah Pusat berperan dalam mendukung pembiayaan APBNP 2017. Penambahan utang neto selama bulan September 2017 tercatat sejumlah Rp40,66 triliun, berasal dari penerbitan Surat

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2007 I. Pendahuluan Laporan pertanggungjawaban pengelolaan Surat

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2010 KATA PENGANTAR Strategi merupakan aspek

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010 I. PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi amanat pasal 16 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara - 155-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara 2. IKHTISAR JABATAN : Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara mempunyai tugas melaksanakan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT

Lebih terperinci

FORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2017 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN KEUANGAN 2. Sasaran Strategis K/L : 1.Terjaganya Kesinambungan Fiskal 3. Program : Program

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2 namun acuan yang digunakan adalah indikator indeks; c. bahwa dalam rangka menselaraskan indikator yang digunakan dalam rangka transaksi Surat Utang

2 namun acuan yang digunakan adalah indikator indeks; c. bahwa dalam rangka menselaraskan indikator yang digunakan dalam rangka transaksi Surat Utang No.698, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Surat Utang Negara. Langsung. Transaksi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95/PMK.08/2014 TENTANG TRANSAKSI SURAT UTANG

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Setelmen Transaksi Surat Utang Negara

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Setelmen Transaksi Surat Utang Negara - 237-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Setelmen Transaksi Surat Utang Negara 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan pengumpulan data dan informasi perkiraan pembayaran kewajiban; melakukan rekonsiliasi realisasi

Lebih terperinci

NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA

NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 187/KMK.01/2010 TENTANG STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING PROCEDURE) LAYANAN UNGGULAN KEMENTERIAN KEUANGAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 187/KMK.01/2010 TENTANG STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING PROCEDURE) LAYANAN UNGGULAN KEMENTERIAN KEUANGAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 187/KMK.01/2010 TENTANG STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING PROCEDURE) LAYANAN UNGGULAN KEMENTERIAN KEUANGAN Menimbang : a. MENTERI KEUANGAN, bahwa tujuan utama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DISCLAIMER

DAFTAR ISI DISCLAIMER DAFTAR ISI 1. Tujuan dan Kebijakan Pengelolaan Utang 2. Realisasi APBNP 2017 dan Defisit Pembiayaan APBN 3. Perkembangan Posisi Utang Pemerintah Pusat dan Grafik Posisi Utang Pemerintah Pusat 4. Perkembangan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Peraturan Surat Utang Negara dan Evaluasi Kinerja

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Peraturan Surat Utang Negara dan Evaluasi Kinerja - 205-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Peraturan Surat Utang Negara dan Evaluasi Kinerja 2. IKHTISAR JABATAN : Subdirektorat Peraturan Surat Utang Negara dan Evaluasi Kinerja mempunyai tugas melaksanakan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal.

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Portofolio dan Risiko Pembiayaan Syariah

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Portofolio dan Risiko Pembiayaan Syariah - 190-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Portofolio dan Risiko Pembiayaan Syariah 2. IKHTISAR JABATAN : Melakukan penyiapan bahan perumusan, evaluasi, dan analisis strategi pembiayaan tahunan melalui Pembiayaan

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Pengelolaan Transaksi

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Pengelolaan Transaksi - 26-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Pengelolaan Transaksi 2. IKHTISAR JABATAN: Merumuskan dan melaksanakan kegiatan perencanaan, penyiapan infrastruktur, pelaksanaan, dan penatausahaan transaksi;

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Uang dan Derivatif

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Uang dan Derivatif - 193-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Uang dan Derivatif 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Analisis Pasar Uang dan Derivatif mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan, analisis dan kajian

Lebih terperinci

*13423 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 24 TAHUN 2002 (24/2002) TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

*13423 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 24 TAHUN 2002 (24/2002) TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Copyright (C) 2000 BPHN UU 24/2002, SURAT UTANG NEGARA *13423 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 24 TAHUN 2002 (24/2002) TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-015.07-0/2015 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126/PMK.08/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 170/PMK.08/2008 TENTANG TRANSAKSI SURAT UTANG NEGARA SECARA LANGSUNG DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 246-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Setelmen Transaksi Instrumen Pembiayaan Syariah 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan pengumpulan data dan informasi perkiraan pembayaran kewajiban; melakukan rekonsiliasi

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Portofolio dan Risiko Pinjaman

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Portofolio dan Risiko Pinjaman - 151-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Portofolio dan Risiko Pinjaman 2. IKHTISAR JABATAN : Melakukan penyiapan bahan perumusan, evaluasi, dan analisis strategi pembiayaan tahunan melalui pinjaman, melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Tahun 2009 dibuat bertepatan dengan berakhirnya periode Rencana Strategis (Renstra)

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Berharga Syariah Negara

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Berharga Syariah Negara - 153-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Berharga Syariah Negara 2. IKHTISAR JABATAN: Melaksanakan pemantauan dan analisis terhadap perkembangan pasar keuangan, analisis

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 66-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif I 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif I mempunyai tugas melakukan

Lebih terperinci

PRESENTASI KETUA KELOMPOK KERJA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PRESENTASI KETUA KELOMPOK KERJA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PRESENTASI KETUA KELOMPOK KERJA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Jakarta, 31 Agustus 2004 1 PARADIGMA BARU Penegasan fungsi pejabat perbendaharaan negara; Pemisahan kewenangan administratif dan kewenangan

Lebih terperinci

2015, No Mengingat dengan cara private placement di Pasar Perdana Domestik dengan mencabut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.08/2013 tent

2015, No Mengingat dengan cara private placement di Pasar Perdana Domestik dengan mencabut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.08/2013 tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.947, 2015 KEMENKEU. Surat Utang Negara. Rupiah. Valuta Asing. Pasar perdana Domestik. Private Placement. Penjualan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 85-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Strategi Surat Berharga Negara 2. IKHTISAR JABATAN : Melakukan perumusan, evaluasi, analisis dan rekomendasi strategi pengelolaan Surat Berharga Negara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1229, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Utang Negara. Pasar Internasional. Penjualan. Pembelian Kembali. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137/PMK.08/2013

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 2154-9991-3669-7464 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2011 Daftar Isi i Kata Pengantar ii Ringkasan Eksekutif iv Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011 v BAB I Pendahuluan 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif II

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif II - 83-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif II 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif II mempunyai tugas melakukan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH. BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH. BAB I KETENTUAN UMUM www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

21 Universitas Indonesia

21 Universitas Indonesia BAB 3 GAMBARAN UMUM DEPARTEMEN KEUANGAN DAN BALANCED SCORECARD TEMA BELANJA NEGARA 3.1. Tugas, Fungsi, dan Peran Strategis Departemen Keuangan Republik Indonesia Departemen Keuangan Republik Indonesia

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-015.07-0/2016 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Peraturan Surat Utang Negara

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Peraturan Surat Utang Negara - 223-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Peraturan Surat Utang Negara 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Peraturan Surat Utang Negara mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan peraturan perundang-undangan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 /KMK.08/2013 TENTANG STRATEGI PENGELOLAAN UTANG NEGARA TAHUN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 /KMK.08/2013 TENTANG STRATEGI PENGELOLAAN UTANG NEGARA TAHUN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 /KMK.08/2013 TENTANG STRATEGI PENGELOLAAN UTANG NEGARA TAHUN 2013-2016 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pengembangan Instrumen dan Basis Investor

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pengembangan Instrumen dan Basis Investor - 130-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pengembangan Instrumen dan Basis Investor 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Pengembangan Instrumen dan Basis Investor mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 447/KMK.06/2005 TENTANG STRATEGI PENGELOLAAN UTANG NEGARA TAHUN MENTERI KEUANGAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 447/KMK.06/2005 TENTANG STRATEGI PENGELOLAAN UTANG NEGARA TAHUN MENTERI KEUANGAN, KEPUTUSAN NOMOR 447/KMK.06/2005 TENTANG NEGARA TAHUN 2005-2009, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai tujuan jangka panjang dari pengelolaan utang negara, yaitu untuk meminimalkan biaya utang pada

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja - 234-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PENATAAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA K/L 2016

PENATAAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA K/L 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PENATAAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA K/L 2016 Jakarta, 10 Februari 2015 Dalam rangka penguatan penganggaran berbasis kinerja, dilakukan penataan Arsitektur

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PMK.08/2012 TENTANG PENERBITAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131 /PMK.01/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEUANGAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131 /PMK.01/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEUANGAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131 /PMK.01/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEUANGAN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas dan kinerja

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pemantauan Kewajiban Kontinjensi

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pemantauan Kewajiban Kontinjensi - 252-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pemantauan Kewajiban Kontinjensi 2. IKHTISAR JABATAN : Melakukan pemantauan pelaksanaan kebijakan yang menimbulkan kewajiban kontinjensi, melakukan analisis dan mitigasi

Lebih terperinci

No. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara

No. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara No. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN Perihal: Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

2013, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Lelang Surat Utang Negara Dalam Mata Uang Rupiah Dan Valuta Asing Di Pasar Perdana Domest

2013, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Lelang Surat Utang Negara Dalam Mata Uang Rupiah Dan Valuta Asing Di Pasar Perdana Domest No.358, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Utang Negara. Pasar Perdana. Domestik. Lelang. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/PMK.08/2013 TENTANG LELANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pengelolaan dan Penyajian Data

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pengelolaan dan Penyajian Data - 344-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pengelolaan dan Penyajian Data 2. IKHTISAR JABATAN : Melakukan pengumpulan, penyusunan dan, pemeliharaan database; melakukan penyajian data yang mendukung riset dan

Lebih terperinci

NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN

NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN Detik.com Hingga akhir Mei 2016, total utang pemerintah i pusat tercatat Rp3.323,36 triliun. Naik Rp44,08 triliun dibandingkan akhir April 2016,

Lebih terperinci

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2014

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2014 FORMULIR RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 04 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEUANGAN I. VISI No 0 II. MISI No 0 0 03 04 05 06 III. SASARAN STRATEGIS No 0 Tingkat pendapatan

Lebih terperinci

2015, No b. bahwa untuk memberikan kepastian hukum sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu dilakukan perubahan atas Peraturan Menteri Keuang

2015, No b. bahwa untuk memberikan kepastian hukum sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu dilakukan perubahan atas Peraturan Menteri Keuang BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1705, 2015 KEMENKEU. Pasar. Perdana Domestik. Valuta Asing. Mata Uang Rupiah. Lelang. Surat Utang Negara. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 42-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan Transaksi 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan penyiapan bahan rencana program transaksi dan jadwal penerbitan (calendar of issuance) Surat Berharga Syariah Negara,

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Akuntansi Surat Berharga Negara

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Akuntansi Surat Berharga Negara - 287-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Akuntansi Surat Berharga Negara 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan akuntansi dan rekonsiliasi data terkait dengan pengelolaan Surat Utang Negara

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Peraturan Pembiayaan Syariah

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Peraturan Pembiayaan Syariah - 238-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Peraturan Pembiayaan Syariah 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan penyiapan bahan perumusan peraturan perundang-undangan dan pengkajian peraturan yang berkaitan dengan pembiayaan

Lebih terperinci

Pembiayaan Defisit pada APBN-P URAIAN Realisasi APBN-P Realisasi APBN SURPLUS/(DEFISIT) (4,1) (129,8) (87,2) (98,0)

Pembiayaan Defisit pada APBN-P URAIAN Realisasi APBN-P Realisasi APBN SURPLUS/(DEFISIT) (4,1) (129,8) (87,2) (98,0) Pembiayaan Defisit pada APBN-P 2010 Sebagai konsekuensi dari Penerimaan Negara yang lebih kecil daripada Belanja Negara maka postur APBN akan mengalami defisit. Defisit anggaran dalam batasan-batasan tertentu

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 249-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Dokumen Hukum 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan penyiapan bahan dokumen hukum dan perjanjian dalam rangka penerbitan, pembelian kembali (buy-back), dan penukaran (switching)

Lebih terperinci

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara),

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), 2000 2008 up date 30 November 2008 Ringkasan Eksekutif Rasio Utang (Pinjaman Luar Negeri + Surat Utang Negara) terhadap PDB terus

Lebih terperinci

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEUANGAN I. VISI. Uraian Misi II.

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEUANGAN I. VISI. Uraian Misi II. FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 23 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEUANGAN I. VISI II. MISI No No 02 03 04 05 06 III. SASARAN STRATEGIS No 02 03 04 05 06 07 08

Lebih terperinci

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PENDAHULUAN Bantuan luar negeri dapat berupa pinjaman maupun hibah luar negeri. Pinjaman luar negeri lebih mendesak dibahas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN)

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN) Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN) Jakarta, 30 November 2017 DJPPR Kemenkeu

Lebih terperinci

No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April 2013 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Perihal : Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA--/AG/214 DS 3739-9477-7155-715 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun 213 tentang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN R.I. I K H T I S A R E K S E K U T I F D irektorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Harga Surat Berharga Syariah Negara

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Harga Surat Berharga Syariah Negara - 183-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Harga Surat Berharga Syariah Negara 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan penyiapan bahan pemantauan dan analisis perkembangan harga instrumen keuangan, serta melakukan

Lebih terperinci

Buku Profil DJPK COVER DEPAN. Selayang Pandang DJPK

Buku Profil DJPK COVER DEPAN. Selayang Pandang DJPK Buku Profil DJPK 1 COVER DEPAN Selayang Pandang DJPK Buku Profil DJPK 3 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Selayang Pandang DJPK 4 Buku Profil DJPK NILAI-NILAI KEMENTERIAN KEUANGAN Integritas Berpikir,

Lebih terperinci

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Bab IV Studi Kasus Sebelum melakukan perancangan, akan dipaparkan profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan beserta visi, misi, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, strategi bisnis, strategi TI,

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 312-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Makro 2. IKHTISAR JABATAN : Melakukan penyusunan identifikasi kebutuhan penelitian dan penelaahan, melaksanakan kegiatan penelitian dan penelaahan, dan penyusunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 56-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pelaksanaan Transaksi 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan transaksi, yang meliputi kegiatan penerbitan, pembelian kembali, dan penukaran Surat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa strategi dan kebijakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPATEMEN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPATEMEN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan. No.67, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPATEMEN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75/PMK.08/2009 TENTANG PENERBITAN

Lebih terperinci