BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan : melihat dinamika konflik Desa Kalirejo sebagai proses pembelajaran masyarakat Desa Kalirejo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan : melihat dinamika konflik Desa Kalirejo sebagai proses pembelajaran masyarakat Desa Kalirejo"

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis menyimpulkan jawaban dari rumusan masalah terkait bagaimana dinamika konflik vertikal dan horizontal yang terjadi di Desa Kalirejo, serta resolusinya yang sudah dijalankan selama kurun waktu 5 tahun tersebut. Dari pengamatan penulis menunjukkan bagaimana dinamika konflik yang terjadi di Desa Kalirejo memberikan dampak positif bagi warganya. Hal tersebut dilihat dari proses pembelajaran yang didapat dari pengalaman konflik vertikal dan horizontal yang terjadi selama ini. Konflik yang terjadi ternyata mengeluarkan kebijakan atau aturan baru bagi beberapa Dusun di Desa Kalirejo untuk meminimalisir konflik yang akan terjadi dikemudian hari. Karena konflik yang selama ini terjadi baik vertikal dan horizontal ternyata mempunyai keterkaitan antara konflik satu dengan konflik lainnya, walaupun dalam pengkategorisasian konfliknya berbeda. Hal itu juga dikarenakan resolusi dilakukan tanpa kesepatan bersama atau win win solution. Kepuasan dan klasifikasi dari resolusi yang dilakukan juga menjadi ukuran terhadap sukses tidaknya resolusi konflik tersebut. Bagian penutup ini penulis melakukan refleksi teoritis, dimana dalam refleksi tersebut memberikan ketegasan terhadap konsep Coser yang melihat konflik sebagai bentuk positif bagi masyarakat terutama di Desa Kalirejo. Selanjutnya penulis juga memberikan rekomendasi secara akademik sebagai masukan untuk dilakukannya penelitian lanjutan di Desa Kalirejo, serta rekomendasi kebijakan yang bisa dijakan masukan bagi pemerintah Desa maupun pemerintah daerah Kesimpulan : melihat dinamika konflik Desa Kalirejo sebagai proses pembelajaran masyarakat Desa Kalirejo Desa Kalirejo yang berada di Kabupaten Kulon Progo, dengan 9 Dusun didalamnya mempunyai kekayaan terhadap Sumber Daya Alam berlebih. Daerah dengan tekstur tanahnya berupa perbukitan ternyata mempunyai permasalahan sosial dibalik kekayaan alam berupa emas, andesit dan lain-lainnya. Permasalahan tersebut ternyata lebih mengarah kepada konflik, baik yang terjadi secara vertikal antara warga desa yang berprofesi sebagai penambang emas tradisional dengan pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Sedangkan konflik horizontal yang terjadi antara warga penambang dengan warga berbagai profesi di Desa Kalirejo. Dinamika konflik yang terjadi di Desa Kalirejo ternyata mempunyai rentetan konflik dalam perjalanannya. Rentetan tersebut mempunyai indikasi keterkaitan dari konflik yang satu kemudian berbegerak ke konflik lainnya. Walaupun pada dinamika konflik terdapat kejanggalan yang berindikasi adanya kesengajaan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan. 141

2 Kesengajaan tersebut sayangnya tidak terlalu dipikirkan secara matang terhadap dampak yang lebih luas bagi khalayak banyak. Konflik vertikal jika dilihat dari sudut pandang penambang mengapa mereka melakukan aksi demonstrasi di depan kediaman rumah bupati seolah menjadi pembenaran atas tindakan mereka ketika melakukan aksi tersebut, dengan alasan memutus mata pencaharian. Sedangkan alasan Polres Kulon Progo mengapa melakukan penangkapan terhadap oknum itu adalah tidak adanya izin yang jelas pada aktifitas usaha pertambangan yang dilakukan oleh penambang tersebut. Tetapi jika dilihat dari sudut pandang yang lain dengan berangkat pada konflik sebelum penangkapan terjadi, maka akan menjadi lain alasan penangkapan dilakukan. Pada penangkapan itu terdapat anggapan lain yang mengatakan bahwa penangkapan dilakukan berdasarkan laporan seseorang terhadap dampak dari aktifitas usaha pertambangan. Hal itu mengingat konflik yang terjadi sebelum adanya penangkapan dirumah pribadi bapak S sendiri dengan hubungannya warga sekitar lokasi pengolahan terhadap reaksi suara dari mesin pengolahan. Kemudian tindakan warga untuk meminta bapak S memperhatikan lingkungan sekitar pengolahan dengan tidak mengoperasikan mesin selama jam belajar sekolah tidak digubris oleh pelaku. Dari rentetan-rentetan konflik yang terjadi seolah memberikan tanda bahwa konflik yang tidak terselesaikan secara tuntas di Desa Kalirejo akan memunculkan konflik lain untuk kedepannya. Konflik horizontal juga terjadi lantaran adanya keterkaitan pada konflik terdahulu, yaitu pada kasus penangkapan kepada bapak S pada beberapa waktu lalu. Adanya unsur konflik pribadi maupun rasa dendam yang terjadi seolah termunculkan kembali lantaran kasus pencemaran tersebut mempunyai 2 versi berbeda dari penyebab tercemarnya sungai di Desa Kalirejo sepanjang ±5 km. Versi pertama yang banyak beredar di masyakarat adalah pencemaran terjadi lantaran kolam pengolahan limbah emas mengalami kebocoran. Sedangkan versi kedua yang diungkapkan oleh salah satu penambang sekaligus anggota BPD Kalirejo mengatakan bahwa kolam pengolahan limbah milik bapak Kompleh tidak mengalmi kebocoran. Dia berpendapat ada oknum yang sengaja melakukan sabotase dengan cara mencemari sungai menggunakan bahan yang biasa digunakan untuk menangkap kandungan emas dan sangat mematikan jika terjadi kontak langsung pada bahan kimia tersebut. Akar permasalahan konflik vertikal dan horizontal yang dipaparkan bab 3 (tiga) dan bab 4 (empat) memperlihatkan kesamaan pada konflik tersebut. Terdapat 2 akar permasalahan yang 142

3 didapatkan dari hasil analsis penulis, pertama tentang perebutan sumber daya ekonomi produktif dan kedua adalah ketidakjelasan kebijakan pemerintah dalam mengatur aspek-aspek krusial tersebut. Namun, kembangan dari penyebab konflik tersebut ternyata banyak ditemukan penulis ketika melihat lebih jauh dengan konteks yang berbeda Konflik itu kemudian berlanjut dengan dilakukannya resolusi konflik vertikal maupun horizontal dengan klasifikasi berbeda dari kedua sifat konflik tersebut. Seperti konflik vertikal mempunyai klasifikasi dengan aspek interest atau kepentingan yang lebih dominan dari pada aspek power atau kekuasaan dari salah satu pihak. Sedangkan konflik horizontal mempunyai klasifikasi sangat bertolak belakang dari konflik vertikal, dengan kata lain seperti segitiga terbalik. Pada segitiga terbalik dimana aspek power atau dominasi dari salah satu pihak yang berkonflik lebih terlihat. Adanya dominasi itu membuat kepuasan terhadap resolusi konflik horizontal menjadi pertanyaan tersendiri. Perbedaan kalifikasi tersebut kemudian berlanjut dengan alat analisis yang dipinjam dari konsep Moore tentang triangle of satisfaction untuk memperlihatkan bagaimana kepuasan yang dirasakan oleh pihak berkonflik. Untuk konflik vertikal kepuasan yang dirasakan oleh kedua belah pihak terasa terpenuhi dari 3 aspek pada konsep tersebut. Sedangkan konflik horizontal sebaliknya, kepuasan untuk resolusi konflik tersebut bisa dibilang jauh dari kata cukup. Artinya pada konflik horizontal kepuasan terhadap resolusi yang dilakukan tidak terpenuhi secara semestinya. Dengan kata lain resolusi konflik yang dilakukan terkesan dipaksakan dari salah satu pihak kepada pihak lawan. Sesuatu yang dipaksakan bisa jadi hanya bersifat sementara atau tentatif. Yang tidak menutup kemungkinan akan muncul kembali konflik horizontal, apakah dengan bentuk yang sama atau dengan bentuk yang lain. Maka rumusan masalah yang diajukan oleh penulis pada tulisan ini dengan mengajukan pertanyaan Bagaimana dinamika konflik yang terjadi pada pertambangan emas tanpa izin di desa Kalirejo baik secara vertikal dan horizontal dari tahun , dan proses resolusi konfliknya? sudah bisa terjawab dari uraian diatas. Konflik yang terjadi baik vertikal maupun horizontal pada interval tahun kejadian antara mempunyai konektifitas satu kasus dengan kasus lainnya. Apakah konflik pada penangkapan oleh Polres Kulon Progo terhadap salah satu penambang. Alasan ketidakadaannya izin yang dikantongi penambag tersebut, ataupun konflik yang berawal pada kasus pencemaran air sungai dikarenakan kebocoran atau sabotase oleh beberapa oknum. 143

4 Rentetan konflik itu menjadi pertanyaan mendasar terhadap upaya apa atau resolusi apa yang telah dilakukan oleh para stakeholder terhadap dinamika konflik di Desa mereka. Pertanyaan ini seolah memberi anggapan terhadap upaya yang telah dilakukan oleh mereka tidak efektif ataukah upaya yang dilakukan hanya setengah-setengah tanpa memberikan jalan keluar secara tuntas. Namun, segala bentuk konflik yang terjadi di Desa Kalirejo baik vertikal dan horizontalnya membuat pembelajaran bagi masyarakatnya untuk melakukan beberapa perubahan yang dianggap perlu. Perubahan yang membawa dampak positif seperti pembuatan kebijakan pada tinggkat pedukuhan menjadi sangat jelas dari bentuk adaptasi masyarakatnya untuk bisa belajar dari eskalasi dan deeskalasi konflik. Bagan 5.1 berikut adalah bentuk dinamika konflik yang terjadi secara vertikal dan horizontal dari tahun di Desa Kalirejo. Bagan 5.1 memperlihatkan bagaimana kedua sifat konflik yang terjadi mempunyai keterikatan antara konflik satu dengan konflik lainnya seperti tanpa adanya keterputusan waktu dari sebab-sebab konflik tersebut. Bentuk gabungan dari visualisasi konflik vertikal dan konflik horizontal menjadi mudah dilihat kapan dan bagaimana konflik bisa terjadi. 144

5 145

6 5. 2 Refleksi Teoritis Konsep Lewis Coser dalam melihat konflik sebagai fungsi positif bagi masyarakat ternyata dapat membantu penulisan ini. A) Konflik yang sejatinya selalu dipandang negatif oleh masyarakat dan menjadikan hal tersebut sebagai peristiwa memalukan, dapat berdampak positif bagi lingkungan yang berkonflik. Fungsi positif dilihat dari konflik vertikal di Desa Kalirejo ternyata berimbas dengan memberi masukan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan berdasarkan kepentingan bersama. Pemberian izin penambangan secara tidak tertulis membuat penambang dapat bernafas cukup lega, walaupun tidak tahu sampai kapan dapat dipegang katakata dari pemimpi tertinggi di Kabupaten Kulon Progo itu. Konflik horizontal yang terjadi di Desa Kalirejo ternyata dapat juga berbicara melalui konsep Coser tentang fungsi positif dari konflik. Hal itu terlihat dari berimbasnya pembuatan peraturan baru pada tingkat pedukuhan. Peraturan baru tersebut memang dibuat dan disetujui secara sepihak oleh warga, terutama dari warga pedukuhan Sangon II yang ditemukan pada penelitian ini. Walaupun sebenarnya penelitian ini lebih melihat konteks Desa Kalirejo sebagai objek, akan tetapi yang dapat ditangkap oleh penulis hanya pada tingkat pedukuhan terutama pada Sangon II. Peraturan yang dibuat tersebut tidak berdasar pada peraturan diatasnya, melainkan dilakukan atas dasar inisiatif warga untuk melindungi lingkungan mereka dari penambang pendatang secara perlahan tanpa menggunakan cara radikal. Oleh karena itu, melalui fenomena konflik sosial yang terjadi di Desa Kalirejo baik secara vertikal dan horizontal, menegaskan asumsi konsep Coser tentang fungsi positif dari sebuah konflik. Fenomena yang dianggap oleh masyarakat sebagai bentuk negatif dan dapat merusak hubungan atau interaksi antar individu, malah dapat dilihat dengan sudut pandang yang berbeda. Melalui konflik masyarakat dapat melakukan perubahan secara bertahap tanpa harus terlalu merubah bentuk masyarakat secara radikal. Karena masyarakat yang terdiri dari sekelompok individu dan saling berinteraksi, merupakan makhluk progressive bukan makhluk conservative. 146

7 5.3 Rekomendasi Akademik Rekomendasi bagi penulis lain yang ingin meneliti secara lebih luas tentang dampak Sumber Daya Alam yang dimiliki di Desa Kalirejo selain emas adalah dengan melihat dampak yang akan ditimbulkan dari maraknya pertambangan andesit yang mulai masuk Desa. Usaha pertambangan yang sedang dan akan menambang di Desa Kalirejo berbeda dengan pertambangan emas tradisional. Mereka memiliki izin atau memiliki payung hukum terkait industry ekstraktif yang dilakukan oleh mereka. Sudah ada beberapa CV yang saat ini melakukan kegiatan penambangan batu andesit, dan ada 1 (satu) usaha pertambangan yang diketahui kegiatannya terhenti ditengah jalan. Hal itu dikarenakan ada rasa keberatan dari warga Dusun setempat terkait aktifitas pertambangan yang dilakukan oleh mereka. Oleh karena itu penulis memberikan beberapa rekomendasi permasalahan lainnya terkait usaha eksplorasi yang dilakukan oleh pemodal terhadap sumber daya alam di Desa Kalirejo untuk dikaji secara lebih jauh. Disamping itu juga penulis meminta kepada pemerintah daerah untuk memperhatikan secara lebih lanjut terkait industri ekstraktif berbadan hukum yang sedang dan akan dilakukan oleh pemodal terhadap dampaknya bagi masyarakat Desa Kalirejo untuk kedepannya. Terutama kajian terkait isu konflik sosial seperti apa yang akan terjadi jika usaha pertambangan berbadan hukum tersebut mulai dilakukan oleh pemiliknya. Tanpa ada yang merasa dirugikan dari aktifitas tersebut antara pemilik usaha pertambangan dengan warga sekitar lokasi pertambangan. Penulis juga berharap kesediannya dari pembaca untuk memberikan masukan terhadap tulisan ini, mengingat apa yang telah dilakukan oleh penulis untuk menggali dan menganalisis konflik di Desa Kalirejo masih terasa jauh dari kata sempurna. Banyaknya kekurangan yang sangat disadari oleh penulis pada tulisan ini membuat penulis sangat terbuka dan sangat mengharapkan saran maupun masukan yang bersifat membangun. Dengan begitu kajian konflik akan terasa lebih dalam terutama pada objek penelitian yang penulis pilih yaitu di Desa Kalirejo Kebijakan Konflik Sumber Daya Alam yang terjadi di Desa Kalirejo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kasus dari sekian banyak kasus di Indonesia. Berawal dari sikap antroposentrisme yang merupakan bentuk sukses dari sistem kapitalis sekarang ini membuat 147

8 masyarakat berlomba-lomba untuk mendapatkan sesuatu yang menjadikan seseorang rela melakukan apa saja. Desa dengan kandungan alamnya berupa emas ternyata merupakan salah satu aspek seseorang berdatangan laksana gula yang diperebutkan oleh semut. Akan tetapi eksplorasi terhadap kekayaan alam di Desa Kalirejo yang dilakukan warga lokal maupun pendatang ternyata memiliki implikasi yang belum siap dihadapi. Konflik yang terjadi dan sudah dibahas oleh penulis pada bagain sebelumnyaa membuat warga Desa terlihat tidak siap untuk dampak yang ditimbulkan dari adanya kegiatan tersebut. Ditambah dengan pendidikan warga Desa Kalirejo yang mayoritas masih dibilang rendah bisa menjadi salah satu faktor pemicu kurangnya penanganan atau resolusi konflik yang terjadi atau yang akan terjadi kedepannya. Hal tersebut dapat terlihat dari dinamika dan resolusi konflik yang sudah dipaparkan dan dibahas oleh penulis. Tulisan ini memilih Desa Kalirejo terutama pada dinamika konflik sosialnya sebagai fokus utama, diharapkan dapat menjadi salah satu atau menambah referensi terkait konflik yang berlatarbelakangi Sumber Daya Alam. Penggunaan konsep dan teori yang dilakukan oleh penulis merupakan cara penulis untuk mengimplementasikan teori dan konsep yang cocok untuk melihat konflik di Desa Kalirejo. Dengan begitu gambaran untuk melihat konflik secara holistik dapat dilakukan dan kemudian dapat dijadikan refleksi oleh para stakeholder di Kabupaten Kulon Progo maupun di Desa Kalirejo dalam melihat atau menangani konflik dikemudian harinya. Estafet konflik yang secara tidak sengaja menjadi masukan bagi para stakeholder untuk melihat bahwa konlfik satu ke konflik yang lain ternyata mempunyai keterkaitan. Melalui hal itu setidaknya para stakeholder dapat mengambil pembelajaran terkait resolusi seperti apa yang baik bagi mereka tanpa mengulangi resolusi yang telah dilakukan sebelmunya. Perumusan yang cocok dalam resolusi konflik, seharusnya dilihat dari karakter masyarakatnya dan konflik seperti apa yang telah terjadi. Apakah perlu pengambilan kebijakan yang berdampak secara structural jika terjadi konflik dikemudian harinya di Desa Kalirejo atau di Daerah lainnya. Dimana pada resolusi sebelumnya terutama konflik horizontal yang ternyata masih mengandung rasa ketidakpuasan di level warga. Hal itu secara langsung maupun tidak langsung bisa menjadi pemicu untuk terulangnya konflik di Desa Kalirejo. 148

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kepentingan yang saling berbenturan, yang mana

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kepentingan yang saling berbenturan, yang mana BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Konflik pertambangan sudah sering terjadi di Indonesia, hal ini terjadi dikarenakan adanya kepentingan yang saling berbenturan, yang mana kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta. hlm Salim HS Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka

BAB I PENDAHULUAN. Cipta. hlm Salim HS Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam yang dapat di perbaharui maupun yang tidak dapat di perbaharui. Potensi yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek, Subjek, dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah kegiatan tambang emas yang dilakukan oleh masyarakat Desa Ciwaru Kecamatan Ciemas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km menyimpan kekayaan dan keragaman sumber daya alam baik sumber daya alam yang dapat pulih (seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta memiliki nilai sosio-kultural dan pertahanan keamanan. Secara ekonomi tanah merupakan aset (faktor)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. upaya pemerintah dalam meningkatkan transportasi penerbangan untuk kawasan Jawa

BAB V PENUTUP. upaya pemerintah dalam meningkatkan transportasi penerbangan untuk kawasan Jawa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berawal dari kebijakan pemerintah terkait dengan relokasi pembangunan bandara baru Internasional di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan

Lebih terperinci

8 KESIMPULAN DAN SARAN

8 KESIMPULAN DAN SARAN 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Dalam konteks kelembagaan pengelolaan hutan, sistem pengelolaan hutan bukan hanya merupakan representasi keberadaan lembaga regulasi negara, melainkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Realitas dinamika kehidupan pada masa lalu, telah meninggalkan jejak dalam bentuk nama tempat yang menggambarkan tentang kondisi tempat berdasarkan sudut filosofi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas lingkungan itu sendiri tapi lebih kesehatan masyarakat yang terpapar dengan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas lingkungan itu sendiri tapi lebih kesehatan masyarakat yang terpapar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pencemaran lingkungan merupakan topik yang selalu menarik untuk dibahas dan menjadi masalah yang semakin memprihatinkan, bukan saja bagi kualitas lingkungan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami

BAB VI KESIMPULAN. Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami BAB VI KESIMPULAN Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami perubahan. Pada awalnya strategi perlawanan yang dilakukan PPLP melalui tindakan kolektif tanpa kekerasan (nonviolent).

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun di usia pergerakannya yang masih relatif singkat tidak terlepas dari kemampuannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi barang maupun jasa. Cascio (1998) menegaskan bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi barang maupun jasa. Cascio (1998) menegaskan bahwa manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia dipandang sebagai aset perusahaan yang penting, karena manusia merupakan sumber daya yang dinamis dan selalu dibutuhkan dalam tiap proses

Lebih terperinci

KONFLIK NELAYAN SENGGARANG KOTA TANJUNGPINANG DENGAN NELAYAN TEMBELING KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN

KONFLIK NELAYAN SENGGARANG KOTA TANJUNGPINANG DENGAN NELAYAN TEMBELING KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN KONFLIK NELAYAN SENGGARANG KOTA TANJUNGPINANG DENGAN NELAYAN TEMBELING KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN Tiara Haryani, Nanik Rahmawati, Tri Samnuzulsari Tiaraharyani92@gmail.com Program studi Sosiologi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. utama yang menjadi akar permasalahan konflik. Pada bab kedua naskah ini telah

BAB V PENUTUP. utama yang menjadi akar permasalahan konflik. Pada bab kedua naskah ini telah BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa terkait konflik pada tambang emas Tumpang Pitu di Kabupaten Banyuwangi yang telah dituliskan di bab sebelumnya, maka pada kesimpulan ini diperlukan elaborasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sebagai sumber daya merupakan aset yang diperlukan untuk menyejahterakan masyarakat. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses berkembangnya suatu kota baik dalam aspek keruangan, manusia dan aktifitasnya, tidak terlepas dari fenomena urbanisasi dan industrialisasi. Fenomena seperti

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Memahami Konflik (2) Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu memahami konflik sebagai suatu keniscayaan 2 TAHAPAN TERJADINYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan meningkatkan pembangunan nasional. Didalam sungai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan meningkatkan pembangunan nasional. Didalam sungai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kesempatan ini penulis membahas banyak tentang masalah pertambangan pasir dan batu di sungai. Sungai pada dasarnya adalah sebagai sumber air yang sangat penting

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG 105 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2012 2032 I. UMUM Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai banyak kekayaan alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Jenis kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya seperti Sleman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya seperti Sleman, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya seperti Sleman, Bantul dan Kulon Progo, Gunungkidul adalah daerah yang kurang subur baik di dalam segi pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berkembang dari masa ke masa, konsekuensinya kebutuhan primer semakin bertambah terutama pangan. Krisis pangan saat ini sedang dialami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang berbeda-beda pada setiap daerah. Pengelolaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang berbeda-beda pada setiap daerah. Pengelolaan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang sebagian wilayahnya berupa daratan menyimpan banyak kekayaan alam yang berbeda-beda pada setiap daerah. Pengelolaan sumber daya alam adalah menjadi

Lebih terperinci

BAB VII REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET TENTANG PEDULI DARI POLUSI PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB VII REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET TENTANG PEDULI DARI POLUSI PENCEMARAN LINGKUNGAN 88 BAB VII REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET TENTANG PEDULI DARI POLUSI PENCEMARAN LINGKUNGAN Perubahan pola pikir dalam masyarakat menjadi suatu trend utama dalam suatu pendampingan. Upaya-upaya yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ketrampilan reseptif dan ketrampilan produktif. Ketrampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ketrampilan reseptif dan ketrampilan produktif. Ketrampilan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dasar pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran ketrampilan berbahasa yaitu ketrampilan-ketrampilan yang ditekankan pada ketrampilan reseptif dan ketrampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. longsor dan banjir. Namun kekurangan air juga dapat menimbulkan masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. longsor dan banjir. Namun kekurangan air juga dapat menimbulkan masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peletakan batu pertama (ground breaking) dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah H.

BAB I PENDAHULUAN. peletakan batu pertama (ground breaking) dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah H. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan merupakan tulang punggung perusahaan, ungkapan itu banyak terdengar dan memiliki makna yang dalam. Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan masyarakat merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi), serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mencakup pemerintah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP I. KESIMPULAN

BAB V PENUTUP I. KESIMPULAN BAB V PENUTUP I. KESIMPULAN Pada bagian awal penelitian ini peneliti sudah menjelaskan bahwa melalui penelitian ini peneliti ingin mencari tahu bagaimana komunikasi resolusi konflik yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara maritim sebagian besar penduduk menggantungkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara maritim sebagian besar penduduk menggantungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya menjadi nelayan. Walaupun mata pencarian orang-orang desa di pesisir beragam, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak pertambangan

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Resolusi dan Alternatif Resolusi Konflik (1) Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu menentukan alternatif resolusi konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam berupa tambang merupakan salah satu andalan negara Indonesia setelah pertanian. Beberapa peraturan nasional baik berupa undangundang, peraturan pemerintah

Lebih terperinci

9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI

9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI 9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI Manajer senatiasa mengantisipasi perubahan-perubahan dalam lingkungan yang akan mensyaratkan penyesuaian-penyesuaian disain organisasi diwaktu yang akan datang.

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat atau K3M Fakultas. Kedokteran Universitas Gadjah Mada merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat atau K3M Fakultas. Kedokteran Universitas Gadjah Mada merupakan kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat atau K3M Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada merupakan kegiatan yang disetarakan dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja

I. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu Etnisitas adalah isu yang sangat rentan menjadi komoditi politik pada setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja dimobilisasi dan dimanipulasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan sejak abad ke- 17 telah menjadi kota Bandar, karena memiliki posisi sangat strategis secara geopolitik dan geostrategis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Pengertian dan Batasan Konflik (2) Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 JENIS KONFLIK 2 A. Konflik Intrapersonal Yaitu konflik seseorang dengan dirinya sendiri.

Lebih terperinci

2016 KONFLIK PEMBEBASAN LAHAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN JATIGEDE DI DESA WADO

2016 KONFLIK PEMBEBASAN LAHAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN JATIGEDE DI DESA WADO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan merupakan perubahan yang terencana menuju suatu perbaikan. Pembangunan memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas seluruh aspek kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. dengan menggunakan jaminan kesehatan. Pemanfaatan jamkesda terdiri dari

BAB VIII PENUTUP. dengan menggunakan jaminan kesehatan. Pemanfaatan jamkesda terdiri dari BAB VIII PENUTUP A. Kesimpulan Pemanfaatan jamkesda di definisikan sebagai konsumsi pelayanan kesehatan dengan menggunakan jaminan kesehatan. Pemanfaatan jamkesda terdiri dari pemanfaatan layanan primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. ANALISA SITUASI PROBLEMATIK Tanah merupakan lambang kekuasaan terpenting dari seorang petani, dari mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan di tanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian hidup manusia serta menjadi pendorong dalam dinamika dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian hidup manusia serta menjadi pendorong dalam dinamika dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia serta menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. kemarau.kebutuhan ini baik untuk mengairi ladang atau untuk mencukupi

BAB VI PENUTUP. kemarau.kebutuhan ini baik untuk mengairi ladang atau untuk mencukupi BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Penelitian mengenai Analisa Dampak Sosial Pembangunan Embung di Dusun Temuwuh Lor dapat diambil sebuah benang merah, yaitu sebagai berikut : 1.1.1. Aspek Demografi Terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Manusia merupakan khalayak sasaran media massa, sehingga keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Manusia merupakan khalayak sasaran media massa, sehingga keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media massa adalah salah satu aspek komunikasi yang penting, terutama pada masa sekarang ini. Manusia merupakan khalayak sasaran media massa, sehingga keberadaan

Lebih terperinci

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : a. bahwa pertambangan rakyat di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tambang (bahan galian). Negara Indonesia termasuk negara yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tambang (bahan galian). Negara Indonesia termasuk negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang begitu melimpah bagi kelangsungan hidup umat manusia merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Salah satunya adalah sumber daya tambang

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Tahun 2016, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemicu konflik pada pemilihan Kepala Desa di Desa Jatimulyo Tahun

BAB IV PENUTUP. Tahun 2016, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemicu konflik pada pemilihan Kepala Desa di Desa Jatimulyo Tahun BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari penelitian, untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah dan tujuan penelitian untuk mengetahui tentang konflik politik dalam pemilihan Kepala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Interaksi sosial orang dengan HIV/AIDS dalam pemudaran stigma diteliti dengan pendeketan kualitatif. Pendeketan ini dipilih karena aspek interaksi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan penghasilan. Setiap usaha tidak dapat dilakukan sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan penghasilan. Setiap usaha tidak dapat dilakukan sendiri tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya, manusia melakukan usaha sesuai bidang keahlian yang dapat mendatangkan penghasilan. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam merupakan salah satu kekayaan alam yang harus tetap dijaga kelestariannya. Saat ini banyak daerah yang memanfaatkan sumber daya alamnya untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual

Lebih terperinci

RINGKASAN. tambang emas yang dikelola oleh masyarakat kabupaten Aceh Jaya.

RINGKASAN. tambang emas yang dikelola oleh masyarakat kabupaten Aceh Jaya. Aminah RINGKASAN 1. Pendahuluan Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh yang memiliki kekayaan alam beraneka ragam. Salah satu kekayaan yang dimiliki kabupaten ini adalah pertambangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dalam bab sebelumnya telah dibahas tentang konflik antara masyarakat dengan masyarakat dan masyarakat dengan swasta. Berdasarkan analisis atas kasus konflik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan 34.623,80 km², kota Bandar Lampung merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, yang berlangsung

Lebih terperinci

cukup besar bagi struktur perekonomian di Kabupaten Magelang. Data pada tahun

cukup besar bagi struktur perekonomian di Kabupaten Magelang. Data pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pengolahan merupakan sektor yang mempunyai konstribusi cukup besar bagi struktur perekonomian di Kabupaten Magelang. Data pada tahun 2012 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PENCEMARAN AIR YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI TAHU A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya manusia sudah melakukan komunikasi sejak ia dilahirkan. Manusia melakukan proses komunikasi dengan lawan bicaranya baik dilingkungan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang melimpah menyebabkan Indonesia dijajah selama berabad-abad oleh Belanda, Prancis dan Jepang. Salah satu sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

BAB VI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BAGI PERTAMBANGAN TANPA IZIN

BAB VI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BAGI PERTAMBANGAN TANPA IZIN BAB VI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BAGI PERTAMBANGAN TANPA IZIN 6.1. Pertambangan Tanpa Izin 6.1.1. Asal Muasal Pertambangan Tanpa Izin di PT Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini teknologi dan industri berkembang pesat, perkembangan tersebut memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Untuk menghadapi perkembangan

Lebih terperinci

2015 ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN

2015 ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara dengan hutan yang luas. Hutan di Indonesia tersebar di berbagai pulau besar yakni Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial-politik (Kornblurn,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial-politik (Kornblurn, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia yang bersosial dan berpolitik serta menjadi pendorong dalam dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan sumber daya manusia merupakan modal dasar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan sumber daya manusia merupakan modal dasar dalam menentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam menghadapi persaingan yang cukup ketat pada era globalisasi dewasa ini sangat diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Peranan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat. Salah satu kuci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat. Salah satu kuci BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budaya organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Pemeriksaan hukum atau due diligence merupakan suatu tahapan yang. terbitlah izin yang diperlukan. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009

BAB V PENUTUP. 1. Pemeriksaan hukum atau due diligence merupakan suatu tahapan yang. terbitlah izin yang diperlukan. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian penulis, maka penulis dapat menarik tiga simpulan, yaitu : 1. Pemeriksaan hukum atau due diligence merupakan suatu tahapan yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI SEBAGAI PILIHAN TEKNOKRATIK

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI SEBAGAI PILIHAN TEKNOKRATIK IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI SEBAGAI PILIHAN TEKNOKRATIK (Laporan Penelitian Individu 2016) Oleh Hariyadi BIDANG EKONOMI DAN

Lebih terperinci

V. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

V. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 91 V. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1. Simpulan Berdasarkan permasalahan, tujuan, hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, maka dapat dikemukakan beberapa

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Fenomena perempuan bercadar merupakan sebuah realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat kita. Fenomena yang terjadi secara alamiah dalam setting dunia

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan masalah yang ditemukan, metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2010:128), penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB VI CATATAN SEBUAH REFLEKSI

BAB VI CATATAN SEBUAH REFLEKSI BAB VI CATATAN SEBUAH REFLEKSI A. Refleksi Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulasi baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam mewujudkan good governance. Hal ini tercermin dari kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam mewujudkan good governance. Hal ini tercermin dari kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diakhir abad ke 20 bangsa Indonesia dihadapkan pada berbagai krisis kawasan yang tidak lepas dari kegagalan pelaksanaan akuntansi sektor publik di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Melalui wawancara dengan Ir. HM. Nasija Warnadi, MM. selaku Direktur PDAM Kabupaten Cirebon dan studi literatur dari buku (majalah) Air Minum terbitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan penambangan timah yang sudah dimulai sejak tahun 1710 telah membuat perkembangan yang sangat berarti bagi daerah penghasil timah yakni Pulau Belitung.

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kekerasan semakin marak dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian individu dapat mengatasi pengalaman akan kekerasannya, namun sebagian besar mencari solusi kepada

Lebih terperinci

HAYAT NUR ISNAINI JUNIARTI,

HAYAT NUR ISNAINI JUNIARTI, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karakter setiap anak merupakan cerminan lingkungan yang melekat pada anak tersebut. Lingkungan yang dimaksud yaitu lingkungan masyarakatnya dan paling penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan yang sangat besar sehingga menarik minat banyaknya para pelaku tambang (investor asing) tertarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam memberikan dampak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era globalisasi, dimana perbatasan antar negara tidak lagi menjadi hambatan dalam memperoleh apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan, sementara fenomena globalisasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan, sementara fenomena globalisasi ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik merupakan landasan bagi pembuatan dan penerapan kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhamad Arshif Barqiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhamad Arshif Barqiyah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerak merupakan hakikat manusia, bergerak adalah salahsatu aktivitas yang tidak akan luput dari kehidupan manusia dalam melaksanakan aktivitasnya seharihari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang dasar, dengan berkomunikasi manusia melakukan hubungan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan khususnya dalam negara. Sistem politik

Lebih terperinci

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dalam interaksi berbangsa dan bernegara terbagi atas lapisanlapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk dengan sendirinya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi dan keterbukaan pasar membuat perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upi Supriatna, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upi Supriatna, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam dinamika kehidupan suatu bangsa. Dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan agen pembangunan dan perubahan. Tanpa

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. penggerak perubahan dan dinamika sosial di tengah-tengah masyarakat.

BAB VI PENUTUP. penggerak perubahan dan dinamika sosial di tengah-tengah masyarakat. BAB VI PENUTUP A. Simpulan Hadirnya desa wisata di Dukuh Grogol menjadi sebuah mesin baru penggerak perubahan dan dinamika sosial di tengah-tengah masyarakat. Keberadaan Desa Wisata Budaya di Dukuh Grogol

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya

berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan studi ini dilatarbelakangi oleh terjadinya satu dilema yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan studi ini dilatarbelakangi oleh terjadinya satu dilema yang 1 BAB I PENDAHULUAN Pelaksanaan studi ini dilatarbelakangi oleh terjadinya satu dilema yang sangat sering dihadapi dalam perencanaan keruangan di daerah pada saat ini, yaitu konversi kawasan lindung menjadi

Lebih terperinci

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan bahwa, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

Lebih terperinci