Realisme dan Neorealisme I. Summary

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Realisme dan Neorealisme I. Summary"

Transkripsi

1 Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi; 3) realisme dan neorealisme. Menurut Waltz, ada kesamaan dalam pembentukan teori pada studi ekonomi dengan studi politik internasional. Yakni dengan menempatkan ekonomi atau politik sebagai bidang sendiri, namun sekaligus berkaitan dengan bidang-bidang lainnya. Misalnya, fenomena ekonomi dapat dilihat dari berbagai proses yang berbeda. Hal ini juga pernah disampaikan oleh kaum Physiocrat yang digagas oleh Francois Quesnay, bahwa fenomena ekonomi dipandang sebagai sebuah bidang sendiri yang bisa berhubungan dengan kehidupan sosial dan politik. Sebagai contoh, Physiocrat membagi 2 kelas masyarakat dan di antara keduanya terjadi distribusi uang dan kekayaan. Kelas ini terdiri dari produktif (para pelaku sektor pertanian, pertambangan, perminyakan) dan tidak produktif (para pemilik dan para ahli). Waltz juga menguraikan pandangan Raymond Aron dan Hans Morgenthau mengenai realisme. Menurut kaum realis, dunia ini terdiri dari negara yang memiliki kedaulatan sendirisendiri. Dunia bersifat anarki karena tidak ada pemerintahan internasional atau lembaga yang ada di atas negara. Setiap negara ingin lebih unggul dengan power yang dimiliki, terutama dari segi kekuatan militer. Hans Morgenthau (1985:4-17) mengemukakan asumsinya dalam enam prinsip realisme politik, yaitu Six Principle of Political Realism, chapter A Realist Theory of International Politics. Salah satunya adalah ide mengenai human nature atau animus dominandi yaitu sudah menjadi sifat dasar manusia untuk mementingkan diri sendiri dan haus akan kekuasaan (power). Kepentingan akan power ini selalu membuat manusia atau negara saling mengadu kekuatan. Dalam realis, politik internasional dianggap sebagai arena konflik kepentingan negara yang diwujudkan lewat adu kekuatan secara fisik seperti perang. Dari pendekatan realis ini kemudian berkembang menjadi konsep realisme baru yaitu neorealis, yang dipelopori oleh Kenneth N. Waltz. Bagi Waltz, alasan negara mengejar kepentingannya bukan dikarenakan human nature, tetapi karena adanya struktur dalam dunia internasional yang anarki. Bahwa, terbentuk struktur antara negara yang kuat dan negara yang lemah. Dalam situasi anarki ini, setiap negara perlu melindungi keamanan negaranya sendiri dengan terus berupaya menempatkan negaranya lebih di atas negara lain. Pada realis, power menjadi fokus utama, sedangkan pada neorealis, negara lebih fokus pada rasa aman ketimbang power. Neorealis memuat konsep mengenai distribusi kekuatan dalam negara. Negara merupakan aktor rasional yang akan memilih strategi untuk

2 memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian. Sehingga, konsep perimbangan kekuatan menjadi fokus utama bagi konsep perdamaian dunia versi Waltz. Tapi, satu hal yang mendasar dalam realisme maupun neorealisme, yaitu bahwa negara memandang negara lain sebagai musuh potensial yang mengancam keamanan. Artinya, kelemahan negara menjadi pemicu bagi negara lain untuk membangun kekuatan yang lebih besar agar dapat menginvasi negara lemah. Sebaliknya, kekuatan yang terlalu besar atau ekstrim pada negara lain akan memicu sebuah negara untuk semakin meningkatkan pertahanan dan mengumpulkan kekuatan. Ini yang dikenal dengan security dilemma. II. Analisa Dari ringkasan di atas, berikut beberapa pertanyaan yang akan diuraikan lebih lanjut: 1. Bagaimana Waltz menyelesaikan hambatan dalam menjelaskan pembentukan dan pengaplikasian teori? 2. Mengapa Waltz kerap mengkaitkan antara ekonomi dan politik internasional? 3. Bagaimana definisi power dalam pengertian realisme dan neorealisme? 4. Bagaimana peran neorealisme dalam relasi internasional? 5. Apakah dalam konsep realisme, interaksi antar negara tetap terjadi? a. Pembentukan Teori Dalam soal pembentukan teori, persoalan yang kerap diperdebatkan adalah adanya kesulitan dalam membentuk sebuah teori Ini yang dialami para teoris, baik dalam studi politik internasional maupun juga ekonomi. Mengenai ini, Waltz mengkritik pembentukan teori, misalnya oleh Raymond Aron mengenai realis. Ada kompleksitas/kerumitan yang membuat teori menjadi sulit dirancang. Misalnya, Aron mempertanyakan apakah variabel ekonomi, politik, dan sosial masuk ke dalam sistem internasional; kepentingan negara yang banyak; ada pembedaan antara variabel dependen dengan independen. Masalah-masalah ini sebenarnya tidak perlu dibuat rumit. Yang perlu lebih diperhatikan adalah masalah pengaplikasian sebuah teori. Pada tulisannya yang lain 1, Waltz menjelaskan bahwa sebuah teori harus bisa diujikan pada bidang yang ingin dijelaskan oleh teori tersebut. Jika ada hal yang tak mampu dijelaskan oleh sebuah teori, maka tak berarti teori itu gagal atau tak sempurna. Sebab, Waltz telah memberi batasan bahwa sebuah teori tak mungkin mampu menjelaskan semua permasalahan. Jadi, sifatnya terbatas dan digunakan sesuai kasus tertentu. b. Ekonomi dan Politik Internasional 1 Kenneth N. Waltz, Anarchic Orders and Balances of Power in Robert O. Keohane (ed.), Neorealism and Its Critics. New York: Columbia University Press, pp

3 Keterkaitan antara ekonomi dan politik internasional sederhananya dilatari oleh persaingan antar negara yang memang kerap terjadi dalam bidang ekonomi. Bahkan, saat ini menjadi persaingan utama, selain bidang militer yang merupakan pengejawantahan power suatu negara. Hal ini senada dengan John J. Mearsheimer 2, bahwa power yang utama dalam pendekatan realis adalah potensi ekonomi dan militer yang dimiliki oleh negara. Seperti yang dinyatakan juga oleh Barry Buzan, adanya pembahasan ekonomi politik internasional diasumsikan sebagai teori yang baik untuk menjelaskan politik internasional itu sendiri. Bahkan,perlu dilihat bahwa teori ekonomi politik internasional akan dapat merepresentasikan hubungan internasional. Begitu pula Charles W. Kegley 3 menyatakan bahwa ekonomi erat kaitannya dengan politik internasional karena pertumbuhan ekonomi bisa menjelma sebagai faktor penting dalam memperkuat dan meluaskan power dan prestise sebuah negara. Senada dengan Padelford dan Lincoln (1954), bahwa ada 4 kecenderungan dalam politik internasional. Dua di antaranya yaitu mengenai politik internasional mengupayakan standar kehidupan yang lebih baik dengan memperkuat ekonomi negara; dan perjuangan untuk mempertahankan dan meningkatkan keamanan nasional (militer). c. Realisme dan Neorealisme Sebenarnya dalam realisme dan neorealisme, perlu dipahami bahwa keduanya samasama menyebutkan bahwa dunia ini anarki dan bahwa setiap negara punya kedaulatannya masing-masing dan terus meningkatkan power. Dalam realis, perlu ada strategi untuk memaksimalkan power dan kapabilitas negara. Power merupakan tujuan dari negara. Berbeda dengan neorealis, menurut John Mearsheimer, neorealis berusaha untuk memaksimalkan distribusi kekuatan antara yang kuat dan yang lemah sehingga dicapai perimbangan. Power merupakan maksud sekaligus tujuan dari negara. Kekuatan yang terlalu besar dalam negara justru tak baik dampaknya dalam struktur internasional. Misalnya, ketika PD II usai, pihak sekutu menang sekaligus membuat Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai kekuatan adidaya. Dua negara yang tadinya berkawan ini kemudian saling melawan dikarenakan kekuatan adidaya (terlalu besar) di setiap negara. Lantas, apa saja yang menjadi elemen power. Bila dilihat dari konsep dasar teori realisme yang orientasinya kepada perang, maka power terdiri dari kekuatan senjata dan militer, termasuk yang berkaitan dengan itu seperti anggaran militer. Sementara, bila dilihat secara lebih luas, banyak hal yang bisa menjadi elemen power. Misalnya, jumlah penduduk, 2 John J. Mearsheimer. Structural Realism in Tim Dunne, Milja Kurki and Steve Smith (ed.), International Relation Theories: Discipline and Diversity 2 nd Edition, pp Charles w.kegley, World Politics Trend and Transformation, USA: Wadsworth Cengage Learning, pp

4 sumber daya alam, industri, ekonomi, batas wilayah, ideologi, cara berpikir, gaya hidup. Di Indonesia, jumlah penduduk bisa menjadi power setidaknya tampak dalam lingkup ASEAN. Karena, 46 persen warga ASEAN terdiri dari penduduk Indonesia. Sama dengan yang disampaikan oleh Mearsheimer, bahwa power yang utama ada dalam kekuatan militer yang ditunjukkan dengan angkatan bersenjata atau senjata nuklir. Hal ini terlihat pada negara Amerika yang sekaligus merupakan raja kapal induk di dunia. Lalu, ada pula power dari segi sosial ekonomi yang dapat ditujukan untuk menyokong militer, seperti kekayaan negara, jumlah populasi, teknologi. Sebagai contohnya, negara China. Selanjutnya, dalam dunia yang anarki, baik realis maupun neorealis, pada keduanya berlaku kondisi uncertainty atau ketidakpastian dalam negara. Ini artinya, masing-masing negara tidak saling mengetahui kapabilitas negara lain. Pada akhirnya, setiap negara akan merasa kedudukannya selalu terancam oleh negara lain. Dalam neorealisme, keadaan anarki dan negara yang berdaulat dapat diartikan bahwa suatu negara tidak punya kewenangan untuk mengganggu negara lain yang juga punya kedaulatannya sendiri. Tetapi, perlu dipahami bahwa negara juga perlu menjamin keamanannya sendiri. Dengan begitu, negara harus mampu menilai dirinya sendiri. Jika sebuah negara tidak mampu membangun kekuatan militer untuk memenuhi rasa aman tersebut, maka negara bisa memilih opsi melakukan pakta militer dengan negara yang lebih kuat. Hal ini dikenal dengan balance of power atau distribution of power atau perimbangan kekuatan. Seperti yang pernah dilakukan dalam PD II: Amerika Serikat, Uni Soviet, Cina melawan Jerman, Italia, Jepang. Selain menyoal kedaulatan negara, dalam neorealisme ada pemahaman bahwa setiap negara juga punya kepentingan nasional masing-masing. Untuk menjembatani hal ini, maka persamaan kepentingan negara dapat diarahkan lewat bentuk interaksi kerjasama dalam relasi internasional. Sebaliknya, perbedaan kepentingan akan terwujud dalam bentuk konflik yang bisa dihindari, misalnya lewat konsep balance of power (Vandana, 1996:17). Adapun bentuk interaksi dalam relasi internasional ini terdiri dari 3 macam sesuai dengan Joseph Frankel 4. Yaitu, cooperation (kerja sama), competition (persaingan), dan conflict (konflik). Persaingan termuat dalam konsep realisme dan neorealisme, yaitu bahwa antar negara pasti akan saling bersaing agar negaranya menjadi yang terbaik. Suasana kompetisi perlu disikapi secara positif oleh negara karena akan dapat merangsang kreativitas negara. Kerjasama termasuk ke dalam pengertian neorealisme, dan konflik termasuk ke dalam pengertian realisme. Baik itu kerjasama, persaingan, ataupun konflik sebenarnya ketiga bentuk interaksi ini sekaligus menunjukkan bahwa negara akan saling berinteraksi satu 4 Joseph Frankel, International Relations in a Changing World, New York: Oxford University Press, 1988, pp

5 sama lain. Bahkan, antara negara besar dan kecil sekalipun. Dalam ranah neorealisme, negara besar akan terus berupaya mempertahankan nama besarnya, misalnya dengan membantu negara kecil. Begitu juga negara kecil akan terus menjaga hubungan baik dengan negara besar yang menurutnya dapat membantu dalam memenuhi kepentingan negaranya. III. Kesimpulan Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa neorealis hadir sebagai kritik atau bisa dianggap sebagai penyempurna terhadap teori pendahulunya yaitu realis.oleh karena itu, meskipun berbeda, tetapi masih terdapat akar persamaan di antara keduanya. Salah satunya, yaitu bahwa negara perlu power. Rancangan terhadap neorealis ini didasari pertimbangan bahwa ada kesulitan yang dihadapi dalam mengaplikasikan teori realis. Sehingga Waltz melakukan penyederhanaan lewat teori neorealismenya. Selanjutnya, baik realis maupun neorealis sama-sama berbicara mengenai power yang utamanya terdiri dari ekonomi dan militer negara. Perbedaannya adalah, power dalam realis harus diperoleh secara murni oleh negara sehingga kepemilikannya mutlak oleh sebuah negara. Namun, dalam neorealis, power bisa dibagi agar seimbang antara negara yang kuat dengan negara yang lemah. Sebab, kekuatan yang terlalu besar dalam sebuah negara justru akan berdampak tidak baik karena berpotensi merusak sistem atau struktur internasional. Sehingga, di antara negara yang kepentingannya sama, lebih baik menjalin kerjasama yang dapat menghindarkan kerugian. Hal ini sekaligus untuk mengaplikasikan balance of power. Daftar Pustaka Frankel, Joseph. International Relations in a Changing World. New York: Oxford University Press, Kegley, Charles W. World Politics: Trend and Transformation. USA: Wadsworth Cengage Learning, Mearsheimer, John J. Structural Realism. In International Relation Theories: Discipline and Diversity 2 nd Edition. ed. Tim Dunne, Milja Kurki and Steve Smith. Waltz, Kenneth N. Anarchic Orders and Balances of Power. In Neorealism and Its Critics.ed. Robert O. Keohane.New York: Columbia University Press. Waltz, Kenneth N. Realist Thought and Neorealist Theory. In Journal of International Affairs 44 (Spring/Summer), Vandana. Theory of International Politics. New Delhi: Vikas Publishing House PVT LTD, 1996.

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

REALISM. Theoretical Intrepretations of World Politics. By Dewi Triwahyuni

REALISM. Theoretical Intrepretations of World Politics. By Dewi Triwahyuni REALISM Theoretical Intrepretations of World Politics By Dewi Triwahyuni Theory in Brief REALISM & NEOREALISM Key Actors View of the individual View of the state View of the international system Beliefs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967

BAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posisi Laut Cina Selatan sebagai jalur perairan utama dalam kebanyakan ekspedisi laut, yang juga berada diantara negara-negara destinasi perdagangan, dan terlebih lagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

Unipolaritas Damai? Menggugat Justifikasi Dominasi AS

Unipolaritas Damai? Menggugat Justifikasi Dominasi AS Tangguh 0706291426 Dept. Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia 1 Unipolaritas Damai? Menggugat Justifikasi Dominasi AS Review Mata Kuliah Hubungan Luar Negeri dan Keamanan Amerika William

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL. Oleh. Drs. Asep Setiawan MA

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL. Oleh. Drs. Asep Setiawan MA SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL Oleh Drs. Asep Setiawan MA PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017 AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017 STATE Miriam Budiardjo: Negara sebagai suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan

Lebih terperinci

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI A. Manusia, Politik dan Moral. Manusia adalah mahluk yang bermoral. Hal ini menjadi sesuatu yang mulai kabur dan berubah dalam hal keilmuan,

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT

ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT Isu Lingkungan = Perluasan Konsep Keamanan? By: Dewi Triwahyuni 1 Isu Lingkungan = Perluasan Konsep Keamanan? Sejak 1920an, adanya pergerakan negara totaliter di

Lebih terperinci

KONTROVERSI KEBANGKITAN CINA DALAM DUNIA INTERNASIONAL: DEFENSIF ATAU OFENSIF?

KONTROVERSI KEBANGKITAN CINA DALAM DUNIA INTERNASIONAL: DEFENSIF ATAU OFENSIF? Makalah Akhir Individu untuk Mata Kuliah Teori Hubungan Internasional 1 Binar Sari Suryandari 1006664685 KONTROVERSI KEBANGKITAN CINA DALAM DUNIA INTERNASIONAL: DEFENSIF ATAU OFENSIF? DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS KONFLIK PERBATASAN MARITIM TERHADAP POTENSI PERLOMBAAN SENJATA DI ASIA TENGGARA

PENGARUH INTENSITAS KONFLIK PERBATASAN MARITIM TERHADAP POTENSI PERLOMBAAN SENJATA DI ASIA TENGGARA SKRIPSI PENGARUH INTENSITAS KONFLIK PERBATASAN MARITIM TERHADAP POTENSI PERLOMBAAN SENJATA DI ASIA TENGGARA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata satu (S-1) Jurusan Hubungan

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

Politik Global dalam Teori dan Praktik

Politik Global dalam Teori dan Praktik Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Parliament of Australia, Report 145, (Canberra: Parliament of Australia, 2014), pp. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. Parliament of Australia, Report 145, (Canberra: Parliament of Australia, 2014), pp. 3-4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik luar negeri Australia, sebagai bagian dari Asia-Pasifik, merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Riwayat Australia sebagai negara Anglo-Saxon yang sering

Lebih terperinci

GREAT DEBATES IN INTERNATIONAL RELATIONS THEORY DEWI TRIWAHYUNI

GREAT DEBATES IN INTERNATIONAL RELATIONS THEORY DEWI TRIWAHYUNI GREAT DEBATES IN INTERNATIONAL RELATIONS THEORY DEWI TRIWAHYUNI WHAT IS GREAT DEBATES? Dalam Teori Hubungan Internasional, ada yang dikenal dengan istilah GREAT DEBATES, yaitu merujuk pada pedebatan para

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa negara. Istilah Asia Tenggara pertama kali diperkenalkan oleh pasukan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa negara. Istilah Asia Tenggara pertama kali diperkenalkan oleh pasukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah yang dihuni oleh beberapa negara. Istilah Asia Tenggara pertama kali diperkenalkan oleh pasukan sekutu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara. tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara bebas.

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara. tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara bebas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asia Timur merupakan wilayah yang sejak lama penuh dengan dinamika dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara seperti Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam

Lebih terperinci

DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Tinjauan Umum Teori Kepentingan Nasional Teori National Interest Versi Hans J. Morgenthau Teori National Interest Versi Donald Nuchterlin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea, RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh sangat besar bagi ekonomi dunia. Secara politik, Amerika Serikat merupakan negara demokrasi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia 68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan

Lebih terperinci

AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA

AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA Oleh: Dewi Triwahyuni, S.Ip., M.Si. Saran Bacaan: Eugene R. Wittkopf, The Future of American Foreign Policy,, Second Edition (New York: St. Matin s Press, 1992).

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

Menuju Dunia Bebas Senjata Nuklir: Deterrence, Nuclear Taboo, dan Traktat Nonproliferasi Nuklir

Menuju Dunia Bebas Senjata Nuklir: Deterrence, Nuclear Taboo, dan Traktat Nonproliferasi Nuklir Menuju Dunia Bebas Senjata Nuklir: Deterrence, Nuclear Taboo, dan Traktat Nonproliferasi Nuklir Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hubungan Internasional Dosen: Dr. Arry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkembang. Dahulu dalam interaksinya hanya melibatkan aktor negara, namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkembang. Dahulu dalam interaksinya hanya melibatkan aktor negara, namun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan internasional Hubungan internasional merupakan salah satu bentuk interaksi antar aktor yang saling berkepentingan, yang dapat berupa kerjasama, konflik, ataupun perang.

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP POWER DALAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

PEMAHAMAN KONSEP POWER DALAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL PEMAHAMAN KONSEP POWER DALAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL 1 REALIST PARADIGM PERANG POWER FENOMENA POLITIK DAMAI KEPENTINGAN 2 Apakah kekuasaan dipandang secara kritis sebagai atribut perseorangan, kelompok,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2 1. Negara-negara yang tergabung dalam blok fasis adalah... Jerman, Jepang, dan Italia Jerman, Jepang, dan Inggris Jepang, Italia, dan Uni Soviet Jerman, Hungaria, dan Amerika Serikat SMP kelas 9 - SEJARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah persoalan-persoalan yang berhubungan dengan persenjataan nuklir dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah persoalan-persoalan yang berhubungan dengan persenjataan nuklir dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu masalah internasional yang sangat penting untuk dikaji dewasa ini adalah persoalan-persoalan yang berhubungan dengan persenjataan nuklir dan

Lebih terperinci

/RELEVANSI REALISME POLITIK H.J.MORGENTHAU TERHADAP POLITIK INTERNASIONAL KONTEMPORER

/RELEVANSI REALISME POLITIK H.J.MORGENTHAU TERHADAP POLITIK INTERNASIONAL KONTEMPORER /RELEVANSI REALISME POLITIK H.J.MORGENTHAU TERHADAP POLITIK INTERNASIONAL KONTEMPORER I. Pendahuluan. Buku Politics Among Nations yang ditulis oleh H.J Morgenthau merupakan suatu masterpiece dalam studi

Lebih terperinci

UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Negara Bangsa Dalam Politik Luar Negeri Teori-Teori Level Negara Bangsa Dalam Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 B. Buzan & O. Waever, Regions and Powers: The Structure of International Security, Cambridge University

BAB I PENDAHULUAN. 1 B. Buzan & O. Waever, Regions and Powers: The Structure of International Security, Cambridge University BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan pemilihan judul Tesis ini akan menjelaskan tentang kompleksitas keamanan di kawasan Asia Timur dan implikasinya terhadap peningkatan kekuatan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. BAB IV KESIMPULAN Terjadinya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat turut mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. Salah satunya adalah sikap yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (narkoba) merupakan salah satu bentuk tindak kejahatan transnasional. Amerika Serikat, menurut

Lebih terperinci

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

Pendahuluan. Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer

Pendahuluan. Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer Pendahuluan A. Latar Belakang Pakistan merupakan salah satu negara yang terletak diwilayah Asia Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer (650 mi) dengan Laut Arab dan Teluk Oman

Lebih terperinci

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia.

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia. BAB VI KESIMPULAN Malcolm Fraser dilahirkan 21 mei 1930, dari keluarga petani dan peternak domba yang kaya, kakeknya Sir Simon Fraser adalah salah seorang pertama-tama dipilih sebagai senator mewakili

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

Sejarah & Filsafat Ilmu Hubungan Internasional. #Sesi 13, Kamis 28 Mei 2015

Sejarah & Filsafat Ilmu Hubungan Internasional. #Sesi 13, Kamis 28 Mei 2015 Sejarah & Filsafat Ilmu Hubungan Internasional #Sesi 13, Kamis 28 Mei 2015 Ilmu HI versi 4-digit UNESCO Nomenclature In brief, as a field of inquiry, international relations today resembles a poorly marked-out

Lebih terperinci

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354 Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia adalah negara terbesar di dunia yang terletak di sebelah timur Eropa dan utara Asia. Pada saat Uni Soviet, Rusia merupakan negara bagian terbesarnya dan

Lebih terperinci

TEORI DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. By Dewi Triwahyuni

TEORI DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. By Dewi Triwahyuni TEORI DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL By Dewi Triwahyuni What is IR theory? International Relations theory entails the development of conceptual frameworks and theories to facilitate the understanding and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni BAB VI KESIMPULAN Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1963, akan tetapi Kennedy tetap mampu membuat kebijakan-kebijakan penting yang memiliki dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Laut Cina Selatan merupakan sengketa laut yang menjadi prioritas utama negara - negara dikawasan Asia Tenggara dan Association of South East Asia Nations (ASEAN) saat

Lebih terperinci

Asep Setiawan BAB I PENDAHULUAN

Asep Setiawan BAB I PENDAHULUAN Asep Setiawan BAB I PENDAHULUAN Hubungan internasional abad ke-20 ditandai dengan polarisasi dunia menjadi dua kutub raksasa, yakni Blok Barat dan Timur. Blok Barat merupakan aktualisasi ajaran liberalisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skripsi ini akan mengupas mengenai alasan kebijakan luar negeri Uni Eropa memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Abad 21 merupakan abad kebangkitan Asia. Kesuksesan pembangunan yang terjadi di negeri-negeri di kawasan tersebut dalam beberapa dekade terakhir menjadi alasan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang selama ini dikenal sebagai negara dengan kemajuan teknologi yang luar biasa pesat jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia. Kemajuan teknologi yang

Lebih terperinci

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 SEJARAH PEAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Perang 30 Tahun & Perang Napoleon Perang Dunia I & Perang Dunia II Perang Dingin & Perang Global Melawan Terorisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan Internasional merupakan hubungan yang melintasi batas wilayah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan Internasional merupakan hubungan yang melintasi batas wilayah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Hubungan Internasional merupakan hubungan yang melintasi batas wilayah suatu negara. Dimana dalam kehidupan internasional, setiap negara melakukan kerjasama,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME 1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si TEORI STATE CENTRIS TEORI TRANSNASIONAL CENTRIS TEORI GLOBAL CENTRIS TEORI STATE CENTRIS TEORI STATE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka, dapat disimpulkan bahwa, Rusia merupakan negara yang memiliki latar belakang sejarah Islam. Islam masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di negara-negara Afrika Utara dan

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di negara-negara Afrika Utara dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Fenomena Arab Spring merupakan sebuah fenomena yang memunculkan pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di negara-negara Afrika Utara dan Timur Tengah. Fenomena

Lebih terperinci

Ilmu Hubungan Internasional: Tinjauan epistemologi, Metodologi dan Ontologi

Ilmu Hubungan Internasional: Tinjauan epistemologi, Metodologi dan Ontologi Ilmu Hubungan Internasional: Tinjauan epistemologi, Metodologi dan Ontologi Dewi Triwahyuni Matakuliah: Metode Penelitian Hubungan Internasional Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UNIKOM 2012 Page

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya Spanyol pada Perang Dunia II tahun 1939-1945 merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi

Lebih terperinci

KEGAGALAN PERANG DINGIN ANTARDUA NEGARA ADIDAYA: FAKTOR PENYEBAB DAN IMPLIKASINYA. Oleh: Murtamadji (Dosen FIP / MKU UNY)

KEGAGALAN PERANG DINGIN ANTARDUA NEGARA ADIDAYA: FAKTOR PENYEBAB DAN IMPLIKASINYA. Oleh: Murtamadji (Dosen FIP / MKU UNY) KEGAGALAN PERANG DINGIN ANTARDUA NEGARA ADIDAYA: FAKTOR PENYEBAB DAN IMPLIKASINYA Oleh: Murtamadji (Dosen FIP / MKU UNY) Abstrak Kajian ini bertujuan untuk mencoba mengungkap beberapa faktor penyebab gagalnya

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.4

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.4 SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.4 1. LBB dainggap tidak bisa bekerja karena telah terjadi perang dunia II.Sehingga setelah perang dunia II reda kemudian didirikan organisasi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bailey, D. Kenneth Methods of Social Research. New York: McMillan Publishing.

DAFTAR PUSTAKA. Bailey, D. Kenneth Methods of Social Research. New York: McMillan Publishing. 134 DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku: Bailey, D. Kenneth. 1987. Methods of Social Research. New York: McMillan Publishing. Buzan, Barry. 1991. People, States, and Fear: An Agenda for International Security Studies

Lebih terperinci

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) Ketidakamanan (insecurity) merupakan perpaduan dari threats

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang

BAB I. Pendahuluan. perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Kerjasama merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang pentingnya kerjasama dengan

Lebih terperinci

Embrio Sosiologi Militer di Indonesia

Embrio Sosiologi Militer di Indonesia Pengantar Redaksi Embrio Sosiologi Militer di Indonesia GENEALOGI SOSIOLOGI MILITER Kalau diteliti lebih dalam, setiap sosiolog besar pasti pernah berbicara tentang institusi militer, tak terkecuali Marx,

Lebih terperinci

Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS. : Pengkajian Strategis dan Pertahanan

Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS. : Pengkajian Strategis dan Pertahanan Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS Matakuliah : Pengkajian Strategis dan Pertahanan Kode Mata Kuliah : HIN-612324 Jumlah Satuan Kredit Semester

Lebih terperinci

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI KERJASAMA INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI KERJASAMA INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI KERJASAMA INTERNASIONAL Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si Teori Aliansi Teori Integrasi Teori Kerjasama Teori Peranan TEORI ALIANSI TEORI ALIANSI

Lebih terperinci

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis BISNIS INTERNASIONAL By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis BISNIS INTERNATIONAL Kegiatan bisnis yang dilakukan antara Negara yang satu dengan Negara yang lain. Kegiatan : Perdagangan

Lebih terperinci

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM HAK AZASI MANUSIA Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri Latar Historis dan Filosofis (1) Kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia.

Lebih terperinci

Uni Soviet dihancurkan oleh pengkhianatan

Uni Soviet dihancurkan oleh pengkhianatan Mikhail Gorbachev: Uni Soviet dihancurkan oleh pengkhianatan 15 Desember 2016 http://www.bbc.com/indonesia/dunia-38311912 Image captionmikhail Gorbachev, 85 tahun, kini jarang tampil untuk wawancara. Mantan

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DUNIA

SEJARAH PEMILU DUNIA SEJARAH PEMILU DUNIA PENGERTIAN PAKAR Secara etimologis kata Demokrasi terdiri dari dua kata Yunani yaitu damos yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein atau cratos yang berarti kedaulatan

Lebih terperinci

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2017, 5(4) 1331-1338 ISSN 2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE

Lebih terperinci