Tolkhah. A. Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tolkhah. A. Pendahuluan"

Transkripsi

1 Tolkhah A. Pendahuluan Konflik adalah suatu hubungan antara dua pihak atau lebih (baik individu maupun kelompok) yang memiliki, atau mereka mengira memiliki, tujuan-tujuan yang incompatible. (Chris Mitchell, 1981: chapter 1). Konflik akan muncul manakala para pihak itu mengejar tujuan-tujuan mereka yang incompatible tersebut. Ringkasnya, konflik yaitu pengejaran terhadap tujuan-tujuan sesungguhnya atau yang dipersepsikan yang incompatible dari individu-individu atau kelompok-kelompok yang berbeda. Konflik adalah fenomena yang tak dapat dihindarkan (invitable phenomenon) dalam kehidupan manusia karena ia memang merupakan bagian yang inheren dari eksistensi manusia sendiri. Mulai dari tingkat mikro, interpersonal sampai pada tingkat kelompok, organisasi, komunitas dan negara, semua hubungan manusia â hubungan sosial, hubungan ekonomi, hubungan kekuasaan, dll- mengalami perkembangan, perubahan dan konflik. Konflik muncul dari ketidakseimbangan dalam hubungan-hubungan tersebut â misalnya ketidakseimbangan dalam status sosial, kekayaan dan akses terhadap sumber-sumber serta ketidakseimbangan dalam kekuasaan yang mengakibatkan munculnya berbagai problematika seperti diskriminasi, pengangguran, kemiskinan, penindasan dan kriminalitas. Setiap tingkat atau level berkaitan dengan tingkat-tingkat lainnya membentuk rantai kekuatan yang potensial baik untuk perubahan yang konstruktif maupun kekerasan yang destruktif. (Simon Fisher dkk., 2000: 4) Dengan demikian, konflik merupakan suatu fenomena yang kompleks. Dalam realitasnya, konflik hampir selalu multi layer. Ia melibatkan dua atau lebih individu atau kelompok yang memiliki tujuan serta kepentingan yang incompatible satu sama lain. Di samping itu model komunikasi dan hubungan atau relasi di antara para pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam konflik itu juga variatif. Terlepas dari itu semua, konflik tetaplah harus dihadapi dan ditangani serta diselesaikan oleh manusia, baik dalam posisinya sebagai pihak yang terlibat di dalamnya maupun sebagai pihak ketiga yang tidak terlibat tetapi berusaha untuk membantu pihak yang terlibat agar keluar dari jebakan konflik itu. Dalam usaha menangani konflik ini (apapun wujud strategi yang akan dipilih dan tindakan yang akan diambil) diperlukan langkah-langkah pendahuluan (initial stage) yang 1 / 10

2 harus dilakukan sebelum penentuan strategi dan pengambilan tindakan yang berkait dengan konflik tersebut. Langkah awal tersebut dalam konteks mediasi dan resolusi konflik lazim disebut analisis konflik. Tentu saja dalam hal ini ada banyak metode dan alat analisis konflik yang dikenal tidak hanya oleh para teoritisi dalam disiplin Conflict Studies maupun para praktisi yang berkecimpung dalam praktek penaganan konflik. Metode-metode dan alat-alat analisis konflik yang dikenal di kalangan mereka antara lain metode tingkat konflik (stage of conflict), garis waktu (timelines), pemetaan konflik (conflict mapping), segitiga ABC (the ABC â Attitude, Behaviour, Context- triangle), model bawang (The Onion) atau donat (doughnut), pohon konflik (The conflict tree), analisis kekuatan lapangan (force-field analysis), pillars, dan alat analisis model piramid (The Piramid). Tulisan ini akan memfokuskan pada penjelasan dan penggambaran salah satu metode dan alat analisis konflik yang disebutkan di atas, yaitu pemetaan konflik (conflict mapping). B. Analisis Konflik Sebelum penjelasan mengenai alat analisis konflik yang disebut pemetaan konflik (conflict mapping) secara detail, perlu terlebih dahulu penulis jelaskan tentang apa yang disebut analisis konflik, mengapa ia diperlukan dan apa fungsinya. Analisis konflik adalah proses praktis untuk menguji dan memahami realitas konflik dari perspektif yang beragam kemudian menjadi dasar pijakan dalam pengembangan strategi dan perencanaan aksi. (Simon Fisher dkk., 2000: 17) Sebagaimana diterangkan dalam pendahuluan di atas, bahwa konflik merupakan fenomena sosial yang kompleks, maka setiap usaha untuk menanganinya membutuhkan langkah-langkah persiapan yang terencana secara baik dan cermat. Dalam konteks ini, setiap orang yang bekerja dan aktif dalam penaganan konflik haruslah berusaha untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai dinamika, hubungan dan issu-issu terkait dengan situasi (konflik) yang bisa membantu mereka untuk merencanakan strategi dan melakukan tindakan yang lebih baik. Langkah ini merupakan langkah penting dan strategis yang berada pada urutan pertama dalam proses penanganan konflik (apapun bentuknya). [1] Artinya bahwa keberhasilan pada langkah ini akan merupakan entry point untuk mencapai kesuksesan pada langkah selanjutnya, yakni penyusunan strategi dan pelaksanakan tindakan penanganan konflik secara tepat. Sebaliknya, kegagalan pada langkah ini, akan berakibat pada kegagalan langkah selanjutnya. Pemahaman yang keliru terhadap suatu konflik, akan berakibat pada penyusunan strategi dan pengambilan tindakan dalam penaganan konflik yang kurang atau bahkan tidak tepat sasaran. Akibatnya bisa fatal, bukannya konflik itu tertangani tetapi justru malah makin membesar. Dengan menggunakan analogi dunia medis, diagnosa yang benar akan menentukan terapi atau prognosa yang tepat sasaran. 2 / 10

3 Adapun kegunaan dan manfaat dari analisis konflik itu ada beberapa macam. (Fisher dkk., 2000: 17). Pertama, analisis konflik akan memberikan pemahaman latar belakang dan sejarah situasi konflik dan peristiwa (konflik) terkini. Manfaat ini menjadi penting karena adanya postulat bahwa konflik itu bukan fenomena instant, sesuatu yang tiba-tiba muncul tanpa sebab-sebab dialektis yang menyejarah. Ia merupakan proses panjang dalam konteks hubungan antara para pihak yang terlibat di dalamnya. Semakin panjang hubungan antara konflik dengan proses historis yang melatarinya, maka semakin tinggi kompleksitas konflik tersebut. Dengan demikian, peristiwa (konflik) yang tampak pada masa kini (aktual) hakekatnya adalah salah satu penggalan dari rentetan penggalan potret konflik yang telah pernah ada dan akan terus berubah sampai ia tertangani. Kedua, analisis konflik itu berguna untuk mengidentifikasi semua kelompok atau pihak relevan yang terlibat dalam konflik, tidak hanya pihak yang utama atau yang jelas yang terlibat konflik. Semakin banyak pihak (baik individu maupun kelompok) yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu konflik, maka semakin kompleks suatu konflik untuk ditangani. Ini dapat dipahami dari sudut p0andang bahwa masing-masing dari para pihak tersebut memiliki jenis dan bobot kepentingan serta tujuan yang berbeda (incompatible). Disamping itu, keterlibatan para pihak (terutama yang tidak langsung) dalam suatu konflik tidak dengan serta merta dapat diamati secara langsung oleh pihak ketiga yang berada di luar konflik yang berusaha untuk membantu menangani konflik. Bisa jadi dalam suatu konflik, ada pihak yang berada jauh dari lokus konflik, tetapi sesungguhnya memiliki peran dan target serta tujuan yang kuat dalam konflik itu. Dan begitu pula sebaliknya, ada pihak yang berada di pusat konflik, namun sesungguhnya ia hanya memiliki peran kecil di dalamnya. Melalui analisis konflik, pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik dan perannya dalam konflik bahkan potensinya dalam penanganan konflik tersebut dapat diketahui. Ketiga, analisis konflik juga penting untuk memberikan pemahaman perspektif dari semua kelompok atau pihak tersebut (dalam poin kedua di atas) dan untuk mengetahui lebih luas tentang bagaimana relasi mereka satu sama lain. Adalah hal yang lumrah bahwa masing-masing pihak yang terlibat dalam konflik memiliki pandangan terhadap konflik yang didadapinya dari perspektif dirinya sendiri yang tentu saja berbeda dengan dari perspektif pihak lainnya.[2] Konsekuensinya, bagi pihak ketiga yang bermaksud membantu mereka menangani konflik tersebut memerlukan pemahaman terhadap konflik dari perspektif pihak-pihak yang terlibat dalam konflik tersebut. Pemahaman yang multi perspektif ini akan sangat membantu dalam usaha perumusan strategi dan pengambilan tindakan guna penganaganan konflik itu. Disamping itu, banyaknya pihak yang terlibat dalam konflik juga akan mempengaruh kompleksitas konflik. Dan melalui analisis dengan alat atau metode yang tepat, relasi atau hubungan antara para pihak yang terlibat dalam konflik tersebut dapat diketahui. Pemahaman atas bagaimana keterkaitan dan hubungan atau relasi satu atau para pihak dengan pihak lain yang membentuk jaringan kompleks, maka pembacaan terhadap konflik akan semakin mudah 3 / 10

4 sehingga memudahkan pula proses penanganannya. Keempat, analisis konflik berfungsi juga untuk mengidentifikasi faktor-faktor dan trend-trend yang menopang konflik itu. Fungsi ini juga sangat penting mengingat bahwa sesungguhnya konflik itu pada umumnya multi layer, baik dari segi pihak yang terlibat, penyebabnya, maupun faktor-faktor yang mengitarinya. Dari segi faktornya, maka ada beberapa istilah untuk mengklasifikasikan hal-hal yang ada di sekitar konflik seperti pemicu konflik (trigger), faktor sangat penting atau akar penyebab konflik (pivotal factor or root causes), issu-issu yang dapat menggerakkan suatu kelompok untuk melakukan tindakan kekarasan (mobilizing factor), dan (aggravating factors). (Bart Klem, 2007:1) Identifikasi dan klasifikasi faktor-faktor konflik[3] tersebut akan membantu praktisi yang menangani konflik untuk mendudukkan secara jelas mana faktor yang sangat penting dan mana faktor yang penting, kurang penting atau bahkan tidak relevan dengan konflik. Dengan demikian, strategi dan tindakan yang dipilih dalam penanganan konflik akan efektif dan efesien. Terakhir, analisis konflik juga berguna untuk belajar dari kegagalan dan juga kesuksesan. Konflik analisis bukanlah merupakan sesuatu yang sekali pakai selesai. Darinya, para praktisi yang menangani konflik dapat banyak belajar, baik yang berupa kesuksesan maupun kegagalan. Sikap ini akan melahirkan kehati-hatian dalam proses penangan konflik dan menjauhkan diri dari sikap gegabah dalam memandang dan memahami konflik. Disamping itu, kecondongan para praktisi untuk menyederhanakan (simplifiying) masalah (konflik) yang ditangananinya dapat diminimalisir atau bahkan dihindarkan. C. Pemetaan Konflik Pemetaan konflik merupakan salah satu teknik dari sederetan teknik dan alat, sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan, yang sangat membantu dalam menganalisa dan memecahkan konflik. Perlu diketahui bahwa masing-masing alat analisis itu memiliki ketepatan angle bidikan yang berbeda antara satu dengan yang lain dalam menerangkan atau memotet suatu konflik. Melalui pemetaan konflik maka dapat diketahui secara lebih mudah dan akurat hal-hal sebagai berikut : 1. Identitas para pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam konflik 4 / 10

5 2. Jenis relasi para pihak yang terlibat dalam konflik 3. Berbagai kepentingan yang terlibat dalam konflik 4. Berbagai isu yang terlibat dalam konflik 5. Pihak yang dapat didorong dalam melakukan resolusi konflik Pemetaan adalah suatu teknik yang dipakai untuk merepresentasikan konflik dalam bentuk gambar (grafis) dengan menempatkan para pihak yang terlibat dalam konflik baik dalam hubungannya dengan masalah maupun antar para pihak sendiri. Ketika orang dengan titik pandang yang berbeda memetakan situasi mereka bersama-sama, mereka belajar tentang pengalaman dan persepsi orang lain. Melalui teknik ini, konflik yang sudah dinarasikan tetapi masih sangat abstrak gambarannya dapat dengan mudah untuk diketahui dan dibaca. Teknik ini merupakan peminjaman dari teknik dalam membaca serta memahami suatu wilayah yang sangat luas dan kompleks dengan melalui gambar peta wilayah. Adapun pemetaan konflik itu memiliki beberapa tujuan. Pertama, yaitu untuk memahami situasi konflik secara lebih baik. Dengan menghadirkan hal-hal yang terkait dengan konflik -seperti para pihak yang terlibat dalam konflik (baik pihak utama maupun pihak di lingkar berikutnya (termasuk pihak ketiga yang berusaha menangani konflik), bagaimana relasi antara para pihak tersebut, apa yang menjadi issu yang dikonflikkan, mana atau siapa dari para pihak itu yang memiliki potensi lebih besar untuk menyelesaikan konflik, dll.- dalam bentuk simbol misalnya garis lurus, garis lurus tebal, garis bergelombang, tanda panah, gambar empat persegi panjang, atau simbol lainnya maka gambaran dan pemahaman tentang konflik akan mudah ditangkap. Kedua, yaitu untuk melihat dengan lebih jelas hubungan antara para pihak yang terlibat atau terkait, baik langsung maupun tidak langsung dalam konflik, bahkan di mana posisi kita (pihak ketiga) yang berusaha untuk melakukan mediasi berada, dll. Karena keadaan dan sifat hubungan antara para pihak yang terlibat dalam konflik itu beragam, maka pembacaan terhadap hubungan tersebut melalui visualisasi simbol akan mudah ditangkap dan diingat dibandingkan bila hanya diterangkan secara naratif. Di samping itu, sejalan dengan sifat konflik yang selalu bergerak atau berubah (dynamic and changing), maka peta hubungan yang direpresentasikan dalam simbol tertentu (sesuai dengan keterangan tentang seluruh simbol 5 / 10

6 yang dipakai dalam peta konflik yang dibuat) akan dengan mudah diganti atau disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan aktual yang terjadi pada konflik. Bagaimana perkembangan dan perubahan konflik yang terjadi di lapangan dapat diikuti dengan mudah oleh pihak ketiga yang menangani konflik. Dengan demikian kondisi terkini (up to date) dari konflik selalu berada dalam pengamatannnya. Ketiga, yaitu untuk mengklarifikasi dimana kekuatan (utama) itu terletak. Maksudnya, dengan terpetakannya para pihak dan hubungan antara mereka dalam peta konflik, maka secara mudah pula diketahui kekuatan masing-masing pihak di dalam mempengaruhi (baik positif maupun negatif) terhadap keadaan dan perkembangan konflik. Keempat, yaitu untuk mengecek sendiri keseimbangan aktifitas atau kontak seseorang. Melalui peta konflik yang menghadirkan juga bagaimana hubungan antara para pihak yang terlibat dalam konflik, maka frekuensi dan intensitas komunikasi dan aktivitas antar para pihak (termasuk pihak ketiga yang menangani konflik) dapat dipantau. Hal ini akan membantu juga bagi pihak ketiga untuk menemukan celah dan jalur yang dapat dilalui dan digunakan secara tepat untuk memaksimalkan usaha pengambilan tindakan dalam penangan konflik dari sudut lalu lintas hubungan antar para pihak yang berkonflik tersebut. Kelima, yaitu untuk melihat dimana sekutu atau aliansi atau sekutu potensial berada. Tergambarkannya bagaimana sifat dan keadaan hubungan antar para pihak yang terlibat dalam konflik, secara otomatis akan mempermudah pemetakan para pihak dalam kelompok-kelompok atau kategori-kategori tertentu, misalnya mana sekutu dan mana lawan dari para pihak yang terlibat dalam konflik. Penemuan mana sekutu dan mana â lawanâ dalam konteks ini, akan memudahkan kerja praktisi yang yang menangani konflik untuk â memanfaatkanâ mereka dalam penanganan konflik sesuai dengan kedudukan dan potensinya masing-masing dalam hubungan antar mereka. Keenam, yaitu untuk mengidentifikasi pembukaan untuk intervensi atau pengambilan tindakan. Kapan waktu untuk melakukan intervensi dan darimana intervensi itu dilakukan juga akan dapat diketahui dengan lebih simple melaui peta konflik ini. Sebagaimana yang dipraktekkan dalam dunia militer, penentuan strategi dan serangan terhadap posisi musuh berikut dengan segala antisipasi akan respon musuh dapat dirancang dengan mudah melalui visualisasi dalam gambar peta. Terakhir, yaitu untuk mengevaluasi apa yang telah dilakukan. Segala hal yang telah dilakukan 6 / 10

7 oleh pihak yang menangani konflik menyangkut konflik yang ditanganinya juga akan terpantau lewat simbol yang diberikan dalam peta konflik. Dengan demikian evaluasinya juga dapat dilakukan dengan tepat. Sedangkan kapan waktu yang tepat untuk menggunakan mapping conflict ini ada dua kemungkinan. Pertama, ia dapat digunakan pada awal proses bebarengan dengan alat-alat analisis konflik lainnya. Di sini, pemetaan konflik dan alat-alat analisis lainnya akan berfungsi secara kombinatif. Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, bahwa masing-masing alat analisis tersebut memiliki angle tertentu untuk menangkap realitas konflik yang tidak dimiliki oleh alat lainnya. Perpaduan dari beberapa alat analisis termasuk mapping conflict akan membantu memberikan analisis yang lebih memadai terhadap konflik yang dianalisis. Kedua, mapping conflict dapat digunakan pula pada waktu kemudian, yakni untuk mengidentifikasi entry point yang mungkin untuk suatu tindakan atau untuk membantu proses pembangunan strategi (strategy building). Bagaimana cara membuat peta situasi konflik? Untuk membuat peta konflik yang baik, maka ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu: Tentukan apa konflik yang mau dipetakan, kapan dan dari sudut pandang apa. Pilihlah momen khusus dalam suatu situasi khusus. Jika seseorang hendak memetakan seluruh konflik politik regional secara detail, hasilnya mungkin sangat menyita waktu, sangat luas dan sangat kompleks sehingga peta konflik itu tidak banyak bermanfaat. Sering lebih bermanfaat untuk membuat beberapa peta mengenai situasi yang sama dari berbagai titik pandang dan bagaimana berbagai pihak yang terlibat dalam konflik mempersepsinya. Ringkasnya, lakukanlah pemetaan terhadap sudut pandang, momen dari konflik yang memang feasible. Jangan lupa menempatkan diri anda dan lembaga atau organisasi dimana anda berkiprah dalam penanganan konflik dalam peta konflik yang anda buat. Tujuannya yaitu untuk mengingatkan bahwa anda dan organisasi anda adalah bagian dari situasi, bukan di atasnya. Pemetaan itu bersifat dinamis. Ini merefleksikan titik tertentu mengenai mengenai situasi yang berubah dan titik menuju aksi. Tawarkan kemungkinan-kemungkinan baru, apa yang bisa dilakukan? Siapa yang piawai melakukannya? Kapan waktu yang tepat untuk melakukannya? 7 / 10

8 Apa yang harus dipersiapkan sebelumnya? Struktur seperti apa yang perlu dikembangkan ke depan? Penting juga dipertanyakan, apa yang menjadi objek konflik dari para pihak? Dalam prakteknya, pembuatan peta konflik hendaknya mengikutsetakan dan menghadirkan di dalamnya (1) peta gambar (geographical maps) yang menunjukkan wilayah-wilayah dan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik; (2) gambar masalah yang diperselisihkan (mapping of issue); (3) mapping kekuatan (mapping of power alignment) yang menggambarkan peta kekuatan para pihak.; (4) mapping kebutuhan dan ketakutan (mapping of needs and fears), yaitu menggambarkan apa yang diinginkan dan dihindari oleh para pihak. (Fisher and Co., 2000:23). D. Contoh Pemetaan Konflik (Mapping Conflict) Untuk mendapatkan gambaran riil tentang bagaimana bentuk pemetaan konflik yang sudah jadi, maka berikut ini penulis tujukkan satu contohnya. Gambar 1: Peta (dasar) Konflik. (Fisher and Co., 2000:23) Gambar atau peta di atas menunjukkan bagaimana peta konflik secara dasar akan tampak. Beberapa pertanyaan yang mungkin ditanyakan adalah: 1. Siapa pihak utama yang terlibat dalam konflik? 2. Adakah pihak lain yang terlibat atau berhubungan dengan konflik, termasuk kelompok atau orang luar? 8 / 10

9 3. Bagaimana hubungan pihak-pihak tersebut, dan bagaimana hal itu dihadirkan dalam peta? (aliansi, hubungan baik, hubungan tidak baik atau konfrontasi)? GAMBAR 2: Peta Konflik dalam suatu keluarga (Fisher and Co., 2000:24) Gambar di atas menunjukkan konflik dalam suatu keluarga dimana konflik utamanya adalah antara ayah dan anak perempuannya tentang apakah pernikahan yang sudah ditentukan akan diteruskan atau tidak. Garis-garis beragam dalam gambar dipakai untuk merepresentasikan hubungan yang kuat antara nenek dengan anak perempuan, hubungan yang rusak ibu dan bapak, dan bagaimana dua saudara terpecah dalam hal siapa yang mereka dukung dalam konflik tersebut walaupun dalam faktanya mereka memiliki ikatan persaudaraan. Contoh ini menunjukkan bagaimana teknik pemetaan dapat disesuaikan dengan situasi konflik secara tepat. ---oo0oo--- REFERENCE Bart Klem, Hand-outTerminology, Wageningen, Chris Mitchell, The Structure of International Conflict, Mac Millan, London, Georg Frerks and Bart Klem, Dealing With Diversity,Sri Lankan Discourse on Peace and Conflict,The Hague, Paul van Tongeren, and Co. (Editors), People Building Peace II, Successful Stories of Civil 9 / 10

10 Society, Lynne Rienner Publishers, London, Simon Fischer and Co., Working With Conflict, Skills and Strategies for Action, London-New York, [1] Ada bernmacam-macam cara yang berkait dengan penanganan konflik yang dikenal dalam disiplin Conflict Studies yaitu pencegahan konflik (conflict prevention), manajemen konflik (conflict management), resolusi konflik (conflict resolution), penyelesaian konflik (conflict settlement), transformasi konflik (conflict transformation), peringatan dini dan tindakan dini (early warning and early action), mediasi konflik (conflict mediation), pembangunan perdamaian (peace-building), penegakan perdamaian (peace enforcement). [2] Dalam disiplin Conflict Studies dikenal pula analisis wacana (discourse analysis). (Georg Frerk and bart Klem:2005). [3] Faktor-faktor ini memiliki signifikansi yang berbeda terhadap konflik. Trigger adalah peristiwa-peristiwa yang memicu sebuah konflik, akan tetapi tidak penting dan tidak memadai untuk menjelaskan konflik itu. Sedangkan pivotal factors atau root causes terletak pada akar atau jantung konflik dan perlu mendapat perhatian yang besar untuk memecahkan konflik secara permanen. Adapun mobilizing factor yaitu issu-issu yang menggerakkan individu atau kelompoh untuk melakukan tindakan kekerasan. Dan aggravating factors peristiwa-peristiwa atau issu-issu yang menambah bobot mobilizing factors atau root factors, akan tetapi tidak cukup dengan sendirinya untuk menyebabkan dan menimbulkan konflik. (Klem, 2007:1). 10 / 10

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Memahami Konflik (2) Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu memahami konflik sebagai suatu keniscayaan 2 TAHAPAN TERJADINYA

Lebih terperinci

Modul Analisis Konflik

Modul Analisis Konflik LAMPIRAN Modul Analisis Konflik Pengantar Workshop ini bertujuan memberikan latihan penggunaan alat-alat bantu yang diperlukan untuk memetakan konflik. Alat-alat itu bersifat praktis karena dapat digunakan

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Memahami Konflik (1) Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu memahami konflik sebagai suatu keniscayaan 2 Manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. utama yang menjadi akar permasalahan konflik. Pada bab kedua naskah ini telah

BAB V PENUTUP. utama yang menjadi akar permasalahan konflik. Pada bab kedua naskah ini telah BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa terkait konflik pada tambang emas Tumpang Pitu di Kabupaten Banyuwangi yang telah dituliskan di bab sebelumnya, maka pada kesimpulan ini diperlukan elaborasi

Lebih terperinci

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat) Teori Sosial (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat) Apa itu Teori dalam Sosiologi? Pada saat kita menanyakan mengapa dunia sosial kita seperti ini dan kemudian membayangkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Persoalan ini selain menyangkut sebagian besar (±75%) masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Persoalan ini selain menyangkut sebagian besar (±75%) masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan perdesaan sebagai bagian integral dari pembangunan daerah dan nasional, dewasa ini mendapat sorotan yang amat tajam dari berbagai kalangan. Persoalan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kornblurn dalam Susan, mengatakan bahwa konflik menjadi fenomena yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kornblurn dalam Susan, mengatakan bahwa konflik menjadi fenomena yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konflik dalam kehidupan manusia Kornblurn dalam Susan, mengatakan bahwa konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Persoalan ini selain menyangkut sebagian besar (±75%) masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Persoalan ini selain menyangkut sebagian besar (±75%) masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan perdesaan sebagai bagian integral dari pembangunan daerah dan nasional, dewasa ini mendapat sorotan yang amat tajam dari berbagai kalangan. Persoalan

Lebih terperinci

BAB 12 PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI

BAB 12 PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI BAB 12 PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI Faktor Perubahan Lingkungan yang bersifat dinamis, kompleks dan terkadang tidak dapat diprediksikan membuat organisasi harus melakukan perubahan secara berkelanjutan.

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan Tol dalam mengelola konflik. Konflik yang dimaksud yaitu menyangkut upaya

BAB I PENDAHULUAN. jalan Tol dalam mengelola konflik. Konflik yang dimaksud yaitu menyangkut upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tesis ini bertujuan untuk melihat dinamika konflik serta membahas mengenai bagaimana upaya-upaya yang dilakukan peruahaan Jasa Marga sebagai pengelola jalan

Lebih terperinci

7 PEMBAHASAN UMUM 7.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik

7 PEMBAHASAN UMUM 7.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik 7 PEMBAHASAN UMUM 7.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Konflik perikanan tangkap dapat muncul karena berbagai alasan. Menurut Bennett et al. (2004) konflik muncul sebagai fungsi struktur sosial (perspektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara khusus, dan diancam dengan pidana yang cukup berat. 1. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan telah

BAB I PENDAHULUAN. secara khusus, dan diancam dengan pidana yang cukup berat. 1. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan telah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Fenomena sosial yang dinamakan korupsi merupakan realitas perilaku manusia dalam interaksi sosial yang dianggap menyimpang, serta membahayakan masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 lalu merupakan tahun yang cukup penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Pada tahun tersebut bertepatan dengan dilaksanakan pemilihan umum yang biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Buku merupakan jendela ilmu. Dengan membaca buku akan banyak pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan yang dikuasai dengan menuliskannya

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan : melihat dinamika konflik Desa Kalirejo sebagai proses pembelajaran masyarakat Desa Kalirejo

BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan : melihat dinamika konflik Desa Kalirejo sebagai proses pembelajaran masyarakat Desa Kalirejo BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis menyimpulkan jawaban dari rumusan masalah terkait bagaimana dinamika konflik vertikal dan horizontal yang terjadi di Desa Kalirejo, serta resolusinya yang sudah dijalankan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pengertian Participatory Action Research Berbagai kajian dalam rumpun ilmu sosiologi membenarkan bahwa modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan

Lebih terperinci

Sekalipun Dibenci, Tetapi Selalu Dirindukan

Sekalipun Dibenci, Tetapi Selalu Dirindukan Bab 9 Kesimpulan Di era ekonomi global persaingan industri semakin ketat. Peran teknologi informasi sangat besar yang menyebabkan cakupan wilayah produksi dan pemasaran barang dan jasa tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

KONFLIK, PERDAMAIAN DAN MASALAH PENGUNGSI DI MADURA

KONFLIK, PERDAMAIAN DAN MASALAH PENGUNGSI DI MADURA 1 KONFLIK, PERDAMAIAN DAN MASALAH PENGUNGSI DI MADURA Pengantar Membanjirnya warga etnik Madura yang berasal dari Kalimantan ke pulau Madura hingga mencapai 128.919 orang (OCHA, 2003) menimbulkan sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN J. Bray, Ethnic Minorities and the Future of Burma, Royal Institute of International Affair, 1992.

BAB I PENDAHULUAN J. Bray, Ethnic Minorities and the Future of Burma, Royal Institute of International Affair, 1992. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Myanmar merupakan negara yang memiliki beragam etnis dan agama. Sejak berakhirnya kolonialisme Inggris pada tahun 1948, muncul ketegangan diantara kelompok minoritas

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 KONFLIK ORGANISASI Salah satu yang sering muncul dalam upaya melakukan inovasi organisasi adalah terjadinya konflik di dalam organisasi. Sebagaimana lazim diketahui bahwa suatu organisasi secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional. Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Aktivitas kolaborasi memberikan dampak yang signifikan dalam usaha kolektif manusia. Aktivitas ini mendapatkan perhatian yang sangat besar dari sejumlah besar area

Lebih terperinci

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM KONFLIK

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM KONFLIK PERAN KEPEMIMPINAN DALAM KONFLIK PENGERTIAN KONFLIK Konflik (menurut bahasa) adalah perbedaan, pertentangan dan perselisihan. Konflik pertentangan dalam hubungan kemanusiaan (intrapersonal dan interpersonal)

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr. BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH Dalam proses pendampingan kali ini, peneliti menggunakan metode Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

Lebih terperinci

SILABUS INTENSIVE COURSE IN PEACE RESEARCH (ICPR) Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Yayasan Wakaf Paramadina Jakarta

SILABUS INTENSIVE COURSE IN PEACE RESEARCH (ICPR) Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Yayasan Wakaf Paramadina Jakarta SILABUS INTENSIVE COURSE IN PEACE RESEARCH (ICPR) Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Yayasan Wakaf Paramadina Jakarta Pengantar Pusat Studi Agama & Demokrasi (PUSAD) Paramadina adalah lembaga otonom

Lebih terperinci

Bimbingan dan Konseling Sosial

Bimbingan dan Konseling Sosial Bimbingan dan Konseling Sosial Situasi Sosial Situasi yang menggambarkan adanya interaksi antar individu, yang didalamnya terdapat sikap saling mempengaruhi. Situasi dalam keanekaragaman. Konflik Kata

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan

BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Konstruksi sosial yang dibangun oleh warga RW 11 Kampung Badran mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan berlangsung secara dialektis yakni

Lebih terperinci

Mohamad Iqbal MI-3. Pengantar Manajemen Sains

Mohamad Iqbal MI-3. Pengantar Manajemen Sains Pengantar Manajemen Sains Manajemen Sains merupakan pendekatan pengambilan keputusan manajerial yang didasarkan atas metode-metode ilmiah yang menggunakan banyak analisis kuantitatif. Berbagai nama diberikan

Lebih terperinci

Root Cause Analysis Pelatihan Teknis

Root Cause Analysis Pelatihan Teknis Purpose Root Cause Analysis Pelatihan Teknis Untuk apa RCA? PROBLEM SOLVING..!! DR. Herkutanto, SpF, SH, LL.M or Eliminasi risiko ALUR MANAJEMEN RISIKO Identifikasi risiko Investigasi & Analisis risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era sekarang ini, kita hidup di dunia dimana suatu organisasi terdiri dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada era sekarang ini, kita hidup di dunia dimana suatu organisasi terdiri dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini, kita hidup di dunia dimana suatu organisasi terdiri dari berbagai komponen yang ada didalamnya, seperti sifat mereka, interaksi antara mereka,

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Kasus Perencanaan Transportasi untuk Penanganan Kemacetan

Bab IV Analisis Kasus Perencanaan Transportasi untuk Penanganan Kemacetan 57 Bab IV Analisis Kasus Perencanaan Transportasi untuk Penanganan Kemacetan Proses analisis kasus dimaksudkan untuk memperjelas penelitian berdasarkan kenyataan (reality) dengan maksud menerapkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana. Ph.D a.wardana@uny.ac.id Overview Perkuliahan Konstruksi Teori Sosiologi Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Pengetahun

Lebih terperinci

proses sosial itulah terbangun struktur sosial yang mempengaruhi bagaimana China merumuskan politik luar negeri terhadap Zimbabwe.

proses sosial itulah terbangun struktur sosial yang mempengaruhi bagaimana China merumuskan politik luar negeri terhadap Zimbabwe. BAB V KESIMPULAN Studi ini menyimpulkan bahwa politik luar negeri Hu Jintao terhadap Zimbabwe merupakan konstruksi sosial yang dapat dipahami melalui konteks struktur sosial yang lebih luas. Khususnya

Lebih terperinci

Politik Global dalam Teori dan Praktik

Politik Global dalam Teori dan Praktik Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

KOMPARASI PENDEKATAN ETNIS DAN AGAMA PERPEKTIF CLEM McCARTNEY 1 DENGAN PERSPEKTIF FRANZ MAGNIS SUSENO. Oleh : Any Rizky Setya P.

KOMPARASI PENDEKATAN ETNIS DAN AGAMA PERPEKTIF CLEM McCARTNEY 1 DENGAN PERSPEKTIF FRANZ MAGNIS SUSENO. Oleh : Any Rizky Setya P. KOMPARASI PENDEKATAN ETNIS DAN AGAMA PERPEKTIF CLEM McCARTNEY 1 DENGAN PERSPEKTIF FRANZ MAGNIS SUSENO Oleh : Any Rizky Setya P. Latar Belakang Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang

Lebih terperinci

Bab 3 METODE KAJIAN. 3.1 Metode Pengambilan Data

Bab 3 METODE KAJIAN. 3.1 Metode Pengambilan Data Bab 3 METODE KAJIAN 3.1 Metode Pengambilan Data Data yang diambil untuk melakukan kajian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan pengambilan data-data terkait pengelolaan

Lebih terperinci

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya. Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN Minggu ke 12 Pemberdayaan (empowerment) Power/daya Mampu Mempunyai kuasa membuat orang lain melakukan segala sesuatu yang diinginkan pemilik kekuasaan Makna Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1. PENGANTAR

BAB V PENUTUP 5.1. PENGANTAR BAB V PENUTUP 5.1. PENGANTAR Tesis ini berisi tentang manajemen pasca konflik yang terjadi di Lampung Timur. Penelitian ini berawal dari adanya rekomendasi dari Komnas HAM terkait penyelesaian konflik

Lebih terperinci

Budaya dan Komunikasi 1

Budaya dan Komunikasi 1 Kejujuran berarti integritas dalam segala hal. Kejujuran berarti keseluruhan, kesempurnaan berarti kebenaran dalam segala hal baik perkataan maupun perbuatan. -Orison Swett Marden 1 Memahami Budaya dan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

Catatan Awal Riset Aksi 2007 Bersama Komunitas Mitra Strategis PKBI DIY 2007

Catatan Awal Riset Aksi 2007 Bersama Komunitas Mitra Strategis PKBI DIY 2007 Catatan Awal Riset Aksi Bersama Komunitas Mitra Strategis PKBI DIY Pusat Studi Seksulitas PKBI DIY PENDAHULUAN Riset aksi secara teoritis dapat diartikan sebagai sebuah program pemberdayaan yang dilakukan

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) berkembang sebagai kritik terhadap pendekatan kesejahteraan (welfare approach) atau pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, menurut Pradja. AL (2008, hlm. 24) menyatakan bahwa: (Praja, 2008) Pendidikan merupakan usaha agar manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompetensi pendidik yang termasuk soft skills mencakup kompetensi kepribadian dan sosial. Kompetensi kepribadian disebut dengan intrapersonal skills sedangkan kompetensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tulisan Philista Sang (2013) yang berjudul The Role of NGOs in Conflict

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tulisan Philista Sang (2013) yang berjudul The Role of NGOs in Conflict 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian pertama yang menjadi tinjauan pustaka bagi penulis adalah tulisan Philista Sang (2013) yang berjudul The Role of NGOs in Conflict Transformation:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai politik di Provinsi Lampung terhadap wacana pemilihan gubernur oleh DPRD Provinsi, sehingga

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan realitas yang kompleks dan memperoleh pemahaman makna dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.

Lebih terperinci

Kuliah 2 Luas Lingkup dan Perkembangan Studi Implementasi

Kuliah 2 Luas Lingkup dan Perkembangan Studi Implementasi Kuliah 2 Luas Lingkup dan Perkembangan Studi Implementasi What Ever Happened to Policy Implementation? An Alternative Approach By Peter and Linda deleon Journal of Public Policy Administration Research

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. 1 Craigh (2005)

Bab I PENDAHULUAN. 1 Craigh (2005) Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam dekade ini telah mendorong pertumbuhan ketersediaan informasi yang sangat besar, dalam sisi kuantitas dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan di masa lalu telah menumbuhkan suatu kesenjangan yang besar, dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan peningkatan

Lebih terperinci

Kekerasan dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam Rumah Tangga 1. Jenis Kasus : A. LEMBAR FAKTA Kekerasan terhadap Perempuan di wilayah konflik Kekerasan dalam Rumah Tangga Lain-lain : 2. Deskripsi Kasus : 1 3. Identitas Korban : a. Nama : b. Tempat lahir : c. Tanggal

Lebih terperinci

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah Tinjauan Buku STUDYING CHRISTIAN SPIRITUALITY Jusuf Nikolas Anamofa janamofa@yahoo.com Judul Buku : Studying Christian Spirituality Penulis : David B. Perrin Tahun Terbit : 2007 Penerbit : Routledge -

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK A. Pengertian Konflik Istilah konflik dalam ilmu politik seringkali dikaitkan dengan kekerasan seperti kerusuhan, kudeta terorisme, dan reformasi. Konflik mengandung

Lebih terperinci

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan kekerasan atau violence umumnya dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Desa Sudimoro bermata pencaharian sebagai petani yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Desa Sudimoro bermata pencaharian sebagai petani yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Problematik Desa Sudimoro terletak di Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten. Ratarata penduduk Desa Sudimoro bermata pencaharian sebagai petani yang mengandalkan hasil

Lebih terperinci

MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM

MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM PERTEMUAN 14 MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM POKOK BAHASAN: Konflik dan Negoisasi DESKRIPSI Materi berupa uraian tentang dinamika yang terjadi dalam sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Fredrike Bannink, Handbook Solution-Focused Conflict Management, (Gottingen: Hogrefe Publishing, 2010) 2

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Fredrike Bannink, Handbook Solution-Focused Conflict Management, (Gottingen: Hogrefe Publishing, 2010) 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Konflik dapat dipahami dalam dua dimensi, yaitu bahaya dan peluang 1. Bila dalam krisis, seseorang atau kelompok orang memiliki pikiran negatif yang kuat, ia atau mereka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberadaan industri ekstraksi secara langsung maupun tidak. langsung akan mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial-budaya dan

I. PENDAHULUAN. Keberadaan industri ekstraksi secara langsung maupun tidak. langsung akan mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial-budaya dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan industri ekstraksi secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan masyarakat yang berada di sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu ruang penting penunjang terjadinya interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu ruang penting penunjang terjadinya interaksi sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai individu yang berinteraksi dengan individu lain tentu memerlukan ruang, khususnya dalam menjalin relasi sosial, dan lingkungan masyarakat menjadi

Lebih terperinci

isu kebijakan dan dinamikanya. Kemudian pada bagian kedua kita akan Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah

isu kebijakan dan dinamikanya. Kemudian pada bagian kedua kita akan Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah 4 Isu Kebijakan Publik A. Pendahuluan Pada bagian ini, anda akan mempelajari konsep isu kebijakan publik dan dinamikanya dalam pembuatan kebijakan. Untuk itu, kita akan membagi uraian ini menjadi tiga

Lebih terperinci

Kemitraan Antara Pemangku Kepentingan dan Humas Pemerintah Dalam Diseminasi Informasi

Kemitraan Antara Pemangku Kepentingan dan Humas Pemerintah Dalam Diseminasi Informasi Kemitraan Antara Pemangku Kepentingan dan Humas Pemerintah Dalam Diseminasi Informasi Prita Kemal Gani, MBA,MCIPR,APR Ketua BPP PERHUMAS & Direktur London School, Jakarta (Disampaikan dalam Pertemuan Tahunan

Lebih terperinci

PENGANTAR KAJIAN STRATEGIS

PENGANTAR KAJIAN STRATEGIS PENGANTAR KAJIAN STRATEGIS Penulis : Anak Agung Banyu Perwita; Afrimadona; Bantarto Bandoro; Beni Sukadis; Fredy BL Tobing; Kusnadi Kardi; Prasojo; Yugolastarob Komeini Editor : AA Banyu Perwita Bantarto

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA

MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA Rasional Pengajaran membaca dalam bahasa, termasuk dalam bahasa Sunda, kini telah berkembang. Namun khususnya dalam pengajaran membaca, hasil

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi Konsep teknologi informasi khususnya Internet telah menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

Oleh : Cahyono Susetyo

Oleh : Cahyono Susetyo PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS KELOMPOK Oleh : Cahyono Susetyo 1. PENDAHULUAN Perencanaan partisipatif yang saat ini ramai didengungkan merupakan suatu konsep yang dianggap mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

Proses Penyelesaian Perselisihan

Proses Penyelesaian Perselisihan Dokumen ID INDONESIA Proses Penyelesaian Perselisihan Latar Belakang ALS adalah skema yang bertujuan untuk mempromosikan penerapan pendekatan NKT secara lebih bermutu dan konsisten melalui a) penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang industri, sarana transportasi, perluasan daerah pemukiman dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit BAB II PEMBAHASAN A. Difraksi Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang. Medan gelombang boleh jadi

Lebih terperinci

PAR. Dr. Tantan Hermansah

PAR. Dr. Tantan Hermansah PAR Dr. Tantan Hermansah PENGANTAR DISKUSI 1. Seorang pekerja masyarakat (community worker) pemula datang ke sebuah desa untuk melakukan identifikasi awal masalahmasalah di masyarakat. 2. Berdasarkan data

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos

TINJAUAN PUSTAKA. Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Strategi Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos yang mengambil dari kata strator yang berarti militer dan ag yang berati memimpin.

Lebih terperinci

KATA PEMBUKA KEWIRAUSAHAAN KONSEP DAN IMPLEMENTASI

KATA PEMBUKA KEWIRAUSAHAAN KONSEP DAN IMPLEMENTASI KATA PEMBUKA Rekan-rekan sejawat, saya ingin menginformasikan bahwa di tahun 2012, rangkaian kolom-kolom yang akan saya sajikan terbagi dalam dua kluster, yakni kluster pertama berkenaan dengan aspek-aspek

Lebih terperinci

MENGELOLA KONFLIK bagian 1: Analisis (Simon Fisher, Mengelola Konflik Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak)

MENGELOLA KONFLIK bagian 1: Analisis (Simon Fisher, Mengelola Konflik Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak) Materi Kuliah : Evaluasi Perencanaan MENGELOLA KONFLIK bagian 1: Analisis (Simon Fisher, Mengelola Konflik Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak) http://chairululid.lecture.ub.ac.id Bahasan 1. Kerangka

Lebih terperinci

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian mengenai Proses Penyesuaian Diri di Lingkungan Sosial pada Remaja Putus Sekolah. Metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan secara kualitatif sesuai dengan kerangka analisis yang diajukan penulis yang kemudian dipakai untuk mendesain penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Blanchard (2000) mendefinisikan sistem sebagai sekumpulan dari elemen-elemen yang mempunyai fungsi bersama untuk mencapai suatu tujuan (Miftahol, 2009). Sedangkan Law (2004)

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

Pembangunan dan Perdamaian Berkelanjutan (PPB)

Pembangunan dan Perdamaian Berkelanjutan (PPB) Pembangunan dan Perdamaian Berkelanjutan (PPB) Menuju Dialog Pembangunan untuk Perdamaian 1 Proses PPB: Tinjauan (1) Prakarsa bersama Pemerintah Indonesia, UNDP dan Pemerintah Inggris (DFiD). Dilaksanakan

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III menjelaskan tahapan analisis faktor-faktor berpengaruh pada KM, yang ditujukan untuk mengidentifikasi komponen pembangun KMS sebagai landasan berpikir

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL

PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL Arti dan Tujuan Pembangunan Pembangunan merupakan suatu bentuk perubahan sosial yang terarah dan berencana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian pengembangan kemampuan mengelola perilaku dengan teknik token economy ini menggunakan penelitian tindakan sebagai metode penelitian untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Kontinjensi Pendekatan teori kontijensi mengidentifikasi bentuk-bentuk optimal pengendalian organisasi di bawah kondisi operasi yang berbeda dan mencoba untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

Pendekatan Peka Konflik (Conflict Sensitive Approach) Pendekatan Pembangunan Peka Konflik (Conflict Sensitive Development) Pengarusutamaan Perdamaian

Pendekatan Peka Konflik (Conflict Sensitive Approach) Pendekatan Pembangunan Peka Konflik (Conflict Sensitive Development) Pengarusutamaan Perdamaian Pendekatan Peka Konflik (Conflict Sensitive Approach) Pendekatan Pembangunan Peka Konflik (Conflict Sensitive Development) Pengarusutamaan Perdamaian (Peace Mainstreaming) Dinamika Pembangunan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan 9 BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Pengertian Participatory Action Research Berbagai kajian dalam rumpun ilmu sosiologi membenarkan bahwa modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan

Lebih terperinci

Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Tim Pokja Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan

Lebih terperinci