BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tulisan Philista Sang (2013) yang berjudul The Role of NGOs in Conflict

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tulisan Philista Sang (2013) yang berjudul The Role of NGOs in Conflict"

Transkripsi

1 2

2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian pertama yang menjadi tinjauan pustaka bagi penulis adalah tulisan Philista Sang (2013) yang berjudul The Role of NGOs in Conflict Transformation: A Case Study of the Catholic Justice and Peace Commission in Lelan Division, West Pokot County, Kenya. Tulisan ini merupakan sebuah penelitian studi pembangunan, di Universitas Nairobi, Kenya. Penelitian Philista Sang (2013) ini membahas upaya transformasi konflik yang dilakukan oleh sebuah NGO yang dibentuk oleh Gereja Katolik di kawasan Kenya dan telah terlibat dalam pembangunan perdamaian kawasan sejak tahun NGO tersebut bernama Chatolic Justice and Peace Commission (CJPC). Upaya CJPC dalam membangun perdamaian di Lelan dilakukan dengan cara ikut terlibat dalam beberapa proyek perdamaian kawasan dan terlibat dalam kelompok-kelompok pemuda dan wanita. Berbagai kegiatan yang dilakukan berfokus pada menfasilitasi akses sumber daya ekonomi dan sosial. Selain itu, CJCP juga berfokus pada kegiatan yang mengubah sikap dan perilaku yang dapat memicu konflik dalam komunitas. Cara yang dilakukan CJPC di Lelan meliputi kegiatan olahraga bersama, seminar, dan praktik-paktik tradisional seperti berbagi makanan 9

3 10 selama pertemuan dengan para tua-tua di Lelan. Itulah keterlibatan CJPC dalam membangun perdamaian di Lelan, Kenya. Penelitian Philista Sang (2013) mengenai transformasi konflik di Lelan menolong penulis dalam meneliti konflik Dongo. Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan jenis pendekatan transformasi konflik. Namun, pendekatan transformasi konflik dalam penelitian Sang (2013) dilakukan oleh organisasi berbasis keagamaan, sedangkan organisasi SFCG adalah organisasi sekuler. Organisasi sekuler tidak memiliki batasan dan motivasi khusus seperti yang biasa dilakukan oleh organisasi berbasis keagamaan. Meskipun demikian, berbagai kegiatan yang dilakukan oleh CJPC dalam transformasi konflik sangat membantu penulis dalam menganalisis upaya-upaya yang dilakukan oleh sebuah NGO. CJPC sendiri menggunakan kegiatan bersama, seminar-seminar, dan tindakan-tindakan tradisional sebagai upaya organisasi dalam mentransformasi konflik di Lelan. Sedangkan, organisasi SFCG menggunakan dialog, media, dan komunitas untuk mentransformasi konflik dan menciptakan stabilitas berjangka panjang, serta mencegah konflik kekerasan (sfcg.com). Penelitian kedua yang menjadi tinjauan pustaka bagi penulis adalah penelitian Nona Mikhelidze dan Nicoletta Pirozzi (2008) dari A Micro Level Analysis of Violent Conflict (MICROCON), Institut Studi Pembangunan, Universitas Sussex, Brighton. Mikhelidze dan Pirozzi ingin memberikan ide-ide dan dokumentasi dari hasil penelitiannya yang lebih rinci mengenai konflik-konflik di sekitar Eropa.

4 11 Sehingga judul yang diangkat dalam penelitian mereka adalah Civil Society and Conflict Transformation in Abkhazia, Israel/Palestine, Nagorno-Karabakh, Transnistria and Western Sahara. Dalam penelitiannya, Mikhelidze dan Pirozzi (2008) melihat kegagalan aktor-aktor level atas seperti pemerintah dalam mengatasi konflik-konflik di lima wilayah sekitar Eropa. Kedua peneliti tersebut kemudian melihat peran masyarakat sipil sebagai aktor grassroots yang memiliki dampak tersendiri bagi dinamika konflik. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sipil di lima wilayah tersebut berfokus pada pelatihan perdamaian dan pendidikan, termasuk pendidikan formal dan informal, seperti penelitian dan melalui media. Dari hal tersebut, kedua peneliti kemudian tertarik mengukur efektifitas, potensi dan batasan keterlibatan civil society organizations (CSOs) dalam upaya penyelesaian konflik di lima wilayah konflik. Penelitian Mikhelidze dan Pirozzi (2008) ini juga sangat membantu penulis dalam menganalisis berbagai upaya yang dilakukan oleh organisasi SFCG. Kedua penelitian ini memang memiliki perbedaan dalam hal wilayah dan aktor yang berperan. Mikhelidze dan Pirozzi (2008) meneliti lima konflik dalam lima wilayah yang berbeda, sedangkan penulis lebih fokus pada satu wilayah konflik yaitu Republik Demokratik Kongo. Sedangkan dalam hal aktor yang berperan, penulis menggunakan NGO sebagai aktor internasional, dan Mikhelidze dan Pirozzi (2008) meneliti peran masyarakat sipil di masing-masing wilayah konflik. Namun, kedua penelitian ini juga memiliki persamaan dalam upaya transformasi konflik yang

5 12 dilakukan oleh kedua aktor dalam penelitian ini. Upaya tersebut adalah mentransformasi konflik melalui pendidikan perdamaian. Apabila pendidikan perdamaian dalam penelitian Mikhelidze dan Pirozzi menyangkut penelitian dan media, organisasi SFCG sendiri lebih menggunakan dialog, media, dan komunitas dalam mentransformasi konflik di Dongo. Kajian pustaka yang ketiga dalam penelitian ini adalah jurnal ilmu sosial dan ilmu politik milik Cahyo Seftyono. Seftyono (2012) memberikan judul dalam penelitiannya Pembangunan berbasis Waterfront dan Transformasi Konflik di Bantaran Sungai: Sebuah Pemikiran Awal. Penelitian Seftyono ini berfokus pada pembangunan sumber daya air di wilayah bantaran sungai di kota-kota besar atau yang dikenal dengan istilah waterfront. Pembangunan ini bertujuan agar masyarakat dapat melihat fungsi sumber daya air sebagai sesuatu yang bermanfaat dan juga menarik dipandang. Dengan pembangunan waterfront di bantaran sungai, masyarakat akan membentuk sebuah interaksi sosial yang dapat meningkatkan persatuan antar warga yang hidup di sekitar bantaran sungai tersebut. Masyarakat akan bekerja sama untuk pembangunan bantaran sungai tersebut karena dampak dari pembangunan tersebut sangat dirasakan oleh masyarakat seperti kemudahan akses sumber air bersih dan dalam aspek ekonomi wisata juga memberikan pemasukan bagi masyarakat. Hal ini akan meminimalisir kecenderungan konflik dalam masyarakat karena kebanyakan masyarakat yang tinggal di sekitar sungai adalah masyarakat kelas bawah yang hidup

6 13 dengan segala kekurangannya. Seftyono melihat bahwa wilayah bantaran sungai yang semula merupakan arena rawan konflik, dengan adanya pembangunan berbasis waterfront, maka kegiatan-kegiatan positif bersama dapat dimaksimalkan dan konflik diminimalisasikan (Seftyono,2012). Penelitian Seftyono (2012) menjadi kajian pustaka bagi penulis karena sama-sama membahas transformasi konflik dalam masyarakat yang rawan konflik. Seftyono berfokus pada metode pembangunan berbasis waterfront untuk mencegah terjadinya konflik kekerasan. Sedangkan organisasi SFCG dalam penelitian penulis, berfokus pada metode pendidikan perdamaian melalui media, dialog, dan komunitas dalam mentransformasi konflik di wilayah Dongo. Hal ini dilakukan untuk menangani masyarakat yang telah mengalami konflik yang berkepanjangan dan hidup di pedalaman hutan Equateur, RD Kongo. 1.2 Kerangka Konseptual A. Peace Education Dalam proses pembangunan perdamaian (peacebuilding), pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Kevin Kester (2010) mengemukakan bahwa pendidikan dapat menjadi sarana untuk memelihara budaya perdamaian bagi masyarakat yang mengalami konflik kekerasan, namun juga dapat memelihara budaya perang. Aspek pendidikan merupakan sebuah sarana sosialisasi dan pembangunan identitas melalui transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai,

7 14 dan perilaku masyarakat. Hal ini dapat menghasilkan pengaruh yang negatif seperti terciptanya prasangka-prasangka buruk dan juga dapat menghasilkan pengaruh yang positif, seperti mencegah konflik terulang kembali dengan cara menolong masyarakat memahami penyebab konflik, menguatkan pesan dalam masyarakat tentang dampak negatif dari konflik kekerasan, serta mendidik masyarakat merespon konflik dengan cara non-kekerasan (Smith, 2010). Pendidikan seperti ini akan membawa perubahan terhadap konflik dan berkontribusi besar terhadap pembangunan perdamaian (peacebuilding) di wilayah konflik. United Nations Children s Fund (UNICEF) mendefinisikan pendidikan perdamaian secara lengkap sebagai proses dalam mempromosikan ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai hingga sampai pada perubahan perilaku yang memungkinkan anak, pemuda, dan orang dewasa melakukan pencegahan konflik dan kekerasan, memecahkan konflik dengan cara damai, dan menciptakan kondisi yang kondusif terhadap perdamaian, baik dalam diri sendiri, antar pribadi, antar kelompok masyarakat, nasional, dan bahkan internasional (Fountain, 1999). Orang yang mengajar peace education atau educator harus mendorong orang yang diajar untuk bertanggung jawab melakukan hal-hal di atas. Peace educators akan menyediakan informasi tentang kerusakan yang diakibatkan oleh konflik kekerasan dan memberikan informasi tentang strategi perdamaian.

8 15 Menurut Ian M. Harris (2004) dalam tulisannya mengenai Peace Education Theory, ada lima patokan yang harus dimiliki oleh peace education, antara lain: 1. Menjelaskan akar konflik kekerasan. Di sini orang yang diajar akan belajar memahami orang yang berkonflik dengannya dengan tujuan mendekonstruksi gambaran musuh. 2. Mengajarkan alternatif-alternatif untuk menghadapi kekerasan. Patokan ini menunjukan berbagai strategi perdamaian yang dipakai untuk menangani masalah-masalah kekerasan. Hal ini dapat dicapai dengan pengajaran prosesproses perdamaian berupa negosiasi, rekonsiliasi, perjuangan non kekerasan, dan penggunaan perjanjian atau hukum untuk mengurangi jumlah kekerasan. 3. Menyesuaikan dengan berbagai bentuk kekerasan. Patokan ketiga ini menunjukkan sifat pendidikan perdamaian yang selalu menyesuaikan dengan tipe konflik yang ditangani. 4. Perdamaian adalah sebuah proses yang sesuai dengan konteksnya. Hal ini dicocokkan dengan norma-norma budaya yang dianut oleh orang yang menjadi target pendidikan perdamaian. 5. Konflik itu omnipresent. Ini artinya peace educators tidak bisa mengurangi konflik tapi mereka bisa mempersiapkan orang-orang dengan keterampilanketerampilan khusus dalam mengelola konflik.

9 16 Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan lima patokan peace education ini dalam menjelaskan setiap program yang dijalankan oleh organisasi SFCG satu per satu. Untuk lebih jelas lagi, Ian Harris juga membagi peace education dalam beberapa tipe yang membantu penulis menjelaskan tipe peace education untuk kasus konflik kekerasan di Dongo. Dari lima tipe peace education, yaitu international education, human right education, development education, environmental education, dan conflict resolution education, penulis hanya menggunakan tiga tipe yang sesuai dengan penelitian penulis. Tiga tipe tersebut adalah human right education, development education, dan resolution conflict education. a. Human Right Education Tipe peace education ini mengacu pada konflik kekerasan sipil, domestik, budaya dan etnis. Human right education mencakup pemahaman multikultur yang bertujuan mengurangi prasangka buruk dan kebencian antar kelompok. Pendekatan terhadap peace education ini berfokus pada kecenderungan untuk memberikan label musuh pada orang lain dan kemudian melawan mereka. Dalam hal ini educator akan mengusahakan mengubah gambaran musuh dengan pemahaman warisan bersama dan menolak berbagai bentuk kekejaman yang dilakukan dalam konflik kekerasan. Tujuannya adalah menerima orang lain, menghargai kemanusiaan yang yang ada dalam setiap manusia dan mengadopsi sifat saling peduli terhadap orang lain yang memiliki kelompok sosial yang berbeda-beda.

10 17 Tipe ini dipakai penulis untuk menjelaskan bentuk kegiatan SFCG yang sesuai dengan prinsip fundamentalnya yaitu memahami perbedaan, bertindak atas dasar persamaan (sfcg.com). Upaya SFCG dalam menghadapi konflik Dongo mencakup berbagai kegiatan yang mendidik masyarakat untuk menerima perbedaan dan menghargai hak asasi orang lain. Ini dilakukan karena prasangka-prasangka buruk antar komunitas di Dongo sangat tinggi mengingat salah satu penyebab konflik yang memicu konflik kekerasan terjadi adalah penilaian buruk antara etnis yang satu terhadap yang lain. b. Development Education Peace educators menggunakan pembangunan (development) untuk mendidik orang yang diajar menyelesaikan kekerasan struktural, yaitu kekerasan yang muncul akibat ketidakadilan oleh institusi-institusi sosial yang menggunakan hirarkinya untuk mendominasi dan menindas masyarakat. Educators berfokus mempromosikan orang-orang yang tertindas untuk terlibat dalam perencanaan, implementasi, dan mengkontrol pembangunan, dari pada menggunakan srategi pembangunan pemerintah yang telah dibuat oleh beberapa elit tertentu. Hal ini memotivasi masyarakat untuk berjuang melawan ketidakadilan. Tujuan yang ingin dicapai adalah membangun komunitas-komunitas perdamaian dengan cara-cara anti kekerasan. Dalam penelitian ini, SFCG menggunakan media, dialog, dan komunitas dalam menghadapi kekerasan struktural yang terjadi di Dongo. SFCG mendorong

11 18 masyarakat untuk bersikap aktif dalam menyuarakan aspirasi-aspirasi mereka. Hal itu dilakukan SFCG dengan berbagai program yang akan dijelaskan lebih rinci dalam pembahasan. c. Conflict Resolution Education Conflict resolution education membantu individu dalam memahami dinamika-dinamika konflik dan menggunakan keterampilan komunikasi untuk mengelola hubungan-hubungan damai. Fokusnya terdapat pada hubungan antar pribadi dan sistem yang membantu pihak-pihak yang berkonflik menyelesaikan perbedaan mereka dengan dibantu oleh pihak ketiga. Conflict relation educators akan mengajarkan keterampilan dalam berelasi dengan orang lain seperti cara mengelola kemarahan, pengendalian diri, kesadaran emosi, pengembangan empati, ketegasan, dan penyelesaian masalah. Dengan kata lain, educators akan mengajarkan keterampilan peacemaking kepada orang yang diajar agar mereka dapat menggunakan hal itu untuk mengelola konflik antar pibadinya, serta tidak menutup kemungkinan juga beberapa kekerasan lainnya seperti kekerasan sipil, budaya, lingkungan, dan bahkan global. Tipe ini dipakai dalam penelitian penulis karena resolusi konflik adalah fokus utama organisasi SFCG. Masyarakat yang mengalami konflik di Dongo masih memiliki hubungan konfliktual dalam diri mereka. Walaupun konflik kekerasan sudah selesai dan kesepakatan damai sudah dilakukan, namun konflik kekerasan

12 19 sangat mungkin terjadi. Maka dari itu, berbagai program dikembangkan oleh SFCG untuk mendidik masyarakat menjadi seorang peacemaker atau pencipta perdamaian. Tiga tipe peace education ini sangat membantu penulis dalam memposisikan program-program SFCG sesuai dengan sumber-sumber konflik yang masih berakar di Dongo. Secara lebih luas, penulis menggunakan konsep peace education untuk menganalisis upaya-upaya SFCG dengan cara menggabungkan tipetipe peace education dengan patokan-patokan peace education yang sudah dijelaskan di atas. B. Transformasi Konflik Konsep berikutnya yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah transformasi konflik. John Paul Lederach seperti yang dikutip Michael Maise (2003) dalam artikelnya yang berjudul Conflict Transformation mengatakan bahwa perdamaian akan dicapai apabila keadilan, struktur dan hubungan sosial dengan cara menghormati hak asasi dan tindakan anti kekerasan menjadi sebuah gaya hidup setiap orang. Dengan kata lain, hal-hal yang dapat memperpanjang konflik dan mengakibatkan kerusakan harus diubah menjadi sesuatu yang konstruktif. Maksud dari perubahan yang konstruktif adalah mengubah cara pandang terhadap konflik menjadi positif dengan melihat bahwa konflik bermanfaat bagi pertumbuhan suatu hubungan. Proses perubahan yang konstruktif inilah yang disebut dengan transformasi konflik (Maise, 2003)

13 20 Selain pengertian di atas, Hugh Miall juga menjelaskan dengan rinci maksud dari transformasi konflik. Menurut Miall (2004), definisi transformasi konflik adalah sebuah proses perubahan relasi, kepentingan, wacana, dan nilai-nilai dasar dalam masyarakat yang dapat memicu dan mendukung konflik kekerasan. Ini merupakan proses jangka panjang karena aktifitas-aktifitasnya lebih berfokus pada masyarakat dibanding hanya menciptakan mediasi. Konflik sendiri dipahami sebagai sebuah perbedaan nilai atau tujuan oleh dua atau lebih orang atau kelompok. Dalam transformasi konflik, konflik dipandang lebih luas, bukan hanya berfokus pada pihak yang berkonflik, permasalahannya, atau tujuan yang ingin dicapai, tetapi konflik juga bergantung pada konteksnya. Konteks konflik yang dimaksud termasuk latar belakang konflik, misalnya sesuai dengan segitiga konflik menurut Galtung yaitu pertentangan, sikap, dan perilaku. Sikap pihak yang berkonflik merupakan sebuah aksi yang berorientasi ke dalam diri sendiri seperti frustasi atau kemarahan. Sikap sangat dipengaruhi oleh hubungan buruk yang telah tercipta sebelumnya antara satu pihak terhadap pihak yang lain. Perilaku merupakan sebuah aksi yang orientasinya lebih ke luar diri seseorang atau kelompok, biasanya dalam bentuk verbal atau fisik. Perilaku pihak yang berkonflik muncul karena adanya ingatan pada suatu hal yang terjadi di masa lampau dan ekspektasi yang mungkin dapat terjadi di masa yang akan datang, biasanya terbentuk karena budaya, wacana, dan kepercayaan. Sedangkan kontradiksi atau pertentangan dapat digambarkan sebagai sebuah masalah yang tidak dapat diselesaikan. Menurut Jean

14 21 dan Hildegaard dalam tulisan Nicolaides (2008), pertentangan adalah akar penyebab sebuah konflik. Sumber-sumbernya meliputi nasionalisme, diskriminasi kelompok minoritas, pemerintahan otoriter, kemiskinan, terhambatnya pemenuhan kebutuhan hidup, tekanan politik, dan lain sebagainya. Dalam pandangan transformasi konflik, terdapat beberapa perubahan yang muncul akibat sebuah konflik. Empat dimensi perubahan tersebut adalah dimensi personal, dimensi relasional, struktural, dan budaya. Lederach mengemukakan bahwa empat dimensi perubahan ini juga yang menjadi perhatian dalam mentransformasi sebuah konflik (Maise, 2003). 1. Dimensi Personal Dimensi ini menyangkut perubahan yang terjadi pada aspek kognitif, emosi, persepsi, dan spiritual akibat pengalaman konflik. Transformasi dibutuhkan untuk membebaskan individu dari efek-efek destruktif konflik sosial seperti luka fisik dan mental. 2. Dimensi relasional Transformasi dibutuhkan untuk memulihkan pola komunikasi dan interaksi dalam sebuah relasi yang berkonflik. Dengan lebih jelas, transformasi menunjukan intervensi yang intens untuk mengurangi komunikasi yang buruk dan meningkatkan sifat saling pengertian.

15 22 3. Dimensi Struktural Dimensi ini berkaitan dengan struktur sosial atau aturan-aturan yang mengatur hubungan antar individu dalam masyarakat. Dimensi ini juga menyangkut cara orang membangun dan mengelola hubungan sosial, ekonomi, dan institusional agar kebutuhan dasar manusianya terpenuhi, menyediakan akses kepada masyarakat dalam pengambilan keputusan-keputusan yang dapat mempengaruhi hidup mereka, memahami akar penyebab konflik, mempromosikan mekanisme non-kekerasan dalam menghadapi konflik, dan meminimalisasi kekerasan itu sendiri. 4. Dimensi Budaya Dimensi budaya mengidentifikasi dan memahami pola budaya yang dapat memicu kekerasan sebagai ekspresi dari konflik. Selain itu, transformasi juga dibutuhkan untuk mengidentifikasi nilai-nilai budaya yang dapat menangani konflik secara konstruktif. Empat dimensi dalam pendekatan transformasi di atas saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis lebih dalam aktifitas-aktifitas SFCG yang menggambarkan empat dimensi transformasi konflik di atas. Upaya SFCG dalam mencapai empat dimensi tersebut dilakukan dengan tiga cara utamanya yaitu media, dialog dan komunitas (sfcg.org). Selain hal di atas, penting untuk memahami aktor yang memainkan peran penting dalam proses transformasi konflik. Aktor-aktor tersebut antara lain negara dan organisasi antar pemerintah (states and inter-governmental orgnanizations),

16 23 organisasi kemanusiaan dan pembangunan (humanitarian and development organizations), organisasi internasional non pemerintah yang memperhatikan pencegahan dan transformasi konflik (international non-governmental organizations, NGO), serta pihak-pihak yang berkonflik dan kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat (Miall, 2004, h.12). Dalam penelitian ini, peneliti lebih berfokus pada transformasi konflik yang dilakukan oleh NGO. Non-Governmental Organization (NGO) merupakan sebuah organisasi yang bukan bagian dari pemerintah, melainkan posisinya berada diantara pemerintah dan kehidupan pribadi individu, atau biasa dikenal dengan masyarakat sipil. Pada umumnya NGO memiliki beberapa elemen seperti mempromosikan kepentingan publik, bersifat non profit, terlibat dalam aksi-aksi non kekerasan, bebas dari negara, didirikan oleh beberapa individu, dan mengikuti struktur organisasionalnya sendiri. Kekuatan sebuah NGO hanya berdasarkan kekuatan moral yang tinggi. Namun dengan dasar ini, NGO dapat melakukan berbagai pekerjaan baik yang belum tentu dilakukan oleh aktor-aktor lainnya (Lehr- Lehnardt, 2005). Dalam artikel Rana Lehr-Lehnardt (2005) yang berjudul NGO Legitimacy: Reassessing Democracy, Accountability and Transparency, beberapa kelebihan NGO dibanding aktor-aktor lainnya terlihat dalam hal distribusi bantuan kemanusiaan yang biasanya lebih cepat dibanding pemerintah karena cara kerja NGO yang lebih fleksibel, mudah mendapat kepercayaan masyarakat, dan sangat paham bekerja

17 24 dengan masyarakat kecil yang jauh dari jangkauan pemerintah. Hal lainnya yang menjadi kelebihan NGO adalah keahliannya dan berfokus pada isu-isu tertentu. Selain itu, NGO juga merupakan suatu kelompok dengan pendanaan yang baik karena dana yang diperoleh didedikasikan untuk melaksanakan visi dan misi NGO tersebut. NGO juga dapat memantau kepatuhan negara dalam mengimplementasi perjanjian-perjanjian internasional yang telah ditandatngani negara tersebut, seperti perjanjian untuk menghargai hak asasi manusia, atau perjanjian-perjanjian lainnya. Kelebihan NGO yang lain juga adalah sifatnya yang netral dan tidak terikat pada kekuatan politik manapun, serta dapat memberikan suara kepada mereka yang tidak dapat menyuarakan aspirasinya. NGO hadir ditengah masyarakat yang mengalami penderitaan dan ketidakadilan dan kemudian membawa permasalahan tersebut ke tingkat nasional atau bahkan internasional, sehingga permasalahan tersebut menjadi sebuah isu yang harus ditangani secara bersama-sama dan dapat membawa perubahan. Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki oleh NGO ini, maka penulis berfokus meneliti aktor NGO yang bernama Search For Common Ground (SFCG) dalam melakukan transformasi konflik di Dongo. SFCG sendiri memang menggunakan pendekatan transformasi konflik dalam tugas dan kerjanya menangani konflik dalam suatu wilayah. Oleh karena itu, peneliti menggunakan konsep transformasi konflik ini untuk menjelaskan terlebih dahulu awal mula konflik dan

18 25 perubahan-perubahan yang terjadi dalam konflik setelah SFCG ikut terlibat dalam pembangunan perdamaian di Dongo. C. Perdamaian Positif Perdamaian positif pertama kali diperkenalkan oleh Johan Galtung (1969) dalam penelitiannya mengenai kekerasan dan perdamaian. Dirinya membagi konsep perdamaian ke dalam dua bagian, perdamaian negatif dan perdamaian positif. Perdamaian negatif merupakan kondisi ketidakhadiran kekerasan, atau ketidakhadiran perang. Definisi ini muncul akibat banyak peneliti yang berfokus pada kekerasan langsung, seperti perang atau tindakan agresi lainnya pada masa perang dunia. Sedangkan Galtung (1969) sendiri melihat bahwa kekerasan juga muncul karena sebuah struktur, tidak secara langsung. Kekerasan seperti ini meliputi kemiskinan, kelaparan, diskriminasi, dan segala bentuk ketidakadilan sosial lainnya yang membuat masyarakat tidak dapat mengembangkan potensinya. Kekerasan ini disebut kekerasan struktural, yaitu kekerasan yang terjadi ketika struktur masyarakat diarahkan pada suatu tata cara yang menghambat ide-ide masyarakat itu sendiri untuk disalurkan (Nicolaides, 2008, h.14). Ketidakhadiran kekerasan struktural ini disebut Galtung sebagai perdamaian positif (Galtung, 1969, h. 183). Tahun 1990, Galtung (1990) memperkenalkan konsep kekerasan kultural yang muncul dari budaya sebagai simbol dari keberadaan seseorang. Kekerasan kultural adalah aspek-aspek budaya seperti identias agama, ideologi, bahasa, seni berupa cerita-cerita, doktrin ilmu empiris, dan ilmu formal yang dapat dipakai untuk

19 26 membenarkan atau mensahkan kekerasan langsung dan kekerasan struktural (Galtung, 1990, h. 291). Kekerasan kultural membuat kekerasan langsung dan kekeransan struktural terlihat, bahkan dapat dirasakan. Kekerasan kultural ini menjadi tambahan bagi kekerasan lainnya dan menjadi tipe konflik ketiga berdampingan dengan kekerasan langsung dan kekerasan struktural (Galtung, 1990, h. 294). Galtung (1990) menggambarkan ketiga bentuk kekerasan ini dalam segitiga kekerasan seperti berikut: Gambar 2.1 Tipe-tipe konflik menurut Johan Galtung Kekerasan langsung Terlihat Tak Terlihat Kekerasan kultural Kekerasan struktural Ketika kekerasan langsung dan kekerasan struktural menjadi kaki segitiga, maka kekerasan kultural merupakan pembenaran bagi kedua kekerasan. Ketika kekerasan struktural dan kekerasan kultural menjadi kaki segitiga seperti di gambar 2.1 di atas, maka kekerasan langsung merupakan akibat dari adanya kekerasan struktural dan kekerasan kultural atau yang disebut kekerasan tidak langsung. Dengan demikian, keadaan tanpa adanya ketiga kekerasan di atas disebut Galtung sebagai perdamaian positif.

20 27 Perdamaian positif lebih ideal dibanding perdamaian negatif. Hal itu dikarenakan perdamaian itu sendiri tidak hanya sekadar mengakhiri atau mereduksi kekerasan langsung dan tidak langsung, akan tetapi lebih kepada memahami cara untuk mencegah konflik terulang kembali (Grewal, 2003). Perdamaian adalah sebuah proses, bukanlah sebuah tujuan akhir. Itu tidak akan menjamin bahwa konflik tidak akan muncul kembali, maka dari itu, manusia harus belajar bersepakat dengan konflik dan menyelesaikannya dengan tindakan yang tenang dan adil (Grewal, 2003). Dalam upaya transformasi konflik, Lederach dalam tulisan Miall (2003) mengungkapkan bahwa perdamaian tertanam dalam keadilan di mana hubungan dan struktur sosial yang baik dengan cara menghargai hak asasi manusia dan tindakan anti kekerasan menjadi sebuah gaya hidup. Respon yang konstruktif terhadap konflik kekerasan ini disebutnya sebagai proses transformasi (Miall, 2003). Dalam konflik Dongo ini, konflik kekerasan yang terlihat di permukaan adalah akibat dari konflik yang tak terlihat, yang telah berakar dalam. Kekerasan struktural yang paling nyata dalam konflik Dongo dapat dilihat dari diskriminasi etnis Lobala terhadap etnis-etnis lain. Selain itu, terdapat juga berbagai bentuk ketidakadilan oleh pemerintah yang sangat dirasakan oleh masyarakat khususnya masyarakat yang berasal dari etnis non- Lobala. Hal ini dilihat dari pemerintah Dongo yang membela salah satu pihak yang terlibat konflik sengketa tanah yaitu desa Enyele karena berasal dari etnis Lobala. Berbagai tindakan ketidakadilan sosial di Dongo menjadi salah satu pemicu konflik kekerasan di Dongo.

21 28 Selain kekerasan struktural yang memicu kekerasan langsung, terdapat juga kekerasan kultural yang membenarkan dan membuat kekerasan langsung muncul ke permukaan. Aspek budaya yang paling menonjol dalam konflik Dongo adalah cerita-cerita berbeda yang muncul dalam masyarakat Munzaya dan Enyele tentang hak atas tanah yang telah ditentukan oleh nenek moyangnya terdahulu. Cerita-cerita tersebut diciptakan oleh masing-masing desa yang kemudian berujung pada kebencian satu sama lain. Kebencian ini yang menunjukan adanya hubungan konfliktual antara desa Enyele dan desa Munzaya yang sangat memungkinkan tercetusnya kekerasan langsung. Dalam menangani bentuk-bentuk kekerasan ini, SFCG bekerjasama dengan PBB dan pemerintah menangani kekerasan langsung, struktural dan kultural. Kekerasan langsung seperti pembantaian etnis non-lobala di Dongo memang lebih ditangani oleh PBB dan pemerintah RD Kongo dengan mengirim pasukan penjaga perdamaiannya di wilayah konflik. Namun, dalam menangani kekerasan struktural dan kultural, SFCG memiliki peran yang besar karena cara kerjanya yang bersifat langsung kepada masyarakat. Perdamaian positif bukan menjadi tujuan akhir dari sebuah konflik melainkan sebuah proses. Program-program transformasi konflik yang digunakan oleh SFCG dilihat sebagai strategi yang mengarahkan konflik pada perdamaian positif. Untuk itu, penulis menggunakan konsep perdamaian positif dalam penelitian ini.

22

UPAYA TRANSFORMASI KONFLIK OLEH SEARCH FOR COMMON GROUND ORGANIZATION DALAM KONFLIK DONGO ( )

UPAYA TRANSFORMASI KONFLIK OLEH SEARCH FOR COMMON GROUND ORGANIZATION DALAM KONFLIK DONGO ( ) UPAYA TRANSFORMASI KONFLIK OLEH SEARCH FOR COMMON GROUND ORGANIZATION DALAM KONFLIK DONGO (2010-2013) Anastasia Nancy Waas 1), Idin Fasisaka 2), Anak Agung Ayu Intan Parameswari 3) 1,2,3) Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

UPAYA TRANSFORMASI KONFLIK OLEH SEARCH FOR COMMON GROUND ORGANIZATION DALAM KONFLIK DONGO TAHUN

UPAYA TRANSFORMASI KONFLIK OLEH SEARCH FOR COMMON GROUND ORGANIZATION DALAM KONFLIK DONGO TAHUN UPAYA TRANSFORMASI KONFLIK OLEH SEARCH FOR COMMON GROUND ORGANIZATION DALAM KONFLIK DONGO TAHUN 2010-2013 SKRIPSI Disusun Oleh: Anastasia Nancy Waas NIM. 1021105052 Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konflik atau perang sipil merupakan salah satu fenomena yang terjadi di negara-negara yang memiliki tatanan pemerintahan yang belum stabil. Afrika adalah kawasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. 1 Menurut. perwujudannya secara mudah. 2

BAB II KAJIAN TEORITIS. yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. 1 Menurut. perwujudannya secara mudah. 2 21 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Teori Konflik 1. Pengertian Konflik Menurut Webster, istilah conflict di dalam bahasa aslinya berarti suatu perkelaian, peperangan, atau perjuangan. Konflik adalah persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai beberapa konflik yang mewujud ke dalam bentuk separatisme. Salah satunya adalah gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di tanah Papua. Tulisan

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM SEMINAR DAN WORKSHOP Proses Penanganan Kasus Perkara dengan Perspektif dan Prinsip Nilai HAM untuk Tenaga Pelatih Akademi Kepolisian Semarang Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 7-9 Desember 2016 MAKALAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai bangsa yang multikultur ternyata belum berhasil melakukan internalisasi nilai kedamaian yang terlihat dari masih mengemukanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tesis ini akan membahas tentang peran Komunitas Internasional dalam menghadirkan dan mendukung Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Bosnia Herzegovina pada proses

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK A. Pengertian Konflik Istilah konflik dalam ilmu politik seringkali dikaitkan dengan kekerasan seperti kerusuhan, kudeta terorisme, dan reformasi. Konflik mengandung

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM)

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) dalam proses peacebuilding di Aceh paska konflik GAM dengan Pemerintah Indonesia. Paska konflik GAM dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kornblurn dalam Susan, mengatakan bahwa konflik menjadi fenomena yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kornblurn dalam Susan, mengatakan bahwa konflik menjadi fenomena yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konflik dalam kehidupan manusia Kornblurn dalam Susan, mengatakan bahwa konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semestinya bukan sebagai media periklanan, isinya didominasi dari iklan motor,

BAB I PENDAHULUAN. semestinya bukan sebagai media periklanan, isinya didominasi dari iklan motor, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini memaparkan kegiatan kolektif anti sampah visual di Yogyakarta. Sampah visual yang dimaksud adalah media promosi atau iklan yang berada di luar ruangan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada Proses peralihan kepemilikan lahan kosong terjadi sejak akhir 2004 dan selesai pada tahun 2005, dan sejak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas Siapa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kebudayaan disadari atau tidak merupakan bagian dari identitas yang melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa bangsa itu" dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengantar Hubungan internasional merupakan hubungan yang kompleks. Fenomena hubungan internasional banyak diwarnai oleh berbagai macam interaksi internasional dengan sifat, pola,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008. BAB V KESIMPULAN Krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur, Sudan telah menarik perhatian masyarakat internasional untuk berpartisipasi. Bentuk partisipasi tersebut dilakukan dengan pemberian bantuan kemanusiaan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA Fakultas Hukum Universitas Brawijaya BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI SPIRIT KONSTITUSI Pasal 36A UUD 1945 menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang tua. Seorang anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang tua. Seorang anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sebuah anugerah yang tidak ternilai bagi setiap orang tua. Kelahiran seorang anak menjadi hal yang paling ditunggu dalam sebuah keluarga. Setiap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang

BAB V PENUTUP. prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Bertolak dari pemaparan hasil penelitian dan penggkajian dengan menggunakan prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang

BAB 5 PENUTUP. mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang 97 BAB 5 PENUTUP A. KESIMPULAN PENELITIAN Studi ini memiliki hipotesa awal bahwa arena yang cukup esensial dalam mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang publik,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Justice. 9 Maret

Bab I Pendahuluan. Justice. 9 Maret 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan Burundi merupakan salah satu negara di Afrika bagian Timur. Berbatasan dengan Rwanda di bagian utara dan Tanzania di Bagian selatan. Terdapat 3 etnis yang bermukim

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian selanjutnya berkaitan dengan pengaruh NGO dalam pelestarian lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable Development:

Lebih terperinci

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI A. Manusia, Politik dan Moral. Manusia adalah mahluk yang bermoral. Hal ini menjadi sesuatu yang mulai kabur dan berubah dalam hal keilmuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan peace building atau pembangunan damai pasca konflik menjadi salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat signifikan

Lebih terperinci

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional. Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

8 KESIMPULAN DAN SARAN

8 KESIMPULAN DAN SARAN 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Dalam konteks kelembagaan pengelolaan hutan, sistem pengelolaan hutan bukan hanya merupakan representasi keberadaan lembaga regulasi negara, melainkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan sarana eksplanasi tentang perilaku organisasi internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan suatu program atau agenda yang diimplementasikan

Lebih terperinci

DEKLARASI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HAK HAK MASYARAKAT ADAT

DEKLARASI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HAK HAK MASYARAKAT ADAT DEKLARASI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HAK HAK MASYARAKAT ADAT Disahkan dalam sidang umum PBB tanggal 13 September 2007 di New York, Indonesia Adalah salah satu Negara yang menyatakan mendukung Deklarasi

Lebih terperinci

Pengembangan Budaya memiliki empat Konteks: 2. Melestarikan dan menghargai budaya

Pengembangan Budaya memiliki empat Konteks: 2. Melestarikan dan menghargai budaya SETYA ROHADI dan MULYANTO Globalisasi budaya telah mengikuti pola yang sama seperti globalisasi ekonomi. Televisi, musik, makanan, pakaian, film dan yang lainnya merupakan bentuk-bentuk budaya yang serupa

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang BAB V KESIMPULAN Dalam bab V ini saya akan membahas tentang kesimpulan dari bab-bab yang sebelumnya. Dimulai dari sejarah di kedua negara yang bersengketa dan point-point yang telah di bahas di bab sebelumnya.

Lebih terperinci

KOMPARASI PENDEKATAN ETNIS DAN AGAMA PERPEKTIF CLEM McCARTNEY 1 DENGAN PERSPEKTIF FRANZ MAGNIS SUSENO. Oleh : Any Rizky Setya P.

KOMPARASI PENDEKATAN ETNIS DAN AGAMA PERPEKTIF CLEM McCARTNEY 1 DENGAN PERSPEKTIF FRANZ MAGNIS SUSENO. Oleh : Any Rizky Setya P. KOMPARASI PENDEKATAN ETNIS DAN AGAMA PERPEKTIF CLEM McCARTNEY 1 DENGAN PERSPEKTIF FRANZ MAGNIS SUSENO Oleh : Any Rizky Setya P. Latar Belakang Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA...

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA... Daftar Isi v DAFTAR ISI DAFTAR ISI...v PENGANTAR PENERBIT...xv KATA PENGANTAR Philip Alston...xvii Franz Magnis-Suseno...xix BAGIAN PENGANTAR Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini, dikemukakan kesimpulan dan rekomendasipenelitian yang dirumuskan dari deskripsi, temuan penelitian dan pembahasanhasil-hasil penelitian dalam Bab IV.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pertama, sebuah konsep etika dibangun berdasarkan konteks atau realita pada masa tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng ditinjau

Lebih terperinci

Term of Reference SOLID-ID

Term of Reference SOLID-ID Term of Reference SOLID-ID DAFTAR ISI Latar Belakang Tentang Residensi Tujuan Tanggal Penting Hibah (Seed Grant) Ketentuan Peserta Pendaftaran dan Seleksi Informasi Lebih Lanjut LATAR BELAKANG Meski Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut Leif STENBERG Direktur, AKU- Dalam makalah berikut ini, saya akan mengambil perspektif yang sebagiannya dibangun

Lebih terperinci

ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT

ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT Isu Lingkungan = Perluasan Konsep Keamanan? By: Dewi Triwahyuni 1 Isu Lingkungan = Perluasan Konsep Keamanan? Sejak 1920an, adanya pergerakan negara totaliter di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja Issue Gender & gerakan Feminisme Rudy Wawolumaja Feminsisme Kaum feminis berpandangan bahwa sejarah ditulis dari sudut pandang pria dan tidak menyuarakan peran wanita dalam membuat sejarah dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa konflik Irlandia Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasukan Perdamaian PBB, atau yang dikenal sebagai pasukan peacekeeping,

BAB I PENDAHULUAN. Pasukan Perdamaian PBB, atau yang dikenal sebagai pasukan peacekeeping, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pasukan Perdamaian PBB, atau yang dikenal sebagai pasukan peacekeeping, merupakan suatu pasukan yang berada di bawah komando Dewan Keamanan PBB melalui Department

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci

SISTEM PENANGANAN DINI KONFLIK SOSIAL DENGAN NUANSA AGAMA

SISTEM PENANGANAN DINI KONFLIK SOSIAL DENGAN NUANSA AGAMA Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris Vol. 2., No. 1., 2016. Hal. 57-65 JIPP Non-Empiris SISTEM PENANGANAN DINI KONFLIK SOSIAL DENGAN NUANSA AGAMA a Subhan El Hafiz Universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. diskriminasi antar etnis yang telah berlangsung sejak lama merupakan salah

BAB V KESIMPULAN. diskriminasi antar etnis yang telah berlangsung sejak lama merupakan salah BAB V KESIMPULAN Genosida pada tahun 1994 sangat merugikan masyarakat. Adanya diskriminasi antar etnis yang telah berlangsung sejak lama merupakan salah satu penyebab terjadinya genosida di Rwanda selain

Lebih terperinci

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT Oleh Lusi Herlina Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia(Hamid Abidin & Mimin Rukmini) Halaman: 194-201

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI 189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek

Lebih terperinci

WARGA NEGARA GLOBAL h t t p : // b a e h a q i a r i f. w or dp re s s. c o m

WARGA NEGARA GLOBAL h t t p : // b a e h a q i a r i f. w or dp re s s. c o m WARGA NEGARA GLOBAL http://baehaqiarif.wordp re ss.com Globalisasi berhubungan dengan tesis bahwa kita semuanya tinggal dalam satu dunia. Tumbuhnya interdependensi di antara orang-orang, daerahdaerah,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (PIAGAM PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

[Studi Keamanan Internasional] MEMAHAMI KONFLIK. Dewi Triwahyuni

[Studi Keamanan Internasional] MEMAHAMI KONFLIK. Dewi Triwahyuni [Studi Keamanan Internasional] MEMAHAMI KONFLIK Dewi Triwahyuni 1 KONFLIK : KONSEP DAN TEORI 2 Konflik pada dasarnya merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki,

Lebih terperinci

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME A. KONDISI UMUM Gerakan pemisahan diri (separatisme) dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di wilayah Aceh, Papua, dan Maluku merupakan masalah

Lebih terperinci

Kesimpulan. Bab Sembilan

Kesimpulan. Bab Sembilan Bab Sembilan Kesimpulan Rote adalah pulau kecil yang memiliki luas 1.281,10 Km 2 dengan kondisi keterbatasan ruang dan sumberdaya. Sumberdayasumberdaya ini tersedia secara terbatas sehingga menjadi rebutan

Lebih terperinci

Bimbingan dan Konseling Sosial

Bimbingan dan Konseling Sosial Bimbingan dan Konseling Sosial Situasi Sosial Situasi yang menggambarkan adanya interaksi antar individu, yang didalamnya terdapat sikap saling mempengaruhi. Situasi dalam keanekaragaman. Konflik Kata

Lebih terperinci

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan

Lebih terperinci

DEKLARASI PRINSIP-PRINSIP TENTANG TOLERANSI DIUMUMKAN DAN DITANDATANGANI OLEH NEGARA-NEGARA ANGGOTA UNESCO PADA 16 NOVEMBER 1995

DEKLARASI PRINSIP-PRINSIP TENTANG TOLERANSI DIUMUMKAN DAN DITANDATANGANI OLEH NEGARA-NEGARA ANGGOTA UNESCO PADA 16 NOVEMBER 1995 DEKLARASI PRINSIP-PRINSIP TENTANG TOLERANSI DIUMUMKAN DAN DITANDATANGANI OLEH NEGARA-NEGARA ANGGOTA UNESCO PADA 16 NOVEMBER 1995 Negara anggota dari United Nations Educational, Scientificand Cultural Organization

Lebih terperinci

MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta PEMERKUATAN PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK HAKIM SELURUH INDONESIA Hotel Santika Makassar, 30 Mei 2 Juni 2011 MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta Ifdhal Kasim

Lebih terperinci

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM KONFLIK

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM KONFLIK PERAN KEPEMIMPINAN DALAM KONFLIK PENGERTIAN KONFLIK Konflik (menurut bahasa) adalah perbedaan, pertentangan dan perselisihan. Konflik pertentangan dalam hubungan kemanusiaan (intrapersonal dan interpersonal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME A. KONDISI UMUM Kasus separatisme di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang mengancam integritas Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Fredrike Bannink, Handbook Solution-Focused Conflict Management, (Gottingen: Hogrefe Publishing, 2010) 2

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Fredrike Bannink, Handbook Solution-Focused Conflict Management, (Gottingen: Hogrefe Publishing, 2010) 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Konflik dapat dipahami dalam dua dimensi, yaitu bahaya dan peluang 1. Bila dalam krisis, seseorang atau kelompok orang memiliki pikiran negatif yang kuat, ia atau mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

pembentukan FSD pada tahun 2001 lalu. Kota tersebut dianggap mewakili kontradiksi neoliberalisme, ia merupakan kota finansial terbesar di India juga

pembentukan FSD pada tahun 2001 lalu. Kota tersebut dianggap mewakili kontradiksi neoliberalisme, ia merupakan kota finansial terbesar di India juga BAB V KESIMPULAN Sejak sejarah pembentukannya di awal tahun 2000 lalu, Forum Sosial Dunia sudah mendeklarasikan diri sebagai wacana kontrahegemoni terhadap globalisasi ekonomi neoliberal, terutama tandingan

Lebih terperinci

D. PERENCANAAN SKENARIO WUJUD PARTISIPASI ANAK DAN KAUM MUDA SEBAGAI WARGA NEGARA

D. PERENCANAAN SKENARIO WUJUD PARTISIPASI ANAK DAN KAUM MUDA SEBAGAI WARGA NEGARA D. PERENCANAAN SKENARIO WUJUD PARTISIPASI ANAK DAN KAUM MUDA SEBAGAI WARGA NEGARA Kelompok anak dan kaum muda sampai saat ini masih mengalami hambatan dalam melaksanakan hak politiknya untuk berpartisipasi

Lebih terperinci

PRASANGKA DAN DISKRIMINASI

PRASANGKA DAN DISKRIMINASI PRASANGKA DAN DISKRIMINASI Modul ke: Fakultas Psikologi Pengertian dan jenis prasangka; pembentukan, mengatasi prasangka; Peran stereotipe; Diskriminasi dan bentuk-bentuk diskriminasi. Sri Wahyuning Astuti,

Lebih terperinci

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa

Lebih terperinci

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) 1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Proyek Konstruksi. Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Proyek Konstruksi. Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Proyek Konstruksi Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tugas pokok TNI tidak hanya sebagai pasukan perang, tetapi juga menjadi pasukan pemelihara perdamaian dalam menjalani

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TANGGAL 11 MEI 2004 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN 2004 2009 I. Mukadimah 1. Sesungguhnya Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY

BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY A. Pengertian tentang konsep civil society Konsep civil society memiliki pengertian yang beragam sesuai dengan sudut pandang masing-masing tokoh yang memberikan penekanan

Lebih terperinci

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages Baseline Study Report Commissioned by September 7, 2016 Written by Utama P. Sandjaja & Hadi Prayitno 1 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Sekilas Perjalanan

Lebih terperinci

MATA KULIAH S-2 SOSIOLOGI UGM. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Teori Kritik Sosial dan Postmodernisme. Seminar Proposal Penelitian

MATA KULIAH S-2 SOSIOLOGI UGM. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Teori Kritik Sosial dan Postmodernisme. Seminar Proposal Penelitian 1. Teori sosiologi 1 (klasik modern) 2. Teori sosiologi 2 ( Kritik, Postmo Strukturalis) Teori Sosiologi Klasik Modern Teori Kritik Sosial Postmodernisme Langsung merujuk pada materi mata kuliah ini yakni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Konflik sosial cenderung dinilai banyak orang sebagai sesuatu yang buruk.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Konflik sosial cenderung dinilai banyak orang sebagai sesuatu yang buruk. 236 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum. Konflik sosial cenderung dinilai banyak orang sebagai sesuatu yang buruk. Pandangan seperti ini ada benarnya walaupun tidak seluruhnya,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya,

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, begitu pula halnya dengan negara, negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga dibutuhkannya

Lebih terperinci

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya. Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN Minggu ke 12 Pemberdayaan (empowerment) Power/daya Mampu Mempunyai kuasa membuat orang lain melakukan segala sesuatu yang diinginkan pemilik kekuasaan Makna Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengembangan pemanfaatan sumberdaya energi non minyak saat ini sangat diperlukan, mengingat semakin tipisnya cadangan minyak bumi kita. Salah satu langkah yang ditempuh

Lebih terperinci