Oleh : Cahyono Susetyo
|
|
- Ratna Pranata
- 9 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS KELOMPOK Oleh : Cahyono Susetyo 1. PENDAHULUAN Perencanaan partisipatif yang saat ini ramai didengungkan merupakan suatu konsep yang dianggap mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan perencanaan di Indonesia. Hal ini disebabkan antara lain karena perencanaan di masa lalu sangat bersifat Top-Down, di mana keterlibatan masyarakat dan aspirasinya cenderung diabaikan. Dengan konsepsi perencanaan partisipatif, keterlibatan masyarakat mulai diperhatikan sehingga aspirasi masyarakat merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam perencanaan Latar Belakang Salah satu pertanyaan yang muncul dalam penerapan perencanaan partisipatif adalah bagaimana kemampuan masyarakat untuk melaksanakannya, sebab praktek perencanaan partisipatif tanpa didukung oleh kemampuan masyarakat untuk terlibat aktif di dalamnya adalah merupakan suatu in-efisiensi, yang pada akhirnya akan menghambat proses perencanaan secara keseluruhan. Menurut Sumarto (2003), ada tiga hambatan utama dalam penerapan partisipasi masyarakat, yaitu: a. Hambatan struktural yang membuat iklim atau lingkungan menjadi kurang kondusif untuk terjadinya partisipasi. Di antaranya adalah kurangnya kesadaran berbagai pihak akan pentingnya partisipasi serta kebijakan atau aturan yang kurang mendukung partisipasi termasuk kebijakan desentralisasi fiskal. b. Hambatan internal masyarakat sendiri, diantaranya kurang inisiatif, tidak terorganisir, dan tidak memiliki kapasitas memadai untuk terlibat secara produktif dalam proses pengambilan keputusan. c. Hambatan akibat kurang terkuasainya metode dan teknik-teknik partisipasi. Adanya ketiga hambatan di atas mengakibatkan atmosfir partisipasi yang akhirakhir ini sangat terasa tidak termanfaatkan dengan baik. Meskipun semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat, telah menyadari betapa pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, akan tetapi proses penjaringan aspirasi masyarakat tersebut justru sering menjadi penghambat dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat yang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, seringkali tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk memahami persoalan, memahami alternatif-alternatif yang dapat ditempuh, dan tidak dapat mengerti sepenuhnya apa dampak dari kebijakan terhadap mereka, apakah merugikan, menguntungkan, atau tidak berpengaruh sama sekali. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam ikut terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan. Salah satunya adalah dengan mengembangkan masyarakat dengan cara mengembangkan kelompok di mana masyarakat tersebut terlibat. Pengembangan masyarakat berbasiskan kelompok ini tidak sama dengan mengembangkan masyarakat secara individu ataupun mengembangkan suatu kelompok secara keseluruhan. Untuk mengembangkan masyarakat kelompok diperlukan pemahaman khusus mengenai bagaimana keterkaitan antara anggota kelompok, dalam hal ini masyarakat, dengan kelompok yang dibentuk oleh individuindividu masyarakat.
2 1.2. Tujuan Makalah ini mencoba untuk membahas, bagaimana teknik-teknik pengembangan kemampuan masyarakat melalui pengembangan kelompok-kelompok masyarakat, baik kelompok yang sudah ada maupun kelompok yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan perencanaan partisipatif. Secara lebih spesifik, tujuan makalah ini adalah sebagai berikut: - Memberikan gambaran mengenai proses pembentukan suatu kelompok masyarakat, dan apa saja perubahan yang terjadi pada suatu kelompok masyarakat. - Menyusun alternatif teknik-teknik pengembangan masyarakat berbasis kelompok berdasarkan teori-teori yang ada. - Memberikan kesimpulan dan rekomendasi terhadap alternatif-alternatif pengembangan masyarakat berbasiskan kelompok. Dari pembahasan-pembahasan di atas, diharapkan dapat dipahami bagaimana suatu kelompok terbentuk, bagaimana proses kelompok tersebut menuju kedewasaan, dan bagaimana kita dapat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam pengambilan keputusan dengan menghimpun masyarakat melalui suatu kelompok ataupun dengan memanfaatkan kelompok-kelompok masyarakat yang telah terbentuk Lingkup Materi Tulisan ini dimulai dari pemahaman akan proses-proses pelibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan, kemudian pembahasan mengenai karakteristik suatu kelompok sebagai kumpulan individu, dan yang terakhir menyusun alternatif-alternatif pengembangan masyarakat berbasiskan kelompok. Secara lebih spesifik, lingkup materi pembahasan Pengembangan Masyarakat Berbasis Kelompok adalah sebagai berikut: - Mengiventarisasi jenis-jenis pengembangan masyarakat yang saat ini sudah dipraktekkan oleh pemerintah maupun lembaga non-pemerintah. - Membahas bagaimana proses pembentukan kelompok, dan bagaimana dinamika di dalam suatu kelompok. - Menyusun alternatif-alternatif pengembangan masyarakat berbasiskan kelompok. 2. PROSES DAN PRAKTEK PENGEMBANGAN KELOMPOK Pembentukan suatu kelompok tidak terjadi begitu saja, akan tetapi melewati suatu proses tertentu. Dengan memahami proses pembentukan suatu kelompok, kita dapat memanfaatkan kelompok tersebut semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan-tujuan khusus. Ada kelompok yang terbentuk secara alami, dan ada juga kelompok yang merupakan hasil bentukan pihak lain, seperti pemerintah dan organisasi non-pemerintah Peran Kelompok Dalam Perencanaan. Alasan yang terpenting mengapa kita perlu untuk mengembangkan masyarakat melalui kelompok adalah karena suatu kelompok dapat mewakili penerimaan, penolakan, maupun ketidakpedulian anggotanya terhadap kebijakan ataupun keputusan pemerintah. Suatu kelompok dimana anggotanya dapat menerima kebijakan akan bersifat aktif untuk ikut mendukung kebijakan tersebut. Di dalam suatu kelompok yang anggotanya dapat menerima kebijakan pemerintah dengan baik akan terdapat suatu proses yang dinamis untuk mendukung pemerintah.
3 Dalam suatu kelompok yang anggotanya menolak kebijakan pemerintah, akan terjadi suatu aktifitas yang menentang kebijakan tersebut. Hal ini dapat berbentuk baik kooperatif hingga anarkis.aktifitas-aktifitas yang terjadi di kelompok tersebut diarahkan untuk menentang dan bahkan menggagalkan kebijakan tersebut. Dampak negatif yang ditimbulkan suatu kelompok akan lebih besar bila dibandingkan dampak negatif dari penentangan individu. Sedangkan pada suatu kelompok yang anggotanya tidak peduli akan hasil-hasil kebijakan masyarakat akan bersifat pasif, hampir tidak terlihat aktifitas didalamnya yang diakibatkan kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Meskipun dampak negatifnya tidak terlalu besar, sebetulnya suatu kelompok masyarakat yang tidak peduli sebenarnya merupakan suatu potensi yang bila diarahkan dengan baik dapat dimanfaatkan untuk mendukung kebijakan pemerintah. Di berbagai negara maju, pengalaman membuktikan bahwa kelompok-kelompok masyarakat telah berhasil mendorong pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, sehingga kebijakan yang diambil dapat mencerminkan aspirasi publik. Dengan demikian, kebijakan pemerintah dapat memperoleh dukungan secara luas, bukan penolakan. Peran kelompok-kelompok masyarakat, termasuk LSM dan Civil Society Organization telah mendorong proses pembangunan, bukan hanya dalam tataran kajian dan pengembangan konsep/teori, peningkatan kesadaran akan pentingnya partisipasi warga dalam pengambilan keputusan, advokasi untuk mereformasi kebijakan agar lebih kondusif terhadap partisipasi warga, akan tetapi juga dalam mempraktekkan pendekatan pembangunan yang bersifat partisipatoris (Sumarto,2003) Proses Pengembangan Kelompok Proses Pengembangan kelompok dapat dipahami melalui pemikiran Barry Tuckman, seorang psikolog, yang menyimpulkan bahwa suatu kelompok akan melalui tahapan-tahapan tertentu dalam proses perkembangannya. Tahapan-tahapan itu adalah; tahap pembentukan, tahap persaingan, tahap pengaturan, dan terakhir adalah tahap produktifitas. Pada proses pengembangan suatu kelompok, akan ada tahapan dimana para anggota kelompok tersebut mengidentifikasi dirinya, orang-orang lain yang ada di dalam kelompok tersebut, dan eksistensi dan jatid diri kelompok yang diikutinya. Selain itu, akan terbentuk kesepakatan di antara sesama anggota kelompok mengenai bagaimana mekanisme apabila ada individu lain yang ingin menjadi anggota kelompok, bagaimana cara individu tersebut agar dapat berinteraksi sepenuhnya sebagai anggota kelompok. Selain itu, para anggota kelompok mulai memikirkan bagaimana apabila anggota kelompok yang tidak sepaham lagi dengan anggota kelompok lainnya ataupun dengan tujuan utama kelompok. Setelah suatu kelompok memiliki jati diri dan eksistensi yang jelas, memiliki anggota dan mekanisme-mekanisme untuk mengatur anggotanya, dengan kata lain kelompok tersebut telah terbentuk, dimulailah tahapan berikutnya dari pengembangan kelompok.tahapan ini adalah tahap persaingan antar anggota, karena tiap-tiap anggota kelompok akan mulai memikirkan apa tugas yang harus dijalankannya dalam kelompok, atau siapa yang harus menjalankan tugas tersebut. Selain itu, para anggota kelompok memiliki keinginan agar pendapatnya didengar oleh anggota lain sehingga dapat mempengaruhi proses di dalamkelompok. Tahapan ini akan menimbulkan banyak pertentangan, bahkan dapat menyebabkan suatu kelompok terpecah menjadi beberapa kelompok, atau bahkan hancur sama sekali. Suatu kelompok yang berhasil melewati tahapan ini akan menempuh tahap selanjutnya, yaitu tahap pengaturan. Tahap pengaturan dalam proses pengembangan kelompok adalah tahapan di mana para anggota kelompok mulai sepakat akan tugas-tugas yang diemban oleh masing-
4 masing anggota kelompok, termasuk bagaimana pergantiannya dan mekanismenya. Pada tahap ini terbentuk proses dan prosedur pembagian kerja dan penilaian kinerja masingmasing anggota kelompok, termasuk sejauh mana penyimpangan perilaku anggota kelompok dapat diterima. Setelah melewati tahap ini, barulah kelompok tersebut dapat menghasilkan sesuatu, yang dapat memberikan pengakuan dari pihak-pihak lain akan eksistensi dan jatidiri kelompok tersebut. Dengan memahami proses pengembangan kelompok tersebut, kita dapat menemukan alternatif-alternatif untuk mengembangkan individu yang berada dalam suatu kelompok seiring dengan proses pengembangan kelompok. Individu pun dapat dianggap suatu kelompok yang paling kecil, dimana seseorang akan mengalami pembentukan jati diri, adanya pertentangan batin, maupun proses pembelajaran sehingga individu tersebut akan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi lingkungan Praktek-praktek Pengembangan Masyarakat di Indonesia Dalam bukunya, Sumarto (2003) berpendapat bahwa ada beberapa praktek perencanaan partisipatif yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat di Indonesia. Pada umumnya, kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan bertujuan untuk mengembangankan Good Governance di Indonesia. Salah satu bentuk pengembangan masyarakat di Indonesia adalah kegiatan peningkatan kesadaran (Awareness Raising). Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan kepedulian masyarakat akan permasalahan yang dihadapi secara kolektif, dan kemudian bersama-sama, baik melalui bantuan fasilitator maupun secara swadaya berusaha untuk memecahkan permasalahan tersebut. Peningkatan kesadaran ini bukan hanya ditujukan kepada masyarakat, akan tetapi juga ditujukan kepada pihak eksekutif dan legislatif agar lebih memperhatikan aspirasi masyarakat. Salah satu produk dari kegiatan peningkatan kesadaran ini antara lain program Pembangunan Perumahan yang Bertumpu Pada Kelompok (P2BPK). Kegiatan pengembangan atau pengembangan kelompok lainnya yang telah diterapkan di indonesia adalah pengembangan institusi (Institution Building). Kegiatan ini mendorong terbentuknya kelompok-kelompok masyarakat untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan aspirasi masyarakat. Salah satu contoh produk ini adalah Forum Perkotaan/Dewan Kota. Pada forum-forum ini, kualitas partisipasi ditingkatkan, antara lain dengan cara menjamin keterlibatan anggota masyarakat marjinal maupun minoritas. Dalam menjalankan kegiatan ini, kelompok masyarakat didampingi oleh organisasi nonpemerintah untuk memberi bantuan pencarian sumber dana dan juga difasilitasi agar terjadi peningkatan kesadaran, pengembangan kekuatan, dan peningkatan keterampilan masyarakat untuk berpartisipasi secara efektif. Pengembangan Kapasitas (Community Building) adalah salah satu contoh kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga non-pemerintah di Indonesia dalam mengembangkan kelompok. Output kegiatan ini antara lain dibangunnya sistem informasi dan komunikasi berbasis kelompok. Dengan adanya media ini, para anggota kelompok memperoleh kemudahan untuk berinteraksi, memberikan pendapatnya, mengetahui pendapat orang lain,dan bersama-sama memikirkan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. 3. PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS KELOMPOK Dalam praktek-praktek perencanaan partisipatif di Indonesia, yang menjadi tolok ukur keberhasilan suatu proses aktivitas kelompok adalah produk yang dihasilkan. Suatu aktivitas kelompok dianggap berhasil apabila dapat menghasilkan suatu produk, dan sebaliknya, dianggap gagal apabila tidak menghasilkan produk apapun. Hal ini merupakan suatu pandangan yang kurang tepat, karena kita perlu mengkaji lebih dalam, bagaimana proses internal kelompok tersebut tersebut.
5 3.1. Penilaian Terhadap Keberhasilan Kegiatan Kelompok Secara umum, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi pada suatu proses pengembangan masyarakat. Yang pertama, proses tersebut menghasilkan suatu produk, baik berupa kesepakatan antar warga, kebijakan lingkup internal, rekomendasi terhadap pemerintah, ataupun produk fisik seperti bangunan umum. Kemungkinan kedua adalah proses pengembangan masyarakat tersebut tidak menghasilkan produk apapun. Dalam pandangan sekilas, proses tersebut dapat dikatakan gagal. Akan tetapi, pertanyaan yang muncul sehubungan kegiatan masyarakat dalam bentuk kelompok, yaitu 1. Bagaimana proses internal di dalam kelompok tersebut, apakah semua anggota kelompok sudah terlibat secara aktif? 2. Apakah produk yang dihasilkan tersebut merupakan hasil pemikiran seluruh anggota? Ataukah hanya hasil pemikiran beberapa orang yang mendominasi proses diskusi? Dari kedua pertanyaan di atas kita dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa hal yang paling penting dalam suatu proses kegiatan kelompok adalah bukan pada ada atau tidaknya produk yang dihasilkan, meskipun memang hal ini merupakan suatu hal yang penting dalam menilai keberhasilan suatu kegiatan kelompok. Hal yang paling penting untuk mengukur berhasil atau tidaknya suatu aktivitas kelompok adalah bagaimana proses internal di kelompok tersebut. Meskipun suatu kelompok menghasilkan suatu produk, akan tetapi jika produk tersebut dihasilkan melalui suatu proses yang tidak melibatkan seluruh anggotanya, maka aktivitas kelompok tersebut tidak dapat dikatakan sepenuhnya berhasil. Bahkan, jika produk kelompok tersebut dapat diaplikasikan dengan baik dan bermanfaat untuk masyarakat banyak Mengembangkan Masyarakat Melalui Kelompok Berdasarkan uraian sebelumnya, penilaian akan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan kelompok bukan hanya didasarkan pada ada atau tidaknya output yang dihasilkan, akan tetapi juga berdasarkan penilaian atas kualitas keterlibatan anggotanya dan proses diskusi yang ada di dalamnya. Menurut Megginson (2003), proses pengembangan masyarakat adalah suatu proses jangka panjang untuk meningkatkan potensi dan efektivitas anggota masyarakat untuk terlibat dan berperan aktif dalam aktivitas pembangunan. Pengembangan masyarakat ini berbeda dengan pelatihan, dimana pelatihan adalah usaha-usaha sistematis untuk mengalihkan pengetahuan atau keahlian dari seseorang yang tahu atau dapat melakukan sesuatu kepada orang yang tidak tahu atau tidak dapat melakukannya (Matthews, 2003). Dalam mengembangkan kelompok, kita juga harus memperhatikan peningkatan kemampuan anggota kelompok agar proses-proses diskusi di dalam suatu kelompok dapat berjalan secara efisien. Peningkatan kemampuan anggota kelompok ini diharapkan dapat berjalan seiring dengan proses pengembangan kelompok itu sendiri karena proses pengembangan kelompok merupakan suatu wahana untuk mengembangan masyarakat. Menurut Megginson (2003), Apabila suatu kelompok melakukan aktivitas tanpa melalui proses pengembangan kapasitas anggotanya, para anggota kelompok cenderung untuk terlibat dalam suatu pekerjaan yang terlihat, akan tetapi bukan pekerjaan yang sebenarnya. Pada kelompok ini, sebagian anggota kelompok menganggap bahwa ada sebagian kelompok yang betul-betul baik dan sebagian lagi betul-betul jelek. Hal ini
6 merupakan suatu in-efisensi dalam kegiatan kelompok, dan lebih jauh lagi, merupakan potensi terjadinya perpecahan antar anggota kelompok. Apabila dalam suatu kelompok terdapat proses pengembangan kapasitas anggotanya, maka seluruh anggota kelompok akan dapat melakukan pekerjaan yang sebenarnya, dan memiliki komitmen untuk melakukan sesuatu dan bukan menyesuaikan keadaannya atau menerima konflik yang tidak terselesaikan di antara anggota kelompok tersebut. Dalam kaitan antara pengembangan masyarakat dengan pengembangan kelompok, ada beberapa pertanyaan peningkatan kapasitas anggota yang perlu dilakukan agar anggota kelompok agar dapat terlibat secara aktif (Megginson, 2003), yaitu: a. Keahlian dan kompetensi apa yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja setiap individu? b. Apa kekurangan tertentu dalam kinerja anggota yang perlu mendapat perhatian khusus? c. Kesempatan apa yang diberikan oleh kelompok untuk mempermudah anggota mempelajari hal-hal baru? d. Siapa yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kesempatan untuk berperan aktif dalam kelompok telah diberikan kepada tiap anggota? e. Apa perubahan perilaku yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seorang anggota? f. Apa yang tidak berjalan; apa yang salah; kesalahan apa yang dilakukan oleh anggota dan kelompok? Pertanyaan-pertanyaan di atas diperlukan untuk mengarahkan proses-proses di dalam kelompok agar berjalan ke arah yang lebih baik, terutama berkaitan dengan kapasitas dan kemampuan kelompok dalam pengembangannya. Agar pertanyaanpertanyaan di atas dapat terjawab dengan baik, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan, salah satunya adalah dengan membentuk kelompok sesuai dengan kebutuhan. Dalam mengembangkan masyarakat berbasis kelompok, ada beberapa bentuk kelompok yang dapat digunakan untuk mengembangkan kelompok secara keseluruhan maupun mengembangkan individu-individu yang ada di dalam kelompok. Bentuk-bentuk kelompok tersebut meliputi (Burgoyne, 1988) : a. Pertemuan Tim Pertemuan tim adalah bentuk yang paling mendasar untuk mengumpulkan anggota kelompok. Bila pertemuan ini belum dapat berjalan dengan baik, lakukan secara berkala di mana frekuensinya tergantung pada tanggung jawab tiap anggota kelompok. Selain itu, lokasi tempat tinggal para anggota kelompok juga berpengaruh terhadap frekuensi pertemuan. Bila suatu kelompok telah menjalankan pertemuan tim dan tidak puas dengan apa yang telah dihasilkan, maka dapat digunakan kuesioner singkat untuk mengetahui bagaimana tanggapan anggota kelompok terhadap pertemuan yang telah dilaksanakan. Kuesioner tersebut kemudian dapat ditandatangani, kemudian dirangkum sebelum data tersebut disampaikan kembali ke kelompok. Setelah itu, pertemuan-pertemuan tim selanjutnya dapat dilaksanakan setelah hasil kuesioner tersebut diolah. Dengan mencari informasi tentang tanggapan anggota kelompok ini, diharapakan akan tercipta momentum dimana para anggota kelompok sepakat untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki kualitas pertemuan kelompok pada pertemuan berikutnya.
7 b. Pertemuan di Luar (away days) Away Days adalah pertemuan yang dilakukan di luar ruangan, dengan tujuan khusus untuk melihat permasalahan secara langsung. Pertemuan ini baik dilakukan untuk kelompok yang selalu mengalami gangguan bila melakukan pertemuan di dalam kantor, ataupun kelompok yang harus melihat secara langsung permasalahan apabila ingin menyelesaikannya. Pertemuan ini sangat baik dilakukan sepanjang hari untuk menyegarkan pikiran para anggota kelompok. Waktu untuk bersantai dan diskusi informal juga penting untuk dilaksanakan dalam pertemuan di luar. Hal ini bisa dikombinasikan dengan acara-acara formal lainnya. c. Pelatihan Seperti telah disebutkan sebelumnya, pelatihan adalah usaha sistematis untuk mengalihkan keahlian atau pengetahuan dari seseorang yang tahu dapat melakukan sesuatu ke orang lain yang tidak tahu atau tidak dapat melakukannya (Megginson, 2003). Dengan dilaksanakannya pelatihan, diharapkan anggota kelompok dapat memperoleh peningkatan kemampuan untuk terlibat secara aktif dalam proses diskusi di dalam kelompok. 4. KESIMPULAN Penilaian akan berhasil atau tidaknya suatu proses partisipasi masyarakat sebaiknya bukan hanya didasarkan pada ada tidaknya produk yang dihasilkan kegiatan tersebut ataupun bagaimana produk tersebut dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi. Proses diskusi dan peningkatan kapasitas anggota kelompok yang terlibat dalam suatu kegiatan juga harus dipertimbangkan, karena ada kemungkinan, meskipun kelompok tersebut tidak menghasilkan apapun, akan tetapi para anggotanya memperoleh pengalaman yang berharga dan dapat menerapkan pengalaman tersebut pada kesempatan lain. Pengembangan masyarakat melalui kegiatan kelompok adalah suatu alternatif untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan masyarakat. Ada banyak teknik-teknik pengembangan suatu kelompok yang bukan hanya mendorong kelompok tersebut agar dapat menghasilkan sesuatu, akan tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan anggota kelompok tersebut agar dapat berperan secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok. Dibandingkan dengan mengembangkan masyarakat secara individual, misalnya dengan pelatihan, pengembangan masyarakat berbasis kelompok ini akan lebih efisien. Salah satu alasannya adalah karena kelompok dapat mewakili bagaimana penerimaan, penolakan, atau ketidakpedulian anggotanya akan suatu permasalahan.
8 Daftar Pustaka: 1. Megginson, David,et.al, Human Resource Development, Fast-Track MBA Series, Burgoyne, J, Management Development for the Individual and the Organization, Personal Management, Sumarto, Hetifah, Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance, Yayasan Obor Indonesia, Blackburn, James and Holland, Institutionalising Participation in Development, ITP London, Revans, R, The ABC of Action Learning, Chatwell Bratt, Bromley.
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Salah satunya adalah terjadinya perubahan sistem pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan yang cepat berubah dengan percepatan (acceleration) yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Lebih terperinciBAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada
BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada Proses peralihan kepemilikan lahan kosong terjadi sejak akhir 2004 dan selesai pada tahun 2005, dan sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan politik demokratik berjalan semenjak reformasi tahun 1998. Perkembangan tersebut dapat dilihat melalui sejumlah agenda; penyelenggaraan
Lebih terperinciDeklarasi Dhaka tentang
Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena didalamnya terdapat berbagai kepentingan negara dan masyarakat sipil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan anggaran dipandang sebagai produk dari proses politik karena didalamnya terdapat berbagai kepentingan negara dan masyarakat sipil sebagai institusi yang memiliki
Lebih terperinciBAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS
BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian
Lebih terperinciACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
ACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PENGANTAR Acuan pelaksanaan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) bagi aparat pemerintah kabupaten/kota ini dimaksudkan untuk dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah pembangunan yang bertumpu pada peningkatan sumber daya aparatur pemerintah sebagai kunci pokok
Lebih terperinciA. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM
A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri
Lebih terperinciSIGNIFIKANSI PERAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)
SIGNIFIKANSI PERAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) Al Darmono Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi Abstrak Manajemen Berbasis Sekolah merupakan penyerasian
Lebih terperinciPENGELOLAAN LINGKUNGAN SOSIAL
PENGELOLAAN LINGKUNGAN SOSIAL Lingkungan alam Lingkungan Sosial Lingkungan Binaan/Buatan LINGKUNGAN HIDUP Manusia Sebagai Makhluk Sosial -Membentuk Pengelompokkan Sosial (Social Grouping) mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian pesat dengan berbagai aspek permasalahannya. Pendidikan tidak hanya bersinggungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjaganya kualitas kehidupan manusia kini dan nanti.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan penerus generasi yang akan datang yang memiliki nilai krusial bagi keberlanjutan peradaban manusia. Segala upaya untuk melindungi dan memelihara keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas
Lebih terperinciMENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan, pendapat-pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Public Relations merupakan bagian yang sangat penting bagi sebuah komunitas. Dimana PR merupakan suatu organisasi dengan informais manajemen yang diharapkan, pendapat-pendapat
Lebih terperinciKODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA
KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA MUKADIMAH Profesional SDM Indonesia yang berada dibawah naungan Perhimpunan Manajemen Sumberdaya Manusia Indonesia (PMSM) menjunjung tinggi nilai-nilai yang diemban
Lebih terperinciBAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN
BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN A. Dasar Pemikiran Pilar utama Perkumpulan adalah kemitraan dengan multi pihak yang tidak bersinggungan dengan kasus hukum yang sedang berlangsung atau belum
Lebih terperinciVIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA
92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disimpulkan bahwa sebuah organisasi haruslah memiliki interaksi antar anggotanya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Chester I. Bernard Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan
Lebih terperinciMENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN STANDAR
Lebih terperinciPedoman Pelibatan Masyarakat dan Swasta dalam Pemanfaatan Ruang Perkotaan
Pedoman Pelibatan Masyarakat dan Swasta dalam Pemanfaatan Ruang Perkotaan DRAFT KEEMPAT JANUARI 2003 Subdit Peran Masyarakat Direktorat Penataan Ruang Nasional Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen
Lebih terperinciJURNAL PAEDAGOGY. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Daftar Isi. Volume 3 Nomor 1 Edisi Mei 2016 ISSN
Fakultas Jurnal Fakultas Ilmu Pendidikan Ilmu Pendidikan IKIP Mataram JURNAL PAEDAGOGY Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan ISSN 2355-7761 Daftar Isi Halaman AGUS SADID Rekonstruksi Pemahaman
Lebih terperinciBAGIAN I. PENDAHULUAN
BAGIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kegiatan di sektor ketenagalistrikan sangat berkaitan dengan masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah. Selama ini keberadaan industri ketenagalistrikan telah memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan itu dipersepsikan akan berpengaruh negatif terhadap dirinya. Pada. lebih kuat dibandingkan dengan masa-masa biasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat anggota organisasi mendengar dan mengetahui akan diadakan perubahan organisasi, reaksi pertama mereka pada umumnya adalah shock. Hal ini menandakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setelah melalui perjalanan panjang selama kurang lebih 7 tahun dalam pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa disahkan pada tanggal 15 Januari
Lebih terperinciDefinisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.
Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan
Lebih terperinciPembangunan Desa di Era Otonomi Daerah
Seiring dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka Penyelenggaraan pemerintahan di daerah khususnya kabupaten/kota dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat manajemen yang digunakan untuk mengendalikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu alat manajemen yang digunakan untuk mengendalikan efisiensi keuangan adalah anggaran. Pentingnya pengendalian efisiensi adalah sebagai bagian dari pencapaian
Lebih terperinciEvaluasi Program Pelatihan
FORUM Evaluasi Program Pelatihan Oleh : M. Nasrul, M.Si Evaluasi pelatihan adalah usaha pengumpulan informasi dan penjajagan informasi untuk mengetahui dan memutuskan cara yang efektif dalam menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengembangan pemanfaatan sumberdaya energi non minyak saat ini sangat diperlukan, mengingat semakin tipisnya cadangan minyak bumi kita. Salah satu langkah yang ditempuh
Lebih terperinciBAB V Kesimpulan dan Saran
BAB V Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Peraturan mempunyai peran yang penting dalam masyarakat suatu negara sebagai alat untuk mendorong perubahan sosial. Hukum mempunyai kekuatan untuk mengatur. Kekuatan
Lebih terperinciPrinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1
3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) berkembang sebagai kritik terhadap pendekatan kesejahteraan (welfare approach) atau pendekatan
Lebih terperinciVII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN
VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN 7.1. Latar Belakang Rancangan Program Kemiskinan di Desa Mambalan merupakan kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor struktural daripada faktor
Lebih terperinciKomitmen itu diperbaharui
POS PEM8CRDAYAAH KELUARCA (POSDAYA) bangsa-bangsa lain di dunia. Rendahnya mutu penduduk itu juga disebabkan karena upaya melaksanakan wajib belajar sembilan tahun belum dapat dituntaskan. Buta aksara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam
Lebih terperinciThe McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved.
17-1 17-2 Bab 17 Mengelola Perubahan dan Inovasi Pengantar 17-3 Manajer yang efektif harus memandang pengelolaan perubahan sebagai tanggung jawab yang utuh Organisasi yang gagal merencanakan, mengantisipasi,
Lebih terperinciGood Governance. Etika Bisnis
Good Governance Etika Bisnis Good Governance Good Governance Memiliki pengertian pengaturan yang baik, hal ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pelaksanaaan etika yang baik dari perusahaan Konsep
Lebih terperinciUPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN
UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN Oleh : Pudji Muljono Adanya Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan disambut gembira oleh
Lebih terperinciPeran Sektor Swasta dalam Percepatan Pembangunan Ekonomi di Daerah Tertinggal, Pendekatan Progam P2DTK 1
Peran Sektor Swasta dalam Percepatan Pembangunan Ekonomi di Daerah Tertinggal, Pendekatan Progam P2DTK 1 1. Latar Belakang Program prioritas yang terkait dengan percepatan pembangunan daerah tertinggal
Lebih terperinciPemahaman Dasar tentang Partisipasi dan Fasilitasi Partisipatif
Pemahaman Dasar tentang Partisipasi dan Fasilitasi Partisipatif Disampaikan pada: Lokakarya Membangun Pemahaman dan Komitmen Bersama Tanggung-gugat gugat Tata Pemerintahan Desa yang Baik/ Good Village
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Manajemen Humas dan Partisipasi Masyarakat Sekitar Sekolah di Madrasah Aliayah Mu allimin Mu allimat Rembang 1. Pelaksanaan manajemen humas di Madrasah
Lebih terperinciPARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN TATA RUANG DAERAH UNTUK PEMBANGUNAN WILAYAH KOTA PADANG
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN TATA RUANG DAERAH UNTUK PEMBANGUNAN WILAYAH KOTA PADANG Rika Despica Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat despicharekha@yahoo.com Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. School Based Management atau Manajemen Berbasis Sekolah. Dikarenakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Implementasi otonomi terhadap lembaga pendidikan terwujud dalam School Based Management atau Manajemen Berbasis Sekolah. Dikarenakan Manajemen Berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi
Lebih terperinciBAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI
BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI 6.1 GAMBARAN UMUM STRUKTUR PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI Proses monitoring dan evaluasi merupakan bagian pengendalian yang tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu aktivitas dalam menentukan apa pekerjaan yang dilakukan dan siapa yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembagian Kerja 2.1.1 Pengertian Pembagian Kerja Induk kajian pembagian kerja adalah analisis jabatan yang merupakan suatu aktivitas dalam menentukan apa pekerjaan yang dilakukan
Lebih terperinciJurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN:
PARTISIPASI MASYARAKAT DESA DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DI DESA BINUANG KECAMATAN SEPAKU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Farhanuddin Jamanie Dosen Program Magister Ilmu
Lebih terperinciDicabut dengan PBI No. 2/23/PBI/2000 tanggal 6 November 2000 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/1/PBI/2000 TENTANG
Dicabut dengan PBI No. 2/23/PBI/2000 tanggal 6 November 2000 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/1/PBI/2000 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Unit Kegiatan Mahasiswa atau yang disebut dengan UKM adalah organisasi mahasiswa (ormawa) yang mengkhususkan kegiatannya pada kegiatan pengembangan minat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya paradigma demokrasi di Indonesia, tuntutan akan perubahan terhadap dominasi peran pemerintah dalam pembangunan pun semakin besar. Isu
Lebih terperinciMENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Desa merupakan basis bagi upaya penumbuhan demokrasi, karena selain jumlah penduduknya masih sedikit yang memungkinkan berlangsungnya proses demorasi secara
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN, RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia saat ini didorong oleh kemajuan peradaban, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan tuntutan daya saing
Lebih terperinciBrief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan
Brief Note Edisi 19, 2016 Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Pengantar Riza Primahendra Dalam perspektif pembangunan, semua
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia (World Bank) dan banyak berkembang di negara-negara dunia ketiga (negara berkembang). Dalam menjalankan
Lebih terperinciWALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah desa merupakan simbol formil kesatuan masyarakat desa. Pemerintah desa sebagai badan kekuasaan terendah selain memiliki wewenang asli untuk mengatur
Lebih terperinciPROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA
PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang
Lebih terperinciDRAFT PEDOMAN MENGENAI HUBUNGAN AICHR DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT MADANI
PEDOMAN MENGENAI HUBUNGAN AICHR DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT MADANI As of 14 November 2013 I. Pendahuluan 1. Salah satu tujuan ASEAN seperti yang diatur dalam Piagam ASEAN adalah untuk memajukan ASEAN
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Anggaran Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Stoner (1992), Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Organisasi Menurut Stoner (1992), Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu
Lebih terperinciKAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR
KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR Oleh: WAHYU DYAH WIDOWATI L2D 003 378 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah merupakan titik reformasi keuangan daerah.
Lebih terperinciDevelopment merupakan fungsi dari sumber daya alam, tenaga kerja,
BAB II KERANGKA KONSEP PENGEMBANGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Pendekatan pembangunan yang selama ini berorientasi pada pertumbuhan dalam mengejar ketertinggalannya dari negara-negara kapitalis maju
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang
Lebih terperinciDAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
DAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Oleh : Novy Purnama N*) Abstraksi Komunikasi politik merupakan proses penyampaian informasi mengenai
Lebih terperinciPERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG STUDI KASUS PENGEMBANGAN KAWASAN PRIMER GEDEBAGE *)
PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG STUDI KASUS PENGEMBANGAN KAWASAN PRIMER GEDEBAGE *) PENULIS Ira Irawati 1, Ida Bagus Rai Artha Sastha 2 Staf Pengajar 1 Jurusan Teknik Planologi Institut Teknologi
Lebih terperinciBab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,
Lebih terperinciPRAKTEK KEKUASAAN ELIT POLITIK DALAM DEMOKRASI (SUATU STUDI KASUS PENYUSUSUNAN PERATURAN DESA OLEH BPD DESA SUM TAHUN 2015)
PRAKTEK KEKUASAAN ELIT POLITIK DALAM DEMOKRASI (SUATU STUDI KASUS PENYUSUSUNAN PERATURAN DESA OLEH BPD DESA SUM TAHUN 2015) Debby Ch. Rende Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau lebih dikenal dengan sebutan PKBM merupakan sebuah lembaga pendidikan nonformal yang lahir dari kesadaran tentang betapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good Governance begitu popular. Hampir di setiap peristiwa penting yang menyangkut masalah pemerintahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Terjadinya berbagai krisis kawasan yang tidak lepas dari kegagalan mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Salah satu bentuk perkembangan ilmu pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pendidikan dan pengajaran, terus berkembang dengan pesat. Salah satu bentuk perkembangan ilmu pendidikan dan pengajaran
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 050/200/II/BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja
13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Menurut Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 050/200/II/BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
Lebih terperinciModul Pelatihan MODUL MP-1 I. DESKRIPSI SINGKAT
Modul Pelatihan MODUL MP-1 BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC) I. DESKRIPSI SINGKAT Dalam suatu pelatihan terutama pelatihan dalam kelas, bertemu sekelompok orang yang belum saling mengenal sebelumnya,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. LSM, komunitas anak, dan dunia usaha. Partisipasi LSM bisa ditemukan mulai
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Ada beberapa kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Mengacu pada jenis kategori pemain kebijakan nonformal yaitu kelompok kepentingan, partisipasi
Lebih terperinciPedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir
Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir i Kata Pengantar Kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mempunyai potensi dampak kerusakan habitat, perubahan pada proses
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penganggaran partisipatif..., 1 Amaliah Begum, FE Universitas UI, 2009 Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi sektor publik adalah bidang ilmu yang memberikan informasi yang diperlukan dalam pengelolaan domain publik, yaitu, secara kelembagaan, meliputi badan-badan
Lebih terperinciGood Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik
Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik KOSKIP, KAJIAN RUTIN - Sejak lahir seorang manusia pasti berinteraksi dengan berbagai kegiatan pemerintahan hingga ia mati. Pemerintahan merupakan wujud
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang bertujuan memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi, nilai
Lebih terperinciImplementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program
Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan
Lebih terperinciDINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA MALANG
SOP 2013 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA MALANG Gedung Perkantoran Terpadu (Block Office) Jl. Mayjen Sungkono Malang KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola yang baik (good governance) adalah suatu sistem manajemen pemerintah yang dapat merespon aspirasi masyarakat sekaligus meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah
Lebih terperinciOptimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional
Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap
Lebih terperinciTeam Building & Manajeman Konflik
Team Building & Manajeman Konflik www.kahlilpooh.wordpress.com SEMUA TENTANG PASKIBRA, PASKIBRAKA & OSIS KOTA MAGELANG PERSAHABATAN, YANG MERUPAKAN IKATAN SUCI, AKAN LEBIH SAKRAL DENGAN ADANYA KESULITAN
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN
167 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan (1) Faktor-faktor yang berhubungan dalam manajemen pemerintahan dan pembangunan perdesaan partisipatif di Kabupaten Bone dan Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kehidupan masa mendatang cenderung semakin kompleks dan penuh tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap insan yang kompeten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi sehingga menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana
Lebih terperinci