KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG
|
|
- Yandi Surya Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEMENTERIAN KEUANGAN
2
3 Pengantar Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja DJPU tahun 2010 sebagai salah satu Unit Eselon I Kementerian Keuangan. LAKIP DJPU disusun dalam rangka memenuhi ketentuan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, serta dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan LAKIP diharapkan dapat menjadi wujud akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan tugas, pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi serta sebagai alat penilaian dan pengendalian dalam rangka memacu peningkatan kinerja organisasi. Sejalan dengan proses reformasi birokrasi, indikator keberhasilan yang digunakan dalam LAKIP DJPU diukur berdasarkan peta strategi (strategy map) DJPU yang disusun dengan menggunakan metodologi Balanced Scorecard (BSC). Peta strategi tersebut memetakan setiap Sasaran Strategis (SS) yang akan dicapai dalam rangka pencapaian tujuan organisasi sesuai visi dan misi yang diemban. Setiap SS memiliki ukuran yang disebut sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan target kinerja yang telah ditentukan. Pada tahun 2010, DJPU memiliki peta strategi dengan 12 SS dan 23 IKU yang telah ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan. Pengukuran LAKIP dengan menggunakan IKU diharapkan sekaligus menjadi bentuk transparansi dan pertanggungjawaban pencapaian target kinerja dalam setahun. Reformasi birokrasi memberikan tantangan yang cukup besar bagi DJPU untuk mengkombinasikan fungsi DJPU sebagai organisasi birokrasi dan fungsi DJPU sebagai unit yang terkait dengan pasar keuangan (baik domestik maupun internasional) yang berkembang sangat dinamis. Hal ini menuntut perlunya penerapan prinsip-prinsip good governance secara konsisten untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dengan adanya perkembangan pasar yang dinamis serta kompleksitas pekerjaan, DJPU diharapkan pula dapat meningkatkan kualitas organisasinya. Halaman i
4 Dalam menjalankan tugasnya, DJPU telah menetapkan visi, yaitu Menjadi unit yang profesional dalam mendukung pembiayaan APBN secara efisien dan aman untuk menuju kemandirian keuangan negara. Visi tersebut kemudian dijabarkan dalam 4 misi, yakni sebagai berikut: a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel dengan strategi yang mengedepankan peningkatan daya dukung terhadap ketahanan dan kesinambungan fiskal; b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang yang mendukung stabilitas fiskal; c. Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui upaya mengedepankan sumber-sumber dalam negeri dan pengembangan pasar keuangan domestik yang efisien dan stabil; d. Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional. Dengan mengacu pada visi dan misi yang telah ditetapkan untuk periode tahun , DJPU diharapkan dapat mencapai target kinerja secara lebih terarah, transparan, dan akuntabel, serta mampu menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto NIP Halaman ii
5 IKHTISAR EKSEKUTIF LAKIP DJPU Tahun 2010 disusun sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja DJPU selama tahun Pada tahun 2010 DJPU telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan yang terdiri dari 12 SS dan 23 IKU. Capaian SS dan IKU DJPU tahun 2010 adalah: 9 SS dan 18 IKU berstatus hijau atau memenuhi dan atau di atas target; 2 SS dan 3 IKU berstatus kuning atau kurang memenuhi target; serta 1 SS dan 1 IKU berstatus merah atau jauh kurang memenuhi target. Secara garis besar, uraian atas pencapaian Sasaran Strategis beserta IKU DJPU selama tahun 2010 adalah sebagai beirkut: 1. Pencapaian SS Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal dengan IKU Pemenuhan target pembiayaan melalui utang, relatif dapat tercapai dengan baik, dengan IKU berupa Pemenuhan target pembiayaan melalui utang. Pada tahun 2010 IKU ditargetkan sebesar Rp199,94 triliun yang kemudian berdasarkan APBN-P dan kebijakan Menteri Keuangan direvisi sehingga menjadi Rp191,96 triliun (100%) dengan realisasi sebesar Rp190,95 triliun (99,47%); 2. Pencapaian SS Transparansi dengan IKU Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang, relatif dapat tercapai dengan baik. Pada tahun 2010 IKU ditargetkan sebesar 518 set dengan realisasi sebesar 610 set (117,76%); 3. Pencapaian SS Akuntabilitas dengan IKU Opini eksternal auditor terhadap LK BA Pengelolaan Utang, relatif dapat tercapai dengan baik. Pada tahun 2010 IKU ditargetkan sebesar target 100% (WTP) dengan realisasi rata-rata sebesar 87,50%, yaitu: a. LK BA Pengelolaan Utang memperoleh opini WTP (100%); b. LK BA Hibah memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (75%). Opini BPK terhadap LK BA Hibah tahun 2009 terdapat peningkatan dari tahun 2008, semula disclaimer menjadi WDP. 4. Pencapaian SS Kredibilitas dengan IKU Pembayaran tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, dapat tercapai dengan baik. Pada tahun 2010 IKU ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100% atau tidak terdapat denda dalam pelaksanaan Halaman iii
6 pembayaran, dengan realisasi pembayaran kewajiban utang pada tahun 2010 sebesar Rp230,38 triliun 5. Pencapaian SS Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas, dengan IKU Jumlah peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang dan Tersedianya dokumen strategi pengelolaan utang, dapat tercapai dengan baik. Pada tahun 2010 IKU Jumlah peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang sebesar 36 set dengan realisasi sebesar 40 set dan IKU Tersedianya dokumen strategi pengelolaan utang ditargetkan sebanyak 2 dokumen dengan realisasi sebanyak 2 dokumen. 6. Pencapaian SS Pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif, dengan 4 IKU berupa Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi, Pencapaian target effective cost, Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang, dan Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu, dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2010, adalah sebagai berikut: a. Pencapaian IKU Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi relatif sesuai dengan target, yaitu dari target sebesar 100% terealisasi sebesar 96,04%. Realisasi tersebut disebabkan pengelolaan portofolio utang telah mengikuti strategi pengelolaan utang. b. Pencapaian IKU Pencapaian target effective cost ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 80,02%. Kombinasi membaiknya kondisi perekonomian, strategi penerbitan yang digunakan, dan pemilihan instrumen utang yang diterbitkan berhasil menekan cost of fund. c. Pencapaian IKU Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang ditargetkan sebesar 6,94% dengan realisasi sebesar 5,33%. Sampai dengan akhir tahun realisasi bunga utang Rp86,75 triliun, outstanding akhir tahun 2009 sebesar Rp1.590,66 triliun, dan outstanding akhir Desember 2010 sebesar Rp1.676,1 triliun. d. Pencapaian IKU Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%, dimana pada tahun 2010 terdapat dokumen tagihan/nop telah diverifikasi secara tepat waktu, dan diproses sebelum tanggal jatuh tempo. 7. Pencapaian SS Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid, dengan IKU Efektivitas instrumen pembiayaan baru, Peningkatan pemahaman masyarakat dan Halaman iv
7 pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SBN, dan Partisipasi investor dalam penerbitan SBN, dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2010, adalah sebagai berikut: a. Pencapaian IKU Efektivitas instrumen pembiayaan baru ditargetkan sebesar 100% (Rp2 triliun) untuk penerbitan SBSN Project Financing. Penerbitan instrumen SBSN baru berupa SBSN Project Financing pada tahun 2010 belum dapat dilakukan. Desain instrumen telah selesai dikaji, serta telah mendapatkan persetujuan dan fatwa dari DSN-MUI, namun infrastruktur hukum yang diperlukan belum tersedia. b. Pencapaian IKU Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SBN ditargetkan sebesar 67,50% (paham) dengan realisasi sebesar 76,74% (sangat paham), yang dilakukan melalui survei terhadap peserta sosialisasi. c. Pencapaian IKU Partisipasi investor dalam penerbitan SBN pada tahun 2010 ditargetkan sebesar 145% dengan realisasi sebesar 265,06%. Jumlah nominal penawaran yang diterima adalah sebesar Rp417,78 triliun dari total target indikatif Rp146,83 triliun. 8. Pencapaian SS Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan utang dengan IKU Tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku dapat tercapai dengan baik, dengan jumlah SOP yang dipantau 31 SOP link DJPU. IKU tersebut pada tahun 2010 ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 94,73%. Hasil pencapaian 94,73% menunjukkan masih perlunya perbaikan dilakukan di DJPU, tidak hanya pada isi SOP dan penegakan pelaksanaannya, namun juga penyempurnaan revisi terhadap SOP secara berkelanjutan sehingga dapat mencerminkan bisnis proses yang terintegrasi. 9. Pencapaian SS Pembentukan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi, dengan IKU Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya, Jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat, dan Persentase jam pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2010, adalah sebagai berikut: a. Pencapaian IKU Pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya ditargetkan sebesar 80% dengan realisasi sebesar 90%. Pejabat yang mengikuti Halaman v
8 assessment centre pada tahun 2010 sebanyak 70 pejabat dan yang memenuhi angka JPM minimal 70% sebanyak 63 pejabat (90%). b. Pencapaian IKU Jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat ditargetkan sebanyak 1 pegawai dengan realisasi sebanyak 0 pegawai. Sampai akhir tahun tidak terdapat pegawai yang melanggar peraturan disiplin sedang atau berat. c. Pencapaian IKU Persentase jam pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja ditargetkan sebesar 5,77% ( jamlat) dengan realisasi sebesar 5,90% ( jamlat). Sampai akhir tahun telah dilaksanakan sebanyak 68 diklat dari rencana 65 diklat. 10. Pencapaian SS Pengembangan organisasi yang handal dan modern, dengan IKU Persentase penyelesaian penataan/modernisasi organisasi, Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi, dan Persentase penyelesaian SOP pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2010, adalah sebagai berikut: a. Pencapaian IKU Persentase penataan/modernisasi organisasi pada tahun 2010 ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi 100%. Konsep usulan penataan organisasi DJPU sebagai bagian dari rancangan PMK tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Keuangan telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan berupa PMK Nomor 184/PMK.01/2010 tanggal 11 Oktober b. Pencapaian IKU Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi ditargetkan sebanyak 6 dokumen dengan realisasi 6 dokumen. c. Pencapaian IKU Persentase penyelesaian SOP ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%, yang dilaksanakan melalui 2 tahap, yaitu: 1) Pada Semester I tahun 2010 telah diselesaikan 217 SOP yang ditetapkan dengan Keputusan Dirjen PU Nomor Kep-39/PU/2010 tanggal 9 Juli 2010; dan 2) Pada Semester II tahun 2010 telah ditetapkan sebanyak 79 SOP melalui Kepdirjen nomor KEP-05/PU/2011, tanggal 17 Januari 2011 Perubahan Ketiga Atas Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Nomor Kep- 36/PU/2007 Tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedures/SOP) DJPU. 11. Pencapaian SS Pembangunan sistem TIK yang terintegrasi, dengan IKU Sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana Halaman vi
9 pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%. Pada tahun 2010, rincian capain IKU tersebut adalah sebagai berikut: a. Pembangunan Sistem Aplikasi Pendukung Pengelolaan Utang Terintegrasi- (100%), yaitu sampai dengan tahapan penyelesaian modul Setelmen, Loan Management, Referensi, dan Control Panel. b. Pembangunan Aplikasi Pemantauan Feeding Data Warehouse - (100%), yaitu sampai dengan tahapan penyediaan Sumber data dari DMFAS (Debt Management and Financial Analysis System), PMON (Pusat Manajemen Obligasi Negara), lelang SBN, dan Bloomberg; c. Pembangunan Aplikasi Grant Outstanding Position (GOP) - (100%), yaitu sampai dengan tahapan penyelesaian menu penghitungan grant outstanding, pencetakan GOP dan reminder letter, serta pencatatan pengiriman dan respon; d. Pembangunan Aplikasi Surat Perintah Pembukuan Penarikan Pinjaman dan/atau Hibah Luar negeri (SP4H) - (100%), yaitu sampai dengan tahapan pencetakan SP4H, penghapusan SP4H, cetak ulang SP4H dan revisi SP4H. 12. Pencapaian SS Pengelolaan anggaran yang optimal, dengan IKU Persentase penyerapan DIPA dan Persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2010, adalah sebagai berikut: a. Pencapaian IKU Persentase penyerapan DIPA ditargetkan 85% (Rp185,46 miliar dari pagu Rp218,19 miliar) dengan realisasi 84,37% (Rp184,02 miliar). Realisasi yang lebih rendah tersebut karena terdapat penghematan dana pembelian gedung Balai Pustaka dari pagu sebesar Rp147,25 miliar dengan realisasi sebesar Rp116,65 miliar. b. Pencapaian IKU Persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja ditargetkan sebesar 100% direalisasikan sebesar 114,95%. Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar target kinerja DJPU pada tahun 2010 telah berhasil dicapai. Keberhasilan pencapaian tersebut diupayakan untuk semakin ditingkatkan, sedangkan untuk beberapa kegiatan yang belum terlaksana/terdapat permasalahan (pending matters) akan diupayakan agar dapat diselesaikan. Halaman vii
10 Dengan disusunnya LAKIP ini diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi DJPU dan menjadi umpan balik peningkatan kinerja DJPU pada periode berikutnya. Halaman viii
11 DAFTAR ISI IKHTISAR EKSEKUTIF... DAFTAR ISI... Hal. i iii I. PENDAHULUAN... 1 A. Tugas, Fungsi, Organisasi, dan Sumber Daya Manusia... 1 B. Mandat yang Diberikan kepada Instansi... 4 C. Peran Strategis Instansi... 6 D. Sistematika Penyajian... 8 II. RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA... 9 A. Rencana Strategis B. Penetapan Kinerja III. AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN A. Capaian IKU B. Evaluasi dan Analisis Kinerja C. Kinerja Lainnya D. Perkembangan Pending Matters Renstra E. Akuntabilitas Keuangan IV. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran Halaman ix
12 DAFTAR BAGAN Bagan 1 Proses Bisnis DJPU Bagan 2 Peta Strategi DJPU Tahun DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Komposisi Pegawai Menurut Golongan... 3 Grafik 2. Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II. 3 Grafik 3. Komposisi Pegawai Menurut Jabatan 4 Grafik 4. Komposisi Pegawai Menurut Jenis Kelamin. 4 Grafik 5. Perkembangan penyerapan DIPA tahun Grafik 6. Rasio Utang terhadap PDB Grafik 7. Perbandingan Perubahan Perkembangan Rasio Utang terhadap PDB (%) Beberapa Negara ( ) Hal. DAFTAR TABEL Tabel 1 Target IKU Depkeu-One Tahun Tabel 2 Capaian IKU Depkeu-One Tahun 2010 (perspektif stakeholder dan customer).. 19 Tabel 3 Sumber, Target, dan Realisasi Pinjaman Program Tahun Tabel 4 Target dan Realisasi SBN Tahun Tabel 5 Realisasi Pembayaran Utang antara TA Tabel 6 Realisasi peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang 41 Tabel 7 Rasio Beban Bunga Terhadap Rata-rata Outstanding Utang, Tabel 8 Pembiayaan Utang ( ).. 76 Tabel 9 Perkembangan Stok Utang Luar Negeri berdasarkan Mata Uang ( ) Tabel 10 Perkembangan Credit Rating Indonesia ( ) Tabel 11 Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2010 (per program) Tabel 12 Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2010 (per belanja).. 87 DAFTAR LAMPIRAN 1. Kontrak Kinerja dan Penetapan Kinerja Tahun Pengukuran Kinerja Tahun Kontrak Kinerja dan Penetapan Kinerja Tahun Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2011 Halaman x
13 BAB I PENDAHULUAN A. Tugas, Fungsi, Organisasi, dan Sumber Daya Manusia 1. Perkembangan unit pengelola utang Unit pengelola utang telah mengalami beberapa kali perubahan seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas pengelolaan utang sebagai akibat semakin besar dan semakin beragamnya jumlah dan jenis utang Pemerintah. Perkembangan unit pengelola utang secara ringkas dapat disampaikan sebagai berikut: a. Sebelum tahun 1998, sebagian besar utang pemerintah dalam bentuk pinjaman luar negeri dikelola oleh Direktorat Dana Luar Negeri (DDLN) pada Direktorat Jenderal Anggaran; b. Tahun 1999, dibentuk Tim Debt Management Unit (DMU) di bawah Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai tugas mengelola obligasi negara yang diterbitkan untuk menyehatkan perbankan akibat krisis tahun 1998; c. Tahun 2001, Tim DMU diubah menjadi Pusat Manajemen Obligasi Negara (PMON) di bawah Sekretariat Jenderal yang secara khusus mengelola Surat Utang Negara (SUN). d. Tahun 2004, unit pengelolaan utang disatukan dalam Direktorat Jenderal Perbendaharaan. PMON menjadi Direktorat Pengelolaan SUN dan DDLN menjadi Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri; dan e. Tahun 2006, dengan berkembangnya ruang lingkup pengelolaan utang dan dalam rangka memusatkan pengelolaanya dalam Jenderal Pengelolaan Utang. unit tersendiri, dibentuk Direktorat 2. Tugas dan Fungsi Berdasarkan PMK Nomor 100/PMK.01/2008, tugas DJPU adalah menyelenggarakan sebagian tugas pokok Departemen di bidang pengelolaan utang dan hibah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan Halaman 1
14 perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, DJPU menyelenggarakan fungsi: a. Perumusan kebijakan Departemen Keuangan di bidang pengelolaan utang dan hibah; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan utang dan hibah; c. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang pengelolaan utang dan hibah; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pengelolaan utang dan hibah; e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal. 3. Organisasi Sebagai unit pengelola utang, DJPU berupaya menerapkan international best practice organisasi pengelola utang dengan mengkategorikan/membagi fungsi front office (Direktorat Pinjaman dan Hibah [Dit PH], Direktorat Surat Utang Negara [Dit SUN], dan Direktorat Pembiayaan Syariah [Dit PS]), middle office (Direktorat Strategi dan Portofolio Utang [Dit SPU]), dan back office (Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen [Dit EAS]) serta supporting unit (Sekretariat Direktorat Jenderal) sebagai pendukung kegiatan teknis. Proses bisnis dari keempat fungsi tersebut tergambar dalam bagan berikut: Bagan 1 Proses Bisnis DJPU FRONT OFFICE (Dit. PH, Dit. SUN, Dit. PS) Penerbitan SBN dan Pengadaan Pinjaman BACK OFFICE (Dit. EAS) Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen MIDDLE OFFICE (Dit. SPU) Perumusan Strategi Pengelolaan Utang SUPPORTING UNIT (SEKRETARIAT) Halaman 2
15 4. Sumber Daya Manusia Berdasarkan data pegawai per 31 Desember 2010, komposisi pegawai DJPU adalah sebagai berikut: Grafik 1 Komposisi Pegawai Menurut Golongan Grafik 2 Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II 1 No. Golongan Pegawai Jumlah Pegawai No. Unit Eselon II Jumlah Pegawai 1 IV/d 2 1 Setditjen 72 2 IV/c 4 2 Dit PH 63 3 IV/b 5 3 Dit SUN 41 4 IV/a 22 4 Dit PS 40 5 III/d 38 5 Dit SPU 41 6 III/c 51 6 Dit EAS 77 7 III/b 41 JUMLAH III/a 98 9 II/d II/c II/b 3 12 II/a 1 JUMLAH 334 Halaman 3
16 Grafik 3 Komposisi Pegawai Menurut Jabatan Grafik 4 Komposisi Pegawai Menurut Jenis Kelamin Perempuan 23% Laki-laki 77% No. Jabatan Pegawai Jumlah Pegawai No. Jenis Kelamin Pegawai Jumlah Pegawai 1 Eselon I 1 1 Laki-laki Eselon II 5 2 Perempuan 77 3 Eselon III 23 JUMLAH Eselon IV 81 5 Pelaksana 224 JUMLAH 334 B. Mandat yang Diberikan kepada Instansi Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi DJPU berdasarkan mandat yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan, antara lain: 1. Pedoman umum meliputi: a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit APBN dan APBD, yang mengatur bahwa: 1). Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD dibatasi tidak melebihi 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun bersangkutan; 2). Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemda dibatasi tidak melebihi 60% dari PDB tahun yang bersangkutan. b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang mengatur antara lain: Halaman 4
17 1). Pembebanan biaya pengadaan utang/hibah Pemerintah pada APBN; 2). Tata cara pengadaan utang negara dan penerusan utang/hibah luar negeri kepada Pemda dan BUMN/BUMD. c. Undang-Undang tentang APBN yang ditetapkan setiap tahun antara lain menyebutkan bahwa Pemerintah dapat melakukan perubahan instrumen utang dalam hal terdapat sumber utang yang lebih menguntungkan. 2. Pedoman khusus meliputi: a. UU Nomor 24 Tahun 2002 tentang SUN, yang antara lain mengatur tentang tujuan penerbitan SUN; b. UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang SBSN yang antara lain mengatur tentang tujuan penerbitan SBSN; c. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Dan/Atau Penerimaan Hibah Serta Penerusan Pinjaman Dan/Atau Hibah Luar Negeri, yang antara lain mengatur tentang perencanaan dan pengadaan serta penatausahaan pinjaman dan hibah luar negeri; d. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri Oleh Pemerintah, yang antara lain mengatur tentang penggunaan pinjaman dalam negeri; e. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun ; f. PMK Nomor 33/PMK.08/2010 tentang Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, Publikasi, dan Dokumentasi Pinjaman dan/atau Hibah Pemerintah; g. PMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat; h. PMK Nomor 86/PMK.05/2008 tentang Sistem Akuntansi Utang Pemerintah; i. PMK Nomor 40/PMK.05/2009 tentang Sistem Akuntansi Hibah; Halaman 5
18 j. KMK Nomor 514/KMK.08/2010 tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara Tahun C. Peran Strategis Instansi DJPU adalah organisasi yang memegang peranan strategis di bidang pengelolaan utang. Peran strategis DJPU digambarkan sebagai berikut: 1. Memenuhi pembiayaan APBN yang bersumber dari utang Selain penerimaan pajak dan bukan pajak, utang mempunyai kontribusi yang penting dalam menjamin kesinambungan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dalam kerangka pembangunan nasional. Sampai saat ini peranan utang baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri masih menjadi sumber utama pembiayaan APBN. Untuk memenuhi pembiayaan APBN tersebut maka pembiayaan melalui utang harus dapat disediakan dalam jumlah yang cukup, tersedia pada saat diperlukan dengan biaya yang efisien dan tingkat risiko terkendali. Utang digunakan untuk membiayai defisit dan sebagian pengeluaran pembiayaan antara lain pelunasan pokok utang jatuh tempo, buyback, dan penerusan pinjaman. Sumber pembiayaan dari utang, meliputi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) yaitu Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) serta pengadaan Pinjaman Luar Negeri (Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek) dan Pinjaman Dalam Negeri. 2. Mewujudkan kesinambungan fiskal melalui pengelolaan portofolio dan risiko utang Pengelolaan utang yang dilaksanakan secara profesional, akuntabel, dan transparan dimaksudkan untuk mencapai kondisi keuangan negara yang sehat dan mempertahankan kemampuan negara dalam melaksanakan pembiayaan secara berkesinambungan. Pengelolaan utang yang tidak profesional akan berdampak negatif terhadap kondisi fiskal Pemerintah yang tercermin antara lain dalam ketidakmampuan Pemerintah membayar kewajiban utang secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, membengkaknya kewajiban utang di luar perkiraan, dan terhambatnya kegiatan Halaman 6
19 pemerintahan akibat tidak terjaminnya sumber pembiayaan. Selain itu, dampak selanjutnya dapat berupa menurunnya kepercayaan investor dan kreditor, terjadinya penurunan peringkat utang (sovereign credit rating), terhambatnya perkembangan pasar keuangan domestik, serta ekonomi biaya tinggi. Sebagai gambaran, total jumlah nominal utang pada tanggal 31 Desember 2010 mencapai Rp1.676,1 triliun. Jumlah utang yang relatif besar tersebut memerlukan pengelolaan secara cermat dan berhati-hati, karena utang mempunyai dimensi risiko yang berpotensi menimbulkan masalah terhadap kesinambungan fiskal, antara lain risiko nilai tukar, risiko tingkat bunga, dan risiko refinancing. Oleh karena itu, pembiayaan APBN melalui utang harus didukung dengan pengelolaan berbagai risiko dimaksud melalui upaya antara lain dengan melakukan: debt securities buyback, loan prepayment, debt-switch/reprofiling, debt swap, restrukturisasi pinjaman, dan hedging. 3. Pengembangan pasar yang dalam, aktif, dan likuid Penerbitan utang dalam bentuk SBN berperan strategis dalam pengembangan pasar keuangan khususnya pasar domestik antara lain: a. Mendukung pengembangan institusi/lembaga keuangan domestik dengan memberikan alternatif instrumen investasi; b. Mendukung kebutuhan industri keuangan dalam pengelolaan ALM; c. Yield SBN berperan sebagai benchmark bagi penerbitan instrumen keuangan lainnya; d. Pasar SBN yang berkembang akan mendukung terbentuknya pasar repo, derivatif yang akan semakin mengefisienkan pasar keuangan secara keseluruhan; dan e. Memperluas basis investor domestik. Halaman 7
20 D. Sistematika Penyajian LAKIP ini bertujuan untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja DJPU pada tahun 2010, yaitu dengan melakukan analisis atas capaian kinerja (performance results) tahun 2010 terhadap rencana kinerja (performance plans) tahun Analisis tersebut memungkinkan teridentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai umpan balik perbaikan kinerja di masa datang. Sejalan dengan hal tersebut, sistematika penyajian LAKIP adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, menyajikan latar belakang, tugas dan fungsi, dan struktur organisasi. Bab II Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja, menyajikan rencana strategis tahun 2010 dan penetapan kinerja tahunan Bab III Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan, menyajikan analisis terhadap capaian kinerja dan keuangan pada tahun Bab IV Penutup, menyajikan simpulan terhadap pencapaian kinerja di tahun Lampiran-lampiran Halaman 8
21 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA A. Rencana Strategis Berdasarkan Keputusan Dirjen PU Nomor Kep-16/PU/2010 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Tahun , telah ditetapkan arahan dalam pelaksanaan tugas DJPU dalam periode 5 tahun ke depan yang dituangkan dalam Renstra. Penyusunan Renstra tersebut mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mewajibkan setiap kementerian/lembaga menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan serta tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. 2. Salah satu prioritas bidang ekonomi dalam RPJMN tahun , yaitu Prioritas Pengelolaan APBN yang Berkelanjutan dengan Fokus Prioritas Perumusan Kebijakan Fiskal, Pengelolaan Pembiayaan Anggaran, dan Pengendalian Risiko. Fokus prioritas tersebut ditujukan untuk mengoptimalkan pengelolaan utang pemerintah, baik yang berasal dari SBN maupun pinjaman dengan biaya dan tingkat risiko yang terkelola dengan baik untuk mendukung kesinambungan fiskal. 3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.01/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun , yang mengamanatkan penyusunan Renstra kepada unit-unit organisasi (Eselon I, Eselon II, Instansi Vertikal, dan Unit Pelaksana Teknis/UPT) di lingkungan Kementerian Keuangan. Halaman 9
22 Dalam Renstra tersebut ditetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai DJPU dalam periode Tahun , yaitu: 1. Visi Visi DJPU untuk periode tahun sebagaimana yang telah direvisi oleh pimpinan DJPU adalah Menjadi unit yang profesional dalam mendukung pembiayaan APBN secara efisien dan aman untuk menuju kemandirian keuangan negara. Visi tersebut merupakan penyempurnaan dari visi periode tahun dengan lebih menekankan pada pengelolaan utang secara profesional, yaitu mampu memenuhi standar tata kelola internasional dan memperhatikan penerapan prinsip-prinsip tatakelola yang baik (good governance principles). Penyediaan sumber pembiayaan APBN dilakukan dengan tujuan agar dalam jangka panjang dapat dicapai biaya utang yang minimal dengan tingkat risiko yang terkendali. Di masa yang akan datang, DJPU sebagai unit pengelola utang diharapkan mampu mengendalikan utang agar dapat mendukung peningkatan kemampuan kemandirian keuangan negara. 2. Misi Misi DJPU yang dirumuskan untuk mewujudkan visi tahun yaitu: a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel dengan strategi yang mengedepankan peningkatan daya dukung terhadap ketahanan dan kesinambungan fiskal; b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang yang mendukung stabilitas fiskal; c. Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui upaya mengedepankan sumber-sumber dalam negeri dan pengembangan pasar keuangan domestik yang efisien dan stabil; d. Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional. Halaman 10
23 3. Tujuan Berdasarkan visi dan misi DJPU tahun , maka ditetapkan tujuan pengelolaan utang pada tahun yaitu: a. Mengamankan kebutuhan pembiayaan APBN melalui utang dengan biaya minimal pada tingkat risiko terkendali sehingga kesinambungan fiskal dapat terpelihara; dan b. Mendukung upaya untuk menciptakan pasar SBN yang dalam, aktif dan likuid. 4. Sasaran Strategis Sasaran strategis pengelolaan utang untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut: a. Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal; b. Transparansi; c. Akuntabilitas; d. Kredibilitas; e. Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas; f. Pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif; g. Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid; h. Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan utang; i. Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya; j. Pengembangan organisasi yang handal dan modern; k. Pembangunan sistem TIK yang terintegrasi; l. Pengelolaan anggaran yang optimal; Halaman 11
24 5. Kebijakan Kebijakan yang ditetapkan DJPU pada tahun 2010 adalah sebagai berikut: a. Mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari sumber domestik melalui penerbitan SBN Rupiah maupun penarikan pinjaman dalam negeri; b. Melakukan pengembangan instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih berbagai instrumen yang lebih sesuai, cost-efficient dan risiko yang minimal; c. Pengadaan pinjaman luar negeri dilakukan sepanjang digunakan untuk memenuhi kebutuhan prioritas, memberikan terms & conditions yang wajar (favourable) bagi Pemerintah, dan tanpa agenda politik dari kreditor; d. Mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman luar negeri dalam periode jangka menengah; e. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dan otoritas pasar modal, terutama dalam rangka mendorong upaya financial deepening; f. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan pinjaman dan sovereign credit rating. 6. Strategi Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan strategi-strategi yang efektif dan tepat sasaran, dimana di sisi lain dapat sekaligus mengatasi permasalahan yang ada. Strategistrategi yang disusun harus dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki, baik internal maupun eksternal. Adapun strategi DJPU untuk periode tahun adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan pengelolaan utang secara prudent dengan tujuan untuk meminimalkan biaya utang pada tingkat risiko yang terkendali; b. Meningkatkan koordinasi dengan unit terkait dalam rangka pengelolaan kas dan kebijakan fiskal serta penyediaan underlying asset penerbitan SBSN; c. Menyelesaikan penyusunan kerangka hukum dalam pengelolaan pinjaman, hibah, kewajiban kontinjensi, dan hedging; Halaman 12
25 d. Menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk pelaksanaan transaksi dalam rangka pengelolaan portofolio utang; e. Melakukan pengembangan instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih berbagai instrumen yang lebih cost-efficient dan risiko minimal; f. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), organisasi, teknologi informasi dan komunikasi (termasuk sistem informasi manajemen utang), dan pengelolaan anggaran; g. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dalam pelaksanaan Asset-Liability Management (ALM); h. Mengoptimalkan potensi pendanaan APBN melalui utang dari sumber domestik melalui penerbitan SBN Rupiah maupun penarikan pinjaman dalam negeri agar dapat mengurangi ketergantungan dari pembiayaan luar negeri; i. Mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman luar negeri dalam periode jangka menengah, pengadaan dilakukan sepanjang untuk memenuhi kebutuhan prioritas, memberikan terms & conditions yang wajar (favourable) bagi Pemerintah, dan tanpa agenda politik dari kreditor; j. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter, otoritas pasar modal, dan pelaku pasar dalam rangka mengembangkan pasar SBN domestik yang solid dan efisien melalui perluasan basis investor domestik dan mengoptimalkan infrastruktur pasar yang mendukung pasar SBN yang likuid; k. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan pinjaman dan sovereign credit rating; l. Meningkatkan monitoring dan evaluasi kinerja pelaksanaan pengelolaan utang; m. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik. Halaman 13
26 7. Program dan Kegiatan Dalam pelaksanaan kegiatan operasional pada tahun 2010, DJPU memiliki program pokok dan program penunjang. Program pokok adalah Pengelolaan dan Pembiayaan Utang, yang dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut: a. Pengelolaan Pinjaman; b. Pengelolaan Surat Utang Negara; c. Pengelolaan Pembiayaan Syariah; d. Pengelolaan Strategi dan Portofolio Utang; dan e. Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen. Sedangkan tiga program penunjang yang ditujukan untuk memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal, yaitu: a. Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik; b. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur; dan c. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara. Ketiga program penunjang di atas dilaksanakan melalui kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya DJPU. B. Penetapan Kinerja Pada tahun 2010, DJPU telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan. Pada Kontrak kinerja tersebut terdapat peta strategi (strategy map) dengan 12 sasaran strategis (SS) yang ingin dicapai. Untuk setiap SS yang disusun dan ditetapkan memiliki ukuran yang disebut sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU). Keseluruhan IKU DJPU pada tahun 2010 untuk semua SS berjumlah 23 IKU. Halaman 14
27 Peta strategi merupakan suatu dashboard (panel instrument) yang memetakan SS ke dalam suatu kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan strategi DJPU. Peta strategi memudahkan DJPU untuk mengkomunikasikan keseluruhan strateginya kepada seluruh pejabat/pegawai dalam rangka pemahaman demi suksesnya pencapaian visi, misi, dan tujuan DJPU. Peta strategi DJPU tahun 2010 yang disepakati antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan pada tanggal 19 Februari 2010 ditunjukkan dalam bagan berikut: Bagan 2 Peta Strategi DJPU Tahun 2010 Halaman 15
28 Peta strategi DJPU memetakan setiap SS yang disusun dalam rangka pencapaian tujuan organisasi sesuai visi dan misi yang diemban. Dengan menggunakan metodologi Balanced Scorecard, setiap SS dikelompokan kedalam empat perspektif, yaitu stakeholders perspective, customers perpective, internal process perspective, dan learning and growth perspective. Dari perpektif stakeholder, terdapat SS yang disusun untuk mewujudkan pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal. Dari perpektif customer terhadap kreditor, investor, dan donor, terdapat SS yang disusun untuk mewujudkan nilai transparansi, akuntabilitas, dan kredibilitas dalam pengelolaan utang. Dari perpektif proses internal DJPU, untuk mendukung pencapaian SS pada dua layer stakeholders perspective dan customers perpective tersebut diperlukan adanya tiga faktor penting berupa perumusan, pengelolaan dan pengembangan serta pengawasan terhadap core business DJPU. Dalam hal ini, proses internal yang dimaksud terkait dengan proses perumusan strategi dan kebijakan pengelolaaan utang yang berkualitas, pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif, pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid, serta monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan utang. Sedangkan dari perspektif learning and growth, terdapat empat faktor penting yang harus dikelola dengan baik guna menciptakan modal utama untuk mencapai tujuan organisasi yaitu faktor pengembangan sumber daya manusia, faktor organisasi, faktor teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan faktor pengelolaan anggaran. Sebagai alat ukur pencapaian SS, target 23 IKU DJPU yang ditetapkan pada awal tahun 2010 adalah sebagai berikut: Tabel 1 Target IKU Depkeu-One Tahun 2010 SASARAN STRATEGIS 1. PU-1 Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal IKU 1. PU-1.1 Pemenuhan target pembiayaan melalui utang 2. PU-2 Transparansi 2. PU-2.1 Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang Realisasi ,86% (Rp173,12 T) Target % (Rp199,94 T) 489 set 518 set Halaman 16
29 SASARAN STRATEGIS IKU 3. PU-3 Akuntabilitas 3. PU-3.1 Opini BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang 4. PU-4 Kredibilitas 4. PU-4.1 Pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran 5. PU-5 Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas 6. PU-6 Pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif 7. PU-7 Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid 8. PU-8 Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan utang 9. PU-9 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya 10. PU-10 Pengembangan organisasi yang handal dan modern 11. PU-11 Pembangunan sistem TIK yang terintegrasi Realisasi % (WTP) Target % (WTP) 99,99% 100% 5. PU-5.1 Jumlah peraturan dan 20 set 36 set keputusan yang mendukung pengelolaan utang 6. PU-5.2 Tersedianya dokumen strategi pengelolaan utang 2 dokumen 2 dokumen 7. PU-6.1 Persentase pemenuhan struktur 87,40% 100% portofolio utang sesuai dengan strategi 8. PU-6.2 Pencapaian effective cost 80,80% 100% 9. PU-6.3 Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang 10. PU-6.4 Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu 11. PU-7.1 Efektivitas instrumen pembiayaan baru 12. PU-7.2 Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SBN 13. PU-7.3 Partisipasi investor dalam penerbitan SBN 14. PU-8. 1 Tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku 15. PU-9.1 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya 16. PU-9.2 Jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang/berat 17. PU-9.3 Persentase jam pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja 18. PU-10.1 Persentase penyelesaian penataan/modernisasi organisasi 19. PU-10.2 Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi 5,70% 6,94% N/A 100% 139,91% 100% N/A 67,50% 250,45% 145% 100% 100% N/A 80% 1 orang (0,3%) 1 orang (0,3%) N/A 3,37 % N/A 100% 4 dokumen 6 dokumen 20. PU-10.3 Persentase penyelesaian SOP 100% 100% 21. PU-11.1 Sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana 90% 100% Halaman 17
30 SASARAN STRATEGIS 12. PU-12 Pengelolaan anggaran yang optimal IKU Realisasi 2009 Target PU-12.1 Persentase penyerapan DIPA 85,82% 85% 23. PU-12.2 Persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja N/A 100% Halaman 18
31 A. Capaian IKU BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN Capaian IKU DJPU tahun 2010 pada perspektif stakeholders dan customer dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2 Capaian IKU Depkeu-One Tahun 2010 (perspektif stakeholder dan customer) No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi Persentase Pencapaian Target Ket 1 Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal 1.1 Pemenuhan target pembiayaan melalui utang Persen 100,00 99,47 118,94 stabilize 2 Transparansi 2.1 Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang 3 Akuntabilitas 3.1 Opini BPK terhadap laporan keuangan pengelolaan utang 4 Kredibilitas 4.1 Pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran Set 518,00 610,00 117,76 maximize Persen 100, ,22 stabilize Persen 100,00 100,00 120,00 stabilize B. Evaluasi dan Analisis Kinerja Capaian SS dan IKU DJPU tahun 2010 dari 12 SS dan 23 IKU adalah: 1. 9 SS dan 18 IKU berstatus hijau atau memenuhi dan atau di atas target; 2. 2 SS dan 3 IKU berstatus kuning atau kurang memenuhi target; serta 3. 1 SS dan 1 IKU berstatus merah atau jauh kurang memenuhi target, secara detail capaian SS dan IKU tersebut adalah sebagai berikut: Halaman 19
32 1. SS pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal dengan indikator pemenuhan target pembiayaan melalui utang Pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang menjadi IKU unit pengelola utang dihitung dari realisasi penerbitan SBN dan pengadaan pinjaman program. Pemenuhan pembiayaan dari pinjaman yang digunakan sebagai komponen IKU hanya yang berasal dari pinjaman program, tidak termasuk pinjaman proyek karena sifat pinjaman program yang relatif sama dengan SBN dalam hal pola penarikannya. Pinjaman proyek tidak dimasukkan ke dalam komponen IKU karena penyerapan pinjaman proyek sangat dipengaruhi Kementerian/Lembaga sebagai Executing Agency. Dalam memenuhi target pembiayaan melalui utang, realisasi penerbitan SBN/pengadaan pinjaman program dilakukan dengan menggunakan konsep gross agar lebih mencerminkan upaya/kinerja Pemerintah dalam memenuhi total kebutuhan pembiayaan APBN yang berasal dari utang. IKU ini menggunakan polarisasi stabilize, dimana capaian yang diharapkan adalah sesuai atau mendekati target yang ditetapkan. Adapun diskripsi capaian atas IKU ini sebagai berikut: a. Pemenuhan target pembiayaan melalui utang pada tahun 2010 ditargetkan sebesar Rp199,94 triliun yang kemudian berdasarkan APBN-P dan kebijakan Menteri Keuangan direvisi sehingga menjadi Rp191,96 triliun (100%) dengan realisasi sebesar Rp190,95 triliun (99,47%), yang terdiri dari: 1) Penarikan Pinjaman Program ditargetkan sebesar Rp29,42 triliun (ekuivalen USD3.208juta) dengan realisasi sebesar Rp29,05 triliun (ekuivalen USD3.187 juta). Jumlah realisasi tersebut merupakan jumlah keseluruhan kegiatan pengelolaan pinjaman program di tahun 2010 berasal dari 11 perjanjian. Sedangkan komitmen pinjaman program yang tidak dapat terealisasi sebesar USD 20,4 juta dari pinjaman PNPM Refinancing World Bank. Sumber, target, dan realisasi pinjaman program dapat dilihat pada tabel 3. Halaman 20
33 Tabel 3 Sumber, Target, dan Realisasi Pinjaman Program Tahun 2010 (dalam USD) 2010 No Lender Nama Program Realisasi s.d. APBN-P 31 Des % 1 World 1. Development Policy Loan (DPL) 7 600,000, ,000, % Bank 2. Infrastructure Development Policy 200,000, ,000, % Loan (IDPL) 4 3. BOS-KITA Refinancing 2 164,000, ,305, % 4. PNPM Refinancing 544,000,000 15,760, % 5. Climate Change 200,000, ,000, % Sub Total World Bank 1,708,000,000 1,687,066, % 2 ADB 1. Infrastructure Reform Sector 200,000, ,000, % Development Program (IRSDP) 3 2. Countercyclical Support Facility (CSF) 500,000, ,000, % Sub Total ADB 700,000, ,000, % 3 JICA 1. Development Policy Loan 100,000, ,000, % (cofinancing dengan World Bank) VI 2. Climate Change Program Loan III 300,000, ,000, % 3. Development Policy Loan 100,000, ,000, % (cofinancing dengan World Bank) VII Sub Total JICA 500,000, ,000, % 4 France Climate Change Program Loan 3 300,000, ,000, % Sub Total France 300,000, ,000, % TOTAL 3,208,000,000 3,187,066, % 2) Dalam APBN Tahun 2010 telah ditetapkan bahwa target pembiayaan dari SBN Neto yang terdiri dari SUN dan SBSN adalah sebesar Rp104,4 triliun. Melihat perkembangan kondisi APBN, target ini kemudian direvisi melalui APBN Perubahan tahun 2010 menjadi Rp107,5 triliun dan terakhir diubah sesuai APBN-P Outlook menjadi Rp92 triliun. Realisasi penerbitan SBN pada tahun 2010 adalah sebesar Rp161,90 triliun (99,61%) lebih kecil dari target Rp162,54 triliun. Kekurangan penerbitan SBN sebesar Rp0,55 triliun terutama diakibatkan oleh proyeksi tidak tercapainya target defisit APBN 2010, sehingga untuk mengurangi over financing yang berdampak pada tingginya biaya utang, maka penerbitan SBN tidak sebesar target yang ditetapkan. Target dan realisasi SBN dapat dilihat pada tabel 4. Halaman 21
34 Tabel 4 Target dan Realisasi SBN Tahun 2010 Target APBN-P Outlook Realisasi (per 31 Des 2010) (dalam triliun rupiah) SBN jatuh tempo % SBN Netto (APBN) % Rencana Buyback % Kebutuhan Penerbitan SBN % SUN % SUN Domestik ON ZC SPN ORI SUN Valas SBSN % SBSN Domestik IFR SBSN Ritel SDHI SBSN Valas - - Rincian realisasi penerbitan SBN sebagai berikut: a) Jumlah realisasi penerbitan SUN sebesar Rp134,94 triliun merupakan jumlah keseluruhan kegiatan penerbitan SUN di tahun 2010 yang berasal dari: (1) Penerbitan SUN dalam mata uang rupiah sebesar Rp109,895 triliun. Jumlah penerbitan tersebut terdiri dari: (a) Penerbitan Obligasi Negara (ON) dalam denominasi Rupiah (tidak termasuk Obligasi Negara Ritel (ORI)) sebesar Rp72,1 triliun. Penerbitan ON secara reguler dilakukan dengan cara lelang di pasar perdana. Pada setiap penerbitan, jumlah penawaran yang masuk lebih besar dibandingkan dengan penawaran yang dimenangkan dengan bid to cover ratio berkisar dari 1,07 kali sampai 13,08 kali. Hal ini mencerminkan permintaan pasar atas SUN yang cukup baik meskipun fluktuatif, dan dalam setiap penerbitan SUN, Pemerintah selalu memperhatikan cost and risk of % Halaman 22
35 borrowing (tidak serta merta memenangkan seluruh bid yang masuk). Selama tahun 2010, Pemerintah menerbitkan ON dengan jenis Fixed Rate yang mempunyai struktur jatuh tempo berjangka pendek, menengah dan panjang, yaitu antara tahun 2015 dan Penerbitan ON dalam denominasi Rupiah mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain: (i) struktur jatuh tempo utang yang sudah ada, (ii) pengembangan pasar sekunder SUN, (iii) usulan seri SUN yang akan menjadi seri benchmark pada tahun 2011, dan (iv) analisis cost and risk. (b) Penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) selama tahun 2010 adalah sebesar Rp29,80 triliun. Selama tahun 2010, Pemerintah melakukan lelang penerbitan SPN bersamaan dengan penerbitan ON secara reguler sebanyak 21 kali dari target sebanyak 23 frekuensi dengan menerbitkan seri-seri baru sekaligus juga reopening atas seri SPN tersebut. (c) Penjualan ORI tahun 2010 yaitu seri ORI007 sebesar Rp8 triliun. Realisasi penjualan ORI007 tersebut sesuai dengan target penjualan yang diputuskan oleh Menteri Keuangan dalam rapat rencana penerbitan ORI007 dengan target maksimum sebesar Rp8 triliun. Dalam rangka mendukung program pelestarian lingkungan hidup, pada penerbitan ORI007 mengangkat tema Bersama ORI007 Lestarikan Lingkungan Hidup, yang ditandai dengan kegiatan seluruh Agen Penjual ORI untuk mendonasikan sebagian keuntungan penjualan ORI007 untuk mendukung program pelestarian lingkungan hidup, seperti penanaman pohon di taman nasional, pelestarian orang utan, pelestarian terumbu karang, Halaman 23
36 pembangunan rumah kompos dan instalasi biogas, uji emisi kendaraan, dan lain sebagainya. (d) Pada tahun 2010 terdapat satu permohonan/penawaran pembelian SUN dengan cara Private Placement, dari salah satu Dealer Utama. Namun demikian, dengan mempertimbangkan pengelolaan portofolio SUN, kondisi pasar keuangan khususnya pasar SUN yang cukup kondusif, lelang yang relatif sukses, target pembiayaan APBN melalui penerbitan SUN yang sesuai rencana (on-track), dan saldo kas Pemerintah yang cukup besar, maka Pemerintah memutuskan untuk menolak tawaran tersebut. (2) Penerbitan SUN dalam Valuta Asing di Pasar Perdana Internasional (Global Bonds) sebanyak 2 frekuensi. (a) Penerbitan SUN dalam denominasi US Dollar melalui program GMTN terlaksana pada bulan Januari 2010, dengan nominal penerbitan sebesar USD 2 miliar. Sebagaimana penerbitan sebelumnya, penerbitan pada tahun 2010 ini juga mendapatkan sambutan yang baik di pasar internasional. Total volume pemesanan yang masuk mencapai USD4,5 miliar, dimana + USD1,7 miliar dari wilayah Amerika Serikat, + USD1,2 miliar dari wilayah Eropa dan + USD1,6 miliar dari wilayah Asia. Hasil penerbitan Global Bonds ini menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari para investor internasional terhadap manajemen fiskal dan prospek ekonomi Indonesia jangka panjang. (b) Penerbitan SUN dalam valuta asing kedua dilaksanakan pada bulan November tahun 2010 yaitu SUN dalam denominasi Yen atau lebih dikenal dengan nama Samurai Bonds/Shibosai. Penerbitan tersebut menggunakan single trances dengan volume JPY60 miliar dengan tingkat kupon 1,60% per tahun yang jatuh tempo pada tanggal 12 November Berdasarkan jenis investor, Samurai Halaman 24
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang PENGANTAR
PENGANTAR (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja DJPU tahun 2011 sebagai salah satu Unit Eselon I Kementerian Keuangan. LAKIP DJPU disusun
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. D JPU Tahun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
KEMENTERIAN KEUANGAN D JPU Tahun 2011 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah D.JPU Tahun 2011 PENGANTAR (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) merupakan perwujudan pertanggungjawaban
Lebih terperinciLAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA
Lebih terperinciLAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2009 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. e. Tahun 2006, dengan berkembangnya ruang lingkup pengelolaan utang dan
BAB I PENDAHULUAN A. Tugas, Fungsi, Organisasi, dan Sumber Daya Manusia 1. Perkembangan Unit Pengelola Utang Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan mutu pelayanan kepada masyarakat,
Lebih terperinciFORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN
Lebih terperinciLAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010 I. PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi amanat pasal 16 Undang-Undang
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DJPU TAHUN 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG LAPORAN AKUNTABILITAS
Lebih terperinciSurat Berharga Syariah Negara
Lampiran 13 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2011 I. PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi amanat pasal 16 Undang-Undang
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN
IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Tahun 2009 dibuat bertepatan dengan berakhirnya periode Rencana Strategis (Renstra)
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara
- 155-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara 2. IKHTISAR JABATAN : Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara mempunyai tugas melaksanakan
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara
- 181-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan, analisis kinerja,
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal
- 169-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan analisis dan kajian yang terkait dengan
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Perencanaan dan Strategi Utang
- 30-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Perencanaan dan Strategi Utang 2. IKHTISAR JABATAN : Melaksanakan penyiapan perumusan, evaluasi, analisis, dan rekomendasi strategi pengelolaan utang jangka
Lebih terperinciLAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2007 I. Pendahuluan Laporan pertanggungjawaban pengelolaan Surat
Lebih terperinciSUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN
SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN Salah satu upaya untuk mengatasi kemandegan perekonomian saat ini adalah stimulus fiskal yang dapat dilakukan diantaranya melalui defisit anggaran. SUN sebagai
Lebih terperinciPERKEMBANGAN UTANG INDONESIA
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA Utang merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang digunakan sebagai salah satu bentuk pembiayaan ketika APBN mengalami defisit dan untuk membayar kembali utang yang jatuh tempo
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN
Lebih terperinci2015, No Mengingat dengan cara private placement di Pasar Perdana Domestik dengan mencabut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.08/2013 tent
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.947, 2015 KEMENKEU. Surat Utang Negara. Rupiah. Valuta Asing. Pasar perdana Domestik. Private Placement. Penjualan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan
Lebih terperinciFORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Seksi Setelmen Transaksi Surat Utang Negara
- 237-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Setelmen Transaksi Surat Utang Negara 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan pengumpulan data dan informasi perkiraan pembayaran kewajiban; melakukan rekonsiliasi realisasi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Peraturan Surat Utang Negara dan Evaluasi Kinerja
- 205-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Peraturan Surat Utang Negara dan Evaluasi Kinerja 2. IKHTISAR JABATAN : Subdirektorat Peraturan Surat Utang Negara dan Evaluasi Kinerja mempunyai tugas melaksanakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1229, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Utang Negara. Pasar Internasional. Penjualan. Pembelian Kembali. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137/PMK.08/2013
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN R.I. I K H T I S A R E K S E K U T I F D irektorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden
Lebih terperinci*13423 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 24 TAHUN 2002 (24/2002) TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
Copyright (C) 2000 BPHN UU 24/2002, SURAT UTANG NEGARA *13423 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 24 TAHUN 2002 (24/2002) TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 /KMK.08/2013 TENTANG STRATEGI PENGELOLAAN UTANG NEGARA TAHUN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 /KMK.08/2013 TENTANG STRATEGI PENGELOLAAN UTANG NEGARA TAHUN 2013-2016 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai
Lebih terperinciNOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Pengelolaan Transaksi
- 26-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Pengelolaan Transaksi 2. IKHTISAR JABATAN: Merumuskan dan melaksanakan kegiatan perencanaan, penyiapan infrastruktur, pelaksanaan, dan penatausahaan transaksi;
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 2154-9991-3669-7464 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciPerkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara),
Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), 2000 2008 up date 30 November 2008 Ringkasan Eksekutif Rasio Utang (Pinjaman Luar Negeri + Surat Utang Negara) terhadap PDB terus
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Berharga Syariah Negara
- 153-1. NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Berharga Syariah Negara 2. IKHTISAR JABATAN: Melaksanakan pemantauan dan analisis terhadap perkembangan pasar keuangan, analisis
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF Pembiayaan APBNP 2017 masih didukung oleh peran utang Pemerintah Pusat. Penambahan utang neto selama bulan Agustus 2017 tercatat sejumlah Rp45,81 triliun, berasal dari penarikan pinjaman
Lebih terperinci21 Universitas Indonesia
BAB 3 GAMBARAN UMUM DEPARTEMEN KEUANGAN DAN BALANCED SCORECARD TEMA BELANJA NEGARA 3.1. Tugas, Fungsi, dan Peran Strategis Departemen Keuangan Republik Indonesia Departemen Keuangan Republik Indonesia
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja
- 234-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dokumen perencanaan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF Utang Pemerintah Pusat berperan dalam mendukung pembiayaan APBNP 2017. Penambahan utang neto selama bulan September 2017 tercatat sejumlah Rp40,66 triliun, berasal dari penerbitan Surat
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Uang dan Derivatif
- 193-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Uang dan Derivatif 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Analisis Pasar Uang dan Derivatif mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan, analisis dan kajian
Lebih terperinciIkhtisar Eksekutif. vii
Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK
SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA--/AG/214 DS 3739-9477-7155-715 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun 213 tentang
Lebih terperinciFORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-015.07-0/2015 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Seksi Peraturan Surat Utang Negara
- 223-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Peraturan Surat Utang Negara 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Peraturan Surat Utang Negara mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan peraturan perundang-undangan,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2010 KATA PENGANTAR Strategi merupakan aspek
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.592, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Utang Negara. Valuta Asing. Pasar Perdana. Penjualan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/PMK.08/2013 TENTANG
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Seksi Evaluasi Pelaksanaan Transaksi
- 245-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Evaluasi Pelaksanaan Transaksi 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Evaluasi Pelaksanaan Transaksi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan evaluasi pelaksanaan
Lebih terperinciFORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN
Lebih terperinciFORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN
Lebih terperinciFORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Seksi Akuntansi Surat Berharga Negara
- 287-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Akuntansi Surat Berharga Negara 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan akuntansi dan rekonsiliasi data terkait dengan pengelolaan Surat Utang Negara
Lebih terperinciFORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT
Lebih terperinciSekretariat Jenderal KATA PENGANTAR
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah
Lebih terperinci2 namun acuan yang digunakan adalah indikator indeks; c. bahwa dalam rangka menselaraskan indikator yang digunakan dalam rangka transaksi Surat Utang
No.698, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Surat Utang Negara. Langsung. Transaksi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95/PMK.08/2014 TENTANG TRANSAKSI SURAT UTANG
Lebih terperinciFORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal.
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2011
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2011 Daftar Isi i Kata Pengantar ii Ringkasan Eksekutif iv Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2011 v BAB I Pendahuluan 1 A. Latar Belakang
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
- 246-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Setelmen Transaksi Instrumen Pembiayaan Syariah 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan pengumpulan data dan informasi perkiraan pembayaran kewajiban; melakukan rekonsiliasi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Belanja Pemerintah tersebut dipenuhi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengeluaran Pemerintah memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Belanja Pemerintah tersebut dipenuhi dari penerimaan negara
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Seksi Pengembangan Instrumen dan Basis Investor
- 130-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pengembangan Instrumen dan Basis Investor 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Pengembangan Instrumen dan Basis Investor mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
Lebih terperinciPENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN)
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN) Jakarta, 30 November 2017 DJPPR Kemenkeu
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 187/KMK.01/2010 TENTANG STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING PROCEDURE) LAYANAN UNGGULAN KEMENTERIAN KEUANGAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 187/KMK.01/2010 TENTANG STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING PROCEDURE) LAYANAN UNGGULAN KEMENTERIAN KEUANGAN Menimbang : a. MENTERI KEUANGAN, bahwa tujuan utama
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Seksi Portofolio dan Risiko Pembiayaan Syariah
- 190-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Portofolio dan Risiko Pembiayaan Syariah 2. IKHTISAR JABATAN : Melakukan penyiapan bahan perumusan, evaluasi, dan analisis strategi pembiayaan tahunan melalui Pembiayaan
Lebih terperinciBMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015
BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.08/2014 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.08/2014 TENTANG PENJUALAN SURAT UTANG NEGARA DI PASAR PERDANA DALAM DENOMINASI YEN DI JEPANG DENGAN
Lebih terperinciFORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN
Lebih terperinciFORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2017 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN KEUANGAN 2. Sasaran Strategis K/L : 1.Terjaganya Kesinambungan Fiskal 3. Program : Program
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat
Lebih terperinciBab I Pendahuluan Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-015.07-0/2016 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Lebih terperinciFORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-015.12-0/2015 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO
PETIKAN q. PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
- 66-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif I 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif I mempunyai tugas melakukan
Lebih terperinci2.1 Rencana Strategis
2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama
Lebih terperinciKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Seksi Peraturan Pembiayaan Syariah
- 238-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Peraturan Pembiayaan Syariah 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan penyiapan bahan perumusan peraturan perundang-undangan dan pengkajian peraturan yang berkaitan dengan pembiayaan
Lebih terperinciPRESENTASI KETUA KELOMPOK KERJA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
PRESENTASI KETUA KELOMPOK KERJA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Jakarta, 31 Agustus 2004 1 PARADIGMA BARU Penegasan fungsi pejabat perbendaharaan negara; Pemisahan kewenangan administratif dan kewenangan
Lebih terperincidown mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya agar efektif, efisien, dan akuntabel, Direktorat Penanganan Pelanggaran (Dit. PP) berpedoman pada dokumen perencanaan
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif II
- 83-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif II 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif II mempunyai tugas melakukan
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012
RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Harga Surat Berharga Syariah Negara
- 183-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Harga Surat Berharga Syariah Negara 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan penyiapan bahan pemantauan dan analisis perkembangan harga instrumen keuangan, serta melakukan
Lebih terperinciDAFTAR ISI DISCLAIMER
DAFTAR ISI 1. Tujuan dan Kebijakan Pengelolaan Utang 2. Realisasi APBNP 2017 dan Defisit Pembiayaan APBN 3. Perkembangan Posisi Utang Pemerintah Pusat dan Grafik Posisi Utang Pemerintah Pusat 4. Perkembangan
Lebih terperinciNAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN
NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN Detik.com Hingga akhir Mei 2016, total utang pemerintah i pusat tercatat Rp3.323,36 triliun. Naik Rp44,08 triliun dibandingkan akhir April 2016,
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Seksi Infrastruktur Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif
- 53-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Infrastruktur Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif 2. IKHTISAR JABATAN : Seksi Infrastruktur Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif mempunyai tugas melakukan
Lebih terperinciNo. 15/12/DASP Jakarta, 8 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April 2013 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Perihal : Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1204, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penjualan. Daeler Utama. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134/PMK.08/2013 TENTANG DEALER UTAMA DENGAN
Lebih terperinciK A T A P E N G A N T A R
K A T A P E N G A N T A R Puji Syukur ke hadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga Bagian Keuangan dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Bagian
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja
- 264-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan penyiapan bahan penyusunan dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja Direktorat meliputi perencanaan
Lebih terperinciPENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA Jakarta, 8 November 2017 DJPPR Kemenkeu @djpprkemenkeu
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciFORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPATEMEN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan.
No.67, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPATEMEN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75/PMK.08/2009 TENTANG PENERBITAN
Lebih terperincimenyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang
TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/20/PBI/2014 TANGGAL 28 OKTOBER 2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan
Lebih terperinciNAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja
- 107-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan penyiapan bahan penyusunan dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja Direktorat meliputi perencanaan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar keuangan global yang sangat cepat dan semakin terintegrasi telah mengakibatkan pasar obligasi memainkan peranan penting sebagai alternatif sumber
Lebih terperinci