LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG"

Transkripsi

1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN R.I.

2 I K H T I S A R E K S E K U T I F D irektorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara. DJPU berfungsi mengintegrasikan pengelolaan portofolio utang negara, yaitu Surat Berharga Negara serta Pinjaman dan Hibah yang pada saat ini merupakan sumber dominan dalam pembiayaan defisit APBN, agar diperoleh sumber pembiayaan dengan biaya rendah dan pada tingkat risiko yang dapat ditolerir. Dalam rangka pelaporan kinerja DJPU Tahun 2008 dan berdasarkan Inpres Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, DJPU menyusun suatu laporan akuntabilitas berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang akan membantu organisasi dalam melakukan analisis dan evaluasi kinerja organisasi secara menyeluruh. LAKIP DJPU menyajikan berbagai keberhasilan pelaksanaan kegiatan maupun berbagai hambatan dalam pelaksanaan kegiatan di bidang pengelolaan utang. Keberhasilan tersebut bukan hanya keberhasilan dari DJPU semata, tetapi juga merupakan keberhasilan seluruh lembaga kepemerintahan, dukungan dunia usaha, serta partisipasi masyarakat secara umum. Beberapa capaian kinerja DJPU dalam tahun 2008 antara lain: 1. Perolehan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK terhadap 2 Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara Tahun Anggaran Perkembangan yang cukup signifikan dalam pengelolaan utang pemerintah. Hal ini, dapat dilihat dari trend rasio utang terhadap PDB yang semakin menurun dari tahun 2000 sampai 2006, yaitu sekitar 88% pada tahun 2000 dan menjadi 33% pada tahun Peningkatan dan atau bertahannya peringkat kredit Indonesia. 4. Perolehan beberapa penghargaan sebagai Best Islamic Deal, Best Indonesia Capital Market Deal, Emerging Asia Bond, Best Deal of the Year, Best Sovereign Deal of the Year in Southeast Asia, dan Best Sovereign Bond dari beberapa institusi internasional. 5. Pencapaian penerbitan SBN Neto sebesar Rp triliun atau 73% dari target APBN-P tahun 2008 sebesar Rp 117,8 triliun, dimana capaian tersebut sudah memenuhi kebutuhan pembiayaan defisit. 6. Perolehan realisasi nilai efektif penarikan utang untuk pinjaman bilateral sebesar Rp ,99 milyar, multilateral sebesar Rp31.088,72 milyar, export credit sebesar Rp4.845,76 milyar dan commercial credit sebesar Rp29,70 milyar atau sebesar 108,60%. 7. Pembayaran cicilan pokok utang dalam negeri sebesar Rp46.779,04 milyar, bunga utang dalam negeri sebesar Rp58.925,18 milyar, cicilan pokok utang luar negeri sebesar Rp63.469,34 miliar, bunga utang luar negeri sebesar Rp28.531,12 miliar. Di samping beberapa kegiatan yang telah terlaksana dengan baik, terdapat pula beberapa kegiatan lain yang hingga akhir tahun 2008 belum terselesaikan, yaitu: 1. Belum disahkannya RUU PHLN dan RPP tentang Hibah Luar Negeri. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 i

3 2. Belum terintegrasi sepenuhnya instrumen utang SBN dan pinjaman yang mengakibatkan belum terselesaikannya rumusan strategi pengelolaan utang jangka menengah. 3. Belum tersusunnya buku panduan penelaahan loan agreement/grant agreement dan buku panduan penatausahaan dokumen PHLN. 4. Belum tersusunnya rumusan terms and condition pinjaman luar negeri yang standar. 5. Belum tersusunnya sistem akuntansi hibah. 6. Belum tersedianya gedung kantor yang dapat menampung seluruh pegawai dalam satu lokasi. Lokasi gedung kantor masih terpisah yaitu sebagian pegawai menempati Gedung A.A. Maramis II dan sebagian lagi menempati Gedung Prijadi Praptosuhardio II milik Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Berbagai keberhasilan kinerja yang telah dicapai oleh DJPU kiranya dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang. Sementara untuk beberapa program/kegiatan yang capaian kinerjanya belum mencapai target sebagaimana direncanakan akan ditingkatkan pada tahun mendatang, sehingga dapat lebih memberi manfaat kepada masyarakat maupun kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan organisasi pengelola utang. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 ii

4 DAFTAR ISI IKHTISAR EKSEKUTIF... DAFTAR ISI... i iii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tugas dan Fungsi, Organisasi, serta Sumber Daya Manusia... 1 C. Sistematika Penyajian LAKIP... 5 II. RENCANA STRATEGIS DAN RENCANA KINERJA... 6 A. Alur Pikir... 6 B. Rencana Strategis... 7 C. Rencana Kinerja III. KEBIJAKAN BIDANG PENGELOLAAN UTANG A. Kebijakan Pokok Pengelolaan Utang B. Kebijakan Pengelolaan Utang Tahun IV. AKUNTABILITAS KINERJA A. Kinerja B. Capaian Kinerja Program, Sasaran, dan Kegiatan C. Evaluasi dan Analisis Pencapaian Kinerja D. Akuntabilitas Keuangan V. PENUTUP LAMPIRAN 1. Tabel Pengukuran Kinerja Kegiatan 2. Tabel Pengukuran Pencapaian Sasaran LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 iii

5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan dan alokasi anggaran diawali dengan penyusunan perhitungan dasar anggaran (baseline budget) sesuai dengan kebutuhan belanja pemerintah pusat yang rasional. Akurasi, kelengkapan, dan komprehensitas data dan model perencanaan dan alokasi anggaran yang kredibel menjadi faktor yang turut menentukan keberhasilan perencanaan dan alokasi anggaran secara tepat. Penyusunan langkah-langkah kebijakan (policy measures) dalam perencanaan dan alokasi anggaran, termasuk dalam hal terjadinya kebutuhan pembiayaan anggaran defisit berupa kebutuhan anggaran yang tidak dapat dicukupi dari sumber penerimaan negara melalui pajak dan bukan pajak, yang selanjutnya disebut dengan pembiayaan anggaran, harus memperhitungkan dampak fiskalnya terhadap posisi keuangan negara baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sebagaimana dimaklumi, pembiayaan defisit anggaran beserta kebutuhan pembiayaan untuk investasi dan penyertaan modal negara, ditutup melalui pembiayaan anggaran yang berasal dari utang dan non-utang. Pembiayaan anggaran yang berasal dari utang harus dilaksanakan secara optimal. Optimalisasi penggunaan utang merupakan kegiatan menentukan kapasitas utang dalam kerangka struktur pendanaan anggaran. Kegiatan tersebut termasuk didalamnya mengantisipasi timbulnya biaya utang, yang terdapat implikasi adanya suatu jumlah optimum atas utang. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) adalah unit eselon I di lingkungan Departemen Keuangan yang mempunyai tugas mengelola utang dan hibah pemerintah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. Tugas dan Fungsi, Organisasi, dan Sumber Daya Manusia 1. Tugas dan Fungsi Dengan telah disahkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara dan adanya pengembangan instrumen pembiayaan pinjaman dalam negeri sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri serta Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 44/PMK.01/2008 tentang Persyaratan dan Pelaksanaan Pemberian Jaminan Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Batubara, pada tahun 2008, DJPU mengalami perubahan dalam struktur organisasi, yaitu berupa penajaman tugas dan fungsi. Perubahan tugas dan fungsi DJPU diantaranya adalah sebagai berikut: a. Reposisi Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah dari middle office menjadi front office; LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 1

6 b. Rencana penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN); c. Direktorat Surat Berharga Negara yang semula berfungsi sebagai front office untuk Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) diubah menjadi front office khusus untuk SUN; d. Pengelolaan pinjaman dalam negeri; e. Pemantauan risiko gagal bayar (default) atas penyediaan anggaran utang kontinjensi melalui dana jaminan pemerintah. Sehubungan dengan hal tersebut, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.1/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan kemudian diganti dengan PMK Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan. PMK ini mulai diberlakukan secara efektif pada tanggal 31 Desember 2008 sebagaimana diatur dalam Pasal 1 PMK Nomor 149/PMK.07/2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan. Berdasarkan PMK Nomor 100/PMK.01/2008, tugas DJPU adalah menyelenggarakan sebagian tugas pokok Departemen di bidang pengelolaan utang dan hibah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, DJPU menyelenggarakan fungsi: a. Perumusan kebijakan Departemen Keuangan di bidang pengelolaan utang dan hibah; b. Pelaksanaan kebijakan dibidang pengelolaan utang dan hibah; c. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang pengelolaan utang dan hibah; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pengelolaan utang dan hibah; e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal. 2. Struktur Organisasi DJPU terdiri dari 6 unit eselon II yaitu 1 Sekretariat Direktorat Jenderal dan 5 Direktorat, dengan susunan sebagai berikut: a. Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal; b. Direktorat Pinjaman dan Hibah mempunyai tugas merumuskan pelaksanaan kebijakan dan standarisasi pengelolaan pinjaman dan hibah berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal; c. Direktorat Surat Utang Negara mempunyai tugas merumuskan pelaksanaan pengelolaan portofolio, pengembangan pasar, analisis keuangan dan pasar SUN, serta merumuskan peraturan dan kebijakan LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 2

7 operasional SUN berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal; d. Direktorat Pembiayaan Syariah mempunyai tugas merumuskan kebijakan pengelolaan pembiayaan syariah yang meliputi penerbitan, penjualan, pembelian kembali, dan penukaran SBSN, perencanaan dan pengembangan instrumen pembiayaan syariah, pemantauan dan analisis perkembangan pasar keuangan, serta penyiapan peraturan dan dokumen hukum, baik yang diterbitkan secara langsung oleh Pemerintah maupun melalui Perusahaan Penerbit SBSN, berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal; e. Direktorat Strategi dan Portofolio Utang mempunyai tugas merumuskan, merekomendasikan, dan mengevaluasi strategi pengelolaan utang, menyusun rencana pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui utang dan hibah, mengkaji pengelolaan utang, merekomendasikan struktur portofolio utang yang optimal, mengelola risiko utang, merumuskan kebijakan dan strategi peningkatan peringkat kredit, mengkoordinasikan pengelolaan strategi utang dengan lembaga terkait, merumuskan strategi pengembangan instrumen utang, memantau risiko dan kewajiban kontinjensi, memantau, merekomendasikan dan mengevaluasi kepatuhan terhadap prosedur standar pengelolaan utang, kode etik, peraturan perundangan, dan perjanjian yang terkait dengan pengelolaan utang; f. Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen mempunyai tugas merumuskan kebijakan monitoring dan evaluasi, verifikasi dan administrasi, penyelesaian pembayaran kewajiban, pelaksanaan akuntansi dan pelaporan, pengembangan sistem informasi utang berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal terkait dengan pinjaman, hibah, dan instrumen pembiayaan syariah. Struktur organisasi DJPU disajikan sebagai berikut: STRUKTUR ORGANISASI DJPU Berdasarkan PMK Nomor 100/PMK.01/2008 DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG Sekretariat Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Surat Utang Negara Direktorat Pembiayaan Syariah Direktorat Strategi dan Portofolio Utang Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen FRONT OFFICE MIDDLE OFFICE BACK OFFICE LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 3

8 3. Sumber Daya Manusia Berdasarkan data pegawai per 31 Desember 2008, data pegawai DJPU adalah sebagai berikut: a). Per Jabatan Data Pegawai DJPU Per Jabatan (per 31 Desember 2008) No. Jabatan Jumlah Pegawai 1 Eselon I 1 2 Eselon II 5 3 Eselon III 22 4 Eselon IV 73 5 Pelaksana 178 JUMLAH 279 b). Per Golongan Data Pegawai DJPU Per Golongan (per 31 Desember 2008) No. Golongan Jumlah Pegawai 1 IV/d 2 2 IV/c 3 3 IV/b 6 4 IV/a 17 5 III/d 26 6 III/c 66 7 III/b 37 8 III/a 28 9 II/d 7 10 II/c II/b 9 12 II/a 1 JUMLAH 279 c). Per Unit Eselon II Data Pegawai DJPU Per Eselon II (per 31 Desember 2008) No. Unit Eselon II Jumlah 1 Sekretariat Direktorat Jenderal 55 2 Direktorat Pinjaman dan Hibah 61 3 Direktorat Surat Utang Negara 35 4 Direktorat Pembiayaan Syariah 26 5 Direktorat Strategi dan Portofolio Utang 27 6 Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen 75 JUMLAH 279 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 4

9 C. Sistematika Penyajian LAKIP LAKIP ini bertujuan untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja DJPU selama tahun Capaian kinerja (performance results) tahun 2008 tersebut selanjutnya akan diperbandingkan dengan rencana kinerja (performance plans) tahun 2008 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi DJPU. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini memungkinkan teridentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai umpan balik perbaikan kinerja di masa datang. Sejalan dengan hal tersebut, sistematika penyajian LAKIP tahun 2008 adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas latar belakang, aspek strategis DJPU, dan struktur organisasi. Bab II Rencana Strategis dan Rencana Kinerja, menjelaskan muatan rencana strategis DJPU untuk periode dan rencana kinerja tahunan Bab III Kebijakan Dibidang Pengelolaan Utang, menjelaskan berbagai kebijakan umum di bidang pengelolaan utang yang diterapkan. Bab IV Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan analisis pencapaian kinerja DJPU dikaitkan dengan pertanggungjawaban terhadap pencapaian sasaran strategis. Bab V Penutup, menjelaskan simpulan menyeluruh dari LAKIP DJPU. Lampiran LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 5

10 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN RENCANA KINERJA A. Alur Pikir LANDASAN UU Nomor 25 Tahun 2004 Tentang SPPN; Inpres 7 Tahun 1999 tentang AKIP; Road Map Departemen Keuangan Tahun ; Renstra Departemen Keuangan Tahun TUGAS Menyelenggarakan sebagian tugas pokok dibidang pengelolaan utang dan hibah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. RENSTRA DJPU TAHUN Visi Misi Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Program Kegiatan Pokok RKT DAN PK DJPU TAHUN 2008 Umpan Balik LAKIP DJPU TAHUN 2008 Umpan Balik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 6

11 B. Rencana Strategis Sebagai organisasi yang memegang peranan strategis di bidang pengelolaan utang, DJPU berupaya meningkatkan kualitas kinerjanya, melalui peran serta setiap pegawai DJPU yang memiliki profesionalisme, integritas dan komitmen yang tinggi atas pencapain kinerja yang ditetapkan dalam dokumen perencanaan strategisnya. Rencana Strategis (Renstra) memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi yang akan ditempuh untuk mencapai visi dan misi yang diemban. Renstra merupakan dokumen yang menggambarkan suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan dari pembuatan keputusan manajerial, dengan memanfaatkan sebanyak-banyaknya pengetahuan antisipatif melalui analisis lingkungan internal dan eksternal, mengorganisasikan usaha-usaha pelaksanaan pencapaian sasaran, melakukan pengelolaan risiko, dan mengukur hasilnya sebagai umpan balik dalam mengevaluasi kinerja di masa akan datang. Berkaitan dengan upaya untuk menciptakan akuntabilitas atas penyelenggaraan kinerja instansi pemerintah, Inpres Nomor 7 Tahun 1999 mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi yang diembannya serta pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang diambil berdasarkan Renstra yang telah ditetapkan. 1. Peran strategis DJPU: a. Memenuhi sebagian pembiayaan defisit APBN DJPU memiliki peran strategis dalam memenuhi sebagian pembiayaan defisit APBN, yaitu yang berasal dari sumber pembiayaan melalui utang. Selain pajak dan bukan pajak, utang mempunyai kontribusi yang penting dalam menjamin kesinambungan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dalam berbagai pembangunan guna peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Sampai saat ini peranan utang baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri adalah sebagai sumber utama pembiayaan defisit APBN (target dalam APBN-P tahun 2008 sebesar Rp triliun dari total pembiayaan sebesar Rp 94.5 triliun). Selain untuk memenuhi target pembiayaan APBN melalui utang yang berasal dari potofolio pinjaman dan penerbitan SBN (Surat Berharga Negara), DJPU juga melaksanakan kegiatan yang meliputi penerbitan/pengadaan dan pengembangan instrumen pembiayaan utang, pengembangan pasar SBN, serta pencarian sumber pembiayaan yang berbiaya rendah dan menguntungkan negara dengan mempertimbangkan struktur portofolio utang yang optimal, biaya dan risiko yang dapat ditolerir, pemilihan instrumen utang yang tepat, dan target utang optimal (debt level optimum). b. Mengelola utang negara; Peran strategis DJPU lainnya adalah mengelola utang itu sendiri. Sebagai gambaran, total jumlah nominal utang sampai dengan 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp triliun, yang terdiri dari LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 7

12 2. Visi dan Misi pinjaman luar negeri sebesar Rp 718 triliun dan Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 906 triliun. Jumlah utang yang besar tersebut memerlukan pengelolaan secara cermat dan berhati-hati, karena utang mempunyai sifat dapat menimbulkan kewajiban dikemudian hari dan dikhawatirkan akan mengurangi pilihan dan keleluasaan pemerintah dikemudian hari untuk melakukan kebijakan pembangunannya sebagai akibat dari penumpukan beban fiskal, maka untuk mencapai kondisi keuangan negara yang sehat dan pengelolaan yang kredibel perlu diimbangi dengan pengelolaan utang yang dilaksanakan secara profesional, akuntable, dan transparan. Kesalahan di dalam pengelolaan utang akan berdampak negatif terhadap perekonomian, antara lain ketidakmampuan dalam membayar kewajiban utang, membengkaknya kewajiban utang di luar perkiraan, menurunnya kepercayaan investor dan kreditor, terjadinya penurunan peringkat utang (sovereign credit rating), terganggunya kesinambungan fiskal (fiscal sustainability), terhambatnya kegiatan pemerintahan akibat tidak terjaminnya sumber pembiayaan, bahkan gagal bayar (default),. a. Visi b. Misi 3. Tujuan Menjadi Pengelola Utang Pemerintah yang Profesional dan Handal sesuai Standar Internasional Dalam rangka pencapaian Visi di atas, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang menetapkan Misi sebagai berikut: a. Mewujudkan pengelolaan pinjaman dan hibah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel; b. Mewujudkan pengelolaan Surat Berharga Negara yang profesional dan akuntabel; c. Mewujudkan pengelolaan strategi dan portofolio utang yang mampu meminimalkan biaya pada profil risiko yang dapat diterima; d. Mewujudkan suatu kebijakan pembiayaan syariah yang tepat dan sesuai dengan prinsip-prinsip keuangan syariah; e. Mewujudkan pelaksanaan evaluasi, akuntansi dan setelmen pengelolaan utang yang tepat, akurat, profesional dan bertanggung jawab serta menyediakan informasi tentang utang kepada para pengambil keputusan secara akurat dan tepat waktu. Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dari misi dan merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu tertentu, 1 sampai 5 tahun kedepan. Berdasarkan visi dan misi tersebut, tujuan DJPU adalah sebagai berikut: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 8

13 a. Mengoptimalkan pengelolaan utang, baik yang berasal dari SBN (government securities) maupun pinjaman (official loan) sebagai alternatif pembiayaan defisit APBN, agar diperoleh sumber pembiayaan dengan biaya rendah dan pada tingkat risiko yang dapat ditolerir; b. Membantu kelancaran tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan kepemerintahan; c. Mendukung pelaksanaan tugas dan administrasi pemerintahan secara efisien dan efektif serta terpadu; d. Meningkatkan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM aparatur sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas kepemerintahan dan pembangunan. 4. Sasaran Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan secara terukur yang akan dicapai secara nyata dalam jangka waktu tahunan, semesteran atau bulanan. Sasaran harus bersifat spesifik, dapat dinilai, diukur, dan menantang namun dapat dicapai, berorientasi pada hasil, dan dapat dicapai dalam periode 1 tahun mendatang. Berdasarkan hal tersebut di atas, sasaran DJPU yang telah ditetapkan pada tahun 2008 adalah sebagai berikut: a. Terselesaikannya peraturan tentang pengelolaan utang; b. Terwujudnya pengamanan rencana penyerapan pinjaman luar negeri (disbursement) baik pinjaman program maupun pinjaman proyek; c. Terlaksananya pengelolaan Portofolio SBN; d. Berkembangnya Pasar dan infrastruktur pendukung SBN; e. Tersedianya strategi pengelolaan utang dengan struktur portofolio yang optimal, tingkat risiko yang terkendali, dan tingkat biaya yang dapat diterima; f. Terlaksananya perencanaan dan kebijakan pembiayaan syariah sebagai alternatif instrumen pembiayaan APBN; g. Terlaksananya evaluasi, akuntansi, dan setelmen utang secara efektif dan efisien; h. Meningkatnya kualitas kelembagaan dan ketatalaksanaan direktorat jenderal; i. Meningkatnya pelayanan kepegawaian; j. Meningkatnya kualitas perencanaan program dan keuangan, pengelolaan keuangan, dan laporan keuangan direktorat jenderal; k. Meningkatnya kualitas pelayanan kerumahtanggaan pengelolaan pemeliharaan sarana gedung, peralatan, dan kendaraan dinas direktorat jenderal; l. Meningkatnya kapasitas/kualitas SDM; LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 9

14 m. Meningkatnya kualitas pembinaan administrasi dan pengelolaan sarana dan prasarana direktorat jenderal. 5. Strategi Strategi pengelolaan utang ditetapkan sebagai berikut: a. Pelaksanaan ketentuan mengenai prinsip kehati-hatian dalam mengelola utang, melalui: 1) Mengupayakan pencapaian target maksimum tambahan bersih utang (pinjaman & penerbitan SBN) +1% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB); 2) Memprioritaskan penerbitan SBN di pasar domestik untuk kepentingan pembiayan defisit dan pembayaran kembali utang (refinancing). b. Pengembangan Pasar Domestik SBN, melalui: 1) Diversifikasi instrumen utang dan perluasan basis investor; 2) Mengembangkan infrastruktur pasar dalam rangka mendukung efisiensi pasar. c. Pengelolaan Pinjaman Luar Negeri yang efektif, melalui: 1) Membiayai proyek yang cost recovery; 2) Memperbaiki project readiness criteria; 3) Membiayai proyek dalam rangka Millenium Development Goals (MDGs). d. Pengelolaan Portofolio SBN yang credible, melalui: C. Rencana Kinerja 1) Menerbitkan obligasi benchmark secara reguler (E.g. 5, 7, 10 and 20 years); 2) Melakukan penukaran obligasi (debt switching) secara lebih aktif dalam rangka memperpanjang jatuh tempo; 3) Melakukan pembelian kembali (buy back) untuk mengurangi outstanding dan mendukung stabilitas pasar. Pada awal tahun 2008, DJPU telah menyusun dokumen perencanaan kinerja berupa RKT dan Penetapan Kinerja (PK) sebagai dasar penyusunan laporan pertanggungjawaban kinerja di akhir tahun 2008 berupa LAKIP RKT memuat kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun 2008, meliputi kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh unit-unit kerja di lingkungan DJPU. Informasi penting yang dimuat dalam RKT 2008 mencakup berbagai kegiatan, indikator kinerja inputs, outputs, dan outcomes. Demikian pula, sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan-kegiatan tersebut harus teridentifikasi dengan jelas, sehingga kegiatan yang dilaksanakan maupun sasaran yang ingin dicapai mengarah pada keberhasilan pencapaian program yang menjadi tanggung jawab DJPU di tahun LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 10

15 1. Program Pokok: Pengelolaan dan Pembiayaan Utang Program ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan: a. Menyusun peraturan di bidang pengelolaan PHLN; b. Menyusun peraturan perundangan-undangan dibidang pembiayaan syariah; c. Menyusun peraturan perundangan-undangan di bidang pinjaman; d. Menyusun peraturan perundangan-undangan tentang pengelolaan SBN; e. Melaksanakan pengelolaan pinjaman dan hibah luar negeri; f. Melaksanakan pengelolaan portofolio SBN melalui penerbitan, pembelian kembali dan penukaran SBN serta pengembangan pasar; g. Mengelola portofolio dan risiko utang; h. Mengelola kebijakan pembiayaan syariah; i. Melaksanakan evaluasi, akuntansi, dan setelmen utang. 2. Program Penunjang Terdapat tiga program penunjang yang ditujukan untuk memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal, dengan rincian sebagai berikut: a. Penerapan kepemerintahan yang baik Program ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, yaitu: 1) Menyusun dokumen kelembagaan dan ketatalaksanaan; 2) Menyelenggarakan pengembangan SDM dan administrasi kepegawaian; 3) Menyusun dokumen pengelolaan keuangan direktorat jenderal; 4) Mengelola gaji, honorarium, dan tunjangan; 5) Menyelenggarakan operasi perkantoran. b. Pengelolaan sumber daya manusia aparatur dengan kegiatan menyelenggarakan pengembangan SDM dan administrasi kepegawaian; dan c. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur negara dengan kegiatan menyediakan sarana dan prasarana operasional direktorat jenderal LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 11

16 BAB III KEBIJAKAN DI BIDANG PENGELOLAAN UTANG A. Kebijakan Pokok Pengelolaan Utang Setelah berada pada periode kebijakan keuangan negara yang fokus pada konsolidasi fiskal pasca krisis ekonomi akhir tahun 1990an, maka dalam periode pemerintahan kebijakan keuangan negara lebih diarahkan untuk menjaga dan mempertahankan momentum pertumbuhan dan memenuhi agenda pembangunan. Untuk tujuan tersebut, pemerintah menjadi pelaku utama pendorong pertumbuhan ekonomi dengan belanja negara yang cukup ekspansif, baik belanja modal, subsidi maupun belanja sosial yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat miskin. Sebagai konsekuensinya APBN pada periode memiliki defisit yang relatif tinggi dibanding periode sebelumnya. Tingginya defisit ini membawa konsekuensi pada tingginya kebutuhan pembiayaan yang harus dipenuhi. Untuk memenuhi defisit yang relatif ekspansif tersebut segala sumber pembiayaan yang tersedia harus digali dan dimanfaatkan seoptimal mungkin baik dari sisi jumlah, kombinasi dan komposisi antar sumber pembiayaan, dengan tetap memperhatikan dan memperhitungkan biaya dan risiko bagi keberlanjutan pembiayaan tersebut dalam jangka panjang agar dampak dari pemilihan sumber pembiayaan yang digunakan di kemudian hari lebih dapat diantisipasi, diperhitungkan, dan dikelola risikonya. Secara garis besar sumber pembiayaan defisit dapat dibedakan atas dua kelompok besar yaitu (1) pembiayaan melalui utang dan (2) pembiayaan non utang. Kebijakan pembiayaan melalui utang yang dilakukan pemerintah dalam memenuhi defisit APBN dan mengurangi ketergantungan pembiayaan APBN pada utang luar negeri, adalah meningkatkan penggunaan instrumen pasar yang berbentuk obligasi, terutama dalam mata uang rupiah. Hal ini disebabkan pembiayaan melalui penerbitan obligasi lebih menguntungkan dibandingkan pinjaman luar negeri. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain: penerbitan obligasi lebih transparan karena mudah untuk mendapatkan benchmark price di pasar modal yang selalu updated setiap saat, lebih fleksibel karena penerbitan dapat dilakukan setiap saat dengan instrumen yang beragam, lebih akuntabel karena melalui public offering sehingga tidak memerlukan proses negosiasi yang lama dan eksklusif, lebih murah karena struktur biaya obligasi lebih sederhana dibandingkan dengan pinjaman luar negeri pada umumnya, serta lebih mudah untuk direstrukturisasikan maupun dikelola risikonya karena dapat dilakukan melalui mekanisme pasar. Kebijakan pemerintah dalam rangka menutup pembiayaan defisit APBN melalui penerbitan obligasi bukan tanpa masalah, sebab ditengarai dapat memunculkan beban baru. Semakin meningkatnya jumlah obligasi pemerintah yang beredar, maka semakin meningkat pula bunga dan pokok utang yang harus dibayar pemerintah. Jika hal ini tidak dikelola dengan baik maka pada saat jatuh tempo pemerintah harus membayar bunga dan pokok utang dalam jumlah yang besar. Untuk mengurangi risiko gagal bayar (default risk) dan risiko pembiayaan (refinancing risk), maka pemerintah melakukan restrukturisasi atas utang obligasi tersebut melalui reprofiling, yaitu dengan cara buyback dan debt switching. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 12

17 Selain itu terkait dengan kebijakan dalam rangka memenuhi pembiayaan defisit APBN melalui pengelolaan pinjaman luar negeri, pemerintah berusaha untuk semakin lebih mandiri dengan mengurangi ketergantungan pembiayaan defisit APBN pada utang luar negeri. Hal tersebut dilakukan dengan lebih mengutamakan pinjaman lunak resmi berjangka panjang dari ADB, Bank Dunia, dan Pemerintah Jepang. Terhadap pinjaman komersial, pemerintah tetap konsisten mengurangi pinjaman berupa fasilitas kredit ekspor (KE) dengan mengganti sumber pembiayaan proyek industri strategis yang selama ini dibiayai KE dengan mengupayakan agar industri strategis tersebut dapat diproduksi di dalam negeri serta dapat dibiayai dari pinjaman perbankan nasional. Dalam rangka upaya pengurangan beban utang, pemerintah memilih strategi untuk rescheduling utang dan debt swap. Rescheduling sudah dilakukan beberapa kali, debt swap juga demikian. Pemerintah sedang mengusahakan untuk mendapat debt swap dari beberapa negara antara lain Jerman, Australia, Perancis dan Amerika Serikat. Debt Swap dinilai cukup efektif dibandingkan dengan penghapusan utang karena risiko ekonomi politiknya lebih ringan sebab didahului dengan program kesepakatan antara kreditor dan debitor. B. Kebijakan Pengelolaan Utang Tahun 2008 DJPU di tahun 2008 melaksanakan beberapa kebijakan yang bertujuan untuk mengoptimalkan pengelolaan utang agar diperoleh sumber pembiayaan dengan biaya rendah dengan tingkat risiko yang dapat ditolerir. Kebijakan yang ditetapkan DJPU pada tahun 2008 adalah sebagai berikut: 1. Mempercepat proses penyusunan draft RUU, serta mengusulkan penetapan hukum dan peraturan perundang-undangan di bidang PHLN; 2. Mempercepat proses penyusunan draft RPP, serta mengusulkan penetapan hukum dan peraturan perundang-undangan di bidang PHLN; 3. Menyusun dan mereviu peraturan dan dokumen hukum yang berkaitan dengan pengelolaan SBN: 4. Melakukan penyusunan ketentuan antara lain tentang pembayaran utang luar negeri, utang dalam negeri, subsidi, dan pembayaran kepada surveyor; 5. Melakukan optimalisasi, efisiensi, dan efektifitas penggunaan pinjaman luar negeri; 6. Meningkatkan sistem penatausahaan pinjaman luar negeri secara tertib dan teratur; 7. Melakukan pengendalian intern (sisdur dan kelembagaan) administrasi pinjaman luar negeri yang lebih intensif; 8. Menyusun peraturan mengenai penyaluran dan pengelolaan pinjaman; 9. Mengkaji komposisi penerbitan SBN dalam rupiah dan mata uang asing dengan mempertimbangkan aspek biaya dan risiko bagi pemerintah; 10. Melakukan penerbitan SBN secara regular; 11. Mengurangi stok utang melalui pembelian kembali obligasi negara sebelum jatuh tempo; 12. Meningkatkan durasi portofolio SBN melalui program pertukaran (debt switching); 13. Memperbaiki likuiditas obligasi negara di pasar sekunder; 14. Membangun kepercayaan pasar dan daya tarik SBN; LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 13

18 15. Menerbitkan SBN yang dapat dijadikan benchmark dan likuid di pasar sekunder; 16. Meningkatkan frekuensi komunikasi dengan otoritas moneter dalam bentuk pertukaran informasi dan dialog, serta menyelaraskan SBN program dengan kebijakan moneter; 17. Mengembangkan infrastruktur yang dibutuhkan bagi pengembangan pasar yang aktif dan likuid; 18. Mengembangkan komunikasi yang baik dengan para pelaku pasar SBN untuk mendapatkan informasi pasar yang akurat; 19. Memantau perdagangan SBN di pasar sekunder untuk mengetahui seri SBN yang diminati pelaku pasar; 20. Meningkatkan kerjasama dengan investor institusi dan regulator pasar keuangan untuk memperluas basis investor; 21. Mengembangkan kerjasama yang baik dengan BI selaku pelaksana kliring, setelmen, dan registrasi; 22. Mengoptimalkan akses pasar informasi melalui penyedia jasa informasi keuangan seperti Bloomberg, PIPU, dll; 23. Menerbitkan berita triwulanan; 24. Menyelenggarakan kegiatan sosialisasi SBN ke berbagai kalangan; 25. Menyeimbangkan profil jatuh tempo obligasi negara; 26. Meningkatkan tertib administrasi pembayaran pinjaman luar negeri; 27. Menyempurnakan sistem pengadministrasian pinjaman yang efektif dan efisien; 28. Menyempurnakan pelaksanaan pengadministrasian dan penagihan pinjaman; 29. Melakukan penutupan perjanjian pinjaman secara tepat waktu; 30. Meningkatnya kualitas monitoring dan evaluasi pendanaan proyek yang dibiayai PHLN, serta pelaksanaan replenishment oleh Executing Agency (EA); 31. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan Bank Indonesia (BI) dan unit terkait intern Departemen Keuangan dalam proses pembayaran bunga dan pokok SBN; 32. Meningkatkan koordinasi dalam rangka penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan direktorat jenderal; 33. Menerapkan prinsip-prinsip good governance; 34. Menyelenggarakan analisis kebutuhan SDM dalam rangka rekrutmen pegawai; 35. Melaksanakan penempatan pegawai sesuai kebutuhan unit; 36. Menyelenggarakan kajian pola mutasi kepegawaian; 37. Menyusun standar kompetensi jabatan; 38. Mengikutsertakan para pegawai dalam berbagai program pelatihan; 39. Mengembangkan aplikasi sistem informasi kepegawaian; 40. Menyelenggarakan pertemuan rutin dengan unit terkait dalam rangka koordinasi pembinaan kepegawaian; 41. Meningkatkan pembinaan dan koordinasi dalam rangka menyusun rencana kerja anggaran, dan pelaksanaannya; 42. Meningkatkan pelayanan pelaksanaan pembayaran gaji dan tunjangan; 43. Melaksanakan pengelolaan sarana dan prasarana direktorat jenderal; LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 14

19 44. Meningkatkan sarana dan prasarana di lingkungan direktorat jenderal. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 15

20 A. Kinerja 2008 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA Pada tahun 2008 program pembiayaan dan pengelolaan utang menghadapi tantangan yang lebih berat bila dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh makin memburuknya kondisi pasar finansial global yang dipicu oleh krisis Subprime Mortgage yang mengakibatkan jatuhnya beberapa lembaga keuangan terkemuka dunia di triwulan ketiga tahun 2008 serta meningkatnya harga-harga komoditi yang dipicu oleh kenaikan harga minyak mentah di pasaran dunia terutama pada paruh pertama tahun 2008 yang mengakibatkan peningkatan imbal hasil (yield) dan volatilitas pasar surat berharga pemerintah. Kenaikan harga minyak pada paruh pertama tahun 2008 telah mendorong Pemerintah untuk melakukan penyesuaian APBN, dengan menaikkan defisit akibat penambahan besaran subsidi yang harus ditanggung, sehingga pada akhirnya meningkatkan kebutuhan pembiayaan melalui penerbitan SBN dan penarikan pinjaman program dalam APBN-P Dengan meningkatnya defisit dari 1,6% menjadi 2,1%, kebutuhan pembiayaan melalui utang neto juga mengalami peningkatan dari Rp74,9 triliun menjadi Rp104,7 triliun. Nilai Utang Pemerintah Indonesia per 31 Desember 2008 Rp1.625 triliun, terdiri dari pinjaman luar negeri sebesar Rp718 triliun dan SBN mencapai Rp906 triliun. Nilai utang yang demikian besar akan menyebabkan beban pembayaran kembali utang yang besar pula bagi APBN, yang berupa pembayaran cicilan pokok dan bunga atas pinjaman dan atau pembelian kembali obligasi dan pembayaran kupon atas obligasi. Oleh karena itu, utang harus dikelola dengan baik dengan kematangan perhitungan (sound and prudent debt management policy). Pengelolaan utang dapat dilihat dari berbagai sisi, misalnya komposisi/portofolio utang yang dikelola, maturity profile (profil jatuh tempo), risiko-risiko pengelolaan utang seperti risiko nilai tukar (foreign exchange risk), risiko pembiayaan (refinancing risk), risiko pasar (market risk), risiko suku bunga (interest rate risk), administrasi dan pencatatan, serta pelaporan dan publikasi data utang. Aspek-aspek tersebut harus dapat dikelola dengan baik, sebab berpotensi menimbulkan dampak negatif di dalam hal pengelolaan utang. Utang yang tidak terkelola dengan baik akan menyebabkan tingginya risiko gagal bayar (default risk), tidak lengkapnya catatan atas utang, terdapatnya opini BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang menolak akuntabilitas pengelolaan utang dan pelaporannya, timbulnya biaya tinggi dalam pengelolaan utang, dan peringkat kredit (credit rating) yang menurun, yang selanjutnya berdampak negatif secara finansial maupun non finansial kepada pemerintah Indonesia. Untuk itu pengelolaan utang yang baik, transparan, dan akuntabel amat diperlukan. Berkaitan dengan pelaksanaan evaluasi kinerja yang dilakukan terhadap keberhasilan pencapaian kinerja dalam RKT tahun 2008, pencapaian kinerja yang berhasil diraih dalam pelaksanaan program pengelolaan dan pembiayaan utang pada tahun 2008, dapat diberikan gambaran sebagai berikut: 1. Pencapaian penerbitan SBN Neto sebesar Rp triliun atau 73% dari target APBN-P tahun 2008 sebesar Rp 117,8 triliun. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 16

21 2. Perolehan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK terhadap 2 Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara Tahun Anggaran 2007, yaitu: a. Laporan Keuangan Bagian Anggaran 61 (cicilan bunga utang); dan b. Laporan Keuangan Bagian Anggaran 97 (cicilan pokok utang dalam negeri); Sementara untuk Laporan Keuangan Bagian Anggaran 96 (cicilan pokok utang luar negeri) BPK menolak memberikan opini (Disclaimer). 3. Penurunan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ke level 32,88%, dibandingkan akhir tahun 2007 yaitu pada level 35%. Debt to GDP Ratio Tahun Rasio utang terhadap PDB 88.00% 77.00% 67.00% 61.00% 56.00% 47.00% 39.62% 35.00% 32.88% 4. Peningkatan dan atau bertahannya peringkat kredit Indonesia (sovereign credit rating), yaitu: c. Lembaga Fitch Ratings telah meng-upgrade rating Indonesia sebesar satu notch dari level BB- ke level BB pada tanggal 14 Februari 2008; d. Moody's Investors Service pada tanggal 2 Desember 2008 memberikan outlook stable kepada Indonesia pada level rating Ba3, dan; e. Standard and Poor (S&P) tetap bertahan di level BB-. Peringkat Kredit Indonesia Per 2008 Tahun Rating Agencies Fitch s B B+ BB- BB- BB- BB Moody s B3 B2 B2 B2 B1 Ba3 S&P s CCC+ B B+ B + BB - BB- 5. Perolehan beberapa penghargaan dari institusi internasional, yakni: a. International Financial Review (IFR) Asia untuk: 1) Best Islamic Deal IDR Sukuk August 2008; dan 2) Best Indonesia Capital Market Deal IDR Sukuk August b. IFR Awards 2008 untuk Emerging Asia Bond. c. Alpha Southeast Asia untuk: 3) Best Deal of the Year; dan LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 17

22 4) Best Sovereign Deal of the Year in Southeast Asia. d. Finance Asia untuk Best Sovereign Bond USD2.2 billion June 2008; e. Asiamoney untuk Best Sovereign Bond USD2 billion January 2008; f. The Assets untuk Best Sovereign Bond USD2 billion January Selain melaksanakan program pengelolaan dan pembiayaan utang, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang juga melaksanakan administrasi hibah, dimana pada tahun 2008 telah dilaksanakan registrasi terhadap 96 dokumen perjanjian hibah dan untuk nilai efektif penarikan hibah tercatat sebesar Rp834.9 milyar. Pencapaian tersebut naik dari sisi dokumen yaitu sebesar 37 dokumen, namun turun secara nominal yaitu dari Rp1.703,8 milyar pada tahun Langkah-langkah yang dilaksanakan untuk lebih meningkatkan penertiban administrasi hibah tersebut antara lain: 1. Meningkatkan koordinasi, sosialisasi, dan pertukaran informasi hibah antara Ditjen Pengelolaan Utang, Kementerian/Lembaga (K/L), dan donor. 2. Dalam rangka kepatuhan penerima hibah untuk meregistrasikan dan memasukkan hibah ke dalam APBN, akan diupayakan penyusunan mekanisme koordinatif dan sosialisasi ketentuan yang menyangkut hibah antara DJPU, Kementerian/Lembaga, dan donor. 3. Penyampaian nomor registrasi ke K/L lebih cepat selain melalui persuratan agar melalui media elektronik. B. Capaian Kinerja Program, Sasaran, dan Kegiatan 1. Program Pengelolaan dan Pembiayaan Utang Program ini bertujuan untuk mengoptimalkan pengelolaan utang, baik yang berasal dari SBN (government securities) maupun pinjaman (official loan) sebagai alternatif pembiayaan defisit APBN, agar diperoleh sumber pembiayaan dengan biaya rendah dan pada tingkat risiko yang dapat ditolerir. Pada tahun 2008 program pengelolaan dan pembiayaan utang dilaksanakan melalui penetapan 7 sasaran sebagai berikut: a. Pencapaian sasaran strategis: Terselesaikannya Peraturan tentang Pengelolaan Utang 1) Penyelesaikan RUU PHLN pada Tingkat Menteri Pada tahun 2008, ditargetkan untuk menyampaikan RUU Pinjaman dan Hibah Luar negeri (PHLN) pada tingkat menteri (100%), berupa draft Naskah RUU PHLN dan draft Naskah Akademik RUU PHLN. Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut ditetapkan hanya tercapai sebesar 50% bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 18

23 Meskipun kedua dokumen tersebut telah selesai disusun, sampai dengan akhir 2008, draft Naskah RUU PHLN dan Naskah Akademis belum dapat disampaikan kepada Menteri Keuangan, karena di dalam perjalanannya berkembang berbagai pemikiran baik dari internal Departemen Keuangan maupun eksternal kementerian lembaga lainnya, yang mengharapkan agar substansi RUU tersebut memerlukan pendalaman lebih lanjut, yaitu seputar tentang apakah perlu diatur dalam RUU PHLN, hal-hal sebagai berikut: a) Ruang Lingkup RUU PHLN (1) Hibah; (2) Pinjaman Dalam Negeri. b) Penajaman rumusan strategi pemanfaatan dan strategi utang yang terkait dengan pembagian peran antara Bappenas dengan Departemen Keuangan. Selain itu, dalam pelaksanaan kegiatan di atas dapat disampaikan pula kendala lain dalam penyelesaian hal tersebut di tahun 2008, yaitu terdapatnya 2 pending matters mengenai materi yang akan diatur dalam draft RUU PHLN, yaitu: a) Pengaturan tentang penjaminan Pemerintah terhadap utang luar negeri BUMN dan/atau utang luar negeri pihak swasta dalam rangka kegiatan Public Private Partnership (PPP). b) Pengaturan tentang monitoring pinjaman luar negeri swasta, terutama mengenai operasionalisasi monitoring oleh Pemerintah dan Bank Indonesia. Dari dua pending matters tersebut diputuskan bahwa pengaturan penjaminan atas pinjaman luar negeri dan monitoring pinjaman luar negeri swasta tidak perlu dimasukan ke dalam draft Naskah RUU PHLN, dengan pertimbangan: a) Penjaminan atas pinjaman luar negeri sangat berisiko bagi APBN. Dengan adanya penjaminan, dikhawatirkan APBN akan menanggung beban yang sangat berat karena bertambahnya contingent liabilities pemerintah. b) Pengaturan penjaminan atas pinjaman luar negeri sebaiknya diatur tersendiri karena memiliki dampak yang luas. Dikhawatirkan apabila dimasukkan ke dalam draft Naskah RUU PHLN hanya akan diatur secara sempit dan parsial. c) Bank Indonesia selaku otoritas moneter sudah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/7/PBI/2008 tanggal 19 Februari 2008 tentang Pinjaman Luar Negeri Perusahaan Bukan Bank, yang mengatur mengenai laporan keuangan atas overseas borrowing yang dilakukan oleh perusahaanperusahaan non perbankan di Indonesia. 2) Penyelesaian Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Hibah Luar Negeri sampai Tingkat Menteri Pada tahun 2008, ditargetkan untuk menyampaikan draft Naskah RPP Hibah kepada Menteri Keuangan (100%). LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 19

24 Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut ditetapkan hanya tercapai sebesar 75% bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Meskipun dokumen tersebut telah selesai disusun, sampai dengan akhir 2008, draft tersebut belum dapat disampaikan kepada Menteri Keuangan karena dalam pembahasan tahun 2008 muncul beberapa masukan mengenai cakupan yang harus diatur dalam RPP Hibah dan masih memerlukan kesepakatan pihak terkait, yaitu: a) Hibah yang bersumber dari dalam negeri; b) Hibah yang timbul akibat dari adanya kerjasama antara pemerintah daerah dalam negeri dan pemerintah daerah luar negeri (sister city); c) Institutional Arrangement antara pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan hibah. Pada tahun 2008 juga terdapat beberapa pending matters mengenai materi yang akan diatur dalam draft RPP Hibah, yang menjadi kendala penyelesaian yaitu: a) Pengaturan mengenai penganggaran hibah yang diterima pada tahun berjalan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); b) Pengaturan mengenai mekanisme pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari hibah. Sampai dengan akhir 2008, telah diputuskan bahwa mekanisme penganggaran hibah yang diterima pada tahun berjalan dapat dilakukan setiap saat, dan pertanggungjawaban hibah yang dilaksanakan setelah APBN-P ditetapkan dilaksanakan melalui Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). 3) Menyediakan Perangkat Peraturan Perundang-undangan di Bidang Pembiayaan Syariah Pada tahun 2008, ditargetkan untuk menyediakan 4 jenis peraturan (100%), berupa Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, dan peraturan pelaksanaan lainnya (perdirjen/kepdirjen). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut ditetapkan tercapai sebesar 100%. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Pada tahun 2008 telah dilaksanakan penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang pembiayaan syariah, dari target sebanyak 4 jenis peraturan sampai dengan 31 Desember 2008 telah disusun sebanyak 4 jenis peraturan dimaksud, yaitu: a) Undang-Undang Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara; b) Peraturan Pemerintah (1) Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2008 tentang Perusahaan Penerbit Surat Berharga Syariah Negara; LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 20

25 (2) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2008 tentang Pendirian Perusahaan Penerbit Surat Berharga Syariah Negara Indonesia; (3) Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2008 tentang Pendirian Perusahaan Penerbit Surat Berharga Syariah Negara Indonesia I. c) Keputusan/Peraturan Menteri Keuangan (K/PMK) (1) PMK Nomor 118/PMK.08/2008 tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Dengan Cara Bookbuilding di Pasar Perdana Dalam Negeri; (2) PMK Nomor 152/PMK.08/2008 tentang Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara Dalam Valuta Asing di Pasar Perdana Internasional. (3) PMK Nomor 218/PMK.08/2008 tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Ritel di Pasar Perdana Dalam Negeri. (4) KMK Nomor 214/KMK.08/2008 tentang Pengangkatan Anggota Dewan Direktur Perusahaan Penerbit Surat Berharga Syariah Negara Indonesia; (5) KMK Nomor 215/KMK.08/2008 tentang Penunjukan Bank Indonesia Sebagai Agen Penata Usaha, Agen Pembayar, dan Agen Lelang Surat Berharga Syariah Negara Di Pasar Perdana Dalam Negeri; (6) KMK Nomor 230/KMK.08/2008 tentang Penetapan Barang Milik Negara Sebagai Aset Surat Berharga Syariah Negara Seri IFR-0001 dan Seri IFR-0002; (7) KMK Nomor 243/KMK.08/2008 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara Dalam Valuta Asing Di Pasar Perdana Internasional Tahun 2008; (8) KMK Nomor 324/KMK.08/2008 tentang Pengangkatan Anggota Dewan Direktur Perusahaan Penerbit Surat Berharga Syariah Negara Indonesia I; (9) KMK Nomor 05/KMK.08/2008 tentang Pembentukan Panitia Seleksi Agen Penjual Dan Konsultan Hukum Dalam Rangka Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Di Pasar Perdana Dalam Negeri Tahun 2008; (10) KMK Nomor 06/KMK.08/2008 tentang Perubahan Atas KMK Nomor 05/KM.8/2008 tentang Pembentukan Panitia Seleksi Agen Penjual Dan Konsultan Hukum Dalam Rangka Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Di Pasar Perdana Dalam Negeri Tahun 2008; (11) KMK Nomor 07/KMK.08/2008 tentang Pembentukan Panitia Seleksi Agen Penjual Dan Konsultan Hukum Dalam Rangka Penjualan Surat Berharga Syariah LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 21

26 Negara Dalam Valuta Asing Di Pasar Perdana Internasional Tahun 2008; d) Keputusan/Peraturan Direktur Jenderal (Kepdirjen/Perdirjen) Kepdirjen Pengelolaan Utang Nomor Kep-85/PU/2008 tentang Pembentukan Panitia Seleksi Agen Penjual Dan Konsultan Hukum Dalam Rangka Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Dalam Valuta Asing Di Pasar Perdana Internasional Tahun Penyusunan peraturan di bidang pembiayaan syariah masih perlu dilakukan, karena berkaitan dengan tuntutan atas kesiapan Pemerintah untuk dapat menyediakan perangkat peraturan perundang-undangan di bidang pembiayaan syariah dan dalam penerbitan SBSN yang masih terus dikembangkan. Sehubungan dengan itu di tahun 2008 juga telah disusun beberapa peraturan lainnya yang masih berbentuk draft yaitu sebagai berikut: (1) RPMK tentang Penerbitan dan Penjualan SBSN Di Pasar Perdana Dalam Negeri Dengan Cara Lelang. (2) RPMK tentang Pengelolaan Aset SBSN yang Berasal Dari Barang Milik Negara. (3) RPMK tentang Penerbitan dan Penjualan SBSN Dengan Cara Penempatan Langsung (Private Placement). 4) Menyediakan Landasan Hukum dalam rangka Penerapan Instrumen Utang Pinjaman Dalam Negeri Pada tahun 2008, ditargetkan untuk menyediakan landasan hukum dalam rangka penerapan instrumen utang pinjaman dalam negeri (100%), yaitu berupa Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah (satu RPP) dan peraturan pelaksanaannya berupa Rancangan Peraturan Pelaksanaan tentang Tata Cara Penarikan Pinjaman Dalam Negeri dan Rancangan Peraturan Pelaksanaan tentang Tata Cara Perencanaan, Pengajuan, dan Penilaian Pinjaman Dalam Negeri (dua peraturan pelaksanaan). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut ditetapkan hanya tercapai sebesar 80% bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: a) Pada tahun 2008 peraturan perundang-undangan di bidang pinjaman dalam negeri, telah ditetapkan yaitu berupa Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah. Dengan ditetapkannya PP tersebut maka telah tersedia landasan hukum dalam rangka pengadaan pinjaman dalam negeri oleh pemerintah. PP ini memberikan alternatif yang semakin luas bagi pemerintah untuk memilih instrumen utang yang digunakan dalam rangka pembiayaan maupun pengelolaan portofolio dan risiko utang. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 22

27 b) Untuk peraturan pelaksanaan dari PP tersebut di atas pada awalnya direncanakan akan disusun dua rancangan. Akan tetapi hal ini tidak dapat direalisasikan karena rancangan peraturan pelaksanaan tersebut diputuskan pimpinan untuk disusun oleh instansi lain, yaitu: (1) untuk Rancangan Peraturan Pelaksanaan tentang Tata Cara Penarikan Pinjaman Dalam Negeri akan disusun oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan; (2) untuk Rancangan Peraturan Pelaksanaan tentang Tata Cara Perencanaan, Pengajuan, dan Penilaian Pinjaman Dalam Negeri akan disusun oleh Bappenas. c) Oleh karena itu, telah diambil langkah-langkah yang dianggap perlu berkenaan dengan penyelesaian kedua rancangan peraturan pelaksanaan PP Nomor 54 Tahun 2008 tersebut, salah satunya melalui koordinasi dengan instansi terkait. 5) Menyediakan Peraturan Tentang Pinjaman Luar Negeri Secara Lengkap dan Komprehensif sesuai dengan Kondisi dan Kebutuhan Pada tahun 2008, ditargetkan untuk menyediakan peraturan tentang pinjaman luar negeri secara lengkap dan komprehensif sesuai dengan kondisi dan kebutuhan (100%), yaitu berupa rumusan amandemen dan/atau penyempurnaan peraturan tentang pinjaman luar negeri dan peraturan pelaksanaan tentang mekanisme pinjaman KE dan komersial luar negeri ditargetkan (dua konsep peraturan). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut ditetapkan hanya tercapai sebesar 50% bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: a) Rumusan amandemen dan/atau penyempurnaan peraturan tentang pinjaman luar negeri telah tersusun dalam bentuk satu konsep peraturan. b) Sementara untuk rumusan peraturan pelaksanaan tentang mekanisme pinjaman KE dan komersial luar negeri ditargetkan tersusun 1 berkas, namun hingga akhir tahun belum sepenuhnya menjadi konsep peraturan, karena dalam penyusunan peraturan pelaksanaan tersebut menunggu penyelesaian penyusunan rumusan amandemen dan/atau penyempurnaan peraturan tentang pinjaman luar negeri. Untuk itu telah diambil langkah-langkah diantaranya mempercepat penyelesaian rumusan amandemen dan/atau penyempurnaan peraturan tentang pinjaman luar negeri agar segera dapat disusun konsep tentang peraturan pelaksanaan tentang mekanisme pinjaman KE dan komersial luar negeri. 6) Menyusun Peraturan terkait Pengelolaan SBN Pada tahun 2008, ditargetkan untuk melakukan review dan menyusun peraturan terkait pengelolaan SUN sebanyak 3 jenis peraturan (100%), yaitu berupa peraturan Menteri Keuangan, LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 23

28 keputusan Menteri Keuangan, dan peraturan/keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang. Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut ditetapkan tercapai sebesar 100% bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Sampai dengan 31 Desember 2008 telah disusun dan direview sebanyak 13 Peraturan, yaitu: a) 4 buah PMK sebagai berikut: (1) PMK Nomor 50/PMK.08/2008 tentang Lelang SUN di Pasar Perdana; (2) PMK Nomor 30/PMK.08/2008 tentang Perubahan Atas PMK Nomor 108/PMK.08/2007 tentang Sistem Dealer Utama; (3) PMK Nomor 170/PMK.08/2008 tentang Transaksi SUN Secara Langsung; (4) PMK Nomor 217/PMK.08/2008 tentang Penjualan SUN Dalam Valas di Pasar Perdana Internasional. b) 6 buah KMK sebagai berikut: (1) KMK Nomor 305/KMK.08/2008 tentang Pembentukan Panitia Seleksi Penerbitan ON Valas; (2) KMK Nomor 304/KM.1/2008 tentang Pembentukan Panitia Seleksi Penerbitan ON Valas Triwulan II Tahun 2008; (3) KMK Nomor 795/KM.1/2008 tentang Perubahan Atas KMK Nomor 305/KMK.08/2008 tentang Pembentukan Panitia Seleksi Penerbitan ON Valas; (4) KMK Nomor 388/KM.1/2008 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penjualan ON Valas; (5) KMK Nomor 557/KM.1/2008 tentang Perubahan Atas KMK Nomor 388/KM.1/2008 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penjualan ON Valas; (6) KMK Nomor 735/KM.1/2008 tentang Perubahan Kedua Atas KMK Nomor 388/KM.1/2008 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penjualan ON Valas. c) 2 buah Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dan 1 buah Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang sebagai berikut: (1) Perdirjen Pengelolaan Utang Nomor PER-01/PU/2008 tentang Perubahan Atas Perdirjen PU Nomor PER- 02/PU/2007 tentang Pedoman Penggunaan Infrastruktur Perdagangan Sistem Dealer Utama; (2) Perdirjen Pengelolaan Utang Nomor PER-02/PU/2008 tentang Perubahan Kedua Atas Perdirjen PU Nomor PER- 02/PU/2007 tentang Pedoman Penggunaan Infrastruktur Perdagangan Sistem Dealer Utama. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 24

29 (3) Kepdirjen Nomor KEP-87/PU/2008 tentang Surat Utang Negara Seri Benchmark Tahun Keseluruhan peraturan tersebut di atas telah mendapat penetapan, atau dapat tercapai sebesar 100%. b. Pencapaian sasaran strategis: Terwujudnya pengamanan rencana penyerapan pinjaman luar negeri (dishbursment) baik pinjaman program maupun pinjaman proyek 1) Menyusun Laporan pengembangan sistem informasi Pada tahun 2008, ditargetkan untuk menyusun satu laporan pengembangan sistem informasi (100%). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut ditetapkan hanya tercapai sebesar 0% bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Kegiatan pengembangan sistem informasi merupakan hibah dari IDB, yang bertujuan: a) untuk pengembangan information technology system; b) untuk training bagi trainer; c) untuk pengembangan sumber daya manusia; Berdasarkan hasil konsultasi dengan pengelola proyek Government Financial Management and Revenue Administration Project (GMRAF) Departemen Keuangan, untuk kegiatan pengembangan dan instalasi IT system, perlu diusulkan kepada IDB untuk melakukan perubahan berupa redesign pengembangan sistemnya, usulan tersebut hingga saat ini belum mendapat respon secara resmi dari IDB. Laporan kegiatan pengembangan sistem informasi sampai dengan akhir tahun 2008 belum dapat tersusun sebagaimana mestinya, sebab beberapa bagian dari laporan masih memerlukan konfirmasi dari IDB selaku penyedia dana hibah. 2) Menyusun laporan pelaksanaan misi/apraisal dan analisa kelayakan proyek yang dibiayai PHLN Pada tahun 2008, ditargetkan untuk menyusun laporan pelaksanaan misi/apraisal dan analisa kelayakan proyek yang dibiayai PHLN, sebanyak 4 laporan (100%). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut ditetapkan hanya tercapai sebanyak 1 laporan (25%) bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Untuk kegiatan ini hanya terealisasi sebanyak satu laporan disebabkan karena misi/appraisal dalam rangka analisa kelayakan proyek yang dibiayai PHLN tersebut bersifat request-based, dimana pendampingan misi hanya dilaksanakan apabila lender/calon Lender mengajukan permintaan pendampingan. Pada tahun 2008, LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 25

30 lender yang mengajukan permintaan untuk pendampingan misi/apraisal dan analisa kelayakan proyek yang dibiayainya hanya IDB (Islamic Development Bank). 3) Menyusun laporan hasil evaluasi kesiapan proyek Pada tahun 2008, ditargetkan untuk menyusun laporan hasil evaluasi kesiapan proyek, sebanyak 20 laporan (100%). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut ditetapkan hanya tercapai sebanyak 1 laporan (5%) bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Untuk kegiatan ini hanya terealisasi sebanyak satu laporan dari 20 laporan yang ditargetkan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar proyek evaluasi kesiapannya dilaksanakan bersamaan dengan rapat interdep persiapan negosiasi, di sisi lain terdapat keterbatasan waktu dalam pelaksanaan evaluasi kesiapan proyek bila dihadapkan dengan saat pelaksanaan negosiasi pinjaman dengan pihak lender. Sehingga, diambil kebijakan agar evaluasi kesiapan proyek dilaksanakan bersamaan dengan rapat interdep persiapan negosiasi, dimana materi laporan evaluasi kesiapan proyek dituangkan dalam dokumen hasil rapat interdep tersebut. 4) Menyusun laporan pemantauan dan supervisi proyek yang dibiayai PHLN Pada tahun 2008, ditargetkan untuk menyusun laporan pemantauan dan supervisi proyek yang dibiayai PHLN, sebanyak 4 laporan (100%). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut tercapai sebesar 100% bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Dari target sebanyak 4 laporan, pada tahun 2008 telah terealisasi sebanyak 4 laporan (100%). 5) Menyusun dokumen loan agreement/grant agreement a) Penyusunan dokumen loan agreement/grant agreement Pada tahun 2008, ditargetkan untuk menyusun dokumen loan agreement/grant agreement, sebanyak 20 buah dokumen (100%). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut ditetapkan tercapai sebesar 117 buah dokumen (585%) bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Pada tahun 2008, proses negosiasi loan Agreement dengan Lender sebanyak 70 kali, dan telah dilaksanakan penandatanganan sebanyak 59 loan agreement, yang terdiri dari pinjaman program maupun pinjaman proyek. loan agreement tersebut berasal dari 16 kreditor antara lain: IDA, IBRD, ADB, Perancis, Inggris, Spanyol, Swiss, Jerman, Austria, LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 26

31 Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Singapura, China, Korea Selatan, dan Polandia. Dari 59 Loan Agreement yang ditandatangani pada tahun 2008, seluruhnya telah dinyatakan efektif. Sementara itu, proses negosiasi Grant Agreement dengan donor di tahun 2008 sebanyak 60 kali, dan telah dilaksanakan penandatanganan sebanyak 58 Grant Agreement. Hibah tersebut berasal dari 15 Donor antara lain: IDA, IBRD, IDB, IFAD, ADB, Australia, Kanada, China, Denmark, International Organization, Jepang, Korea Selatan, Belanda, Philipina dan Inggris. Jumlah Loan/grant agreement yang ditandatangani mencapai 117 dokumen. b) Nilai Triliun Rupiah Dokumen Loan/Grant Agreement Pada tahun 2008, nilai rupiah yang akan dituangkan dalam dokumen Loan agreement/grant agreement, belum diperkirakan secara pasti jumlahnya, sehingga di dalam dokumen RKT 2008 tercantum dengan inisial PM (pre memorandum). Jumlah keseluruhan pinjaman luar negeri dan hibah yang berhasil dicantumkan dalam loan/grant agreement di tahun 2008 sebanyak Rp61,7 Triliun. 6) Menyusun buku panduan penelaahan loan agreement/grant agreement Pada tahun 2008, ditargetkan untuk menyusun 1 buku panduan penelaahan loan agreement/grant agreement (100%). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut ditetapkan hanya tercapai sebesar 0% bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Target untuk menyusun 1 buku sampai akhir tahun 2008 baru tercapai dalam bentuk draft. Hal ini disebabkan masih perlunya materi tambahan guna memperkaya bahasan. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 27

32 7) Menyusun buku panduan penatausahaan dokumen PHLN Pada tahun 2008, ditargetkan untuk menyusun 1 buku panduan penatausahaan dokumen PHLN (100%). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut ditetapkan hanya tercapai sebesar 0% bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Target untuk menyusun 1 buku sampai akhir tahun 2008 baru tercapai dalam bentuk draft. Hal ini disebabkan masih perlunya materi tambahan guna memperkaya bahasan. c. Pencapaian sasaran strategis: Terselenggaranya pengelolaan pembiayaan utang melalui pengelolaan portofolio SBN Dalam APBN Tahun 2008 telah ditetapkan bahwa target pembiayaan SBN Neto adalah sebesar Rp 91,6 triliun. Melihat perkembangan kondisi APBN, target ini kemudian direvisi melalui APBN Perubahan Tahun 2008 menjadi Rp 117,8 triliun dan sampai dengan akhir tahun 2008 telah terealisasi sebesar Rp triliun atau sebesar 73% dari target. Jumlah nominal tersebut merupakan target neto, yaitu jumlah penerbitan SBN baru setelah dikurangi dengan jumlah SBN yang jatuh tempo maupun dibeli kembali oleh pemerintah sebelum jatuh tempo (buyback), sehingga penetapan target dapat berubah sesuai realisasi penerbitan dan besaran buyback. Untuk melaksanakan pengelolaan portofolio SBN dilakukan kegiatan: 1) Penerbitan SUN dalam Valuta Asing (International Bonds) Pada tahun 2008, Penerbitan SUN dalam valuta asing ditargetkan sebesar Rp24,30 triliun rupiah dan dari sisi penerbitan sebanyak 1 frekuensi (100%). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut sampai dengan 31 Desember 2008 dari sisi rupiah tercapai Rp39,31 triliun rupiah (US$4,20 miliar) dari target sebesar Rp 24,30 triliun rupiah atau tercapai sebesar 161,77% dan dari sisi penerbitan terlaksana sebanyak 2 frekuensi dari target 1 frekuensi atau tercapai sebesar 200%, bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Frekuensi penerbitan international bonds tersebut disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan APBN tahun Dengan mempertimbangkan daya serap pasar SBN domestik, pada tahun 2008 dilaksanakan 2 kali penerbitan International Bonds yaitu pada bulan Januari dan Juni Penerbitan International Bonds di pasar perdana internasional yang pertama dilaksanakan pada awal bulan Januari tahun 2008, dengan nominal sebesar USD 2 miliar. Penerbitan tersebut dilakukan dengan dual tranches, yaitu seri INDO-18 sebesar US$ setara Rp14,31 triliun dan INDO-38 sebesar US$ setara Rp15,44 triliun. Penerbitan International Bonds pada tahun 2008 ini adalah untuk keenam kalinya sejak penerbitan pertama pada tahun 2004 lalu. Sebagaimana penerbitan sebelumnya, penerbitan pada tahun 2008 ini juga mendapatkan sambutan yang baik di pasar internasional. Adapun distribusi investor berdasarkan regional, untuk INDO-18 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 28

33 yaitu Asia (24%), Eropa (29%), dan Amerika (47%). Yield INDO-18 ini adalah 6,950%. Distribusi investor berdasarkan regional untuk INDO-38 adalah Asia (10%), Eropa (38%) dan Amerika (52%). Yield INDO-38 adalah 7,750%. Hasil penerbitan ini menunjukkan kepercayaan investor internasional terhadap manajemen fiskal dan prospek ekonomi Indonesia jangka panjang. Penerbitan International Bonds di pasar perdana internasional yang kedua dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2008, dengan nominal sebesar USD2,20 miliar. Penerbitan dilakukan dalam triple tranches, yaitu seri INDO-14 (reopening) sebesar US$ setara Rp12,164 triliun, INDO-18 (reopening) sebesar US$ setara Rp19,06 triliun, dan INDO-38 (reopening) sebesar US$ setara Rp27,42 triliun. Sebagaimana penerbitan sebelumnya, penerbitan pada tahun 2008 ini juga mendapatkan sambutan yang baik di pasar internasional. Adapun distribusi investor berdasarkan regional, untuk INDO-14 (reopening) yaitu Asia (13%), Eropa (28%), dan Amerika (59%). Yield untuk INDO-14 tersebut adalah 6,694%. Distribusi investor berdasarkan regional untuk INDO-18 (reopening) adalah Asia (19%), Eropa (47%) dan Amerika (34%). Yield INDO-18 tersebut adalah 7,278%. Distribusi investor berdasarkan regional untuk INDO-38 (reopening) adalah Asia (15%), Eropa (22%) dan Amerika (63%). Yield INDO-38 tersebut adalah 8,154%. Sehubungan dengan kinerja penerbitan International Bonds pada tahun 2008, telah diperoleh penghargaan internasional, yaitu The Assets Triple A Deal of The Year 2008 untuk kategori sebagai berikut: a) Best Issuer; b) Best Sovereign Bond untuk penerbitan Obligasi Negara dalam valuta asing seri INDO-18 dan INDO-38; c) Best Deal in Indonesia untuk penerbitan Obligasi Negara dalam valuta asing seri INDO-18 dan INDO-38. The Asset sebagai salah satu media keuangan internasional memberikan penghargaan tersebut karena menilai Indonesia telah berhasil dalam menerbitkan International Bonds dengan tenor 10 dan 30 tahun di tengah-tengah krisis keuangan global yang penuh tantangan. 2) Penerbitan SUN dalam mata uang rupiah Pada tahun 2008, Penerbitan SUN dalam mata uang rupiah ditargetkan sebesar Rp101,80 triliun rupiah (100%) dan dari sisi penerbitan Obligasi Negara sebanyak 16 frekuensi, Surat Perbendaharaan Negara 6 frekuensi, Obligasi Negara Ritel 2 frekuensi, untuk frekuensi penerbitan diberikan penjelasan secara terpisah. Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut sampai dengan 31 Desember 2008 dari sisi rupiah tercapai Rp82,23 triliun rupiah dari target sebesar Rp Rp101,80 triliun rupiah atau tercapai sebesar 80.78%, bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 29

34 Penerbitan SUN dalam mata uang rupiah tersebut disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan APBN tahun Penerbitan SUN dalam mata uang rupiah dilaksanakan melalui 3 kegiatan, antara lain: a) Penerbitan Obligasi Negara Penerbitan Obligasi Negara (ON) secara reguler dalam tahun 2008 ditargetkan sebanyak 16 frekuensi dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 18 frekuensi. Dengan demikian tingkat capaian output adalah sebesar 112,5%. Penerbitan ON secara reguler dilakukan dengan cara lelang di pasar perdana. Pada setiap penerbitan, jumlah penawaran yang dimenangkan lebih rendah dari jumlah penawaran yang masuk dengan bid to cover ratio berkisar dari 1,00 kali sampai 6,32 kali. Hal ini mencerminkan bahwa dalam setiap penerbitan SUN, Pemerintah selalu memperhatikan biaya dan risiko dari pinjaman (cost and risk of borrowing). Total nilai nominal ON dalam denominasi rupiah yang diterbitkan pada tahun 2008 dengan tingkat bunga tetap adalah sebesar Rp41,5 triliun, ON dengan tingkat bunga mengambang sebesar Rp5 triliun sedangkan ON dengan pembayaran bunga secara diskonto sebesar Rp9,55 triliun dan memiliki waktu jatuh tempo berjangka pendek, menengah dan panjang, yaitu antara tahun 2010 dan Penerbitan ON dalam denominasi rupiah mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain: (i) struktur jatuh tempo utang yang sudah ada, (ii) pengembangan pasar sekunder SUN, dan (iii) analisis biaya dan risiko (cost and risk). Mengantisipasi minat investor yang cenderung bergeser dari instrumen jangka menengah sampai panjang ke instrumen jangka pendek sehubungan dengan kondisi ketidakpastian pasar karena adanya krisis keuangan global, pemerintah mengambil inisiatif untuk menerbitkan instrumen ON jangka pendek. Alternatif instrumen jangka pendek yang diterbitkan oleh Pemerintah adalah ON dengan tingkat bunga mengambang (variable rate bond), yaitu ON yang memberikan bunga sesuai dengan Sertifikat Bank Indonesia tenor 3 bulan. Penerbitan variable rate bond dilakukan pemerintah pada tanggal 15 Mei Seri yang diterbitkan adalah seri VR0032 yang jatuh tempo pada tanggal 25 April 2011 (tenor 3 tahun) sebesar Rp5 triliun. b) Penerbitan Surat Perbendaharaan Negara Penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dalam tahun 2008 ditargetkan sebanyak 6 frekuensi, dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 6 frekuensi. Dengan demikian tingkat capaian outputs adalah sebesar 100%. SPN adalah SUN yang jangka waktu jatuh temponya sampai dengan 12 bulan. Penerbitan SPN dilakukan oleh pemerintah pada tanggal 29 April 2008, dengan menerbitkan SPN seri LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 30

35 SPN Total penawaran yang masuk terhadap SPN sebesar Rp1,585 triliun, dan nominal yang dimenangkan sebesar Rp1 triliun. Pemerintah menerbitkan kembali (reopening) SPN seri SPN pada bulan Mei dan Juni Pada reopening- 1 dan reopening-2 seri SPN , pemerintah memenangkan penawaran yang masuk masing-masing sebesar Rp1,90 triliun dan Rp2,35 triliun. Pada bulan Agustus 2008, pemerintah kembali menerbitkan SPN seri baru yaitu SPN Jumlah penawaran yang masuk mencapai Rp4,434 triliun, nominal yang dimenangkan sebanyak Rp3,050 triliun. Pemerintah menerbitkan kembali (reopening) seri SPN sebanyak Rp1,712 triliun. Secara total sepanjang tahun 2008, pemerintah telah menerbitkan SPN seri SPN dan SPN serta melakukan reopening terhadap seri tersebut. Pada bulan September 2008, Pemerintah melakukan reopening SPN , namun tidak ada yang dimenangkan. Dari 6 kali penerbitan tersebut, total penawaran yang masuk adalah Rp16,090 triliun dan yang dimenangkan pemerintah adalah sebesar Rp10,012 triliun. Untuk meningkatkan minat investor atas instrumen SPN dan mendorong perkembangan pasar SPN, Pemerintah telah melakukan perubahan terhadap PP nomor 11 tahun 2006 dengan menerbitkan PP nomor 27 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas diskonto SPN, dimana pemungutan pajak atas diskonto SPN dilakukan di pasar sekunder dan pada saat jatuh tempo dengan tarif sebesar 20% final. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 31

36 c) Penjualan Obligasi Ritel Indonesia Penjualan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) dalam tahun 2008 ditargetkan sebanyak 2 frekuensi dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 2 frekuensi. Dengan demikian tingkat capaian outputs adalah sebesar 100%. Penjualan ORI merupakan salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah untuk memperluas basis investor SUN dan ditujukan untuk investor perorangan. Penerbitan ORI pada tahun 2008 dilakukan pada tanggal 12 Maret 2008, yaitu ORI004 dengan tenor selama 4 tahun, dan ORI005 pada tanggal 3 September 2008 dengan tenor 5 tahun. Penerbitan ORI ini dilaksanakan dengan cara bookbuilding melalui Agen Penjual yang diseleksi oleh Panitia Seleksi. Penerbitan ORI tersebut mendapat sambutan yang positif dari masyarakat, terbukti dengan terjadinya oversubscribed jumlah penawaran yang masuk melalui bookbuilding yaitu mencapai Rp13,46 triliun dan jumlah penawaran yang dimenangkan adalah Rp13,46 triliun (terdiri dari pemesanan pembelian) untuk ORI004, dan untuk ORI005 jumlah penawaran yang masuk melalui bookbuilding yaitu mencapai Rp2,72 triliun dan jumlah yang dimenangkan Rp2,72 triliun (terdiri dari pemesanan pembelian). 3) Penerbitan SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) Pada tahun 2008, penerbitan SBSN ditargetkan sebesar Rp14,09 triliun rupiah (100%) dan dari sisi penerbitan sebanyak 2 frekuensi. Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut sampai dengan 31 Desember 2008 dari sisi rupiah tercapai Rp4.7 triliun rupiah dari target sebesar Rp14,09 triliun rupiah atau tercapai sebesar 33.36% dan dari sisi penerbitan sebanyak 1 frekuensi dari target 2 frekuensi atau sebesar 50%. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 32

37 Realisasi Penerbitan SBSN yang pertama dilakukan pada bulan Agustus Adapun rencana penerbitan SBSN Valas pada bulan November 2008 belum dapat dilaksanakan, ini disebabkan antara lain kondisi pasar keuangan global yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakannya penerbitan SBSN. Penerbitan SBSN sangat tergantung pada kondisi pasar, sehingga dalam setiap kali melaksanakan penerbitan sangat dibutuhkan informasi dan masukan-masukan untuk meminimalisir kemungkinan kegagalan penerbitan. Salah satu yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut di antaranya perlu dilakukan pembentukan komite risiko, yang nantinya diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang komprehensif terkait kegiatan penerbitan berdasarkan analisis terhadap risiko yang melekat dalam keseluruhan proses penerbitan. Dengan diperolehnya rekomendasi yang komprehensif diharapkan penerbitan yang dilakukan akan selalu mendatangkan manfaat. 4) Pelaksanaan debt switching/buyback Pelaksanaan debt switching/buyback dalam tahun 2008 ditargetkan sebanyak 12 frekuensi dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 5 frekuensi. Dengan demikian tingkat capaian output adalah sebesar 42%. Profil jatuh tempo SUN saat ini terkonsentrasi dengan jumlah yang signifikan pada kurun waktu Artinya dalam kurun waktu tersebut, terdapat ON dalam jumlah besar yang jatuh tempo dan harus dilunasi oleh Pemerintah. Mengingat kondisi keuangan negara, maka dalam kurun waktu tersebut diperkirakan akan terjadi tekanan fiskal yang hebat, sehingga pada akhirnya berisiko memicu dampak keuangan dan ekonomi nasional yang lebih luas. Untuk itu dalam rangka mengurangi beban dan risiko pelunasan pokok SUN pada kurun tahun tersebut, Pemerintah berupaya untuk menata ulang struktur jatuh tempo SUN melalui debt switching, yaitu dengan membeli seri-seri ON jangka pendek dan menukarkannya dengan ON yang mempunyai jatuh tempo jangka menengah dan panjang. Jumlah SUN yang jatuh tempo pada kurun tahun , yang berada pada kisaran di atas Rp80 triliun, digeser ke jangka waktu jatuh tempo yang lebih panjang. Kondisi ini juga memberikan keleluasaan bagi Pemerintah untuk menerbitkan instrumen SUN jangka pendek, baik berupa ORI maupun SPN. Upaya lain yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengurangi refinancing risk adalah dengan memberikan prioritas penerbitan ON jangka menengah dan panjang. Pada tahun 2008 lalu, telah dilaksanakan lelang debt switching sebanyak 2 kali dengan jumlah nominal sebesar Rp4,571 triliun. Selain itu juga dilakukan cash buyback sebanyak 3 kali, dengan jumlah nominal sebesar Rp2,375 triliun. Kegiatan cash buyback ini merupakan salah satu strategi pengelolaan portofolio SUN dengan cara melaksanakan pembelian ON yang belum jatuh tempo di pasar sekunder. ON yang telah dibeli tersebut kemudian dinyatakan lunas atau jatuh tempo, sehingga mengurangi total outstanding SUN. Pada saat pasar mengalami bearish, dimana harga SUN cenderung LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 33

38 diskon, penerapan strategi cash buyback ini akan lebih menguntungkan pemerintah, dibanding jika harus membayar pelunasan pokok pada saat jatuh tempo nantinya. Disamping itu pelaksanaan cash buyback oleh pemerintah pada saat kondisi pasar bearish ini juga dapat menahan anjloknya laju harga SUN, bahkan dapat mendorong pembentukan harga premium. Secara umum tidak ada kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini, namun dengan kondisi pasar SUN saat ini yang diakibatkan pengaruh krisis keuangan dan pasar secara global, Pemerintah perlu mengedepankan prinsip kehati-hatian dan terus mengikuti perkembangan pasar yang bergerak dinamis. d. Pencapaian sasaran strategis: Terlaksananya kegiatan pengembangan pasar dan penyiapan infrastruktur pendukung dalam rangka pengelolaan portofolio SBN 1) Pengadaan pendukung Dealing Room Pengadaan pendukung dealing room dalam tahun 2008 ditargetkan sebanyak 1 paket dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 1 paket. Dengan demikian tingkat capaian output adalah sebesar 100%. Dealing Room bagi kegiatan pengelolaan SUN, merupakan salah satu infrastruktur yang sangat penting keberadaannya. Dealing Room adalah sebuah ruangan yang digunakan untuk melakukan transaksi instrumen keuangan dengan dilengkapi peralatan komunikasi yang digunakan untuk melakukan transaksi, baik secara Over The Counter (OTC) maupun melalui bursa. Di dalam Dealing Room terdapat perangkat Trading Board/Turret yang dilengkapi dengan perangkat voice recorder dan sambungan telepon, Primary Dealer electronic trading platform, sistem lelang seperti BI-SSSS, buyback system dan debt switch system (MOFiDS), Bloomberg, Reuters, dan IMQ sebagai sumber informasi untuk mengeksplorasi data historis ataupun berita-berita yang berkaitan dengan situasi pasar obligasi. Kegiatan operasional Dealing Room telah dapat dilaksanakan, selain infrastruktur yang telah siap, kegiatan operasional Dealing Room juga telah memiliki landasan hukum, yaitu PMK No 170/PMK.08/2008 tentang Transaksi SUN Secara Langsung dan Standard Operating Procedure mengenai Pelaksanaan Transaksi SUN secara Langsung. 2) Sosialisasi SUN Sepanjang tahun 2008 lalu telah dilaksanakan sosialisasi di 7 kota, yaitu Bandung, Malang, Manado, Medan, Padang, Semarang dan Surabaya. Dengan demikian kegiatan sosialisasi di 7 kota tersebut telah memenuhi target yang direncanakan, yaitu 7 frekuensi sosialisasi SUN, dengan tingkat capaian outputs adalah sebesar 100%. Untuk Sosialisasi SUN tahun 2008, DJPU melakukan kerjasama dengan universitas-universitas untuk melaksanakan publikasi kepada masyarakat khususnya dari kalangan akademisi. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 34

39 Universitas-universitas tersebut antara lain Universitas Samratulangi-Manado, Universitas Diponegoro-Semarang, Universitas Andalas-Padang, dan Universitas Airlangga-Surabaya. Tujuan sosialisasi SUN adalah: (1) menyebarluaskan informasi dan pemahaman mengenai peran, posisi dan fungsi SUN dalam kerangka kebijakan ekonomi secara keseluruhan, terutama setelah Undang-Undang nomor 24 tahun 2002 tentang SUN dan perkembangannya sejak pengesahan undang-undang dimaksud; (2) menyebarluaskan informasi mengenai perkembangan yang terjadi terkait dengan pengelolaan SUN terutama dari sisi pelaku pasar; dan (3) sebagai bagian dari program edukasi kepada masyarakat luas. Sasaran dari pelaksanaan sosialisasi ini adalah kelompok masyarakat yang memiliki pendidikan yang memadai, mempunyai interaksi sosial yang relatif besar, dan mempunyai prospek untuk mengkomunikasikan dan menyebarluaskan informasi yang diperoleh pada kelompok yang lebih luas lagi. Kegiatan sosialisasi tahun 2008 direncanakan dilaksanakan di beberapa kota di Indonesia, khususnya di luar Jakarta. Dipilihnya kota-kota di luar Jakarta pada prinsipnya didasari oleh keadaan dimana informasi mengenai SUN sudah relatif cukup tersebar luas dan dapat dengan mudah diakses oleh publik. Disamping itu mengingat banyaknya acara-acara serupa yang dilakukan di Jakarta oleh berbagai pihak baik dengan biaya maupun tanpa biaya, maka publik Jakarta akan memperoleh benefit yang lebih tinggi dari penyebarluasan informasi dibanding publik di luar Jakarta. Menyadari akan adanya ketimpangan penyebarluasan informasi tersebut, dan mengingat bahwa kebijakan publik akan berpengaruh pada masyarakat secara luas, maka DJPU merasa memiliki keharusan untuk mengkomunikasikan kebijakan yang telah dan akan diambil dan pencapaian-pencapaiannya sampai dengan saat ini, sehingga masyarakat memiliki pemahaman yang cukup terhadap latar belakang, pelaksanaan dan akibat lanjutan dari kebijakan publik yang telah diambil tersebut secara lebih baik. Walaupun tingkat realisasi pelaksanaan sosialisasi memenuhi target yang direncanakan sebanyak 7 frekuensi, akan tetapi masih terdapat kendala dalam pelaksanaan sosialisasi ini, yaitu belum optimalnya penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas untuk memperluas basis investor, khususnya para investor di wilayah timur Indonesia. 3) Investor Gathering/Analyst Meeting Investor Gathering/Analyst Meeting dalam tahun 2008 ditargetkan sebanyak 21 frekuensi dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 16 frekuensi. Dengan demikian tingkat capaian outputs adalah sebesar 76,19%. Dalam rangka pengembangan pasar SUN diperlukan pemutakhiran data dan informasi serta komunikasi aktif secara rutin antara DJPU dengan Dealer Utama. Selama tahun 2008, diskusi dengan Dealer Utama sebanyak 3 kali yaitu dalam rangka diskusi rutin, diskusi LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 35

40 mengenai situasi pasar ON terkait dampak subprime mortgage, dan diskusi mengenai pengamanan pasar SUN. Selain kegiatan tersebut, selama tahun 2008 juga telah dilakukan 7 kali pertemuan di dalam negeri, yaitu antara lain dengan Dana Pensiun, Lembaga Asuransi, Bank Pembangunan Daerah, PT. Taspen, PT. Jamsostek, Lembaga Penjamin Simpanan dan Pemda Belitung. Pertemuan di dalam negeri dilakukan dalam bentuk kunjungan investor ke kantor DJPU. Pada tahun 2008 juga telah dilakukan Investor gathering: Strategi dan Program Pengelolaan Utang Tahun 2009, pada tanggal 12 Desember 2008 dengan mengundang para pelaku pasar SUN dan SUKUK, Bank Indonesia, LPS, dan stakeholders lainnya. Selama Tahun 2008, DJPU juga melakukan kunjungan ke beberapa Dealer Utama, yaitu antara lain: Danareksa Sekuritas, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., Standard Chartered Bank, Trimegah Securities, dan Bank Danamon. Pertemuan dengan para analis/dealer telah berjalan sebanyak 16 kali dari 21 kali pertemuan yang direncanakan. Namun demikian, rendahnya frekuensi pertemuan tidak berarti mengurangi kualitas dari program kegiatan ini, karena pada beberapa kesempatan DJPU juga diundang untuk menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh para analis dan dealer. Disamping itu, komunikasi dengan para analis dan dealer tetap dilakukan baik melalui telepon maupun e- mail guna mendiskusikan kondisi terkini di pasar. Adapun koordinasi dengan unit/instansi terkait dengan pengelolaan SUN seperti Bapepam-LK, Bank Indonesia, dan Bursa Efek Indonesia, telah dilaksanakan secara rutin. Kendala utama dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah padatnya jadwal kegiatan pada DJPU. Selain itu, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas pertemuan dengan pelaku pasar (analis/dealer) dalam rangka pengembangan pasar SUN secara intensif. 4) Penyelenggaraan Sistem Dealer Utama Penyelenggaraan Sistem Dealer Utama ditargetkan sebanyak 3 frekuensi dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 3 frekuensi. Dengan demikian tingkat capaian output adalah sebesar 100%. 5) Monitoring dan Evaluasi Proyeksi Pembayaran APBN Monitoring dan Evaluasi Proyeksi Pembayaran APBN ditargetkan sebanyak 12 frekuensi dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 12 frekuensi. Dengan demikian tingkat capaian output adalah sebesar 100%. 6) Monitoring Kuotasi Harga SUN Monitoring Kuotasi Harga SUN ditargetkan sebanyak 200 frekuensi dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 225 frekuensi. Dengan demikian tingkat capaian output adalah sebesar 113%. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 36

41 7) Riset Pasar Keuangan dan SUN Penyelenggaraan Riset Pasar Keuangan dan SUN ditargetkan sebanyak 5 frekuensi dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 5 frekuensi. Dengan demikian tingkat capaian output adalah sebesar 100%. Selama tahun 2008, pelaksanaan riset pasar keuangan dan SUN yang diselenggarakan DJPU, meliputi: a) Riset mengenai Potensi Permintaan SUN tahun 2009; b) Riset mengenai Kinerja Pengelolaan SUN tahun 2008; c) Riset Indonesia Government Bond Index; d) Riset Bond Pricing Model; dan e) Riset Yield Curve Model. Dalam pelaksanaannya, penyelenggaraan riset pasar keuangan dan SUN dikelompokkan dalam 3 topik, yaitu: a) Kinerja Pengelolaan SUN tahun 2008 dan Potensi Permintaan SUN tahun 2009 dilakukan oleh DJPU (penyelenggaraan riset ini dilakukan oleh internal Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang); b) Indonesia Government Bond Index, yang diselenggarakan dengan bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung; dan c) Yield Curve Model dan Bond Pricing Model, yang diselenggarakan dengan bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. 8) Publikasi SUN Penyelenggaraan publikasi SUN dalam tahun 2008 ditargetkan sebanyak 12 frekuensi dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 18 frekuensi. Dengan demikian tingkat capaian output adalah sebesar 150%. Selama tahun 2008 kegitan Publikasi SUN antara lain: a) Pre-marketing ORI Selain melaksanakan kegiatan sosialisasi SUN, pada tahun 2008 DJPU juga melaksanakan kegiatan sosialisasi dalam rangka penjualan ORI atau pre-marketing ORI dalam rangka Publikasi SUN khususnya publikasi mengenai ORI. Pelaksanaan kegiatan Pre-marketing ORI004 dan Pre-marketing ORI005 dilaksanakan di 12 tempat. DJPU melaksanakan premarketing tersebut hingga menjangkau ke wilayah kabupaten/kota. Dalam rangka penerbitan ORI004, kegiatan pre-marketing diselenggarakan di 6 kota, yaitu Bogor, Lampung, Cirebon, Batam, Solo, dan Malang. Sedangkan dalam rangka penerbitan ORI005, kegiatan pre-marketing ORI005 dilakukan di 6 kota yaitu Jember, Pekalongan, Tanjung Pinang, Serang, Musi Banyuasin, dan Pematang Siantar. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 37

42 b) Konferensi Pers (1) Konferensi pers dalam rangka pemaparan hasil regular issuance maupun buyback/debtswitch; (2) Konferensi pers dalam rangka penerbitan ORI; (3) Konferensi pers terkait dengan pengelolaan SUN. c) Publikasi dan Informasi (1) Memberikan masukan untuk Bulletin Debt Management berupa tulisan mengenai kegiatan yang berkaitan dengan tupoksi DJPU, seperti Market Up date, laporan kegiatan penerbitan Global Bond; (2) Talk show radio dalam rangka Pre-marketing ORI; (3) Pencetakan brosur, standing banner, stiker, dan spanduk dalam rangka sosialisasi SUN dan marketing ORI. 9) Penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama peningkatan rating Penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama peningkatan rating dalam tahun 2008 ditargetkan sebanyak 2 frekuensi dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 5 frekuensi. Dengan demikian tingkat capaian output adalah sebesar 250%. Kegiatan Koordinasi dan Kerjasama Peningkatan Rating, antara lain: a) Rating assesment oleh Lembaga Pemeringkat Fitch Rating dengan hasil rating: BB, outlook stable; b) Rating assesment oleh Lembaga Pemeringkat Standard & Poor s dengan hasil rating: BB-, outlook stable; c) Rating assesment oleh Japan Credit Rating Agency; d) Special Visit oleh Lembaga Pemeringkat Moody s Investor Service; e) Special Visit oleh Japan Rating & Investment. Selama tahun 2008 juga telah dilakukan penandatanganan perjanjian dengan Lembaga Pemeringkat, yaitu Fitch Rating, Standard & Poor s, dan Moody s Investor Service. 10) Peningkatan Hubungan dan Kerjasama Internasional Peningkatan hubungan dan kerjasama internasional dalam tahun 2008 ditargetkan sebanyak 1 frekuensi dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 3 frekuensi. Dengan demikian tingkat capaian outputs adalah sebesar 300%. Pertemuan di luar negeri dilakukan dalam bentuk one on one meeting maupun luncheon meeting. Selain untuk meng-update existing investor tentang kondisi di Indonesia dan arah kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan market confidence, serta menjaring potential investor dengan memberikan gambaran kepada mereka tentang credit story Indonesia, pertemuan ini juga dimanfaatkan sebagai forum untuk mengetahui appetite investor asing atas SUN, baik itu SUN rupiah maupun valas. Hal ini sangat LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 38

43 bermanfaat untuk mengetahui potensi sumber pendanaan dari investor asing, mengingat kebutuhan pembiayaan APBN dari tahun ke tahun yang bersumber dari capital market terus meningkat. Selama tahun 2008 kegiatan peningkatan hubungan dan kerjasama internasional, antara lain: a) Koordinasi Investor Relation Unit; b) Partisipasi dalam Forum ABMI (Asian Bond Market Initiatives); c) Pertemuan dalam Forum Internasional, yaitu: (1) Asean Capital Market Development dan Working Group Asian Regional Bond Market Linkages di Singapura, 31 Januari Februari 2008; (2) Asian Bond Market Initiatives di Vietnam, Februari 2008; (3) ARC Annual Meeting and International Conference di Bali, Maret 2008; (4) ASEAN Finance Minister Meeting di Vietnam, 1 4 April 2008; (5) World Bank Spring Meeting di Washington, April 2008; (6) Government Borrower s Forum di Jepang, Mei 2008; (7) Government Bond Retail di Washington, Mei 2008; (8) CMI & ABMI Meeting di Vietnam, Juni 2008; (9) IDB di Jeddah, Juni 2008; (10) 5th ASEAN FM Investor Seminar (ASEAN Road Show), Abu Dhabi, Oktober 2008; (11) Annual Meeting IMF-WB Informal ASEAN Finance Minister Meeting, Washington DC, Oktober 2008; (12) Informal AFDM+3 Meeting-Economic Review and Policy Dialogue, Hakone, Japan, November ) Penyelenggaraan Non Deal Road Show Penyelenggaraan non deal road show ditargetkan sebanyak 2 frekuensi, namun sampai dengan 31 Desember 2008 tidak ada realisasi kegiatan non deal road show. Dengan demikian tingkat capaian output adalah sebesar 0%. Non deal road show dalam tahun 2008 tidak dilaksanakan, disamping karena adanya pelaksanaan penerbitan SUN dalam Valas yang semula direncanakan 1 kali penerbitan dalam tahun 2008, menjadi 2 kali penerbitan pada tahun Kegiatan penerbitan ini juga ditunjang dengan pelaksanaan road show ke beberapa kota di dunia, dengan tujuan mempresentasikan dan menginformasikan kondisi bangsa Indonesia kepada para investor potensial terkait penjualan SUN valas tersebut. Selain itu pelaksanaan kegiatan non deal road show juga telah dilakukan LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 39

44 untuk memperkenalkan instrumen SBSN (Sukuk) baik dalam rupiah maupun valuta asing. Untuk itu penyelenggaraan non deal road show yang seharusnya dilaksanakan, telah terakomodir dalam kegiatan pelaksanaan road show untuk kepentingan penerbitan SUN Valas pada semester II. e. Pencapaian sasaran strategis: Tersedianya strategi pengelolaan utang dengan struktur portofolio yang optimal 1) Strategi utang a) Rumusan strategi dan kebijakan utang jangka menengah dan jangka panjang Pada tahun 2008 direncanakan untuk menyusun Rumusan strategi dan kebijakan utang jangka menengah dan jangka panjang sebanyak 1 dokumen, realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 0 persen frekuensi. Dengan demikian tingkat capaian outputs adalah sebesar 0%. Rumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang jangka menengah yang akan disusun merupakan pedoman bagi pelaksanaan pengelolaan utang tahunan untuk periode tahun Rumusan tersebut merupakan kelanjutan dari Keputusan Menteri Keuangan Nomor 447 tahun 2005 tentang strategi pengelolaan utang negara tahun Rumusan strategi tersebut disusun dengan mengacu pada review dan analisis hasil pelaksanaan strategi pengelolaan utang jangka menengah periode , pedoman Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang ditetapkan oleh pemerintahan baru periode , dan kondisi perekonomian secara keseluruhan baik saat ini maupun proyeksi kondisi di masa yang akan datang. Dengan demikian, pada tahun 2008 penyusunan strategi tersebut masih berada dalam tahap penyusunan kerangka (outline) dan pengumpulan data realisasi pengelolaan utang tahun Rumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang jangka menengah tahun direncanakan selesai pada akhir tahun b) Rumusan struktur portofolio utang yang optimal. Pada tahun 2008 direncanakan untuk menyusun Rumusan struktur portofolio utang yang optimal sebanyak 1 dokumen Strategi Penglolaan Utang Tahun 2009, realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak sebanyak 1 dokumen. Dengan demikian tingkat capaian outputs adalah sebesar 100%. Dokumen Strategi ini memuat rencana pengelolaan utang baik dalam bentuk Surat Berharga Negara maupun pinjaman luar negeri. Strategi ini kemudian ditetapkan dalam Keputusan Dirjen Pengelolaan Utang pada bulan Februari Strategi tersebut disusun dengan mempertimbangkan banyak hal, di antaranya kondisi portofolio utang, kondisi pasar keuangan terakhir dan prediksinya, serta sasaran pengelolaan utang jangka menengah yang telah digariskan dalam KMK No. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 40

45 447 tahun 2005 tentang Strategi Jangka Menengah Pengelolaan Utang Pemerintah Dalam penyusunannya, strategi dimaksud telah dikonsultasikan baik dengan pihak internal DJPU, dalam hal ini front office, maupun dari pihak eksternal yaitu dealer utama dan lender. Strategi ini akan berperan sebagai guidance bagi pihak front office dalam melaksanakan fungsi operasional pengelolaan utang. Mengingat situasi dan kondisi pasar keuangan yang sangat dinamis, maka strategi akan dimonitor dan dievaluasi secara periodik, serta direvisi sekiranya diperlukan. c) Rekomendasi kebijakan pengelolaan utang yang berkaitan dengan APBN Pada tahun 2008 direncanakan untuk menyusun Rekomendasi kebijakan pengelolaan utang yang berkaitan dengan APBN, realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak sebanyak 1 dokumen. Dengan demikian tingkat capaian outputs adalah sebesar 100%. Untuk menjaga agar target pembiayaan utang yang ditetapkan dalam APBN dapat dipenuhi dengan biaya yang murah pada tingkat risiko yang terkendali, maka dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan amanat strategi pengelolaan utang. Strategi pengelolaan utang jangka menengah merupakan pijakan dalam penyusunan arah kebijakan pengelolaan utang. Penyusunan arah kebijakan pengelolaan utang tersebut dilakukan oleh middle office Ditjen Pengelolaan Utang pada saat penyusunan APBN. Selanjutnya, setelah APBN ditetapkan, disusun rekomendasi kebijakan pengelolaan utang berdasarkan besaran target APBN untuk digunakan sebagai pedoman pelaksanaan transaksi pengadaan/penerbitan utang yang dilakukan oleh front office. Rekomendasi kebijakan pengelolaan utang disusun berdasarkan jenis utangnya yaitu rekomendasi kebijakan pengelolaan SBN dan rekomendasi kebijakan pengelolaan pinjaman luar negeri. Rekomendasi tersebut telah disampaikan pada awal tahun ) Konsep mekanisme penetapan utang yang terintegrasi dengan mekanisme APBN Pada tahun 2008 direncanakan untuk menyusun Konsep mekanisme penetapan utang yang terintegrasi dengan mekanisme APBN, realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak sebanyak 1 dokumen. Dengan demikian tingkat capaian outputs adalah sebesar 100%. Salah satu indikator kondisi fiskal yang sehat adalah kondisi portofolio utang yang sustainable dan berada pada tingkat risiko yang terkendali. Untuk itu, penetapan sasaran kebijakan fiskal yang dijabarkan dalam bentuk angka melalui APBN dilakukan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan kondisi portofolio utang. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 41

46 Pada tahun 2008, telah disusun dan dilaksanakan konsep mekanisme penetapan utang yang terintegrasi dengan mekanisme APBN. Pelaksanaan mekanisme tersebut tercermin melalui koordinasi antara Ditjen Pengelolaan Utang, Ditjen Anggaran dan Badan Kebijakan Fiskal dalam penyusunan besaran pembiayaan APBN melalui utang. Jika pada tahun-tahun sebelumnya penetapan pembiayaan utang bersifat residual, maka pada tahun 2008 penetapan pembiayaan utang telah mempertimbangkan kemampuan pengadaan dan penerbitan utang. 3) Rekomendasi instrumen utang yang dapat diterapkan Pada tahun 2008 direncanakan untuk menyusun Rekomendasi instrumen utang yang dapat diterapkan, realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak sebanyak 1 dokumen. Dengan demikian tingkat capaian outputs adalah sebesar 100%. Alternatif instrumen utang yang dapat digunakan oleh Pemerintah dalam membiayai APBN bertambah lagi dengan adanya instrumen pembiayaan baru yaitu Pinjaman Dalam Negeri. Instrumen Pinjaman Dalam Negeri ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah pada tanggal 11 Agustus Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa utang/pinjaman pemerintah dapat bersumber dari dalam negeri dan luar negeri. Utang/pinjaman tersebut oleh pemerintah dapat digunakan untuk membiayai keperluan pemerintah pusat dan/atau diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah/BUMN. Ketentuan mengenai pinjaman Pemerintah yang bersumber dari luar negeri telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, sedangkan untuk pinjaman Pemerintah yang bersumber dari dalam negeri sebagaimana diperintahkan dalam Pasal 38 ayat (4), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, maka disusun dan ditetapkan Peraturan Pemerintah ini. Peraturan pemerintah ini secara khusus mengatur mengenai Pengadaan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah yang digunakan secara langsung oleh Kementerian Negara/ Lembaga, dan Pengadaan Pinjaman yang diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah, BUMN, atau Perusahaan Daerah. 4) Rekomendasi berbagai skema transaksi dalam rangka restrukturisasi portofolio utang (Conversion, Debt swap, Debt exchange, Cash buyback, and Debt switch) Pada tahun 2008 direncanakan untuk menyusun Rekomendasi berbagai skema transaksi dalam rangka restrukturisasi portofolio utang (Conversion, Debt swap, Debt exchange, Cash buyback, and Debt switch), realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak sebanyak 1 bundel dokumen berupa rekomendasi untuk dilakukannya tiga transaksi, khususnya terkait dengan portofolio LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 42

47 pinjaman, yakni konversi mata uang pinjaman ADF-ADB, konversi suku bunga pinjaman IBRD, dan debt to nature swap dari Pemerintah Amerika dalam rangka Program TFCA (DNS TFCA). Dengan demikian tingkat capaian outputs adalah sebesar 100%. Konversi mata uang pinjaman ADF dilakukan untuk mengelola risiko nilai tukar disamping untuk menyederhanakan administrasi pinjaman. Dalam transaksi ini 11 mata uang pinjaman ADF dikonversi ke dalam mata uang SDR yang cenderung memiliki volatilitas rendah. Sementara itu konversi suku bunga pinjaman IBRD terutama dilakukan atas pinjaman dengan jenis CPL dan SCP-USD, dengan tujuan untuk mengurangi risiko suku bunga melalui perubahan dari floating ke fixed rate. Perubahan menjadi fixed rate ini dilakukan dengan pertimbangan memanfaatkan momentum suku bunga acuan USD yang berada pada historical low level. Transaksi DNS TFCA dilakukan melalui pengurangan pinjaman Indonesia kepada USAID yang dananya diteruskan (redirection) ke dalam suatu Trust Fund untuk membiayai kegiatan konservasi hutan tropis di Indonesia selama kurang lebih 10 tahun. Transaksi ini secara present value bernilai USD21,6 juta ditambah kontribusi dari 2 LSM lingkungan masing-masing sebesar USD1 juta. Perjanjian swap ini sedianya ditandatangani bulan September 2008, namun karena terdapat permasalahan antara lain di sisi perpajakan, institutional arrangement, dan penetapan wilayah kegiatan, penandatanganan perjanjian direncanakan untuk dapat diselesaikan pada pertengahan tahun ) Rumusan terms and condition pinjaman luar negeri yang standar Pada tahun 2008 direncanakan untuk menyusun Rumusan terms and conditions pinjaman luar negeri yang standar, realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak sebanyak 0 dokumen. Dengan demikian tingkat capaian outputs adalah sebesar 0%. Rumusan terms and conditions pinjaman luar negeri yang standar secara komprehensif belum dilakukan untuk tahun Hal ini mengingat masih adanya keterbatasan dari segi penyediaan data pinjaman luar negeri yang valid, khususnya untuk pinjamanpinjaman yang lama. Namun demikian, secara kasuistik selama tahun 2008 telah disampaikan beberapa rekomendasi terms and conditions standar dalam rangka pengadaan beberapa pinjaman baru. Beberapa rekomendasi tersebut nantinya dapat menjadi dasar bagi penyusunan rumusan terms and conditions pinjaman luar negeri yang standar secara komprehensif. Selanjutnya dalam rangka peningkatan validitas data pinjaman, pada tahun 2008 telah dilakukan validasi atas 85% outstanding pinjaman luar negeri yang meliputi sekitar 700 perjanjian. Validitas data ini diperlukan untuk memberikan standar yang lebih tepat bagi setiap jenis pinjaman yang ada, sehingga dapat dijadikan acuan bagi perencanaan pengadaan pinjaman. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 43

48 6) Konsultasi dan koordinasi dengan stakeholder dalam rangka penyusunan dan evaluasi strategi utang Pada tahun 2008 direncanakan untuk melakukan konsultasi dan koordinasi dengan stakeholder dalam rangka penyusunan dan evaluasi strategi utang, realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 7 frekuensi. Dengan demikian tingkat capaian outputs adalah sebesar 100%. Stakeholder utang Pemerintah terutama adalah pemberi pinjaman luar negeri (lender) dan investor SBN, baik investor individu/ritel maupun investor institusi. Investor institusi untuk SBN meliputi perbankan, Bank Indonesia, Perusahaan Dana Pensiun, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Sekuritas, dan lain-lain. Selain itu juga Bappenas sebagai perencana kegiatan dan Kementerian/Lembaga yang sebagai pengguna pinjaman luar negeri. Pada tahun 2008 telah dilakukan konsultasi dan koordinasi untuk memperoleh masukan terkait strategi utang dari lender antara lain World Bank, KfW, AfD, dan ADB, dan dari investor SBN dalam investor gathering dengan institusi perbankan dalam negeri dan asing serta dari Bank Indonesia. Sedangkan dengan kementerian/lembaga telah dilakukan rapat koordinasi dengan Bappenas. Dalam konsultasi dan koordinasi tersebut antara lain diperoleh masukan mengenai strategi penerbitan SBN, mekanisme dan potensi pelaksanaan hedging, potensi komitmen dan disbursement pinjaman luar negeri dari lender, dan perkiraan proyek yang akan dibiayai dari pinjaman luar negeri 7) Pertemuan dengan regulator, pelaku pasar, dan pihak lain yang terkait dengan pengembangan instrumen, pengembangan infrastruktur dan pasar, dan peningkatan peringkat utang Pada tahun 2008 direncanakan untuk melakukan pertemuan dengan regulator, pelaku pasar, dan pihak lain yang terkait dengan pengembangan instrumen, pengembangan infrastruktur dan pasar, dan peningkatan peringkat utang, realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 12 frekuensi. Dengan demikian tingkat capaian outputs adalah sebesar 100%. Dalam rangka pengembangan instrumen, pengembangan infrastruktur dan pasar, serta peningkatan peringkat utang telah dilakukan pertemuan dengan beberapa pihak antara lain pertemuan regulator yaitu Bapepam LK, pertemuan dengan para analis dari pelaku pasar seperti Citigroup, Standard Chartered Bank, HSBC, Deutsche Bank, Danareksa Sekuritas, Trimegah Sekuritas, Bahana Sekuritas, dan lain-lain, pertemuan dengan Bank Indonesia terkait penggunaan SBN sebagai instrumen moneter, dan pertemuan dengan konsultan asing dalam rangka peningkatan kredit rating. 8) Pelaksanaan pengelolaan risiko utang: Pada tahun 2008 direncanakan untuk menyusun 5 dokumen terkait dengan pelaksanaan pengelolaan risiko utang, yang meliputi: (1) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 44

49 Kerangka kerja manajemen risiko utang, 1 dokumen, (2) Profil risiko operasional utang, 1 dokumen, (3) Strategi pengendalian risiko utang, 1 dokumen, dan (4) Laporan pelaksanaan pengelolaan risiko utang, 2 dokumen. Realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 5 dokumen. Dengan demikian tingkat capaian outputs adalah sebesar 100%. a) Kerangka kerja manajemen risiko utang Penyusunan kerangka kerja manajemen risiko ini disiapkan untuk melaksanakan pengelolaan risiko utang di lingkup DJPU secara keseluruhan. selama 2008 telah disiapkan risk framework yang terkait dengan protokol pengelolaan krisis (CMP) Pasar SUN dan pembentukan komite risiko pengelolaan utang. Dalam pengelolaan risiko operasional juga telah disiapkan risk framework untuk melakukan identifikasi, pengukuran, analisa dan perbaikan/ rekomendasi dalam operasi pengelolaan utang yang dilakukan Direktorat Jenderal Pengelolaan utang. b) Profil risiko operasional utang Berdasarkan hasil identifikasi, pengukuran dan analisis telah didapatkan profil risiko operasional pada Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen. Profil tersebut telah mendapatkan penetapan dari Direktur Jenderal Pengelolaan Utang pada tanggal 17 Juli 2007 c) Strategi pengendalian risiko utang Strategi pengendalian risiko keuangan telah disatukan dalam penyusunan rencana pembiayaan tahunan untuk tahun Dalam rencana pembiayaan tahunan telah dilakukan asesmen mengenai risiko-risiko yang dihadapi dalam satu tahun ke depan dalam rangka pencapaian target pembiayaan dan pengelolaan portofolio utang. Strategi pengelolaan risiko operasional telah disusun sebagai acuan dalam operasional kegiatan pengelolaan utang, diantaranya meliputi pelaksanaan asesmen untuk masing direktorat dan sekretariat di DJPU, pemetaan risiko, dan langkah-langkah perbaikannya. d) Laporan pelaksanaan pengelolaan risiko utang Selama tahun 2008 telah disusun dua buah laporan analisis pengelolaan risiko pasar dan risiko portofolio utang Semester I tahun 2008 dan Tahunan Dalam laporan ini dilakukan pengukuran dan analisis mengenai risiko pasar dan portofolio yang terjadi pada periode yang bersangkutan. Hal-hal yang diukur dan dianalisis dalam laporan ini meliputi : Kondisi pengelolaan utang secara umum dan kondisi pasar finansial (termasuk pasar utang), pengaruh kondisi pasar terhadap target pemenuhan pembiayaan tahun anggaran berjalan,pengaruh risiko pasar terhadap portofolio utang, risiko LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 45

50 refinancing, dan debt service, serta rekomendasi untuk pengelolaan risiko untuk periode berikutnya. 9) Monitoring dan evaluasi kepatuhan terhadap prosedur pengelolaan utang: Pada tahun 2008 direncanakan untuk menyusun 3 dokumen terkait dengan pelaksanaan Monitoring dan evaluasi kepatuhan terhadap prosedur pengelolaan utang, yang meliputi: (1) Monitoring kepatuhan, 1 dokumen, (2) Laporan hasil analisa kepatuhan, 1 dokumen, (3) Rekomendasi amandemen dan/atau penyempurnaan prosedur pengelolaan utang, 1 dokumen. Realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebanyak 3 dokumen. Dengan demikian tingkat capaian outputs adalah sebesar 100%. a) Monitoring kepatuhan Sebagaimana yang diamatkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006, telah dilakukan monitoring terhadap Kepatuhan dalam melaksanakan prosedur standar pengelolaan utang pada: (1) Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen (2) Direktorat Portofolio dan Risiko Utang b) Laporan hasil analisa kepatuhan Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi telah dilakukan analisa terhadap kepatuhan pelaksanaan prosedur standar pada Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen. Pada tahun 2008 telah diselesaikan 1 laporan hasil analisa kepatuhan yaitu Evaluasi Kepatuhan Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen untuk periode 1 Maret Februari c) Rekomendasi amandemen dan/atau penyempurnaan prosedur pengelolaan utang Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi tersebut, pada tahun 2008 telah diselesaikan 1 laporan hasil analisa kepatuhan yaitu Evaluasi Kepatuhan Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen untuk periode 1 Maret februari Adapun rekomendasi untuk penyempurnaan prosedur pengelolaan utang pada Direktorat EAS adalah: (1) Peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia. (2) Pembuatan SOP berdasarkan kegiatan. (3) Perbaikan SOP dengan memperhatikan standar mutu, terkait dengan output yang dihasilkan, waktu penyelesaian, kelengkapan, ketepatan dan kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta pemenuhan terhadap standar sarana dan prasarana. (4) Dilakukan verifikasi dan pengembangan SOP secara berkelanjutan oleh Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Sekretariat Direktorat Jenderal terhadap standar bentuk SOP untuk keseluruhan DJPU, yang diharapkan akan LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 46

51 terbentuk suatu standar operasional yang valid dan reliable yang benar-benar dapat menjadi acuan bagi setiap proses dalam organisasi 10) Laporan dan/atau rekomendasi aspek finansial untuk permasalahan tertentu Laporan dan/atau rekomendasi aspek finansial untuk permasalahan tertentu, dari target 1 laporan terealisasi sebesar 5 laporan, hal ini disebabkan karena adanya masalah-masalah baru yang timbul sehingga perlu diterbitkan rekomendasi untuk mengatasi masalahmasalah tersebut. 11) Laporan dan/atau rekomendasi aspek risiko operasional dan/atau kepatuhan untuk permasalahan tertentu. Pada tahun 2008, tidak terdapat kegiatan evaluasi terhadap aspek permasalahan tertentu menurut aspek risiko operasional dan/atau kepatuhan. Kegiatan ini akan dilaksanakan apabila terdapat masalah dalam pengelolaan utang yang berdampak signifikan. f. Pencapaian sasaran strategis: Terlaksananya perencanaan dan kebijakan pembiayaan syariah sebagai alternatif instrumen pembiayaan APBN 1) Sosialisasi SBSN Pada tahun 2008, ditargetkan untuk melakukan kegiatan sosialisasi SBSN sebanyak 6 frekuensi di 6 ibukota propinsi (100%). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut hanya terlaksana sebanyak 5 frekuensi atau tercapai sebesar 83.33%, bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Reorganisasi di lingkungan DJPU di tahun 2008 mengakibatkan penambahan beban kerja, sehingga satu kegiatan sosialisasi tidak dapat terlaksana. Berkurangnya frekuensi sosialisasi SBSN ini tidak berarti mengurangi kualitas dari output yang diharapkan. 2) Perpustakaan dan kearsipan dokumen SBSN Pada tahun 2008, ditargetkan untuk melakukan kegiatan 1 paket pengadaan perpustakaan dan kearsipan dokumen SBSN (100%). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut dapat terlaksana atau tercapai sebesar 100%, bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Pengadaan perpustakaan dan kearsipan dokumen SBSN di DJPU telah dilaksanakan dengan baik. Dalam perpustakaan terdapat bukubuku yang dapat dijadikan referensi dalam penerbitan SBSN antara lain meliputi buku referensi tentang ekonomi secara umum, ekonomi islam, kamus bahasa, fikih, pengetahuan umum, dll. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan perpustakaan antara lain belum tersedianya secara lengkap referensi-referensi yang dibutuhkan terkait dengan pembiayaan syariah, karena pada umumnya banyak referensi yang masih menggunakan bahasa arab (belum diterjemahkan). LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 47

52 Pengelolaan perpustakaan yang sudah ada juga belum optimal karena keterbatasan tempat dan SDM yang dapat ditugaskan khusus mengelola perpustakaan yang ada. 3) Laporan kajian perencanaan dan strategi pembiayaan syariah Pada tahun 2008, ditargetkan untuk menyusun 1 laporan kajian perencanaan dan strategi pembiayaan syariah (100%). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut dapat terlaksana atau tercapai sebesar 100%, bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Kajian perencanaan dan strategi pembiayaan syariah juga telah dilaksanakan dengan baik. Kegiatan ini telah menghasilkan beberapa kajian terkait dengan perencanaan dan strategi pembiayaan syariah yang telah dirangkum menjadi 1 buah laporan. 4) Laporan hasil pengembangan instrumen pembiayaan syariah Pada tahun 2008, ditargetkan untuk menyusun 1 laporan pengembangan instrumen pembiayaan syariah (100%). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut dapat terlaksana atau tercapai sebesar 100%, bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Pengembangan instrumen pembiayaan syariah telah dilaksanakan dengan melakukan pengkajian atas kemungkinan penerbitan sukuk istishna dalam pembiayaan suatu proyek dalam hal ini pembangunan jembatan Suramadu (Surabaya Madura). Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengkajian disebabkan kesulitan pengumpulan data terkait dengan proyek tersebut. Kendala tersebut telah diselesaikan, yaitu dengan melakukan koordinasi dengan Badan Kebijakan Fiskal dan Bappenas, serta beberapa instansi terkait lain dalam melaksanakan persiapan dan perencanaan. 5) Rekomendasi identifikasi BMN Pada tahun 2008, ditargetkan untuk menyusun 1 rekomendasi identifikasi BMN berupa rekomendasi kepada Menteri Keuangan mengenai jumlah dan jenis BMN yang dapat digunakan sebagai underlying asset penerbitan SBSN (100%). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut dapat terlaksana atau tercapai sebesar 100%, bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Identifikasi Barang Milik Negara (BMN) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendukung terlaksananya penerbitan SBSN yang memang membutuhkan BMN sebagai underlying asset. Penggunaan underlying asset dalam penerbitan SBSN merupakan salah satu karakteristik dari pembiayaan syariah. Penerbitan SBSN tidak dapat dilakukan tanpa terpenuhinya semua aspek kesyariahan, sehingga DJPU sebagai unit pelaksana tugas penerbitan SBSN harus memenuhi semua aspek tersebut dalam penerbitan SBSN termasuk penggunaan BMN sebagai underlying asset. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 48

53 Kegiatan Identifikasi BMN menghasilkan output berupa rekomendasi kepada Menteri Keuangan mengenai jumlah dan jenis BMN yang dapat digunakan sebagai underlying asset penerbitan SBSN, serta persetujuan DPR atas penggunaan BMN sebagai Aset SBSN. Belum adanya database BMN yang memadai, mejadi kendala yang dihadapi dalam kegiatan identifikasi BMN. Di samping itu, masih terdapat beberapa BMN berupa tanah dan bangunan yang belum memiliki sertifikat atau masih dalam sengketa, sehingga perlu dilakukan satu langkah penyelesaian khusus, antara lain dengan membuat surat pernyataaan Menteri Keuangan mengenai status kepemilikan, penguasaan, dan penggunaan BMN. 6) Rekomendasi komite syariah SBSN; Pada tahun 2008, ditargetkan untuk menyusun 1 rekomendasi komite syariah SBSN (100%). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut dapat terlaksana atau tercapai sebesar 100%, bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Penerbitan SBSN membutuhkan masukan dari komite syariah yang juga merupakan salah satu karakteristik dari pembiayaan syariah. Dalam kegiatan ini, output yang dihasilkan berupa rekomendasi dari aspek syariah yang disampaikan kepada Menteri Keuangan mengenai struktur SBSN yang akan diterbitkan. 7) Investor gathering; Pada tahun 2008, ditargetkan untuk melaksanakan 2 kali investor gathering (100%). Capaian kinerja untuk kegiatan tersebut dapat terlaksana atau tercapai sebesar 100%, bila dibandingkan dengan target. Sebagai penjelasan atas capaian tersebut adalah sebagai berikut: Investor gathering adalah kegiatan yang berkaitan dengan informasi yang harus disampaikan kepada stakeholder berkaitan dengan penerbitan SBSN yang akan dilakukan. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 Halaman 49

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang PENGANTAR

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang PENGANTAR PENGANTAR (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja DJPU tahun 2011 sebagai salah satu Unit Eselon I Kementerian Keuangan. LAKIP DJPU disusun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Tahun 2009 dibuat bertepatan dengan berakhirnya periode Rencana Strategis (Renstra)

Lebih terperinci

SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN

SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN Salah satu upaya untuk mengatasi kemandegan perekonomian saat ini adalah stimulus fiskal yang dapat dilakukan diantaranya melalui defisit anggaran. SUN sebagai

Lebih terperinci

I K H T I S A R E K S E K U T I F

I K H T I S A R E K S E K U T I F I K H T I S A R E K S E K U T I F D irektorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara - 181-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan, analisis kinerja,

Lebih terperinci

*13423 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 24 TAHUN 2002 (24/2002) TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

*13423 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 24 TAHUN 2002 (24/2002) TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Copyright (C) 2000 BPHN UU 24/2002, SURAT UTANG NEGARA *13423 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 24 TAHUN 2002 (24/2002) TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2009 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA

Lebih terperinci

NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA

NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA Utang merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang digunakan sebagai salah satu bentuk pembiayaan ketika APBN mengalami defisit dan untuk membayar kembali utang yang jatuh tempo

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal - 169-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan analisis dan kajian yang terkait dengan

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Perencanaan dan Strategi Utang

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Perencanaan dan Strategi Utang - 30-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Perencanaan dan Strategi Utang 2. IKHTISAR JABATAN : Melaksanakan penyiapan perumusan, evaluasi, analisis, dan rekomendasi strategi pengelolaan utang jangka

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF Pembiayaan APBNP 2017 masih didukung oleh peran utang Pemerintah Pusat. Penambahan utang neto selama bulan Agustus 2017 tercatat sejumlah Rp45,81 triliun, berasal dari penarikan pinjaman

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Uang dan Derivatif

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Uang dan Derivatif - 193-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Uang dan Derivatif 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Analisis Pasar Uang dan Derivatif mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan, analisis dan kajian

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara - 155-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara 2. IKHTISAR JABATAN : Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara mempunyai tugas melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Belanja Pemerintah tersebut dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Belanja Pemerintah tersebut dipenuhi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengeluaran Pemerintah memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Belanja Pemerintah tersebut dipenuhi dari penerimaan negara

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131 /PMK.01/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEUANGAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131 /PMK.01/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEUANGAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131 /PMK.01/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEUANGAN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas dan kinerja

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DISCLAIMER

DAFTAR ISI DISCLAIMER DAFTAR ISI 1. Tujuan dan Kebijakan Pengelolaan Utang 2. Realisasi APBNP 2017 dan Defisit Pembiayaan APBN 3. Perkembangan Posisi Utang Pemerintah Pusat dan Grafik Posisi Utang Pemerintah Pusat 4. Perkembangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1229, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Utang Negara. Pasar Internasional. Penjualan. Pembelian Kembali. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137/PMK.08/2013

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF Utang Pemerintah Pusat berperan dalam mendukung pembiayaan APBNP 2017. Penambahan utang neto selama bulan September 2017 tercatat sejumlah Rp40,66 triliun, berasal dari penerbitan Surat

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal.

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/20/PBI/2014 TANGGAL 28 OKTOBER 2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Peraturan Surat Utang Negara

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Peraturan Surat Utang Negara - 223-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Peraturan Surat Utang Negara 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Peraturan Surat Utang Negara mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan peraturan perundang-undangan,

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2007 I. Pendahuluan Laporan pertanggungjawaban pengelolaan Surat

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Infrastruktur Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Infrastruktur Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif - 53-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Infrastruktur Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Infrastruktur Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif mempunyai tugas melakukan

Lebih terperinci

21 Universitas Indonesia

21 Universitas Indonesia BAB 3 GAMBARAN UMUM DEPARTEMEN KEUANGAN DAN BALANCED SCORECARD TEMA BELANJA NEGARA 3.1. Tugas, Fungsi, dan Peran Strategis Departemen Keuangan Republik Indonesia Departemen Keuangan Republik Indonesia

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Akuntansi Surat Berharga Negara

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Akuntansi Surat Berharga Negara - 287-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Akuntansi Surat Berharga Negara 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan akuntansi dan rekonsiliasi data terkait dengan pengelolaan Surat Utang Negara

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Pengelolaan Transaksi

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Pengelolaan Transaksi - 26-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Pengelolaan Transaksi 2. IKHTISAR JABATAN: Merumuskan dan melaksanakan kegiatan perencanaan, penyiapan infrastruktur, pelaksanaan, dan penatausahaan transaksi;

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif II

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif II - 83-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif II 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif II mempunyai tugas melakukan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Portofolio dan Risiko Pinjaman

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Portofolio dan Risiko Pinjaman - 151-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Portofolio dan Risiko Pinjaman 2. IKHTISAR JABATAN : Melakukan penyiapan bahan perumusan, evaluasi, dan analisis strategi pembiayaan tahunan melalui pinjaman, melaksanakan

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Peraturan Surat Utang Negara dan Evaluasi Kinerja

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Peraturan Surat Utang Negara dan Evaluasi Kinerja - 205-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Peraturan Surat Utang Negara dan Evaluasi Kinerja 2. IKHTISAR JABATAN : Subdirektorat Peraturan Surat Utang Negara dan Evaluasi Kinerja mempunyai tugas melaksanakan

Lebih terperinci

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Portofolio dan Risiko Pembiayaan Syariah

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Portofolio dan Risiko Pembiayaan Syariah - 190-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Portofolio dan Risiko Pembiayaan Syariah 2. IKHTISAR JABATAN : Melakukan penyiapan bahan perumusan, evaluasi, dan analisis strategi pembiayaan tahunan melalui Pembiayaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.592, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Utang Negara. Valuta Asing. Pasar Perdana. Penjualan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/PMK.08/2013 TENTANG

Lebih terperinci

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara),

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), 2000 2008 up date 30 November 2008 Ringkasan Eksekutif Rasio Utang (Pinjaman Luar Negeri + Surat Utang Negara) terhadap PDB terus

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Berharga Syariah Negara

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Berharga Syariah Negara - 153-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Berharga Syariah Negara 2. IKHTISAR JABATAN: Melaksanakan pemantauan dan analisis terhadap perkembangan pasar keuangan, analisis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 249-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Dokumen Hukum 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan penyiapan bahan dokumen hukum dan perjanjian dalam rangka penerbitan, pembelian kembali (buy-back), dan penukaran (switching)

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 328-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Mikro 2. IKHTISAR JABATAN : Melakukan penyusunan identifikasi kebutuhan penelitian dan penelaahan, melaksanakan kegiatan penelitian dan penelaahan, dan penyusunan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010 I. PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi amanat pasal 16 Undang-Undang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.08/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.08/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.08/2014 TENTANG PENJUALAN SURAT UTANG NEGARA DI PASAR PERDANA DALAM DENOMINASI YEN DI JEPANG DENGAN

Lebih terperinci

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Bab IV Studi Kasus Sebelum melakukan perancangan, akan dipaparkan profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan beserta visi, misi, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, strategi bisnis, strategi TI,

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 312-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Makro 2. IKHTISAR JABATAN : Melakukan penyusunan identifikasi kebutuhan penelitian dan penelaahan, melaksanakan kegiatan penelitian dan penelaahan, dan penyusunan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Surat Berharga Syariah Negara

Surat Berharga Syariah Negara Lampiran 13 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2011 I. PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi amanat pasal 16 Undang-Undang

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Peraturan Pembiayaan Syariah

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Peraturan Pembiayaan Syariah - 238-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Peraturan Pembiayaan Syariah 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan penyiapan bahan perumusan peraturan perundang-undangan dan pengkajian peraturan yang berkaitan dengan pembiayaan

Lebih terperinci

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PENDAHULUAN Bantuan luar negeri dapat berupa pinjaman maupun hibah luar negeri. Pinjaman luar negeri lebih mendesak dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar keuangan global yang sangat cepat dan semakin terintegrasi telah mengakibatkan pasar obligasi memainkan peranan penting sebagai alternatif sumber

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja - 234-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 246-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Setelmen Transaksi Instrumen Pembiayaan Syariah 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan pengumpulan data dan informasi perkiraan pembayaran kewajiban; melakukan rekonsiliasi

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pengembangan Instrumen dan Basis Investor

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pengembangan Instrumen dan Basis Investor - 130-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pengembangan Instrumen dan Basis Investor 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Pengembangan Instrumen dan Basis Investor mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

truktur Organisasi irektorat Jenderal Pengelolaan Utang erdasarkan Peraturan Menteri Keuangan omor 131/PMK.01/2006 Tanggal 22 Desember 2006

truktur Organisasi irektorat Jenderal Pengelolaan Utang erdasarkan Peraturan Menteri Keuangan omor 131/PMK.01/2006 Tanggal 22 Desember 2006 truktur Organisasi irektorat Jenderal Pengelolaan Utang erdasarkan Peraturan Menteri Keuangan omor 131/PMK.01/2006 Tanggal 22 Desember 2006 Jenderal Pengelolaan Utang Sekretariat Jenderal Pengelolaan Utang

Lebih terperinci

2 namun acuan yang digunakan adalah indikator indeks; c. bahwa dalam rangka menselaraskan indikator yang digunakan dalam rangka transaksi Surat Utang

2 namun acuan yang digunakan adalah indikator indeks; c. bahwa dalam rangka menselaraskan indikator yang digunakan dalam rangka transaksi Surat Utang No.698, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Surat Utang Negara. Langsung. Transaksi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95/PMK.08/2014 TENTANG TRANSAKSI SURAT UTANG

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 2154-9991-3669-7464 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang: Mengingat: a. bahwa untuk mendorong

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Setelmen Transaksi Surat Utang Negara

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Setelmen Transaksi Surat Utang Negara - 237-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Setelmen Transaksi Surat Utang Negara 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan pengumpulan data dan informasi perkiraan pembayaran kewajiban; melakukan rekonsiliasi realisasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1622, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Kuntansi. Utang. Pemerintah. Sistem. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 218/PMK.05/2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Evaluasi Pelaksanaan Transaksi

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Evaluasi Pelaksanaan Transaksi - 245-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Evaluasi Pelaksanaan Transaksi 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Evaluasi Pelaksanaan Transaksi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan evaluasi pelaksanaan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

FORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2017 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN KEUANGAN 2. Sasaran Strategis K/L : 1.Terjaganya Kesinambungan Fiskal 3. Program : Program

Lebih terperinci

PRESENTASI KETUA KELOMPOK KERJA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PRESENTASI KETUA KELOMPOK KERJA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PRESENTASI KETUA KELOMPOK KERJA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Jakarta, 31 Agustus 2004 1 PARADIGMA BARU Penegasan fungsi pejabat perbendaharaan negara; Pemisahan kewenangan administratif dan kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melakukan hedging kewajiban valuta asing beberapa bank. (lifestyle.okezone.com/suratutangnegara 28 Okt.2011).

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melakukan hedging kewajiban valuta asing beberapa bank. (lifestyle.okezone.com/suratutangnegara 28 Okt.2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa Orde Baru, pemerintah menerapkan kebijakan Anggaran Berimbang dalam penyusunan dan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang artinya

Lebih terperinci

NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN

NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN Detik.com Hingga akhir Mei 2016, total utang pemerintah i pusat tercatat Rp3.323,36 triliun. Naik Rp44,08 triliun dibandingkan akhir April 2016,

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 66-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif I 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif I mempunyai tugas melakukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAGAN ORGANISASI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAGAN ORGANISASI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI NOMOR 184/PMK.01/2010 KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI WAKIL MENTERI INSPEKTORAT JENDERAL SEKRETARIAT JENDERAL 5 STAF AHLI JENDERAL ANGGARAN JENDERAL JENDERAL JENDERAL

Lebih terperinci

No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April 2013 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Perihal : Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

2 Keseluruhan kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya risiko penurunan capacity to repay (default) dari ULN Korporasi Nonbank. Selain itu, sebagian

2 Keseluruhan kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya risiko penurunan capacity to repay (default) dari ULN Korporasi Nonbank. Selain itu, sebagian TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Prinsip. Kehati-Hatian. Utang Luar Negeri. Korporasi. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 394) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH. BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH. BAB I KETENTUAN UMUM www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-015.07-0/2015 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 20 /PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 20 /PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 20 /PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara),

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), 2000 2008 up date 31 Juli 2008 Ringkasan Eksekutif Ratio Utang (Pinjaman Luar Negeri + Surat Utang Negara) terhadap PDB terus menurun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa strategi dan kebijakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN DAN/ATAU PENERIMAAN HIBAH SERTA PENERUSAN PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 116-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Hubungan Kelembagaan 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Hubungan Kelembagaan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dengan instansi atau lembaga

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 85-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Strategi Surat Berharga Negara 2. IKHTISAR JABATAN : Melakukan perumusan, evaluasi, analisis dan rekomendasi strategi pengelolaan Surat Berharga Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan cara pembangunan infrastruktur sebagai pendorong

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan cara pembangunan infrastruktur sebagai pendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh Indonesia. Untuk mencapai sasaran pembangunan yang berkelanjutan ditetapkan

Lebih terperinci

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21/PBI/2014 UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DAN SURAT EDARAN NO.16/24/DKEM

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21/PBI/2014 UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DAN SURAT EDARAN NO.16/24/DKEM TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DAN SURAT EDARAN NO.16/24/DKEM PERIHAL PENERAPAN

Lebih terperinci