Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005"

Transkripsi

1

2 Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005 Katalog BPS : Ukuran Buku : 21,5 cm x 28 cm Jumlah Halaman : 46 halaman Naskah : Bidang Statistik Sosial, BPS Provinsi Gorontalo Penyunting : Bidang Statistik Sosial, BPS Provinsi Gorontalo Kulit Depan: Bidang Intergrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo, dan Badan Perencanaan Pembangunan, dan Percepatan Ekonomi Daerah (Bapppeda) Provinsi Gorontalo Dicetak Oleh : Clinthon, Gorontalo Boleh Dikutip dengan menyebut sumbernya May be cited with reference to the source

3 Organisasi Penyusunan Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005 Pengarah/Penanggungjawab : Drs. H. Syafril Said Editor : Siti Mardiyah, MA Penulis : Siti Mardiyah, MA Arifin M. Ointu, SE Rusli Paramata, SST Lilik Hariyanti, SST Pengolah Data : Rusli Paramata, SST

4 KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas RahmatNya telah selesainya penyusunan Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Publikasi ini menyajikan statistik tentang keterangan kegiatan social budaya individu dan informasi yang berkaitan dengan perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat. Penyusunan Indikator Sosial Budaya ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara makro mengenai tingkat partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sosial budaya secara keseluruhan serta memberikan gambaran perkembangan tingkat kesejahteraan rakyat di Provinsi Gorontalo. Pembuatan publikasi ini didasari atas kerjasama BPS Provinsi Gorontalo dan Badan Perencanaan Pembangunan dan Percepatan Ekonomi Provinsi Gorontalo. Proses penyusunan publikasi ini juga tidak lepas dari bantuan banyak pihak terutama data dari berbagai instansi yang terkait. Atas bantuan dari berbagai pihak tersebut diucapkan banyak terimakasih. Kami menyadari bahwa isi publikasi ini belum sempurna, Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Akhirnya semoga publikasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Gorontalo, Desember 2005 Kepala Bapppeda Provinsi Gorontalo Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo Prof. DR. Ir. Hj. Winarni Monoarfa, MS Drs. H. Syafril Said NIP NIP

5 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar. i Daftar Isi. ii Daftar Grafik... iii Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tujuan Metodologi dan Ruang Lingkup Metodologi Ruang Lingkup Sistimatika Penyajian.. 4 Bab II. Indikator Sosial dan Budaya 2.1. Pengertian Umum Konsep dan Definisi Kependudukan, Fertilitas, dan KB Pendidikan Kesehatan Ketenagakerjaan Kemiskinan Lingkungan dan Sosial Bab III. Profil Sosial dan Budaya Provinsi Gorontalo 3.1. Gambaran Umum Penduduk Provinsi Gorontalo Profil Pendidikan Penduduk Provinsi Gorontalo Kondisi Kesehatan Masyarakat Aktifitas Ekonomi Penduduk Gorontalo Kemiskinan Organisasi Sosial dan Lingkungan.. 25 Bab IV. Tabel-Tabel Indikator Sosial dan Budaya 4.1. Kependudukan, Fertilitas, dan KB Pendidikan Kesehatan Ketenagakerjaan Kemiskinan. Organisasi Sosial dan Lingkungan

6 DAFTAR GRAFIK halaman Grafik 1. Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Gorontalo 15 Grafik 2. Persentase Penduduk menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2004 Grafik 3. APK APM Tahun 2004/ Grafik 4. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama Tahun Grafik 5. Balita 2 4 Tahun yang Pernah diberi ASI kurang dari 24 Bulan Tahun Grafik 6. Grafik 7. Kontribusi 3 Sektor Lapangan Usaha Terbesar Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Tahun Tingkat Pengangguran Penduduk 15 tahun ke atas Tahun Grafik 8. Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo Grafik 9. Jumlah Karang Taruna dan Organisasi 26 Grafik 10. Jumlah Sarana Ibadah Di Provinsi Gorontalo

7 DAFTAR TABEL Tabel 1. halaman Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo per Kabupaten/Kota Tahun Tabel 2. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun Tabel 3. Rasio Jenis Kelamin / Sex Ratio Tabel 4. Komposisi Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun Tabel 5. Persentase Rumah Tangga menurut Provinsi dan Keberadaan Fasilitas Umum Di Kecamatan Sendiri Tahun

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka perencanaan, pemantauan dan penentuan sasaran serta pengukuran keberhasilan suatu tahapan pembangunan diperlukan tidak saja data ekonomi tetapi juga data sosial yang diharapkan mampu menggambarkan fenomena ekonomi dan sosial yang terjadi. Lebih jauh lagi, setiap data dapat digunakan sebagai acuan atau gambaran sesuatu keadaan. Masing-masing data merupakan indikator akan sesuatu hal tertentu ataupun beberapa hal secara bersama. Dengan demikian, untuk mengamati perkembangan atau evaluasi suatu kegiatan dapat dianalisa dari perubahan indikator yang terkait. Keterbandingan tahapan capaian pembangunan antar wilayah/daerah dapat pula dicerminkan oleh indikator-indikator tersebut sehingga pada gilirannya gambaran secara menyeluruh tentang capaian suatu tahap pembangunan dapat diperoleh. Penduduk atau masyarakat sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan pusat kegiatan yaitu pelaku pembangunan dan sekaligus sasaran pembangunan. Oleh karenanya, penduduk juga merupakan makhluk hidup yang saling berinteraksi dengan sesamanya dan lingkungan sekitar. Keadaan tersebut dapat direkam kedalam aktivitas sosial dan budaya. Gambaran utuh kegiatan tersebut dapat dirangkum kedalam suatu indikator sosial dan budaya yang dapat mencerminkan keadaan dan situasi wilayah. Hal tersebut dapat berguna sebagai bahan dasar acuan kebijakan dalam perencanaan dan evaluasi program pemerintah di semua level. Sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang baru berdiri sejak tahun 2001, provinsi ini berupaya untuk menggali potensi yang ada baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia untuk memacu laju pembangunan/perekonomian daerah. Sehingga tujuan pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat dapat dicapai. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, keberhasilan pembangunan suatu daerah bukan saja

9 dipengaruhi oleh faktor ekonomi, akan tetapi juga faktor lain yang antara lain faktor sosial budaya masyarakat. Upaya tersebut di atas tidaklah mudah mengingat tidak semua indikator sosial dapat dikuantifikasi. Disamping itu terdapat keterbatasan penerapan metoda stastistik yang digunakan berkaitan dengan kondisi di lapangan, walaupun metoda tersebut sudah sangat pesat. Untuk mengatasinya, penyajian indikator sosial biasanya dilakukan secara lengkap, mencakup berbagai variable yang menjadi perhatian, sehingga memudahkan dalam mempelajari implikasi kebijaksanaan yang bersifat intervensi. Cara lain adalah penggabungan dari berbagai indikator sosial kedalam suatu indek komposit yang diharapkan mampu secara komprehensip menerangkan berbagai fenomena sosial yang terjadi. Walaupun, cara ini tidak menunjukkan implikasi kebijaksanaan yang jelas tetapi sangat memudahkan perbandingan tingkat kesejahteraan sosial antar daerah dalam suatu waktu atau suatu daerah dalam suatu kurun waktu. Sehubungan dengan hal tersebut sangat dipandang perlu untuk menyusun indikator yang menggambarkan keadaan sosial budaya masyarakat di Provinsi Gorontalo. Kondisi sosial budaya ini dapat dilihat melalui beberapa Indikator Sosial Budaya yaitu; Kependudukan, Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Kemiskinan, Organisasi Sosial dan Lingkungan. Dengan disusunnya indikator tersebut dapat diharapkan acuan yang baku yang dapat digunakan oleh semua pihak dan untuk pemahaman indikator tersebut perlu kiranya narasi sederhana dari data yang disajikan. Dengan demikian, publikasi ini dapat diharapkan akan menjadi basis data di dalam melihat kondisi sosial budaya daerah, khususnya sebagai bahan evaluasi dan acuan dalam menata wilayah dengan landasan pijakan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan Permasalahan Berbagai program pembangunan yang mengarah pada bidang sosial budaya selama ini telah dilaksanakan. Namun, di sisi lain perlu dilakukan suatu evaluasi sejauh mana keberhasilan program pembangunan, khususnya bidang

10 sosial dan budaya yang telah dicapai dan sebagai acuan program yang akan di capai di lain waktu. Selain itu, hingga saat ini belum ada publikasi statistik tentang sosial budaya khususnya indikator yang menggambarkan keadaan sosial budaya provinsi Gorontalo sampai pada tingkat Kabupaten/Kota yang ada dalam lingkup Provinsi Gorontalo Tujuan Tujuan penyusunan publikasi Indikator Sosial Budaya Tahun 2005 adalah : 1. Untuk memberikan gambaran secara lengkap dan utuh tentang keadaan sosial budaya Provinsi Gorontalo secara umum, baik yang diperoleh dari data primer maupun sekunder. 2. Data yang tersaji dalam publikasi tersebut dapat digunakan sebagai antisipasi, bahan evaluasi, serta acuan dalam setiap perencanaan pembangunan Daerah, khususnya dengan diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. 3. Sebagai bahan evaluasi kegiatan penyusunan pengembangan Pusat Data Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah (PDP3D) sesuai instruksi Mendagri No.26 Tahun Metodologi dan Ruang Lingkup Metodologi Metode pengumpulan data, diperoleh melalui pengumpulan data primer dan sekunder yang berkaitan dengan sosial dan budaya. Pengumpulan data primer merupakan data hasil kegiatan statistik yang telah dilakukan BPS baik hasil sensus maupun survei, sedangkan data sekunder merupakan data dari beberapa instansi terkait.

11 Metode pengolahan data, dilakukan dengan cara kompilasi data primer dan melakukan entry data sekunder. Setelah itu dilakukan penyusunan indikator, dengan cara melakukan penghitungan sesuai rumusan dari masing-masing indikator yang digunakan Ruang Lingkup 1. Wilayah Kabupaten dan Kota yang tersebar di seluruh Provinsi Gorontalo, Namun data bersumber dari Susenas dan Sakernas Badan Pusat Statistik hanya dapat ditampil dua kabupaten dan satu kota, sedangkan 2 kabupaten pemekaran terakhir (Pohuwato dan Bone Bolango) datanya masih gabung dengan kabupaten induknya, hal ini dikarenakan estimasi hasil survei-survei belum memuat dua kabupaten ini. 2. ndikator Sosial Budaya yang mencakup ; o Kependudukan, Fertilitas dan KB o Pendidikan o Ketenaga Kerjaan o Kemiskinan o Organisasi Sosial dan Lingkungan 1.5. Sistimatika Penyajian Penyusunan Indikator Sosial dan Budaya Provinsi Gorontalo diuraikan kedalam dua bagian besar. Bagian pertama berisikan pendahuluan, metodologi dan indikator sosial dan budaya dalam level provinsi, sedangkan bagian kedua yang terdiri dari enam kelompok menyajikan data/tabel dari masing-masing kelompok indikator sosial dan budaya. Kelompok pertama menyajikan indikator Kependudukan, Fertilitas, dan KB, diikuti oleh kelompok Pendidikan. Kelompok ke tiga dan empat berisikan indikator Ketenagakerjaan dan Kesehatan. Indikator Kemiskinan dan Lembaga Sosial dan Budaya merupakan kelompok ke lima.

12 BAB II INDIKATOR SOSIAL BUDAYA 2.1. Pengertian Umum Berkaitan dengan penggunaan data dari suatu survei atau kegiatan statistik apapun jenisnya, adalah sangat penting untuk mengetahui konsep dan definisi yang dipergunakan survei tersebut, sehingga makna dari data tersebut dapat jauh lebih dipahami dan dimengerti. Demikian pula dengan konsep dan definisi yang digunakan dalam penyusunan indikator sosial dan budaya. Penyusunan indikator sosial dan budaya sebahagian besar menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Berikut ini ditampilkan konsep/definisi yang digunakan Konsep/Definisi Kependudukan, Fertilitas, dan KB Penduduk adalah mereka yang sudah menetap di suatu wilayah paling sedikit 6 bulan atau kurang dari 6 bulan akan tetapi bermaksud untuk menetap untuk jangka waktu lebih dari 6 bulan. Jumlah Penduduk adalah banyaknya penduduk suatu wilayah pada tahun tertentu yang dipengaruhi oleh banyakya kelahiran (birth), kematian (death), dan perpindahan penduduk (migration). Tingkat Kepadatan Penduduk adalah jumlah penduduk di suatu wilayah pada tahun tertentu ditimbang dengan luas wilayahnya. Laju Pertumbuhan Penduduk adalah besarnya perubahan jumlah penduduk dari satu tahun (waktu) ke tahun (waktu) berikutnya.

13 Laju Pertumbuhan Penduduk Alamiah adalah besarnya perubahan jumlah penduduk dari satu tahun (waktu) ke tahun (waktu) berikutnya karena faktor kelahiran dan kematian (tidak memperhitungkan migrasi). Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan antara penduduk laki-laki (L) dengan perempuan (P). Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk di bawah umur 15 tahun ditambah jumlah penduduk umur 65 tahun keatas dengan jumlah penduduk berumur tahun. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate = CBR) adalah banyaknya kelahiran di suatu wilayah ditimbang dengan banyaknya penduduk pertengahan tahun di wilayah tersebut. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate = CDR) adalah banyaknya kematian di suatu wilayah ditimbang dengan banyaknya penduduk pertengahan tahun di wilayah tersebut. IMR (Infant Mortality Rate) atau Angka Kematian Bayi adalah proporsi bayi meninggal (setelah dilahirkan dan sebelum mencapai usia 1 tahun) per 1000 kelahiran di tahun yang sama. Rasio Ibu Anak (Child Women Ratio) adalah perbandingan jumlah anak (0-4 tahun) dengan jumlah wanita usia pada pertengahan tahun. Rata-Rata Anak Lahir Hidup (Average Number of Children Ever Born) adalah rata-rata jumlah kelahiran hidup dari sekelompok atau beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya. Tingkat Partisipasi KB (Prevalence Rate) adalah proporsi peserta KB Aktif terhadap pasangan usia subur.

14 Pendidikan Angka Melek Huruf (Literacy Rate)adalah persentase jumlah penduduk umur 10 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis terhadap total penduduk umur 10 tahun ke atas. Angka Partisipasi Kasar (Gross Enrollment Ratio = GER) adalah proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA) dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan. Angka Partisipasi Murni (Net Enrollment Ratio = NER) adalah proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu (SD, SLTP, SLTA) yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya. Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan (Education Attainment Level) adalah perbandingan jumlah penduduk umur 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke atas dengan jumlah penduduk 10 tahun ke atas. Angka Putus Sekolah (Drop Out Rate) adalah perbandingan jumlah siswa usia sekolah pada jenjang pendidikan yang putus sekolah di jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk di usia tertentu. Rasio Murid-Guru Rasio murid-guru diperoleh dengan perbandingan jumlah murid dengan jumlah guru pada suatu jenjang pendidikan tertentu Kesehatan Rasio Sarana dan Tenaga Kesehatan Terhadap Penduduk Rasio yang menunjukkan tingkat ketersediaan sarana kesehatan (rumah sakit, apotik, dan puskesmas) dan tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) yang melayani kelompok masyarakat.

15 Persentase Persalinan ditolong Tenaga Medis adalah persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga medis seperti dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya. Indikator ini digunakan untuk menggambarkan tingkat kemajuan pelayanan kesehatan terutama pada saat kelahiran di mana resiko kematian amat tinggi. Persentase Bayi diberi ASI (6 11 bulan) adalah persentase bayi yang diberi ASI (6-11) bulan terhadap anak usia < 1 tahun Persentase Balita yang Diberi ASI Selama Kurang Dari Dua Tahun (24 bulan) adalah persentase bayi yang diberi ASI selama kurang dari dua tahun (24 bulan) terhadap anak usia < 5 tahun Cakupan Imunisasi adalah persentase anak berusia 1 2 tahun yang telah mendapatkan imunisasi lengkap. Persentase Balita Yang Sudah Diimunisasi Lengkap adalah persentase balita yang diimunisasi DPT sebanyak tiga kali, Polio sebanyak tiga kali, BCG dan Campak terhadap anak usia < 5 tahun. Angka Kesakitan (morbidity rate) adalah persentase penduduk yang mengalami keluhan sakit terhadap total penduduk yaitu jumlah penduduk yang mengalami sakit dan penduduk yang tidak mengalami sakit. Persentase Penduduk Sakit dengan Pengobatan Sendiri (Percentage of Completely Immunized Baby) adalah persentase penduduk yang mengalami keluhan yang diobati sendiri terhadap total penduduk yang mengalami keluhan yang menyebabkan kegiatannya terganggu (penduduk yang sakit). Persentase Penduduk Sakit yang Berkonsultasi ke Tenaga Medis (Percentage of Sick People Treated by Trained Paramedics) adalah persentase penduduk sakit yang konsultasi ke RS Pemerintah/Swasta, Dokter, Puskesmas, Klinik, KIA, BP dan petugas kesehatan terhadap total penduduk yang sakit.

16 Persentase Penduduk Sakit yang Menjalani Rawat Inap di RS/Klinik yang menyediakan Tenaga Medis (Percentage of Hospitalized People) adalah persentase penduduk yang sakit dan menjalani rawat inap di RS Pemerintah/Swasta, Praktek dokter, Puskesmas, Klinik, KIA, BP dan petugas kesehatan terhadap total penduduk yang sakit. Rata-rata Lama Sakit (Length of Illness) adalah perbandingan jumlah orang hari penduduk yang menderita sakit terhadap total penduduk yang sakit Ketenagakerjaan TPAK atau Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja digunakan untuk melihat perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (umur 10 tahun keatas). Dengan melihat TPAK dapat ditunjukkan perbandingan presentase penduduk yang telah dan siap untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi. Tingkat Penganguran Terbuka digunakan untuk melihat tingkat pengangguran terbuka dikalangan angkatan kerja. Tingkat Pengangguran Terdidik digunakan untuk melihat perbandingan jumlah pencari kerja yang berpendidikan SLTA keatas terhadap jumlah angkatan kerja yang berpendidikan SLTA ke atas. Tingkat Kesempatan Kerja digunakan untuk melihat perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Laju Pertumbuhan Angkatan Kerja digunakan untuk melihat laju pertumbuhan angkatan kerja antar kurun waktu tertentu menunjukkan laju pertumbuhan partisipasi usia kerja secara ekonomis.

17 Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja digunakan untuk melihat laju pertumbuhan penduduk yang bekerja antar kurun waktu tertentu. Setengah Pengangguran adalah perbandingan persentase penduduk yang bekerja lebih kecil dari 1/3 jam kerja normal (jam kerja normal bisa ditentukan sebesar 48 jam seminggu) terhadap jumlah penduduk yang bekerja. Sehingga 1/3 jam kerja normal sama dengan 16 jam seminggu. Setengah Bekerja adalah perbandingan persentase penduduk yang bekerja antara 1/3 sampai dengan 2/3 dari jam kerja normal seminggu (antara 16 sampai 32 jam seminggu) terhadap persentase penduduk yang bekerja. Bekerja Penuh adalah perbandingan persentase penduduk yang bekerja penuh (lebih besar dari 2/3 jam kerja normal seminggu) terhadap persentase penduduk yang bekerja. Kontribusi Sektor Dalam Penyerapan Tenaga Kerja adalah perbandingan persentase penduduk yang bekerja di sektor lapangan kerja terhadap persentase penduduk yang bekerja Kemiskinan Penghitungan jumlah penduduk miskin melalui pendekatan rumahtangga pada prinsipnya adalah melalui pengukuran ketidakmampuan rumahtangga dalam memenuhi kebutuhan makanan dan non-makanan yang paling minimal. Data dasar yang digunakan untuk melakukan penghitungan adalah Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) modul konsumsi. Survei ini dilakukan oleh BPS. Dalam setiap survei ada dua kelompok pertanyaan: Kor dan Modul. Data Kor mencakup variabel demografi dan partisipasi sekolah anggota rumahtangga, dan selalu dikumpulkan setiap tahun, sedangkan data Modul dibagi atas 3 (tiga), yaitu modul:

18 a. konsumsi rumahtangga; b. kriminalitas, perjalanan, sosial budaya, dan kesejahteraan masyarakat; dan c. pendidikan, kesehatan, dan perumahan. Penghitungan jumlah penduduk miskin didasarkan kepada Susenas Modul Konsumsi. Kriteria yang digunakan dalam pengukuran batas kemiskinan adalah ketidakmampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan minimum makanan setara dengan 2100 kalori per kapita per hari ditambah kebutuhan minimum nonmakanan. Modul konsumsi dilaksanakan tiga tahun sekali, dan paling akhir dilaksanakan pada awal tahun Lingkungan dan Sosial Organisasi Sosial adalah organisasi yang melaksanakan pelayanan dalam bidang kesejahteraan sosial baik untuk anggotanya sendiri maupun masyarakat (organisasi selain organisasi politik), dan telah mempunyai struktur yang tetap (susunan pengurus, seperti ketua, sekretaris dan bendahara), baik yang berbadan hokum maupun tidak, dikelola oleh pemerintahmaupun swasta. Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan sebagai wadah pembinaan generasi muda di tingkat desa/kelurahan. Keanggotaan karang taruna bersifat pasif dan berlaku untuk penduduk berumur (6-40 tahun). Lembaga adat adalah aturan-aturan, hukum dan kebiasaan-kebiasaan tradisional yang dipelihara secara turun temurun dan masih dilakukan oleh masyarakat (yang tujuannya untuk mengharapkan berkah dari Yang Maha Kuasa). Taman budaya adalah unit pelaksana tekhnis bidang kebudayaan yang menangani kegiatan kesenian di tingkat propinsi. Padepokan/sanggar budaya adalah tempat kegiatan olah seni yang dikelola oleh masyarakat, kelompok organisasi maupun perorangan.

19 BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA PROVINSI GORONTALO 3.1. Gambaran Umum Sebagai mahluk sosial dan mahluk yang berbudaya, manusia tidak lepas dari kegiatan sosial budaya. Seiring dengan kemajuan peradaban manusia, aspekaspek kegiatan sosial budaya juga mengalami perkembangan di masyarakat dan mencakup banyak hal, yaitu kegiatan-kegiatan yang menimbulkan interaksiinteraksi sosial dan kerjasama. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya dalam bidang komunikasi, kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat serta organisasi sosial dan lingkungan. Oleh karenanya kondisi sosial budaya merupakan cerminan langsung dari segala sendi aktifitas masyarakat disamping aktifitas ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Namun, keadaan sosial budaya seringkali sukar untuk dimengerti jika langsung dianalisa dari kondisi karakteristik variabelnya yang cenderung sangat bersifat kualitatif. Oleh karenanya, variable-variabel tersebut harus lebih dahulu dikonversi kedalam bentuk variabel-variabel kuantitatif, dengan kata lain, data kualitatif tersebut harus dituangkan ke dalam data kuantitatif sehingga dapat dipahami maknanya. Mengingat pentingnya aspek sosial budaya dalam rangka pembangunan kesejahteraan masyarakat, pemerintah perlu memperoleh gambaran yang cukup banyak mengenai kondisi dan perkembangan kegiatan sosial budaya yang ada di Gorontalo melalui dukungan data yang akurat. Selanjutnya, untuk lebih memahami makna berkaitan dengan sosial budaya, maka di dalam bab ini akan diulas secara ringkas keadaan sosial budaya Provinsi Gorontalo

20 3.2. Penduduk Provinsi Gorontalo Fenomena kependudukan pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia pada umunya bertalian dengan jumlah penduduk yang besar, laju pertumbuhan yang tinggi, dan persebaran penduduk yang tidak merata. Jumlah penduduk yang besar merupakan potensi yang menguntungkan dilihat dari sisi penyediaan sumber daya manusia dan tenaga kerja, guna menggerakkan roda pembangunan. Akan tetapi jumlah penduduk yang besar tanpa diikuti dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai sesuai dengan tuntutan dengan dinamika pembangunan akan menimbulkan masalah sosial, bahkan dapat menjadi penghambat bagi kelancaran proses pembangunan itu sendiri. Tabel 1. Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo per Kabupaten/Kota Tahun Kab/Kota Jumlah Penduduk (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kab. Boalemo Kab. Pohuwato * Kab. Gorontalo Kab. Bone Bolango * Kota Gorontalo Prov. Gorontalo Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2002, 2003 & 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk Sampai dengan tahun 2004, Kabupaten Gorontalo merupakan daerah dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu hampir 60 persen dari total penduduk Provinsi Gorontalo. Sedangkan penduduk Kabupaten Boalemo dan Kota Gorontalo masing-masing hanya sebesar 23,6 persen dan 16,5 persen. Ditinjau dari luas wilayahnya, yaitu dari total Km 2 seluruh Provinsi Gorontalo, maka akan terlihat bahwa Kabupaten Boalemo merupakan daerah terluas, yaitu Km 2 atau sekitar 55 persen, kemudian Kabupaten Gorontalo dengan luas Km 2 atau sekitar 44 persen, dan Kota Gorontalo dengan luas

21 64,80 Km 2 atau hanya sekitar 1 persen. Sehingga apabila dibandingkan angka jumlah penduduk dengan luas wilayah masing-masing kabupaten/kota, maka terlihat Kota Gorontalo adalah wilayah yang terpadat penduduknya, dimana secara rata-rata setiap Km 2 didiami oleh orang. Sedangkan Kabupaten Gorontalo baru pada kisaran 99 orang per Km 2, terlebih untuk Kabupaten Boalemo baru 31 jiwa per Km 2. Dengan demikian secara ratarata kepadatan penduduk di Provinsi Gorontalo baru sebesar 73 jiwa per Km 2. Tabel 2. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun Kabupaten/Kota Luas Wilayah (Km 2 ) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Kab. Boalemo Kab. Pohuwato * 6.739, Kab. Gorontalo Kab. Bone Bolango * 5.411, Kota Gorontalo 64, Prov. Gorontalo , Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2002, 2003 & 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Gorontalo setiap tahunnya dalam dekade terakhir ( ) sebelum berpisah dari provinsi induknya dan setelah menjadi provinsi baru ( ) ternyata tidak jauh berbeda, yaitu masih berkisar di bilangan 1,5 persen. Walaupun demikian dapat dikatakan perubahan jumlah penduduk atau dinamika penduduk Provinsi Gorontalo setelah kemerdekaannya sangat jelas. Keadaan ini kemungkinan besar disebabkan adanya migrasi masuk, terutama pekerja atau pegawai baik pegawai negeri ataupun swasta/bumn karena adanya perkembangan infrastruktur pemerintahan dan perekonomian sehingga provinsi ini menjadi terbuka atau daerah tujuan pencari kerja.

22 Garfik 1 : Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Gorontalo 2,5 2 1,5 1 0,5 1,4 2,1 1, Tahun Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2000, 2002, 2003 & 2004 Rasio jenis kelamin merupakan perbandingan antara jumlah penduduk lakilaki dengan jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin (Sex Ratio) menggambarkan banyaknya penduduk laki-laki setiap 100 penduduk perempuan. Di Provinsi Gorontalo jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding jumlah penduduk perempuan. Kondisi ini terlihat pada Tabel 3, bahwa rasio jenis kelamin penduduk di Provinsi Gorontalo pada tahun 2004 sebesar 96,4 ini berarti bahwa penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki, yaitu ada 96 penduduk laki-laki di antara 100 penduduk perempuan. Tabel 3. Rasio Jenis Kelamin / Sex Ratio Kabupaten/Kota Rasio Jenis Kelamin (1) (2) (3) (4) (5) Kab. Boalemo Kab. Pohuwato * ,03 105,5 Kab. Gorontalo Kab. Bone Bolango * ,6 93,4 Kota Gorontalo ,5 95,1 Prov. Gorontalo ,9 96,4 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Data Susenas 2001, 2002, 2003 & 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

23 Dampak keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan di antaranya terlihat pada perubahan komposisi penduduk menurut umur yang tercermin dengan semakin rendahnya proporsi penduduk tidak produktif (penduduk muda umur 0 14 tahun dan penduduk tua umur 65 tahun atau lebih) atau semakin rendahnya angka beban ketergantungan. Semakin kecil angka beban ketergantungan akan memberikan kesempatan bagi penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya. Perbandingan antar penduduk di usia kerja/produktif (15-64 tahun) dengan penduduk usia non kerja (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas) adalah rasio ketergantungan (Dependency Ratio). Tabel 4. Komposisi Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2004 Kabupaten/Kota Angka Beban Tanggungan (1) (2) (3) (4) (5) Kab. Boalemo 34,54 63,00 2,46 58,73 Kab. Gorontalo 33,89 62,73 3,38 59,41 Kota Gorontalo 27,76 69,61 2,63 43,66 Prov Gorontalo 33,03 63,93 3,04 56,42 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Susenas 2004 Pada Tabel 4. terlihat bahwa angka ketergantungan penduduk Provinsi Gorontalo pada tahun 2004 adalah sebesar 56,42. Angka ini berarti bahwa di setiap seratus penduduk produktif, disamping dirinya sendiri juga menanggung sekitar 56 orang penduduk tidak produktif. Dibanding dari tahun sebelumnya angka ketergantungan Gorontalo meningkat, yaitu dari 53,89 menjadi 56,42, berarti bahwa beban tanggungan penduduk produktif semakin besar. Menurut daerah kab/kota, terlihat bahwa angka ketergantungan di Kabupaten Gorontalo paling tinggi sebesar 59,41 menyusul Kabupaten Boalemo sebesar 58,73 dan terendah Kota Gorontalo sebesar 43,66. Bila dilihat menurut daerah tempat tinggal, terlihat bahwa angka ketergantungan di Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Gorontalo yang masih

24 berstruktur pedesaan lebih besar dibandingkan perkotaan yaitu Kota Gorontalo. Besar kecilnya angka ketergantungan dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pembangunan di suatu wilayah, karena jika tanggungan semakin besar maka makin sedikit penduduk usia produktif yang berpartisipasi dalam pembangunan Profil Pendidikan Penduduk Provinsi Gorontalo Tingkat pendidikan masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator. Indikator dasar adalah melalui angka melek huruf( AMH), yaitu persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis baik huruf latin dan atau huruf lainnya terhadap total penduduk. Berdasarkan data hasil Susenas, AMH di provinsi Gorontalo di tahun 2004 telah mencapai 95,01 persen. Sehingga dapat dikatakan dari setiap 100 penduduk di provinsi Gorontalo yang berumur 10 tahun ke atas, hanya 5 orang yang tidak dapat membaca dan menulis. AMH di Kota Gorontalo merupakan angka tertinggi (99 %), sedangkan Kabupaten Gorontalo mempunyai AMH terendah (93,84 %). Jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan mencerminkan kualitas siap pakainya sumber daya manusia (SDM) yang ada. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang berhasil dicapai maka semakin baik kualitas SDM yang tersedia. Kualitas SDM ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk berumur 10 tahun ke atas yang dapat ditamatkan. Dari tahun ke tahun mereka yang tidak sekolah/tidak menamatkan pendidikan SD semakin berkurang, tahun 2001 sebesar 44,82 persen, tahun 2002 sebesar 41,33 persen, tahun 2003 sebesar 37,74 persen, dan tahun 2004 sebesar 35,28 persen. Sedangkan yang menamatkan SD, SLTA, DIV/S1 semakin meningkat. Sebagai daerah kota yang berkaitan erat dengan tersedianya fasilitas pendidikan, persentase penduduk Kota Gorontalo yang menamatkan pendidikan tertinggi di level SLTP/MTs ke atas jauh lebih tinggi dari Kabupaten Bolemo dan Kabupaten Gorontalo. Sedangkan persentase penduduk yang tamat perguruan

25 tinggi di Kota Gorontalo hampir mencapai 5 persen. Sebaliknya, persentase penduduk yang hanya tamat SD/MI dan Tidak Sekolah merupakan angka terendah dibandingkan kabupaten lainnya. Grafik 2 : Persentase Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun % 10% 4% 2% 37% 35% Tidak/belum sekolah dan Tidak Tamat SD SD sederajat SLTP sederajat SLTA sederajat D1/D3 D4/S1+ Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2000, 2002, 2003 & 2004 Untuk mengetahui seberapa besar tingkat partisipasi penduduk menurut jenjang pendidikan yang diikuti, diperlukan suatu indikator yaitu Angka Partipasi Sekolah menurut jenjang pendidikan (SD, SLTP, SLTA) dengan cara membandingkan penduduk yang bersekolah di jenjang tertentu dengan total penduduk di usia pada jenjang pendidikan tersebut. Angka ini dapat dibedakan antara Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Perbedaan yang mendasar antar APK dan APM adalah jumlah penduduk yang bersekolah di jenjang tertentu dalam APK tanpa melihat usia sesuai jenjang pendidikan, sedangkan dalam APM, jumlah penduduk yang bersekolah di jenjang tertentu dengan batasan usia/kelompok umur sesuai jenjang sekolah. Oleh karenanya besaran APK dan APM akan berbeda, jika perbedaan antara keduanya sangat nyata, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar usia penduduk yang sedang bersekolah/partisipasi di level tertentu tidak mengikuti usia/kelompok umur sesuai dengan jenjang pendidikan yang dijalankan.

26 G rafik 3 : AP K dan AP M T ahun % S D /M I S M P /M T s S M A /M A /S M K A P K A P M Sumber : Dinas P & K Provinsi Gorontalo APK tertinggi terjadi di level SD, kemudian SLTP dan SLTA. Hal sama terjadi dengan APM, walaupun terjadi perbedaan yang nyata antara besaran APK dan APM di setiap jenjang pendidikan. Tingginya APK dan APM di level SD adalah wajar karena adanya program wajib belajar, sehingga dapat dipastikan semua penduduk bersekolah di SD. Jika dibedakan menurut Kabupaten/Kota, baik APK dan APM di Kota Gorontalo lebih tinggi dari Kabupaten lainnya Kondisi Kesehatan Masyarakat Unsur kesehatan biasanya dimulai sejak manusia dilahirkan ke muka bumi. Oleh karenanya, indikator pertama mengenai kesehatan adalah persentase balita yang proses pertama kelahirannya ditolong oleh tenaga medis. Semakin tinggi angka tersebut, diasumsikan semakin baik kualitas hidup balita tersebut sebagai penduduk di masa mendatang dikarenakan pada saat proses kelahirannya ditolong oleh ahlinya yang mengerti proses kelahiran dan kesehatan. Berdasarkan hasil Susenas 2004 di Provinsi Gorontalo, ada sebesar 45,13 persen balita yang proses pertama kelahirannya ditangani oleh tenaga medis (dokter, bidan dan tenaga medis lain). Penanganan kelahiran oleh tenaga medis ini lebih meningkat dibandingkan pada tahun Sedangkan pertolongan

27 pertama proses kelahiran justru terbanyak diberikan oleh Dukun yaitu sekitar 52,12 persen, sisanya ditolong oleh famili/keluarga/lainnya. Persentase balita yang ditolong oleh tenaga medis pada proses terakhir kelahirannya tidak lebih dari 50 persen. Keadaan ini menandakan bahwa kepercayaan penduduk terhadap tenaga medis masih kurang, namun ketika keadaan sudah kritis atau penolong pertama tidak mampu, barulah mencari pertolongan pada tenaga medis % Sumber : BPS, Susenas 2004 Grafik 4 : Persentase Balita Menurut Kabupeten/Kota dan Penolong Pertama Kelahirannya Tahun Boalemo Kab.Gorontalo Kota Gorontalo 1.74 Dokter Bidan Tng, Medis Dukun Famili/Klrg Lain Air Susu Ibu (ASI) diyakini sebagai nutrisi yang kaya gizinya sebagai asupan makanan Bayi (0-11 bulan) dan Balita (0-59 bulan). Dengan demikian makin banyaknya bayi yang disusui, kemungkinan besar makin baik derajat kesehatan penduduk di masa mendatang. Pemberian ASI pada balita sangat penting artinya bagi pertumbuhan sel otak, yang menurut ilmu kesehatan bahwa 80 persen pembentukan sel otak manusia pada saat balita umur 0 2 tahun. Pemberian ASI yang begitu kaya akan gizi ini tentunya akan berguna bagi perkembangan kualitas penduduk.

28 Grafik 5 : Balita 2-4 Tahun yang Pernah Di Beri ASI < 24 Bulan Tahun 2004 % 94,73 93,91 94, Kab. Boalemo 66,25 73,1 Kab. Gorontalo Kota Gorontalo 74,13 Pernah d beri ASI Di beri ASI <2 Th Sumber : BPS, Susenas 2004 Berdasarkan hasil Susenas 2004, dari anak berumur kurang dari 5 tahun diantaranya ada sebanyak 5,82 persen yang tidak pernah diberi ASI. Persentase tersebut lebih rendah dibanding tahun 2002 yang sebesar 10 persen. Hal ini menggambarkan keadaan yang semakin karena semakin sedikit anak berumur dibawah lima tahun yang tidak di beri ASI. Bila dilihat per Kabupaten/Kota, persentase balita yang tidak disusui tertinggi berada di Kabupaten Gorontalo, yaitu 6,09 persen, diikuti Kota Gorontalo (5,92%), dan Kabupaten Boalemo (5,27%). Pada umumnya balita diberi ASI hingga usia 2 tahun (< 24 bulan) dan ada juga yang kurang dari 1 tahun (6-11 bulan). Persentase balita dengan lamanya disusui kurang dari usia 2 tahun hanya sekitar 71,17 persen dari total balita yang disusui, angka ini lebih tinggi dibandingkan dua tahun sebelumnya sebesar 64,17 persen. Sedangkan balita yang diberi ASI selama 6-11 bulan pada tahun 2004 mencapai 16,23 persen. Kota Gorontalo mempunyai persentase tertinggi untuk balita yang diberi ASI antara 6-11 bulan, demikian pula persentase balita yang

29 mendapat ASI kurang dari 2 tahun. Sementara persentase balita yang diberi ASI antara 6-11 bulan maupun kurang dari 2 tahun di Kabupaten Boalemo adalah yang terendah, yakni 10,20 persen dan 66,25 persen. Derajat kesehatan masyarakat secara umum dapat pula didekati dengan data banyaknya penduduk yang mengeluh sakit dibandingkan dengan total penduduk atau disebut Angka Kesakitan. Dengan demikian dapat diperkirakan persentase penduduk yang terganggu aktifitasnya karena mengalami sakit, semakin tinggi angka tersebut dapat dikatakan tingkat kesehatan masyarakat semakin rendah. Tingkat kesehatan masyarakat Gorontalo pada tahun 2004 dapat diamati dari banyaknya penduduk yang mengalami keluhan kesehatan, terdapat sebanyak 337 penduduk yang mengalami sakit dari 1000 penduduk atau sebesar 37,64 persen. Beberapa jenis penyakit utama yang dikeluhkan yakni sakit panas, batuk, pilek, asma, diare, sakit kepala dan sakit gigi. Ternyata penyakit panas atau demam merupakan penyakit yang terbanyak dikeluhkan, yaitu dari setiap 1000 orang ada 212 orang yang mengalami sakit panas Aktifitas Ekonomi Penduduk Gorontalo Aktifitas sehari-hari penduduk dapat menggambarkan kehidupan masyarakat dalam kegiatan perekonomian yang kemudian berdampak kepada kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Berdasarkan konsep yang diadopsi dari International of Labour Force Organization (ILO), penduduk usia 15 tahun keatas dikelompokkan ke dalam 2 bagian besar, yaitu kelompok penduduk yang terlibat langsung dalam kegiatan ekonomi (Angkatan Kerja) dan kelompok penduduk yang tidak terlibat dalam kegiatan ekonomi (Bukan Angkatan Kerja). Dalam kelompok Angkatan Kerja di bedakan menjadi penduduk yang bekerja dan mencari kerja. Sedangkan Bukan Angkatan Kerja terdiri dari penduduk yang masih bersekolah, mengurus rumahtangga dan lainnya.

30 Perbandingan jumlah angkatan kerja dengan penduduk usia kerja merupakan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), yaitu indikator yang menunjukkan persentase penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja terhadap total penduduk usia kerja, seberapa besar penduduk yang sebenarnya terlibat langsung dalam aktifitas ekonomi. Dalam 2 tahun terakhir, TPAK Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan dari 57,9 persen di tahun 2002 menjadi 61,3 persen di tahun Dengan demikian dari 100 penduduk usia kerja ada 61 orang yang bekerja ataupun sedang mencari pekerjaan di tahun Grafik 6 : Kontribusi 3 Sektor Lapangan Usaha Terbesar Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Tahun ,4; 22% 48,04; 49% 16,25; 16% 13,31; 13% Lainnya Perdagangan Jasa Pertanian Sumber : BPS, Sakernas Jika diamati dan diurutkan menurut lapangan usaha yang banyak ditekuni oleh penduduk yang bekerja, ada tiga sektor lapangan pekerjaan utama yang banyak menyerap tenaga kerja, yakni sektor pertanian merupakan lapangan usaha utama tempat bekerja penduduk provinsi Gorontalo, yaitu sekitar 48,04 persen, kemudian diikuti sektor Perdagangan sebesar 16,25 persen, jasa 13,31 persen, sedangkan sebesar 22,4 persen tenaga kerja lainnya terserap pada lapangan kerja pertambangan, listrik-gas-air, bangunan, angkutan dan keuangan. Perbandingan antara penduduk yang mencari kerja termasuk yang mempersiapkan usaha, sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja, dan tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan

31 terhadap total angkatan kerja adalah tingkat pengangguran terbuka. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja (Sakernas) di tahun 2004, tingkat pengangguran terbuka telah mencapai 12,29 persen, keadaan ini lebih buruk dari tahun sebelumnya yaitu 9,93 persen pada tahun 2003 namun masih lebih baik dibandingkan tahun 2002 sebesar 13,17 persen Grafik 7 : Tingkat Pengangguran Penduduk 15 tahun ke atas Tahun % ,17 12,29 9, Tahun Sumber : BPS, Sakernas Kemiskinan Kemampuan seseorang untuk dapat bertahan hidup dengan keterbatasan kebutuhan makanan dan non makanan merupakan gambaran akan kemiskinan. Dengan menggunakan batas atau garis kemiskinan berdasarkan kebutuhan minimum makanan dan non makanan, di dapatkan jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan atau penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin tersebut jika dibandingkan dengan total penduduk didapatkan persentase penduduk miskin. Semakin tinggi angka kemiskinan menggambarkan semakin rendah tingkat kesejahteraan masyarakat.

32 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo di tahun 2004 telah mencapai sebanyak jiwa atau sekitar 28,89 persen dari total penduduk. Sedangkan di tahun 2002, penduduk miskin sebesar jiwa atau sekitar 32,13 persen terhadap total penduduk. Baik di tahun 2002 dan tahun 2004 Kabupaten Gorontalo merupakan daerah yang mempunyai jumlah penduduk miskin terbanyak dibandingkan kabupaten/kota yang lain Grafik 8 : Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo Kab Boalemo Kab. Gorontalo Kota Gorontalo Sumber : BPS, Diolah dari data Susenas 3.7. Organisasi Sosial dan Lingkungan Kegiatan berorganisasi dalam bermasyarakat(organisasi sosial) dapat menunjukkan bahwa masih ada waktu luang selain kegiatan untuk mencari nafkah, sehingga diasumsikan semakin banyak jenis organisasi di suatu wilayah administrasi terendah yaitu desa atau kelurahan, maka tingkat kesejahteraan masyarakat atau penduduk setempat lebih baik jika dibandingkan dengan penduduk atau masyarakat di desa/kelurahan lain yang sedikit mempunyai organisasi sosial.

33 Dari Grafik 9, dapat dilihat bahwa semua kabupaten/kota sudah memiliki karang taruna dan organisasi sosial. Dimana jumlah karang taruna terbanyak ada di kabupaten Gorontalo yaitu sebanyak 83, begitu pula jumlah organisasi sosialnya sebanyak 55. Dan jumlah karang taruna dan organisasi sosial paling sedikit ada di kabupaten Boalemo yaitu sebanyak 25 dan 22. Grafik 9 : Jumlah Karang Taruna dan Organisasi Sosial Provinsi Gorontalo Tahun Boalemo Kab. Gtlo Pohuwato B.Bolango Kota Gorontalo Karang Taruna Orsos Sumber : Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Gorontalo Faktor ibadah merupakan indikator masyarakat yang berbudaya dan beradab. Sesuai dengan mayoritas agama yang dianut penduduk Gorontalo, jumlah rumah ibadah umat Islam jauh lebih banyak dari rumah ibadah lainnya, seperti Gereja Kristen, Gereja Katolik, Pura, Vihara, dan Klenteng. Hal itu dikarenakan jumlah penganut agama Islam pun lebih banyak dibanding dengan yang lainnya. Jumlah rumah ibadah untuk masjid dan surau terbanyak berada di Kabupaten Gorontalo, sedangkan Gereja dan Pura terbanyak di Kabupaten Boalemo.

34 Grafik 10 : Jumlah Sarana Ibadah Di Provinsi Gorontalo Masjid Mushola Gereja Protestan Gereja Katolik Pura Vihara Sumber : Departemen Agama Provinsi Gorontalo Keberadaan fasilitas umum dalam lingkungan perumahan merupakan program pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana perumahan yang mendukung pembanguan manusia. Selama ini, pemerintah telah berupaya membangun fasilitas di seluruh daerah baik di daerah perkotaan maupun di perdesaan. Dari tabel terlihat bahwa hampir seluruh fasilitas umum, seperti puskesmas/poliklinik dan SLTP, sudah tersedia baik di daerah perkotaan dan perdesaan. Fasilitas umum yang ada di daerah perkotaan lebih banyak dibandingkan dengan di daerah perdesaan. Tabel 5. Persentase Rumah Tangga menurut Keberadaan Fasilitas Umum Di Kecamatan Sendiri Tahun 2004 Keterangan Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan {1) (2) (4) (5) Puskesmas/poliklinik 99,11 99,3 99,25 Kantor Pos 63,39 50,71 54,06 Pos Polisi 93,3 81,26 84,43 Pasar Tradisional 99,11 88,71 91,45 SD/sederajat ,65 99,74 SLTP/sederajat 99,55 98,96 99,11 SLTA/sederajat 99,55 71,19 78,68 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

35 4.1. KEPENDUDUKAN Tabel 1. Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo per Kabupaten/Kota Tahun Kab/Kota Jumlah Penduduk (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kab. Boalemo Kab. Pohuwato * Kab. Gorontalo Kab. Bone Bolango * Kota Gorontalo Prov. Gorontalo Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2002, 2003 & 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk Tabel 2. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Gorontalo Tahun Tingkat Pertumbuhan Per Tahun Jumlah Penduduk (1) (2) (3) (4) (5) Tahun Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2002, 2003 & ,49 2,16 2,77 Tabel 3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun Kab/Kota Luas Wilayah (Km 2 ) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Kab. Boalemo Kab. Pohuwato * 6.739, Kab. Gorontalo Kab. Bone Bolango * 5.411, Kota Gorontalo 64, Prov. Gorontalo , Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2002, 2003 & 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

36 Tabel 4. Rasio Jenis Kelamin / Sex Ratio Kab/Kota Rasio Jenis Kelamin (1) (2) (3) (4) (5) Kab. Boalemo Kab. Pohuwato * ,03 105,5 Kab. Gorontalo Kab. Bone Bolango * ,6 93,4 Kota Gorontalo ,5 95,1 Prov. Gorontalo ,9 96,4 Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2001, 2002, 2003 & 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk Tabel 5. Angka Beban Tanggungan / Dependecy Ratio Kabupaten/Kota Angka Beban Tanggungan (1) (2) (3) (4) (5) Kab. Boalemo 2,46 34,54 63,00 Kab. Pohuwato * 58,73 Kab. Gorontalo 3,38 33,89 62,73 Kab. Bone Bolango * 59,41 Kota Gorontalo 27,76 69,61 2,63 43,66 Prov Gorontalo 33,03 63,93 3,04 56,42 Sumber : BPS, Susenas 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk Tabel 6. Angka Kelahiran Kasar / Crude Birth Rate (CBR) Provinsi Gorontalo per Kabupaten/Kota Tahun 2004 Kabupaten/Kota Jumlah Kelahiran Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun CBR (per 1000 penduduk) (1) (2) (3) (4) Kab. Boalemo Kab. Pohuwato * ,87 Kab. Gorontalo Kab. Bone Bolango * ,83 Kota Gorontalo ,90 Prov. Gorontalo ,07 Sumber : BPS, Susenas 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

37 Tabel 7. Rasio Ibu Anak / Child Women Ratio (CWR) Provinsi Gorontalo per Kabupaten/Kota Tahun 2004 Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk 0-4 Tahun Jumlah Wanita Usia Pertengahan Tahun CWR (per 1000 wanita Tahun) (1) (2) (3) (4) Kab. Boalemo Kab. Pohuwato * Kab. Gorontalo Kab. Bone Bolango * Kota Gorontalo Prov. Gorontalo Sumber : BPS, Susenas 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk Tabel 8. Rata-rata Anak Lahir Hidup Provinsi Gorontalo per Kabupaten/Kota Tahun 2004 Kabupaten/Kota Rata-Rata Anak Lahir Hidup (1) (2) (3) (4) (5) Kab. Boalemo Kab. Pohuwato * 2,85 3,01 2,65 2,55 Kab. Gorontalo Kab. Bone Bolango * 3,01 3,03 2,92 2,99 Kota Gorontalo 2,97 2,77 2,85 2,64 Prov. Gorontalo 3,00 2,99 2,85 2,83 Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2001,2002, 2003 & 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk Tabel 9. Persentase Perempuan Usia Tahun yang Berstatus Kawin menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan di Provinsi Gorontalo, Alat / Cara KB yang Sedang Digunakan (1) (2) (3) (4) (5) MOW / Tubektomi 2,82 1,10 1,16 0,57 MOP / Vasektomi 0,26 0,21 0,88 0,94 IUD 16,19 14,26 11,19 12,50 Suntikan KB 28,74 21,90 30,33 35,12 Susuk KB 20,75 18,91 11,94 11,74 Pil KB 29,38 38,33 43,27 35,45 Kondom 0,13 0,14-0,08 Tradisional 1,73 5,15 1,23 2,25 Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004

38 4.2 PENDIDIKAN Tabel 1. Angka Melek Huruf Penduduk 10 Tahun ke Atas di Provinsi Gorontalo Tahun 2004 Kabupaten/Kota Dapat Baca/Tulis Huruf Latin/Lainnya (1) (2) (3) (4) (5) Kab. Boalemo Kab. Pohuwato * 93, Kab. Gorontalo Kab. Bone Bolango * Kota Gorontalo Prov. Gorontalo 93, ,80 95,01 Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk Tabel 2. Persentase Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Gorontalo Tahun Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (1) (2) (3) (4) (5) Tidak/belum sekolah dan Tidak Tamat SD 44,82 41,33 37,74 35,28 SD sederajat 30,45 32,60 36,09 35,78 SLTP sederajat 10,95 12,60 11,79 12,25 SLTA sederajat 11,95 11,12 12,03 10,46 D1/D3 0,95 1,15 1,07 3,73 D4/S1+ 0,87 1,20 1,29 2,41 Sumber : BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 & 2004 Tabel 3. Angka Partisipasi Kasar (APK) Provinsi Gorontalo Tahun 2002/ /2005 Tahun Ajaran 2002/ /2005 (1) (2) (3) Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar (SD/MI) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP/MTs) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA/MA/SMK) Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo

39 Tabel 4. Angka Partisipasi Murni (APM) Provinsi Gorontalo Tahun 2002/ /2005 Tahun Ajaran 2002/ /2005 (1) (2) (3) Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP/MTs) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA/MA/SMK) Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo Tabel 5. Angka Putus Sekolah menurut Jenjang Pendidikan Provinsi Gorontalo Tahun 2002/ /2005 Tahun Ajaran 2002/ /2005 (1) (2) (3) 5.97 Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sekolah Menengah Atas (SMA) Madrasah Aliyah (MA) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo Tabel 6. Jumlah Sekolah, Murid, Kelas dan Guru Sekolah Dasar Provinsi Gorontalo Kabupaten/Kota Sekolah Murid Kelas Guru (1) (2) (3) (4) (5) 01. Kab. Boalemo Kab. Gorontalo Kab. Pohuwato Kab. Bone Bolango Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Katalog BPS : 4103.3375 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Kerjasama BAPPEDA KOTA PEKALONGAN Dengan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 No. ISBN ISBN Number : 4102004.3403 No. Publikasi Publication Number : 3403.16.066 Naskah Manuscript

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INIJIKATDR l~e~ejaht&raan RAKYAT ~~QI!i Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN 2015

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 No. Publikasi : 5371.1012 Katalog BPS : 4103.5371 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : 122 Halaman

Lebih terperinci

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA

BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA 3.1. Demografi Penduduk Kabupaten Sumba Barat pada Tahun 2014 berjumlah 119.907 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 21.883. Jumlah penduduk tersebut jika diklasifikasikan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016 Katalog BPS 1101002.2324100 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KENDAL STATISTIK KECAMATAN PEGANDON TAHUN 2016 NO. Publikasi/ Publikasi Number : 33.24.100.13.02 No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan merupakan Kabupaten urutan ke-13 dari 14 Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 i PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 ii KATA PENGANTAR Profil Kesejahteraan Rakyat Kota Palangka Raya Tahun 2013 ini adalah merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

pareparekota.bps.go.id

pareparekota.bps.go.id INDIKATOR SOSIAL KOTA PAREPARE TAHUN 2015 ISSN : 2460-2450 Nomor Publikasi : 73720.1503 Katalog BPS : 4102004.7372 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 87 Naskah : Seksi Statistik Sosial BPS Kota

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 3 ISSN: 2085-6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 86 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014 Kabupaten Pinrang 1 Kabupaten Pinrang 2 Kata Pengantar I ndikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Kabupaten Pinrang tahun 2013 memuat berbagai indikator antara lain: indikator Kependudukan, Keluarga Berencana,

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG.

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG. KATA PENGANTAR Disadari bahwa istilah kesejahteraan sebenarnya mencakup bidang - bidang kehidupan yang sangat luas yang tidak semua aspeknya dapat diukur. Isi dari publikasi ini hanya mencakup pada aspek-aspek

Lebih terperinci

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat gambaran umum tentang keadaan kesejahteraan di Kabupaten

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015 ISSN : No Publikasi : 2171.15.30 Katalog BPS : 1102001.2171.080 Ukuran Buku: 25 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal.

Lebih terperinci

Tabel 17.1 Jumlah Perguruan Tinggi, Mahasiswa dan Tenaga Edukatif Negeri dan Swasta Provinsi Jawa BaratTahun 2010/2011

Tabel 17.1 Jumlah Perguruan Tinggi, Mahasiswa dan Tenaga Edukatif Negeri dan Swasta Provinsi Jawa BaratTahun 2010/2011 17. PENDIDIKAN 120 Tabel 17.1 Jumlah Perguruan Tinggi, Mahasiswa dan Tenaga Edukatif Negeri dan Swasta Provinsi Jawa Barat 2010/2011 2010/2011 1 Di Bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan a. Jumlah

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 1 ISSN: 2085 6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 22 cm x 16,5 cm Jumlah Halaman : 96 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 ISBN: 978-979 - 064-666 - 7 No. Publikasi: 04210.1310 Katalog BPS: 2104010 Ukuran Buku: 11 cm x 19 cm Jumlah Halaman: vii + 48 Naskah: Subdirektorat Statistik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA ii Kata Pengantar i DAFTAR ISI Kata Pengantar...i Daftar Isi... iii Daftar Tabel...v Daftar Gambar...xi Bab I KEPENDUDUKAN... 1 Bab II INDIKATOR GENDER... 9 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KECAMATAN KALIGONDANG DALAM ANGKA 205 No. Publikasi : 33036.5.06 Katalog BPS : 0200.3303.050 Ukuran Buku Jumlah Halaman :5 x 2 cm :7 halaman Naskah Penyunting Gambar Kulit Gambar : Pribadi Santosa : Seksi

Lebih terperinci

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia pada hakekatnya merupakan mahluk Tuhan yang sangat kompleks, dimana secara hirarki penciptaan manusia dilatarbelakangi adanya asal usul manusia sebagai mahluk yang

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Katalog BPS : 4103.7371 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR KATA PENGANTAR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2015 disusun sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.3510071 STATISTIK DAERAH KECAMATANTEGALSARI 2015 Katalog BPS : 1101002.3510071 Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman : vi + 16 Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PENANGGULANGAN KEMISKINAN I N A N T A INOVASI KETAHANAN KOMUNITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN TANA TORAJA Penanggulangan Kemiskinan APA ITU adalah kebijakan dan program pemerintah pusat serta pemerintah daerah yang dilakukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng KATA PENGANTAR Puja Angayu bagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas waranugraha-nya maka penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman Katalog BPS : 9312.3273.100 Statistik Daerah Kecamatan Rancasari 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : 3273.1642 Katalog BPS : 9213.3273.100

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA 2015 Statistik Daerah Kecamatan Batam Kota Kota Batam 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA 2015 No Publikasi : 2171.14.26 Katalog BPS : 1102001.2171.051 Ukuran

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv

Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv DAFTAR ISI halaman Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang... 1 2. Pengertian Indikator... 2 3. Indikator Kesejahteraan

Lebih terperinci

madiunkota.bps.go.id

madiunkota.bps.go.id Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Madiun Tahun 2015 Nomor Publikasi : 35770.1610 Katalog BPS : 3101001.3577 Naskah oleh : Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit oleh : Seksi Statistik Sosial Diterbitkan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TEGOWANU 2016 ISBN : 978-602-6432-10-0 No. Publikasi : 33150.1639 Katalog BPS : 1101002.3315180 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : Koordinator Statistik Kecamatan Tegowanu Penyunting

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Katalog BPS : STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG

Katalog BPS : STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG Katalog BPS : 9213.3273.100 STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2015 ISSN : - No. Publikasi : 3273.1543 Katalog BPS : 9213.3273.100

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

DAFTAR PARAMETER DASAR KEPENDUDUKAN TINGKAT NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

DAFTAR PARAMETER DASAR KEPENDUDUKAN TINGKAT NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA LAMPIRAN 1. DAFTAR PARAMETER DASAR KEPENDUDUKAN TINGKAT NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA No Tabel A KUANTITAS 1 Jumlah penduduk Banyaknya orang yang sudah SP (2000, SP (2000, SP (2000, BPS Sensus

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2011 ISSN. 2086 1036 No Publikasi : 04220.1202 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 28 Cm x 21 Cm Jumlah Halaman : xviii + 148 Halaman Naskah : Subdirektorat Statistik Pendidikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1404 Katalog BPS : 4102004.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Katalog :

Katalog : Katalog : 4102004.7372 KATA PENGANTAR Penyusunan buku Indikator Sosial Kota Parepare 2013 ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tingkat kesejahteraan yang telah dicapai di Kota Parepare, dan sebagai

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.040 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji dan Syukur kita Panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga buku Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017 ini

Lebih terperinci

NO KATALOG :

NO KATALOG : NO KATALOG : 1101002.3510210 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510210 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

SUMBER DAYA MANUSIA. A. Penduduk

SUMBER DAYA MANUSIA. A. Penduduk Profil Barito Utara 00 SUMBER DAYA MANUSIA A. Penduduk. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan klasifikasi kepadatan penduduk, maka semua Kecamatan yang berada di Kabupaten Barito Utara mempunyai kepadatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE SELATAN 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1617 Katalog BPS : 1101002.5314041 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya,

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAY JEPARA TAHUN 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAY JEPARA TAHUN 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAY JEPARA TAHUN 2015 Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAY JEPARA TAHUN 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAY JEPARA 2015 ISBN : No. Publikasi

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II. KEADAAN UMUM...

Lebih terperinci

PENDAHULUAN SUMBER DATA

PENDAHULUAN SUMBER DATA PENDAHULUAN Masalah penduduk sangat mempengaruhi gerak pembangunan. KB merupakan salah satu program pembangunan di bidang kependudukan. Masalah kependudukan masih tetap mendapat perhatian yang besar dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas kehendaknya Publikasi tahunan Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 dapat diselesaikan dengan baik. Publikasi ini mencakup informasi

Lebih terperinci